Oleh
Nama : Vincensia Veronika Balun
Nit : 19.3.06.096
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Program Studi
Teknik Budidaya Perikanan
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyusun Laporan Praktik Kerja Lapang (PKL) ll dengan judul “Teknik Pembesaran
Tiram Mutiara (Pinctada maxima) di PT. Asa Nusantara Flores, Nusa Tenggara
Timur’’. Tersusunnya laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Aris Widagdo, A.Pi., M.Si. selaku Direktur Politeknik Kelautan
dan Perikanan Kupang yang telah memberikan kesempatan untuk
melaksanakan Praktik Kerja Lapang II.
2. Bapak Lukas G G Serihollo, S.Pi., MP selaku Ketua Program Studi Teknik
Budidaya Perikanan yang telah memprogramkan kegiatan Praktik Kerja
Lapang(PKL) II.
3. Ibu Riris Yuli Valentine,S.Pi.,M.P selaku pembimbing utama yang telah
memberikan arahan penyempurnaan serta ulasan kritis terhadap laporan
kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) II.
4. Ibu Sartika Tangguda, S.Pi., MP selaku Pembimbing Pendamping yang telah
membantu dan mengarahkan penyusunan laporan Praktik Kerja Lapang (PKL)
II.
5. Bapak, ibu, keluarga, serta teman – teman atas dukungan serta doanya.
Demikian laporan yang telah dibuat kiranya laporan ini dapat bermanfaat dan
berguna bagi siapa saja yang telah membacanya, khususnya bagi sektor perikanan
dan kelautan.
Tabel Halaman
1. Standar Kelayakan Budidaya Tiram Mutiara...........................................................5
2. Alat yang digunakan pada pembesaran tiram mutiara...........................................18
3. Bahan yang digunakan pada pembesaran tiram mutiara........................................19
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Morfologi Tiram Mutiara (Pinctada maxsima)........................................................... 19
2.Persiapan wadah............................................................................................................. 19
3.Benih tiram mutiara yang ditebar ke laut....................................................................... 19
4. Benih yang siap di oprasi...............................................................................................20
5. Pembukaan Cangkang................................................................................................... 20
6. Membuat Potongan Mantel .......................................................................................... 21
7. Pemasangan Nukleus ke dalam gonad tiram mutiara.................................................... 21
8. Proses Penggantungan................................................................................................... 22
9. Rontgen..........................................................................................................................23
10. Pengukuran Suhu......................................................................................................... 24
I. PENDAHULUAN
1.2Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini dengan judul Teknik
PembesaranTiram Mutiara adalah :
1 Mengetahui Teknik Pembesaran Tiram Mutiara di PT Asa Nusantara Flores
2 Mengetahui kendala – kendala yang dihadapi dalam Pembesaran TiramMutiara
3 Mengetahui Hama dan Penyakit yang menyerang Tiram Mutiara
II. TINJAUAN PUSTAKA
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan selama proses budidaya tiram mutiara (Pinctada maxime)
adalah sebagai berikut:
b. Menggunakan Pisau
Memotong teritip dan tiram liar yang menempel pada cangkang tiram mutiara
dan juga bunga karang yang menempel pada net hingga terlepas
b. Pembukaan Cangkang
Prosedur kerja pembukaan cangkang:
Tiram mutiara diistirahatkan selama 1 hari\
Untuk memaksa tiram secara alami membuka cangkangnya yaitu dengan
merendamnya dalam air
Kemudian mengeringkan
Setelah kering cangkang dibuka ditahan dengan forsep dan dipasang baji pada
mulut tiram supaya cangkang selalu dalam keadaan terbuka
3.3.4 Panen
Tahap – tahap panen adalah sebagai berikut:
a. Alat dan bahan disiapkan
b. Mengangkat keranjang atau poket net tempat pemeliharaan tiram mutiara dari
lokasi budidaya
c. Mengeluarkan tiram mutiara dari keranjang atau poket net
d. Tiram yang sudah dipanen diletakkan di atas meja
e. Bagian mantel dan insang yang menutupi gonad disisikan sehingga mutiara
akan kelihatan dan tampak menonjol dengan sedikit bercahaya.
