Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KERJA INDUSTRI

DENGAN JUDUL :PENGELOLAAN USAHA PENANGKAP IKAN


DENGAN ALAT TANGKAP POLE AND LINE
PADA KMN. MASAGENA

OLEH:
NAMA :SIMON PETRUS NUBATONIS
NISN/NIS :
JURUSAN :NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN
SMKN.KOLBANO
KEC.KOLBANO
KAB,TIMOR TENGAH SELATAN
PROVINSI, NUSA TENGGARA TIMUR
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL LAPORAN : PENGELOLAAN USAHA PENANGKAP IKAN DENGAN


ALAT TANGKAP POLE AND LINE

TEMPAT PRAKTEK : PELABUHAN PERIKANAN TENAU KUPANG


WAKTU PELAKSANAA : 20 SEPTEMBER S/D 09 DESEMBER 2022
PENYUSUN : SIMON PETRUS NUBATOIS
NISN/NIS :
JURUSAN : NAUTIKA KAPAL PENANGKAP IKAN

MENYETUJUI
PEMBIMBING SEKOLAH PEMBIMBING INDUSTRI

HALID P,M,ULUMANDO,S.Pi TIKNJOSANYOTO,S.Pi


NIP: NIP:196505121993031017

MENGETAHUI
KEPALA SMK N KOLBNAO KEPALA PP TENAU KUPANG

JONI LEO,S.Si TIKNJOSANYOTO,S.Pi


NIP:197907282008031 001 NIP:19650512 199303 1 017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan Doa kehadirat Tuhan Yang maha Esa, karena atas berkat
dan rahmatNya sehingga penulis dapat meenyelesaikan praktek kerja industry ( prakerin)
Dengan baik, dan penyusunan laporan ini ,dengan segala kekurangan ny.serta laporan ini
dengan judul, pengelolaan usaha penangkap ikan dengan alat tangkap pole and line dapat
disusun pada waktu yang di tetapkan.
Laporan ini di susun untuk melengkapai dan memenuhi ketentuan kurikulum smk,
untuk mengikuti ujian akhir, dengan rampung nya atau selesai penyusunan laporan ini
maka penyusun mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak Joni Leo,s.Si selaku kepala SMKN Kolbano
2. Bapak Tiknjosan yoto,S.Pi selaku Kepala PP Tenau Kupang
3. Bapak Rony R Slmun S.Pi selaku ketua program NKPI
4. Bapak Jonatan Benu,A.Md,Selaku guru pendamping Praktek
5. Seluru staf dewan guru dan panitia prakerin SMKN Kolbano atas bantuan
semuanya sehingga pelaksanaan praktek industri sampai penyusunan laporan ini
selesai dengan baik.
6. Kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan dukungan dan motifasi
baik berupa moral dan material.
Penulis yakin bahwa dalam penyusunan laporan ini masih jau dari kesempurnaan
dan kekurangan, oleh sebab itu saran dan kritik dalam penyempurnaan di masa
yang akan datang dan semoga laporan ini dapat memberikan manfaat kepada
pembacanya.
Akhir kata semoga laporan ini menjadi salah satu pemantik aspirasi, bagi guru, dan
siswa dalam mengantarkan untuk menjadi yang terbaik, tak padam dan semoga
dalam belajar dan berkarya serta berkontribusi bagi bangsa,negara, dan lingkungan
sekitarnya.
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BABI. PENDAHULUAN…………..........................……………………………………….…………….1
1.1. Latar Belakang ….........................………………………………………………..1
1.2. Tujuan......…………………………………………………………...........................1
1.3. Batasan Masalah ……………………………………………….........................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .......................………………………………………………………….2
2.1. Kapal Pool And Line
2.2. Alat Tamgkap Pole And Line
2.3. Pemgoperasian Pole And Line
BAB III. Pemyajian dan pembahasan......................……………………………………..……….3
3.1. Kapal Pool And Line..................……………………………………………………3
3.1.1. Motor Oenggerak Utama.......................………………………………………3
3.1.2. Motor Bantu….......................………………………………………………………..3
3.3.3. Palkah Ikan ……........................……………………………………………………..3
3.1.4. Alat Navigasi Dan Cara Pengoperasian Nya ...................................3
3.1.5. Biaya Tetap Dan Tidak Tetap Untuk Operasi Penangkapan ..........3
3.2. Daerah Operasi Penangkapan.........................................................3
3.3. Operasi Penangkapan Dengan Alat Tangkap Pole And Line ..........3
3.3.1. Persiapan .........................................................................................4
3.3.2. Setting..............................................................................................4
3.3.3 hauling..............................................................................................4
3.4 Hasil Tangkapam Dan Penanganan Hasil Tangkapan ....................4
3.1.4. Hasil tamgkapan ..............................................................................4
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan ...............................................................................................5
4.2. Saran…………………………………………………………..............................................5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Propinsi Nusa Tenggara Timur yang terdiri dari sebagian lautan yang memiliki potensi
sumber daya laut, dan prospek yang baik sehingga dapat diolah dan dikembangkan
lebih lanjut.potensi sumber daya laut meliputih perikanan laut yang kaya akan ragam
ikan – ikan dan bernilai ekonomis tinggi dengan pangsa pasar yang besar di dunia
internasional.dengan demikian Nusa Tenggara Timur memiliki kesempatan yang
cukup besar untuk meningkatkan ekspor hasil perikanan nya,untuk itu di perlukan nya
metode dan teknik penangkapan yang tepat namun usaha usaha yang dapat dapat
meningktkan mutu dan jumlah hasil tangkapan (RIZAMAZUU 2011 )
Perairan NTT merupakan salah satu alur migrasi ikan sehingga potensi sebagai hasil
ikan yang cukup banyak salah satu daerah penangkapan ikan yang termasuk di dalam
nya adalah perairan flores daerah ini meruupakan salah satu sentra pengembangan
perikanan yang mempunyai prospek yang cerah dalam pemanfaatan sumber daya
ikan laut khusus nya ikan – ikan pelagis.
Alat tangkap pole and line sangat sederhana desain nya hanya terdiri dari joran, tali
dan mata pancing yang tidak berkait balik namun, dalam pengoperasian nya sangat
lah kompleks karena memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan
menyambar mangsa pada ikan,ikan yang menjadi tujuan penagkapan pole and line
adalah ikan cakalang (katsuwonus pelamis).
1.2. Tujuan
Ada pun Tujuan praktek industri yaitu:
 Untuk menambah pengetahuan bagi siswa tentang cara menangkap ikan
dengan alat tangkap pole and line
 Untuk menambakan kreativitas kemampuan siswa supaya mengesuaikan diri
dengan masyarakat
 Untuk memantapkan dan mengembangkan disiplin dan tanggung jawab yang
tinggi
 Untuk memantapkan dan menunjukan sikap moral jiwa kebersamaan dalam
menghadapi segala rintangan yang dihadapi dalam menekuni di bidang
perikanan.

