Anda di halaman 1dari 48

PENGOPRASIAN PURSE SEINE

PADA KM. ENTERPRISE

LAPORAN KERJA PRAKTIK AKHIR


PROGRAM STUDI TEKNIK PENANGKAPAN IKAN

Oleh

AKBAR SIBELA

NIT.20.1.13.005

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN RISET

DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK


KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG
2023
PENGOPERASIAN PURSE SEINE
PADA KM. ENTERPRISE

Oleh

AKBAR SIBELA
NIT. 20.1.13.005

Laporan Kerja Praktik Akhir Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Ahli Madya Perikanan (A.Md.Pi)
Pada Program Studi Teknik Penangkapan Ikan
Politeknik Kelautan Dan Perikanan Bitung

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN RISET


DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN POLITEKNIK
KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG

2023
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : Pengoprasian Purse seine Pada KM. ENTERPRISE


NAMA. : AKBAR SIBELA

NIT. : 20.1.13.005

Menyetujui,

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir. Jul Manohas, M.Si Muhidin Syamsudin, S.Pi


NIP.196102131999032001 NIP.197108012003121005

Mengetahui :

Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

Daniel H. Ndahawali S.Pi..M.Si


NIP. 19720717 200212 1 003
HALAMAN PENGESAHAN

JUDUL : Pengoprasian Purse seine Pada Kapal KM. ENTRPRISE


NAMA. : AKBAR SIBELA

NIT. : 20.1.13.005

Telah Dipertahankan Di Halaman Tim Penguji


Sidang Laporan Praktik Kerja Akhir Politeknik Kelautan Dan Perikanan Bitung
Dan Dinyatakan Lulus Pada Tanggal :

Tim penguji :

ketua/sekretaris penguji 1

Ir. Jenny I.Manengkey, M.Si Ir. Lusje Lidya Debora Antou, M.Si
NIP.196406261991032003 NIP. 196612171991032011

Penguji II penguji III

Ir. Leopold A. Tomasila, M.Si Ir. Jul Manohas, M.Si


NIP. 196305071992031003 NIP.196102131999032001

Menyetujui :
Ketua Program Situdi
Polteknik Kelautan dan Perikanan Bitung

Yuli Purwanto, S.St.Pi, M.Si


NIP. 19840722 200801 1 002
RIWAYAT HIDUP

AKBAR SIBELA lahir di Waisepa pada tanggal 03 November 2000, anak


ke 1 dari 5 bersaudara dari pasangan Safinudin sibela dan fatma upara. Dunia pendidikan
formal dimulain pada tahun 2006, dengan memasuki Sekolah Dasar (SD) Negeri waisepa dan
lulus Tahun 2012, pada Tahun yang sama melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah
Tingkat Pertama Di SMP Negeri Sula Sulabesi Timur dan lulus pada Tahun 2016. Setelah itu
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri Sulabesi Timur dan lulus
pada Tahun. 2019 penulis melanjutkan pendidikan jenjang Deploma 3 (D3) dan diterima pada
program studi Teknik Penangkapan Ikan di Poltek Kelautan dan Perikanan Bitung dan lulus
pada tahun 2023 dengan gelar Ahli Madya Perikanan (A,Md.Pi).
RINGKASAN

AKBAR SIBELA NIT: 20.1.13.005.Laporan Kerja Peraktek Akhir Pengoprasian


Purse Seine Pada Kapal KM. Enterprisedi bimbing oleh Ir. Jul Manohas. M,Si
Muhidin Syamsudin. S.Pi.M.Si .

Daerah juwana memiliki banyak alat tangkap baik untuk ikan, udang maupun biota
laut lainnya. Untuk mengeksploitasi sumberdaya perikanan digunakan bermacam-
macam alat tangkap yang bersifat tradisional oleh nelayan Juwana. Dari sekian banyak
alat tangkap di Juwana, alat tangkap purse seine merupakan alat tangkap yang sangat
yang sangat dikenal dikalangan nelayan karena pengoperasiannya sangat mudah.

Kerja Praktek Akhir (KPA) ini bertujuan untuk mengetahui pengoprasian alat
tangkap purse seine dan mengetahui jenis dan fungsi alat bantu penangkapan ikan
pada KM. Enterprise, Kegiatan KPA dilakukan pada KM. Enterprise, dimulai dari
tanggal 08 2022 sampai dengan 09 April 2023. Lokasi praktik di perairan laut makasar
sedangkan fishing base berada di pelabuhan juwana, Kabupaten juwana Aru, Provinsi
jawa tenga. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa teknik penangkapan ikan
dengan alat tangkap purse seine pada KM. Enterprise dilakukan mulai dari persiapan
didarat seperti pengecekan kelengkapan alat yang digunakan untuk pengoperasian alat
tangkap dan alat-alat untuk memperbaiki mesin dan alat tangkap, pengecekan mesin,
perbekalan berupa bahan makanan dan minuman serta obat-obatan, bahan bakar
minyak, kelengkapan surat-surat kapal, dan air tawar. Penentuan Lokasi Fishing
Ground, Pengumpulan Gerombolan Ikan, Penurunan Alat Tangkap (Setting),
Penarikan Alat Tangkap (Hauling), dan Penanganan Hasil Tangkapan. Sedangkan alat
bantu penangkapan ikan terdiri dari alat bantu , pengumpul ikan berupa rumpon mini
dan cahaya (lampu/bangkra) yang berfungsi untuk mengumpulkan gerombolan ikan
dan alat bantu proses penangkapan ikan berupa winch/gardan dan merupakan alat
bantu yang digunakan pada saat setting hingga hauling yang berfungsi untuk
mempermudah dalam proses penangkapan ikan.

ABSTRAK

AKBAR SIBELA: 20.1.13.005. Final Work Report on Purse Seine Operation on Ship

KM. Enterprise bombed by d Ir. Lusje Lidya Debora Antou, M.Si and Ir. Leopold A.

Tomasila, M.Si

The kalimantan region has many fishing gears for fish, shrimp and other marine

biota. To exploit fishery resources various traditional fishing gears are used by

Maluku fishermen. Of the many fishing gears in Makasar, the purse seine is a very

well-known fishing gear among fishermen because it is very easy to operate.

