Anda di halaman 1dari 44

KEGIATAN MASYARAKAT PESISIR DI KELURAHAN BATU PUTIH

BAWAH, KECAMATAN RANOWULU, KOTA BITUNG,


SULAWESI UTARA
Laporan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir Kelautan dan

Perikanan (PPKM-KP)

PROGRAM STUDI TEKNIK PENANGKAPAN IKAN

Oleh :

1.MUH RAFLY PAPUTUNGAN NIT: 22.1.01.039


2.MUH. AFDAL DG.MASENGE NIT: 22.1.01.040
3.MUHAMAD AKMIL MALURUNG NIT: 22.1.01.041
4.MUHAMMAD AKBAR RUSMANTO NIT: 22.1.01.042
5.MUHAMMAD RIFKY NIT: 22.1.01.043
6.PIUS LOUD ALVIAN BATMOMOLIN NIT: 22.1.01.044
7.RAFAEL DOLONGSEDA NIT: 22.1.01.045

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG
TAHUN 2023
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : KEGIATAN MASYARAKAT PESISIR DI KELURAHAN BATU PUTIH

BAWAH, KECAMATAN RANOWULU, KOTA BITUNG, SULAWESI UTARA

Nama dan NIT :

1.MUH RAFLY PAPUTUNGAN NIT: 22.1.01.039


2.MUH. AFDAL DG.MASENGE NIT: 22.1.01.040
3.MUHAMAD AKMIL MALURUNG NIT: 22.1.01.041
4.MUHAMMAD AKBAR RUSMANTO NIT: 22.1.01.042
5.MUHAMMAD RIFKY NIT: 22.1.01.043
6.PIUS LOUD ALVIAN BATMOMOLIN NIT: 22.1.01.044
7.RAFAEL DOLONGSEDA NIT: 22.1.01.045

Laporan PPKM-KP ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk


mengikuti ujian akhir Semester II Tahun Akademik 2022/2023 pada Politeknik
Kelautan dan Perikanan Bitung
Menyetujui :
Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Ir.Jenny Manengkey, M.Si Elsari Tanjung Putri, S.Pi, M. Eng


NIP.19640626199032003 NIP.198701012019022006
Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Penangkapan Ikan Politeknik kelautan dan
Perikanan Bitung

Ir.Jul Manohas, M.Si


NIP.196102131999032001

2
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha
Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan laporan Praktik Pengenalan Kehidupan Masyarakat Pesisir Kelautan
dan Perikanan (PPKM-KP) yang berjudul “KEGIATAN MASYARAKAT
PESISIR DI KELURAHAN BATU PUTIH BAWAH, KECAMATAN
RANOWULU, KOTA BITUNG, SULAWESI UTARA”. Penulis menyadari
bahwa proses persiapan, pelaksanaan, dan penyusunan laporan PPKM-KP ini
melibatkan bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :
1. Daniel H. Ndahwali, S.Pi, M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan dan
Perikanan Bitung atas izin pelaksanaan PPKM-KP di KELURAHAN BATU
PUTIH BAWAH;
2. Ir. Jenny I. Manengkey, M.Si selaku pembimbing Utama yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada kami untuk melaksanakan PPKM-KP;
3 Elsari Tanjung Putri S.Pi, M. Eng selaku pembimbing Pendamping yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami;
4. Ir.Jul Monohas, M.Si Selaku Ketua Program Studi yang telah memberikan
arahan dan motivasinya;
5. Bapak Gesmen Kastilong selaku pembimbing eksternal yang membantu saat
kegiatan PPKM-KP;
6. Pihak- pihak yang telah membantu Ibu, Ayah, Keluarga dan semua rekan – rekan
kelompok Semoga laporan PPKM-KP ini bermanfaat bagi kemajuan sektor
kelautan dan perikanan.
Bitung, Mei 2023

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...........................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.....................................................................................................vii
I. PENDAHULUAN............................................................................................................1
II. TINJAUAN UMUM LOKASI......................................................................................2
III. METODE PRAKTIK..................................................................................................4
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.....................................................................................5
V. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
LAMPIRAN......................................................................................................................15

DAFTAR TABEL

4
Tabel 1................................................................................................6
Tabel 2................................................................................................6
Tabel 3................................................................................................6
Tabel 4................................................................................................6
Tabel 5...............................................................................................10
Tabel 6…………………………………………………………...…12

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 ....................................................................................... 3

5
Gambar 1 ....................................................................................... 7
Gambar 2 ....................................................................................... 8
Gambar 3 ....................................................................................... 9
Gambar 4 ....................................................................................... 9
Gambar 5 ....................................................................................... 10
Gambar 6 ....................................................................................... 11
Gambar 7 ....................................................................................... 11
Gambar 8……………………………………………………….…13

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kegiatan membantu nelayan ...................................................... 19

6
2. Kegiatan wawancara ................................................................... 20
3. Kegiatan di rumah bagan………………………………............. 22
4. Hasil………………….................................................................... 29

