Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA LINGKUNGAN

PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

NAMA : PANCA SATIFA FITRIADI


NIM : 2310815210002
KELOMPOK : XIII
ASISTEN : MUHAMMAD RIZKY RAMADHAN

NILAI PARAF

PROGRAM STUDI-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2023
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN

I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pembuatan larutan
NaOH dan larutan HCl, melakukan pengenceran larutan, dan melakukan
standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Larutan adalah campuran yang bersifat homogen antara molekul, atom
ataupun ion dari dua zat atau lebih, disebut campuran karena susunannya
atau komposisinya dapat berubah dan disebut homogen karena susunannya
begitu seragam sehingga tidak dapat diamati adanya bagian-bagian yang
berlainan, bahkan dengan mikroskop optis sekalipun. Zat yang jumlahnya
lebih sedikit di dalam larutan disebut zat terlarut atau solut, sedangkan zat
yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut
pelarut atau solven. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan
dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat
terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Gas
dapat dilarutkan dalam cairan, misalnya karbon dioksidaatau oksigen dalam
air (Roni & Herawati, 2020).
Standarisasi larutan adalah proses saat konsentrasi larutan standar
sekunder ditentukan dengan tepat dengan cara menitrasi dengan larutan
standar primer. Standarisasi merupakan serangkaian parameter, prosedur,
dan pengukuran yang hasilnya merupakan unsur-unsur terkait seperti
paradigma mutu yang memenuhi standar dan jaminan stabilitas produk.
Standarisasi adalah proses penetapan sifat berdasarkan parameter-parameter
tertentu untuk mencapai derajat kualitas yang sama. Ekstrak distandardisasi
dengan dua parameter yaitu spesifik dan non spesifik. Parameter spesifik
meliputi identitas, organoleptik, senyawa kimia larut air dan etanol,
kandungan kimia, sedangkan parameter non-spesifik meliputi susut
pengeringan, kadar air, kadar abu, cemaran logam dan bobot jenis (Andasari
et al., 2021).
Campuran zat-zat terlarut dan pelarut yang komposisinya merata atau
serba sama (homogen) disebut dengan larutan. Suatu larutan dapat terdiri
dari satu zat terlarut atau lebih dan satu macam pelarut, tetapi umumnya
terdiri dari satu jenis zat terlarut dan satu pelarut. Solven sebagai komponen
yang secara fisik tidak berubah jika larutan terbentuk sedangkan solute
sebagai semua komponen yang larut dalam pelarut. Standarisasi merupakan
suatu proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi
suatu larutan (Mubarok & Iswadi, 2021). Standarisasi adalah proses
penentuan spesifikasi bahan berdasarkan parameter tertentu untuk mencapai
tingkat kualitas standar berdasarkan dua parameter yaitu parameter spesifik
dan parameter non spesifik. Standarisasi adalah rangkaian proses yang
melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data
farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan
kriteria umum toksikologi terhadap suatu ekstrak alam. Penentuan
parameter spesifik meliputi identitas, organoleptik, senyawa kimia yang
larut dalam air dan etanol, serta kandungan kimia (Fatimawali et al., 2020).
Sifat asam dan basa suatu senyawa kimia dapat dijumpai dalam
kehidupan sehari-hari. Ada beberapa senyawa asam yang dikenal
masyarakat seperti asam cuka, asam sitrat, asam laktat dan lain sebagainya.
Masyarakat pada umumnya dapat menggolongkan senyawa asam dari rasa
dan nama senyawa yang umum dikenal masyarakat. Senyawa asam
memiliki sifat yang khas berupa memiliki rasa masam, bau yan tajam dan
akan terasa pedih saat terkena bagian tubuh yang luka. Masyarakat dapat
mengenali senyawa basa dari sifat fisiknya yang licin dan berbusa saat
tercampur dengan air dan mempunyai rasa pahit, seperti sabun dan detergen.
Kekuatan asam basa dapat ditentukan melalui derajat keasaman (pH).
Larutan bersifat asam bila memiliki pH kurang dari tujuh (<7), bersifat basa
bila memiliki pH lebih dari tujuh (>7) dan bila pH = 7 maka larutan tersebut
bersifat netral. Derajat keasaman suatu senyawa dapat diiuji dengan
menggunakan indikator (Wardani & Arifiyana, 2020).
Indikator yang sering digunakan dalam praktikum kimia materi asam
basa diantaranya adalah kertas lakmus, indikator universal, fenolftalein,
metil merah, dan bromtimol biru. Indikator sintesis memiliki beberapa
kelemahan yaitu hanya mampu menyatakan sifat keasaman atau kebasaan,
menimbulkan polusi kimia yang mencemari lingkungan dan membahayakan
kesehatan, serta ketersediaan dan biaya produksi tinggi (Maulika et al.,
2019).
Indikator yang paling umum digunakan dalam proses praktikum asam
basa adalah indikator kertas lakmus. Penggunaan kertas lakmus saja tidak
cukup karena tidak dapat menunjukkan seberapa kuat sifat asam atau basa
suatu larutan dan masing masing terbatas hanya untuk indikator asam saja
atau hanya indikator basa saja. Indikator sintesis ini seperti kertas lakmus
dapat diganti dengan alternatif lain yaitu berupa indikator alami dari ekstrak
tumbuhan, salah satu indikator yang telah dikembangkan adalah mahkota
bunga kembang sepatu yang mengandung antosianin. Antosianin adalah
senyawa yang bersifat amfoter, yaitu memiliki kemampuan untuk bereaksi
baik dengan asam maupun dalam basa, dalam media asam antosianin
berwarna merah seperti halnya saat dalam vakuola sel dan berubah menjadi
ungu dan biru jika media bertambah basa (Maulika et al., 2019).
Ekstrak indikator alami dapat digunakan sebagai indikator asam basa,
namun indikator ini tidak dapat bertahan dalam jangka waktu panjang, hal
ini disebabkan indikator alami bersifat organik dan mudah terurai,
umumnya akan menyebabkan bau tidak sedab. Solusi yang dapat diusulkan
untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melakukan imobilisasi
ekstrak tumbuhan pada material tertentu. Bioselulosa ini dapat digunakan
sebagai bahan dasar indikator alami asam basa yang akan dijadikan kertas.
Kelebihan indikator dalam bentuk kertas yaitu dapat disimpan dalam waktu
serta dapat menghemat tempat penyimpanan, lebih mudah ditemukan di
pasaran dengan harga yang relative murah, indikator kertas juga tidak
mudah rusak sehingga dapat meminimalisir penggunaaan (Maulika et al.,
2019).
Metode titrasi adalah metode di mana larutan dengan konsentrasi yang
diketahui digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan yang tidak
diketahui (Thirumalai, 2020). Titrasi adalah menetapkan kadar suatu larutan
dengan mereaksikan sejumlah larutan tersebut yang volumenya terukur
dengan suatu larutan lain yang telah diketahui kadarnya (larutan standar)
secara bertahap. Titrasi asam basa dimana saat larutan basa ditetesi dengan
larutan asam, pH larutan akan turun. Sebaliknya jika larutan asam ditetesi
dengan larutan basa, maka larutan akan naik. Jika pH larutan asam atau basa
diplotkan sebagai fungsi dari volume larutan basa atau asam yang ditetesi,
maka akan diperoleh suatu grafik yang disebut kurva titrasi. Titrasi bisa
dilakukan dengan asam kuat dengan basa kuat, asam lemah dengan basa
kuat dan basa lemah dengan asam kuat (Mubarok & Iswadi, 2021).

III. ALAT DAN BAHAN


A. ALAT
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah erlenmeyer, pipet
mohr, pipet tetes, buret, bulb, statif dan klem.

B. BAHAN
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akuades, indikator
metil merah, indikator PP, Na2CO3 0,1 N 10 mL, HCl pekat 36% 0,1 N 10
mL, dan NaOH 0,1 N 10 mL.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


A. Standarisasi HCl 0,1 N Dengan Larutan Na2CO3
1. Larutan HCl 10 mLdiambil dan dimasukkan kedalam erlenmeyer
menggunakan pipet mohr.
2. Indikaor metil merah ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam larutan
menggunakan pipet tetes dan dihomogenkan.
3. Larutan HCl dititrasi dengan larutan Na2CO3 sampai terjadi
perubahan warna.
4. Volume Na2CO3 yang terpakai dicatat.

B. Penentuan Konsentrasi NaOH dengan HCl


1. Larutan NaOH 10 mL diambil dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer
dengan pipet mohr.
2. Indikaor PP ditambahkan sebanyak 3 tetes ke dalam larutan
menggunakan pipet tetes dan dihomogenkan.
3. Larutan NaOH dititrasi dengan larutan HCl sampai terjadi perubahan
warna.
4. Volume HCl yang terpakai dicatat.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL
Tabel 1. Hasil Pengamatan Alat-Alat Gelas
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Larutan HCl 10 mLdiambil dan Terdapat 10 mL larutan HCl di dalam
dimasukkan kedalam erlenmeyer erlenmeyer
menggunakan pipet mohr

2. Indikaor metil merah Larutan berubah warna menjadi merah


ditambahkan sebanyak 3 tetes ke muda
dalam larutan menggunakan pipet
tetes dan dihomogenkan

3. Larutan HCl dititrasi dengan Larutan berubah warna menjadi bening


larutan Na2CO3 sampai terjadi kekuningan
perubahan warna
4. Volume Na2CO3 yang terpakai V1 = 12,8 mL
dicatat V2 = 4 mL
Volume terpakai = volume akhir 
volume awal
= 12,8 mL  4 mL
Vterpakai = 8,8 mL

Tabel 2. Penentuan Konsentrasi NaOH dengan HCl


No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1. Larutan NaOH 10 mLdiambil dan Terdapat 10 mL larutan NaOH di
dimasukkan kedalam erlenmeyer dalam erlenmeyer
menggunakan pipet mohr

2. Indikaor PP ditambahkan Larutan berubah warna menjadi bening


sebanyak 3 tetes ke dalam larutan ungu muda
menggunakan pipet tetes dan
dihomogenkan

3. Larutan NaOH dititrasi dengan Larutan berubah warna menjadi bening


larutan HCl sampai terjadi
perubahan warna
4. Volume NaOH yang terpakai V1 = 0 mL
dicatat V2 = 16,3 mL
Volume terpakai = volume akhir 
volume awal
= 16,3 mL  0 mL
Vterpakai = 16,3 mL

Perhitungan:
1. Pengeceran HCl pekat 36%
Diketahui: HCl pekat = 36% = 0,36
Mr HCl = 36,5 gram/mol
BE HCl = 1,19 gram/mol
Volume HCl = 0,86 mL
Volme Akuades = 100 mL
Ditanya: M2 =…?
Jawab:
% × BE × 1000
M1 =
Mr HCl
0 ,36 × 1 ,19 ×1000
M1 =
36 ,5
M1 = 11,73 M
M1V1 = M2V2
11,73 × 0,86 = M2 100 mL
M2 = 0,1 M

2. Pembuatan larutan NaOH


Diketahui: m = 0,4 gram
Mr NaOH = 40 gram/mol
V = 100 mL
Ditanya: M =…?
Jawab:
m 1000
M = ×
Mr V
0 , 4 1000
M = ×
40 100
M = 0,1 M
3. Pembuatan larutan Na2CO3
Diketahui: m = 0,53 gram
Mr Na2CO3 = 106 gram/mol
V = 100 mL
Ditanya: M =…?
Jawab
gr 1000
M = ×
Mr V
0 ,53 1000
M = ×
106 100
M = 0,05 M

4. Standarisasi HCl dengan larutan Na2CO3


Diketahui: M Na2CO3 = 0.05 M
Valensi () Na2CO3 = 2 ek/mol
N Na2CO3 =M×
= 0,05 × 2
= 0,1 N
V Na2CO3 = 8,8 mL
V HCl = 10 mL
Ditanya: N HCl =…?
Jawab:
(N × V) Na2CO3 = (N × V) HCl
(0,1 N × 8,8) = (N HCl × 10 mL)
N HCl = 0,088 N

5. Penentuan konsentrasi NaOH dengan HCl


Diketahui : V NaOH = 10 mL
V HCl = 16,3 mL
N HCL = 0,088 N
= 0,05 × 2
= 0,1 N
Ditanya: N NaOH =…?
Jawab:
(N × V) HCl = (N × V) NaOH
(0,088 N × 16,3) = (N NaOH × 10 mL)
N NaOH = 0,14 N