This Final Practical Work (KPA) aims to determine the operation of purse seine

fishing gear and to determine the types and functions of fishing aids in KM. Enterprise

KPA activities were carried out on KM. Enterprise, starting from 08 Nofember 2022

to 09 apirl 2023. The practice location is in the Arafura sea waters while the fishing

base is in the Juwana port, Aru Islands Regency, Juwana. Based on the observations,

it is known that the fishing technique using purse seine fishing gear at KM. Enterprise

was carried out starting from ground preparations such as checking the completeness

of the equipment used for operating fishing gear and tools for repairing fishing

machines and gear, checking machines, supplies in the form of food and beverages as

well as medicines, fuel oil, complete documents. - ship's letter, and fresh water.

Determination of Fishing Ground Locations, Collection of Schools of Fish, Setting of

Fishing Equipment, Withdrawal of Fishing Equipment (Hauling), and Handling of


Catches. While fishing aids consist of tools, fish collectors in the form of mini FADs

and lights (lamps/bangkra) which function to collect schools of fish and tools for the

fishing process in the form of winch/axle and are tools used during setting up to

hauling. serves to facilitate the process of catching fish.


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta kasih-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kerja Praktik Akhir (KPA). Yang

berjudul Pengoprasian Purse seine pada Kapal KM. Enterprise.

Tidak lupa penulis juga mengucapkan banyak temia kasih atas bantuan kepada
pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya dalam penyusunan laporan ini, yaitu:

1. Daniel H.Ndahawali,S.Pi.,M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan dan


Perikanan Bitung
2. Dr. Achmad Jais Ely, ST., M.Si selaku Wakil Koordinator Politeknik Kelautan dan
Perikanan Maluku
3. Yuli Purwanto, S.St.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Teknik Penangkapan
Ikan
4. Ir. Jul Manohas.M.Si selaku Pembimbing Utama yang telah
Memberikan arahan penyempurnaan serta ulasan keritis
5. Muhidin Syamsudin. S.Pi.M.Si selaku Pembimbing Pendamping atas kesediaan
Waktu memberikan telah mendalam, koreksi dan resisi terhadap sejumlah data dan
informasi
6. Ayah, ibu, keluarga, serta teman-teman dan seluruh civitas akademika Politeknik
. Kelautan dan Perikanan Maluku atas dukungan serta doanya, Semoga Laporan kerja
Praktek Akhir (KPA) ini bermanfaat bagi yang membutuhkan.

Ambon 29 juni 2023

Penulis
Akbar Sibela

i
DATAR ISI

HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
RIWAYAT HIDUP
RINGKASAN
ABSTRACT
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN ……………………………… 1
.
1.1 Latar Belakan ……………………………… 1
.
1.2 Tujuan ……………………………… 2
.
II TINJAUAN PUSTAKA ……………………………… 3
.
2.1 Definisi Purse Seine ……………………………… 3
.
2.2 Sejarah Echosounder ……………………………… 4
.
2.3 Jenis-Jenis Echosounder ……………………………… 5
.
2.4 Manual Book sesuai Standar SOP ……………………………… 6
.
III METODE PRAKTIK ……………………………… 8
.
3.1 Waktu dan Tempat ……………………………… 8
.
3.2 Peralatan ……………………………… 8
.
3.3 Prosedur Praktik dan Pengambilan ……………………………… 9
Data .
3.4 Analisis Data ……………………………… 10
.
I HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………… 12
V .
4.1 Deskripsi Kapal ……………………………… 12

ii
.
4.2 Deskripsi Alat Tangkap ……………………………… 14
.
4.3 Daerah Penangkapan ……………………………… 15
.
4.4 Pengoperasian Alat Tangkap ……………………………… 15
.
4.5 Navigasi Kapal ……………………………… 22
.
4.6 Pengoperasian Echosounder ……………………………… 24
.
V SIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 30
.
5.1 Kesimpulan ……………………………… 30
.
5.2 Saran ……………………………… 30
.
DAFTAR PUSTAKA ……………………………… 31
.
LAMPIRAN ……………………………… 32
.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Daftar tombol dan penjelasan


echosounder sesuai manual book ……………………………… 7
2. Alat yang digunakan dalam KPA ……………………………… 9
3. Jabatan dan tugas awak KM.
Enterprise ……………………………… 14
4. Spesifikasi alat tangkap Purse Seine ……………………………… 14
5 Komponen dan spesifikasi rumpon ……………………………… 18
6. Komponen dan spesifikasi lampu
bankra ……………………………… 19
7. Alat-alat navigasi dan spesifikasinya ……………………………… 23
8. Komponen dan spesifikasi ……………………………… 24

iii
echosounder
9. Langkah-langkah pengaktifan
echosounder ……………………………… 25
10. Langkah-langkah menonaktifkan
echosounder ……………………………… 29

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.Peta lokasi KPA

1. Peta lokasi KPA (Fishingbase dan


Fishing Ground ……………………………….. 8
2. Prosedur praktik ……………………………….. 10
3. Kapal purse seine KM. Enterprise ……………………………….. 12
4. Struktur organisasi KM. Enterprise ……………………………….. 13
5. lampu metal halide ……………………………….. 17
6. Satu unit lampu bankra ……………………………….. 19
7. Prosedur Setting Purse Seine
KM.Enterprise ……………………………….. 20
8. Proses setting alat tangkap ……………………………….. 21
9. Prosedur Hauling Purse Seine ……………………………….. 22

iv
KM. Enterprise
10. Hauling purse seine pada KM.
Enterprise ……………………………….. 22
11. Display echosounder ……………………………….. 26
12. Display echosounder menampilkan
informasigerombolan ikan ……………………………….. 27
13. Peta karakteristik fishing ground ……………………………….. 28

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Tanda Bukti Lapor


Kedatangan Kapal ……………………………………… 33
2. Dokumentasi proses menata
ikan pada nampan ……………………………………… 34
3. Hasil tangkapanKM.
Enterprise ……………………………………… 34

v
I. PENDAHULUAN

1 .1. Latar Belakang

Indonesia merupakan daerah kepulauan yang memiliki sumber alam

terbesar yaitu pada bidang perikanan, terutama hasil dari sektor lautnya. Sumber

daya alam tersebut merupakan sebuah potensi yang sangat menguntungkan

apabila dapat di kelola dengan baik dan benar. Daerah kalimantan memiliki

banyak sumberdaya laut yang melimpah dengan berbagai alat tangkap yang dapat

dimanfaatkan baik untuk ikan, udang maupun biota laut lainnya. (abdulhafid.