I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas
daratan ± 1.900.000 km2 dan laut 3.270.00 km2 . Dengan demikian memiliki garis

7
pantai sangat panjang mencapai lebih kurang 81.000 km yang merupakan negara
dengan pantai terpanjang di dunia setelah Canada. Potensi pantai di Indonesia
sebagian masih belum dikembangkan. Disamping potensi, permasalahan pantai dan
muara juga cukup banyak dan perlu penanggulangan agar lingkungan pantai tetap
berfungsi (Yuwono, 2005).
Pemerintah Indonesia telah membangun pengaman pantai diberbagai
wilayah namun hal tersebut belum dapat memenuhi kebutuhkan pengamanan untuk
seluruh masyarakat yang tinggal di daerah pantai. Hal ini dapat disebabkan oleh
ketersediaan dana untuk membangun konstruksi pengaman pantai yang mahal
sehingga pemerintah harus melakukan pembangunan dengan melihat dan memilih
prioritas pembangunan. Dengan demikian ada daerah yang belum dapat dibangun
sehingga daerah tersebut tetap berada dalam daerah resiko bencana yang
disebabkan oleh gelombang dan erosi pantai.
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum telah menerbitkan suatu
pedoman untuk peran serta masyarakat dalam pengaman pantai melalui surat
edaran menteri pekerjaan umum no. 15/SE/M/2011 yang berisi tentang pencegahan
yang merupakan upaya pengamanan secara nonstruktural, pemulihan yang
merupakan upaya structural melalui pembangunan, rehabilitasi dan/atau perbaikan
bangunan pantai, pemeliharaan yang merupakan upaya keberlanjutan terintegrasi
antara sistem sosial dan prasarana/sarana teknis pantai. Dalam upaya pengaman
pantai yang dilakukan oleh masyarakat digunakan pendekatan:
1. Berbasis masyarakat Pengaman pantai yang dilakukan secara partisipatif
dengan melibatkan dan menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama dalam
pembangunan. Serta keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan dan
pelaksanaan kegiatan pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pemanfaatan.
2. Berbasis sumberdaya lokal Kegiatan pengaman pantai mengutamakan
pemanfaatan sumberdaya lokal yang tersedia meliputi sumberdaya manusia,
kelembagaan masyarakat,material atau bahan dan kearifan lokal yang ada, dengan
demikian terjadi proses pemberdayaan terhadap potensi lokal secara berkelanjutan.
Kota Bitung adalah salah satu kota di Provinsi Sulawesi Utara. Bitung
memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang
mendorong percepatan pembangunan. Kota Cakalang ini terletak pada timur laut
tanah minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada pada
kaki gunung 2 Saudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Mayoritas
penduduk Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir sehingga kebudayaan Kota
Biting tak terlepas dari budaya Sangir. Bitung merupakan kota industri yang
terdominasi oleh industri perikanan. Dalam bidang kelautan dan perikanan kota
bitung memiliki produksi perikanan laut sebanyak 49.834.415 ton. Sedangkan
untuk produksi perikanan darat (976,1 ton) dan budidaya laut sebanyak 184,2 ton
per tahunnya.

8
Batu Putih merupakan salah satu wilayah dalam kota Bitung yang pada
tahun 2008 mengalami bencana alam yaitu masuknya air laut dan menggenangi
pemukiman yang pada saat itu pemerintah belum membangun pengaman pantai
sehingga lebih dari 100 rumah yang rusak dan tertimbun pasir.
Kelurahan Batu Putih Bawah merupakan salah satu kelurahan yang terletak
di ujung utara kota Bitung dengan jumlah penduduk sekitar 2025 jiwa dan 611 kk,
kelurahan ini adalah kelurahan pesisir pantai dengan panjang pantai sekitar 2 km,
penduduknya 75% sebagai nelayan, 17% petani, 5% karyawan swasta, 3%
dibidang pariwisata.
Wilayah ini merupakan wilayah yang sangat komplit, dengan keindahan
alamnya, mulai dari lautan sampai pegunungan, maka sangat penting dan
bermanfaat jika potensi ini terus dikembangkan untuk peningkatan ekonomi
masyarakat. Keindahan pantai dan terumbuhter karang serta hutan dengan flora
fauna yang eksotik.
Kegiatan nelayan dengan kearifan lokalnya serta adat dan budaya yang
masih tersisa seperti pergelaran pesta ada tulude. Kelurahan ini juga merupakan
kelurahan yang tertib berlalu lintas.
Pola kehidupan masyarakat di Batu Putih Bawah cenderung mengikuti
daerah asalnya yaitu berada di pesisir laut. Mata pencaharian masyarakat setempat
adalah nelayan, petani, buruh, dan PNS. Mata pencaharian sebagai nelayan
mendominasi pekerjaan masyarakat di kelurahan ini. Berdasarkan latar belakang
tersebut, penulis mengambil judul “KEGIATAN MASYARAKAT PESISIR DI
KELURAHAN BATU PUTIH BAWAH, KECAMATAN RANOWULU, KOTA
BITUNG, SULAWESI UTARA”.