B. PEMBAHASAN
Titrasi adalah teknik sederhana yang dilakukan untuk mencari
konsentrasi larutan yang tidak diketahui dengan mereaksikannya
dengan larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Prosesnya adalah
menitrasi titrat dengan titer sampai titik ekivalen yang ditandai dengan
perubahan indikator. Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam
dengan basa, sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang
dititrasi. Percobaan perubahan pH dapat diikuti dengan mengukur pH
larutan yang dititrasi dengan elektrode pada pH meter. Reaksi antara
asam dan basa, dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat
atau lemah. Titrasi asam dengan basa, indikator (asam lemah) akan
bereaksi dengan basa sebagai penitrasi setelah semua asam dititrasi
(bereaksi) dengan basa sebagai penitrasi. Titrasi didasarkan pada
volume zat yang dititrasi (titran) yang bereaksi dengan zat yang akan
dititrasi (titrasi), selama suatu derajat, titik ekuivalen dan titik akhir
derajat diketahui. Titik akhir derajat adalah titik dimana derajat
berakhir.
Indikator adalah senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan
asam dan basa, disertai dengan perubahan warna tergantung
konsentrasi ion hidrogen dalam proses titrasi. Indikator asam-basa
adalah asam atau basa organik yang memiliki warna ketika
konsentrasi ion hidrogen lebih besar dari nilai tertentu dan warna
berbeda ketika konsentrasinya kurang. Indikator asam-basa dapat
mengalami perubahan warna ketika pH lingkungan berubah,
perubahan warna yang terjadi ditentukan oleh indikator yang
digunakan. Asam atau basa adalah elektrolit lemah, maka garam yang
dihasilkan akan terhidrolisis pada titik ekuivalen dan larutan akan
memiliki pH > 7, pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi
dari asam atau basa lemah tersebut, serta dari konsentrasi larutan yang
diperoleh. Indikator ditambahkan dalam larutan yang bersifat asam
atau basa maka larutan akan langsung berubah warnanya. Konsentrasi
ion hidrogen lebih besar dari nilai tertentu dan warna berbeda ketika
konsentrasinya kurang.
Indikator PP atau fenolftalein adalah senyawa organik yang
tidak berwarna dalam larutan netral (pH sekitar 7). Ketika larutan
menjadi lebih besar (pH di atas 7), fenolftalein akan berubah menjadi
merah muda hingga merah terang, ini adalah indikator yang sering
digunakan dalam titrasi asam-basa untuk menentukan titik akhir reaksi
antara asam dan basa. Indikator metil merah (methyl red) adalah
senyawa kimia yang berwarna merah. Indikator ini digunakan untuk
menunjukkan keberadaan asam dalam larutan, ketika larutan bersifat
asam (pH kurang dari 4,4), metil merah akan berwarna merah.
Perubahan warna yang terjadi ketika ditetesi indikator dalam suatu
larutan atau reaksi kimia disebabkan oleh perubahan dalam
konsentrasi ion hydrogen (H+) atau ion hidroksida (OH-) dalam
larutan, yang pada gilirannya mengidentifikasi perubahan dalam
tingkat keasaman atau kebasaan (pH) larutan tersebut. Alasan
perubahan warna ini terjadi karena sifat kimia dari indikator itu
sendiri.
Percobaan pembuatan dan standarisasi larutan digunakan HCI
yang merupakan asam kuat dan Na2CO3 yang merupakan garam yang
mempunyai sifat basa. Natrium karbonat adalah garam natrium dari
asam karbonat yang mudah larut dalam air. Natrium karbonat juga
merupakan zat kimia yang stabil terhadap lingkungan (udara dan
cahaya). Tujuan standarisasi larutan HCI dan Na 2CO3 adalah untuk
mengetahui konsentrasi HCL Larutan Na 2CO3 digunakan sebagai
titran, dan HCI digunakan sebagai titrat. Percobaan standarisasi HCI
0,1 N dengan larutan Na2CO3, diteteskan indikator metil merah
sebanyak 3 tetes dalam larutan HCI, ketika larutan ditetesi indikator
metil merah larutan berubah warna yang sebelumnya berwarna bening
menjadi berwarna merah muda. Larutan HCI dititrasi dengan larutan
Na2CO3 sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dihentikan ketika
sudah mencapai titik ekuivalen, atau saat warna larutan berubah
menjadi bening kekuningan. Perhitungan didapat volume awal adalah
4 ml, setelah dititrasi volume menjadi 12,8 ml, Volume titrasi yaitu
volume akhir dikurangi volume awal menjadi 12,8 ml dikurang 4 mL
yaitu didapat 8,8 mL.
NaOH atau natrium hidroksida termasuk kedalam basa kuat,
HCI merupakan asam kuat. Percobaan ini dilakukan untuk
menentukan konsentrasi NaOH dengan cara menstandarisasi atau
titrasi. Larutan NaOH digunakan sebagai titrat dan HCI sebagai titran.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah mengambil larutan NaOH
sebanyak 10 mL dan dimasukkan dalam Erlenmeyer, setelah itu
ditetesi oleh indikator PP atau inndikator fenolftalein sebanyak 3 tetes.
Indikator PP ditambahkan terjadi perubahan warna pada larutan
NaOH yang semula mula berwarna bening berubah menjadi bening
ungu tua. Larutan NaOH dititrasi dengan larutan HCl, terjadi
perubahan warna dari ungu muda menjadi bening. Hasil perhitungan
penentuan konsentrasi NaOH dengan HCI, diperoleh volume awal
HCI adalah 0 ml, setelah dilakukan titrasi volume berubah menjadi
16,3 ml, Volume titrasi yaitu volume akhir dikurangi volume awal,
yaitu 0 mL dikurang 16,3 mL, didapat volume titrasinya adalah 16,3
mL.

VI. KESIMPULAN
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pembuatan larutan natrium
hidroksida (NaOH) dan larutan asam klorida (HCl), melakukan pengenceran
larutan, dan melakukan standarisasi larutan asam klorida (HCl) dengan
natrium karbonat (Na2CO3). Standarisasi larutan adalah rangkaian proses
yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data
farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan
kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam. Titrasi
adalah Teknik yang melibatkan penambahan larutan standar ke larutan yang
akan diuji hingga tercapai titik akhir reaksi, yang ditandai dengan perubahan
warna pada indikator atau penanda titrasi. Volume larutan standar yang
ditambahkan, konsentrasi larutan dapat dihitung. Hasil dari percobaan
standarisasi HCL 0,1 N dengan larutan Na2CO3 adalah volume titrasi 8,8
mL dan hasil penentuan konsentrasi NaOH dengan HCI volume titrasinya
adalah 16,3 mL.

DAFTAR PUSTAKA

Andasari, S. D., Mustofa, C. H., & Arabela, E. O. (2021). Standarisasi Parameter


Spesifik dan Non Spesifik Ekstrak Etil Asetat Daun Beluntas (Pluchea
indicaL.). Jurnal Ilmu Farmasi. 12(1), 47-48.

Fatimawali, Billy J. K., & Widdhi, B. (2020). Standarisasi Parameter Spesifik dan
Non-Spesifik Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpura
K.Schum) Sebagai obat Antibakteri. SK Dirjen Penguatan Riset dan
Pengemabangan, 8(1), 63-67.

Maulika, F., Rizmahardian, A. K., & Dedeh, K. (2019). Pengembangan Media


Pembelajaran Indikator Asam Basa Alami Indikator Asam Basa Alami
Berbasis Bioselulosa AR-RAZI Jurnal Ilmiah, 7(1), 56-64.

Mubarok Z, R., & Isawadi, D. (2021). Praktikum Kimia Dasar. Tangerang


Selatan: Penerbit Unpam Press.

Roni, K. A., & Herawati, N. (2020). Kimia Fisika II. Palembang: CV Amanah.

Thirumalai, M. (2020). Quantitative Estimation of Acid and Base from Locally


Available Materials by Using Titration Method. Open Access Library
Journal, 7(06), 1.

Wardani, R. K., & Arifiyana, D. (2020). Suhu, Waktu dan Kelarutan Kalsium
Oksalat pada Umbi Porang. Gresik: Graniti.

Anda mungkin juga menyukai