(2014).

Penangkapan sumber daya perikanan digunakan bermacam-macam alat

tangkap yang bersifat tradisional oleh nelayan juwana, dari sekian banyak alat

tangkap di juawan, purse seine merupakan alat tangkap yang sangat dikenal

dikalangan nelayan karena pengoperasiannya sangat mudah dan hanya

membutuhkan tenaga yang ekstra saja. Seiring dengan penambahan jumlah unit

penangkapan purse seine hasil tangkapan ikan menunjukkan kecenderungan

menurun. Menurunnya kualitas hasil tangkapan dapat mempengaruhi ekonomi

nelayan dan berdampak pada nilai jual ikan. Kurang optimalnya pemanfaatan

sumberdaya perikanan diduga disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti biaya

operasional untuk melaut semakin meningkat, meningkatnya biaya kebutuhan

hidup keluarga nelayan, menurunnya jumlah hasil tangkapan, harga jual ikan tidak

dapat menutupi biaya untuk melaut sehingga dalam pengoperasian alat tangkap

ini harus dapat dipahami dengan jelas, hal ini dimaksudkan agar dalam

menangkap ikan tidak akan terjadi kesalahan sehingga sangat penting untuk

6
penulis mengetahui cara pengoperasian alat tangkap purse seine (Diniah. dan

Humaidi. (2017).

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari Praktik Kerja Akhir (KPA) ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui Teknik Penangkapan Ikan dengan menggunakan Purse Seine

pada KM. Enterprise

2. Mengetahui fungsi peralatan bantu penangkapan pada KM. Enterprise

7
II. TUJUAN PUSTAKA

2.1 Definisi purse seine

Pukat cincin (Purse seine) adalah alat penangkap ikan dari jaring yang

dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk

seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan ikan. Alat tangkap ini digunakan

untuk menangkap ikan pelagis yang bergerombol. Cara pengoperasian pukat

cincin adalah dengan melingkari gerombolan ikan, kemudian tali kolor (purse

line) ditarik ke dan dari kapal hingga bentuk jaring menyerupai mangkuk.

Selanjutnya hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan menggunakan serok

atau scoop. Purse seine disebut juga pukat atau jaring kantong, karena bentuk

jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat tangkap ini disebut juga

jaring untuk menyatukan bagian bawah jaring sewaktu operasi dengan cara

menarik tali kolor tersebut (Diniah, 2008).

Menurut Brandt (2005) menyatakan bahwa karakteristik purse seine

terletak pada cincin dan purse line atau tali kolor. Alat tangkap ini memiliki ciri

tali ris atas yang lebih pendek dari tali ris bawahnya, sedangkan kolor, karena

pada bagian bawah jaring dilengkapi dengan tali kolor yang berfungsi alat

tangkap yang termasuk kelompok ini seperti lampara memiliki tali ris atas yang

lebih panjang dari tali ris bawah. Purse seine dikelompokkan ke dalam kelompok

surrounding nets. Ada dua tipe Purse seine yaitu Purse seine tipe Amerika dan

Purse seine tipe Jepang. Purse seine tipe Amerika berbentuk empat persegi

panjang dengan bagian pembentuk kantong terletak di bagian tepi jaring. Purse

seine tipe Jepang berbentuk empat 5 persegi panjang dengan bagian bawah jaring

8
berbentuk busur lingkaran dan bagian pembentuk kantong terletak di tengah

jaring.

2.2 Sejarah echosounder.

Sejarah penggunaan echosounder sebagai salah satu referensi bahwa

sinyal suara sudah digunakan sejak sekitar tahun 1490 berasal dari catatan harian

Leonardo da vinci yang menuliskan : “dengan menempatkan ujung pipa yang

panjang di dalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan

kapal kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat

beroperasi didalam air. Ini disebutkan dengan sonar pasif (sonar passive) Karena

kita dapat mendengar suara yang ada. Pada abad ke 19, Jacques and pierre currie

menemukan piezoelectricity, sejenis Kristal yang dapat membangkitkan arus

listrik jika Kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika Kristal tersebut

dialiri arus listrik maka Kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan

perubahan tekanan di permukaan Kristal yang bersentuhan dengan air.

Selanjutnya signal suara akan berpropagansi di dalam air. Ini selanjutnya disebut

dengan sonar aktif (active sonar) Penggunaan akustik bawah air mulai

berkembang pesat pada saat pecahnya Perang Dunia pertama terutama untuk

pendeteksian kapal selam dengan penempatan 12 hydrophone (yang setara

dengan microphone untuk penggunaan didarat) yang diletakan memanjang di

bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal

selam. Setelah Perang Dunia I, perkembangan penggunaan akustik bawah air

berjalan dengan lambat dan hanya terkonsentrasi pada aplikasi untuk militer.

Setelah pecah perang Dunia II kembali penggunaan akustik bawah air

9
berkembang dengan pesat. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal

akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu.

Dahulu echosounder kebanyakan dipakai pada kapal-kapal besar untuk

bernavigasi karena dapat memudahkan kapal untuk mendeteksi kedalaman suatu

perairan yang baru atau pada saat akan berlabuh jangkar. Dan seiring

perkembangan jaman, digunakan nelayan untuk menangkap ikan karena sangat

mudah untuk mendeteksi gerombolan ikan yang berada didalam perairan.

2.3 Jenis-jenis echosounder

Echosounder adalah alat navigasi elektronik di gunakan untuk mengukur

kedalaman suatu perairan, diatas kapal sendiri terdapat 2 macam jenis

echosounder yaitu :

a. Singlebeam echosounder

Jenis single beamechosounder adalah suatu alat yang biasanya digunakan

untuk mengukur kedalaman laut atau suatu perairan dengan menggunakan

pancaran tunggal sebagai pengirim dan penerima sinyal dari gelombang suara.

Single beam ini memiliki susunan yang terdiri dari tranceiver yang terpasang

pada pada lambung kapal atau tersambung pada sisi bantalan kapal.

Tranceiver ini kemudian mengirimkan suatu sinyal akustik dengan frekuensi

tinggi yang secara langsung melepaskan gelombang suara di bawah kolom air

pada kapal. Energi akustik memantulkan sampai dasar perairan dari kapal lalu

di terima kembali oleh transceiver.

Single beam ini termasuk alat yang mudah digunakan akan tetapi informasi

yang didapatkan hanya sepanjang area yang di lewatioleh kapal saja, jadi ada

feature yang tidak terekam antara lajur per lajur sebagai garis traking pereka,

10
yang mana ada ruang sekitar 10 sampai 100 meter yang tidak terlihat oleh

system. Tranceiver terdiri dari sebuah transmitter yang mempunyai fungsi

sebagai pengontrol panjang gelombang pulsa yang di pancarkan dan

menyediakan tenaga elektris untuk besar frekuensi yg diberikan.

b. Multibeam echosounder.

Jenis multi beamechosounder dapat menentukan kedalaman suatu

perairan dengan luas area yang lebih besar lagi di bandingkan dengan single

beam. Alat ini secara umum memancarkan pulsa atau gelombang bunyi

elektronis terbentuk menggunakan teknik pompresan dari gelombang bunyi

yang nantinya dapat diketahui sudut beamnya. Multi beam echosounderdapat

menghasilkan data batimetri dengan resolusi tinggi ( 0,1 M akurasi vertikal

dan kurang dari 1 M akurasi horizontalnya).

Multi beamEchosounder merupakan suatu instrument meletakkan

(mendapatkan data rekaman) lebih dari satu titik lokasi didasar perairan dalam

satu ping dan mempunyai kemampuan perekaman dengan resolusi yang tinggi

dari pada echosounder konvensional. Secara efektif, setiap beam yang

dipancarkan oleh single beam pada titik lokasi di dasar perairan tersebut telah

diatur dan disusun perempatannya tergantung pada transducer yang

digunakan, yang pada umumnya posisi titik lokasi perekaman adalah tegak

lurus dengan alur kapal.

2.4 Manual book sesuai standar operasional prosedur (SOP)

Manual book adalah buku panduan untuk mempelajari secara detail cara

dan kegunaan dalam pengoperasian alat-alat navigasi di atas kapal sehingga tidak

merusak kegunaan dari alat navigasi tersebut.

11
Tombol basic operation dan penjelasan yang ada pada Manual book

echosounder disajikan pada tabel 1.

Tabel.1 Daftar tombol dan penjelasan echosounder sesuai manual book

No Nama Tombol Penjelasan

1 MENU/ESC Opens/closes menu Escape from current


operation

2 TRACK PAD Moves cursor on the menuAdjust settingsMoves


VRM ( Variable Range Marker)except for nav
mode by using or

3 ENTER Save settings

4 RANGE Open display range setting window

5 MARK Records the position of an important echo as


waypoint. ( output latitude longitude position to
a plotter.

6 FUNC Opens user devined window

7 GAIN Push : open automatic gain setting window


Rotating : manually adjusts gain ( with
automatic gain adjustsent off )

8 MODE Select display mode

9 BRILL /POWER Turn power on/off Opens display


contrast/brilliance setting window

12
III. METODE PRAKTIK

3.1 Waktu dan tempat

Kegiatan pengambilan data untuk Kerja Praktik Akhir (KPA) ini

dilakukan di KM. Enterprise, dimulai dari tanggal 9 November 2022 sampai

dengan 8 Febuari 2023. Lokasi pmraktik di perairan laut Makasar dengan fishing

base di Juwana, Kabupaten Pati Jawa Tengah. Pada gambar 1 disajikan lokasi

pelaksanaan KPA

Gambar 1. Peta lokasi KPA (fishingbase dan fishing ground)

13
3.2 Peralatan

Terselenggaranya kegiatan KPA sangat tergantung dari kelengkapan

peralatan yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan untuk

menjawab tujuan pelaksanaan KPA. Kebutuhan alat beserta kegunaannya dalam

KPA disajikan pada tabel 2.

Tabel 2. Alat yang digunakan dalam KPA

No Kegunaan
Alat
.
1 Alat tulis Digunakan untuk mencatat data yang diperoleh
2 Lembaran data Digunakan sebagai lembar pengisian data
3 Digital camera Digunakan sebagai alat dokumentasi selama KPA

3.3 Prosedur praktik dan pengambilan Data

Praktik yang dilakukan selama KPA berlangsung disesuaikan dengan

prosedur pengoperasian yang berlaku di atas kapal. Prosedur pelaksanaan KPA

meliputi tahapan saat kapal meninggalkan dermaga, kapal menuju fishing ground,

pengoperasian purse seine, dan kapal kembali ke fishingbase. Pengambilan data

tentang teknik penangkapan dan pengoperasian echosounder dilakukan mengikuti

prosedur kerja kapal, dengan cara mengikuti operasi kapal dan mencatat kegiatan

yang berhubungan dengan tujuan praktik pada jurnal kegiatan. Adapun prosedur

pelaksanaan KPA disajikan pada gambar 2. Fokus pelaksanaan KPA adalah pada

pengoperasian echosounder, maka prosedur praktik meliputi tahapan yaitu

14
echosounder diaktifkan, pengoperasian echosouner untuk mencari dan

menetapkan fishing ground, dan echosounder dinonaktifkan.

Pengambilan data dilakukan melalui tahapan pengoperasian alat tangkap

dan alat navigasi echosounder,yang menggunakan teknik pengambilan data

sebagai berikut:

1. Observasi, yaitu teknik pengambilan data yang dilakukan dengan cara

mengamati dan mencatat pengoperasian alat tangkap dan echosounder

selama pelayaran dan penangkapan.

2. Wawancara, yaitu teknik pengambilan data yang digunakan untuk

memperoleh data yang tidak dapat diperoleh dari observasi, berupa

informasi mengenai teknik penangkapan, dan teknik pembacaan tampilan

echosounder dalam hubungannya dengan penetapan fishing ground.

3. Dokumentasi, yaitu teknik pengambilan data yang digunakan selama

kegiatan KPA berlangsung, berupa kegiatan untuk memotret atau

mengabadikan setiap proses dan objek dalam kegiatan praktik.

Kapal keluar
dermaga

Echsounder Echosounder
dinonaktifkan diaktifkan

Pencarian dan
penetapan FG
menggunakan
echosounder

15
Gambar 2. Prosedur praktik pengoperasian echosounder

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi kapal

4.1.1 Jenis dan kepemilikan kapal

KM. Enterprise merupakan kapal yang terbuat dari bahan kayu dengan

tujuan untuk menahan dan memperkuat kapal dari hantaman gelombang dan

kikisan air laut.KM, Entreprise memiliki 14 buah palka dengan jenis palk

refeirgrasi mampu memuat kapasitas 153.98 M yang terdiri dari 9 palka, 2 palka

air dan 2 palka Cihiling damn 1 palka pembekalan bahan makanan.alat tangkap

ikan yang di gunakan yaitu purse senie dan pengoprasianya masi tahap manual,

pada saat operasi penangkapn KM. Enterprise memeliki awak kapal yang

berjumlah 36 orang KM. Enterprise dapat di lihat pada gambar dibawa ini.

(Photo credit: Akbar Sibela. 2022)

16
Gambar 3. Kapal purse seine KM. Enterprise

4.1.2 Spesifikasi KM. Enterprise

Kapal KM. Enterprise memiliki ukuran 98 GT, yang merupakan jenis

kapal penangkap ikan dengan alat tangkap purse seine. Ukuran panjang (L) adalah

26,70 m; panjang LOA adalah 21,61 m; dengan lebar 7,70 m dan tinggi 2,05-2,40

m. KM. Enterprise menggunakan mesin bermerek Nissan/280 menggunakan

bahan bakar solar dengan kekuatan daya 280 HP

4.1.3 Struktur Organisasi Kapal

Kapal KM. Enterprise dinahkodai oleh Haryono, dengan jumlah total

awak sebanyak 33 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 1 orang nahkoda, 1 orang

juru mudi, 2 orang masinis (KKM dan Oilman), 1 orang bossman, 2 orang koki,

dan 27 orang ABK. Masing-masing awak kapal bekerja mengikuti tugas dan

tanggung jawabnya sesuai susunan organisasi di kapal. Pada gambar 4 disajikan

struktur organisasi pada KM. Enterprise dan tugas masing-masing awak kapal

disajikan pada tabel 3.

17
Gambar 4. Struktur organisasi KM. Enterprise

Tabel 3. Jabatan dan tugas awak KM. Enterprise

Jabatan di Kapal Tugas

Nahkoda Bertanggung jawab penuh dalam pelayaran, termasuk


komunikasi dan navigasi
Juru Mudi bertanggung jawab dalam tugas dinas jaga dek
KKM Bertanggung dalam kamar mesin
Oilman Bertanggung jawab membantu tugas KKM
Bossman Kepala kerja
Koki Bertugas menyediakan makanan bagi awak kapal secara
bergantian
ABK Bertugas dalam pengoperasian alat tangkap dan
penanganan hasil tangkapan

18
4.2 Deskripsi Alat Tangkap
Purse seine merupakan alat tangkap utama yang digunakan pada KM
Enterprise. Sesuai dokumen kapal (Lampiran 1), purse seine yang dimiliki
tergolong jenis pukat cincin pelagis kecil dengan satu kapal. Spesifikasi alat
tangkap tersebut dapat disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi alat tangkap purse seine

Ukuran Panjang
Komponen Bahan Jumlah
(mm) (m)
Pelampung Steryfoam 100 0,16 5000
Tali Pelampung Polyethilene 1 900
Sayap Jaring Polyamide 50,8 20
Badan Jaring Polyamide 38,1 200
Kantong Jaring Polyamide 31,75 30
Tali Ris Atas Polyethilene 8 900
Tali Selambar Polyethilene 5 90
Pemberat Timah 2 0,05 2700
Cincin Besi putih 8 0,16 250
Tali Pemberat Polyethilene 8 140
Tali Cincin Polyethilene 5 900
Mesh size 20

4.3 Daerah Penangkapan

4.3.1 Fishing base

Fishing base KM. Enterprise adalah di Juwana, Kabupaten Pati. Pelaporan

pengoperasian kapal dan alat tangkap pada KM. Enterprise sesuai dengan yang

tercatat pada dokumen resmi adalah pada UPTD Pelabuhan Perikanan Juwana.

4.3.2 Fishing ground

Daerah penangkapan atau fishing ground KM. Enterprise berlokasi di

perairan Laut Makasar dan laut jawa yang masuk dalam WPP-718. Selama

19
kegiatan praktik dilakukan, fishing ground tersebar di perairan laut,selat

makasar atau di sebelah pulau jawa, dengan jarak fishing base ke fishing

ground antara rata-rata 225 mil laut. Peta dapat dilihat pada Gambar1.

4.4 Teknik penangkapan purse seine

Pengoperasian purse seine dilakukan pada malam hari antara pukul 20.00 –

23.00 WIT atau waktu di atas kapal pada operasi pertama, selanjutnya dilanjutkan

pada pukul 03.00 – 06.00 WIT atau waktu di atas kapal. Jika operasi hanya

dilakukan satu kali satu malam, maka operasi dimulai pukul 02.00 – 05.00 WIT

atau waktu di atas kapal.

Waktu pengoperasian pada malam hari mengharuskan penggunaan alat

bantu cahaya untuk mengumpulkan ikan. Hal ini dilakukan dengan teknik light

fishing, dimana lampu bankra diletakkan di tengah untuk menarik perhatian ikan

dan berkumpul di satu titik.

Secara keseluruhan, pengoperasian kapal purseseine hingga penangkapan

dilakukan di fishing ground, kegiatan dimulai dari persiapan di fishing base.

Persiapan yang dilakukan di darat antara lain seperti pengecekan kelengkapan alat

yang digunakan untuk pengoperasian alat tangkap dan alat-alat untuk

memperbaiki mesin dan alat tangkap, pengecekan mesin, perbekalan berupa bahan

makanan dan minuman serta obat-obatan, BBM untuk seluruh mesin yang ada di

kapal, kelengkapan surat-surat kapal, dan stok air tawar.

Setelah semuanya telah siap maka kapal siap menuju daerah penangkapan.

Dari fishing base ke fishing ground memerlukan waktu kurang lebih 1,5 hari

untuk sampai sehingga ada persiapan-persiapan yang dilakukan di laut seperti

penataan alat tangkap agar pada saat setting alat tangkap dapat beroperasi dengan

20
baik, penataan nampan untuk mendinginkan ikan, penataan ruang ABK, penataan

tiang-tiang atau power block.

4.4.1 Penentuan fishing ground

Fishing ground ditentukan berdasarkan hasil pembacaan alat navigasi

bawah air echosounder yang mampu membaca gerombolan ikan. Terpasangnya

alat tersebut pada kapal mengharuskan nahkoda untuk menjalankan kapal dan

melakukan manuver mencari gerombolan ikan di Laut Makasar.

Penentuan fishing ground juga dilakukan dengan berkomunikasi melalui

radio dengan kapal-kapal ikan lainnya yang relatif tidak jauh dari titik kapal

berada. Metode ini dilakukan untuk bertukar informasi guna memperoleh lokasi

tangkap yang potensial dan menekan pemakaian bahan bakar.

4.4.2 Pengumpulan gerombolan ikan

Pengumpulan ikan pada satu titik tangkap dilakukan setelah fishing ground

telah ditetapkan. Tahapan ini dimulai saat kapal berhenti pada titik (koordinat)

lokasi untuk memulai aktivitas penangkapan. Tahapan selanjutnya yang

dilakukan dapat diuraikan berikut ini:

a) Menghidupkan lampu metal halide

lampu metal halideberfungsi untuk membantu penangkapan ikan di malam

hari karena ikan memiliki sifat yang fototaksis positif yaitu sifat ikan yang

tertarik pada cahaya KM Enterprise terdapat 40 buah pada bagian depan terdapat

5 buah pada bagian lambung kanan dan kiri kapal terdapat masing masing 15

buah dan bagian belakang kapal terdapat 5 buah lampu halide dan memiliki

berdaya 1500 wat.

21
Lampu Luna Lampu Corong Lampu Glakxsi

(Photo credit :Akbar Sibela, 2022)

a) Menurunkan rumpon

Rumpon merupakan salah satu alat bantu penangkapan yang digunakan

untuk menarik perhatian ikan sehingga ikan cenderung berkumpul di area sekitar

rumpon (Siahaan dkk., 2021). Tahapan ini biasanya dilakukan di siang hingga sore

hari atau saat matahari belum terbenam. Rumpon yang digunakan menggunakan

komponen utama (bankra) berupa jaring bermata sangat kecil (seperti kelambu)

yang disebut dengan istilah “daun mayang.” Rumpon ini diturunkan dari kapal

dan dihanyutkan dengan bantuan pelampung yang terpasang pada bagian atas

rumpon. Konstruksi rumpon dapat dilihat dalam tabel berikut.

22
Tabel 5. Komponen dan spesifikasi rumpon

Komponen Spesifikasi Gambar


- Bahan jaring bermata
Bankra (daun mayang) kecil (seperti kelambu)
- Panjang ± 0,5 meter
- Warna hijau
- Berbahan beton
Pemberat - Bentuk bola/bulat
- Berat ± 20 kg
Pelampung - Berbahan sterofoam
- Bentuk kubus
Tali - Ukuran 8 mm

Tali pemberat - Ukuran 8 mm

b) Menurunkan bankra

Tahapan ini adalah kelanjutan dari penggunaan rumpon untuk

mengumpulkan gerombolan ikan. bankra digunakan untuk mengumpulkan ikan

pada satu titik tangkap atau mempertahankan gerombolan ikan yang telah

berkumpul dengan bantuan rumpon di atas. Tahapan ini digunakan saat matahari

telah terbenam atau saat gelap, sehingga membutuhkan satu sumber cahaya untuk

menarik perhatian ikan. Sifat ikan yang tergolong phototaxis positive(peka

terhadap cahaya) menyebabkan ikan cenderung berkumpul pada cahaya yang

dipancarkan dari bankra.

Penurunan bankra dari kapal dibantu oleh dua orang ABK yang telah berada

di bawah menggunakan pelampung. ABK selanjutnya membawa bankra menjauh

dari kapal dan mengarahkan ke posisi rumpon. Saat bankra dihanyutkan, seluruh

lampu kapal baik di bagian haluan maupun buritan dimatikan, kecuali lampu kode

di bagian anjungan yang terus dinyalakan sebagai tanda sedang ada operasi

penangkapan ikan. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung efektivitas dan

23
efisiensi penggunaan bankra, sehingga gerombolan ikan hanya terfokus pada satu

sumber cahaya.

Gambar 6. Satu unit lampu bankra


Sumber:Akbar Sibela

bankra yang digunakan pada KM. Enterprise memiliki konstruksi yang

terdiri dari lampu, aki, inverter dan pelampung. Spesifikasi dari masing-masing

komponen tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 6. Komponen dan spesifikasi bankra

Komponen Spesifikasi Gambar


-Jumlah 12 buah
Lampu -70 Watt
-Merk Phillips
Aki -Tegangan 12 volt
Inverter -Daya 800 Watt
Pelampung -Bahan sterofoam

24
4.4.3 Setting alat tangkap.

Setting dimulai saat lampu bankra telah dihanyutkan yang dibantu oleh

dua orang ABK. Kapal awalnya menjatuhkan pelampung tanda sebagai tanda titik

awal dimulainya proses penurunan alat tangkap. Kapal selanjutnya berputar

melingkari lampu bankra dengan kecepatan 2 – 5 knot ke arah kanan. Penurunan

jaring dilakukan bersamaan dengan jalannya kapal melingkari lampu bankra.

Jarak antara kapal dengan lampu bankra selalu diperhatikan, diupayakan untuk

menjaga jarak aman ± 25 m. Setelah kapal berputar hingga sampai pada

pelampung tanda, kecepatan kapal diturunkan. ABK selanjutnya menarik naik

pelampung tanda sebagai tanda bahwa setting telah selesai. Waktu yang

diperlukan untuk melakukan setting alat tangkap adalah kurang lebih 10 – 15

menit

Gambar 7. Prosedur Setting Purse Seine KM. Enterprise

25
Gambar 8. Proses setting alat tangkap: a) Ilustrasi proses setting (b) Setting saat
praktik
Sumbe ; Akbar Sibela

4.4.4 Hauling alat tangkap

Hauling alat tangkap dimulai saat pelampung tanda dinaikkan ke kapal,

dan ABK standby di posisi lambung kanan kapal. Proses dimulai dengan menarik

tali color dengan bantuan mesin gardan, selanjutnya diikuti dengan menarik tali

pelampung dan badan jaring secara manual oleh ABK. Proses penarikan jaring

berlangsung sampai menyisakan kantung jaring dimana ikan terkumpul.

Pengangkatan ikan selanjutnya dilakukan menggunakan serok yang ditarik

menggunakan gardan. Seluruh ikan tangkapan diangkut ke kapal dan diletakkan di

bagian lambung kiri kapal. Total waktu yang dibutuhkan untuk melakukan

hauling adalah selama 1 – 1,5 jm

26
Gambar 9. Gardan

Sumber: Akbar sibela

Gardan pada kapal purse seine digunakan untuk menarik tali kolor

(talikerut) pada saat melakukan houling (penarikan jarring) agar jarring terbentuk

sebuah kantong. Disamping itu Gardan juga berfungsi pula untuk hal-hal lain

seperti pengangkatan ikan dari jarring ke atas kapal menggunakan serok (Brailer).

Gardan terdapat dua buah yang terdapat sebelah kiri dan kanan yang terletak di

depan ruang mesin tepatnya di belakang tiang

Gambar 10. Serok

Sumber.Akbar Sibea

Serok pada purse seine digunakan untuk mengangkat ikan yg telah di

tangkap mengukan jaring purse seine setelah itu di angkat mengunakn gardan

27
Gambar 11. Prosedur Hauling Purse Seine KM. Enterprise

Sumber :Akbar Sibela

28
4.5 Navigasi Kapal

4.5.1 Peralatan navigasi pada KM. Enterprise

Kapal KM. Enterprise dilengkapi dengan beberapa jenis alat navigasi yang

membantu dalam pelayaran dan penangkapan ikan. Beberapa jenis alat navigasi

yang digunakan di kapal disajikan pada tabel 7.

Tabel 7 Alat-alat navigasi dan spesifikasinya pada KM. Enterprise

Alat Navigasi Spesifikasi Gambar


Kompas -Jenis kompas magnet
-Jumlah 1 unit

GPS -Merk Samyung dan Garmin


-Jumlah masing-masing 1
unit

Radio -Merk Icom IC-726


-Jenis VHF
-Jumlah 1 unit

Echosounder -Furuno
-Frekuensi 50-200 kHz
-Jumlah 1 unit

29
4.5.2 Spesifikasi echosounder

Echosounder merupakan salah satu alat navigasi penginderaan jauh

yangbekerjamenggunakanmetodeakustik(pulsagetaransuara).Suarayangdipancarka

n ke dalam air oleh tranducer secara vertikal danditeruskan hinggamengenai

objek yang berada di bawah permukaan air, seperti ikan, dasar perairanmaupun

benda – benda lainnya, ketika suara mengenai benda-benda

tersebutmakasuaraakan dipantulkan kembali atau biasanyadisebut gema. Pada

tabel 8 disajikan spesifikasi echosounder yang digunakan pada KM. Enterprise.

Tabel 8. Komponen dan spesifikasi echosounder pada KM. Enterprise

Komponen Spesifikasi
Display 5.6” Color LCD
Display Mode Single ( HF – LF ), Dual, Zoom, Nav data-1/2, A-
scope,
Marker Zoom, Bottom Zoom, Bottom Lock
Channel Dual
Frecuency 50 – 200 kHz
Power 600 W
Power Suply 12 – 24 VDC

4.6 Pengoperasian echosounder

Pengoperasian echosounder pada kapal KM. Enterprise mengikuti

prosedur yang berlaku di atas kapal. Hasil pencatatan di lapangan menunjukkan

bahwa terdapat tiga tahapan dalam mengoperasikan echosounder dengan tujuan

utama untuk mencari dan menetapkan fishing ground untuk selanjutnya dilakukan

pengoperasian purse seine. Beberapa tahapan pengoperasian yang dimaksudkan

meliputi teknik mengaktifkan echosounder, teknik pembacaan informasi

gerombolan ikan, dan teknik menonaktifkan alat tersebut, sebagaimana dapat

30
diuraikan berikut ini.

1. Teknik mengaktifkan echosounder

Pengaktifan alat navigasi bawah laut echosounder mengikuti prosedur

yang berlaku secara umum. Hasil observasi selama mengikuti kegiatan KPA

menunjukkan terdapat beberapa langkah untuk mengaktifkan echosounder,

sebagaimana disajikan pada tabel 8..

Tabel 9. Langkah-langkah pengaktifan echosounder

No Langkah Keterangan Gambar

1 Periksa bagian Kabel yang tersambung dengan


kabel-kabel yang recorder terdiri dari kabel
tersambung listrik dan kabel yang
dengan recorder; menghubungkanrecorder
dengan komponen utama lain.
2 Tekan tombol Saklar listrik terletak dalam
saklar listrik ke ruang kemudi.
posisi ON;

3 Tekan tombol Echosounder siap


POWER sampai dioperasikan.
terdengar suara
bunyi BEEP
sebanyak 2 kali;
POWER

4 Putar GAIN LOWER untuk dipergunakan


CONTROL pada perairan dangkal, HIGH
disesuaikan untuk digunakan di perairan
dengan dalam. GAIN CONTROL
kedalaman
perairan;

31
No Langkah Keterangan Gambar

5 Tekan tombol Disesuaikan dengan kebutuhan


RANGE untuk informasi.
mengatur skala
jarak kedalaman RANGE

perairan;

6 Tekan tombol Disesuaikan dengan kebutuhan


MENU untuk informasi.
melihat dan MENU
mengatur hal-hal
lain yang
diperlukan.

2. Teknik membaca informasi pada display echosounder

Informasi yang ditampilkan pada display echosounder meliputi data

oseanografi dan gerombolan ikan. Parameter oseanografi yang direkam dalam

recorder/display adalah kedalaman, jenis substrat dan bentuk topografi dasar laut.

Masing-masing parameter dijelaskan dengan angka dan perbedaan warna.

Perbedaan warna pada parameter oseanografi disebabkan oleh keras atau lunaknya

permukaan dasar atau material perairan yang memberikan pengaruh terhadap

intensitas pantulan akustik (Hamuna dkk., 2017). Pantulan akustik dasar perairan

menunjukkan adanya perbedaan energi pantulan balik akustik dari sedimen dasar

perairan seperti pasir, lumpur dan lempung (Manik, 2012; Ningsih dkk., 2013).

Pada gambar 11 disajikan display yang menunjukkan parameter oseanografi pada

salah satu titik fishing ground

32
Topografi dasar laut
(warna merah)

Material dasar karang


(warna jingga)

Rumput/tumbuhan laut
(warna hijau)

Kedalaman perairan
(meter)

Gamba 11 .Display echosounder


Sumber:Akbar Sibela

Informasi lainnya yang dapat diperoleh dari penggunaan echosounder

pada kapal purse seine adalah gerombolan ikan. Kemampuan akustik dari

echosounder dapat memberi informasi gerombolan ikan yang memanfaatkan

perambatan suara di dalam medium air untuk mendeteksi objek (Yarshinta, 2009).

Fauziyah dkk. (2010) menyatakan, bahwa penggunaan metode hidroakustik ini

dapat menjamin ketepatan dalam menduga potensi sumberdaya ikan serta menjadi

rujukan untuk kesesuaian akurasi dengan data hasil tangkapan yang bersumber

dari data statistik perikanan.

Teknik pembacaan gerombolan ikan adalah berdasarkan warna yang

merujuk pada ukuran ikan. Gambar 12, menunjukkan gerombolan ikan yang

terdeteksi pada display echosounder dengan ukuran yang bervariasi. Menurut

Acmahdi dkk. (2014), Target Strength (TS = koefisien akurasi duga ukuran)

berhubungan linear positif terhadap ukuran panjang ikan, dengan korelasi sebesar

96% atau dengan koefisien determinasinya adalah 92%.

33
Gerombolan ikan

Gambar 12.Display echosounder


Sumber:Akbar Sibela

Hasil identifikasi karakteristik fishing ground menggunakan echosounder

dapat ditampilkan dam bentuk peta pada Gambar 13 berikut. Karakteristik fishing

ground yang berhasil diidentifikasi antara lain terdiri dari substrat karang dengan

topografi yang landai/datar, dan berada pada kedalaman 20,6 m. Hasil tangkapan

terdiri dari beberapa jenis ikan yang dominan, yaitu layang (Decapterus sp.),

kembung (Rastreliger sp.), dan tetengkek (Megalaspis sp.). Titik ini berada pada

koordinat 6o 24’ 8,95” LS dan 136o 10’ 6,71” BT.

Sumber googel , 2022)

Gambar 13.Peta karakteristik fishing ground berdasarkan hasil pembacaan


echosounder)

34
3. Teknik menonaktifkan echosounder

Teknik yang digunakan untuk menonaktifkan atau mematikan

echosounder setelah selesai digunakan mengikuti prosedur umum yang berlaku.

Beberapa tahapan yang mesti diikuti secara berurutan dalam melakukan

penonaktifan echosounder disajikan pada tabel 10.

Tabel 10. Langkah-langkah menonaktifkan echosounder

No. Langkah Gambar


1 Normalkan “VARIABLE
RANGE MARKER” yang
dilanjutkan dengan menekan
tombol arah ke atas (▲); TOMBOL ARAH

RANGE

2 Tekan tombol “POWER” ke


posisi OFF;

POWER

35
No. Langkah Gambar
3 Tekan tombol saklar arus
listrik ke posisi OFF.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan serta kegiatan yang dilaksanakan

selama pelaksanaan KPA, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Teknik penangkapan menggunakan purse seine pada KM. Enterprise meliputi

tahapan mulai dari penentuan fishing ground, pengumpulan gerombolan ikan,

setting alat tangkap, dan hauling alat tangkap;

2. Pengoperasian echosounder sebagai alat navigasi yang digunakan pada KM.

Enterprise mengikuti prosedur yang berlaku secara umum, mulai dari

prosedur mengaktifkan, prosedur pembacaan informasi parameter oseanografi

dan gerombolan ikan, dan prosedur menonaktifkan.

5.2 Saran

1. Sebaiknya Penggunaan Bahasa Yang Ada Di Kapal Purse Seine Pada

KM. Enterprise Menggunakan Bahasa Indonesia Atau Tidak

36
Menggunakan Bahasa Jawa Dalam Kode – Kode ( Isyarat ) pada Saat

Pengoperasian Purse Seine .

2. Diperlukan keterampilan dalam membaca dan menginterpretasikan

informasi yang tertera pada echosounder sehingga tidak keliru dalam

penentuan lokasi tangkap. Agar Pengunaan alat tangkap disesuaikan

dengan kedalam air sehinga alat tangkap tidak akan kandas dan merusak

terumbu karang yang dapat menyebabkan kerusakan pada alat tangkap

KM. Enterprise

37
1

DAFTAR PUSTAKA

‌Fauziyah, Hartoni, Agussalim. 2010. Karakteristik schooling ikan pelagis


mengunakan data akustik splite beam di Perairan Selat Bangka pada
musim timur. Jurnal Ilmu Kelautan, Maret 2010. ISSN 0853-7291 Vol.
15 (1) 17- 22.

Gerlotto F, Castillo J, Saavedra A, Barbieri MA, Espejo M, Cotel P. 2004.


Three-dimensional structure and avoidance behaviour of anchovy and
common sardine schools in central southern Chile. e ICES Journal of
Marine Science 61: 1120e 1126.

Hamuna, B., L. Dimara, S. Pujiyati, Nyoman M. N. Natih. 2017. Hambur Balik


Akustik Permukaan Substrat Dasar Perairan Menggunakan
Echosounder Bim Tunggal. Jurnal Sumberdaya Akuatik Indopasifik,
Vol. 1 No. 2: 23-30.

Manik, H.M., 2012. Seabed Identification and Characterization Using Sonar.


Advances in Acoustics and Vibra-tion. Hindawi Publishing Corpo-
ration. Volume 2012, Article ID 532458, 5 pages.

Ningsih, E.N., Supriyadi, F., Nurdawati, S., 2013. Pengukuran dan Analisis
Nilai Hambur Balik Akustik Untuk Klasifikasi Dasar Perairan Delta
Mahakam. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia, 19(3), 139-146.

Nomura, M. Yamazaki, T. 1977. Fishing Techniques 1. Japan International


Cooperation Agency. Tokyo.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mix


Methods). Bandung: Alfabeta.
Usemahu, A. R. dan L. Tomasila. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Departemen
Kelautan dan Perikanan: Jakarta.

Widihastuti, R., dan Rosyidah, L. 2018. Sistem Bagi Hasil Pada Usaha
Perikanan Tangkap Di Kepulauan Aru. Balai Besar Riset Sosial
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Yarshinta. A. 2009. Deteksi Pergerakan Ikan Berdasarkan Perubahan Fase pada


Metode Hidroakustik. Institut Pertanian Bogor.


2

LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tanda Bukti Lapor Kedatangan Kapal (STBLKK)

Lampiran 2. Proses menata ikan di nampan


3

Lampiran 3. Hasil tangkapan

Anda mungkin juga menyukai