1.3.Batasan Masalah
 Menghasilkan sumber daya manusia yang memiliki keahlian profesional
dengan keterampilan, pengetahuan, serta etos kerja yang sesuai dengan
tuntutan kurikulu SMK
 Mengasah keterampilan yang di berikan sekolah Menengah Kejuruan
Negeri Kolbano kepada siswa dan siswi
 Dapat meningkatkan keilmuan siswa dibidang perikanan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kapal pole and line


 Perikanan merupakan kegiatan manusia yang berhubungan dengan
pengelolaan dan pemanfatan sumber daya hayati perairan
 Perikanan tangkap merupakan salah satu usaha penangkapan ikan dan
organisme air lain nya di alam liar seperti di laut kolam danau dan lain lain
 Penangkapan ikan adalah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan
yang dalam maupun yang dangkal dengan alat atau cara apa pun termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, dan mendinginkan
 Rumah tangga,adalah, keluarga yang terdiri dari satu atau lebih orang yang
tinggal bersama sama disbuah tempat tinggal dan juga berbagai makanan
atau akomodasi hidup dan bisa terdiri dari satu keluarga atau sekelompok
orang yang utuh
 Kapal perikanan adalah kendaraan atau transportasi air dengan bentuk
jenis apa pun yang digerakan dengan tenaga mesin atau mekanik atau
tenaga angin dan layar yang ada. Dan khusus menangkap ikan saja
 Dilansir dari jurnal alat dan kapal penangkap ikan kaya jumianto dan
kawan kawan( 2014) kapal perikanan merupakan kapal perahu, atau alat
apung lainya yang digunakan untuk melakukan penangkapan ikan dan
mendukung operasi penangkapan ikan
 Kapal penangkap ikan adalah kapal yang secara khusus digunakan untuk
menagkap ikan t
 Kapal pengangkut adalah kapal yang secara khusus digunakan untuk
mengangkuut ikan termasuk memuat, menampung, menyimpan,
mendinginkan, atau mengawetkan
 Nelayan adalah orang orang yang keseharian nya hanya bekerja mencari
ikan atau menagkap ikan atauu biota lainya yang hidup di air kolam,
maupun permukaan perairan laut
 Alat penangkapan ikan merupakan peralatan yang digunakan oleh nelayan
untuk mendapatkan ikan dan hewan laut lain nya seperti alat tangkap,
gillnet, purse saine, pole and line dan long line
 Trip penangkapan ikan merupakan suatu kegiatan operasi penangkapan
ikan ,ikan sejak meninggalkan pangkalan menuju daerah operasi
penangkapan (fishing ground) untuk melakukan penangkapan atau
pemancingan sampai kembali lagi ke tempat pangkalan asal atau semula
( dermaga)

2.2 Daerah Penangkapan ikan (fishing ground)

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan daerah / area


dimana populasi dari satu organisme dapat dimanfaatkan sebagai
penghasil perikanan, yang bahkan apabila memungkinkan “diburu” oleh
para fishing master yang bekerja di kapal kapal penangkap ikan skala
industri dengan menggunakan peralatan.jadi untuk daerah penangkapan
kapal KMN,MESAGENA adalah di laut Flores ( larantuka).
, DAN LAUT SABU Dan sekitar nya

2.3. alat penangkapan ikan

Alat penangkap ikan seperti:


 Surrouding net (jaring lingkar)
 Saine net (pukat)
 Trage (penggaruk)
 Faling gear ( alat yang di jatuhkan )
 Gillnet entangling nets( jaring insang dan jaring puntal)
 Hook atau line ( pancing atau pole and line)
Persiapan operasi penangkapan
Untuk kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan ikan, maka
sebelom berangkat kefishing ground, dilakukan berbagai persiapan baik
teknis maupun non teknis

A. Persiapan Teknis

Persiapan teknis yang dilakukan adalah memuat bahan bakar


(solar) dan es balok. Uuntuk satu kali operasi penangkapan di
butuhkan 800 sampai 1000 liter solar dan 20-40 balok es, sesuai
dengan modal yang tersedia. Persiapan yang lain yaitu,
pemeriksaan alat alat penangkapan( joran tali, dan mata pancing)
serok pengambil umpan alat pelempar umpan ( sibu sibu),
Pemeriksaan mesin peralatan navigasi (kompas,teropong,GPS, dan
peta pelayaran ) sedangkan untuk penyediaan umpan biasa nya
diambil di dekat fishing ground (Bagan tancap)
B. Persiapan Non teknis
Persiapan non teknis yang dilakukan sebelom kapal berangkat ke
fishing ground meliputi penyediaan bahan logistik seperti beras,
mie instant kopi, gula, the, rokok dan rempah rempah lain nya,.

