OLEH:
NAMA :SIMON PETRUS NUBATONIS
NISN/NIS :
JURUSAN :NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
SMKN.KOLBANO
KEC.KOLBANO
KAB,TIMOR TENGAH SELATAN
PROVINSI, NUSA TENGGARA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN
MENYETUJUI
PEMBIMBING SEKOLAH PEMBIMBING INDUSTRI
MENGETAHUI
KEPALA SMK N KOLBNAO KEPALA PP TENAU KUPANG
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BABI. PENDAHULUAN…………..........................……………………………………….…………….1
1.1. Latar Belakang ….........................………………………………………………..1
1.2. Tujuan......…………………………………………………………...........................1
1.3. Batasan Masalah ……………………………………………….........................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................………………………………………………………….2
2.1. Kapal Pool And Line
2.2. Alat Tamgkap Pole And Line
2.3. Pemgoperasian Pole And Line
BAB III. Pemyajian dan pembahasan......................……………………………………..……….3
3.1. Kapal Pool And Line..................……………………………………………………3
3.1.1. Motor Oenggerak Utama.......................………………………………………3
3.1.2. Motor Bantu….......................………………………………………………………..3
3.3.3. Palkah Ikan ……........................……………………………………………………..3
3.1.4. Alat Navigasi Dan Cara Pengoperasian Nya ...................................3
3.1.5. Biaya Tetap Dan Tidak Tetap Untuk Operasi Penangkapan ..........3
3.2. Daerah Operasi Penangkapan.........................................................3
3.3. Operasi Penangkapan Dengan Alat Tangkap Pole And Line ..........3
3.3.1. Persiapan .........................................................................................4
3.3.2. Setting..............................................................................................4
3.3.3 hauling..............................................................................................4
3.4 Hasil Tangkapam Dan Penanganan Hasil Tangkapan ....................4
3.1.4. Hasil tamgkapan ..............................................................................4
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ...............................................................................................5
4.2. Saran…………………………………………………………..............................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari sebagian lautan yang memiliki potensi
sumber daya laut, dan prospek yang baik sehingga dapat diolah dan dikembangkan
lebih lanjut.potensi sumber daya laut meliputih perikanan laut yang kaya akan ragam
ikan – ikan dan bernilai ekonomis tinggi dengan pangsa pasar yang besar di dunia
internasional.dengan demikian Nusa Tenggara Timur memiliki kesempatan yang
cukup besar untuk meningkatkan ekspor hasil perikanan nya,untuk itu di perlukan nya
metode dan teknik penangkapan yang tepat namun usaha usaha yang dapat dapat
meningktkan mutu dan jumlah hasil tangkapan (RIZAMAZUU 2011 )
Perairan NTT merupakan salah satu alur migrasi ikan sehingga potensi sebagai hasil
ikan yang cukup banyak salah satu daerah penangkapan ikan yang termasuk di dalam
nya adalah perairan flores daerah ini meruupakan salah satu sentra pengembangan
perikanan yang mempunyai prospek yang cerah dalam pemanfaatan sumber daya
ikan laut khusus nya ikan – ikan pelagis.
Alat tangkap pole and line sangat sederhana desain nya hanya terdiri dari joran, tali
dan mata pancing yang tidak berkait balik namun, dalam pengoperasian nya sangat
lah kompleks karena memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan
menyambar mangsa pada ikan,ikan yang menjadi tujuan penagkapan pole and line
adalah ikan cakalang (katsuwonus pelamis).
1.2. Tujuan
Ada pun Tujuan praktek industri yaitu:
Untuk menambah pengetahuan bagi siswa tentang cara menangkap ikan
dengan alat tangkap pole and line
Untuk menambakan kreativitas kemampuan siswa supaya mengesuaikan diri
dengan masyarakat
Untuk memantapkan dan mengembangkan disiplin dan tanggung jawab yang
tinggi
Untuk memantapkan dan menunjukan sikap moral jiwa kebersamaan dalam
menghadapi segala rintangan yang dihadapi dalam menekuni di bidang
perikanan.
