Anda di halaman 1dari 10

ASIDI ALKALIMETRI

PENDAHULUAN

Salah satu cara dalam penentuan kadar larutan asam basa adalah dengan melalui proses titrasi

asidi-alkalimetri. Cara ini cukup menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat, ketelitian dan
ketepatannya juga cukup tinggi.
Titrasi asidi-alkalimetri dibagi menjadi dua bagian besar yaitu asidimetri dan alkalimetri. Asidimetri adalah
titrasi dengan menggunakan larutan standar asam untuk menentukan basa. Asam-asam yang biasanya
dipergunakan adalah HCl, asam cuka, asam oksalat, asam borat. Sedangkan alkalimetri merupakan
kebalikan dari asidimetri yaitu titrasi yang menggunakan larutan standar basa untuk menentukan asam.

Pada percobaan ini adalah penentuan kadar dengan metode asidi-alkalimetri menggunakan
indikator phenopthalein dan metil jingga, hal ini dilakukan karena jika meggunakan indikator yang lain,
adanya kemungkinan trayek pH-nya jauh dari titik ekuivalen.

DASAR TEORI

Asidimetri dan alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi antara ion hidrogen
yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral. Netralisasi dapat juga dikatakan sebagai reaksi antara donor proton (asam)
dengan penerima proton (basa).
Asidimetri merupakan penetapan kadar secara kuantitatif terhadap senyawa-senyawa
yang bersifat basa dengan menggunakan baku asam. Sebaliknya alkalimetri adalah penetapan
kadar senyawa-senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Asam dan basa
Ada 3 pengertian mengenai apa yang disebut asam dan apa yang disebut basa :

1. Menurut Arrhenius ,
Asam adalah senyawa yang jika dilarutkan dalam air akan terurai menjadi ion
hydrogen (H-) dan anion, sedangkan basa adalah senyawa yang jika dilarutkan
dalam air akan menghasilkan ion hidroksida (OH-) dan kation. Teori Arrhenius hanya
berlaku untuk senyawa anorganik dalam pelarut air.
2. Untuk dapat berlaku dalam segala pelarut, maka Bronsted pada tahun 1923
memberikan batasan yaitu : asam adalah senyawa yang cenderung melepaskan
proton sedangkan basa adalah senyawa yang cenderung menangkap proton.

AH+B
Asam proton + basa konjugatnya

3. Batasan lain diberikan oleh Lewis pada tahun 1938 yang menyatakan bahwa asam
adalah akseptor (penerima ) pasangan electron sedangkan basa adalah donor
(pemberi ) pasangan electron. Dengan batasan ini maka konsep mengenai asam-
basa berubah sama sekali yaitu : senyawa asam itu tidak harus mengandung
hydrogen. Menurut Lewis reaksi berikut adalah reaksi asam basa :
NH3 + BF3 H3N:BF3

Secara skematis ketiga teori di atas dapat digambarkan dalam skema berikut
:
Teori Asam Basa
Arrhenius Donor proton Donor hidroksida
Bronsted Donor proton Akseptor proton
Lewis Akseptor pasangan Donor pasangan elektron
electron

Prinsip titrasi :
Reaksi netralisasi
Reaksi umum :
Alkalimetri
Zat uji bersifat asam lemah + larutan baku basa garam +air
Contoh :
CH3COOH + NAOH CH3COONA (garam) + H20 (air )
Asidimetri
Zat uji bersifat basa lemah + larutan baku asam garam + air
Contoh :
NH4OH + HCL NH4CL + H20
LARUTAN BAKU

Larutan baku adalah larutan suatu zat terlarut yang telah diketahui konsentrasinya.
Terdapat 2 macam larutan baku, yaitu:
1. Larutan baku primer
Adalah suatu larutan yang telah diketahui secara tepat konsentrasinya melalui metode
gravimetri. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan
penimbangan teliti zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Larutan standar primer adalah larutan standar yang konsentrasinya diperoleh
dengan cara menimbang.

Syarat-syarat larutan baku primer:


mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat
celcius) dan disimpan dalam keadaan murni.
tidak bersifat higroskopis dan tidak berubah berat dalam penimbangan di udara.
zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekivalen yang besar, sehingga
kesalahan karena penimbangan dapat diabaikan.
zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
reaksi yang berlangsung dengan pereaksi tersebut harus bersifat stoikiometrik dan
langsung. kesalahan titrasi harus dapat diabaikan atau dapat ditentukan secara tepat
dan mudah.

1. Larutan baku sekunder


Adalah suatu larutan dimana konsentrasinya ditentukan dengan jalan pembakuan
menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri.
Contoh: NaOH
Larutan standar sekunder adalah larutan yang konsentrasinya diperoleh dengan cara
mentitrasi dengan larutan standar primer.

Syarat-syarat larutan baku sekunder:


Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
mempunyai BE yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
larutannya relatif stabil dalam penyimpanan
Contoh pembuatan larutan baku
1. Pembuatan Larutan Baku Asam Klorida
Asam klorida yang sering digunakan untuk titrasi adalah dengan konsentrasi 1N;
0,5N; 0,1N. Sebelum membuat larutan baku HCl harus diperhatikan dulu berapa persen
konsentrasi HCl yang tersedia karena akan berpengaruh terhadap perhitungan
perubahan (konversi) dari persen HCl ke normalitas HCl.
Cara membuat larutan HCl 0,1 N sebanyak 1000 ml dari HCl 37% adalah sebagai
berikut ; Pipet 8,3 ml HCl 37% encerkan dengan aquadest ad 1000 ml.

2. Pembuatan Larutan Baku Asam Sulfat


Larutan baku asam sulfat 0,1 N dibuat denga cara mengencerkan 4,904 gram
asam sulfat dengan air secukupnya hingga diperoleh 1000 ml larutan. Dengan
mempertimbangkan berapa persen asam sulfat yang tersedia dengan berat jenisnya
maka dapat diketahui berapa ml asam sulfat yang setara dengan 4,904 gram asam
sulfat.

3. Pembuatan Larutan Baku Natrium Hidroksida


Pembuatan NaOH 0,1 N dilakukan dengan cara melarutkan 4,001 gram natrium
hidroksida sebanyak 1000 ml.
Dimuka juga sudah disebutkan bahwa larutan baku basa harus bebas karbonat,
oleh karena itu Farmakope Indonesia juga memuat cara pembuatan larutan bebas
karbonat sebagai berikut : larutan natrium hidroksida pekat dalam air hingga diperoleh
larutan hingga 40 60 % b/v, biarkan. Pipet beningan sambil dicegah peresapan
karbondioksida encerkan dengan air bebas karbondioksida pekat hingga normalitasnya
diketahui.

Titrasi asam basa disebut juga titrasi netralisasi asam basa, dimana jumlah asam yang
mengandung 1 mol H+ akan selalu bereaksi secara sempurna dengan jumlah basa yang
mengandung 1 mol OH-. Titik dalam titrasi dimana jumlah asam dan basa berada dalam jumlah
yang sama dan disebut titik ekivalen.
Penentuan konsentrasi larutan asam melalui perhitungan volume titrasi larutan basa dan garam
dari asam lemah dengan larutan baku asam disebut asidimetri.
Dalam hal ini jumlah asam yang tepat ekivalen ditentukan dengan jumlah basa yang
ada. Penentuan konsentrasi larutan basa melalui perhitungan volume titrasi larutan asam dan
garam dari basa lemah dengan larutan baku basa disebut alkalimetri. Disini jumlah basa yang
tepat ekivalen secara kimia ditentukan dengan jumlah asam yang ada.

STANDARISASI

Asidimetri adalah salah satu teknik titrasi yang yang menggunakan asam sebagai
titran. Asam yang sering dipakai dalam analisis asidimetri adalah HCl. Asam ini harus
distandardisasi dengan larutan baku primer. Larutan baku primer yang sering digunakan untuk
standardisasi HCl adalah larutan boraks. HCl harus distandardisasi karena larutan ini mudah
menguap dan mudah bereaksi dengan senyawa lain di udara
Asam klorida (HCl) merupakan asam kuat yang berbentuk cair dan biasanya mempunyai kadar
39,1 % dan density 1,2 g/ml. HCl digunakan pada titrasi netralisasi, yaitu suatu proses yang
tidak mengakibatkan terjadinya perubahan, baik perubahan valensi maupun terbentuknya
endapan dan atau terjadinya suatu senyawa kompleks dari zat-zat yang saling bereaksi.
Larutan standar HCl biasanya dinyatakan dengan besaran normal, yaitu larutan 1 N (1
N) adalah larutan yang mengandung 1 grek suatu zat tertentu dalam volume 2 liter. Untuk 1
grek HCl adalah banyaknya mol asam tersebut yang dapat melepaskan 1 gram ion H+.
Pembuata larutan standar dari zat yang berbentuk cair sering disebut cara pengenceran,
yaitu dari zat cair yang lebih pekat menjadi lebih cair.cara ini dapat dilakukukan pada cairan
yang telah diketahui normalitasnya. Apabila suatu larutan standar dibuat dari zat cair yang telah
diketahui normalitasnya, maka untuk menentukan banyaknya volume yang akan diencerkan
digunakan rumus :

V1 x N1 = V2 x N2

Tetapi bila larutan tersebut dibuat baru suatu zat cair yang tidak/belum diketahui
normalitasnya, maka untuk menetukan banyaknya volume yang akan diencerkan digunakan
rumus :
Vx = N x V x BM
10 x n x K x L
dengan :
Vx = volume
n = valensi
K = kadar
L = density
N = normalitas larutan yang akan dibuat
BM = berat molekul zat cair tersebut
V = volume zat cair yang akan dibuat

Boraks digunakan sebagai bahan baku dalam penetapan normalitas HCl karena mudah
diperoleh dalam keadaan murni, cukup stabil, dan memiliki berat ekuivalen yang tinggi. Reaksi
yang terjadi adalah :

Na2B4O7 + 7H2O 2NaOH + 4H3BO3


2NaOH + 2HCl 2NaCl + 2H2O
Na2B4O7 + 2HCl + 5H2O 2NaCl + 4H3BO3

Hasil akhir titrasi adalah terbentuknya campuran NaCl dengan otoborat (H3BO3) bebas,
sehingga pH larutan dapat dihitung, tanpa melihat perubahan volume dalam titrasi, di mana pK
asam borat = 9,24, maka pH adalah :

pKa log Ca = (9,24/2) + 0,5 = 5,1


Adapun indikator yang paling cocok adalah Metil Merah (MM).
Penetapan kadar Natrium Bikarbonat (NaHCO3) dapat dilakukan dengan menggunakan
larutan standar HCl menurut reaksi :

NaHCO3 + HCl NaCl + H2O + CO2

Alkalimetri adalah titrasi yang menggunakan basa sebagai titran. Basa yang sering
dipakai dalam analisis alkalimetri adalah NaOH. Larutan baku primer yang sering digunakan
untuk standardisasi NaOH adalah larutan asam oksalat. NaOH perlu distandardisasi karena
senyawa ini bersifat higroskopis sehingga mudah mengikat air dan bereaksi dengan CO 2 di
udara
Larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat) adalah zat padat , halus,
putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu
sampai terbentuk garam normalnya. .berat ekivalen asam oksalat adalah 63. Larutan baku
sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi
terhadap larutan baku primer.
Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium
hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik.
Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium
hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran
ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap
karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan. NaOH juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua
cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. NaOH tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non
polar lainnya.

Pembuata larutan standar dari zat yang berbentuk cair sering disebut cara pengenceran,
yaitu dari zat cair yang lebih pekat menjadi lebih cair.cara ini dapat dilakukukan pada cairan
yang telah diketahui normalitasnya. Apabila suatu larutan standar dibuat dari zat cair yang telah
diketahui normalitasnya, maka untuk menentukan banyaknya volume yang akan diencerkan
digunakan rumus :
V1 x N1 = V2 x N2

Tetapi bila larutan tersebut dibuat baru suatu zat cair yang tidak/belum diketahui
normalitasnya, maka untuk menetukan banyaknya volume yang akan diencerkan digunakan
rumus :

Vx = N x V x BM
10 x n x K x L
dengan :
Vx = volume
n = valensi
K = kadar
L = density
N = normalitas larutan yang akan dibuat
BM = berat molekul zat cair tersebut
V = volume zat cair yang akan dibuat
Standarisasi larutan NaOH

Dengan Asam Oksalat (H2 C2 O4 . 2H2O)

0,2 1,25 gr asam oksalat dimasukkan ke dalam elenmeyer 250 ml. Bilas dengan aquadest
dan larutkan sampai volume 50 ml. Tambah 2 atau 3 tetes indikator Phenol Phtalein (PP).
Titrasi dengan larutan NaOH dari buret sampai warna merah muda

PENETAPAN KADAR

Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu
obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga
lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan
warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin.

Beberapa senyawa yang ditetapkan kadarnya secara asidi dan alkalimetri dalam Farmakope
Indonesia Edisi IV diantaranya adalah:

1. Amfetamin sulfat dan sediaan tabletnya


2. Amonia
3. Asam asetat
4. Asam benzoat
5. Asam klorida
6. Asam salisilat
7. Asam sitrat
8. Asam sulfat
9. Asam tartrat
10. Butil paraben
11. Efedrin dan sediaan tabletnya
12. Etil paraben
13. Eukinin
14. Furosemide
15. Glibenklamide
16. Ketoprofen
17. Kloralhidrat
18. Linesterol
19. Magnesium hidroksida
20. Meprobamat
21. Metil paraben
22. Naproksen
23. Natrium tetraborat
24. Neostigmin metilsulfat
25. Propil paraben
26. Propil tiouracil
27. Sakarin natrium
28. Zink oksida

Contoh penetapan kadar

Larutan Baku pada titrasi asam basa

Larutan asam yang sering digunakan dalam asidi-alkalimetri umumnya dibuat dari asam
klorida dan asam sulfat. Kedua asam ini dapat digunakan pada hampir semua titrasi, akantetapi
asam klorida lebih disukai daripada asam sulfat terutama untuk senyawa-senyawa yang
memberikan endapan asam sulfat seperti barium hidroksida. Asam sulfat lebih disukai untuk
titrasi yang menggunakan pemanasan karena kemungkinan terjadinya penguapan pada
pemanasan asam klorida yang dapat menimbulkan bahaya. Asam nitrat selalu tidak digunakan
karena mengandung asam nitrit yang dapat merusak beberapa indikator.

Untuk larutan baku alkali umumnya digunakan natrium hidroksida, kalium hidroksida,
dan barium hidroksida. Larutanini mudah menyerap karbondioksida dari udara, oleh karena
itukonsentrasinya dapat berubah degan cepat. Dengan demikian larutan baku alkali dibuat
bebas karbonat dan untuk melindungi itu dari pengaruh karbondioksida dari udara maka
penyimpanan dilengkapi degan soda lime tube. Semua larutan baku harus sering dibakukan
lagi.
KIMIA DASAR

ASIDI ALKALIMETRI

Dosen Pembimbing : Yuniatin. S.Si., M.Pd

Nama : Tri Harsiwi (1117055)

AKADEMIK FARMASI AL ISHLAH CILEGON

TAHUN AJARAN 2017 2018

Anda mungkin juga menyukai