Operasi alat tangkap ikan

Operasi alat tangkap ikan dengan menggunakan alat tangkap pole and line
merupaakan salah satu perusahaan penangkapan ikan cakalang dan ikan tuna.
Perawatan Alat Tangkap
Dalam melakukan perawatan alat tangkap merupakan hal yang harus di lakukan oleh
nelayan karena perawatan alat yang baik dapat memperpanjang uumur alat tangkap
sehingga dapat meningkatkan kinerja dan produktivitas alat tangkap tersebut
 Kerusakan alat tangkap
 Pengaruh mekanis disebabkan cara pengoperasian dan pengesekan
dengan kapal
 Pengaruh sifat sifat bahan karena reaksi kimia disebabkan karena
minyak
 Pengerusakan oleh jasad jasad renik disebabkan bakteri pembusuk
 Pengaruh alam disebabkan gelombang, arus, atau dasar perairan.

Cara pemeliharaan alat tangkap :

 Menyimpan pada tempat yang aman


 Tidak dimakan tikus atau hewan lain
 Pakai gudang yang bersih dan jangan mudah terbakar
 Menghindari alat dari sinar mata hari terik
 Sebaik nya alat ditiriskan samapi kering.
Penangkapan hasil Tangkapan
Hasil tangkapan yang di tangkap oleh kapal KMN, MESAGENA adalah
 Ikan Cakalang (katsuwanus pelamis)
 Ikan tuna ekor kuning (thunus albacore)

BAB III
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN

3.1 Kapal pole and line

Waktu dan Tempat pelaksanaan praktek bertempat di pelabuhan perikanan


tenau kupang
Alamt, jalan Yosudarso, kelurahan alak, kecamatan, alak kota Kupang, NTT
Telpon:0380-890065
Fax :0380-890065
Email: pangkalan pelabuhan Perikanan Tenau Kupang 77 @g.maill.com
Waktu :mulai tanggal 05 oktober 2021sampai 03 desember 2021

3.2 Alat dan bahan praktek

Alat dan bahan praktek alat tangkap pole and line merupakan suatu alat
tangkap yang menggunakan tongkat / joran (pole) dan tali (line) alat tangkap
pole and line termasuk alat tangkap yang selektif karena pada umum nya
hanya menangkap ikan cakalang saja.
Dalam operasi penangkapan ikan, kapal yang digunakan perlu disesuaikan
dengan alat tangkap yang digunakan. Hal tersebut akan sangat berpengaruh
pada teknis penangkapan ikan serta hasil tangkapan ( ikan yang dapat di
tangkap )
Alat dan bahan yang di gunakan pada kapal pole and line adalah
 Mesin.
 Alat tangkap pole and line berupa:
 Tongkat ( joran )
 Hok (mata pancing)
 Line ( tali)

3.3 Observasi

Observasi adalah: suatu aktivitas terhadap suatu proses atau obyek dengan
maksuud merasakan dan kemudian emahami pengetahuan dari fenomena
berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui.

3.4. Prosedur Kerja

Prosedur kerja adalah rangkaian tata kerja yang saling berhubungan sehingga
menunjukan ada nya suatu tahapan yang harus dikerjakan dalam rangka
penyelsaian suatu pekerjaan .

BAB IV
PENUTUP

4.1. Saran

Kapal Pole and Line


Kapal Pole and Line yang dioperasikan . di lengkapi dengan anjungan ,

terbuat dari kayu besi dengan tempat pemancingan dihaluan kapal. Haluan kapal

Pole and Line tersebut di disain khusus, dimana terdapat flying deck yang

memudahkan pemancing untuk melakukan pemancingan. Haluan kapal juga

didisain agak tinggi sehingga ikan yang tertangkap dapat meluncur turun ke bagian

tengah kapal dekat bak penampung hasil tangkapan sehingga memudahkan

penanganan hasil tangkapan.

Ukuran utama kapal Pole and Line adalah Panjang (L) 23 m; Lebar (B) 6 m

dan Tinggi (D) 3 m. Kapasitas muat kapal 30 GT, dengan mesin utama merk

Mistsubishi 6D15 berkekuatan 120 PK. Dilengkapi dengan mesin penyemprot

air merk Kubota RD55 berkekuatan 5,5 PK dan mesin generator listrik merk Kubota

RD55 dengan dinamo berkapasitas 3.000 Watt.

Kapal dilengkapi dengan pipa-pipa penyemprot air yang ujungnya

dipipihkan untuk memaksimalkan jangkauan semburan air. Pipa ini terletak di

haluan kapal dibawah flyin deck atau tempat duduk pemancing. Jumlahnya 8

buah, masing- masing 2 buah di samping kiri dan kanan haluan kapal dan 4 buah di

haluan.

Bak umpan (live bait tank) terletak pada lambung kapal. Jumlahnya 2 buah

dengan ukuran yang sama yaitu panjang 1,5 m; lebar 2 m dan tinggi 1,5 m, serta

memiliki kapasitas umpan maksimal 20 ember ( 7 serok besar) Bak umpan

merupakan ciri khas kapal Pole and Line. Bak umpan dilengkapi dengan luban
pemasukan dan pengeluaran air yang berfungsi sebagai sistem sirkulai air.

Untuk memperlancar sirkulasi dalam tiap bak umpan maka terdapat satu lubang

pemasukan yang dipasangi belahan bambu yang menghadap ke haluan kapal,

sehingga air akan masuk bila kapal bergerak maju dan terdapat tujuh lubang lainnya

yang dilapisi dengan saringan sebagai tempat keluarnya air.Untuk mengeringkan bak

umpan setelah digunakan, maka belahan bambu tersebut diputar menghadap ke

buritan kapal, dengan demikian air akan mengalir keluar dengan sendirinya. Selain

bak umpan, juga terdapat 1 buah pot umpan sebagai tempat umpan guna

memperlancar pelemparan umpan hidup oleh boy-boy.

Gambar 1. Palka Penyimpanan Hasil Tangkapan.


Kapal Pole and Line ini juga dilengkapi dengan palka penyimpanan hasil

tangkapan 1 buah, dengan ukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2 m, dengan

kapasitas 2 ton dan 2 buah palka es berukuran panjang 1 m; lebar 1 m dan tinggi 1,2

m, dengan kapasitas masing-masing 2 ton dan ditempatkan di atas deck, di depan


ruang kemudi.Palka es tersebut juga bisa digunakan untuk menampung hasil

tangkapan jika palka penampung tidak mampu memuat hasil tangkapan. Bagian-

bagian kapal lainnya adalah ruang kemudi, ruang mesin, tangki bahan bakar yang

berkapasitas 1.000 liter, ruang istirahat ABK, bak air bersih, dapur dan WC.

Alat Tangkap Pole and Line

Alat tangkap Pole and Line yang digunakan pada kapal penangkap . adalah

sebagai berikut :

1. Joran (Galah)

Joran atau galah yang digunakan terbuat dari bambu yang cukup tua dengan

tingkat elastisitas yang cukup baik. Panjang joran yaitu 2,5 – 3 meter,

diameter pangkal 2,6 – 5 cm dan diameter bagian ujungnya 0,5 – 1 cm.

2. Tali Pancing

Tali pancing yang digunakan terbuat dari bahan Polyethilene yang

berdiameter 0,2 cm. Tali pancing ini terdiri atas 3 bagian yaitu :

a. Tali Kepala (Head Line) yaitu tali yang berhubungan langsung dengan

joran dan diikatkan pada ujung joran, dengan panjang 10 – 15 cm.

b. Tali Utama (Main Line) yaitu tali yang terpanjang, dimana kedua

ujungnya dibuatkan mata yang berfungsi sebagai penghubung antara tali

kepala dengan tali sekunder. Panjangnya 1,5 – 2 meter.

c. Tali Sekunder yaitu tali yang berfungsi untuk mengikatkan tasi

(monofilamen) atau kawat baja yang menghubungkan dengan mata

pancing. Panjangnya 10 – 15 cm
3. Tali atau Kawat Baja (Wire Leader)

Pada kapal Pole and Line tersebut, alat tangkapnya menggunakan tasi

bernomor 100 atau kawat baja (wire leader), tergantung masing-masing

pemancing. Tasi atau kawat baja tersebut diikatkan langsung pada mata

pancing, fungsinya untuk mencegah putusnya tali pancing akibat gaya tarik

beban dan gigitan ikan. Panjangnya 10 – 15 cm.

4. Mata Pancing (Hook)

Mata pancing yang digunakan tidak berkait balik. Mata pancing tersebut

bernomor 2,5 - 2,8. Pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk

silinder dengan panjang 3 cm dan diameter 1 cm, yang bagian luarnya

dibungkus dengan nikel sehingga lebih mengkilap dan menarik perhatian ikan

target, sedangkan pada sisi luarnya terdapat cincin sebagai tempat mengikat

tasi atau kawat baja. Pada bagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia

dan bulu ayam yang diikat dengan monofilamen (no. 2).

Pole and Line tidak mempunyai kait balik seperti mata pancing yang lain

pada umumnya (Gambar 2). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan terlepasnya

ikan pada saat disentakkan. Pole and Line juga tidak menggunakan umpan dimata

pancingnya, tetapi digantikan oleh umpan tiruan berupa guntingan tali rapia dan bulu

ayam. Hal ini bertujuan untuk efisiensi dan efektifitas alat tangkap karena cakalang

termasuk pemangsa yang rakus. Hal ini sesuai dengan pendapat Ayodhyoa (1981)

bahwa jika ikan makin banyak dan makin bernafsu memakan umpan, maka dipakai

pancing tanpa umpan dan mata pancing ini tidak berinsang (tidak berkait)
Gambar 2. Alat Tangkap Pole and Line

Keterangan :

a. Joran f. Timah pemberat

c. Tali utama h. Cincin

e. Tasi/kawat baja (wire leader) j. Mata pancing

Rumpon

Rumpon sebagai alat bantu penangkapan, dipasang pada kedalaman 500 –


1000 meter. Rumpon tersebut di disain dengan konstruksi yang sederhana terdiri

dari rakit, pemberat, attraktor (pemikat) dan tali temali. Hal ini sesuai dengan

pendapat Tampubolon (1983) bahwa rumpon terdiri dari rakit apung yang dipasang

permanen dengan jangkar yang mencapai kedalaman sampai 2.000 meter dan

sepanjang tali jangkar dipasang daun-daun kelapa atau daun lainnya yang rimbun dan

tahan lama di air.


Disain rumpon terdiri atas :
1. Rakit

Rakit yang digunakan terbuat dari bambu yang disusun berlapis-lapis, yaitu

3 – 4 lapis. Batang bambu tersebut diikat 3 - 5 batang dengan panjang ± 6

meter. Fungsi dari rakit ini adalah sebagai pengapung dan tempat bergantung

attraktor.

2. Attraktor (Pemikat)

Attraktor atau pemikat yang biasanya digunakan adalah daun kelapa, karena

daun kelapa tahan lama dalam air laut. Daun kelapa diikatkan pada rakit dan

pada bagian ujung bawah tali pengikatnya diberi pemberat. Disekitar atraktor

inilah biasanya ikan-ikan kecil banyak berkumpul untuk berlindung dan

mencari makanan, sehingga menarik perhatian ikan besar untuk datang

mencari makan.

3. Tali

Jenis tali yang digunakan oleh nelayan pada rumpon adalah Polyethilene.

Secara garis besar ada dua tali yang digunakan yaitu:

Tali pemberat yaitu tali yang menghubungkan antara pemberat (jangkar)

dengan pelampung (rakit). Panjang tali pemberat 1,5 – 2 kali dalamnya

perairan dimana rumpon tersebut dipasang

Tali attrktor yaitu tali yang digunakan untuk mengikat daun kelapa

(attraktor) yang diikatkan ke batang bambu (rakit).


4. Pemberat

Pemberat yang digunakan adalah campuran batu-batu gunung dan semen

beton yang di masukkan ke dalam drum. Biasanya digunakan 3 atau 4 drum

dengan berat total sekitar 2 ton.

Gambar 3. Rumpon Yang Digunakan Sebagai Alat Bantu Penangkapan Ikan Oleh
Nelayan Pole and Line.
Keterangan :

1. Rakit 4. Tali attraktor


2. Attraktor (daun kelapa) 5. Pemberat
3. Tali pemberat
Menurut Tampubolon (1983) bahwa pemasangan rumpon bertujuan untuk

mengumpulkan ikan-ikan kecil dengan maksud supaya ikan-ikan yang lebih besar

juga akan datang mendekati dan berada disekitarnya. Adanya ikan-ikan besar seperti

tuna dan cakalang yang terkumpul di bawah rumpon tersebut dapat ditangkap dengan

alat tangkap Pole and Line.

Persiapan Operasi Penangkapan

Untuk kelancaran dan keberhasilan operasi penangkapan ikan.dengan

alat tangkap pole and line Maka sebelum berangkat ke fishing ground, dilakukan

berbagai macam persiapan baik teknis maupun non teknis.

A. Persiapan Teknis

Persiapan teknis yang dilakukan adalah memuat bahan bakar (solar) dan es

balok. Untuk satu kali operasi penangkapan dibutuhkan 800 – 1.000 liter solar dan

20 – 25 balok es, sesuai dengan modal yang tersedia. Persiapan yang lain yaitu

pemeriksaan alat-alat penangkapan (Joran, tali dan mata pancing), serok pengambil

umpan, alat pelempar umpan (sibu-sibu), pemeriksaan mesin, peralatan navigasi

(kompas dan peta pelayaran). Sedangkan untuk penyediaan umpan, biasanya

diambil di nelayan bagan .


B. Persiapan Non Teknis

Persiapan non teknis yang dilakukan sebelum kapal berangkat ke fishing

ground meliputi penyediaan bahan logistik (ransum) seperti beras, ikan kering, mie

instant, kopi, teh, rokok,P3K dan rempah-rempah.

Pengambilan dan Penanganan Umpan Hidup

Jenis-jenis umpan hidup yang digunakan adalah jenis ikan teri putih

(Stolephorus heterolobus) dan teri hitam (Stolephorus zollingeri). Diantara umpan

tersebut, umpan yang paling banyak digunakan adalah ikan teri hitam (Stolephorus

zollingeri) karena jenis ini tahan lama diantara jenis umpan hidup yang lain.dan ikan

tembang

Umpan hidup sangat menentukan keberhasilan penangkapan, sehingga

penentuan umpan baik jenis maupun sifatnya harus tepat. Jenis umpan yang baik

digunakan dalam penangkapan ikan cakalang harus mempunyai sifat-sifat yaitu

berenang cepat menuju permukaan, berwarna perak atau lainnya yang menimbulkan

refleksi yang baik di air, segera mendekat kembali ke kapal apabila sudah dilempar

dan mempunyai ukuran yang wajar sebagai makanan ikan cakalang.

A. Pengambilan Umpan Hidup


00 00
Pengambilan umpan dilakukan saat tengah malam sekitar pukul 24. – 02. ,

setelah nelayan bagang melakukan hauling I. Penangkapan umpan dilakukan oleh

nelayan bagang dua perahu dengan menggunakan alat bantu cahaya. Umpan

biasanya susah didapatkan pada saat bulan purnama. Oleh karena itu alat tangkap

Pole and Line biasanya jarang beroperasi pada saat bulan purnama, mengingat
susahnya mendapatkan umpan hidup. Daerah pengambilan umpan hidup yaitu di

daera
sekitar pasir panjang dan oesapa Kupang
, yang terletak di wilayah Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur
Pemindahan umpan dari kurungan bagan ke bak umpan di atas kapal

dilakukan oleh ABK dengan menggunakan takaran ember ukuran 20 liter, dengan

harga tiap embernya Rp. 750,000, Tiap kali melakukan operasi penangkapan,

biasanya kapal memuat 15 – 20 ember sesuai dengan kapasitas bak dan modal yang

tersedia.

Gambar 4. Pengambilan Umpan Hidup Dari Kurungan Bagang tancap


B. Penanganan Umpan Hidup

Penanganan umpan hidup perlu dilakukan agar umpan dapat tetap bertahan

hidup dalam jangka waktu yang lama dan sampai ke fishing ground. Penanganan

umpan mulai setelah umpan dipindahkan dari kurungan bagang sampai ke bak

umpan di atas kapal. Untuk menjaga agar umpan tetap hidup maka dilakukan

beberapa perlakuan antara lain:


Bak umpan dicuci dan dibersihkan dari sisik atau kotoran lainnya yang

melekat di dinding bak.

Pemindahan umpan dari kurungan bagang dilakukan dengan cepat dan

sangat hati-hati.

Pengaturan sirkulasi air (pertukaran air dari laut dan dari palkah umpan

hidup, sehingga kualitas air di dalam bak umpan relatif sama dengan di

luar.

Pemberian penerangan lampu pada saat malam hari. Posisi lampu di

gantung ditengah-tengah bak dengan jarak ± 30 cm dari permukaan air di

bak. Untuk penerangan digunakan lampu pijar dengan daya 5 Watt.

Pengeluaran umpan yang mati dari dalam bak dengan menggunakan sibu-

sibu kecil Hal ini ditujukan agar umpan yang mati tidak turun ke

dasar bak

dan mengganggu sirkulasi air.

Keterangan :

a. Tutup Palka Umpan.

b. Bambu Berdiameter 10 cm.


c. Dinding Penyekap.

d. Batas Maksimum Air

e. Lubang Pengeluaran Air.


f. Lubang Pemasukan Air.

Gambar 5. Sistem Sirkulasi Pada Bak Umpan Hidup.


Penentuan Daerah Penangkapan Ikan

Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) yang merupakan tujuan penangkapan

alat tangkap Pole and Line adalah jenis tuna dan ikan cakalang yang dapat

ditemukan sepanjang tahun di perairan Nusa Tenggara Timur .Menurut Nontji

(1993) bahwa daerah penyebaran ikan cakalang adalah di perairan indonesia bagian

Timur .(Nusa Tenggara Timur)

Operasi Penangkapan Ikan

A. Tenaga Kerja

Tiap unit armada penangkapan Pole and Line KMN,HARAPAN JAYA

meiliki 20 orang tenaga kerja dengan pembagian tugas dan tanggung jawab masing-

masing. Pembagian tugas dan tanggung jawab tersebut sebagai berikut :

1. Kapten, bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kapal, dan secara

keseluruhan atas keberhasilan operasi penangkapan. Seorang kapten kapal

harus memiliki pengetahuan tentang pelayaran dan navigasi, pengetahuan

tentang kondisi perairan, keadaan angin dan pengetahuan tentang sifat ikan

cakalang.

2. Juru mudi, bertugas membantu kapten kapal dalam mengemudikan kapal

selama operasi dilaksanakan.

3. Bagian mesin (Bass), bertanggung jawab atas kerja mesin kapal, baik mesin

utama maupun mesin bantu.

4. Boy-boy, bertanggung jawab untuk melakukan pengintaian gerombolan ikan,

menarik gerombolan ikan mendekati kapal dengan teknik pelemparan umpan,

pelemparan umpan, mengatur efisiensi dan efektifitas penggunaan umpan.


20. pemancing, bertugas melakukan pemancingan yaitu dengan memindahkan

ikan dari laut ke atas kapal sebanyak-banyaknya, untuk itu seorang

pemancing harus memiliki keahlian, kekuatan, kecepatan, ketelitian dan

kesabaran. Pada kapal Pole and Line, pemancing dibagi menjadi 3 yaitu

pemancing kelas I yang sudah berpengalaman pada sudut kiri dan kanan
flying deck; pemancing kelas II pada bagian depan haluan dan pemancing

kelas III agak kebelakang dari haluan.(dekat dengan dapur atau buritan kapal)

6. Juru masak, bertanggung jawab terhadap penyediaan konsumsi bagi seluruh

crew kapal.yang bekerja di atas kapal pekerjaan mau berjalan dengan baik

atau tidak tergangtung dari koki

Dalam pembagian tugas ini, crew ( anak buah kapal ABK)kapal tidak mutlak

harus pada posisi tugas dan tanggung jawabnya karena kadang-kadang ada pekerjaan

yang memerlukan kerjasama, misalnya pada saat pemancingan, penyediaan

konsumsi, dll.

B. Pengintaian Gerombolan Ikan

Pengintaian gerombolan ikan dilakukan oleh Boy-boy bekerjasama dengan

kapten. Pengintaian dilakukan di tempat yang paling tinggi yaitu di anjugan kapal

dengan menggunakan alat bantu berupa teropong (Gambar 6).

Gambar 6. Pencarian atau Pengintaian Gerombolan Ikan Oleh Boy-boy Dengan


menggunakan teropong untuk mengamati daerah penangkapan ( fishing ground )

Cara untuk mengetahui ada tidaknya gerombolan ikan cakalang adalah

dengan melihat burung burung yang selalu beterbangan di atas permukaan laut, ikan

lumba lumba yang berenang dengan posisi gerombolan pada suatu perairan yaitu

dengan memperhatikan adanya burung yang terbang dan menukik nukik ke


permukaan laut dan sekitar nya. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, jika

yang terlihat adalah burung laut kecil maka di tempat tersebut terdapat gerombolan

ikan cakalang, jika yang terlihat adalah burung laut yang besar maka di tempat

tersebut terdapat gerombolan ikan tuna dan jika yang terlihat adalah burung besar

dan kecil maka di tempat tersebut terdapat gerombolan tuna dan cakalang. Tanda

lainnya yaitu adanya gerombolan lumba-lumba yang di atasnya ada burung yang

terbang dan menukik ke permukaan laut, ikan cakalang berlompatan menyambar

mangsa, dan menjadi salah satu tanda adanya gerombolan ikan. Adanya riak dan

percikan air juga mejadi tanda adanya gerombolan ikan pada suatu perairan. Hal

ini sesuai dengan pernyataan Ayodhyoa (1981) bahwa petunjuk untuk mengetahui

adanya gerombolan ikan adalah adanya burung-burung yang menukik menyambar

ke permukaan laut, ikan yang melompat di atas permukaan atau ikut beruaya

bersama kayu-kayu yang hanyut, adanya ikan paus atau ikan hiu dan lain sebagainya.

C. Persiapan Sebelum Memancing

Pada saat Boy-boy melakukan pencarian gerombolan ikan, pemancing

mempersiapkan alat tangkapnya masing-masing dengan menyambungkan tali

sekunder yang sudah ada mata pancingnya ke tali utama (main line). Setelah Boy-

boy menemukan gerombolan ikan, maka Boy-boy segera memberi tahu Kapten dan

menunjukkan arah dimana gerombolan ikan tersebut berada, kemudian Boy-boy

memperingatkan kepada seluruh pemancing untuk bersiap-siap memancing dan

mengambil posisi di haluan (Gambar 7).


Gambar 7. Posisi pemancing di Haluan Kapal Saat Pemancingan Berlangsung.