1.2. Tujuan
1. Dapat memahami kehidupan masyarakat pesisir Kelurahan Batu Putih Bawah
2. Dapat mengidentifikasi usaha-usaha perikanan di Kelurahan Batu Putih Bawah
3. Dapat melakukan operasi penangkapan dengan bagan

II. TINJAUAN UMUM LOKASI


1.Kehidupan Masyarakat Pesisir

9
1.1 Pengertian Pemberdayaan
Menurut Totok dan Poerwoko (2012:27) istilah pemberdayaan juga dapat di
artikan sebagai : upaya untuk memenuhi kebutuhan yang di inginkan oleh
individu, kelompok dan masyarakat luas agar mereka memiliki kemampuan
untuk melakukan pilihan dan mengontrol lingkungannya agar dapat
memenuhi keinginan -keinginannya, termasuk aksesbilitasnya terhadap sumber
daya yang terkait dengan pekerjaannya, aktivitas sosialnya, dll.
Menurut Ambar (2004:77) Secara etimologis pemberdayaan berasal
dari kata dasar “daya” yang berarti kekuatan atau kemampuan. Pemberdayaan
dimaknai sebagai proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan
dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum berdaya.
1.2 Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah
pantai yang sebagian besar merupakan nelayan memiliki karakteristik yang
berbeda dengan masyarakat lainnya. Perbedaan ini dikarenakan keterkaitan erat
dengan karakteristik ekonomi wilayah, latar belakang budaya dan ketersediaan
sarana dan prasarana penunjang. Pada umumnya masyarakat pesisir memiliki
budaya yang berorientasi selaras dengan alam sehingga teknologi
memanfaatkan sumberdaya alam adalah teknologi adaptif dengan kondisi
pesisir.
Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pengelolaan lingkungan di wilayah
pesisir isu utamanya adalah masih sangat besar jumlah masyarakatnya yang
kurang mampu (penghasilan dibawah standar rata-rata yang ditentukan) dan
masih harus menghadapi masalah kesehatan, kekurangan air bersih, abrasi, dan
sulitnya mencapai tingkat pendidikan yang layak, hal ini disebabkan belum
di kelola dengan baik. Program pemberdayaan untuk masyarakat pesisir
haruslah dirancang dengan sedemikian rupa dengan tidak
mneyemaratakan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya apalagi
antara satu daerah dengan daerah pesisir lainnya.
Pemberdayaan masyarakat nelayan haruslah bersifat bottom up dan open
menu, namun yang terpenting adalah pemberdayaan itu sendiri yang harus
langsung menyentuh kelompok masyarakat sasaran. Menurut Ginanjar
kartasasmita dalam Bagong (2001:25) upaya memberdayakan rakyat harus
dilakukan melalui tiga cara :
 Menciptakan suasana dan iklim yang memungkinkan potensi
masyarakat untuk berkembang. Kondisi ini berdasarkan asumsi bahwa
setiap individu dan masyarakat memiliki potensi yang dapat di
kembangkan. Hakikat kemandirian dan keberdayaan rakyat adalah
keyakinan bahwa rakyat memiliki potensi untuk mengorganisasi
dirinya sendiri dan potensi kemandirian individu perlu di

10
berdayakan. Proses pemberdayaan rakyat berakar kuat pada proses
kemandirian tiap individu yang kemudian meluas ke keluarga, serta
kelompok masyarakat baik ditingkat lokal maupun nasional.
 Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki oleh rakyat dengan
menerapkan langkah-langkah nyata, menampung berbagai masukan,
menyediakan prasarana dan sarana, baik fisik maupun sosial yang
dapat di akses oleh masyarakat lapisan bawah.
 Memberdayakan rakyat dalam arti melindungi yang lemah dan
membela kepentingan masyarakat lemah. Dalam proses pemberdayaan
harus di cegah jangan sampai yang lemah makin terpinggirkan
dalam menghadapi yang kuat.
2. Jenis usaha di kelurahan Batu Putih Bawah.
Salah satu usaha yang dapat memberikan keuntungan besar adalah bisnis
perikanan. Dalam dunia usaha perikanan, dikenal ada tiga jenis bidang usaha yang
potensial, yaitu usaha perikanan tangkap, usaha perikanan budidaya atau
akuakultur, dan usaha perik
2.1 Usaha Perikanan Tangkap

Gambar 1. Penangkapan ikan.

