Anda di halaman 1dari 9

JURNAL PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK II

Titrasi Penetralan (Asidi – Alkalimetri) dan Aplikasinya Pada


Accu Zuur

Disusun oleh :
Indah Tri Wahyuni (18030234035)
Kimia – B 2018

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Titrasi merupakan salah satu metode kimia yang digunakan untuk
menetapkan kadar suatu larutan dengan cara merekasikan suatu larutan dengan
volume tertentu dengan larutan lain yang kadarnya sudah diketahui. Titrasi
dibedakan berdasarkan jenis reaksi yang terlibat di dalam proses titrasi, terdapat 4
macam jenis titrasi yaitu: Titrasi asam-basa bila melibatkan reaksi asam basa,
Titrasi redoks untuk titrasi yang melibatkan reaksi reduksi oksidasi, Titrasi
kompleksometri untuk titrasi yang melibatkan pembentukan reaksi kompleks dan
Titrasi argentometri untuk titrasi yang melibatkan reaksi pengendapan. Pada
praktikum ini akan dilakukan standarisasi larutan NaOH dengan menggunakan
asam oksalat sebagai larutan bakunya. Dalam menentukan kadar larutannya
prinsip yang digunakan adalah titrasi penetralan asam-basa dengan metode
alkalimetri.
Titrasi asam-basa merupakan metode kimia untuk menentukan kadar
larutan asam atau basa. Titrasi asam-basa berdasarkan reaksi penetralan
(netralisasi). Titrasi asam-basa sering disebut dengan titrasi asidimetri-alkalimetri.
Asidimetri merupakan titrasi yang melibatkan basa dengan asam yang diketahui
konsentrasinya, dimana asam sebagai larutan standar dan basa sebagai larutan
baku sedangkan alkalimetri merupakan titrasi yang melibatkan asam dengan basa
yang diketahui konsentrasinya, dimana basa sebagai larutan standarnya dan asam
sebagai larutan bakunya. Larutan baku merupakan larutan yang konsentrasinya
diketahui dari hasil penimbangan, pengenceran dan perhitungan sedangkan larutan
standar merupakan larutan yang konsentrasinya ditetapkan secara akurat.
Reaksi netralisasi adalah suatu reaksi antara senyawa asam dan senyawa
basa dengan menggunakan indikator tertentu untuk menjadikannya suatu senyawa
netral. Titik ekivalen pada titrasi asam basa adalah pada saat jumlah mol asam
tepat bereaksi habis dengan jumlah mol basa. Selama titrasi berlangsung terjadi
perubahan pH. Perubahan pH pada titik ekivalen dapat ditandai dengan perubahan
warna pada indikator. Indikator yang digunakan pada titrasi asam basa adalah
yang memiliki rentang pH dimana titik ekivalen berada. Titrasi harus dihentikan
pada saat titik akhir titrasi tercapai, yang ditandai dengan perubahan warna pada
indikator. Dengan pemilihan indikator yang tepat, kita dapat memperkecil
kesalahan titrasi.
Pada praktikum ini, untuk aplikasi titrasi penetralannya yaitu menentukan
kadar H2SO4 dalam accu zuur. Dalam keadaan murni cairan asam sulfat adalah
asam kuat yang tidak berwarna dengan sifat korosif yang tinggi. Asam sulfat
dapat larut dalam air dalam berbagai perbandingan. Asam sulfat sangat berbahaya
bila terkena jaringan kulit, jika kontak dengan mata dapat menyebabkan iritasi
mata serta gangguan lain pada tubuh karena sifatnya yang korosif. Asam sulfat
biasanya digunakan dalam produk kimia rumah tangga. Produk rumah tangga
yang mengandung asam sulfat antara lain pembersih toilet, pembersih logam,
cairan baterai pada automotif, amunisi dan pupuk, serta air aki pada automotif.
Salah satu produk yang mengandung asam sulfat (H2SO4) adalah aki zuur.
Penentuan kadar asam sulfat (H2SO4) dalam aki Zuur dilakukan dengan
prinsip penetralan titrasi asam-basa dengan menggunakan metode alkalimetri. Aki
zuur disini bertindak sebagai larutan baku yang dititrasi dengan larutan NaOH
yang bertindak sebagai larutan standar yang telah diketahui konsentrasinya.
Penentuan titik akhir titrasi atau titik ekuivalen dapat dilakukan dengan
penambahan indikator pada aki zuur (titrat).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menentukan standarisasi larutan NaOH?
2. Bagaimana cara menentukan kadar H2SO4 dalam Accu Zuur?
1.3 Tujuan
1. Untuk dapat mengetahui cara menentukan standarisasi larutan NaOH
2. Untuk dapat mengetahui cara menentukan kadar H2SO4 dalam Accu Zuur
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian dan Prinsip Titrasi Asam Basa


Istilah titrasi mengacu pada proses pengukuran volume dari titran yang
dibutuhkan untuk mencapai titik ekivalen. Dalam titrimetri, analit direaksikan
dengan suatu bahan lain yang diketahui atau dapat diketahui jumlah molnya
dengan tepat. Titrasi asam basa melibatkan asam maupun basa sebagai titrat
ataupun titran. Proses berjalannya titrasi yaitu titrat ditambahkan dengan titran
sedikit demi sedikit, sampai jumlah mol asam tepat habis bereaksi dengan jumlah
mol basa. Keadaan tersebut disebut dengan titik ekivalen. Pada saat titrat
mengalami perubahan warna pada indikator, maka penambahan titran harus
dihentikan keadaan ini dinamakan titik akhir titrasi. (Harjadi, 1986: 121)
Pada proses titrasi ini digunakan suatu indikator yaitu suatu zat yang
ditambahkan sampai seluruh reaksi selesai yang dinyatakan dengan perubahan
warna. Perubahan warna menandakan telah tercapainya titik akhir titrasi. (Brady,
1999: 217-218)
Titrasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk
menentukan jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan
asam dan basa organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi ada sebagian
senyawa organik yang tidak larut dalam air. Namun umumnya senyawa organik
dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik dapat ditentukan
dengan titrasi asam-basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan asam digunakan
larutan asam kuat misalnya HCl, sedangkan untuk menentukan basa digunakan
larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya ditetapkan dengan
bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai dengan bantuan peralatan
seperti potensiometri, spektrofotometer dan konduktometer. (Rivai, 1990: 308-
310)
Sebuah reaksi harus memenuhi beberapa persyaratan sebelum reaksi
tersebut dapat digunakan:
1. Reaksi tersebut harus diproses sesuai persamaan kimiawi tertentu.
Seharusnya tidak ada reaksi sampingan.
2. Reaksi tersebut harus diproses sampai benar-benar selesai pada titik
ekivalensi. Cara lain untuk mengatakannya adalah bahwa konstanta
kesetimbangan dari reaksi tersebut haruslah amat besar. Jika persyaratan ini
dipenuhi, akan terjadi perubahan yang besar dalam konsentrasi analit (atau
titran) pada titik ekivalensi.
3. Harus tersedia beberapa metode untuk menentukan kapan titik ekivalen
tercapai. Harus tersedia beberapa indikator atau metode instrumental agar
analisis dapat menghentikan penambahan dari titran.
4. Diharapkan reaksi tersebut berjalan cepat, sehingga titrasi dapat
diselesaikan dalam beberapa menit. (Day dan Underwood, 2002: 45)
2.2 Standarisasi Larutan NaOH dengan Metode Alkalimetri
Pada praktikum ini, dilakukan standarisasi larutan NaOH dengan asam
oksalat (H2C2O4) sebagai larutan baku. Tujuan standarisasi larutan NaOH karena
dalam pembuatannya mungkin NaOH dapat dihasilkan cukup murni, akan tetapi
dalam penyimpanannya NaOH mengalami perubahan antara lain karena NaOH
bersifat higroskpopis sehingga menarik uap air dari udara. Selain itu NaOH juga
mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan NaOH
tidak murni lagi dan bila ditimbang sejumlah tertentu, sukar untuk mengetahui
berapa sebenarnya konsentrasi NaOH murni yang terkandung di dalamnya.
Sedangkan larutan baku yang digunakan untuk standarisasi yaitu larutan yang
konsentrasi larutannya dapat langsung ditentukan murni dari berat larutan yang
dilarutkan dengan volume tertentu. Pada standarisasi larutan NaOH digunakan
asam oksalat sebagai larutan baku karena asam oksalat sangat murni, stabil selama
pengeringan dan tidak higroskopis. (Harjadi, 1986: 132-133)
Titrasi asam-basa berdasarkan reaksi penetralan. Salah satu kegunaan
reaksi netralisasi adalah untuk menentukan konsentrasi asam atau basa yang tidak
diketahui. Titrasi penetralan asam-basa ini menggunakan larutan natrium
hidroksida sebagai titran dan larutan uji asam oksalat sebagai titrat. Hasil titrasi
asam basa dari larutan sampel uji menggunakan larutan natrium hidroksida
menunjukkan perubahan warna merah muda pada larutan sampel uji, yang mana
hal ini menunjukkan bahwa sampel uji bersifat asam. (Irwanda, 2017: 35)
Dasar dari reaksi asam-basa adalah reaksi netralisasi asam-basa, yaitu
reaksi ion H3O+ dari asam dengan ion OH- dari basa menghasilkan molekul air
(H2O). Proses titrasi asam dengan bahan baku basa disebut alkalimetri. Titrasi
asam oksalat dengan natrium hidroksida akan menghasilkan garam yang berasal
dari asam lemah dan basa kuat, selanjutnya garam natrium oksalat akan
mengalami proses hidrolisis. Proses hidrolisis adalah suatu reaksi setimbang,
yang mana banyaknya asam oksalat dan natrium hidroksida pada titik ekivalen
adalah sama. Asam oksalat termasuk elektrolit lemah yang terionisasi sedikit,
sehingga dalam reaksi hidrolisis lebih banyak tinggal sebagai molekul asam
oksalat atau sangat sedikit ion H+ yang dibebaskan. Basa natrium hidroksida
merupakan elektrolit kuat dan berperan sebagai basa kuat, yang terionisasi hampir
sempurna sehingga akan didapatkan sejumlah besar ion hidroksil (OH-) dalam
larutan. Jadi titrasi akan berakhir pada pH > 7. Penentuan indikator yang
digunakan pada titrasi netralisasi asam oksalat dengan natrium hidroksida adalah
indikator fenolftalein yang memiliki kisaran pH 8,0-9,6. (Irwanda, 2017: 35)

