Anda di halaman 1dari 15

PERENCANAAN PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR DAN

KELAUTAN

KARAKTERISTIK SUMBER DAYA ALAM DAN


MASYARAKAT PESISIR
KABUPATEN MANOKWARI, PAPUA BARAT

Disusun Oleh:

Meilany Nuralisdjah

052119019

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PAKUAN
BOGOR
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Perencanaan
Pesisir yang berjudul “ Karakteristik Masyarakat Pesisir “ tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan Laporan Perencanaan Pesisir ini adalah untuk
memberikan wawasan pembaca baik siswa maupun mahasiswa. Untuk mengetahui
karakteristik masyarakat pesisir Kabupaten Manokwari Papua Barat,
Saya menyadari kelemahan serta keterbatasan yang ada sehingga dalam
menyelesaikan penulisan ini memperoleh bantuan dari beberapa pihak yang terkait.
Oleh karena itu saya mengaharapkan segala saran dan kritik yang membangun dari
semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan pada tugas selanjutnya. Saya
selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. Lilis Sri Mulyawati M.Si
selaku dosen pengampu mata kuliah Perencanaan Pesisir yang telah membimbing
penulis dalam penyusunan laporan ini. Harapan kami semoga tugas ini
bermanfataat khususnya bagi kami penulis dan bagi pembaca lainnya dan saya juga
menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak terkait yang telah
membantu terselesaikannya tugas ini.

Bogor, 26 Oktober 2022

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1

1.2 Maksud dan Tujuan .......................................................................................... 1

1.3 Gambaran Umum Wilayah ............................................................................... 2

BAB II KARAKTERISTIK SUMBER DAYA ALAM ......................................... 3

2.1 Hutan Mangrove................................................................................................ 3

2.2 Ikan dan Terumbu Karang ................................................................................ 4

2.3 Lamun ............................................................................................................... 6

BAB III KARAKTERISTIK MASYARAKAT PESISIR ...................................... 8

3.1 Karakteristik Ekonomi ...................................................................................... 8

3.2 Karakteristik Budaya dan Sosial Penduduk ..................................................... 9

BAB III ................................................................................................................. 10

PENUTUP ............................................................................................................. 10

Kesimpulan ........................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | i


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Hutan Mangrove ................................................................................. 4


Gambar 2 Peta Sebaran Lokasi Kelompok Usaha Pengolahan Hasil Perikanan
Pesisir Kabupaten Manokwari ............................................................................. 5
Gambar 3 Ikan dan Terumbu Karang .................................................................. 6
Gambar 4 Lamun ................................................................................................. 7
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan Jumlah Penduduk 192.633 jiwa Dan luas wilayah 3.168,28 km2
(Data Badan Pusat Statistik), Kabupaten manokwari merupakan bagian dalam pusat
pengambangan kota Manokwari yang memiliki berbagai permasalahan kota seperti
hunia padat, kumuh dan hunian liar, penyimpangan lahan serta menurunnya
kualitas lingkungan utamanya pada kawasan pesisir pantai.

Beberapa dampak penyimpangan penggunaan lahan kawasan pesisir


antara lain, rusaknya vegetasi pantai, munculnya genangan air, menurunnya
kualitas air, berkurangnya lahan non terbangun, dan berubahnya struktur mata
pencaharian asli, terjadi kepadatan dan ketidakteraturan bangunan karena
terbatasnya ruang, tidak ada atau terbatasnya ruang terbuka hijau sebagai daerah
resapan hujan dan pengurangan polusi udara, aksesibilitas terbatas pada
pemukiman padat penduduk, penyempitan ruang terbuka karena banyak dijadikan
pemukiman, akses untuk mendapatkan air bersih dan air minum yang layak sulit
didapat, tidak adanya drainase yang baik sehingga menyebabkan banjir pada saat
musim penghujan.

Belum terdapat kajian tentang kondisi social ekonomi terkait upaya


pelestarian ekosistem pesisir. Aspek social ekonomi masyarakat memiliki peran
yang besar dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya pesisir, karena dapat
menjawab bagaimana mestinya peran masyarakat dalam memanfaatkan potensi
sumber daya pesisir yang ada di Manokwari.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud

Maksud ditulisnya laporan ini adalah untuk dapat mengetahui hasil dari
identifikasi karakteristik masyarakat pesisir dan juga untuk dapat identifikasi dari
karakteristik Sumber Daya Alam di Kawasan pesisir.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 1


Tujuan

Tujuan dari laporan ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi Karakteristik Masyarakat Pesisir Kelurahan Padarni,


Kabupaten Manokwari, Papua Barat.
2. Mengidentifikasi Karakteristik Sumber Daya Alam Kelurahan Padarni,
Kabupaten Manokwari, Papua Barat.