Usaha perikanan tangkap adalah suatu kegiatan usaha yang berfokus untuk
memproduksi ikan yang dilakukan dengan cara menangkap ikan yang berasal dari
perairan laut (pantai dan laut lepas).
Pelaksanan kegiatan ini dapat kita jumpai dari berbagai jenis usaha yang
dijalankan oleh para nelayan atau masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai
maupun dekat dengan perairan darat. Contoh usaha perikanan tangkap ini antara
lain adalah penangkapan ikan tuna, ikan sarden, ikan bawal laut dan lain-lain
dengan menggunakan peralatan penangkapan ikan dan media transportasi berupa
perahu dan bagan.
2.1 Usaha Pengolahan Ikan

11
Gambar 2. ikan asin
Usaha perikanan pengolahan adalah jenis kegiatan usaha dengan tujuan
untuk meningkatkan nilai tambah atau nilai jual yang dimiliki oleh sebuah produk
perikanan, baik yang berasal dari bidang usaha perikanan tangkap.
Selain itu, kegiatan usaha ini juga bertujuan untuk mendekatkan produk
perikanan ini ke pasar dengan harapan dapat diterima oleh konsumen yang lebih
luas. Contoh jenis usaha ini antara lain pembuatan ikan asin, nugget ikan, sarden,
bakso ikan, dan lain sebagainya.
3. Operasi Penangkapan menggunakan bagan.

Gambar 3. bagan apung


Pada awalnya lampu dipergunakan untuk bagan apung adalah petromaks
atau lampu gas, namun seiring dengan perkembangan teknologi dan sulitnya untuk
mendapatkan bahan bakar dan untuk memudahkan pekerjaan, maka belakangan ini
peran lampu petromaks sudah digantikan dengan tenaga listrik/gen set atau bateray
yang berfungsi untuk memberi cahaya diatas alat atau bola lampu di tengelamkan
didalam air untuk menarik perhatian ikan.
Pada pengoperasian bagan apung dilakukan pada malam hari lampu
dinyalakan sehingga ikan terkumpul maka alat ini diangkat, jenis alat ini
termasuk Boat Lift Net atau Floating Lift Net yaitu alat yang menggunakan kapal
dan di apungkan diatas permukaan air dan termasuk alat klasifkasi kelompok Lift

12
And Dip Net di Indonesia termasuk kelompok anco, soma dan bagan tancap atau
juga boke ami di jepang. Bagan boke ami ini banyak dipergunakan di jepang untuk
tujuan mengkap jenis ikan kembung kemudian berkembang menjadi alat tangkap
ikan teri, cumi-cumi, dan sardine.
Bagan perahu adalah salah satu jenis alat tangkap ikan yang termasuk dalam
klasifikasi jaring angkat dari jenis bagan yang digunakan nelayan untuk menangkap
ikan pelagis kecil. Alat tangkap ini pertama kali diperkenalkan oleh nelayan Bugis
di makasar pada tahun 1950an. Bagan perahu memiliki bentuk lebih ringan dan
sederhana, dapat menggunakan satu atau dua perahu.
Kontruksi bagan apung ini merupakan jaring berbentuk segi empat dan
menggunakan dua buah tiang sebagai penggantung dan pembuka jaring, bagian atas
jarring diberi alat pelampung dan bagian sebelah bawah di ikatkan pemberat.
Bagian bawah dilengkapi tali penarik bila dilakukan secara manual, untuk kapal
yang telah dilengkapi dengan winch maka di kapal dilengkapi pula relling, yang
banyaknya sesuai dengan jumlah tali yang dipergunakan. Tali ini berfungsi sebagai
penarik dan juga pengangkat jaring dalam air.
Bahan yang digunakan untuk membuat bagan apung adalah jaring, tali,
gantungan jarring, bahan yang dipakai terutama bahan yang kuat dan tahan lama,
tahan terhadap beban dan tahan terhadap gesekan, sifat bahan tersebut umumnya
terdapat pada bahan-bahan tali jarring terbuat dari serat synthesis seperti saran,
campuran nilon, tetoran (polyster), polypropelen, vinylon, dan nylon. Selain itu
bahan yang digunakan untuk membuat bagan apung adalah pemberat (timah, besi),
pelampung, cincin dan kayu tiang.
Sedangkan untuk kontruksi kapal bagan apung sangat sederhana dan tidak
terlalu sulit untuk di desain namun ada persyaratan yang harus di penuhi seperti
kontruksi bagan perahu hanyut di bentuk dari kayu, bamboo, waring serta perahu
bermotor yang sekaligus sebagai alat transfortasi di laut. Bagan perahu hanyut
memiliki beberapa bagian diantaranya bagan yang terbuat dari bamboo berbentuk
empat persegi panjang yang menyatu dengan perahu ditempatkan diiatas secara
melintang, perahu sebagai bagian utama dalam meletakkan bagan, jarring bagan
yang terletak dibawah perahu berukuran persegi sama sisi.
Teknik pengoperasian bagan apung di awali dengan bagaimana persiapan
menuju fishing ground (daerah penangkapan) seperti persiapan bahan-bahan melaut
(solar, air, es, minyak tanah dll). Ketika sampai ke fishing ground dan hari
menjelang malam, maka lampu dinyalakan dan jarring biasanya tidak langsung
diturunkan hingga tiba saatnya ikan terlihat berkumpul dilokasi bagan atau angin
masuk kedalam area cahaya lampu. Namun tidk menutup kemungkinan ada pula
sebagian nelayan yang langsung menurunkan jarring setelah lampu dinyalakan.
Untuk menarik perhatian ikan kita nyalakan lampu yang telah terpasang pertama
lampu-lampu yang berwarna putih dinyalakan yang dpasang pada kedua sisi kapal
di lambung kiri dan lambung kanan kapal. Untuk memadamkan lampu ikan pada

13
satu titik tertentu/mengkonsentrasikan ikan maka yang berwarna putih yang
dipasang tadi maka lampu putih dimatikan yaitu lampu yang dipasang pada
lambung yang tidak ada jarring di pasang. Untuk menarik perhatian ikan agar ikan
naik ke permukaan dan mencegah ikan terlalu liar maka lampu putih yang diatas
jarring di padamkan dan lampu merah dinyalakan sehingga ikan berkumpul di atas
permukaan air.
Setelah menunggu beberapa jam dan ikan mulai terlihat berkumpul dilokasi
penangkapan, maka jarring diturunkan ke perairan, jarring biasanya diturunkan
secara perlahan-lahan dengan memutar roller. Penurunan jarring beserta tali
penggantung dilakukan hingg jarring mencapai kedalaman yang diinginkan. Proses
ini disebut proses setting.
Selama jarring berada dalam air, nelayan melakukan pengamatan tehadap
keberadaan ikan disekitar kapal untuk memperkirakan kapan jarring akan diangkat.
Lama jarring berada dalam perairan (perendaman air) bukan bersifat ketetapan.
Setelah dikira ikan telah berkumpul di permukaan diatas jarring, lakukan
pengankatan jaring (lifting). Kegiatan lifting ini diawali dengan pemadaman lampu
secara bertahap, hal ini dimaksudkan agar ikan tidak terkejut dan tetap terkonsntrasi
pada bagian perahu disekitar lampu yang masih mennyala. Ketika ikan masih
terkumpul di tengah-tengah jaring, jarring tersebut mulai diitarik kep permukaan
hingga akhirnya ikan akan tertangkap oleh jaring. Lifting dilakukan dengan
memulai memadamkan lampu verwarna merah sehingga ikan berkumpul dan lebih
naik ke permukaan air, lalu jarring ditarik perlahan dengan tidak menimbulkan
suara kejutan dan diangkat kepermukaan dengan mennggunkan tali pengangkat.
Daerah pengoperasian alat tangkap ini adalah eraiiran yang subur, selalu
tenang, tidak banyak dipengaruhi oleh aanya gelombang besar, angina kencang dan
arus yang kuat. Bagan perahu hamir tersebar diseluruh daerah penangkapan
perikanan.
Hasil tangkapan bagan perahu pada umumnya adalah ikan pelagis kecil seperti
ikan tembang, ikan malalugis, japuh, selar, pepetek, kerot-kerot, cumi-cumi,
sotong,layur, dan kembung.

14
III. METODE PRAKTIK
3.1 Waktu dan Tempat
Kegiatan PPKMP dilaksanakan mulai pada tanggal 10 April 2023 – 15
April 2023 di Batu Putih Bawah, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, Sulawesi
Utara.
3.2 Peralatan
1. Kamera handphone
2. Alat tulis menulis
3.3 Bahan
1. Perahu
2. Bagan rumah
3.4 Metode Pengolahan Data
Prosedur praktik dilakukan dengan mengikuti seluruh kegiatan Praktik Pengenalan
Kehidupan Masyarakat Pesisir (PPKMP). Adapun metode yang dapat dilakukan
dalam pengumpulan data adalah:
1. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung dengan mengikuti
kegiatan selama PPKMP berlangsung.
2. Interview yaitu mengadakan wawancara dan tanya jawab dengan pihak-
pihakterkait/ahli di lapangan.
3. Melakukan studi literatur sabagai bahan pertimbangan dan penunjang
dalam penyusunan laporan.
4. Dokumentasi yaitu mengambil data yang telah disediakan oleh pihak
tertentu serta mengambil gambar pada pelaksanaan kegiatan PPKMP.
3.5 Analisis Data
Data yang didapat dan sudah diolah terlebih dahulu selanjutnya di analisa
dengan menggunakan anlisa deskriptif yaitu analisa yg menggambarkan keadaan
sebenarnya yang terjadi dilapangan dan kemudian dibandingkan dengan teori yang
ada

15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Kelurahan Batu Putih Bawah

Gambar 4. Peta Batu Putih Bawah


Kelurahan Batu Putih Bawah (1°34’21.35” LU & 125°9’39.31” BT).
Kelurahan Batu Putih Bawah adalah salah satu kelurahan di Kecamatan Ranowulu,
Kota Bitung. Kelurahan Batu Putih Bawah memiliki jarak ke Pusat Kota Bitung
sekitar 25 km dan jarak ke Ibu Kota Provinsi Sulawesi Utara, Manado sekitar 60
km, serta memiliki luas wilayah sekitar 1.032 Ha. Berikut data-data kependudukan
di Kelurahan Batu Putih Bawah:
Tabel 1. Jumlah Tetap Penduduk di Kelurahan Batu Putih Bawah
Jumlah tetap penduduk adalah jumlah manusia yang bertempat
tinggal/berdomisili pada suatu wilayah atau daerah dan memiliki mata pencaharian
tetap di daerah itu serta tercatat secara sah berdasarkan peraturan yang berlaku di
daerah tersebut.
L P Jumlah
966 939 1905

Tabel 2. Keadaan Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

16
Jumlah penduduk berdasarkan pendidikan adalah penduduk yang
digolongkan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yang ditempuh. Struktur
penduduk menurut tingkat pendidikan berguna untuk mengetahui jenis pendidikan
yang mendominasi disuatu wilayah dan dapat pula digunakan untuk mengetahui
kualitas SDM.
TK SD SMP SMA PEGURUAN TINGGI
L P L P L P L P L P
15 7 127 133 74 65 63 71 8 8

Tabel 3. Keadaan Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama


Penduduk Berdasarkan Pemeluk Agama adalah Informasi tentang jumlah
penduduk berdasarkan agama diperlukan untuk merencanakan penyediaan sarana
dan prasarana peribadatan serta merencanakan suatu program kegiatan yang
berkaitan dengan kerukunan antar umat beragama.
ISLAM KATOLIK KRISTEN HINDU BUDHA
61 11 1833 - -

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan


Jumlah penduduk berdasarkan pekerjaan adalah pengelompokan penduduk
atas dasar kriteria tertentu yang disesuaikan dengan tujuan tertentu misalnya, secara
sosial atau ekonomi.
Pegawai TNI Karyawan Tukang Petani Nelayan
10 4 107 36 64 393

4.2 Aktivitas Masyarakat Pesisir Kelurahan Batu Putih Bawah


4.2.1 Penangkapan Ikan

17
Gambar 5. Penangkapan Ikan
Perikanan tangkap merupakan usaha penangkapan ikan dan organisme air
lain nya di dalam alam liar (laut,sungai,danau,dan badan air lainya). Kehidupan
organisnisme air alam liar dan faktor-faktor nya (biotik dan abiotic) tidak
dikendalikan secara sengaja oleh manusia. Perikanan tangkap sebagian besar
dilakukan di laut, terutama di sekitar pantai dan landasan kontinen. Perikanan
tangkap juga ada di danau dan di juga sungai. Hamzens et al., (2007)
mengelompokkan nelayan dalam dua (2) kelompok, yaitu :
(1) large scale (nelayan besar);
(2) small fishermen (nelayan kecil). Perbedaan keduanya, didasarkan pada ciri-ciri
usahanya, di mana perikanan tangkap skala besar memiliki ciri, antara lain :
 diorganisasi dengan cara-cara yang mirip dengan perusahaan agroindustri di
negara-negara maju;
 relatif lebih padat modal;
 memberikan pendapatan yang lebih tinggi daripada usaha perikanan tangkap
sederhana bagi pemilik dan awak perahu;
 menghasilkan produk ikan beku dan produk ikan kaleng berorientasi ekspor.
Sedangkan usaha perikanan tangkap skala kecil beroperasi di daerah pesisir
yang tumpang tindih dengan kegiatan budidaya dan bersifat padat karya.
Nelayan kecil juga dapat dilihat dari kapasitas teknologi (alat tangkap dan
armada) yang digunakan. Seorang nelayan yang belum menggunakan alat
tangkap maju biasanya lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan
sendiri. Alokasi hasil tangkapan yang dijual lebih banyak untuk memenuhi
kebutuhan pokok seharihari (khususnya pangan) dan bukan untuk

18
diinvestasikan kembali untuk pengembangan skala usaha (Widjaja dan
Kadarusman, 2019).
Berikut adalah data dari wawancara kami terhadap Nelayan di Kelurahan Batu
Putih Bawah:
A. Nama Nelayan : Oper
Bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap ikan yang termasuk dalam
klasifikasi jaring angkat dari jenis bagan yang digunakan nelayan untuk menangkap
ikan pelagis kecil.
Jenis bagan : Piramid
Jumlah : 1
1. Bahan:
2. Tali
3. Kayu
4. Pemberat
5. Jaring
6. Lampu
Daerah Penangkapan : Batu Putih Bawah
Spesifikasi bagan:
1. Panjang : 7 meter
2. Lebar lurus : 5 meter
3. Tinggi : 5 meter
4. Lebar Atas : 3 meter
5. Jenis Alat Tangkap: Bagan
Waktu Pengoperasian : Jam 16:30 sampai 07:00(keesokan harinya)

19
Gambar 6. Generator
Mesin Yang Digunakan : Generator
Alat Bantu:
1. Lampu
2. Jaring
Biaya Pengeluaran : 100.000/Trip
Alat Keselamatan Diatas kapal : Tidak ada
Penjualan : Dijual secara tibo-tibo
Bahan Bakar : Bensin
Hasil Tangkapan : Ikan Malalugis
Kendala yang di hadapi:
1. Gelombang
2. Arus
3. Generator lama menyala
4. Bulan terang
Langkah-langkah pengoperasian :
 Sebelum ke laut kita sebaiknya kita menyiapkan alat-alat dan bahan" yang
akan kita bawa ke bagan seperti bensin, air putih, makanan, alat perkakas,
oli, dll. Dan pada pukul 16:30 WITA kami berangkat menuju ke bagan.

20
Gambar 7. menuju bagan apung
 Jarak tempuh antara pesisir pantai dengan bagan berkisar 25-30menit
 Pada pukul 17:00 WITA setelah kami sampai di lokasi tujuan kami segera
memeriksa kondisi kelayakan bagan dan tak lupa pula menghidupkan genset
untuk digunakan sebagai penerang di atas bagan. Serta mengecek
kelayakan jaring tangkap, apabila ada kerusakan segera di perbaiki

Gambar 8. Penerangan di lampu bagan


 Pada pukul 17:50 WITA satu persatu lampu mulai dihidupkan guna sebagai
penerang di malam hari

21
G
Gambar 9. Proses pengoperasian bagan
 Dan pada pukul 19:20 WITA Kami mengoperasikan penangkapan ikan
menggunakan bagan. lampu induk dihidupkan kemudian jaring diturunkan
biarkan sampai ikan" pelagis kecil berkumpul dibawah lampu induk. Tak
lupa pula mengurangi penggunaan pencahayaan di atas bagan dan hanya
meniyisahkan lampu induk, hal ini berguna agar ikan lebih terfokus kepada
cahaya yg ada disekitar lampu induk.

22
Gambar 10. Berkumpulnya ikan di bawah lampu
 Setelah ikan-ikan mulai banyak terkumpul dibawah lampu induk segera
dengan sigap menaikan jaring hingga terangkat.

Gambar 11. Proses Penyambungan jaring dan penurunan pemberat


 Setelah terangkat segera pindahkan ikan ke jaring penampungan.
Pemindahan tersebut dilakukan dengan cara dijahit antar jaring tangkap
dengan jaring penampung, kemudian angkat jaring satu persatu sampai ikan
ikan tersebut tergiring menuju ke jaring penampung

23
Gambar 12. Jaring penampungan hasil ikan

 Apabila telah selesai melakukan pemindahan segera melepaskan jahitan


tersebut.
 Kemudian melakukan penangkapan ulang dengan cara seperti tadi.

Gambar 13. Penjualan ikan secara tibo-tibo


 Untuk hasil penangkapan biasa langsung dijual ke kapal long line guna
digunakan sebagai umpan.

24
B. Nama Nelayan : Musa Lukas

Gambar 15. seorang Nelayan ketika diwawancarai


Jenis Perahu : Perahu lampu

Gambar 16. Perahu Lampu


Jumlah : 2 unit
Daerah Penangkapan : di Batu Putih Bawah
Bahan:

25
Gambar 17. Mata Kail

Gambar 18. Kail /gumala


 Mata Kail : 50 sampai 100 mata
 Umpan: Pentil Goro
 Alat Pancing
 Tiras
 Pemberat(menggunakan besi 18-19)
Tabel 5. spesifikasi perahu:
Panjang Lebar lurus Tinggi Lebar Atas
6M 4M 75 CM 90

Jenis Alat Tangkap: Nonu


Cara Pengoperasian : Jangkar Hela

26
 Senar Diikat
 Pentil dan Gumala
 lalu dipasangkan ditali senar panjang
Waktu Pengoperasian : Jam 16:30 sampai 07:00 (keesokan harinya)

Gambar 19. Mesin Tempel


Mesin Yang Digunakan: YAMAHA (Mesin Tempel / 15 pk)

27
Gambar 20. Mata Lampu
Alat Bantu: Mata Lampu(15 Biji)
Biaya Pengeluaran:150.000/Trip(Tali,Bensin,Tas)
Alat Keselamatan Diatas kapal: Life jacket 1
Penjualan: Dijual Tibo-tibo
Bahan Bakar: Bensin (10 liter)
Pemakaian Generator: 5 Liter
Tabel 6. Hasil Tangkapan
Jenis Ikan Harga Jual
Ikan Tude 1 ember besar 52 kg/900 ekor 700.000 – 1.000.000
Ikan Malalugis 1 ember besar 6,5 kg 300.000

Kendala yang di hadapi:


 Panabang
 Ikan Tajam(Predator)
 Sering Putus
 Cuaca menggangu proes penangkapan karena arus dan gelombang/ombak.
Pendapatan Keluarga:
 Pengeluaran: 4 jt /bulan
 Keuntungan: 10 jt/ bulan

4.2.2 Pengolahan Hasil Tangkapan


Pembuatan Ikan Asin/Garam
Rasa ikan asin yang enak tidak terlepas dari cara pembuatannya. Bahan-
bahan bakunya seperti ikan harus segar dan higienis. Komposisi antara garam dan
besar kecilnya ikan juga menjadi takaran tersendiri untuk menghasilkan cita rasa
ikan asin yang enak dan berkualitas baik.

28
Gambar 21. Hasil Olah Ikan Asin
 Siapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30-50 persen
 Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah atau bak kedap air,
kemudian tambahkan larutan garam secukupnya hingga seluruh ikan
tenggelam dan beri pemberat agar tidak terapung
 Lama perendaman 1-2 hari, tergantung dari ukuran atau tebalnya ikan dan
derajat keasinan yang diinginkan
 4.Setelah penggaraman, bongkar ikan dan cuci dengan air bersih. Susun
ikan di atas para-para untuk proses pengeringan atau penjemuran.
Metode yang digunakan
Penggaraman dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu penggaraman kering (dry
salting), penggaraman basah (wet salting), kench salting
1. Penggaraman kering (dry salting)
2. Penggaraman basah (wet salting)
3. Penggaraman kench salting

29
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil praktik pengenalan kehidupan masyarakat Kelautan Dan
Perikanan (PPKM-KP), maka dapat kami simpulkan:
Intinya adalah mengetahui situasi atau kondisi masyarakat pesisir di
Kelurahan Batu Putih Bawah, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung dan peran
pemerintah dalam pemberdayaan masyarakat pesisir.
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara,
observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pemberdayaan masyarakat pesisir
batu putih bawah sudah terlaksana namun belum sempurna seperti yang sudah
dijelaskan, dan jika dilihat dari kehidupan masyarakat pesisir Batu Putih Bawah
sudah mengalami perubahan dari sisi tatanan kehidupan masyarakat itu sendiri,
kehidupan masyarakat yang terus berubah seiring berjalannya waktu diimbangi
dengan pertumbuhan penduduk yang terus bertambah dari tahun ke tahun. Dari
pemberdayaan yang telah dilakukan pemerintah kepada masyarakat Batu Putih
Bawah, masyarakat mengungkapkan bahwa mereka sangat terbantu dengan adanya
pemberdayaan dari pemerintah terlihat dari hasil tangkapan yang diperoleh.
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya efektivitas
pemberdayaan masyarakat pesisir dalam meningkatkan pendapatan hasil perikanan.
Maka hal ini berdampak pada kehidupan ekonomi masyarakat Batu Putih Bawah.

30
5.2 Saran
Dari kesimpulan diatas, maka disarankan : Nelayan Kelurahan Batu Putih
Bawah harus lebih memperhatikan alat-alat keselamatan diatas kapal mereka
(safety equipment). Untuk mengantisipasi jika terjadi kecelakaan atau hal-hal yang
tidak diinginkan ketika melaut/berlayar, dan juga dapat meminimalisir adanya
korban jiwa ketika melaut/berlayar.
Pemerintah harus memperhatikan kegiatan para masyarakat di Kelurahan
Batu Putih Bawah ini karena masyarakat pesisir membutuhkan pemerintah untuk
membantu mereka mengolah pendapatan. Seperti halnya rata-rata pantai menjadi
tempat wisata bagi para wisatawan baik dari dalam maupun luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA
Widjaja, S dan Kadarusman. 2019. Buku Besar Maritim Indonesia (Seri Buku 4):
Sosial Budaya Masyarakat Maritim. AMAFRAD PRESS. Jakarta
Bar, E. S (2015). A case study of obstacles and enablers for green innovation within
the fish pro-cessing equipment industry. Jounal of Cleaner Production, 90, 234-
243.https://doi.org/10.1016/ j.jelepro.2014.11.055
Thrane, M., Nielsen, E. H., Christensen, P. (2009). Cleaner production in Danish
fish processing-experiences, status and possible futurestrategies. Journal of Cleaner
Production, 17(3), 380-390. https://doi.org /10. 1016/ j.jelepro.2008.08.006

31
LAMPIRAN
1. Kegiatan membantu nelayan

Mewawancarai nelayan tentang bagan

32
Membantu nelayan mengangkat perahu

Perjalanan menuju bagan


2. Kegiatan wawancara

33
Dokumentasi dengan pembimbing eksternal

34
35
3. Kegiatan di rumah bagan

36
37
38
39
40
41
4. Hasil

42
43
44

Anda mungkin juga menyukai