D. Menarik Gerombolan Ikan Ke Haluan Kapal

Perairan yang diketahui terdapat gerombolan ikan, di dekati perlahan-lahan

dari sisi kiri atau kanan kapal, sementara itu air sudah mulai disemprotkan dengan

hujan buatan keluar melalui keran keran pipa . Selanjutnya setelah diperkirakan ikan

telah berada pada jarak jangkauan lemparan, maka Boy-boy mulai melakukan

pelemparan umpan hidup dari sebelah kiri lambung kapal untuk menarik ikan

mendekati kapal untuk selanjutnya diarahkan ke haluan kapal (Gambar 8). Posisi

kapal memotong arah renang ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sultan (1986)

bahwa diusahakan agar pendekatan schooling dari lambung kiri kapal dan penebaran

umpan tidak berlawanan arah angin agar umpan tersebut tidak jatuh kembali di atas

kapal.

Pada operasi penangkapan di sekitar rumpon, ikan dapat di dekati dari arah

mana saja tanpa memperhatikan arah renang ikan. Pemancingan di daerah rumpon di
lakukan pada jarak 10 – 20 meter dari rumpon, karena ikan cakalang berada pada

area rumpon tersebut

Gambar 8. Pelemparan Umpan Hidup Oleh Boy-boy.


Boy-boy memperkirakan waktu yang tepat, kecepatan dan jumlah umpan

hidup yang dilemparkan ke laut satu sampai dua ekor . Pelemparan ini akan

diarahkan ke haluan kapal dimana setiap pemancing sudah bersiap-siap pada

posisinya masing-masing. Saat gerombolan ikan telah berada di haluan kapal maka

pelemparan umpan dikurangi dalam batas tertentu agar ikan tetap berada di haluan.

Gerombolan ikan harus tetap dipertahankan agar tetap di permukaan dengan

mempercepat frekuensi pelemparan umpan berikutnya. Pelemparan umpan hidup

akan semakin dipercepat dan tidak terputus-putus apabila ikan sudah aktif dan mulai

rakus memakan umpan.


E. Pemancingan

Pada saat gerombolan ikan cakalang sudah berada di sekitar haluan kapal

(area pemancingan), kapal berhenti (diam) namun mesin tetap dihidupkan untuk

mengantisipasi berpindahnya gerombolan ikan, sehingga mudah dikejar kembali.

Pemancingan kemudian dilakukan dengan menurunkan mata pancing ke dalam air di

tengah-tengah semburan air sambil digerak-gerakkan atau disentak-sentakkan

perlahan-lahan, sehingga nampak seperti umpan hidup sungguhan. Hal ini

dimaksudkan untuk memberi refleksi atas pancing dan umpan tiruan terhadap

penglihatan cakalang. Kemudian pemberian semburan air yang dimaksudkan untuk

mengaburkan penglihatan ikan cakalang terhadap mata pancing, pemancing dan

kapal.

Ikan yang menyambar mata pancing segera di tarik atau disentakkan ke atas,

ke arah belakang, kemudian ikan akan terlepas dengan sendirinya dan jatuh di atas

geladak kapal (Gambar 9). Pada saat penarikan ikan diusahakan ikan tersebut tidak

jatuh kembali kelaut (terlepas) karena dapat membuat ikan-ikan lainnya takut dan

segera menghilang. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudirman dan Mallawa (1999)

bahwa kadang-kadang gerombolan ikan tiba-tiba menghilang terutama jika ada ikan

yang berdarah atau ada ikan yang lepas dari mata pancing dan jumlah umpan yang

sangat terbatas.

Dalam proses pemancingan ada dua cara dalam menjatuhkan ikan di atas

geladak kapal. Pertama yaitu menjatuhkan ikan lewat belakang kepala pemancing

atau pancing banting. Cara yang ke dua yaitu menjatuhkan ikan lewat bawah lengan.
Umumnya nelayan menggunakan cara yang ke pertama yaitu pancing banting.
Pemancingan dengan cara ke dua biasanya dilakukan saat ikan malas makan.

Gambar 9. Proses Pemancingan Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dengan


Pancing Pole and Line.
F. Hasil Tangkapan
Nelayan Pole and Line di Kupang seperti lazimnya nelayan-nelayan di daerah

lain juga mengenal 3 musim penangkapan, yaitu: musim puncak pada bulan

September sampai Nopember, pada musim ini rata-rata nelayan dapat memperoleh

hasil antara 3 ton/trip; musim biasa pada bulan oktober sampai desember, dengan

hasil tangkapan rata-rata 4 – 5 ton/trip; dan musimpaceklik pada bulan januari

sampai agustus, dengan hasil tangkapan 0 – 1 ton/trip. Pada musim paceklik,

biasanya nelayan jarang yang turun melaut, karena angin terlalu kencang. Oleh

karena itu, pada saat musim paceklik biasanya kapal diistirahatkan dan diperbaiki

(dok) bila ada

kerusakan-kerusakan.

Penanganan Hasil Tangkapan Diatas Kapal

Setelah proses pemancingan selesai, penanganan hasil tangkapan di atas

kapal segera dilakukan untuk mempertahankan mutu hasil tangkapan, sehingga tetap
segar sampai di darat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty (1989)

bahwa setelah operasi penangkapan berhasil, maka hasil tangkapan harus segera

ditangani agar tetap segar sampai ke tangan konsumen.

Ikan yang tertangkap terlebih dahulu dibersihkan dengan cara menyiramnya

dengan air laut agar darah, kotoran dan lendir yang melekat pada tubuh ikan dapat

dihilangkan, sehingga pertumbuhan bakteri yang dapat menyebabkan penurunan

mutu pada ikan dapat dihambat.

Gambar 10. Penyiraman Ikan Hasil Tangkapan.


Setelah dicuci, ikan-ikan yang sudah jelek misalnya tubuhnya sudah lecet,

luka-luka, perutnya pecah atau sudah tidak utuh lagi, dipisahkan dari ikan yang

masih bagus. Bila dimasukkan kedalam palka, Ikan-ikan besar (size A dan B)

ditempatkan dalam palka yang berbeda dengan ikan-ikan kecil (size C dan D).

Namun ikan tuna sirip kuning atau yellow fin tuna (Thunnus albacares) yang juga

kadang-kadang tertangkap, tetap di campur dengan ikan cakalang yang besar dan di

simpan pada palka yang sama.

Pengelompokan ukuran dan harga ikan yang tertangkap dapat dilihat pada

tabel 2

Gambar 11. Penyortiran Hasil Tangkapan Berdasarkan Ukuran dan Kualitasnya.


Sebelum ikan dimasukkan kedalam palka penyimpanan hasil tangkapan,

palka disiapkan terlebih dahulu, yaitu dengan cara memberi es curai pada dasar palka

kira-kira setebal 10 – 15 cm secara merata, kemudian ikan dimasukkan dan diatur


dengan baik sehingga kapasitas palka dapat dimaksimalkan. Setelah setengah palka

telah terisi, kemudian diberi lagi es curai kira-kira setebal ± 10 cm, lalu kemudian

diisi lagi dengan ikan sampai palka hampir penuh, lalu di bagian paling atas diberi

lagi es curai kira-kira setebal 10 -15 cm. Setelah itu, ditambahkan air laut sekitar 1/4

ukuran bak sehingga penyebaran suhu lebih merata dan himpitan serta tekanan akibat

adanya pecahan es yang dapat merusak kulit ikan dapat dikurangi. Setelah itu, Palka

kemudian ditutup rapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Afrianto dan Liviawaty

(1989) bahwa pada lapisan ikan paling atas ditutupi dengan hancuran es setebal 10

cm lalu wadah ditutup agar tidak terjadi kontak dengan udara sekitarnya.

Gambar 12. Pemberian Es Curai Pada Ikan Hasil Tangkapan di Palka Penyimpanan
Es
Setelah proses penanganan di atas kapal selesai dan hasil tangkapan juga di

nilai sudah cukup, maka kapal akan segera menuju ke fishing base. Namun bila hasil

tangkapan masih kurang maka kapal akan kembali ke tempat pengambilan umpan
menunggu umpan di bagan untuk operasi berikutnya. Jika demikian biasanya

dilakukan 3 - 5 kali pemeriksaan dan penambahan es ke dalam palka hasil, agar

kondisi dalam palka tetap stabil dan mutu ikan dapat tetap dipertahankan sampai di

darat.

Penjualan dan Pembagian Hasil Tangkapan

Setelah tiba di fishing base, hasil tangkapan segera dipindahkan ke dalam

keranjang kemudian dinaikkan ke truk pengangkut, lalu diangkut masuk kapal

penampung, ikan ditimbang berdasarkan sizenya, hasilnya di catat dalam bentuk

nota. Nota tersebut kemudian dikumpulkan dan setelah sampai satu turo (20 – 25

hari) baru kemudian dibayar oleh perusahaan (diuangkan). Setelah uang diterima

oleh pemilik kapal, maka pemilik kapal akan menghitung biaya operasional selama

satu turo tersebut, lalu hasil penjualan tersebut diperkurangkan dengan biaya

operasional tadi dan keuntungan yang diperoleh kemudian akan dibagikan kepada

Kapten, Boy-boy dan Bass masing-masing 12 %, untuk Pemancing dan Koki

mendapatkan 14 % yang dibagi sesuai dengan penilaian pemilik kapal (rajin tidaknya

ABK). Sedangkan 50 % sisanya adalah bagian pemilik kapal.


Tabel 2. Ukuran dan Harga Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) Yang Berlaku
Dipelabuhan perikanan Tenau kupang .

Jenis Size Berat (Kg) Harga/Kg

A > 2,5 Rp. 12,500

B 2,0 – 2,5 Rp. 10,000

C 1,5 – 2,0 Rp. 8000

D < 1,5 Rp.6000

Ikan Tuna sirip kuning


Ikan Cakalang
Gambar 13. Ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) dan Ikan Tuna Sirip Kuning
(Thunnus albacares) Yang Berhasil ditangkap Dengan Alat Tangkap
Pole and Line.
BABV.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan hasil kegiatan Praktek kerja industri dapat

ditarik beberapa kesimpulan :

1. Operasi penangkapan ikan meliputi persiapan sebelum operasi, pengintaian

gerombolan ikan, mengarahkan gerombolan ikan ke haluan kapal dan

pemancingan.

2. Umpan hidup yang digunakan adalah Ikan Teri (Stolephorus spp)

3. Daerah penangkapan ikan Cakalang yaitu di perairan laut sabu dan laut alor
4. Hasil tangkapan adalah ikan Cakalang (Katsuwonus pelamis) sebagai hasil

tangkapan utama dan ikan tuna ekor kuning (Thunnus albacares)

5.2 SARAN
Berdasarkan hasil kegiatan praktek maka disarankan agar kapal Pole and

Line dilengkapi dengan peralatan navigasi seperti : radio panggil, radar, GPS, serta

teropong untuk memudahkan mencari gerombolan ikan.

Kemudian meminimalkan kerusakan ikan hasil tangkapan akibat pancing

banting, maka geladak kapal sebaiknya dilapisi dengan pelapis yang elastis misalnya

gabus atau karet, sehingga benturan ikan dengan geladak dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto dan Liviawaty. 1989. Pengawetan dan pengolahan Ikan. Penerbit kanisus.
Yogyakarta.

Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubugannya Dengan Alat , Metode
dan Taktik Penangkapan. Jurusan Pemafaatan Sumder Daya Perikanan
Fakultas Perikanan IPB. Bogor.

Nontji , A. 1993. Laut Nusantara. Penerbit Djembatan. Jakarta.

Sudirman dan Mallawa, A. 1999. Metode penangkapan Ikan. Program Studi


Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan. Fakultas Perikanan. Universitas
Hasanuddin. Makassar.

Sultan, M. 1986. Pengenalan Beberapa Jenis Alat dan Metode Penangkapan Di


Indonesia. Pusat Pengembagan Pendidikan Politeknik Pertanian IPB.
Bogor.

Tampubolon, S. M. 1983. Ikan Tuna dan Perdagangannya. Fakultas Perikanan


IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai