Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN HASIL STUDI KASUS

PENGANTAR LINGKUNGAN LAHAN BASAH

IDENTIFIKASI LAHAN BASAH DI KOTA BANJARBARU

DOSEN PENGAMPU:

NOVA ANNISA, S.Si., M.S.


NIP. 19891128 20160120 8 001

OLEH:

AHMAD MAULANA SHOBARI (2310815110003)


TIARADITA ROSALIA AZZAHRA (2310815120013)
YEHEZKIEL DAMANIK (2310815210018)

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU

2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya
penyusunan laporan ini sebagai tugas mata kuliah Pengantar Lingungan Lahan
Basah dengan baik dan tepat waktu. Laporan ini berjudul “Identifikasi Lahan
Basah di Kota Banjarbaru”. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang terkait dalam penyusunan laporan ini, kepada:
1. Ibu Nova Annisa, S.Si., M.S. yang menjadi dosen pengampu dalam mata
kuliah Pengantar Lingkungan Lahan Basah.
2. Orang tua yang selalu mendoakan agar dapat mengerjakan tugas ini dengan
baik.
3. Teman-teman serta pihak lain yang memberikan dorongan dan bantuan pada
saat penyusunan laporan ini hingga dapat diselesaikan tepat waktu.
Kami menyadari laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Kami
mengharapkan saran dan masukan yang sifatnya membangun dari pembaca agar
menyempurnakan laporan ini. Semoga dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca, terutama bagi kami sendiri.

Banjarbaru, 25 Maret 2024

Penulis

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i

DAFTAR ISI..........................................................................................................ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.................................................................................2

1.3 Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

2.1 Area Studi..............................................................................................3

2.2 Kualitas Air dan Cara Pengendalian Banjir..........................................4

2.3 Flora dan Fauna.....................................................................................5

2.4 Daur Biogeokimia.................................................................................5

2.5 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Lahan Basah................................6

BAB III PENUTUP................................................................................................7

3.1 Kesimpulan...........................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................8
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kondisi Sungai Kemuning.....................................................................3


Gambar 2. Kondisi Embung Kampung Banjar........................................................3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahan (land) atau sumber daya lahan (land resources) merupakan
lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta
benda yang ada diatasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan
tanah. Lahan adalah hamparan di muka bumi yang merupakan suatu
perpaduan sejumlah sumber daya alam dan binaan. Lahan basah dapat
diartikan sebagai suatu wilayah genangan atau wilayah penyimpanan air,
memiliki karakteristik terresterial dan aquatic. Umumnya lahan basah yang
ditemukan di Indonesia seperti endapan tanah rendah sesudah air pasang
surut, genangan air, mangrove (hutan bakau) yang banyak terdapat di
Sumatera, Kalimantan, dan Irian Jaya. Tipe lahan basah utama yang dimiliki
Indonesia yaitu lahan basah pesisir, rawa-rawa, wilayah berair mengalir,
danau dan lahan basah buatan, serta kolam. Ekosistem lahan basah banyak
menyimpan berbagai satwa dan tumbuhan liar yang sebagian besar
menggantungkan hidupnya pada keberadaan lahan basah ini, bahkan
dibandingkan dengan ekosistem lainnya ternyata ekosistem lahan basah
boleh dikatakan yang terkaya dalam menyimpan jenis flora dan fauna.
Sungai merupakan bentuk ekosistem yang terdiri atas unsur air,
kehidupan akuatik, dan daratan yang dipengaruhi oleh tinggi rendahnya
permukaan air. Sungai memegang peranan penting dalam sistem hidrologis,
yaitu dengan menjamin keseimbangan dan ketersediaan air permukaan dan
air tanah serta menjaga kelembaban udara dalam kondisi yang nyaman bagi
kehidupan. Embung adalah cekungan yang digunakan untuk mengatur dan
menampung suplai aliran air hujan serta untuk meningkatkan kualitas air di
badan air. Embung digunakan untuk menjaga kualitas air tanah, mencegah
banjir, estetika, hingga pengairan. Embung menampung air hujan lalu dapat
digunakan petani untuk mengairi lahan di musim kemarau. Analisis lahan
basah yang kami lakukan pada Sungai Kemuning dan Embung Kampung
Banjar untuk mengetahui tipologi, flora dan fauna, serta masalah-masalah
yang terjadi di kawasan tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana tipologi lahan basah di Kota Banjarbaru?
2. Bagaimana kualitas air dan cara pengendalian banjir di lokasi tersebut?
3. Apa saja flora dan fauna yang terdapat di lahan basah daerah Kota
Banjarbaru?
4. Bagaimana proses terjadinya daur biogeokimia di lahan basah?
5. Apa saja faktor-faktor penyebab kerusakan lahan basah di Kota
Banjarbaru?