f. Membuat sayatan pada organ tersebut seperti pada saat pemasangan
inti mutiara bulat.
g. Kemudian mutiara dengan mudah dikeluarkan dari gonad tiram
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
PERSIAPAN WADAH
SELEKSI BENIH
PENEBARAN BENIH
PENGELOLAAN
KUALITAS AIR
PEMBERSIHAN TIRAM
Gambar 2. Longline
4.2.2 Pembersihan Tiram Mutiara
Kegiatan pembersihan tiram dari organisme penempel (fouling organisme)
yang tumbuh atau melekat pada cangkang tiram sehingga menjadi organisme yang
sifatnya sebagai penyaing (kompetitor) dan merusak (pest) pada kulit tiram, sehingga
dalam mengatasi masalah ini di PT. Asa Mutiara Nusantara melaksanakan kegiatan
pebersihan secara rutin pada tiram-tiram dan keranjang pemeliharaan sebulan sekali.
Yaitu dengan menggunakan dua cara sebagai berikut:
Pembersihan dengan menggunakan mesin penyemprot yang sudah diset memang
pada mesin diesel diatas rumah apung. Pembersihan pada tahap ini meliputi
penyemprotan terhadap tiram-tiram dan keranjang pemeliharaan dari kompetitor,
pest maupun predator.
Pembersihan secara manual, ini dengan menggunakan pisau atau sodok kecil
dengan cara mencukur habis organisme penempel yang tumbuh melekat pada
cangkang tiram mutiara.
Gambar 3. Pembersihan Tiram Mutiara
A. Masa Tento
Pada masa tento ini merupakan kegiatan lanjutan setelah 10 hari tiram
diistrahatkan. Yaitu kegiatan dengan membolak-balikkan keranjang plastik
pemerliharaan secara vertikal dengan tujuan agar lapisan (nacre) mutiara dapat
merata dalam pembungkusannya serta agar preparat yang dioperasi tidak mudah
jatuh atau lepas, karena sifat dari mahluk hidup ini sering menolak segala benda yang
masuk kedalamnya. Kegiatan ini masih dilakukan pada sarana rakit apung dengan
arus air yang tidak terlalu kuat. Di kegiatan karyawan dalam pembolak-balikan tiram
mutiara ini dilakukan dengan 2 periode yaitu :
1. Posisi keranjang dibolak-balik dari posisi A (cangkang yang bagiannya tebal
berada dibawah dan pada bagian yang tipis pada bagian atas) ke posisi B
(cangkang yang bagiannya tipis berada pada bagian bawah dan yang tebal pada
bagian atas) dan sebaliknya pada setiap hari selama 1 minggu (7 hari).
2. Pembolak-balikan keranjang dari posisi B ke posisi A dan sebaliknya berselang 2
hari. Masa tento ini dilaksanakan selama 30 hari dengan 15 hari kali pembolak
balikan masing masing keranjang
Kegiatan ini sesuai dengan tujuan yang dikemukakan oleh Mulyanto (1987)
bahawa, pakerjaan pembolak-balikan keranjang bermasuk agar penyelimutan inti
oleh lapisan 28 mutiara berlangsung dengan merata sehingga semaksimal mungkin
mutiara yang terbentuk menjadi bundar. Setelah masa tento ini berakhir maka
keranjang ini segera dikembalikan keposisi semula (horizontal), dengan tahapan
kegiatan sebagai berikut :
Tiram dinaikkan keatas sarana rakit apung
Dilakukan pemeriksaan, apabila ada tiram yang mati segera dikeluarkan dari
dalam keranjang plastic. Dan bagian sekat-sekat yang kosong diisi kembali
dengan tiram, dengan pengaturan posisi ventral tiram.
Satelah semua keranjang diperiksa, selanjutnya keranjang pemeliharaan ini
diturunkan kembali kedalam air laut pada kedalaman yang sama yaitu 5 m.
b Kegiatan Rontgen
Setelah masa pemeliharaan di rakit apung yaitu masa tento, tiram ini segera
diangkat dari rakit apung dan dibawah ke rumah rakit untuk dipindahkan dari
keranjang plastik kedalam keranjang net ukuran 86 cm x 47 cm dengan 8 kamar. Di
PT. Asa Mutiara Nusantara kegiatan rontgen dapat dilaksanakan setelah masa
pemeliharaan ditali rentang (long line) selama 2-3 bulan setelah operasi pemasangan
inti mutiara bulat. Kegiatan pemeriksaan terhadap tiram mutiara yang telah dioperasi
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui inti (nukleus) mutiara yang telah
dipasang dalam organ tiram telah diselimuti oleh lapisan mutiara (nacre) atau
dimuntahkan kembali ( kosong ).
Gambar 10. Rontgen Untuk Mengetahui Pembentukan Inti Mutiara
Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sutaman (1993) bahwa, tiram yang telah
melewati masa tento dipelihara selama 30-45 hari atau sampai saatnya tiram
dilakukan pengamatan terhadap kondisi inti yang ada didalam organ tiram. Kegiatan
pemeriksaan ini dengan menggunakan sebuah alat yang dinamakan xray. Kegiatan
yang dilaksanakan yaitu dengan cara tiram-tiram yang akan diperiksa diletakkan
diatas sabuk berjalan dan dimasukkan kedalam alat xray pada saat yang bersamaan
kondisi tiram yang ada didalam alat tersebut akan tampil pada layar monitor
sehingga dapat diketahui isi dari organ dalam tiram (mutira). Dengan cepat tiram
diperiksa satu-persatu oleh karyawan yang bertugas melaksanakan rongseng. Apabila
tiram yang terdapat inti mutiara dengan secepanya dimasukkan kedalam keranjang
net kembali dan dipelihara pada sarana tali rentang (long line) dengan kedalaman 5 m
selama 6 bulan, sedangkan tiram yang memuntahkan inti disingkirkan untuk
dioperasi kembali atau dipotong tergantung dari kondisi tiram tersebut. Sering kali
terjadi proses operasi dapat menyebabkan preparat (inti mutiara bulat) keluar dari
tubuh tiram bahkan terjadi kamatian pada tiram itu sendiri. Kegagalan operasi ini
dapat disebabkan oleh beberapa hal sebagai berikut :
Kondisi tiram pada saat operasi sudah lemah, ini mungkin disebabkkan karena
tiram sudah tua atau juga disebabkan karena penyakit (seskaria).
Menurunya kondisi tiram setelah operasi, ini mungkin disebabkan karena kurang
suburnya perairan setempat bagi tiram yang kondisinya tadi sedikit lemah.
Keluarnya preparat dapat juga disebabkan oleh kecerobohan para pekerja dilaut,
misalnya keranjang sering terbanting atau kurang hati-hati diwaktu pekerjaan
pembolak-balikan pada rakit apung sehingga tiram dapat mengalami stress.
Kecerobohan dari teknisi sebagai pelaksana operasi, dimana kedudukan preparat
yang dioperasikan kedalam daging kurang mantap.
Kondisi tiram berada dalam keadaan yang sehat dan kuat serta matang telur
sehingga tiram mampu memuntahkan inti dari gonadnya atau kuatnya daya tolak
dari tiram itu sendiri dari dalam tubuh.
Sayatan yang dibuat lebih besar dibanding dengan ukuran inti yang dimasukkan.
Dengan adanya beberapa faktor penyebab ini, sehingga perlu adanya kegiatan
atau usaha dari karyawan dan karyawati yang mengarah pada masalah
penanganan tiram baik sebelum operasi, sesudah operasi maupun pada
kecermatan dan kehati- 30 hatian oleh teknisi dalam operasi pemasangan inti
(nukleus) mutiara bulat, serta perlunya kondisi perairan yang subur dan terhindar
dari bahan pencemaran yang dapat membahayakan kelangsungan hidup tiram
untuk menghasilkan mutiara bulat.
4.4.2 Salinitas
Alat yang digunakan untuk mengkur salinitas adalah Refaktometer.salinitas
yang baik untuk tiram mutiara yakni 29-30 Ppt.Berd.asarkan literatur kisaran salinitas
ayng didapatkan selama penelitian masih berkisar pada batas toleransi kerang
mutiara dimana batas optimun sakinitas yang bisa ditoleren kerang mutiara adalah
31,5 – 32,5 Ppt.Kegiatan pengukuran salinitas dilakukan pada hari kerja tepatnya
pukul 10.00. kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui kualitas air pada suatu perairan
biota yang dipelihara.
32.5
32
31.5
31
30.5
30
1 2 3 4
Minggu ke-
4.6 Pemanenan
Pada prinsipnya proses kegiatan pemanenan ini sama saja dengan kegiatan
sebelum operasi pemasangan inti mutiara. Setelah tiram dipelihara selama 6 bulan
dari operasi pemasangan ini mutiara maka mutiara bulat ini sudah dapat dipanen.
Pada kegiatan ini terlebih dahulu tiram diambil dari sarana tali rentang (long line)
kemudian dipindahkan dekat dengan lokasi rumah operasi yaitu sarana rakit apung.
Kemudian tiram dibawah kerumah apung untuk dibersihkan dari organisme
penempel dengan menggunakan mesin penyemprotan dan pisau atau sodok kecil.
Setelah itu tiram dipindahkan dari tempat pemeliharaannya yaitu dari pocket net
kedalam keranjang pemeliharaan untuk dilakukan pemeliharaan masa pelemasan
(yokusey) tiram pada kedalaman 1 m. Kegiatan masa pelemasan ini dilakukan selama
1 minggu sebelum pemanenan. Tujuannya yaitu untuk mengurangi tiram stress pada
saat panen dan dapat mempermudah dalam pemasangan inti mutiara bulat kedua atau
inti mutiara setengah bulat (blister). Setelah berakhirnya masa pelemasan tiram ini
segera dibawah kedalam rumah operasi, kemudian tiram diletakkan dalam fiber glass
untuk diperlakukan supaya tiram membuka cangkangnya, setelah cangkang terbuka
segera dilakukan pemasangan baji satu persatu, kemudian dibersihkan dengan cara
dikikis pada cangkang tiram dengan menggunakan sikat atau pisau. Setelah tiram
dibersihkan, segera dibawa kemeja operasi untuk dilakukan pemanenan mutiara.
Pelaksanaan operasi panen mutiara dan pemasangan inti mutiara bulat kedua yang
dilakukan di PT. Asa Mutiara Nusantara yaitu dengan cara sebagai berikut :
Tiram mutiara yang telah terbuka cangkangnya diletakkan dalam penjepit
standar opener (shell holder) setelah dilepaskan bajinya dan bukaan cangkang
tetap ditahan dengan forsep dengan posisi bagian anterior menghadap ke
pemasangan inti.
Kemudian insang dan mantel yang menutupi gonad disisihkan dengan
menggunakan spatula agar mutiara kelihatan tampak menonjol dengan jelas.
Setelah terlihat posisi bagian mutiara, maka dibuat sayatan didalam gonad dekat
dengan ventral swelling dengan menggunakan pisau opener (incision knife) dan
tempat sayatan ditahan dengan hook. Kemudian mutiara diambil didalam gonad
dengan menggunakan nucleus carrier, selanjutnya hook tetap menahan tempat
sayatan. Mutiara bulat hasil panen ditempatkan kedalam wadah kecil yang berisi
air tawar.
Dengan menggunakan nucleus carrier secara hati-hati sejalur dengan saluran
yang dibuat untuk pengambilan mutiara, inti mutiara bulat kedua segera
dimasukkan. Untuk operasi pemasangan inti mutiara kedua ini tidak
menggunakan lagi dengan mantel, karena mantel dengan pemasangan inti
mutiara yang pertama telah menyatu dengan gonad untuk menyelimuti inti
mutiara, begitu juga dengan mutu hasil mutiara telah diketahui dan kondisi tiram
mutiara masih cukup baik. Sehingga diharapkan operasi pemasangan inti
mutiara bulat kedua dapat menghasilkan mutiara yang cukup baik untuk kedua
kalinya
V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktik kerja lapang di PT Asa Mutiara Nusantara dapat di
ambil kesimpulan adalah:
1. Manajemen pembesaran tiram mutiara meliputi persiapan wadah,seleksi benih,
penebaran tiram,pembersihan(penyemprotan),pemasukan inti nukleus,manajemen
kualitas air, hama dan penyakit, panen
2. Kendala yang dihadapi dalam pembesaran tiram mutiara adalah putusnya tali
rentang ( longline ) yang disebabkan kuatnya arus pada musim barat dan cuaca
yang ekstrim
3. Hama dan Penyakit yang terdapat pada pembesaran tiram mutiara adalah ikan
Dracula ( Danionella dracula ) dan penyakit yang disebut kanker merah
5.2 Saran
Berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan di PT Asa Mutiara Nusantara
sebaiknya menggunakan kaus tangan karet untuk taruna taruni praktek dan juga
dalam kegiatan budidaya tidak hanya ada teknik pembesaran tapi ada juga teknik
pembenihan
DAFTAR PUSTAKA
BI. 2004. Pola Pembiayaan Usaha Kecil (PPUK). Budidaya Mutiara. Jakarta
Hamzah, M.S. 2013. Daya Penempelan Larva Kerang Mutiara (Pinctada Maxima)
Pada Kolektor Dengan Posisi Tebar dan Kedalaman Berbeda. J. Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, 5(1):60-68
Mosses, J.W., Hutubessy, B.G., Sidabutar, T. 1994. Premilinary Study on the Growth
of Pearl Oyster. Perairan Maluku. Ambon : Balitbang Sumberdaya
Laut.Vol 8. 24-35 hlm
Mulyanto. 1987. Teknik Budidaya Laut Tiram Mutiara. Diklat Ahli Usaha Perikanan.
Jakarta. 70 hlm
Spj, Nur Taufik. 2007. Pertumbuhan Tiram Mutiara (Pinctada maxima) pada
Kepadatan Berbeda. Ilmu Kelautan, Vol. 12(1) : 3 – 38.
Sudewi., Supii, A, I., Sutarmat, T., Yudha, H, T. 2010. Pendederan Tiram Mutiara
pinctada maxima dengan Perbedaan Kedalaman. Jurnal Perikanan (J. Fish
Sci.) XII (2): 57-63. ISSN: 0853-6384.
Supii, A.I., Sudewi dan Rusdi, I. 2009. Penelitian Pembenihan Tiram Mutiara
(Pinctada maxima) dengan Manajemen Pergantian Air dan Perbedaan
Ukuran Tebar Benih. Laporan Teknis BBRPL Gondol, Bali
Tun, M.T dan T. Winanto. 1988. Petunjuk Budidaya Mutiara di Indonesia. Jakarta :
Sea Farming Development Project. 65hlm
Winanto ,T. 2009. Kajian Perkembangan larva dan Pertumbuhan Spat Tiram Mutiara
Pinctada maxima (Jameson) Pada Kondisi Lingkungan Pemeliharaan
Berbeda. Thesis IPB. Bogor
NO NAMA GAMBAR
1 KANTOR
2 KERANJANG
TENTO
3 NET
4 TERMOMETER
5 KAUS
TANGAN
6 KERANJANG
7 PISAU
8 BAJI
9 PELAMPUNG
10 KAWAT