Puji dan syukur penulis panjat kan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian yang
berjudul penataan permukiman nelayan di Negeri Assilulu. Adapun tujuan dari
penulisan proposal penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik
masyarakat nelayan di sepanjang pesisir Negeri Assilulu dan untuk membuat konsep
penataan permukiman nelayan terhadap kegiatan perikanan di Negeri Assilulu dan
untuk memperoleh gelar Sarjana Perencanaan Wilayah dan Kota.
Pada kesempatan ini, penulis hendak menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materiil sehingga proposal
penelitian ini dapat selesai.
iii
RINGKASAN
iv
DAFTAR ISI
v
BAB I
PENDAHULUAN
1
tidak memadai tersebut, mengakibatkan kondisi permukiman yang mereka tinggali
juga terlihat kurang memadai. Rata-rata kondisi permukiman di wilayah pesisir
merupakan perkampungan nelayan yang padat dan cenderung kumuh. Sebagai salah
satu wilayah kepulauan di Indonesia, Maluku juga dihadapkan pada tantangan
serupa. Dengan sebaran pulau yang berjumlah ribuan di Maluku, kawasan pesisir
juga menjadi isu kunci yang harus dikelola bagi kemajuan wilayah ini.
Leihitu merupakan Kecamatan di Provinsi Maluku yang memiliki wilayah
pesisir menghadap Pulau Buru. Wilayah pesisir Leihitu meliputi Desa Morela,
Mamala, Hitu, Hila, Seit, Negerilima, Ureng, dan Assilulu. Dilihat dari letak
geografisnya Wilayah pesisir Leihitu dihuni oleh masyarakat yang sebagian besar
bermata pencaharian sebagai nelayan karena bermukim dekat dengan pantai.
Penelitian ini dilakukan di Negeri Assilulu yang merupakan tempat dengan
masyarakat bermata pencaharian sebagai nelayan terbanyak sejumlah 469 orang.
Sementara dari sisi permukiman terlihat bahwa sebagian besar kondisi rumah
tinggal dari komunitas nelayan di Assilulu berada dalam kategori tidak layak huni
yang dicirikan dengan kekumuhan. Kondisi ini terlihat jelas dari halaman yang
sangat sempit, sanitasi yang rendah, fasilitas pendukung yang tidak lengkap, tata
letak bangunan yang tidak sesuai dengan peruntukkannya dan tata letak perlengkapan
melaut yang tidak teratur.
Pada umumnya permukiman nelayan yang terdapat di sepanjang pesisir
Assilulu Kecamatan Leihitu yaitu perlu untuk mengidentifikasi karakteristik
masyarakat nelayan, menganalisis tapak permukiman nelayan berupa pola dan tata
letak dan menganalisis ketersediaan sarana-prasarana pelayanan permukiman
terhadap kegiatan perikanan agar dapat dijadikan dasar dalam konsep penataan
permukiman nelayan terhadap kegiatan perikanan, sehingga penting untuk
mengambil judul penataan permukiman Nelayan di Negeri Assilulu Kecamatan
Leihitu.
2
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang , pertanyaan penelitian dalam penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana karakteristik masyarakat nelayan di Negeri Assilulu?
2. Bagaimana sarana prasaran pelayanan kegiatan perikanan di Negeri Assilulu?
3. Bagaimana penataan permukiman nelayan di Negeri Assilulu?
3
teknologi dalam penataan permukiman nelayan di sepanjang pesisir Negeri Asilulu
Kec. Leihitu
1.5.2. Pengembangan Masyarakat/Pemerintah
Bagi pemerintah, dapat di jadikan sebagai bahan masukan institusi pemerintahan
terkait dalam penetapan kebijakan terkait dengan pengembangan permukiman dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat manfaat
penelitian ini dapatdi jadikan sebagai acuan dalam pemanfaatan ruang nelayan yang
teratur berdasarkan pola dan tapak permukiman.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini, peneliti memaparkan hasil studi literature teoritis dan normatis
yang berupa dasar-dasar teori dan referensi-referensi yang berkaitan dengan
obyek penelitian yang akan dilakukan. Setelah memaparkan teori, lalu
membuat kerangka berfikir yang menggambarkan alur pemikiran peneliti
sebagai kelanjutan dari deskripsi teori.
4
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
5
daratan. Secara umum permukiman nelayan dapat digambarkan sebagai suatu
permukiman yang sebagian besar penduduknya merupakan masyarakat yang
memiliki pekerjaan sebagai nelayan. Sedangkan pekerjaan nelayan itu sendiri adalah
pekerjaan yang memiliki ciri utama adalah mencari ikan di perairan.
2.1.2 Karakteristik Permukiman Nelayan
Pengertian karakter secara umum berdasarkan penggunaannya sebagai
sebuah istilah yang dipergunakan sehari-hari adalah salah satu atribut atau ciri-
ciri yang membuat obyek dapat dibedakan sebagai sesuatu yang sifatnya
individual. Pengertian yang mampu menunjukkan adanya kualitas khusus, berperan
sebagai pembeda (Nurjannah, 2013). Dengan demikian karakter dapat digunakan
untuk memberikan gambaran atau deskripsi baik fisik maupun non fisik
(tergantung kandungan/ muatan isi obyek) dengan penekanan terhadap sifat- sifat,
ciri-ciri yang spesifik dan khusus suatu obyek, yang membuat obyek tersebut
dapat dikendalikan dengan mudah.
Pendapat lain disampaikan oleh Departemen Pekerjaan Umum Bidang Cipta
Karya tentang karakteristik permukiman nelayan adalah:
1. Merupakan permukiman yang terdiri atas satuan-satuan perumahan
yang memiliki berbagai sarana dan prasarana yang mendukung
kehidupan dan penghidupan penghuninya.
2. Berdekatan atau berbatasan langsung dengan parairan, dan memiliki
akses yang tinggi terhadap kawasan perairan.
3. 60% dari jumlah penduduk merupakan nelayan, dan pekerjaan lainnya
yang terkait dengan pengelolaan dan penjualan ikan.
4. Memiliki berbagai sarana yang mendukung kehidupan dan penghidupan
penduduknya sebagai nelayan, khususnya dikaitkan dengan kegiatan-
kegiatan ekplorasi ikan dan pengelolaan ikan.
6
layak huni yaitu memenuhi persyaratan teknis, persyaratan administrasi, maupun
persyaratan lingkungan.
Dari berbagai parameter tentang permukiman dan karakteristik nelayan dapat
dirumuskan bahwa permukiman nelayan merupakan suatu lingkungan masyarakat
dengan sarapa dan prasarana yang mendukung, dimana masyarakat tersebut
mempunyai keterikatan dengan sumber mata pencaharian mereka sebagai nelayan.
2.1.3 Kehidupan Masyarakat Nelayan di Tinjau dari Aspek Ekonomi
Masyasrakat yang tinggal di wilayah pesisir merupakan masyarakat nelayan
yang memiliki kehidupan ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya laut.
Kehidupan nelayan bergantung pada laut dengan ikan sebagai penghasil utama.
2.1.4 Kehidupan Masyarakat Nelayan di Tinjau dari Aspek Sosial
Salah satu aspek sosial yang berperan serta dalam penataan kawasan
permukiman adalah partisipasi masyarakat di dalam permukiman itu sendiri.
Hubungan antara individu juga dapat menjadi modal sosial yang menjadi
sumber daya yang berguna bagi individu itu sendiri. sebagaimana dalam teori modal
sosial, bahwa masyarakat nelayan akan mampu mengatasi kondisinya tersebut
melalaui berbagai bentuk hubungan sosial yang dimiliki. Melalui hubungan yang
terjalin dengan baik antara nelayan dengan tetangga, teman, dan instansi pemerintah
memberikan sebuah jaringan yang mampu membantu kondisi yang dihadapinya.
7
2.2. Sarana dan Prasarana Pelayanan Kegiatan Perikanan
Secara umum prasarana dan sarana adalah alat penunjang keberhasilan suatu
proses upaya yang dilakukan di dalam pelayanan publik, kerana apabila kedua hal ini
tidak tersedia maka semua kegiatan yang dilakukan tidak akan dapat mencapai hasil
yang diharapakan sesuai dengan rencana.
2.2.1 Sarana Pelayanan Kegiatan Perikanan
A. Tempat Pelelangan Ikan (TPI)
Tempat pelelangan ikan (TPI) adalah tempat jual beli ikan dengan sistem lelang
dimana terdapat kegiatan menimbang, menempatkan pada keranjangkeranjang
dengan jenis-jenisnya atau digelar di lantai siap untuk dilelang, kemudian pelelangan
lalu pengepakan dengan es untuk keranjang/peti ikan yang sudah beku. Lokasi TPI
sebaiknya dekat dengan dengan dermaga sehingga memudahkan pengangkutannya
dari kapal-kapal. Kegiatan ini banyak menggunakan air, oleh karena itu sebaiknya
dekat dengan air bersih kondisi saluran drainase di lokasi TPI harus baik agar air
tidak tergenang sehingga tidak menimbulkan bau yang menyengat.
B. Tempat Pendaratan Ikan
Tempat pendaratan ikan merupakan salah satu pelabuhan perikanan yang
diklasifikasikan dalam kelas. Menurut Rusdi (2012), definisi pangkalan pendaratan
ikan yaitu suatu tempat untuk perahu/kapal yang sedang bertambat dan labuh,
mendaratkan dan melelangkan hasil perikanan, dalam rangka memberikan pelayanan
umum maupun jasa dengan tujuan memperlancar kegiatan usaha perikanan.
Pernyataan tersebut serupa dengan Tridjoko (2005) menyebutkan definisi pangkalan
pendaratan ikan merupakan tempat bertambat dan labuh kapal perikanan sebagai
tempat untuk mendaratkan atau bongkar muat hasil tangkapan serta melelangkannya
hasil tangkapan tersebut atau maksud lain merupakan lingkungan kerja ekonomi
perikanan. Berdasarkan pendapat kedua sumber diatas terkait definisi pangkalan
pendaratan ikan memiliki kesamaan pendapat bahwa pangkalan pendaratan ikan
sebagai tempat tambat dan labuh kapal perikanan, mendaratkan serta melelangkan
hasil tangkapan ikan.
C. Tambatan Perahu
8
Tempat penambatan perahu adalah tempat perahu-perahu bersandar / parkir sebelum
dan sesudah bongkar muat ikan. Biasanya berdekatan dengan TPI. Fungsi tambatan
perahu sebagai tempat untuk mengikat perahu saat berlabuh dan tempat penghubung
antara dua tempat yang dipisahkan oleh laut,sungai maupun danau. Terdapat dua tipe
tambatan perahu terdiri dari:
1. Tambatan tepi, digunakan apabila dasar tepi sungai atau pantai cukup dalam,
dibangun searah tepi sungai atau pantai.
2. Tambatan dermaga, digunakan apabila dasar sungai atau pantai cukup landai,
dibangun menjalar ketengah.
2.2.2 Prasarana Pelayanan Kegiatan Perikanan
A. Jaringan Jalan
Jaringan jalan merupaka prasarana pengangkutan (transportasi) yang
memungkinkan sistem pencapaian dari suatu tempat ke tempat lain dalam pergerakan
arus manusia dan angkutan barang secara aman dan nyaman. Berdasarkan SNI 03-
6967-2003, jaringan jalan adalah suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk
apapun, meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan
perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu-lintas kendaraan, orang dan hewan.
Menurut Adji Adisasmita (2010) prasarana jalan mempunyai peranan yang
sangat besar dalam kehidupan manusia, dalam perekonomian dan pembangunan.
Hampir seluruh kegiatan manusia dilakukan di luar rumah. Hampir seluruh kegiatan
rumah tangga disuplai dari luar rumah. Kegiatan dan kebutuhan manusia, semuanya
menggunakan transportasi jalan dan jasa pelayanan jalan, berarti prasarana jalan
adalah sangat penting dan sangat besar.
Jaringan jalan di kawasan perumahan menurut fungsinya adalah jalan lokal
dan jalan lingkungan dalam sistem jaringan jalan sekunder.
B. Jaringan Drainase
Drainase berasal dari bahasa inggris, drainage mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Dalam bidang teknik sipil, darinase
secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk mengurangi
kelebihan air irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak
9
terganggu. Drainase dapat juga diartikan sebagai usaha mengontrol kualitas air tanah
dalam kaitannya dengan sanitasi. Jadi drainase menyangkut tidak hanya air
permukaan tapi juga air tanah.
Sistem darinase dapat didefenisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal. Dirunut dari hulunya,
bangunan sistem drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor drain), saluran
drainase terdiri dari saluran penerima (interceptor darin), saluran induk (main drain),
dan badan penerima (receiving waters). Disepanjang sistem sering dijumpai
bangunan lainnya, seperti gorong-gorong, siphon, jembatan air, pelimpah pintu-pintu
air, bangunan terjun, kolam tando, dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap,
sebelum masuk ke badan air penerima, air diolah dahulu di instalasi pengolahan
limbah (IPAL), khususnya untuk sistem tercampur. Hanya air yang telah memenuhi
baku mutu tertentu yang dimasukkan ke badan air penerima, sehingga tidak merusak
lingkungan. Secara umum drainase terbagi menjadi:
1) Drainase Primer adalah saluran utama yang menerima saluran drainase
dari drinase sekunder. Dimensi saluran relatif besar yang bermuara pada
badan penerima yang dapat berupa sungai, danau, laut, maupun kanal.
2) Drainase Sekunder adalah saluran terbuka atau tertutup yang menerima
aliran air dari drainase tersier / lingkungan, limpahan air permukaan
sekitarnya dan meneruskan ke saluran primer.
3) Drainase Tersier adalah saluran dari yang menerima air dari setiap persil-
persil rumah, fasilitas umum dan sarana kota lainnya.
4) Drainase Lingkungan adalah saluran yang menerima aliran air dari
lingkungan dan para warga.
C. Jaringan Air Bersih
Untuk memenuhi kebutuhan air bersih pada suatu kawasan permukiman maka
adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
1) Pengambilan air baku diutamakan dari air permukaan
2) Kebutuhan air rata – rata 100 liter/orang/hari
1
3) Kapasitas minimum sambungan rumah 60 liter/orang/hari dan sambungan
kran umum 30 liter/orang/hari.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1405/menkes/sk/xi/2002 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja
Perkantoran dan industri terdapat pengertian mengenai Air Bersih yaitu air yang
dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan
kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
dapat diminum apabila dimasak. Menurut (NSPM Kimpraswil, 2002) beberapa
pengertian tentang air bersih adalah sebagai berikut:
1) Sebagai air yang memenuhi ketentuan yang berlaku untuk baku mutu air
bersih yang berlaku yang siap diminum setelah dimasak
2) Air yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga
3) Air yang dapat dipergunakan oleh masyarakat untuk keperluan sehari-
hari dengan kualitas yang memenuhi ketentuan baku mutu air bersih yang
ditetapkan
4) Air yang aman digunakan untuk air minum dan pemakaian- pemakaian
lain karena telah bersih dari bibit-bibit penyakit, zat kimia organik dan
anorganik, serta zat-zat radioaktif yang dapat membahayakan kesehatan.
5) Air bersih memenuhi syarat kesehatan:
a) Air yang tidak berwarna (bening atau tembus pandang)
b) Tidak berubah rasanya dan baunya
c) Tidak mengandung zat-zat organik dan kuman-kuman yang
mengganggu kesehatan
D. Jaringan Persampahan
Sampah adalah segala sesuatu yang tidak lagi dikehendaki oleh yang punya
dan bersifat padat. Sampah ini ada yang mudah membusuk dan ada pula yang tidak
mudah membusuk. Yang membusuk terutama terdiri dari zat-zat organik seperti sisa
makanan, sedangkan yang tidak mudah membusuk dapat berupa plastik, kertas,
karet, logam dan sebagainya.
1
Sampah adalah limbah atau buangan yang bersifat padat, setengah padat yang
merupakan hasil sampingan dari kegiatan perkotaan atau siklus kehidupan manusia,
hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Sumber limbah padat (sampah) perkotaan berasal
dari permukiman, pasar, kawasan pertokoan dan perdagangan, kawasan perkantoran
dan sarana umum lainnya. Adapun Jenis-jenis sampah terbagi atas dua. Yaitu:
1) Sampah Organik Sampah Organik, yaitu sampah yang mudah membusuk.
Sampah Organik terdiri dari bahan-bahan penyusun tumbuhan dan hewan
yang diambil dari alam atau dihasilkan dari kegiatan pertanian, perikanan
atau yang lain. Sampah ini dengan mudah diuraikan dalam proses alami
dan dapat diolah lebih lanjut menjadi kompos. Sampah rumah tangga
sebagian besar merupakan bahan organik. Termasuk sampah organik,
misalnya sampah dari dapur, sisa tepung, sayuran, kulit buah, dan daun-
daun kering.
2) Sampah Anorganik Sampah Anorganik, yaitu sampah yang tidak mudah
dan bahkan tidak bisa membusuk. Sampah Anorganik berasal dari sumber
daya alam tidak dapat diperbaharui seperti mineral dan minyak bumi, atau
dari proses industri. Sebagian dari sampah anorganik secara keseluruhan
tidak dapat diuraikan oleh alam, sedang sebagian lainnya hanya dapat
diuraikan dalam waktu yang sangat lama. Sampah anorganik pada tingkat
rumah tangga, misalnya berupa botol, botol plastik, tas plastik, dan
kaleng.
E. Jaringan Listrik
Listrik dalam suatu permukiman merupakan salah satu kebutuhan pokok bagi
masyarakatnya untuk keperluan penerangan, baik untuk keperluan rumah tangga,
maupun sebagai sumber energi untuk menunjang kegiatan ekonomi serta sebagai
sarana untuk meningkatkan keamanan wilayah. Sumber penerangan listrik diperoleh
dari PLN. Penggunaan penerangan listrik yang diutamakan adalah untuk rumah
penduduk, bangunan penting (rumah sakit, tempat ibadah), kantor dan jalan. Setiap
lingkungan permukiman harus mendapatkan daya listrik dari PLN atau sumber lain.
1
2.3 Penelitian Terdahulu
1 (Failasuf Herman Hendra, 2013) Model Rasionalistik yang 1. Identifikasi dan Kajian Karakteristik Kawasan
Penataan Permukiman Nelayan di Memadukan Penelitian yang Mempengaruhi perkembangan Permukiman
Pantai Mayangan Probolinggo Kasus/Lapangan dengan Produktif Kampung Nelayan
Jawa Timur, jurnal Teknik Sipil Analisis Deskriftif 2. Wacana Untuk Penataan Permukiman Nelayan
dan Perencanaan, Universitas dalam Meningkatkan taraf Kehidupan dan
Muhammadiyah Surakarta kesejahtraan masyarakat nelayan
(UMS).
2 (Hilman Setiawan, 2016) Studi Analisisis korsing dan Menganalisis Kebutuhan sarana dan prasarana
ketersediaandan kebutuhan sarana deskriptif kualitatif dasar permukiman nelayan di kelurahan untia
prasarana dasar permukiman
nelayan di kelurahan untia
kecamatan birinkannaya kota
Makassar, Skripsi Perencanaan
Wilayah dan Kota, Universitas
1
No Judul Penelitian Metode Yang Digunakan Hasil
1
No Judul Penelitian Metode Yang Digunakan Hasil
1
Muhammadiyah Surakarta (UMS). trotoar, serta penataan kavling perumahan.
(Hilman Setiawan, 2016) Studi ketersediaan Perbaikan Fisik Kawasan yaitu memperbaiki lingkungan fisik dan
dan kebutuhan sarana prasarana dasar fasilitas publik dalam komunitas namun dengan tetap mempertahankan
permukiman nelayan di kelurahan untia lokasi, karakter, dan struktur sosial masyarakat lokal. Bentuk penataan
kecamatan birinkannaya kota Makassar, kawasan ini dapat berupa pembangunan hunian, penataan jalur pejalan
Skripsi Perencanaan Wilayah dan Kota, kaki, penataan jalan lingkungan, dan perbaikan ruang terbuka publik
Universitas Islam Negeri Alauddin smelalui penataan tata letak atau ukuran plot.
Makassar.
(Zeno Amintharso, 2015) Penataan Pembangunan Kembali yaituKegiatan rekonstruksi berarti
Permukiman Kumuh di Kawasan Pesisir pembangunan kembali kawasan di atas lahan yang sama. Dengan
Berbasis Masyarakat, Skripsi Perencanaan adanya rekonstruksi ini, mereka dapat untuk terus tinggal di tempat
Wilayah dan Kota, Universitas Institut yang sama dan tetap dekat dengan tempat kerja mereka, serta
Teknologi Nasional Malang. dilengkapi oleh sistem kondisi lingkungan yang lebih baik.
(Mustofa Kamal, 2005) Strategi Pembagian lahan adalah strategi penataan kawasan permukiman yang
Peningkatan Kualitas Lingkungan bertujuan agar pemilik lahan dan masyarakat mau berbagi lahannya
Permukiman di Tepi Kali Semarang, Jurnal untuk kebermanfaatan bersama.
Perencanaan Wilayah dan Kota, Universitas
Diponegoro.
1
(Mustofa Kamal, 2005) Manfaat Penataan Relokasi atau resettlement merupakan salah satu alternatif untuk
Permukiman Kumuh Terhadap Masyarakat memberikan kesempatan kepada masyarakat yang tinggal di kawasan
Nelayan di Kawasan Bandengan Kabupaten permukiman kumuh, status lahannya ilegal, atau bermukim di
Kendal, Skripsi Perencanaan Wilayah dan lingkungan yang rawan bencana untuk menata kembali dan
Kota, Universitas Diponegoro. melanjutkan kehidupan di tempat yang baru
1
2.6 Kerangka Pikir Teoritis
Penelitian ini berasal dari fenomena kondisi permukiman nelayan yang
cenderung kumuh karena menurunnya kualitas permukiman. Kondisi dilapangan pada
kenyataannya semakin berkembangnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun di
Negeri Assilulu yang tidak terkendali akan berdampak terhadap pola permukiman
yang tidak teratur sehingga terkesan kumuh. selain itu, kekumuhan juga disebabkan
oleh kurang memadainya prasarana pendukung permukiman. Hal ini juga
dikarenakan rendahnya tingkat ekonomi masyarakat untuk melakukan pemeliharaan
lingkungannya. Pada tahap awal studi diperlukan pengkajian terhadap literatur yang
terkait dengan tema penataan permukiman nelayan. Pengkajian terhadap literatur-
literatur tersebut untuk memperoleh variabel-variabel penelitian yang di angkat pada
studi ini setelah didapat variabel penelitian, selanjutnya variabel tersebut dijabarkan
kedalam beberapa identifikasi, yaitu identifikasi karakteristik kondisi ekonomi,
identifikasi kondisi sosial dan budaya masyarakat, identifikasi sarana dan prasarana
pelayanan, dan identifikasi arahan pengembangan penataan permukiman nelayan.
Tahap selanjutnya melakukan analisis, yang terdiri dari analisis karakteristik
ekonomi, analisis karakteristik sosial dan budaya masyarakat, analisis sarana dan
prasarana pelayanan dan analisis arahan pengembangan penataan permukiman
nelayan. Analisis deskriptif kuantitatif dengan menganalisis dalam bentuk angka-
angka berupa mata pencaharian masyarakat, tingkat pendapatan dan kebutuhan sarana
prasarana pelayanan permukiman nelayan. Kemudian disusun output berupa arahan
penataan permukiman nelayan di Negeri Assilulu. Selanjutnya memberikan
rekomendasi yang dapat mendukung pelaksanaan hasil penelitian. Berikut ini
diagram kerangka pikir penelitian
1
Pemukiman Nelayan di Negeri Assilulu
Rendahnya tingkat ekonomi masyarakat Kurang memadainya sarana prasarana pemukiman nelayan
Kajian literature
Rekomendasi
1
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2
Gambar 3.1 Peta Administrasi Negeri Assilulu
2
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan setelah proposal ini di seminarkan. Kegiatan
penelitian dilakukan mulai dari pembuatan surat ijin penelitian, pengumpulan data
penelitian selama 1 bulan dan pengolahan data penelitian selama 1 bulan, dan
penyelesaian skripsi, ujian dan perbaikan selama 3 bulan.
2
3.2 Variabel dan Definisi Operasionalnya
3.2.1. Variabel Yang Diteliti
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari ekonomi masyarakat, sosial dan budaya masyarakat, dan sarana-prasarana pelayanan
kegiatan perikanan
2
No Variabel Indikator Definisi Operasional Sumber/Referensi
mendapatkan fasilitas transportasi. besar dari pada pendapatan riil
masyarakat pada tahun sebelumnya
2. Sosial Interaksi antar warga setempat kondisi sosial masyarakat didefinisikan Kamus Bahasa
Masyarakat sebagai suatu keadaan atau situasi Indonesia
masyarakat yang ada pada Negara
tertentu dan pada saat tertentu.
3 Budaya Berupa perilaku dan benda-benda Budaya masyarakat yaitu system Wikipedia, 2008
Masyarakat yang bersifat nyata, misalnya pengetahuan yang meliputi system ide
pola-pola perilaku yang menjadi atau gagasan yang terdapat dalam pikiran
suatu kebiasaan seperti: bahasa, manusia, sehingga dalam kehidupan
peralatan hidup, tradisi, organisasi sehari-hari kebudayaan itu bersifat
sosial, religi, seni dan lain-lain, abstrak.
yang semuanya ditunjukan untuk
membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
2
No Variabel Indikator Definisi Operasional Sumber/Referensi
4 Sarana Tempat pelelangan ikan, tempat sarana adalah fasilitas dalam lingkungan UU Nomor 1 Tahun
Permukima pendaratan ikan dan tambatan hunian yang berfungsi untuk mendukung 2011 tentang
n nelayan perahu. penyelenggaraan dan pengembangan Perumahan dan
kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi. Kawasan
Permukiman
5 Prasarana Jaringan jalan, jaringan drainase, Prasarana adalah kelengkapan dasar fisik UU Nomor 1 Tahun
permukima jaringan air bersih, jaringan lingkungan hunian yang memenuhi 2011 tentang
n nelayan persampahan, dan jaringan listrik. standar Perumahan dan
pemenuhan tertentu untuk kebutuhan Kawasan
bertempat tinggal yang layak, sehat, Permukiman
aman, dan nyaman.
2
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah unit bangunan rumah sebanyak 608 dan
Penduduk di Negeri Assilulu sebanyak 5817 jiwa (Kecamatan Leihitu dalam angka).
3.3.2. Sampel
No Segmen Jumlah Unit Bangunan
1. Segmen 1 162
2. Segmen 2 141
3. Segmen 3 305
Jumlah 608
Jumlah sampel diambil atas 3 segmen yang dibagi berdasarkan kondisi geografis dan
fungsi kawasan. Dalam penelitian teknik sampling yang digunakan probability
sampling. Teknik dari probability sampling yang digunakan yakni cluster random
sampling (area sampling). Adapun untuk mengetahui jumlah sampel dihitung
menggunakan rumus slovin sebagai berikut:
608
𝑛= = 86
1 + 608 (0,1)2
Kemudian jumlah sampel ini akan dibagi berdasarkan sampel per segmen,
menggunakan rumus yang dikemukan sebagai berikut :
162
𝑆𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 1 = 𝑥 86 = 23
608
141
𝑆𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 2 = 𝑥 86 = 20
608
305
𝑆𝑒𝑔𝑚𝑒𝑛 3 = 𝑥 86 = 43
608
2
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1. Jenis dan Sumber Data
Dalam pengumpulan sumber data, peneliti melakukan pengumpulan sumber
data dalam wujud data primer dan data sekunder. Data Primer di peroleh secara
langsung Penulis mengumpulkan data primer dengan metode wawancara, dokumetasi
dan juga metode observasi. Data sekunder di peroleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara (di peroleh atau dicatat oleh pihak lain). Penulis
mengumpulkan data sekunder dengan metode wawancara dengan instansi terkait serta
kebijakan atau rencana pemerintah.
2
Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data yang
berupa gambaran kondisi eksisting di Negeri Assilulu.
C. Observasi
Observasi adalah suatu metode pengumpulan data yang digunakan dengan jalan
mengadakan pengamatan yang disertai dengan pencatatan-pencatatan terhadap
keadaan atau perilaku objek sasaran yang dilakukan secara langsung pada lokasi
yang menjadi objek penelitian di Negeri Assilulu.
2
b. Kamera: Untuk mengambil gambar (dokumentasi) dan merekam hasil
wawancara
2
Pemanfaatan ruang permukiman nelayan yang teratur berdasarkan
peningkatan kualitas sarana-prasarana pelayanan berdasarkan kebutuhan masyarakat
nelayan di Negeri Assilulu. Untuk mencapai tujuan tersebut akan digunakan metode
analisis spasial, yaitu membandingkan kebijakan dengan kondisi eksisting dari aspek
kondisi tapak permukiman dan sarana-prasarana pelayanan kegiatan perikanan.
C. Analisis Sarana dan Prasarana
Analisis sarana-prasarana adalah teknik analisis yang digunakan untuk
mengetahui kondisi sarana-prasarana permukiman nelayan di Negeri Assilulu.
Untuk sarana sendiri yang dilihat yaitu jenis sarana, bentuk bangunan, jumlah, dan
kondisi dari sarana tersebut seperti apa. Sedangkan prasarana yang dilihat yaitu
terkait komponen prasarana, aspek dari komponen seperti ukuran dan bentuk
prasarana, serta keterangan.
3
Tabel 3.4 Keterkaitan Tujuan Penelitian dan Metode
Analisis
3
No Tujuan Penelitian Metode Analisis Hasil
mengetahui kondisi sarana-prasarana Peningkatan kualitas sarana-prasarana
Analisis sarana
3 permukiman nelayan di Negeri Assilulu. pelayanan berdasarkan kebutuhan masyarakat
dan prasarana
nelayan di Negeri Assilulu
3
3.6 Diagram Alur Penelitian Mulai
Identifikasi Masalah
KAJIAN TEORI
Studi Pustaka
PENGUMPULAN
DATA
Pengumpulan Data
Data Cukup
ya
Pengolahan Data
HASIL
PENELITIAN Arahan penataan Permukiman Nelayan di Negeri Assilulu
Selesai
3
DAFTAR PUSTAKA