1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi tipologi lahan basah di Kota Banjarbaru.
2. Mengetahui kualitas air dan cara pengendalian banjir di lokasi tersebut.
3. Mengetahui flora dan fauna yang terdapat di lahan basah daerah Kota
Banjarbaru.
4. Mengetahui proses terjadinya daur biogeokimia di lahan basah.
5. Menganalisis faktor-faktor penyebab kerusakan lahan basah di Kota
Banjarbaru.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Area Studi


Penelitian ini dilakukan di Sungai Kemuning dan Embung Kampung
Banjar yang berada di kawasan Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan
Selatan.

Gambar 1. Kondisi Sungai Kemuning

Area pertama yang akan dijelaskan adalah Sungai Kemuning yang


terletak di Kelurahan Guntung Paikat, Kecamatan Banjarbaru Selatan, Kota
Banjarbaru. Sungai Kemuning di Banjarbaru mengalir hampir di sepanjang
wilayah Kota Banjarbaru. Kawasan Sungai Kemuning terletak di Kelurahan
Kemuning, Kelurahan Sungai Besar, Kelurahan Guntung Paikat, dan
Kelurahan Loktabat Selatan. Berdasarkan SK Wali Kota Banjarbaru,
kawasan ini memiliki luas kumuh sebesar 45,91 ha dengan tipologi wilayah
Pinggiran Sungai.

Gambar 2. Kondisi Embung Kampung Banjar


Area kedua yang akan dijelaskan adalah Embung Kampung Banjar
yang terletak di Kelurahan Palam, Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru.
Embung Kampung Banjar dibangun pada tahun 2019-2020 dengan luas 6,36
ha dan kapasitas tampungan maksimal 218.000 m 3. Embung yang termasuk
ke dalam lahan basah buatan ini berfungsi sebagai konservasi untuk
menampung air agar bisa mengatasi daerah resapan air yang terganggu
akibat pembukaan lahan dalam skala besar yang terletak di areal
pembangunan sekitar komplek perkantoran Pemerintah Provinsi Kalimantan
Selatan, serta untuk mendukung penyediaan air baku kawasan pusat
pemerintahan Kota Banjarbaru.

2.2 Kualitas Air dan Cara Pengendalian Banjir


Dulu, di bantaran Sungai Kemuning banyak terdapat pemukiman
padat penduduk sehingga masyarakat banyak membangun rumah-rumah
hingga ke badan sungai. Adanya peningkatan jumlah penduduk berarti pula
terjadi peningkatan kebutuhan hidup, dan inilah yang menjadi faktor
pendorong terjadinya konversi lahan. Ketika sistem lahan dibuka menjadi
lahan pertanian dan pemukiman, fungsi hidrologis lahan yaitu sebagai
daerah tangkapan hujan menurun seiring dengan adanya perubahan sifat
tanah. Hal ini akan menimbulkan erosi, longsor, kekeringan, dan banjir di
setiap tahunnya sehingga merendam rumah-rumah warga yang ada di
sepanjang bantaran sungai. Untuk menanggulangi bencana yang terjadi di
Sungai Kemuning dilakukan normalisasi, menyelesaikan persoalan bantaran
sungai dengan merubah mindset masyarakat, dan dengan merencanakan
pembuatan tanggul pada titik-titik yang berkelok-kelok guna melindungi
lereng sungai dari gerusan-gerusan. Kini, Sungai Kemuning sudah bersih
dan dimanfaatkan oleh masyarakat untuk beraktivitas. Sungai Kemuning
digunakan sebagai tempat pelaksanaan lomba pada momen-momen tertentu
seperti perayaan hari kemerdekaan dan hari jadi Kota Banjarbaru.
Embung Kampung Banjar sendiri merupakan salah satu pembangunan
infrastruktur berkelanjutan yang dilaksanakan oleh Kementerian PUPR di
Kalimantan Selatan yang bertujuan sebagai daerah konservasi, pengendalian
banjir, serta sebagai wadah untuk berwisata. Keberadaan Embung Kampung
Banjar diharapkan dapat menampung ketersediaan air permukaan dan
menjaga ketersediaan air tanah. Dengan adanya pembangunan Embung
Kampung Banjar ini sendiri dapat mengurangi ataupun mengontrol debit
banjir yang masuk ke perkotaan Banjarbaru. Air yang mengalir dengan debit
yang lebih besar tidak tertampung ke drainase perkotaan melainkan akan
mengalir ke embung ini sehingga diharapkan dapat mengecilkan debit air
yang mengalir dan memperlambat debit puncak koefisien pengaliran
Embung Kampung Banjar.

2.3 Flora dan Fauna


Flora yang dapat dijumpai di sekitar Sungai Kemuning dan Embung
Kampung Banjar adalah talas, bunga terompet, genjer, kangkung, urang-
aring, ketapang, putri malu, ilalang, dan rumput liar lainnya. Sedangkan
fauna yang dapat dijumpai di sekitar kawasan tersebut yaitu katak, belalang,
capung, biawak, ikan air tawar seperti ikan gabus, ikan lele, dan ikan toman,
serta berbagai macam serangga lainnya.

2.4 Daur Biogeokimia


Daur biogeokimia merupakan proses alamiah yang terjadi ketika
sejumlah elemen atau molekul kimia bergerak dari komponen abiotik
(tanah, perairan, dan atmosfer) ke komponen biotik (makhluk hidup) dan
kembali lagi ke komponen abiotik. Proses ini bertujuan untuk menjaga
keseimbangan ekosistem termasuk lingkungan lahan basah. Unsur-unsur
kimia yang dapat mengalami daur biogeokimia meliputi karbon, nitrogen,
hidrogen, dan oksigen, serta fosfor.
Daur biogeokimia di sungai maupun embung terdiri dari lima jenis
siklus alami yaitu daur air, daur karbon, daur nitrogen, daur fosfor, dan daur
sulfur. Proses daur air melibatkan perpindahan air dari sungai ke udara
melalui evaporasi dan transpirasi, dan kembali lagi ke sungai melalui
kondensasi. Proses daur karbon melibatkan perpindahan karbondioksida
melalui tumbuhan dan hewan, dan kembali lagi ke udara melalui proses
fotorespirosis. Proses daur nitrogen melibatkan fiksasi nitrogen oleh
tumbuhan dan bakteri, nitrifikasi, asimilasi, amonifikasi, dan denitrifikasi.
Proses daur fosfor melibatkan pelapukan batuan yang mengandung fosfor,
penyerapan oleh tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme, dekomposisi,
mineralisasi, dan penguraian. Proses daur sulfur melibatkan perpindahan
sulfur dari tanah ke udara melalui proses kemikilan, dan kembali lagi ke
tanah melalui proses mineralisasi.

2.5 Faktor-Faktor Penyebab Kerusakan Lahan Basah


Perilaku manusia adalah faktor utama yang menyebabkan kerusakan
lingkungan lahan basah secara global, kerusakan lingkungan lahan basah
saat ini dalam kondisi yang memprihatinkan karena pembiasaan peduli
lingkungan lahan basah sangat kurang. Beberapa faktor yang memengaruhi
kerusakan lahan basah di kawasan Sungai Kemuning dan Embung
Kampung Banjar yaitu alih fungsi lahan, pembangunan daerah secara besar-
besaran, sungai yang semakin sempit karena adanya bangunan liar atau
rumah di bantaran sungai, serta banyaknya sampah di sungai karena
dijadikan tempat pembuangan limbah organik maupun limbah anorganik.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Penelitian ini dilakukan di Sungai Kemuning dan Embung Kampung
Banjar yang berada di kawasan Kota Banjarbaru, Provinsi Kalimantan
Selatan. Sungai Kemuning dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
beraktivitas, sedangkan Embung Kampung Banjar digunakan sebagai
wilayah konservasi untuk penampungan air. Flora dan fauna yang dapat
dijumpai di kawasan tersebut adalah talas, bunga terompet, genjer,
kangkung, urang-aring, ketapang, putri malu, ilalang, katak, belalang,
capung, biawak, ikan air tawar seperti ikan gabus, ikan lele, dan ikan toman,
serta berbagai macam serangga dan rumput liar lainnya. Daur biogeokimia
di sungai maupun embung terdiri dari lima jenis siklus alami yaitu daur air,
daur karbon, daur nitrogen, daur fosfor, dan daur sulfur. Perilaku manusia
adalah faktor utama yang menyebabkan kerusakan lingkungan lahan basah
secara global, kerusakan lingkungan lahan basah saat ini dalam kondisi yang
memprihatinkan karena pembiasaan peduli lingkungan lahan basah sangat
kurang.
DAFTAR PUSTAKA

Adlyatma, R. (2013). Studi Normalisasi Sungai Kemuning dalam Penanggulangan


Banjir di Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Jurnal Rekayasa Sipil, 1(1),
37-49.

Khairiyanti, L., Lenie, M., Agung, W., & Anugrah, N. R. (2022). Buku Ajar
Pengantar Lingkungan Lahan Basah. Yogyakarta: CV. Mine.

Mahmud, M., Ahmad, K., Rizqi, P. M., & Fitria, H. (2022). Pengaruh Tata Guna
Lahan terhadap Fluktuasi Debit Embung Kampung Banjar di Wilayah
Perkantoran Provinsi Kalimantan Selatan. EnviroScienteae, 18(1), 19-28.

Putra, T. P., Sidharta, A., & Ellyn, N. (2016). Analisis Perilaku Masyarakat
Bantaran Sungai Martapura dalam Aktivitas Membuang Sampah Rumah
Tangga di Kelurahan Basirih Kecamatan Banjarmasin Barat. Jurnal
Pendidikan Geografi, 3(6), 23-35.

Anda mungkin juga menyukai