1.3.Batasan Masalah
Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional
dengan keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan kurikulu SMK
Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah Menengah Kejuruan
Negeri Kolbano kepada siswa dan siswi
Dapat meningkatkan keilmuan siswa dibidang perikanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persiapan Teknis
Operasi alat tangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap pole and line
merupaakan salah satu perusahaan penangkapan ikan cakalang dan ikan tuna.
Perawatan Alat Tangkap
Dalam melakukan perawatan alat tangkap merupakan hal yang harus di lakukan oleh
nelayan karena perawatan alat yang baik dapat memperpanjang uumur alat tangkap
sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas alat tangkap tersebut
Kerusakan alat tangkap
Pengaruh mekanis disebabkan cara pengoperasian dan pengesekan
dengan kapal
Pengaruh sifat sifat bahan karena reaksi kimia disebabkan karena
minyak
Pengerusakan oleh jasad jasad renik disebabkan bakteri pembusuk
Pengaruh alam disebabkan gelombang, arus, atau dasar perairan.
BAB III
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN
Alat dan bahan praktek alat tangkap pole and line merupakan suatu alat
tangkap yang menggunakan tongkat / joran (pole) dan tali (line) alat tangkap
pole and line termasuk alat tangkap yang selektif karena pada umum nya
hanya menangkap ikan cakalang saja.
Dalam operasi penangkapan ikan, kapal yang digunakan perlu disesuaikan
dengan alat tangkap yang digunakan. Hal tersebut akan sangat berpengaruh
pada teknis penangkapan ikan serta hasil tangkapan ( ikan yang dapat di
tangkap )
Alat dan bahan yang di gunakan pada kapal pole and line adalah
Mesin.
Alat tangkap pole and line berupa:
Tongkat ( joran )
Hok (mata pancing)
Line ( tali)
3.3 Observasi
Observasi adalah: suatu aktivitas terhadap suatu proses atau obyek dengan
maksuud merasakan dan kemudian emahami pengetahuan dari fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui.
Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang saling berhubungan sehingga
menunjukan ada nya suatu tahapan yang harus dikerjakan dalam rangka
penyelsaian suatu pekerjaan .
BAB IV
PENUTUP
4.1. Saran
terbuat dari kayu besi dengan tempat pemancingan dihaluan kapal. Haluan kapal
Pole and Line tersebut di disain khusus, dimana terdapat flying deck yang
didisain agak tinggi sehingga ikan yang tertangkap dapat meluncur turun ke bagian
Ukuran utama kapal Pole and Line adalah Panjang (L) 23 m; Lebar (B) 6 m
dan Tinggi (D) 3 m. Kapasitas muat kapal 30 GT, dengan mesin utama merk
air merk Kubota RD55 berkekuatan 5,5 PK dan mesin generator listrik merk Kubota
haluan kapal dibawah flyin deck atau tempat duduk pemancing. Jumlahnya 8
buah, masing- masing 2 buah di samping kiri dan kanan haluan kapal dan 4 buah di
haluan.
Bak umpan (live bait tank) terletak pada lambung kapal. Jumlahnya 2 buah
dengan ukuran yang sama yaitu panjang 1,5 m; lebar 2 m dan tinggi 1,5 m, serta
merupakan ciri khas kapal Pole and Line. Bak umpan dilengkapi dengan luban
pemasukan dan pengeluaran air yang berfungsi sebagai sistem sirkulai air.
Untuk memperlancar sirkulasi dalam tiap bak umpan maka terdapat satu lubang
sehingga air akan masuk bila kapal bergerak maju dan terdapat tujuh lubang lainnya
yang dilapisi dengan saringan sebagai tempat keluarnya air.Untuk mengeringkan bak
buritan kapal, dengan demikian air akan mengalir keluar dengan sendirinya. Selain
bak umpan, juga terdapat 1 buah pot umpan sebagai tempat umpan guna
tangkapan 1 buah, dengan ukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2 m, dengan
kapasitas 2 ton dan 2 buah palka es berukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2
tangkapan jika palka penampung tidak mampu memuat hasil tangkapan. Bagian-
bagian kapal lainnya adalah ruang kemudi, ruang mesin, tangki bahan bakar yang
berkapasitas 1.000 liter, ruang istirahat ABK, bak air bersih, dapur dan WC.