2.3 Aplikasi Titrasi penetralan pada Accu zuur


Pada praktikum ini, untuk aplikasi titrasi penetralannya yaitu menentukan
kadar H2SO4 dalam accu zuur. Aki adalah sebuah sel atau elemen sekunder dan
merupakan sumber arus listrik searah yang dapat mengubah energi kimia menjadi
energi listrik. Aki termasuk elemen elektrokimia yang dapat mempengaruhi zat
pereaksinya. Kutub positif aki menggunakan lempeng oksida dan kutub
negatifnya menggunakan lempeng timbal sedangkan larutan elektrolitnya adalah
larutan asam sulfat. Konsentrasi asam sulfat dalam air aki Zuur ini dalam keadaan
encer dan kandungannya di pasaran berbeda-beda. Umumnya, komponen aki zuur
merupakan gabungan dari lempengan timbal (Pb) dan lempengan oksida (PbO 2),
yang direndam dalam larutan elektrolit yang terdiri dari 35% asam sulfat (H 2SO4)
dan 65% air (H2O). (Prasetyo dan Saputro, 2018: 16-17)
Penentuan konsentrasi asam sulfat (H2SO4) dalam aki Zuur dilakukan
dengan metode titrimetri yang merupakan cara analisis kuantitatif yang didasarkan
pada prinsip stoikiometri reaksi kimia. Metode titrimetri yang dilakukan,
didasarkan pada prinsip netralisasi yaitu asidi-alkalimetri. (Harjadi, 1986: 134)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat
1. Neraca analitik 1 buah
2. Buret 1 buah
3. Statif dan Klem 1 buah
4. Labu ukur 100 mL 1 buah
5. Erlenmeyer 250 mL 3 buah
6. Piknometer 1 buah
7. Gelas ukur 100 mL 1 buah
8. Corong kaca 1 buah
9. Kaca arloji 1 buah
10. Pipet gondok 25 mL 1 buah
11. Pipet Volume 1 buah
12. Pipet tetes 5 buah
13. Spatula 1 buah

3.2 Bahan
1. Larutan NaOH 0,1 N Secukupnya
2. Aquades Secukupnya
3. H2C2O4.2H2O 0,6323 gram
4. Indikator PP 18 tetes
5. Accu zuur 0,7 – 0,8 mL

3.3 Prosedur
1. Penentuan (standarisasi) Larutan NaOH 0,1 N
Percobaan yang pertama yaitu penentuan konsentrasi NaOH dengan asam
oksalat sebagai larutan baku. Pertama padatan asam oksalat (H2C2O4.2H2O)
diletakkan dalam kaca arloji kemudian ditimbang sebanyak 0,6323 gram
menggunakan neraca analitik. Padatan asam oksalat yang sudah ditimbang
kemudian dipindahkan ke dalam labu ukur 100 mL. Lalu, dilarutkan
menggunakan aquades dan diencerkan sampai tanda batas. Dikocok sampai
larutan homogen diperoleh larutan asam oksalat.
Setelah melakukan pengenceran, tahap selanjutnya adalah standarisasi
larutan. Disiapkan buret yang sudah terpasang pada statif dan klem. Buret dibilas
terlebih dahulu menggunakan larutan NaOH. Gunakan buret khusus untuk basa
(jangan memakai buret dengan kran kaca). Diambil 10 mL larutan asam oksalat
menggunakan pipet seukuran, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250
mL. Ditambahkan 3 tetes indikator PP (fenolftalein) ke dalam erlenmeyer.
Tahap selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH dan dihentikan titrasi
saat terjadi perubahan warna pada indikator. Kemudian dibaca angka pada buret
pada awal dan akhir titrasi dan dicatat volume NaOH yang diperlukan. Diulangi
titrasi sebanyak 3 kali dengan volume asam okasalat yang sama. Dihitung
konsentrasi larutan NaOH.

2. Penentuan Kadar H2SO4 dalam Accu Zuur


Pada percobaan selanjutnya akan ditentukan kadar Asam Sulfat (H2SO4)
dalam Accu Zuur melalui proses titrasi penetralan dengan NaOH yang telah
distandarisasi dengan Asam Oksalat (H2C2O4). Pertama ditimbang sebuah
piknometer kosong (bebas air) menggunakan neraca analitik. Kemudian
dimasukkan accu zuur hingga memenuhi piknometer lalu ditutup piknometer
dengan segera kemudian ditimbang lagi berat piknometer yang berisi accu zuur
menggunakan neraca analitik. Langkah selanjutnya, diambil 0,7 – 0,8 mL accu
zuur untuk diencerkan ke dalam labu ukur 100 mL menggunakan pipet volume.
Dalam labu ukur diisi terlebih dahulu aquades kurang lebih setengah dari labu
ukur kemudian ditambahkan accu zuur melalui corong secara hati – hati.
Selanjutnya, diencerkan sampai tanda batas dan dikocok sampai larutan homogen.
Dibiarkan larutan accu zuur sampai mencapai suhu kamar. Diambil 10 mL larutan
accu zuur yang sudah diencerkan menggunakan pipet dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer. Kemudian ditambahkan 3 tetes indikator PP (fenolftalein) dan
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N yang sudah distandarisasi sampai terjadi
perubahan warna. Diulangi titrasi sebanyak 3 kali dan dihitung kadar H 2SO4
dalam accu zuur.
DAFTAR PUSTAKA

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Jakarta: Binarupa
Aksara.
Day, R. A., & Underwood, A. L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Jakarta: Erlangga.
Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Irwanda, Winsen. 2017. Sintesis Asam Oksalat Dari Getah Batang Tanaman Sri
Rejeki (Dieffenbachia Seguine (Jacq.) Schott) Menggunakan Metode
Hidrolisis Asam Fosfat. Jurnal sains, 6(1), 30-36.
Prasetyo, Imam dan Saputro, Iwan. 2018. Perbaikan dan Perawatan Aki Basah.
Jurnal Surya Teknika, 3(1), 16-21.
Rivai, H. 1990. Asas Pemeriksaan Kimia. UI Press: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai