Anda di halaman 1dari 35

AKTIVITAS ELO PUKEK DI PESISIR SELATAN DALAM SENI LUKIS

REALIS

KARYA AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam


Mengikuti Seminar Proposal

Oleh:

YOFRI HARDIANSAH
NIM : 19020021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI RUPA


DEPARTEMEN SENI RUPA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i


DAFTAR ISI ..................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan ............................................................1
B. Rumusan Ide Penciptaan ................................................................3
C. Tema\Ide\ Judul .............................................................................3
D. Orisinalitas......................................................................................4
E. Tujuan dan Manfaat........................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

A. Kajian Sumber Penciptaan..............................................................7


B. Landasan Penciptaan......................................................................8
1. Pengertian seni..........................................................................8
2. Pengertian Seni Rupa ...............................................................8
2.1 Unsur Seni Rupa.................................................................9
2.2 Prinsip Seni Rupa ..............................................................12

3. Unsur Seni Lukis Realis.............................................................13


3.1 Pengertian Seni Lukis Realis................................................13
C. Karya Relevan..................................................................................16
D. Konsep Perwujudan.........................................................................17
BAB III PENUTUP

A. Perwujudan Ide-Ide Seni.................................................................18


1. Tahapan Persiapan.....................................................................19
2. Tahapan Elaborasi......................................................................19
3. Tahapan Sintesis........................................................................19
4. Tahapan Realisasi Konsep.........................................................19
5. Tahapan Penyelesaian................................................................19
B. Kerangka Konseptual......................................................................21
C. Jadwal pelaksanaan........................................................................21

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................24
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penciptaan

Indonesia dikenal dunia sebagai negara maritime yang memiliki

kondisi geografis yang sangat strategis dengan jumlah pulau 17.499 pulau

yang tersebar dari ujung sabang sampai merauke. Luas perairan laut

Indonesia mencapai 5,9 juta km2 dan panjang garis pantai kurang lebih

81.000 km2. Negara kepulauan yang dengan dua pertiga luas laut lebih besar

dibandingkan dengan daratanyan membuat Indonesia menjadi negara yang

kaya degan sumber daya lautnya. Ekosistem laut yang yang sangat beragam

tersebut memiliki potensi yang besar untuk dijadikan sebagai sumber

pemasukan terutama pada masyarakat pesisir pantai. Sumatra Barat

merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak pada pesisir barat

pulau Sumatra. Sumatra Barat tersebut memiliki Potensi laut yang cukup

besar, tidak hanya hasil laut berupa ikan saja tetapi rumput laut juga menjadi

salah satu potensi untuk dikembangkan. Pesisir Selatan menjadi salah satu

kabupaten dengan potensi maritim yang cukup baik.

Aktivitas penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir

selatan tepatnya di Nagari Taluak, Kecamatan Batang Kapas Kabupaten

Pesisir Selatan, Sumatra Barat hampir sama dengan aktivitas penangkapan

ikan lainya diberbagai daerah di Pesisir Selatan. Biasanya aktivitas

penangkapan ikan yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai Sumatra


Barat tersebut berupa membagan, menjaring, memancing, memayang, dan

memukat. Aktivitas tersebut dilakukan oleh nelayan buruh untuk mencukupi

kebutuhan sehari-hari, baik untuk kebutuhan sandang, pagan maupun papan.

Begitu juga untuk kebutuhan hidup lainya, seperti biaya pendidikan dan

kesehatan.

Aktivitas yang diangkat dalam karya akhir ini adalah memukat atau

menarik pukat dalam Bahasa minangnya maelo pukek. Maelo pukek

merupakan aktivitas menangkap ikan yang dilakukan oleh nelayan pesisir

pantai dengan menebar jaring yang panjang dan besar ketengah laut secara

vertical di tengah laut lalu sisi ujung dari pukat ditarik kebibir pantai sehingga

membentuk dinding jaring didalam air yang akan melingkari kumpulan ikan

dan mencegah melarikan diri.

Maelo pukek/ menarik pukat merupakan wujud kekompakan dengan

butuh banyak orang untuk menarik pukat kepinggir pantai secara bergantian

dengan cara manual. Maelo Pukek ini merupakan tradisi unik, yang bisa

menjadi daya tarik wisatawan yang berkunjung ke tepatnya di Nagari Taluak,

Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan, sambil menikmati

suasana pantai yang sangat indah dengan view pohon pinus dan pasir pantai

yang putih. Wisatawan nanti juga dapat mencoba tradisi Maelo Pukek ini,

dimana mereka juga ikut berpartsipasi menarik jaring bersama nelayan

terkadang juga wisatawan bias langsung membeli ikan segar yang didapatkan.

