KIMIA LINGKUNGAN
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
NILAI PARAF
2023
PERCOBAAN 2
PEMBUATAN DAN STANDARISASI LARUTAN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk melakukan pembuatan larutan
NaOH dan larutan HCl, melakukan pengenceran larutan, dan melakukan
standarisasi larutan HCl dengan Na2CO3.
B. BAHAN
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah akuades, indikator
metil merah, indikator PP, Na2CO3 0,1 N 10 mL, HCl pekat 36% 0,1 N 10
mL, dan NaOH 0,1 N 10 mL.
Perhitungan:
1. Pengeceran HCl pekat 36%
Diketahui: HCl pekat = 36% = 0,36
Mr HCl = 36,5 gram/mol
BE HCl = 1,19 gram/mol
Volume HCl = 0,86 mL
Volme Akuades = 100 mL
Ditanya: M2 =…?
Jawab:
% × BE × 1000
M1 =
Mr HCl
0 ,36 × 1 ,19 ×1000
M1 =
36 ,5
M1 = 11,73 M
M1V1 = M2V2
11,73 × 0,86 = M2 100 mL
M2 = 0,1 M
B. PEMBAHASAN
Titrasi adalah teknik sederhana yang dilakukan untuk mencari
konsentrasi larutan yang tidak diketahui dengan mereaksikannya
dengan larutan lain yang konsentrasinya diketahui. Prosesnya adalah
menitrasi titrat dengan titer sampai titik ekivalen yang ditandai dengan
perubahan indikator. Titrasi asam basa melibatkan reaksi antara asam
dengan basa, sehingga akan terjadi perubahan pH larutan yang
dititrasi. Percobaan perubahan pH dapat diikuti dengan mengukur pH
larutan yang dititrasi dengan elektrode pada pH meter. Reaksi antara
asam dan basa, dapat berupa asam kuat atau lemah dengan basa kuat
atau lemah. Titrasi asam dengan basa, indikator (asam lemah) akan
bereaksi dengan basa sebagai penitrasi setelah semua asam dititrasi
(bereaksi) dengan basa sebagai penitrasi. Titrasi didasarkan pada
volume zat yang dititrasi (titran) yang bereaksi dengan zat yang akan
dititrasi (titrasi), selama suatu derajat, titik ekuivalen dan titik akhir
derajat diketahui. Titik akhir derajat adalah titik dimana derajat
berakhir.
Indikator adalah senyawa kompleks yang dapat bereaksi dengan
asam dan basa, disertai dengan perubahan warna tergantung
konsentrasi ion hidrogen dalam proses titrasi. Indikator asam-basa
adalah asam atau basa organik yang memiliki warna ketika
konsentrasi ion hidrogen lebih besar dari nilai tertentu dan warna
berbeda ketika konsentrasinya kurang. Indikator asam-basa dapat
mengalami perubahan warna ketika pH lingkungan berubah,
perubahan warna yang terjadi ditentukan oleh indikator yang
digunakan. Asam atau basa adalah elektrolit lemah, maka garam yang
dihasilkan akan terhidrolisis pada titik ekuivalen dan larutan akan
memiliki pH > 7, pH yang tepat dapat dihitung dari tetapan ionisasi
dari asam atau basa lemah tersebut, serta dari konsentrasi larutan yang
diperoleh. Indikator ditambahkan dalam larutan yang bersifat asam
atau basa maka larutan akan langsung berubah warnanya. Konsentrasi
ion hidrogen lebih besar dari nilai tertentu dan warna berbeda ketika
konsentrasinya kurang.
Indikator PP atau fenolftalein adalah senyawa organik yang
tidak berwarna dalam larutan netral (pH sekitar 7). Ketika larutan
menjadi lebih besar (pH di atas 7), fenolftalein akan berubah menjadi
merah muda hingga merah terang, ini adalah indikator yang sering
digunakan dalam titrasi asam-basa untuk menentukan titik akhir reaksi
antara asam dan basa. Indikator metil merah (methyl red) adalah
senyawa kimia yang berwarna merah. Indikator ini digunakan untuk
menunjukkan keberadaan asam dalam larutan, ketika larutan bersifat
asam (pH kurang dari 4,4), metil merah akan berwarna merah.
Perubahan warna yang terjadi ketika ditetesi indikator dalam suatu
larutan atau reaksi kimia disebabkan oleh perubahan dalam
konsentrasi ion hydrogen (H+) atau ion hidroksida (OH-) dalam
larutan, yang pada gilirannya mengidentifikasi perubahan dalam
tingkat keasaman atau kebasaan (pH) larutan tersebut. Alasan
perubahan warna ini terjadi karena sifat kimia dari indikator itu
sendiri.
Percobaan pembuatan dan standarisasi larutan digunakan HCI
yang merupakan asam kuat dan Na2CO3 yang merupakan garam yang
mempunyai sifat basa. Natrium karbonat adalah garam natrium dari
asam karbonat yang mudah larut dalam air. Natrium karbonat juga
merupakan zat kimia yang stabil terhadap lingkungan (udara dan
cahaya). Tujuan standarisasi larutan HCI dan Na 2CO3 adalah untuk
mengetahui konsentrasi HCL Larutan Na 2CO3 digunakan sebagai
titran, dan HCI digunakan sebagai titrat. Percobaan standarisasi HCI
0,1 N dengan larutan Na2CO3, diteteskan indikator metil merah
sebanyak 3 tetes dalam larutan HCI, ketika larutan ditetesi indikator
metil merah larutan berubah warna yang sebelumnya berwarna bening
menjadi berwarna merah muda. Larutan HCI dititrasi dengan larutan
Na2CO3 sampai terjadi perubahan warna. Titrasi dihentikan ketika
sudah mencapai titik ekuivalen, atau saat warna larutan berubah
menjadi bening kekuningan. Perhitungan didapat volume awal adalah
4 ml, setelah dititrasi volume menjadi 12,8 ml, Volume titrasi yaitu
volume akhir dikurangi volume awal menjadi 12,8 ml dikurang 4 mL
yaitu didapat 8,8 mL.
NaOH atau natrium hidroksida termasuk kedalam basa kuat,
HCI merupakan asam kuat. Percobaan ini dilakukan untuk
menentukan konsentrasi NaOH dengan cara menstandarisasi atau
titrasi. Larutan NaOH digunakan sebagai titrat dan HCI sebagai titran.
Percobaan pertama yang dilakukan adalah mengambil larutan NaOH
sebanyak 10 mL dan dimasukkan dalam Erlenmeyer, setelah itu
ditetesi oleh indikator PP atau inndikator fenolftalein sebanyak 3 tetes.
Indikator PP ditambahkan terjadi perubahan warna pada larutan
NaOH yang semula mula berwarna bening berubah menjadi bening
ungu tua. Larutan NaOH dititrasi dengan larutan HCl, terjadi
perubahan warna dari ungu muda menjadi bening. Hasil perhitungan
penentuan konsentrasi NaOH dengan HCI, diperoleh volume awal
HCI adalah 0 ml, setelah dilakukan titrasi volume berubah menjadi
16,3 ml, Volume titrasi yaitu volume akhir dikurangi volume awal,
yaitu 0 mL dikurang 16,3 mL, didapat volume titrasinya adalah 16,3
mL.
VI. KESIMPULAN
Praktikum ini bertujuan untuk melakukan pembuatan larutan natrium
hidroksida (NaOH) dan larutan asam klorida (HCl), melakukan pengenceran
larutan, dan melakukan standarisasi larutan asam klorida (HCl) dengan
natrium karbonat (Na2CO3). Standarisasi larutan adalah rangkaian proses
yang melibatkan berbagai metode analisis kimiawi berdasarkan data
farmakologis, melibatkan analisis fisik dan mikrobiologi berdasarkan
kriteria umum keamanan (toksikologi) terhadap suatu ekstrak alam. Titrasi
adalah Teknik yang melibatkan penambahan larutan standar ke larutan yang
akan diuji hingga tercapai titik akhir reaksi, yang ditandai dengan perubahan
warna pada indikator atau penanda titrasi. Volume larutan standar yang
ditambahkan, konsentrasi larutan dapat dihitung. Hasil dari percobaan
standarisasi HCL 0,1 N dengan larutan Na2CO3 adalah volume titrasi 8,8
mL dan hasil penentuan konsentrasi NaOH dengan HCI volume titrasinya
adalah 16,3 mL.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimawali, Billy J. K., & Widdhi, B. (2020). Standarisasi Parameter Spesifik dan
Non-Spesifik Ekstrak Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpura
K.Schum) Sebagai obat Antibakteri. SK Dirjen Penguatan Riset dan
Pengemabangan, 8(1), 63-67.
Roni, K. A., & Herawati, N. (2020). Kimia Fisika II. Palembang: CV Amanah.
Wardani, R. K., & Arifiyana, D. (2020). Suhu, Waktu dan Kelarutan Kalsium
Oksalat pada Umbi Porang. Gresik: Graniti.