1.3 Gambaran Umum Wilayah


Manokwari merupakan daerah pesisir yang memiliki potensi pesisir dan laut
baik berupa ekosistem terumbu karang, ikan, ekosistem padang lamun dan
ekosistem mangrove yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan penelitian,
ilmu pengetahuan, pariwisata dan perikanan.

Masyarakat pesisir di Manokwari mempertahankan hidupnya dengan


bergantung pada hasil laut melalui kegiatan perikanan tangkap maupun perikanan
non tangkap. Seiring dengan pembangunan Manokwari sebagai Ibu Kota Provinsi
Papua Barat, maka pembukaan lahan di daratan semakin luas dan secara tidak
langsung maupun tidak langsung berpengaruh terhadap degradasi ekosistem pesisir
laut. Di satu sisi, tekanan ekonomi menyebabkan nelayan cenderung memanfaatkan
cara-cara penangkapan yang tidak ramah lingkungan. Meningkatnya jumlah
penduduk juga menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sumber daya ikan. Hal
ini mnyebabkan pola pemanfaatan sumber daya perikanan yang berlibahan dan
tidak memperhatikan aspek daya dukung lingkungan sehingga dapat mengganggu
ekosistem pesisir dan laut.

Kerusakan ekosistem pesisir secara langsung maupun tidak langsung dapat


berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakt pesisir. Terkait dengan kelestarian
ekosistem pesisir Manokwari, perlu ada upaya konservasi guna mencegah
kerusakan yang semakin parah.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 2


BAB II

KARAKTERISTIK SUMBER DAYA ALAM


2.1 Hutan Mangrove
Masyarakat pesisir di lokasi ini memanfaatkan sumber daya pesisir untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Salah satunya yaitu hutan mangrove, dalam lokasi
ini terdapat beberapa hutan mangrove yang bisa dijadikan sebagai sumber daya
alam wilayah ini. Hutan mangrove yang ada di lokasi ini dijadikan juga sebagai
tempat wisata. Responden menyatakan bahwa manfaat ekonomi yang dapat
diperoleh dari hutan mangrove adalah kayu untuk bahan bangunan, kayu bakar, dan
bahan arang. Jenis yang umum dimanfaatkan sebagai bahan bangunan adalah
Rhizopora sp. dan Lumnit zera sp. Berdasarkan hasil survey wawancara diperoleh
informasi bahwa lebih dari separuh responden di lokasi ini memanfaatkan kayu
mangrove sebagai bahan bangunan. Selain sebagai bahan bangunan, masyarakat
juga memanfaatkan mangrove sebagai bahan bakar, bahan pembuatan naju perahu,
dan sebagai daerah penangkapan ikan. Selain itu mangrove juga bisa dimanfaatkan
sebagai bahan obat-obatan, akan tetapi pemanfaatannya masih sangat rendah
dikarenakan penduduk di lokasi ini masih belum mengetahui bahwa mangrove
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan dan obat-obatan. Hal ini disebabkan
belum adanya pengetahuan masyarakat untuk mengolahnya.

Hal tersebut menyebabkan kerusakan hutan mangrove di wilayah pesisir.


Ekosistem hutan mangrove telah mengalami penurunan luasan, terutama karena
aktivitas alih fungsi lahan. Kondisi ekosistem mangrove di nilai buruk, dan
sebagian besar responden juga menilai bahwa kondisi mangrove saat ini lebih buruk
dibandingkan dengan sepuluh tahun lalu. Rusaknya ekosistem mangrove di lokasi
studi ini disebabkan karena penebangan mangrove, dan alih fungsi mangrove untuk
permukiman. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada gambar 1 hutan mangrove.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 3


Gambar 1 Hutan Mangrove

Sumber : Survey Sekunder 2022

2.2 Ikan dan Terumbu Karang


Pesisir Kabupaten Manokwari Papua Barat sangat kaya akan sumber daya
alamnya salah satunya yaitu pada bagian pesisirnya. Hal ini dibuktikan dengan
adanya ikan yang melimpah pada kawasan pesisir Kabupaten Manokwari Papua
Barat dan juga terumbu karang yang sangat indah. Terdapat beberbagai macam
jenis ikan dan juga terumbu karang, hal ini di jadikan sebagai sumber pendapatan
bagi para nelayan dan juga penduduk di sekitar pesisir wilayah tersebut. Jumlah
total ikan karang yang tercatat dari hasil sensus visual yaitu 6224 individu, yang
tergolong dalam 9 famili, 11 genus dan 22 spesies. Spesies tersebut terdiri dari
Scarus sp., Scarus bleekeri, Scarus flavipectoralis, Scarus quoyi, Ctenochaetus
timiniensis, Cephalopholis miniata dan Siganus gutattus. Dalam perairan ini
spesies jenis Caesio lunaris sangat tinggi keberadaannya hal itu disebabkan oleh
kebiasaannya yang suka bergerombol (schooling). Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 2 peta sebaran lokasi kelompok usaha pengolahan hasil
perikanan di Pesisir Kabupaten Manokwari dan gambar 3 jenis ikan dan terumbu
karang.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 4


Gambar 2 Peta Sebaran Lokasi Kelompok Usaha Pengolahan Hasil Perikanan Pesisir Kabupaten Manokwari

Sumber : Hasil Penelitian dan Survey Sekunder 2022

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 5


Gambar 3 Ikan dan Terumbu Karang

(Ikan Spesies Caesio lunaris) (Ikan spesies Siganus Gutattus)

Sumber : Survey Sekunder 2022

2.3 Lamun
Dari hasil survey sekunder terdapat sebanyak 8 jenis lamun yang termasuk
dalam 2 famili (Hydrocharitaceae dan Cymondoceaceae) dan 6 genus. Akan tetapi
masyarakat pesisir di lokasi tersebut menyatakan tidak tahu manfaat lamun. Lamun
hanya dimanfaatkan sebagai bahan ayaman, bahan baku garam, bahan pengisi
Kasur, bahan atap rumbia, bahan kompos, dan bahan pengganti benang. Namun
hanya sedikit masyarakat pesisir yang memanfaatkan lamun, yakni sebagai bahan
pewarna dan lokasi budidaya rumput laut, selebihnya tidak paham dengan manfaat
lamun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 6


Gambar 4 Lamun

(Hydrocharitaceae) (Cymondoceaceae)

Sumber : Survey Sekunder 2022

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 7


BAB III

KARAKTERISTIK MASYARAKAT PESISIR

3.1 Karakteristik Ekonomi


Seperti pada wilayah pesisir lainnya, kawasan pesisir pantai Kabupaten
Manokwari Papua Barat merupakan permukiman dengan mayoritas penduduk
sebagai pedagang, pekerja swasta dan nelayan. Dengan ketergantungan terhadap
hasil laut sekitar wilayah Kota Manokwari, nelayan pesisir memiliki pendapatan
yang relatif rendah. Hasil tangkapan yang diperoleh dari sekitar laut Kota
Manokwari dijual di pasar Ikan Sanggeng dan pasar Borobudur. Terdapat juga
peolahan ikan asar yang dilakukan oleh perempuan pesisir, hal ini didukung oleh
ketersediaan bahan baku ikan yang lebih memudahkan proses produksi. Jenis usaha
ikan asar berada pada derah Borobudur dan Sowi IV yang termasuk dalam
perkampungan nelayan, sebagian besar mendapatkan bahan baku dari hasil
tangkapan suami yang merupakan nelayan. Usaha wisata kuliner memiliki
presentase responden terbanyak kedua yakni 27%. Usaha abon ikan dan ikan asin
sebanyak 14% dan terendahnya adalah usaha bakso ikan dan kerupuk.Selain
perikanan, terdapat juga Pelabuhan perintis/feri .Angrem sebagai pusat kegiatan
masyarakat dan menggerakan kegiatan ekonomi daerah sekitarnya. Jenis pekerjaan
responden paling banyak berprofesi sebagai nelayan yaitu sebanyak 35 orang
disusul oleh sektor swasta sebanyak 25 orang dan yang paling sedikit adalah
pensiunan PNS.

Secara kemampuan ekonomi, sekitar 78% (876) kepala rumah tangga


termasuk dalam masyarakat berpenghasilan rendah . Masyarakat berpenghasilan
rendah (MBR) adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga
perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh rumah (Undang-Undang
No. 1 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, 2011). MBBR di lokasi ini
paling banyak terdapat di wilayah RT 05 RW 03 sebanyak 153 kepala rumah
tangga.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 8


3.2 Karakteristik Budaya dan Sosial Penduduk
Hubungan kekerabatan karena kesamaan daerah asal (kampung) umumnya
masih terasa kental dibandingkan masyarakat perkotaan, karena umumnya masih
suatu kesatuan permukiman yang sama sebagian besar dihuni oleh penduduk yang
mempunyai pertalian darah. Makin bersifat kedesaan maskin kental ciri-ciri
kekerabatannya. Anggota keluarga yang kemudian membina rumah tangganya
sendiri pada umumnya akan membangun tempat huniannya disekitar rumah orang
tuanya atau masih dalam satu unit permukiman yang sama. Penduduk kawasan
pesisir sebagian besar merupakan penduduk yang mendiami derah pesisir/pantai
juga di wilayah asalnya. Pola-pola pembagian lahan dan pengaturan/tata letak juga
berhubungan dengan kebiasaan dari daerah asal responden,

Keseluruhan responden kawasan pesisir Kelurahan Padarni merupakan


pendatang yang berasal dari berbagai derah, sebagian besar pemilik hak atas tanah
adalah pemerintah derah dan suku Mandacan sedangkan suku yang paling dominan
mendiami kawasan pesisir adalah berasal dari Kabupaten Buton, seperti daerah
Barangka, Lombe (warga Borobudur) dan daerah Pulo Makassar, Kota Bau-Bau,
Suku Biak dan Suku Wondama.

Terdapat lebih dari 15 etnis yang mendiami kawasan pesisir ini, hal tersebut
merupakan ciri di kawasan Manokwari yang telah berkembang cukup lama.
Toleransi yang baik menjadikan kondisi sosial yang ada sangat mendukung
perkembangan kawasan. Kondisi masyarakat yang heterogen merupakan potensi
yang terdapat di kawasan ini terlihat dari berbagai kegiatan budaya lokal seperti
acar adat, tari-tarian, ukiran dan seni lain. Kondisi budaya atau etnis ini juga yang
mempengaruhi pola pemanfaatan ruang kawasan seperti misalnya pembangunan
rumah sederet dalam satu marga (berhubungan keluarga), pengelolaan tanah adat
dan lain sebaginya.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 9


BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah didapatkan dari survey sekunder, maka dapat
disimpulkan bahwa bentuk-bentuk pemanfaatan sumber daya pesisir oleh
masyarakat Manokwari sangat bervariasi. Umumnya masyarakat telah
memanfaatkan mangrove, ikan, terumbu karang serta lamun akan tetapi lamun
belum terlalu dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir dikarenakan masih kurangnya
pengetahuan yang ada. Terdapat bentuk-bentuk pemanfaatan yang bersifat
merusak kelestarian ekosistem pesisir seperti penebangan mangrove yang di
gunakan sebagai bahan bangunan. Masyarkat masih memiliki kesadaran yang
minim tentang kerusakannya ekosistem mangrove dan lainnya. Permasalahan
yang paling dominan adalah berkurangnya hutan mangrove dan terumbu karang.
Masyarakat juga menilai bahwa perlu adanya pelestarian sumber daya alam
pesisir dan lautan seperti pananaman Kembali hutan mangrove. Partisipasi
masyarakat pesisir dalam pelestarian ekosistem masih tergolong rendah dan
termasuk dalam partisipasi yang dimobilisasi. Masyarakat juga mengakui bahwa
kesadaran mereka untuk melestarikan lingkungan masih rendah. Rendahnya
partisipasi diduga karena kurangnya kepemimpinan, pengetahuan dan komunikasi
dari pihak-pihak yang lebih memahami konsep pelestarian.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 10


DAFTAR PUSTAKA

Adityo Dwi Nugroho. Kajian Pemanfaatan Ruang Kawasan Pesisir Studi Kasus Kawasan
Permukiman Kumuh Kelurhan Padarni Kabupaten Manokwari 2(2): 128-146.
Konstanpina M. Okoseray. Nurhani Widiastuti dan Dedi Parenden. Pemenfaatan, Persepsi
Dan Partisipasi Terhadap Pelestarian Ekosistem Pesisir Di Distrik Manokwari Selatan.
Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari: Jurusan Perikanan.
Paskalina Th. Lefaan. Dede Setiadi dan D. Djokosetiyanto. (2013). Struktur Komunitas Lamun
di Perairan Pesisir Manokwari 5(2): 69-81.
Selvi Tebaiy. Juliana Leiwakabessy dan Eddy T Wambrauw. Kontribusi Pendapatan
Kelompok Usaha Perempuan Pesisir Dalam Pengolahan Hasil Perikanan Di Manokwari.
Fakultas Perikanan Ilmu Kelautan Universitas Negeri Papua, Manokwari: Jurusanan
Perikanan.

Perencanaan Pengembangan Wilayah Pesisir dan Kelautan | 11

Anda mungkin juga menyukai