Berdasarkan dari hasil wawancara penulis dengan salah satu nelayan

di Nagari Taluak, Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan,


dalam aktifikas elok pukek yang biasanya melakukan kegiatan dipagi maupun

sore hari dengan mengunakan jaring yang panjangnya 600 hingga 1

kilometer. Nelayan akan menebar jaring terlebih dahulu ke tengah laut

menggunakan perahu dipagi hari dan akan menariknya disiang hari, nelayan

dapat melakukanya dua kali dalam sehari tergantung dari kondisi cuaca dan

hasil yang didapatkan. Nelayan yang ikut serta dalam kegiatan tersebut

mendapatkan hasil 80 hingga 100 ribu rupiah sekali memukat tergantung dari

hasil dan banyaknya nelayan dalam kegiatan tersebut biasanya ikan yang

didapat langsung ditampung oleh pengumpul. Apabila ikan yang didapatkan

tidak langsung di tampung oleh pengumpul, maka mereka akan membaginya

sesuai dengan peran mereka dalam kegiatan maelo pukek tersebut. Pada

kegiatan inilah nelayan akan di uji kesabaran dan kekompakanya karena

belum tentu hasil yang didapatnya sesuai dengan apa yang diinginkan.

Terkadang nelayan hanya mendapatkan lelahnya saja karena tidak ada ikan

yang terjerat kedalam pukat yang telah di bentang menggunakan perahu

padahal dalam kegiatan elo pukek ini nyawa adalah taruhanya.

Berdasarkan pernyataan diatas ada banyak kesulitan dan tantangan

yang dihadapi oleh para nelayan pesisir selatan dalam melakukan pekerjaanya

yang jauh dari kata layak dan sejahtera. Kebanyakan dari nelayan yang ikut

berpartisipasi dalam kegiatan elo pukek demi mencari sesuap nasi adalah para

nelayan yang sudah berumur, dari hal inilah membuat penulis menjadi tertarik

untuk mengangkat aktifitas elo pukek nelayan pesisir selatan dalam seni lukis

realis. Alasan penulis memilih gaya realis karena seni lukis realis mampu

mengungkapkan suasana yang sebenarnya dilapangan serta memberikan


kesan lebih kedalam sebuah sebuah karya lukis. Penggarapan karya

menggunakan media cat akrilik diatas kanvas dengan judul karya “Aktivitas

Elo Pukek di Pesisir Selatan dalam Seni Lukis Realis”.

B. Rumusan Ide Penciptaan

Ide serta gagasan dalam penciptaan karya secara sadar diketahui

berasal dari factor pribadi (internal), yaitu berasal dari diri seniman itu

sendiri. Ide serta gagasan tersebut muncul dari hal yang berkaitan dengan

kepribadian, keadaan emosi, dan perspektif pribadi. Selain itu, factor

lingkungan (eksternal) juga menjadi salah satu munculnya ide serta gagasan

dalam penciptaan karya, baik itu lingkungan keluarga, lingkungan tempat

tinggal dan lain sebagainya. Pada tugas akhir ini ide penciptaan penulis

berasal dari bentuk kegelisahan terhadap nelayan pesisir selatan dalam

aktivitas elo pukek tepatnya dikampung halaman penulis yang memiliki

penghasilan yang tidak sebanding dengan jerih payah yang mereka lakukan.

Aktivitas elo pukek yang dilakukan oleh nelayan tersebut memiliki resiko dan

tantangan tersendiri seperti cuaca yang berubah-ubah yang berdampak pada

kesehatan nelayan, gelombang laut yang tidak dapat di prediksi serta hasil

yang didapatkan terkadang tidak menentu.

Maka rumusan ide penciptaan terkaitan dengan kehidupan social

masyarakat nelayan pesisir selatan dalam aktivitas elo pukek yang dapat

penulis uraikan adalah sebagai berikut :


Bagaimana konsep, proses, dan bentuk visual aktivitas elo pukek

nelayan pesisir dalam karya seni lukis realis?

C. Tema/Ide/judul

1. Tema

Tema merupakan ide, gagasan, ataupun isi pokok pemikiran yang

terkandung dalam karya seni rupa dua dimensi maupun tiga dimensi.

Tema dalam penciptaan karya lukis realis adalah fenomena social tentang

kehidupan nelayan Pesisir Selatan.

2. Ide

Ide merupakan rancangan awal yang belum tersusun dan masih

abstrak dalam pembuatan karya. Ide merupakan langkah pertama yang

dilakukan seniman untuk menciptakan sebuah karya, selanjutnya ide

dikembangkan berdasarkan media, objek, teknik, dan jenis karya. Penulis

memilih nelayan dalam kegiatan elo pukek menjadi sebuah ide yang

divisualisasikan diatas kanvas. Penulis memvisualisasikan nelayan di

Nagari Taluak, Kecamatan Batang Kapas Kabupaten Pesisir Selatan,

Sumatra Barat.

3. Judul

Berdasarkan uraian terkait “fenomena sosial”, sesuai dengan ide

penciptaan tentang nelayan dalam aktivitas elo pukek maka dikembangkan

melalui judul “kekompakan” ,”harapan”, ”tanago”, “malapeh”, ”hasil”,


“malapeh jariah”, “gigih”, ”mamiliah”, ”mambali”, ”galak basamo”,

dan “karingek”.

D. Orisinalitas

Karya seni dianggap orisinal jika memiliki ide, corak, serta gaya khas

atau ciri khas, sama halnya dengan menampilkan bentuk-bentuk baru

tergantung pada presepsi si seniman. Orisinalitas merupakan pembeda

sekaligus identitas bagi sebuah karya. Sebelum penulis menciptakan 10 karya

lukis realis dengan mengemas kehidupan nelayan Pesisir Selatan dalam

aktivitas elo pukek penulis memilih seniman Sindoedarsono Soedjojono.