Alat tangkap Pole and Line yang digunakan pada kapal penangkap . adalah
sebagai berikut :
1. Joran (Galah)
Joran atau galah yang digunakan terbuat dari bambu yang cukup tua dengan
tingkat elastisitas yang cukup baik. Panjang joran yaitu 2,5 – 3 meter,
2. Tali Pancing
berdiameter 0,2 cm. Tali pancing ini terdiri atas 3 bagian yaitu :
a. Tali Kepala (Head Line) yaitu tali yang berhubungan langsung dengan
b. Tali Utama (Main Line) yaitu tali yang terpanjang, dimana kedua
pancing. Panjangnya 10 – 15 cm
3. Tali atau Kawat Baja (Wire Leader)
Pada kapal Pole and Line tersebut, alat tangkapnya menggunakan tasi
pemancing. Tasi atau kawat baja tersebut diikatkan langsung pada mata
pancing, fungsinya untuk mencegah putusnya tali pancing akibat gaya tarik
Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik. Mata pancing tersebut
bernomor 2,5 - 2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk
dibungkus dengan nikel sehingga lebih mengkilap dan menarik perhatian ikan
target, sedangkan pada sisi luarnya terdapat cincin sebagai tempat mengikat
tasi atau kawat baja. Pada bagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia
Pole and Line tidak mempunyai kait balik seperti mata pancing yang lain
pada umumnya (Gambar 2). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terlepasnya
ikan pada saat disentakkan. Pole and Line juga tidak menggunakan umpan dimata
pancingnya, tetapi digantikan oleh umpan tiruan berupa guntingan tali rapia dan bulu
ayam. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas alat tangkap karena cakalang
termasuk pemangsa yang rakus. Hal ini sesuai dengan pendapat Ayodhyoa (1981)
bahwa jika ikan makin banyak dan makin bernafsu memakan umpan, maka dipakai
pancing tanpa umpan dan mata pancing ini tidak berinsang (tidak berkait)
Gambar 2. Alat Tangkap Pole and Line
Keterangan :
Rumpon
dari rakit, pemberat, attraktor (pemikat) dan tali temali. Hal ini sesuai dengan
pendapat Tampubolon (1983) bahwa rumpon terdiri dari rakit apung yang dipasang
permanen dengan jangkar yang mencapai kedalaman sampai 2.000 meter dan
sepanjang tali jangkar dipasang daun-daun kelapa atau daun lainnya yang rimbun dan
Rakit yang digunakan terbuat dari bambu yang disusun berlapis-lapis, yaitu
meter. Fungsi dari rakit ini adalah sebagai pengapung dan tempat bergantung
attraktor.
2. Attraktor (Pemikat)
Attraktor atau pemikat yang biasanya digunakan adalah daun kelapa, karena
daun kelapa tahan lama dalam air laut. Daun kelapa diikatkan pada rakit dan
pada bagian ujung bawah tali pengikatnya diberi pemberat. Disekitar atraktor
mencari makan.
3. Tali
Jenis tali yang digunakan oleh nelayan pada rumpon adalah Polyethilene.
Tali attrktor yaitu tali yang digunakan untuk mengikat daun kelapa
Gambar 3. Rumpon Yang Digunakan Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan Oleh
Nelayan Pole and Line.
Keterangan :
mengumpulkan ikan-ikan kecil dengan maksud supaya ikan-ikan yang lebih besar
juga akan datang mendekati dan berada disekitarnya. Adanya ikan-ikan besar seperti
tuna dan cakalang yang terkumpul di bawah rumpon tersebut dapat ditangkap dengan
alat tangkap pole and line Maka sebelum berangkat ke fishing ground, dilakukan
A. Persiapan Teknis
Persiapan teknis yang dilakukan adalah memuat bahan bakar (solar) dan es
balok. Untuk satu kali operasi penangkapan dibutuhkan 800 – 1.000 liter solar dan
20 – 25 balok es, sesuai dengan modal yang tersedia. Persiapan yang lain yaitu
pemeriksaan alat-alat penangkapan (Joran, tali dan mata pancing), serok pengambil
ground meliputi penyediaan bahan logistik (ransum) seperti beras, ikan kering, mie
Jenis-jenis umpan hidup yang digunakan adalah jenis ikan teri putih
tersebut, umpan yang paling banyak digunakan adalah ikan teri hitam (Stolephorus
zollingeri) karena jenis ini tahan lama diantara jenis umpan hidup yang lain.dan ikan
tembang
penentuan umpan baik jenis maupun sifatnya harus tepat. Jenis umpan yang baik
berenang cepat menuju permukaan, berwarna perak atau lainnya yang menimbulkan
refleksi yang baik di air, segera mendekat kembali ke kapal apabila sudah dilempar
nelayan bagang dua perahu dengan menggunakan alat bantu cahaya. Umpan
biasanya susah didapatkan pada saat bulan purnama. Oleh karena itu alat tangkap
Pole and Line biasanya jarang beroperasi pada saat bulan purnama, mengingat
susahnya mendapatkan umpan hidup. Daerah pengambilan umpan hidup yaitu di
daera
sekitar pasir panjang dan oesapa Kupang
, yang terletak di wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur
Pemindahan umpan dari kurungan bagan ke bak umpan di atas kapal
dilakukan oleh ABK dengan menggunakan takaran ember ukuran 20 liter, dengan
harga tiap embernya Rp. 750,000, Tiap kali melakukan operasi penangkapan,
biasanya kapal memuat 15 – 20 ember sesuai dengan kapasitas bak dan modal yang
tersedia.
Penanganan umpan hidup perlu dilakukan agar umpan dapat tetap bertahan
hidup dalam jangka waktu yang lama dan sampai ke fishing ground. Penanganan
umpan mulai setelah umpan dipindahkan dari kurungan bagang sampai ke bak
umpan di atas kapal. Untuk menjaga agar umpan tetap hidup maka dilakukan
sangat hati-hati.
Pengaturan sirkulasi air (pertukaran air dari laut dan dari palkah umpan
hidup, sehingga kualitas air di dalam bak umpan relatif sama dengan di
luar.
Pengeluaran umpan yang mati dari dalam bak dengan menggunakan sibu-
sibu kecil Hal ini ditujukan agar umpan yang mati tidak turun ke
dasar bak
Keterangan :
alat tangkap Pole and Line adalah jenis tuna dan ikan cakalang yang dapat
(1993) bahwa daerah penyebaran ikan cakalang adalah di perairan indonesia bagian
A. Tenaga Kerja
meiliki 20 orang tenaga kerja dengan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-
tentang kondisi perairan, keadaan angin dan pengetahuan tentang sifat ikan
cakalang.
3. Bagian mesin (Bass), bertanggung jawab atas kerja mesin kapal, baik mesin
kesabaran. Pada kapal Pole and Line, pemancing dibagi menjadi 3 yaitu
pemancing kelas I yang sudah berpengalaman pada sudut kiri dan kanan
flying deck; pemancing kelas II pada bagian depan haluan dan pemancing
kelas III agak kebelakang dari haluan.(dekat dengan dapur atau buritan kapal)
crew kapal.yang bekerja di atas kapal pekerjaan mau berjalan dengan baik
Dalam pembagian tugas ini, crew ( anak buah kapal ABK)kapal tidak mutlak
harus pada posisi tugas dan tanggung jawabnya karena kadang-kadang ada pekerjaan
konsumsi, dll.
kapten. Pengintaian dilakukan di tempat yang paling tinggi yaitu di anjugan kapal
dengan melihat burung burung yang selalu beterbangan di atas permukaan laut, ikan
lumba lumba yang berenang dengan posisi gerombolan pada suatu perairan yaitu
yang terlihat adalah burung laut kecil maka di tempat tersebut terdapat gerombolan
ikan cakalang, jika yang terlihat adalah burung laut yang besar maka di tempat
tersebut terdapat gerombolan ikan tuna dan jika yang terlihat adalah burung besar
dan kecil maka di tempat tersebut terdapat gerombolan tuna dan cakalang. Tanda
lainnya yaitu adanya gerombolan lumba-lumba yang di atasnya ada burung yang
mangsa, dan menjadi salah satu tanda adanya gerombolan ikan. Adanya riak dan
percikan air juga mejadi tanda adanya gerombolan ikan pada suatu perairan. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Ayodhyoa (1981) bahwa petunjuk untuk mengetahui
ke permukaan laut, ikan yang melompat di atas permukaan atau ikut beruaya
bersama kayu-kayu yang hanyut, adanya ikan paus atau ikan hiu dan lain sebagainya.
sekunder yang sudah ada mata pancingnya ke tali utama (main line). Setelah Boy-
boy menemukan gerombolan ikan, maka Boy-boy segera memberi tahu Kapten dan
dari sisi kiri atau kanan kapal, sementara itu air sudah mulai disemprotkan dengan
hujan buatan keluar melalui keran keran pipa . Selanjutnya setelah diperkirakan ikan
telah berada pada jarak jangkauan lemparan, maka Boy-boy mulai melakukan
pelemparan umpan hidup dari sebelah kiri lambung kapal untuk menarik ikan
mendekati kapal untuk selanjutnya diarahkan ke haluan kapal (Gambar 8). Posisi
kapal memotong arah renang ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sultan (1986)
bahwa diusahakan agar pendekatan schooling dari lambung kiri kapal dan penebaran
umpan tidak berlawanan arah angin agar umpan tersebut tidak jatuh kembali di atas
kapal.
Pada operasi penangkapan di sekitar rumpon, ikan dapat di dekati dari arah
mana saja tanpa memperhatikan arah renang ikan. Pemancingan di daerah rumpon di
lakukan pada jarak 10 – 20 meter dari rumpon, karena ikan cakalang berada pada
hidup yang dilemparkan ke laut satu sampai dua ekor . Pelemparan ini akan
posisinya masing-masing. Saat gerombolan ikan telah berada di haluan kapal maka
pelemparan umpan dikurangi dalam batas tertentu agar ikan tetap berada di haluan.
akan semakin dipercepat dan tidak terputus-putus apabila ikan sudah aktif dan mulai
Pada saat gerombolan ikan cakalang sudah berada di sekitar haluan kapal
(area pemancingan), kapal berhenti (diam) namun mesin tetap dihidupkan untuk
dimaksudkan untuk memberi refleksi atas pancing dan umpan tiruan terhadap
kapal.
Ikan yang menyambar mata pancing segera di tarik atau disentakkan ke atas,
ke arah belakang, kemudian ikan akan terlepas dengan sendirinya dan jatuh di atas
geladak kapal (Gambar 9). Pada saat penarikan ikan diusahakan ikan tersebut tidak
jatuh kembali kelaut (terlepas) karena dapat membuat ikan-ikan lainnya takut dan
segera menghilang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman dan Mallawa (1999)
bahwa kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada ikan
yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari mata pancing dan jumlah umpan yang
sangat terbatas.
Dalam proses pemancingan ada dua cara dalam menjatuhkan ikan di atas
geladak kapal. Pertama yaitu menjatuhkan ikan lewat belakang kepala pemancing
atau pancing banting. Cara yang ke dua yaitu menjatuhkan ikan lewat bawah lengan.
Umumnya nelayan menggunakan cara yang ke pertama yaitu pancing banting.
Pemancingan dengan cara ke dua biasanya dilakukan saat ikan malas makan.
lain juga mengenal 3 musim penangkapan, yaitu: musim puncak pada bulan
September sampai Nopember, pada musim ini rata-rata nelayan dapat memperoleh
hasil antara 3 ton/trip; musim biasa pada bulan oktober sampai desember, dengan
biasanya nelayan jarang yang turun melaut, karena angin terlalu kencang. Oleh
karena itu, pada saat musim paceklik biasanya kapal diistirahatkan dan diperbaiki
kerusakan-kerusakan.
kapal segera dilakukan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan, sehingga tetap
segar sampai di darat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty (1989)
bahwa setelah operasi penangkapan berhasil, maka hasil tangkapan harus segera
dengan air laut agar darah, kotoran dan lendir yang melekat pada tubuh ikan dapat
luka-luka, perutnya pecah atau sudah tidak utuh lagi, dipisahkan dari ikan yang
masih bagus. Bila dimasukkan kedalam palka, Ikan-ikan besar (size A dan B)
ditempatkan dalam palka yang berbeda dengan ikan-ikan kecil (size C dan D).
Namun ikan tuna sirip kuning atau yellow fin tuna (Thunnus albacares) yang juga
kadang-kadang tertangkap, tetap di campur dengan ikan cakalang yang besar dan di
Pengelompokan ukuran dan harga ikan yang tertangkap dapat dilihat pada
tabel 2
palka disiapkan terlebih dahulu, yaitu dengan cara memberi es curai pada dasar palka
telah terisi, kemudian diberi lagi es curai kira-kira setebal ± 10 cm, lalu kemudian
diisi lagi dengan ikan sampai palka hampir penuh, lalu di bagian paling atas diberi
lagi es curai kira-kira setebal 10 -15 cm. Setelah itu, ditambahkan air laut sekitar 1/4
ukuran bak sehingga penyebaran suhu lebih merata dan himpitan serta tekanan akibat
adanya pecahan es yang dapat merusak kulit ikan dapat dikurangi. Setelah itu, Palka
kemudian ditutup rapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty
(1989) bahwa pada lapisan ikan paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 10
cm lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara sekitarnya.
Gambar 12. Pemberian Es Curai Pada Ikan Hasil Tangkapan di Palka Penyimpanan
Es
Setelah proses penanganan di atas kapal selesai dan hasil tangkapan juga di
nilai sudah cukup, maka kapal akan segera menuju ke fishing base. Namun bila hasil
tangkapan masih kurang maka kapal akan kembali ke tempat pengambilan umpan
menunggu umpan di bagan untuk operasi berikutnya. Jika demikian biasanya
kondisi dalam palka tetap stabil dan mutu ikan dapat tetap dipertahankan sampai di
darat.
nota. Nota tersebut kemudian dikumpulkan dan setelah sampai satu turo (20 – 25
hari) baru kemudian dibayar oleh perusahaan (diuangkan). Setelah uang diterima
oleh pemilik kapal, maka pemilik kapal akan menghitung biaya operasional selama
satu turo tersebut, lalu hasil penjualan tersebut diperkurangkan dengan biaya
operasional tadi dan keuntungan yang diperoleh kemudian akan dibagikan kepada
mendapatkan 14 % yang dibagi sesuai dengan penilaian pemilik kapal (rajin tidaknya
pemancingan.
3. Daerah penangkapan ikan Cakalang yaitu di perairan laut sabu dan laut alor
4. Hasil tangkapan adalah ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) sebagai hasil
5.2 SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan praktek maka disarankan agar kapal Pole and
Line dilengkapi dengan peralatan navigasi seperti : radio panggil, radar, GPS, serta
banting, maka geladak kapal sebaiknya dilapisi dengan pelapis yang elastis misalnya
gabus atau karet, sehingga benturan ikan dengan geladak dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan Ikan. Penerbit kanisus.
Yogyakarta.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubugannya Dengan Alat , Metode
dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemafaatan Sumder Daya Perikanan
Fakultas Perikanan IPB. Bogor.