Sindoedarsono Soedjojono merupakan seniman legendaris Indonesia

yang dijuluki sebagai bapak seni rupa Indonesia modern. Julukan ini

diberikan kepadanya karena soedjojono adalah seniman pertama yang

mengenalkan modernitas seni rupa Indonesia dengan konteks kondisi factual

bangsa Indonesia. Sindoedarsono Soedjojono lahir di Kisaran, Sumatra Utara

pada tanggal 14 Desember 1913. Soedjojono sudah banyak menciptakan

lukisan bergaya realis salah satunya adalah karya yang berjudul “Pelabuhan

Tanjung Priok” sebagai refrensi saya dalam penciptaan 10 karya lukis realis.
Gambar 1.Karya Rujukan
Judul : Pelabuhan Tanjung Priok
Ukuran: 100 cm x 150 cm
Media: oil on canvas
Sumber : https://www.dictio.id/t/lukisan-karya-s-
sudjojono/28186

Lukisan Pelabuhan Tanjung Priok merupakan gambaran suasana

kegiatan keluar masuknya kapal pengangkut barang dan penumpang yang

berasal dari pulau. Pelabuhan Tanjung Priok tertelat di Tanjung Priok, Jakarta

Utara yang dijuluki sebagai pelabuhan tersibuk di Indonesia.

Sindoedarsono Sudjojono memiliki karakter goresan ekspresif dan

sedikit bertekestur, goresa dan sapuan dituangkan begitu saja keatas media

kavas serta pemilihan warna yang dominan gelap pada lukisan. Pada priode

sebelumnya lukisan dari S.Sudjojono banyak bertemakan tentang perjungan

dari rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah. Setelah kemerdekaan karya

S.sudjojono banyak bertemakan tentang keindahan alam Indonesia, objek

bunga, aktivitas kehidupan masyarakat dan cerita budaya.

Persamaan penulis dengan Sindoedarsono Sudjojono terletak pada

pemilihan tema dan ide yang diangkat dalam karya lukis realis. Mengangkat

tema fenomena sosial dengan ide kegiatan yang berada di laut. Teknik

pengarapan karya sama-sama melukis dengan pemilihan warna yang lebih

tegas dan mengarah ke warna-warna gelap.

Perbedaan penulis dengan seniman acuan terdapat pada aktivitas yang

di lukis. Seniman melukis aktivitas keluar masuk barang dan penumpang


kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan Tanjung Priok, sedangkan penulis

melukiskan aktivitas elo pukek/ menarik pukat dari nelayan pesisir selatan.

S.Sundjojono melukis dengan sedikit bertekstur dan goresan ekspresif,

sedangkan penulis melukis dengan ciri khasnya sendiri dengan warna-warna

yang tegas dan sedikit pudar. Seniman lebih mengambarkan aktivitas keluar

masuk penumpang kapal-kapal besar di pelabuhan tanjung priok, sedangkan

penulis mengambaarkan kegiatan nelayan dalam maelo pukek/menarik pukat

E. Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan

Penciptaan karya akhir ini mempunyai tujuan untuk menjelaskan

konsep dan proses penciptaan dari karya serta memvisualisasikan

aktivitas elo pukek nelayan Pesisir Selatan kedalam karya lukis realis.

2. Manfaat

Penciptaan karya seni lukis tugas akhir ini mempunyai manfaat

sebagai berikut :

2.1. Bagi Diri Sendiri

Untuk mendapatkan pengalaman dalam berkarya seni, terkait

dengan penciptaan seni lukis realis dengan tema aktivitas elo pukek di

Pesisir Selatan.
2.2. Bagi Masyarakat

Meningkatkan kepekaan dalam kehidupan social masyarakat

melalui ide Aktivitas Elo Pukek di Pesisir Selatan Dalam Seni lukis

Realis, Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kehidupan

nelayan pesisir dalam seni lukis realis, serta masyarakat dapat

memahami pesan moral sesuai apa yang disampaikan pada karya seni

lukis Tugas Akhir.

2.3. Bagi Lembaga

Diharapkan dalam dunia ilmu seni dapat menjadi bahan kajian

yang bermanfaat sekaligus menjadi wacana bagi mahasiswa tentang

alam dan lingkungan.


BAB II
KONSEP PENCIPTAAN

A. Kajian Sumber Penciptaan


1. Nelayan

Nelayan merupakan orang yang berkerja dan hidup dari hasil laut.

Di Indonesia sendiri para nelayan biasanya tinggal dipinggir pantai atau

pesisir pantai. Setiap orang bisa menjadi nelayan tergantung dari kesiapan

diri dalam menghadapi resiko karena pekerjaan tersebut banyak memiliki

resiko yang cukup besar. Nelayan tergolong kedalam perekonomian

menengah kebawah karena hasil yang didapatkan tidak menentu

tergantung dari beberapa factor salah satunya factor cuaca. Semua usaha

yang dilakukan nelayan bertujuan untuk membantu ekonomi dalam

kelangsungan hidup.

Berdasarkan kepemilikan alat produksi, nelayan tradisional

umumnya terbagi menjadi dua. Pertama, nelayan pemilik alat produksi.

Kedua, nelayan yang bertugas sebagai nelayan buruh. Nelayan pemilik alat

produksi biasanya disebut sebagai nelayan juragan. Alat produksi

dimaksud dapat berupa perahu, mesin perahu maupun alat penangkapan

ikan. Nelayan juragan biasanya mempekerjakan atau merekrut nelayan lain

dalam melakukan penangkapan ikan. Namun, ada juga nelayan pemilik

perahu yang melakukan kegiatan menangkap ikan seorang diri

menggunakan perahu miliknya. Para nelayan ini juga dikategorikan

sebagai nelayan juragan. Kedua, nelayan yang bertugas sebagai nelayan


buruh. Nelayan buruh, atau yang biasanya disebut dengan pandega,

merupakan nelayan yang memiliki kemampuan menangkap ikan namun

tidak memiliki alat produksi.

Menurut UURI No.11 tahun 2020 “nelayan adalah orang yang

mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi

kebutuhan hidup sehari-hari, baik yang menggunakan kapal penangkap

Ikan maupun yang tidak menggunakan kapal penangkap Ikan”. Menurut

Fahmi (2012127) nelayan adalah masyarakat yang memperoleh

penghasilan dari sumber daya alam laut. Didalam memperoleh hasil laut

nelayan mempunyai cara yang berbeda-beda, baik itu secara modern atau

secara tradisional, hal ini dapat dilihat dari alat tangkap yang digunakan

yaitu nelayan modern dengan peralatan tangkap yang canggih, sedang

nelayan tradisional menggunakan alat tangkap yang relatif lebih sederhana

dibandingkan nelayan modern. Menurut Retnowati (2013: 153) Nelayan

tradisional adalah orang perorangan yang pekerjaannya melakukan

penangkapan ikan dengan menggunakan perahu dan alat tangkap yang

sederhana (tradisional). Dengan keterbatasan perahu maupun alat

tangkapnya, maka jangkauan wilayah penangkapannya pun menjadi

terbatas biasanya hanya berjarak 6 mil laut dari garis pantai. Nelayan

tradisonal ini biasanya adalah nelayan yang turun-temurun yang

melakukan penangkapan ikan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan nelayan merupakan

orang-orang yang bekerja dan mendapatkan penghasilan untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari dari hasil laut baik bekrja dengan mengunakan kapal
penangkap ikan maupun tidak menggunakan kapal penangkap ikan salah

satu contohnya adalah memukat.

2. Pukat Tarik

Menurut SNI dalam Hadi (2019:17) pukat tarik adalah kelompok

alat penangkap ikan berkantong (cod-end) tanpa alat pembuka mulut

jaring pegoperasianya dengan cara melingkari gerombolan (schooling)

ikan dan menariknya ke kapal yang sedang berhenti/berlabuh jangkar atau

kedarat/pantai melalui kedua bagian sayap dan tali selembar.

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan pukat Tarik adalah

jenis alat penangkap ikan yang dioperasikan dengan cara ditarik dari dua

sisi dan memiliki jaring berbentuk kantong di ujung tali penarik yang

berguna untuk menangkap ikan.

B. Landasan Penciptaan

1. Seni

Menurut Thomas Munro dalam budiwarman (2011:5) mengatakan

bahwa seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek

psikologis atas manusia lain yang melihatnya. Efek-efek tersebut

mencakup segala tanggapan yang berwujud pengamatan, pengenalan,

imajinasi yang rasional maupun emosional. Menurut Sudarmadji dalam

Safliana (2018:101) mengatakan bahwa seni adalah segala manifestasi

batin dan pengalaman estetis dengan menggunakan media garis, bidang,

warna, tekstur, volume dan gelap terang. Menurut Yusuf (2018: 230)

mengatakan bahwa seni adalah suatu tindakan batin yang direflesikan

kedalam bentuk karya nyata yang bisa menghidupkan perasaan yang


dimiliki orang lain, dan menciptakan keindahan bagi orang yang melihat

dan mendengarnya seni juga merupakan bisa menjalankan komunikasi

secara efektif.

Berdasaran beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan

pengertian seni merupakan bentuk ekspresi perasaan manusia yang

dituangkan kedalam karya nyata dan memiliki nilai estetika sehingga

menimbulkan perasaan indah pada penikmatnya.

2. Pengertian Seni Rupa

Menurut Setianingsih dalam Darma (2019:62) Seni rupa adalah

segala manifestasi batin dan pengalaman estetis dengan media garis,

bidang, warna, tekstur, volume, dan gelap terang. Menurut Margono dan

Aziz (2010:3) seni rupa merupakan hasil karya ciptaan manusia, baik

berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi yang mengandung atau

memiliki nilai keindahan yang diwujudkan dalam bentuk rupa. Sedangkan

menurut Setyobudi dkk. (2006:3) seni rupa ialah ungkapan gagasan atau

perasaan yang estetis dan bermakna yang diwujudkan melalui media:

titik,garis ,bidang, bentuk, warna, tekstur dan gelap terang yang ditata

dengan prinsip-prinsip tertentu. Hal ini membuat seseorang dapat

mengembangkan ide dan gagasan untuk termotivasi.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan seni rupa adalah

sebuah hasil karya seni dengan media yang bisa ditangkap oleh mata dan

dirasakan dengan rabaan yang memiliki nilai keindahan.


a. Unsur-unsur seni rupa

Menurut Ernis (2011:6) mengatakan bahwa, unsur-

unsur tata rupa adalah suatu bahan pokok, komponen atau

media dari mana sebuah karya seni rupa tersebut. Sedangkan

prinsip-prinsip tata rua ialah suata karya yang dapat dikatakan

memiliki nilai seni jika dianalisis di dalamnya memiliki tujuh

prinsip yaitu keselarasan, irama, kesatuan, keseimbangan,

kontras, proporsi, dan pusat perhatian.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa unsur-unsur seni rupa adalah semua komponen yang

terapkan demi terciptanya suatu karya seni rupa.

1) Titik

Menurut Salam dkk (2020:17) Titik adalah suatu

bentuk kecil yang tidak mempunyai dimensi. Raut titik

yang paling umum berupa bundaran sederhana. Namun,

titik bila dibesarkan (dizoom) memiliki raut dapat

berupa bundaran, mampat, tak bersudut, bujur sangkar,

segi tiga, lonjong, dll.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

titik adalah unsur paling awal atau unsur dasar yang

biasanya berupa bentuk bulat kecil.


2) Garis

Menurut Salam dkk (2020:18) Garis adalah

suatu hasil goresan nyata atau batas limit suatu benda,

ruang, rangkaian massa, dan warna. Raut garis secara

umum dapat dibedakan atas lurus, lengkung, dan

bertekuk/patah. Oleh karena garis mempunyai lebar,

tubuhnya dibatasi oleh dua sisi, maka berdasarkan

ukuran tubuhnya dapat pula dibedakan atas garis tebal

dan garis tipis. Setiap jenis garis memiliki karakter dan

dapat menyimbolkan sifat atau keadaan tertentu sebagai

salah satu unsur bahasa rupa.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

garis adalah hasil goresan yang terbuat dari susunan

dari beberapa titik sehingga memiliki dimensi

memanjang.

3) Bidang

Menurut Salam dkk. (2020:19) Bidang adalah

suatu bentuk pipih tanpa ketebalan, hanya mempunyai

dimensi pajang dan lebar (luas), mempunyai kedudukan

dan arah serta dibatasi oleh garis, lazim disebut sebagai

bentuk dua dimensi. Raut bidang meliputi bidang

geometri, organis, bersudut, gabungan, tak beraturan,

dan kebetulan.
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bidang adalah gabungan beberapa garis yang hanya

mempunyai unsur panjang dan lebar saja.

4) Bentuk

Menurut Ernis (2005:10) Bentuk adalah istilah

umum yang digunakan untk menyatakan wujud atau

rupa. Semua yang dapat dilihat baik benda, titik, garis,

maupun bidang dapat disebut sebagai bentuk.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

bentuk adalah unsur yang terdiri dari gabungan

beberapa garis sehingga tampak memiliki panjang,

lebar, dan tinggi.

5) Warna

Menurut Ernis (2005:15) Warna adalah suatu

unsur keindahan dalam seni dan desain selain unsur-

unsur visual lainnya seperti garis, bidang, tekstur.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa warna adalah pantulan cahaya pada benda yang

memiliki pigmen atau zat warna.

a) Warna analogus adalah hubungan warna yang

bersebelahan pada lingkaran warna, seperti hijau

kuning, kuning dan oranye kuning.

b) Warna monokromatik adalah penggunaan hubungan

hanya satu warna dalam susunan value dan


intensitasnya digabung dengan warna netral (hitam

atau putih). Kesan yang didapat dari warna

monokromatik ini adalah tenang serta monoton.

c) Warna komplementer adalah hubungan warna-warna

yang saling berhadapan dalam lingkaran warna

sehingga warna ini disebut juga warna kontras.

Beberapa warna komplementer:

(1) Warna merah komplemen dengan warna hijau.

(2) Warna kuning komplemen dengan warna

ungu (violet).

(3) Warna biru komplemen dengan warna orange.

6) Tekstur

Menurut Arsana (2013:90) Tekstur, adalah

kualitas nilai raba dari suatu pemukaan sebuah benda,

misalnya kayu, batu, logam, kain dan sebagainya,

masing-masing memiliki tekstur yang berbeda-beda.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

tekstuk adalah kesan permukaan benda yang dapat

diraba baik itu halus, licin, kasar, lembut dan

sebagainya.

7) Gelap Terang

Menurut Setyobudi dkk (2006:3) Gelap teraang

merupakan keadaan suatu bidang yang dibedakan


dengan warna tua dan muda disebabkan oleh perbedaan

warna atau pengaruh cahaya.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

gelap terang adalah suatu unsur yang terbentuk dari

arah datangnya cahaya, bagian terang merupakan

bagian yang terkena cayaha dan bagian gelap

merupakan bagian yang tidak terkena cahaya.

b. Prinsip-prinsip Seni Rupa

1) Harmoni/keselarasan

Menurut Arsana (2013:93) Harmoni atau keserasian

akan timbul dengan adanya kesamaan, kesesuaian dan

tidak adanya pertentangan. Dalam seni rupa prinsip

keselarasan dapat dibuat dengan cara menata unsur-unsur

yang mungkin sama, sesuai dan tidak ada yang berbeda

secara mencolok.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa harmoni merupakan prinsip yang muncul karena

adanya beberapa factor yaitu kesamaan, kesesuaian, dan

tidak adanya pertentangan.

2) Kesatuan

Menurut Salam dkk. (2020:32) kesatuan adalah

salah satu prinsip dasar yang sangat penting untuk

membentuk harmoni. Sebuah karya yang tidak memiliki

kesatuan (unsur-unsurnya tidak saling mendukung) akan


tampak kacau sehingga tidak menarik dipandang.

Kesatuan menyangkut tata hubungan.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

kesatuan merupakan penggabungan beberapa elemen

sehingga menarik untuk dilihat.

3) Komposisi

Menurut Arsana (2013:91) prinsip komposisi dari

sebuah karya seni lukis dapat dicapai melalui pengaturan

atau penyusunan unsur-unsur seni rupa baik berupa garis,

warna, bidang, ruang dan tekstur secara terstuktur dalam

suatu karya.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa komposisi merupakan penyusunan terstruktur dari

beberapa unsur visual dalam suatu karya.

4) Keseimbangan

Menurut Salam dkk. (2020:34) keseimbangan

merupakan sebagai suatu keadaan yang menunjukkan

bahwa semua bagian atau unsur yang membentuk sebuah

karya tidak ada yang saling membebani.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

keseimbangan merupakan keadaan dimana semua unsur

visual tidak saling membebani dalam suatu karya.


5) Kontras

Menurut Salam dkk. (2020:39) kontras yaitu sesuatu

yang berlawanan tetapi saling mendukung dan merupakan

kesatuan yang seimbang.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa kontras merupakan dua hal yang berlawanan

namun tetap saling mendukung dalam suatu karya seni.

6) Pusat perhatian/Center Of Interrest

Menurut Arsana (2013:92) Pusat perhatian

merupakan salah satu faktor atau unsur seni yang paling

kuat. Hal ini dimaksud untuk menonjolkan inti subyek

matter dari karya seni tersebut.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa pusat perhatian/ Center Of Interrest merupakan

pusat yang ditonjolkan dalam suatu karya sehingga

menarik perhatian penikmatnya.

7) Irama

Menurut Salam dkk. (2020:92) Prinsip irama yang

dapat terlihat dalam sebuah karya lukisan, dapat berupa

sebuah komposisi dengan menerapkan penyusunan unsur-

unsur rupa seolah-olah membentuk rangkaian berirama.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan

bahwa irama merupakan penyusunan unsur-unsur visual

sehingga membentuk rangkaian irama.


3. Pengertian Seni Lukis Realis

Menurut Arsana (2013:5) Seni lukis realis adalah salah satu isme

didalam seni lukis yang dalam pengungkapannya berusaha

menggambarkan suatu obyek seperti apa adanya, yang dijadikan sebagai

subjek yang tampil dalam suatu karya seni lukis. Sedangkan menurut

Susilowati (2020:182) Realisme diidefinisikan sebagai suatu cara

penggambaran manusia atau benda-benda dengan cara akurat yang sesuai

dengan kehidupan nyata. Sedangkan menurut Darmawa Kristianto dalam

Aiman (2019:2) mengemukakan bahwa secara teoritis seniman realis

adalah pelukis-pelukis objektif, pelukis yang melukiskan apa saja yang

dijumpai tanpa padang bulu dan tidak akan menciptakan sesuatu yang

hanya keluar dari gagasan.

Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa seni

lukis realis merupakan penggambaran objek sesuai dengan apa yang

dilihat oleh senimanya tanpa mengurangi maupun menambahkan objek-

objek lain pada karya yang dibuat.

C. Karya Relevan
Gambar 2.Karya Relevan
Judul : Lelang Ikan
Ukuran: 140 cm x 195 cm
Media: oil on canvas
Sumber :
https://www.dictio.id/t/lukisan-lelang-ikan/46341
Karya relevan dengan tema penulis yaitu karya yang berjudul “Lelang

Ikan” karya Itji Tarmizi. Itji Tarmizi merupakan seniman asal Sumatra Barat

yang lahir pada 21 Juli 1939 dan meninggal di Jakarta pada tanggal 27

November 2001 pada usia 62 tahun. Lukisan ini menggambarkan kondisi

dimana hasil ikan yang didapatkan oleh para nelayan dibeli oleh seorang

tengkulak dengan harga yang tidak diharapkan sehingga membuat nelayan

pasrah untuk menerimanya. Seniman mengambarkan kondisi ketegangan dan

dinamika pelelangan ikan antara para nelaya dan tengkulak dengan sangat

realis. Persamaan dengan karya yang akan dibuat penulis adalah sama-sama

mengangkat tema tentang keadaan sosial masyarakat. Menggunakan objek

nelayan sebagai objek dalam lukisannya dan sama-sama memilih gaya realis

dalam pembuatan karya.

D. Konsep perwujudan/penggarapan

Konsep perwujudan tidak terlepas dari bagaimana kita untuk

mengeskpresikan suatu objek yang akan diciptakan dengan

mempertimbangkan beberaa nilai diantaranya adalah nil ai estetika dan nilai

kreatif. Dalam karya lukis yang bertemakan tentang fenomena sosial tentang

kehidupan nelayan Pesisir Selatan dengan ide mengungkapkan nelayan

pesisir selatan dalam aktivitas elo pukek. Penulis mempunyai konsep

perwujudan pada pengarapan yang dilakukan mengunakan sapuan warna

yang cukup tegas dan lebih kewarna gelap sesuai dengan karakter penulis
dengan gaya realis. Karya yang penulis ciptakan berupa perjuangan nelayan

Pesisir Selatan dalam aktivitas menarik pukat/maelo pukek sebagai mata

pencarian mereka demi memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kegiatan menarik

pukat/maelo pukek dilakukan oleh nelayan dari pagi hingga siang dimana

nelayan tersebut tidak mengenal cuaca baik cuaca baik, cuaca hujan, maupun

cuaca panas dimana hal tersebut nantinya membawa dampak negatif kepada

diri mereka apalagi rata-rata dari nelayan yang ditemukan dalam aktivitas

tersebut adalah nelayan yang sudah berumur. Nelayan bekerja dari tepi

hingga ke tengah pantai dimana pastinya memiliki resiko yang cukup besar

baik dari gelombang laut yang nantinya menerjang maupun dari hewan buas

yang takutnya nanti akan menyerang nelayan. Nelaya menarik pukat yang

sangat panjang berkisaran 600-1 km sehingga membutuhkan tenaga sangat

ekstra untuk sampai ketepi pantai terkadang hasil yang didapatkan tidak

sesuai dengan yangdiharapkan. Nelayan bekerja dengan gigih dan tetap

semangat dalam mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Penulis mengambarkan kegiatan elo pukek mulai dari persiapan

menaikan pukat ke perahu hingga hasil yang didapatkan dari memukan dan

dibeli oleh masyarakat sekitar. Penulis melakukan observasi dan

mengumpulkan beberapa foto kegiatan elo pukek langsung kelapangan di

Kabupaten Pesisir Selatan. Berawal dari konsep yang telah ditetapkan barulah

penulis memilih alat dan bahan sesuai dengan penggarapan dan karakter

warna dari menulis yang akan dituangkan kebidang kanvas.


BAB III

METODE/PROSES PENCIPTAAN

A. Metode Penciptaan

Pada metode penciptaan, penulis memilih metode teknik plakat

dengan sapuan warna yang tebal dalam pembuatan karya lukis realis.

Penulis nantinya akan menyesuaikan warna-warna yang dihasilkan dengan

keadaan nyatanya sehingga menghasilkan karya yang realis.

B. Proses Penciptaan

Dalam penciptaan karya seni lukis, tentunya ada pemikiran tentang

ide/gagasan sebagai hal yang mendasari dalam penggarapan karya.

Proses perwujudan ide/gagasan seni yang memiliki konsep tentang

kegiatan elo pukek oleh nelayan pesisir selatan. Ide/gagasan muncul dari

bentuk kegelisahan penulis atas para nelayan elo pukek yang terkadang

hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan jerih payah yang dikeluarkan

apalagi aktivias ini dilakukan terkadang lebih dari 20 orang dan rata-rata

telah berumur. Ide/konsep tersebut dituangkan kedalam sepuluh karya

lukis realis dimana harus dilakukan secara sistematis melalui beberapa

tahapan agar terlaksananya proses penciptaan yang sesuai dengan

konsep. Ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh penulis antara lain

sebagai berikut :

1. Tahapan Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal sebelum memulai

perwujudan ide/gagasan dalam sepuluh karya, tahap tersebut berupa


pengamatan tentang fenomena sosial yang terjadi dalam lingkungan

masyarakat. Langkah pertama yang dilakukan penulis adalah survei

lapangan, untuk mendapatkan data-data dan informasi serta mendapatkan

ide-ide seni yang sesuai dengan konsep yaitu aktivitas elo pukek survei

lapangan dilakukan langsung di pantai Tan Sridano Nagari Taluak,

kecamatan Batang Kapas, kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat.

Langkah selanjutnya yang dilakukan penulis yaitu survei ke perpustakaan

serta melakukan pencarian jurnal-jurnal yang terkait sebagai sumber

acuan dalam pembuatan proposal dan pengarapan karya. Pengalaman-

pengalaman yang didapatkan oleh penulis dari pengamatan yang

dilakukan sangat berkontribusi dalam berkarya sehingga karya yang

dibuat tidak hanya berupa tiruan saja.

2. Tahapan Elaborasi

Tahap elaborasi merupakan tahap mendalami dan menganalisis

masalah-masalah terkait dengan fenomena sosial yaitu tentang

perjuangan nelayan Pesisir Selatan tepatnya di Nagari Taluak, kecamatan

Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat. Dalam proses

mendalami penulis melakukan pengumpulan data melalui jurnal, buku,

wawancara, survei lapangan yang tentunya sangat membantu penulis.

3. Tahapan Sintesis

Pada tahapan ini penulis akan menetapkan ide/gagasan. Dalam

sebuah karya diperlukan sebuah ide dan makna, serta konsep dari karya

tersebut yang merupakan isi dan menjadi milik bagi seorang seniman

terhadap karya yang diciptakannya. ide yang diangkat penulis dalam


sebuah karya adalah tentang aktivitas elo pukek nelayan pesisir Selatan

yang berjuang gigih dalam mencari nafkah dengan penuh semangat.

setelah mendapatkan ide serta konsep yang dilakukan penulis selanjutnya

ialah menyimpulkan dan membuat jadwal pelaksanaan yang diawali

dengan persiapan alat dan bahan yang diperlukan dalam pembuatan

sampai terciptanya sebuah karya.

4. Realisasi Konsep

Setelah melakukan observasi konsep karya dan mendapatkan data

yang akurat maka langkah selanjutnya yang dilakukan antara lain sebagai

berikut :

a. tahap survei lokasi

pada tahap ini merupakan tahap yang sangat penting dilakukan

dalam pembuatan karya, sebab pada pada proses ini dilakukan

pengamatan secara langsung oleh penulis untuk mendapatkan

pengalaman yang sesuai dengan ide/konsep yang diinginkan. Penulis

melakukan survei lokasi di pantai Tan Sridano Nagari Taluak,

kecamatan Batang Kapas, kabupaten Pesisir Selatan, Sumatra Barat

yang tidak jauh dari kampung penulis dan merupakan salah satu tempat

wisata yang yang cukup diminati wisatawan.


Gambar 3. Tahap Survei lokasi

Penulis melakukan proses wawancara langsung terhadap salah

satu nelayan elo pukek. Penulis juga mengambil beberapa foto yang

nantinya dijadikan sebagai acuan pembuatan karya, dari beberapa foto

yang diambil penulis akan membuat sketsa-sketsa yang nantinya

diserahkan kepada dosen pembimbing tugas akhir untuk melakukan

seleksi sketsa. Diantara sketsa-sketsa arternatif tersebut maka akan

dipilih sepuluh sketsa yang nantinya dijadikan sebagai karya.

b. menyiapkan alat dan bahan

Setelah proses pembuatan sketsa selesai dan disetujui oleh dosen

pembimbing maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan alat serta

bahan yang diperlukan dalam pembuatan karya. Dalam proses


pembuatan karya bahan yang diperlukan adalah kanvas serta cat

sedangkan untuk alat yang digunakan dalam proses pembuatan karya

ini adalah pensil, penghapus, kuas , pisau palet, dan palet serta alat

tambahan lainya sesuai dengan kebutuhan demi menunjang hasil yang

maksimal.

c. proses penggarapan awal

dalam proses pembuatan karya lukis langkah pertama yang

dilakukan adalah memindahkan sketsa yang telah di buat di atas kertas

ke permukaan media kanvas yang telah disiapkan.

d. proses penggarapan akhir

Setelah proses pemindahan sketsa kertas keatas media kanvas

maka langkah selanjutnya yang dilakukan iyalah pewarnaan. dalam

proses pewarnaan pada media kanvas pemilihan warna diusahakan sesuai

dengan hasil foto yang diambil ketika melakukan proses survei lapangan

karena penulis mengambil gaya realis dalam pembuatan karya hal

tersebut menuntut untuk semirip mungkin dengan aslinya.

e. proses finishing

Setelah semua proses selesai dan bidang kanvas telah selesai

dilukis sesuai dengan hasil foto yang diambil ketika melakukan survei

lokasi dan di ACC dosen pembimbing tugas akhir untuk dilanjutkan,

maka tahap selanjuntya yaitu proses mengevaluasi serta menggamati apa

saja yang masih belum dikira sempurna. Penulis akan meminta pendapat
serta saran dari dosen pembimbing karya akhir terhapat karya yang telah

dibuat sehingga dapat lanjut keproses tahap penyelesaian yaitu

mencantumkan nama dan tanda tanggan serta dapat lanjut ketahap

pameran.

5. Tahapan Penyelesaian

Tahap penyelesaian merupakan tahap diadakanya pameran TA di

galeri FBS UNP, penulis akan mengambil beberapa dokumentasi yang

akan dijadikan katalog pameran serta laporan karya akhir.

C. Kerangka Konseptual

Tahapan
persiapan

Tahapan elaborasi Mencari referensi di buku-


buku, jurnal-junal, internet,
studi lapangan dan

Tahapan Penerapan ide/gagasana


sintesis pokok

 Membuat sketsa-sketsa
alternatif
Konsultasi Realisasi  Memilih sketsa
pembimbing
konsep  Menyiapkan alat, bahan
dan media
 Proses penggarapan awal
 Proses penggarapan
akhir
 Proses finishing

 Pameran
Tahap penyelesain
 Dokumentasi
 Laporan

Gambar 4. Kerangka Konseptual


D. Jadwal pelaksanaan

Untuk terlaksananya proses penciptaan karya tepat waktu maka dari itu

penulis merumuskan jadwal mulai dari tahap studi literature hingga proses

finishing karya dengan berbagai pertimbangan agar dapat terwujudnya karya

yang maksimal sehingga layak untuk dipamerkan.


Gambar. Tabel kegiatan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai