Anda di halaman 1dari 77

TEKNIK PENGOPERASIAN PURSE SEINE DI KM.

SIDO
TAMBAH REJEKI A

LAPORAN KERJA PRAKTIK AKHIR PROGRAM STUDI TEKNIK


PENANGKAPAN IKAN
Oleh :

MOH. LUKTI HARMAIN


18.1.01.036

KEMENTERIAN KELAUTANDAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN
PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG
2021

i
TEKNIK PENGOPERASIANPURSE SEINE
DI KM. SIDO TAMBAH REJEKI A

Oleh:

MOH. LUKTI HARMAIN


NIT. 18.1.01.036

Laporan Kerja Praktik Akhir dibuat untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar Ahli Madya Perikanan (A.Md.Pi)
Pada Program Studi Teknik Penangkapan Ikan
di Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

KEMENTERIAN KELAUTANDAN PERIKANAN


BADAN RISET DAN SDM KELAUTAN DAN
PERIKANAN
POLITEKNIK KELAUTAN DAN PERIKANAN BITUNG
2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul : Teknik Pengoperasian Purse Seinedi KM. Sido Tambah

Rejeki A

Nama : Moh. Lukti Harmain

NIT : 18.1.01.036

Menyetujui :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Silvester Simau, A.Pi., S.Pi., M.Si. Ir. Jul Manohas., M.Si.


NIP. 19600511 198503 1 006 NIP. 196102131999032001

Mengetahui :
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung

Daniel H. Ndahawali, M.Si


NIP. 1972017 200212 1 003

iii
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Moh. Lukti Harmain, lahir di Kota Gorontalo pada

tanggal 14 September 2000. Tepatnya di Kota Gorontalo, Kecamatan

Hulonthalangi, Kelurahan Tanjung Kramat, Provinsi Gorontalo. Penulis

merupakan anak pertama dari 3 bersudara dari pasangan Bapak Suman

Harmain dan Ibu Selvi Danial. Dunia pendidikan formal dimulai pada tahun

2005, dengan memasuki Sekolah Dasar SDN 49 Hulonthalangi dan lulus

pada tahun 2012. Pada tahun yang sama melanjutkan pendidikan Sekolah

Menengah Pertama SMPN 1 Batudaa Pantai dan lulus pada tahun 2015,

kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan SMKN 1

Kelauatan dan Perikanan Batudaa Pantai dan Lulus pada tahun 2018.

Kemudian penulis melanjutkan pendidikan jenjang diploma III dan diterima

pada program studi Teknik Penangkapan Ikan di Politeknik Kelautan dan

Perikanan Bitung pada tanggal Agustus 2021. Penulis dapat menyelesaikan

pendidikan Diploma III, dan telah mengikuti Praktik Kerja Akhir dari

tanggal 1 Februari 2021 sampai tanggal 2 Mei 2021 di KM. Sido Tambah

Rejeki A.

iv
RINGKASAN

MOH. LUKTI HARMAIN, NIT. 18.1.01.036. Teknik Pengoperasian


Purse seine di KM. Sido Tambah Rejeki A di Pelabuhan Perikanan Pantai
Bajomulyo, Pati, Jawa Tengah. Dibimbing oleh Silvester Simau, A.Pi, S.Pi,
M.Si dan Ir. Jul Manohas, M.Si.

Kerja Praktik Akhir ini dilaksanakan di Pelabuhan Perikanan Pantai


Bajomulyo, Pati, Jawa Tengah di KM. Sido Tambah Rejeki A. Daerah
operasi penangkapan yaitu di perairan selat Makassar, laut Flores, dan laut
Bali. Kegiatan dimulai pada tanggal 1 Februari 2021 sampai dengan 4 Juni
2021. Tujuan kegiatan praktik yaitu dapat mengetahui konstruksi alat
tangkap purse seine dan dapat mengoperasikan alat tangkap purse seine.
Dapat mengetahui ikan hasil tangkapan dan dapat melakukan penanganan
hasil tangkapan di kapal purse seine serta dapat megoperasikan alat-alat
navigasi di atas kapal. Hasil pengamatan selama pelaksanaan Kerja Praktik
Akhir menunjukan bahwa konstruksi purse seine terdiri dari badan, sayap,
dan kantong, prosedur kerja dalam pengoperasian alat tangkap purse seine
di KM. Sido Tambah Rejeki A terdiri dari 3 tahap yaitu persiapan, setting,
dan haulling. Berdasarkan hasil pengamatan perlu pengalaman cukup
melakukan setting dan haulling. Jenis dan ukuran ikan sangat berfariasi
terutama untuk ukuran ikan yang tertangkap, adapun jenis ikan hasil
tangkapan utama yaitu Cakalang (Katsuwonus pelamis), Madidihang
(Thunnus albacores), Tongkol (Auxie thazard), Layang (Decaptures
ruselli), serta jenis ikan hasil tangkapan sampingan yaitu Selar (Selaroides
laptolepis). Penanganan ikan di atas kapal yaitu dengan sistem rak
(shelfing). Pengoperasian alat navigasi yang ada di KM. Sido Tambah
Rejeki A yaitu GPS dilakukan pada saat kapal bertolak dari fishing base
menuju ke fishing ground lalu menuju lagi ke fishing ground.

Kata kunci : Pengoperasian, purse seine, KM. Sido Tambah Rejeki A

v
ABSTRACK

MOH. LUKTI HARMAIN, NIT. 18.1.01.036. Technique of purse seine


fishing gear operation in KM. Sido Tambah Rejeki A at Bajomulyo Beach
Fishery Port, Pati, Jawa Tengah. Guided by Mr. Silvester Simau, A.Pi, S.Pi,
M.Si and Ms. Ir. Jul Manohas, M.Si.

This final practice work was carried out at Bajomulyo Beach Fishery Port in
Pati, Jawa Tengah at KM. Sido Tambah Rejeki A. Regional fishing
operational in Makassar strein, Flores sea, Bali sea. The activity starts on
February 1 st, 2021 until Juny 4 th, 2021. The purpose of practicum is be
able to know the construction of purse seine fishing gear and be able to run
purse seine fishing gear. Be able to know of fish caught and be able to
handling cathes on purse seine vessel and be able to operate navigation
implementation of the final practice work show that purse seine contruction
consist of body, wing and pocets, working procedure in purse seine fishing
gear in KM. Sido Tambah Rejeki A consist of 3 main activiest namely
preparation, arrangement and hauling. Based on the result of observations, it
is necessary toexperince enough to do the setting and hauling. The type and
size of fish caugh, while the main types of fish caugh are skipjack tuna,
yellowfin, tuna fish, mackerel scad and side-catch yellowstripe scad, dolpin
fish. Wasys of handling on a ship, namely a piled up system shelfing.
Operation of navigation tools in KM. Sido Tambah Rejeki A, winc is GPS
when the ship departs from the fishing base to the fishing ground and the
returns to the fishing base.

Keywords : Operation, purse seine, KM. Sido Tambah Rejeki A

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkah dan rahmat-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja

Praktik Akhir pada Politeknik Kelautan Perikanan Bitung. Melalui kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Daniel H. Ndahawali, M.Si selaku Direktur Politeknik Kelautan Perikanan


Bitung yang telah menugaskan Penulis untuk mengikuti KPA.
2. Silvester Simau, A.Pi., S.Pi., M.Si sebagai Pembimbing Utama, dan Ir. Jul
Manohas, M.Si selaku pembimbing pendampingatas bimbingan dan
arahan yang telah diberikan dalam penyusunan Laporan Kerja Praktik
Akhir ini.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan Kerja

Praktik Akhir ini.

Penulis menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dari kesempurnaan

sehingga penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat

membangun.

Semoga Laporan Kerja Praktik Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua

pihak, khususnya bagi penulis.

Bitung, November 2020

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN.....................................................................................I
KATA PENGANTAR.............................................................................................II
DAFTAR ISI..........................................................................................................III
DAFTAR TABEL..................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................V

I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Tempat dan waktu..........................................................................................2
II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................................................3
2.1 Definisi alat tangkap purse seine....................................................................3
2.2 Kapal purse seine...........................................................................................4
2.3 Konstruksi purse seine...................................................................................4
2.3.1Jaring utama.........................................................................................7
2.3.2Salvage (srampatan).............................................................................7
2.3.3 Tali ris (float line)...............................................................................8
2.3.4Pelampung (float).................................................................................9
2.3.5 Tali cincin (bridle line).....................................................................10
2.3.6 Tali kerut/tali kolor(purse line).........................................................11
2.3.7Pemberat (sinker)...............................................................................12
2.3.8Tali pemberat......................................................................................12
2.4 Alat bantu penangkapan...............................................................................12
2.4.1 Rumpon.............................................................................................13
2.4.2 Winch.................................................................................................13
2.4.3 Lampu atraktor (attracting lamp)......................................................14
2.4.4Echo-sounder......................................................................................15
2.4.5 fish finder..........................................................................................15
2.5Alat navigasi dan komunikasi.......................................................................15
2.6 Pengoperasian alat tangkap..........................................................................17
2.6.1 Persiapan...........................................................................................17

viii
2.6.2Penurunan jaring(setting)...................................................................17
2.6.3 Penarikan tali kerut (hauling)............................................................18
2.6.4 Penarikan jaring diatas kapal (hauling).............................................18
2.7Hasil tangkapan.............................................................................................19
2.8Penanganan hasil tangkapan..........................................................................20
III METODE PRAKTIK........................................................................................22
3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan KPA...........................................................22
3.2 Alat dan bahan praktik.................................................................................22
3.3 Metode pengumpulan data...........................................................................23
3.4Prosedur kerja................................................................................................24
3.4 Jadwal perencanaan kegiatan KPA..............................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................26
LAMPIRAN...........................................................................................................29

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jadwal perencanaan kegiatan KPA..........................................................25

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Konstruksi purse seine...........................................................................6


Gambar 2. Contoh tali ris atas pada pelampung......................................................8
Gambar 3. Contoh tali ris bawah pada pemberat.....................................................9
Gambar 4. Bentuk tali pada cincin.........................................................................11

xi
xii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Usaha penangkapan ikan di Indonesia sangat berkembang pesat, tidak lagi

terbatas sebagai usaha peningkatan pendapatan rumah tangga, tetapi merupakan

usaha industri penangkapan ikan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan

devisa negara. Sektor perikanan termasuk salah satu sektor penentu masa depan

bangsa Indonesia, hal ini cukup beralasan mengingat Indonesia mempunyai

perairan luas dengan potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar dan telah

banyak memberikan konstribusi yang begitu besar terhadap peningkatan devisa

negara dari tahun ketahun. Indonesia mempunyai perairan laut seluas 5,8 juta km²

yang terdiri dari kepulauan dan teritorial seluas 3,1 juta km² serta perairan Zona

Ekonomi Eksklusif Indonesia (ZEEI) seluas 2,7 juta km² dengan potensi lestari

sumberdaya ikan sebesar 6,4 juta ton/tahun (Abdul Hafid, 2014).

Penangkapan ikan merupakan salah satu profesi yang telah lama

dilakukan oleh manusia, menurut sejarah sekitar 100.000 tahun yang lalu manusia

Neanderthal telah melakukan kegiatan penangkapan dengan menggunakan

tangan, kemudian profesi ini berkembang terus secara perlahan-lahan dengan

mengunakan berbagai alat yang masih sangat tradisional yang terbuat dari berbagi

jenis bahan seperti batu, kayu, tulang dan tanduk (Sudirman dan Mallawa, 2012).

Pukat cincin (purse seine) banyak dimiliki oleh pengusaha penangkapan

ikan dan menjadi tulang punggung alat penangkap ikan. Ditinjau dari jumlah alat

dan kapasitas hasil tangkapan, purse seinesangat dominan posisinya. Hampir 90%

ikan yang dipasok di TPI dihasilkan oleh alat tangkap ini, dengan demikian
1
kedudukan alat tangkap ini penting dalam sistem produksi perikanan laut. Karena

perikanan laut merupakan peranan penting dalam memajukan ekonomi daerah,

maka kegiatan rantai nilai (valuechain) yang berkaitan dengan perikanan laut

semakin berkembang (Abdul Hafid, 2014).

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan Kerja Praktik Akhir pada sebuah kapal penangkap ikan, denagan

judul proposal “ Teknik Pengoperasian Purse Seine Di KM. Putra Leo

Exclusive, Di Perairan Laut Bajomulyo, Pati, Jawa Tengah.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan melakukan KPA adalah sebagai berikut :

1. Mampu mengidentifikasi bagian-bagian dari Purse seine.

2. Mampu menentukan daerah penangkapan yang ekonomis dan

menguntungkan.

3. Mampu mengoperasikan Purse seine.

4. Mampu mengoperasikan alat bantu yang dipakai dalam

penangkapan ikan menggunakan Purse seine

2
3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Definisi alat tangkap purse seine

Purse seine adalah suatu alat penangkapan ikan yang digolongkan ke

dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets) jaring ini dioperasikan dengan

cara melingkari gerombolan ikan, baik dari bagian samping maupun dari bagian

bawah, sehingga gerombolan ikan tersebut tidak meloloskan diri dari jaring. Purse

seine merupakan alat tangkap yang cukup dominan dipergunakan nelayan

diberbagai perairan Indonesia dikarenakan alat tangkap ini cukup efisien dalam

menagkap ikan, (Supardi 2007).

Alat tangkap ini di gunakan untuk menangkap ikan pelagis yang

bergerombol.Cara pengoperasian pukat cincin adalah melingkari gerombolan

ikan, kemudian tali kolor (purse line) di tarik dari kapal hingga bentuk jaring

menyerupai mangkuk. Selanjutnya hasil tangkapan dipindahkan ke kapal dengan

menggunakan serok dan scoop. Purse seine di sebut juga pukat atau jaring

kantong, karena bentuk jaring pada saat dioperasikan menyerupai kantong. Alat

tangkap ini disebut juga jaring kolor, karena pada bagian bawah jaring di lengkapi

dengan tali kolor yang berfungsi untuk menyatukan bawah jaring sewaktu operasi

dengan cara menarik tali kolor tersebut(Diniah, 2008).

Menurut Brandt (1984), menyatakan bahwa karakteristik purse seine

terletak pada cincin dan tali kolor, alat tangkap ini memiliki ciri tali ris atas yang

lebih pendek dari tali ris bawahnya.Purse seine dinamakan demikian karena sifat

alat tangkap yang mengurung gerombolan ikan kemudian tali kerut di tarik

4
sehingga jaring membentuk kantong yang besar, sehingga ikan-ikan terkurung.

Purse seinememiliki bentuk umum dan bagian-bagian yang sama walaupun ada

bermacam-macam purse seine (Baskoro, 2002).

2.2 Kapal purse seine

MenurutArdidja (2010), kapal pukat cincin (purse seine) adalah kapal

yang paling penting dan efektif untuk menangkap sekumpulan (schooling) ikan

yang berada didekat permukaan. Sebagai sarana pengamatan ikan dibangun

tempat panjarwala (crows nets) ditiang utama, pada kapal purse seine yang

berukuran besar dibangun bangunan khusus pengamatan dan helipad.

Kapal purse seine umumnya berbentuk ramping dengan gladak kerja

dibagian buritan, ruang kemudi dan akomodasi dibagian haluan, bangunan

slipway diburitan sebagai tempat menyimpan peluncuran skiffboat.

2.3 Konstruksi purse seine

Konstruksi dari alat penangkapan ikan merupakan bentuk umum yang

menggambarkan suatu alat penangkapan dan bagian-bagiannya dengan jelas

sehingga dapat mengerti. Sedangkan desain dari suatu alat penangkapan

merupakan perpaduan dalam membuat suatu alat penangkapan dimana tercantum

suatu ukuran,skala, keterangan yang dijabarkan dalam bentuk istilah dan kode

yang telah disepakati (Syofyan, 1996).

Pukat cincin (purse seine) adalah jaring yang umumnya berbentuk empat

persegi panjang, tanpa kantong dan di gunakan untuk menangkap gerombolan

ikan permukaan (pelagic fish). Pukat cincin adalah suatu alat penangkapan ikan

5
yang digolongkan dalam kelompok jaring lingkar (surrounding nets)

(Martasuganda, 2004).

Menurut Sudirman dan Mallawa (2012), ada beberapa komponen

penunjang alat tangkap purse seine yaitu : tali ris atas dan bawah, tali pelampung,

salvage, tali pemberat, tali cincin, tali kerut, pemberat, dan cincin.

Adapun karakteristik pukat cincin (purse seine) terletak pada cincin yang

terdapat pada bagian bawah. Dilihat dari segi konstruksinya maka komponen

jaring pukat cincin (purse seine) dapat dikelompokan dalam lima bagian besar

yaitu : badan jaring, tali kerut, cincin (ring), pelampung, pemberat dan salvedge

(Karman, 2008).

Menurut Ayodhhyoa (1981) dan Harahap (2006), secara garis besar pukat

cincin (purse sein) terdiri dari :

1. Kantong (bag) : bagian jaring tempat berkumpulnya ikan hasil

tangkapan pada proses pengambilan ikan (bralling).

2. Cork line (floating line) : tali tempat menempelnya pelampung

jaring.

3. Wing (tubuh jaring) : bagian keseluruhan jaring purse seine.

4. Lead line : tali tempat menempelnya pemberat.

5. Ring (cincin) : tempat bergeraknya jaring purse seine.

6. Brindle ring : tali pengikat cincin

6
Sumber : adzwarmudztahid.files

Gambar 1. Konstruksi purse seine

Keterangan:

a. Jaring utama terdiri atas badan dan sayap.

b. Jaring penguat (selvedge).

c. Tali ris atas dan tali ris bawah.

d. Tali pelampung.

e. Pelampung.

f. Pemberat (sinker).

g. Cincin (ring)

h. Tali kolor

7
2.3.1 Jaring utama

Bahan utama jaring yang biasanya digunakan untuk pembuatan jaring

utama biasanya menggunakan nylon atau vinylon,dengan ukuran mata jaring yang

disesuaikan dengan jenis ikan yang akan ditangkap, semakin besar jenis ikan yang

akan ditangkap semakin besar pula ukuran mata jaring (mesh size)yang

digunakan. Ukuran mata jaring pada tiap-tiap bagian adalah tidak sama. Bagian

yang memiliki ukuran yang sama pada bagian sayap dengan ukuran mata yang

besar. Sementara pada bagian kantong ukuran matanya lebih kecil, karena pada

bagian ini merupakan tempat berkumpulnya ikan-ikan yang tertangkap sebelum

ikan diangkat ke permukaan. Untuk ukuran mata jaring yang terkecil adalah

2,5cm(1 inci). Hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah yang di luangkan dalam

surat keputusan presiden republik Indonesia no: 85 tahun 1982 (Mulyanto, 1995).

2.3.2 Salvedge (srampatan)

Srampatan berfungsi melindungi bagian tepi jaring utama yang diikatkan

pada tali ris atas atau bawah agar bagian pinggir jaring tidak cepat rusak atau

sobek (Santoso dan Bawole, 2014).

Sudirman (2013), menyatakan ukuran benang pada salvage biasanya lebih

besar dibandingkan ukuran benang pada jaring utama.

2.3.3 Tali ris (float line)

Menurut Mudztahid (2013), tali ris atas dan tali pelampung berbeda arah

pintalanya, maksudnya supaya jaring tetap lurus, demikian juga antara tali

pemberat dan tali ris bawah. Selain itu untuk memperkuat tali ris atas dengan tali

pelampung dan jaring serta untuk memperkuat tali ris bawah, tali pemberat dan

8
jaring ditambah dengan tali penguat. Bahan tali ris biasanya terbuat dari benang

kuralon tetapi banyak juga yang menggunakan polyester.

Usemahu dan Tomasila (2003), menyatakan bahwa ada enam macam tali

yang termasuk dalam kelompok tal ris yaitu:

1. Tali Ris Atas

2. Tali pelampung

3. Tali pemberat

4. Tali penguat tali ris atas

5. Tali penguat tali ris bawah

6. Tali ris bawah

Sumber :Slideplayer.info.

Gambar 2. Contoh tali ris atas pada pelampung

9
Sumber : Slideplayaer.info.

Gambar 3. Contoh tali ris bawah pada pemberat

2.3.4 Pelampung (float)

Pelampung berguna untuk memberikan daya apung pada alat tangkap,agar

dapat terbentang dengan sempurna pada saat dioprasikan. Bahan yang digunakan

adalah busa plastik yang keras. Ukuran pada pelampung disesuaikan dengan daya

apung tiap pelampung misalnya bentuk oval dengan diameter 13 cm dan panjang

23 cm (Usemahu dan Tomasila, 2003).

Pada purse seine menggunakan 3 jenis pelampung yang digunakan,

pelampung pertama merupakan pelampung tanda yang diturunkan pertama kali

pada saat proses setting dilakukan. Pelampung tersebut berbentuk bola terbuat

dari bahan sintesis agar dapat bertahan lama. Pelampung kedua terbuat dari bahan

plastik berbentuk bola dengan diameter 10 cm. Pelampung ketiga terbuat dari

plastik, ditutupi dengan gabus, dan berbentuk elips dengan panjang 13 cm dan

diameter 10 cm. Perbedaan pelampung disebabkan pelampung berbentuk bola

yang terbuat dari bahan plastik cenderung mudah rusak atau pecah ketika

terbentur oleh dinding kapal saat pengoperasian purse seinedilakukan.

Penggunaan pelampung padapurse seine sebanyak 2.520 buah pelampung.

Banyaknya float dan sinker haruslah ditentukan dengan perbandingan yang sesuai,

10
sehingga total daya apung dari pelampung lebih besar dari total berat jaring dalam

air. Jadi harus ada extra buoyancy yang berguna untuk mencegah jaring supaya

tidak tenggelam sewaktu dilakukan pengoperasian(Sudirman dan Malawa, 2012).

2.3.5 Tali cincin (bridle line)

Tali cincin merupakan tali yang dipergunakan untuk menggantungkan

cincin pada tali ris bawah. Tali ini menghubungkan antara cincin dengan tali ris

bawah. Biasanya tali cincin ini terbuat dari bahan yang sama dengan bahan tali ris

atas dan tali ris bawah. Bahan yang digunakan untuk tali cincin ini adalah bahan

kuralon atau polyethylene dengan diameter yang lebih kecil dengan tali ris

(Sudirman dan Mallawa, 2012).

Menurut Usemahu dan Tomasila (2003), tali cincin yang biasa digunakan

pada alat tangkap pukat cincin dibagi kedalam tiga bentuk tali yaitu:

1) Bentuk kaki tunggal.

2) Bentuk kaki ganda.

3) Bentuk dasi.

Sumber :Slideplayer.info.

Gambar 4. Bentuk tali pada cincin

11
2.3.6 Tali kerut/tali kolor(purse line)

Untuk mengumpulkan ring atau jaring bagian bawah pada waktu operasi

maka digunakan tali kolor yang ditarik setelah jaring selesai dilingkarkan. Hal ini

disebabkan karena terkumpulnya ring maka jaring bagian bawah akan terkumpul

menjadi satu dan jaring akan membentuk kantong (Usemahu dan Tomasila,2003).

Bahan yang digunakan polyethylene.

Ukuran tali kolor merupakan ukuran yang terbesar diantara ukuran tali-tali

yang lainnya, yaitu memiliki garis tengah kurang lebih 25 mm, karena tali kolor

memerlukan kekuatan yang cukup besar dibandingkan dengan tali-tali

lainnya(Rahardjo, 1998).

2.3.7 Pemberat (sinker)

Pemberat berfungsi untuk menenggelamkan badanjaring sewaktu

dioprasikan, semakin berat pemberat maka jaring utama akan semakin cepat

tenggelam. Pemberat dibuat dari benda yang berat jenisnya lebih besar dar berat

jenis air laut, sehingga benda ini tenggelam di dalam air laut. Kecepatan

tenggelam yang lebih tinggi akan menunjukan jaring yang baik. Bahan yang biasa

dipergunakan adalah timah, bila menggunakan pemberat lain harus dipergunakan

bahan yang tidak mudah berkarat (Rahardjo, 1978).

2.4 Alat bantu penangkapan

Menurut PER 50 MEN 2011, alat bantu penangkapan ikan adalah sarana

dan perlengkapan atau benda-benda lainnya yang dipergunakan untuk menangkap

ikan. Adapun perlengkapan operasi penagkapan yaitu:

a) Rumpon

12
b) Winch atau mesin penarik tali kerut

c) Lampu akraktor (attracting lamp)

d) Fish finder

e) Echo sounder

2.4.1 Rumpon

Rumpon adalah satu jenis alat bantu penangkapan ikan yang dipasang

dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan tersebut bertujuan untuk

menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon, sehingga ikan mudah

ditangkap. Melalui pemasangan rumpon, kegiatan penangkapan ikan menjadi

lebih efektif dan efisien karena tidak perlu lagi berburu ikan atau dengan

mengikuti ruayanya. Tetapi cukup melakukan kegiatan penangkapan ikan

disekitar rumpon tersebut (Jungjunan, 2009).

Menurut Yusfiandayani (2004), rumpon adalah suatu bangunan

menyerupai pepohonan yang dipasang di suatu tempat di tengah laut. Disebut

sebagai alat bantu penangkapan, fungsinya hanya sebagai pembantu, yaitu untuk

mengumpulkan ikan pada suatu titik atau tempat tertentu untuk kemudian

dilakukan operasi penangkapan ikan.

2.4.2 Winch

Mesin penarik tali kolor (purse line winch)merupakan alat bantu yang biasanya

selalu tersedia diatas kapal pukat cincin dan dipasang sumber tenaga khusus

karena ukuran mesin relatif besar untuk menghasilkan tenaga yang besar

(Nainggolan, 2007).

13
2.4.3 Lampu aktraktor(attracting lamp)

Menurut PERMEN-KP /02/2011, Lampu aktraktor (atracting

lamp)merupakan alat bantu penangkapan berfungsi untuk mengumpulkan ikan

dengan menggunakan pemikat berupa lampu atau cahaya untuk memikat ikan

agar terkumpul.

Tertariknya ikan pada cahaya sering disebut peristiwa phototaxis, antara

lain disebutkan bahwa cahaya merangsang ikan dan menarik (attrack) ikan untuk

berkumpul pada sumber cahaya itu, atau juga disebutkan karena rangsangan pada

cahaya (stimulus), ikan lalu memberikan respon. Penggunaan alat bantu cahaya

merupakan salah satu metode yang paling berhasi untuk mengontrol perilaku ikan

untuk tujuan penangkapan, karena penglihatan merupakan indera yang paling

dominan dalam aktivitas makan dan aktivitas lainnya pada kebanyakan ikan yang

hidup di permukaan (Anongponyoskun, 2011).

Fungsi cahaya dalam penangkapan ikan ialah untuk mengumpulkan ikan

sampai area tertentu lalu penagkapan dilakukan. Peristiwa berkumpulnya ikan

dibawah cahaya dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Peristiwa langsung yaitu ikan-ikan tersebut memang tertarik oleh cahaya

kemudian berkumpul (phototaxis positif).

2. Peristiwa tidak langsung yaitu karena dengan adanya cahaya maka

plankton, ikan-ikan kecil dan lain-lainnya sebagaimana berkumpul dengan

tujuan mencari makan (Usemahu, 1994).

14
2.4.4 Echo-sounder

Echo-sounder digunakan untuk mendeteksi gerombolan ikan dibawah

kapal ataupun untuk mengetahui kedalaman laut. Alat ini mepunyai prinsip kerja

sama dengan sonar yaitu memancarkan suara kedalam air dalam merekam

pantualan secara vertical (Pusat Penelitian Pengembangan Perikanan, 1994).

2.4.5 Fish finder

Fish finder merupakan alat bantu yang digunakan untuk mendeteksi

keberadaan ikan didalam perairan. Selain untuk mendeteksi keberadaan ikan,

peralatan ini juga dapat digunakan untuk mengukur kedalam perairan

(Nainggolan, 2007)

2.5 Alat navigasi dan komunikasi

Menurut (Hafid, 2003) alat bantu navigasi adalah suatu proses

mengendalikan gerakan alat angkutan baik udara, laut, sungai, atau suatu tempat

ke tempat yang lain dengan lancar, aman dan efisien. Seiring perkembangan

zaman modern, peralatan navigasi sangat membantu akurasi penentuan posisi

kapal di permukaan bumi, sehingga dapat menjamin terciptanya aspek-aspek

ekonomis. Jenis alat bantu navigasi yang biasa digunakan dalam perkapalan yaitu

berupa radar, GPS, kompas adapun alat yang digunakan untuk komunikasi berupa

radio.

1. Radar, adalah salah satu alat bantu navigasi yang sangat potensial di atas

kapal, baik dalam penentuan posisi maupun resiko tubrukan (Arso

Martopo, 1992).

15
2. GPS (Global Positioning System), adalah sistem navigasi satelit yang

menyediakan informasi lokasi dan waktu dalam berbagai kondisi cuaca,

diatas permukaan bumi, sepanjang msih menerima sinyal GPS yang di

pancarkan dari satelit (Bramantiyo Marjuki, 2016).

3. Kompas,adalah alat navigasi untuk mencari arah berupa sebuah panah

penunjuk magnetis yang bebas menyelaraskan dirinya dengan medan

magnet bimi secara akurat (PIP, 2005).

Adapun alat yang digunakan untuk dalam melakukan komunikasi diatas

kapal yaitu dengan menggunakan Radio.

1. Radio, sistem komunikasi radio terdiri dari 3 bagian yaitu pesawat radio,

antena, dan power supply. Pesawat radio atau perangkat radio berdasarkan

fungsinya terbagi menjadi bagian pemancar (transmitter) dan bagian

penerima (receiver) yang menjadi satu kesatuan transceiver (Suharno,

2010).

2.6 Pengoperasian alat tangkap

Pengoperasian purse seine dapat dilakukan pada siang hari atau malam

hari. Penangkapan yang dilakukan di malam hari sangat efektif dilakukan karena

hasilnya akan lebih baik bila dibandingkan pada waktu lainnya karena ikan relatif

tidak bergerak cepat dan lebih muda dikumpulkan dengan media lampuBen Yami,

1999 dalam Maulana, 2010).

2.6.1 Persiapan

Operasi penangkapan ikan dilakukan setelah segala sesuatu peralatan dan

perlengkapan operasional dipersiapkan secara teliti, seperti penyusunan alat

tangkap ditempatkan agar mudah diturunkan,pemeriksaan mesin-mesin (mesin

16
induk,winch), pembersihan palka, perbekalan es,dan sebagainya, (Usemahudan

Tomasila, 2003)

2.6.2 Penurunan jaring(setting)

Setelah gerombolan ikan ditemukan, perlu diketahui pula swimming speed

dan density ikan, demikian juga kecepatan dan kekuatan arus serta angin yang

perlu diperhitungkan, sehingga operasi penangkapan dapat segera dilakukan

setelah melakukan berbagai perhitungan yang cermat (Ayodhhyoa, 1981)

Menurut Usemahu dan Tomasila (2003), menyatakan bahwa penurunan

alat dapat dilakukan dengan urutan kerja sebagai berikut :

1) Mula-mula ujung tali kerut yang diberi pelampung tanda dan disatukan

dengan ujung-ujung dan tali ris bawah dilemparkan ke posisi yang telah

ditentukan.

2) Selanjutnya kapal penangkap segera melingkari gerombolan ikan sambil

menurunkan jaring dan peralatan (jaring, pemberat, ring)menuju ke ujung

tali kerut yang telah dilemparkan pada waktu permulaan operasi.

2.6.3 Penarikan tali kerut (hauling)

Menurut Mudstahid (2011), menyatakan jika kedua ujung jaring yang satu

dinaikkan ke kapal penangkapan dan selanjutnya tali kerut ditarik hingga

cincinnya terkumpul demikian juga jaring bagian bawah sudah terkumpul menjadi

satu diatas deck kapal. Dengan demikian ikan-ikan sudah berkumpul dan

terkurung didalam jaring.

17
2.6.4 Penarikan jaring diatas kapal (hauling)

Penarikan badan jaring dimulai dari ujung-ujung sayap, hal ini dilakukan

pada purse seine yang menggunakan kantong yang ditengah-tengah jaring atau

yang ditarik oleh tenaga manusia. Tetapi pada purse seine jaring ditarik

menggunakan tenaga hidrolik (power block), biasanya kantong dibuat pada satu

ujung sayap. Penarikan jaring dilakukan mulai dari ujung sayap yang tidak

berkantong. Penarikan dilakukan dengan melepas ring dari badan jaring, tetapi

pada purse seine yang ditarik manusia cincin tidak dilepaskan (Mudztahid, 2011).

Menurut Ayodhyoa (1981), setelah tali kerut ditarik maka sedikit demi

sedikit badan jaring dinaikkan keatas kapal kemudian ikan yang berada didalam

jaring dapat diambil dengan serok atau alat bantu lainnya. Kemudian jaring dapat

ditarik keatas kapal dan disusun pada tempat yang telah ditentukan seperti pada

penurunan jaring (setting), sehingga memudahkan pada saat setting berikutnya

dilakukan.

2.7 Hasil tangkapan

Ikan yang menjadi tujuan penangkapan pukat cincin adalah jenis ikan

pelagis yang hidup bergerombol (pelagic shoaling species) yang berarti ikan-ikan

tersebut bergerombol berada dekat dengan permukaan air,(sea surface) serta

memiliki densitas shoal yang tinggi, maksudnya jarak antara ikan-ikan tersebut

haruslah sedekat mungkin, ikan-ikan pelagis yang biasanya tertangkap dengan

pukat cincin antara lain : selar, kembung, cakalang, tenggiri, tongkol, lemuru

(Ayodhyoa, 1981).

18
2.8 Penanganan hasil tangkapan.

Menurut (Sunarman dan Murniyati, 2000) penanganan ikan adalah suatu

rangkaian kegiatan atau perlakuan terhadap ikan tanpa mengubah struktur dan

bentuk dasar dari ikan itu sendiri yang dilakukan dengan tepat guna dan berdaya

tepat dengan mengarah pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas,

kuantitas waktu yang pada prinsipnya bermuara pada sistem jaminan mutu yang

aman bagi kesehatan manusia, dengan cara penumpukan ikan ini penting karena

berperan dalam memelihara mutu ikan yang berkaitan dengan kerusakan fisik dan

pemerataan penggunaan es.Penanganan ikan segar merupakan salah satu bagian

penting dari mata rantai industri perikanan. Penanganan ikan laut pada dasarnya

terdiri dari dua tahap, yaitu penanganan diatas kapal dan penanganan di darat.

Penangan ikan setelah penangkapan atau pemanenan memegang peranan penting

untuk memperoleh nilai jual ikan yang maksimal. Tahap penanganan ini

menentukan nilai jual dan proses pemanfaatan selanjutnya. Oleh karena itu,

setelah ikan ditangkap atau dipanen harus secepatnya diawetkan dengan cara

pendinginan atau pembekuan.

Menurut Winarno dan Jenie, (1982) disebutkan bahwa penyebab

kerusakan mikrobiologi, mekanis, fisik, fisiologi, biologis dan kimiawi.

Penanganan ikan diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga mutu dari hasil

tangkapan tersebut. Mutu yang dimiliki oleh komoditas ikan turut berperan

menentukan besar kecilnya nilai jual ikan yang besar kecilnya nilai jual ikan yang

akan ditetapkan. Penangan hasil tangkapan dimulai, sejak ikan diatas kapal. Hal

ini bertujuan menjaga mutu ikan hasil tangkapan selama dikapal sampai ketangan

konsumen.

19
Teknik penangan ikan yang tergolong kurang bagus diatas kapal adalah

pemberian es yang kurang atau proses pendinginan yang tidak menyeluruh dalam

suatu tempat penampung ikan, hingga ikan yang harus tetap pada keadaan yang

segar atau ikan yang memiliki kondisi rupa pada awalnya ditangkap. Bila

penanganan lambat dilakukanikan memiliki, bau, rasa, serta tekstur seperti ikan

hidup akan hilang, dan akan menjadi ikan yang bau menyengat, itu adalah kondisi

ikan yang sudah membusuk dan tidak dapat dikomsumsi. Berkaitan dengan proses

pembusukan tersebut, perlu adanya pengetahuan tentang upaya mempertahankan

mutu kesegaran ikan mulai pada saat praproduksi sampai dengan proses

pengolahan (Hadiwiyoto, 1993).

20
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Waktu dan tempat pelaksanaan KPA

Tempat praktik, kegiatan Kerja Praktik Akhir (KPA) Ini di laksanakan di

KM SIDO TAMBAH REJEKI A Milik PT. MINA LANA SANTOSA, Provinsi

Jawa Tengah. KM SIDO TAMBAH REJEKI A kapal ini dalam pengoperasian

penangkapan menggunakan alat tangkap purse seine.

Kegiatan Kerja Praktik Akhir (KPA) dilaksanakan kurang lebih 3 bulan,

dimulai pada tanggal 01 Februari 2021 sampai dengan 02 Mei 2021, bertempat di

Perairan Selat Makassar Pada KM. Sido Tambah Rejeki A di Pelabuhan

Perikanan Pantai Bajomulyo, Pati, Jawa Tengah.

3.2 Prosedur pengambilan data

Prosedur pengambilan data yang penulis lakukan selama Kerja

Praktik Akhir meliputi ;

a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung dengan mengikuti

kegiatan operasi penangkapan dan penanganan ikan di kapal purse

seine, mencatat jurnal kegiatan setting-hauling.

b. Interview yaitu mengadakan wawancara dan tanya jawab dengan

pihak yang terkait/ahli.

21
c. Melakukan studi literature sebagai bahan pertimbangan dan

penunjang dalam penyusunan laporan.

d. Dokumentasi yaitu mengambil data yang telah di sediakan oleh

pihak perusahaan serta mengambil gambar pada pelaksanaan

operasi penangkapan.

Dari uraian diatas maka dapat di peroleh data-data sebagai berikut ;

a. Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari

sumber dan wawancara terhadap responden dengan

menggunakan kuisioner. Meliputi, teknik pengoperasian

purse seine, alat bantu penangkapan, penanganan hasil

tangkapan dan daerah operasi penangkapan.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak lansung

tetapi diambil melaluai buku atau melalui literatur yang ada.

Meliputi, data spesifikasi alat tangkap, dokumen kapal dan

spesifikasi kapal.

3.3 Hasil dan pembahasan prosedur kerja

3.3.1 Spesifikasi kapal

KM. Sido Tambah Rejeki A merupakan kapal yang terbuat dari bahan

kayu, bahan ini untuk menahan dan memperkuat kapal dari hantaman

gelombang dan kikisan air laut. Bedasarkan konstruksi bangunan kapal,

22
mulai dari haluan sampai dengan buritan, KM. Sido Tambah Rejeki A

memiliki bagian-bagian ruangan yaitu : ruang kemudi, kamar mesin, kamar

ABK, ruang palka ikan, dapur, dan buritan kapal.

J
E D D D C B
F
A
G
E E D D C B
I

(credit photo :Lukti, 2021)

Gambar 5 : Layout KM. Sido Tambah Rejeki A

Keterangan :

A. Palka bahan makanan G. Kamar ABK


B. Palka solar H. Jaring
C. Palka air tawar I. Kamar mesin
D. Palka ikan J. Dapur
E. Palka pembekuan K. Wc
F. Ruang kemudi

Alat penangkap ikan yang digunakan yaitu purse seine dan juga dilengkapi

dengan dewi-dewi, pada saat operasi penangkapan KM. Sido Tambah Rejeki A

memiliki awak kapal berjumlah 37 orang.

23
(Credit photo :Lukti, 2021)

Gambar 6 : KM. Sido Tambah Rejeki A

KM. Sido Tambah Rejeki merupakan kapal penangkap ikan milik dari

sumarno dengan alat tangkap purse seine yang terdaftar di Pelabuhan Perikanan

Pantai Bajomulyo sebagai tempat tambat labuh, untuk lebih data kapal KM. Sido

Tambah Rejeki dapat di lihat pada table berikut :

Tabel 1. Spesifikasi KM. Sido Tambah Rejeki A

NO Uraian Keterangan

1. Nama kapal KM. Sido Tambah Rejeki A


2. Nama pemilik Bpk. Sumarno
3. Tempat dan No. Grosse Akte Semarang/1082
4. Bendera kebangsa Indonesia
5. Tempat dan No. Buku kapal Jakarta/004032
6. Tanda selar Juwana/GT.97 No.1652/Gc
7. Tanda pengenal kapal A/713/KP-PS/004032
8. No. SIUP 04.15.01.0190.7102
9. Bentuk kapal V Bottom
10. Tahun pembuatan 2010

24
11. Tempat pembuatan kapal Juwana
12. Sistem kemudi Manual
13. Jenis/tipe kapal Pukat cincin/purse seine
14. Isi kotor (Gross Tonasse) 97 GT
15. Isi bersih (Neto Tonasse) 30 Nt
16. Panjang (light ovel all) 23,5 M
17. Lebar (brath) 7,5 M
18. Dalam (depth) 2,35 M
19. Bahan utama kappa KAYU

Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki A

3.3.2 Struktur Organisasi

Jumlah awak kapal KM. Sido Tambah Rejeki A adalah 37 orang dengan 8

orang praktik, awak kapal tersebut terdiri dari Nahkoda, KKM, dan 29 ABK

biasa.

Dalam rangka kelancaran kegiatan yang dilakukan maka perlu adanya

pembagian tugas, dimana setiap awak kapal mendapat tugas dan tanggung jawab

masing-masing pada kapal tersebut, agar operasi penangkapan dapat berjalan

degan baik.

Adapun struktur organisasi pada KM. Sido Tambah Rejeki A sebagai

berikut :

25
N
r
u
J
i
B
A
M
K
d
o
k
h
a
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Gambar 7. Struktur organisasi di KM. Sido Tambah Rejeki A

3.3.3 Data mesin

a. Mesin Induk

Mesin induk merupakan salah satu komponen utama dalam melakukan

setiap kegiatan pelayaran dan kegiatan pada saat operasi penangkapan ikan. Mesin

induk dan mesin-mesin bantu yang ada di KM. Sido Tambah Rejeki A

menggunakan bahan solar, bensin, dan minyak pelumas.

Tabel 2 : Spesifikasi mesin induk


No

1.
2.
Uraian

Merek mesin
Buatan
Nomor seri
Daya
Jumlah silider
Langkah kerja
Putaran
Sistem pendingin
Sistem pelumas
Sistem start
Bahan bakar

26
Keterangan

Nissan
Jepang
013241
380 PK
10 Silinder
4 Langkah (stroke)
Kanan
Langsung
Sump basah
Elektrik
Solar
Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki A

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 8. Mesin induk

b. Mesin generator

Suatu instalasi mesin/unit penggerak generator atau pembangkit

tenaga listrik, merupakan salah satu mesin bantu yang paling penting

dikapal untuk menghasikan tenaga/energi listrik.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 9. Mesin generator

27
c. Mesin freezer

Mesin ini digunakan untuk menbekukan ikan hasil tangkapan,

supaya tidak rusak dan menjaga mutu ikan.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 10. Mesin Freezer

3.3.4 Alat navigasi dan komunikasi

Tabel 3. Alat navigasi dan komunikasi


No Nama Alat Jumlah (Buah) Kondisi
1. GPS 1 Baik
2. Fish finder 1 Baik
3. Kompas 1 Baik
4. Peta laut 1 Baik
5. Radio 1 Baik

Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki A


1. GPS (Global Positioning System)

Dalam sebuah kapal khususnya kapal penangkap ikan tidak dapat

dipisahkan dengan alat navigasi terutama GPS dalam melayarkan suatu kapal.

28
Alat navigasi ini berfungsi untuk penentuan kedudukan dan arah haluan baik di

medan sebenarnya atau dipeta serta untuk mengetahui letak fishing ground dalam

koordinat selama pelayaran dilakukan dan setelah posisi fishing ground di atur

dalam GPS kemudian kapal menuju posisi fishing ground. Tidak hanya itu kita

juga dapat membuat alur pelayaran kapal, selain itu kita juga dapat mengetahui

kecepatan kapal dan perkiraan waktu tiba ditujuan. Pada KM. Sido Tambah Rejei

A menggunakan GPS merek SAMYUNG AIS-50N dengan suply voltage 34 V.

(Credit photo :Lukti, 2021)

Gambar 10. GPS (Global Positioning System)

2. Fish finder

Alat navigasi yang digunakan untuk mengetahui banyaknya gerombolan

ikan yang terkumpul di aktraktor dan menginformasikan pada nahkoda untuk

melakukan setting. KM. Sido Tambah Rejeki A memiliki fish finder bermerek

GARMIN-585.

29
(Credit photo :Lukti, 2021)

Gambar 11. Fish finder


3. Kompas

Kompas magnet merupakan alat penunjuk arah haluan kapal agar kapal

berjalan lurus berdasarkan gaya medan magnet yang berbentuk jarum. Dan

kompas juga digunakan setiap kali kapal mengolah gerak dengan haluan yang di

tunjukan dari GPS.

(Credit Photo :Lukti, 2021)

Gambar 12. Kompas Magnet

4. Peta laut

Peta laut adalah proyeksi bumi atau sebagian muka bumi yang di

gambarkan di atas bidang datar dan digunakan untuk berlayar di laut.Peta

laut digunakan untuk merencanakan suatu pelayaran baik di laut lepas,

30
pantai maupun di perairan umum.Peta yang digunakan KM. Sido Tambah

Rejeki adlah peta nomor 712 dan 713.

(Credit photo : Lukti 2021)


Gambar 13. Peta laut
5. Radio

Radio High Frequency (HF) berfungsi sebagai alat komunikasi antara

nahkoda dengan nahkoda kapal lain, untuk memberikan informasi. Lewat radio ini

juga kita dapat mengetahui keadaan cuaca dilaut karena petugas syahbandar

biasanya akan memberikan informasi tersebut, adapun merek radio HF yang

digunakan di KM. Sido Tambah Rejeki A adalah ICOM IC-707 dengan kekuatan

output maksimal 100 Watt.

(Credit photo :Lukti, 2021)

31
Gambar 14. Radio
3.3.5 Alat keselamatan dan alat pemadam api ringan (APAR)

Di KM. Sido Tambah Rejeki memiliki beberapa alat keselamatan, yang

digunakan untuk mmencegah apabila terjadi keadaan darurat pada saat waktu

pelayaran dan pada saat proses pengoperasian. Adapun alat-alat keselamatan

dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4. Alat keslamatan dan alat pemadam api ringan (APAR)

No Nama Alat Jumlah (buah) Kondisi


1. Life jacket 40 Baik
2. Life buoy 4 Baik
3. Pemadam api 2 Baik

Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki A

1. Rompi penolong (life jacket)

Rompi penolong (life jacket) merupakan salah satu alat keselamatan yang

terbuat dari bahan yang mudah mengapung dan mudah digunakan diatas air. Pada

KM. Sido Tambah Rejeki A terdapat 40 buah life jacket.

Life jacket berbentuk seperti pakaian dan digunakan oleh ABK pada saat terjadi

marabahaya dan gampang terapung dilaut di waktu berlangsung kondisi darurat,

dan jacket penolong ini memiliki peluit yang dikaitakan bersama tali untuk

menarik perhatian penolong.

32
(Credit photo :Lukti, 2021)

Gambar 15. Rompi penolong (life jacket)

2. Pelampung (life buoy)

Pelampung penolong (life buoy) berbentuk lingkaran yang terbuat dari

bahan yang tidak mudah terbakar dan meleleh dan dibuat dengan sedemikian rupa

untuk keadaan darurat sehingga dapat digunakan diatas kapal KM. Sido Tambah

Rejeki A sewaktu-waktu terjadi keadaan marabahaya. Pelampung penolong

diletakan di bagian atas samping kanan dan kiri pada kapal KM. Sido Tambah

Rejeki A pada umumnya diletakan ditempat yang mudah dilihat dan mudah

dijangkau.

33
(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 16. Pelampung (life jacket)

3. Pemadam api (fire extinguisher)

Pemadam api adalah salah satu alat keselamatan untuk berjaga-jaga jika

sewaktu-waktu terjadi marabahaya kebakaran. Spesifikasi A seperti kayu, kertas,

kain, karet dan plastic. Spesifikasi B cairan yang mudah terbakar seperti minyak

dan gas dan spesifikasi C peralatan listrik seperti saklar. Alat ini dapat menahan

raadiasi panas yang kuat atau serbuk partikelnya dan tidak menghantarkan listrik

(non konduktif). Pada KM. Sido Tambah Rejeki A memiliki 2 buah tabung

pemadaman api (fire extinguisher).

(Credit photo :Lukti, 2021)

Gambar 17. Pemadam api (fire extinguisher)

34
3.3.6 Data alat tangkap

Data alat tangkap purse seine pada KM. Sido Tambah Rejeki A dapat

dilihat pada tabel berikut :

No Uraian Keterangan

1. Panjang keseluruhan jaring 400 meter


2. Panjang badan dan kantong jaring 100 meter
3. Panjang sayap kanan dan kiri jaring 300 meter
4. Pelampung 1.337 buah
5. Pemberat 2.650 buah
6. Cincin 200 buah
7. Panjang tali kolor 450 meter
8. Dalam jaring 112 meter
Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki A

Rata-rata kapal penangkap ikan milik Perusahaan Mina Lana Santosa

menggunakan alat tangkap purse seine yang bahan utamanya dari polyamide

(PA). KM. Sido Tambah Rejeki A sendiri memiliki alat tangkap pukat cincin

(purse seine) dimana letak kantong berada di bagian tengah jaring dan di tarik

pada kedua ujung jaring tersebut, seperti gambar di bawah ini.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar : 18. Konstruksi purse seine

35
Tabel 5. Spesifikasi alat tangkap (purse seine) KM. Sido Tambah Rejeki A

No Bagian Bahan Ukuran ø Panjang


(mm) (m)
1 Tali pelampung Polyethylene/PE 10mm 400 m
2. Tali ris atas Polyethylene/PE 12mm 400 m
3. Tal ris bawah Polyethylene/PE 12mm 400 m
4. Pemberat Timah/Sn 3 cm 4,5 cm
5. Tali cincin Polyethylene/PE 12mm 1,5-2,5 m
6. Tali kerut Polyethylene/PE 40mm 450 m
Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki A

a. Sayap jaring

Sayap jaring digunakan pada umunya adalah polyamide/PAatau

nylon twine. Benang yang digunakan pada bagian atas tersambung dengan

selvage atas menggunakan nylon twine no. 210/30 berwarna hijau dengan

ukuran mata jaring 2 inci, sedangkan pada bagian yang tersambung dengan

selvage mengunakan nylon twine no. 210/49 hitam berwana hitam dengan

ukuran mata jaring 2 inci.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 19 . Sayap jaring

36
b. Badan jaring

Khusus pada bagian badan dan kantong jaring dipilih benang yang

lebih kuat, tahan gesekan, maupun berat ikan. Benang yang digunakan pada

bagian badan dan kantong adalah benang dari jenis netless twine no. 80

mata jaring pada bagian badan dan kantong adalah 1,5 inci.

(Credit photo : Lukti, 2021)


Gambar 20. Badan dan kantong jaring

c. Jaring penguat

Pada bagian selvage digunakan dari jenis braided twine selvage yang

bersambung dengan tali ris bawah dan badan jaring digunakan braided

dengan mata jaring 2 inci. Selvage berfungsi untuk melindungi bagian tepi

jaring utama yang diikatkan pada tali ris atas dan bawah agar bagian

tersebut tidak cepat rusak atau sobek.

37
(Credit photo : Lukti, 2021)
Gambar 21. Jaring penguat

d. Pelampung

Jenis pelampung yang digunakan terbuat dari bahan sintetis berupa busa

plastik dan karet yang keras berbentuk oval yang panjangnya 15 cm diameter luar

9 cm dan diameter dalam 3 cm. Pelampung sangat berperan untuk megapungkan

alat tangkap diatas permukaan air.

(Credit photo : Rangga 2021)


Gambar 22. Pelampung

e. Pemberat

Pemberat berperan penting didalam pengoperasian alat tangkap oleh

karena itu, semakin cepat daya tengelam badan jaring. Maka ikan dapat

terkurung sehingga memungkinkan ikan untuk meloloskan diri secara

horizontal akan lebih kecil. Pemberat yang digunakan adalah timah yang

panjangnya 4 cm.

38
(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 23. Pemberat

f. Cincin dan tali cincin

Cincin pada purse seine berperan sebagai tempat lewatnya tali kerut,

pada saat jaring tenggelam. Pada bagian bawah jaring dapat tertutup melalui

penarikan tali kerut sehingga memungkinkan ikan tidak dapat meloloskan

diri. Untuk diameter tebal 1 cm, dalam 11 cm, dan luar 12 cm.

(Credit Photo : Lukti, 2021)

Gambar 24. Tali cincin dan cincin

. 3.3.7 Alat bantu penangkapan

Alat bantu yang terdapat pada KM. Sido Tambah Rejeki untuk

mengumpulkan ikan dan membantu proses penangkapan antara lain

a. Attractor

Attractor adalah alat bantu tradisional yang sangat efektif untuk

mengumpulkan gerombolan ikan, terbuat dari drum yang berfungsi sebagai

pelampung dan tempat digantungkannya tali serta pemberat, yang dipasangi

jaring kerap berwarna hijau. Alat bantu ini mulai berfungsi sebagai

39
pengumpul ikan setelah kapal tiba di fishing ground untuk dilepas atau

dipasang di laut. Sebagai alat bantu penangkapan ikan, rumpon berfungsi

untuk mengumpulkan kelompok-kelompok ikan pelagis kecil dan pelagis

besar pada suatu area tertentu.

(Credit photo: Lukti, 2021)

Gambar 25. Attractor

b. Lampu sorot

Lampu sorot ini digunakan pada saat malam hari dan lampu

ini dipasang pada dek 2 kapal di sebelah kiri, kanan, dan belakang.

Berguna untuk mengumpulkan ikan dan lampu sorot tersebut akan

dimatikan pada saat proses shooting akan di mulai.

40
(Credit photo : Lukti 2021)

Gambar 26. Lampu soro

c. Lampu air

Lampu air ini di gunakan pada saat proses shooting akan di


mulai, lampu air di turunkan oleh orang air dari kapal untuk di ikat
ke rumpon.

(Credit photo :Lukti, 2021)


Gambar 27. Lampu air

d. Lampu luna maya

Lampu luna maya ini digunakan pada saat malam hari dan

lampu ini dipasang di atas kapal di sebelah kiri, kanan, dan belakang

kapal. Berguna untuk mengumpulkan ikan dan untuk lampu tersebut

akan dimatikan pada saat proses shooting akan di mulai.

41
(Credit photo : Ramgga 2021)

Gambar 28. Lampu luna maya

a. Winch

Dalam proses penangkapan ikan pada alat tangkap purse

seine, winch sangat berperan penting untuk menarik tali

kolor dengan cepat agar jaring dapat membentuk kantong,

dan ikan tidak dapat keluar dari jaring.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 29. Winch

a. Sibu-sibu (scoop net)

42
Sibu-sibu adalah alat yang digunakan untuk mengangkat

ikan hasil tangkapan dari jaring ke dalam palka.

(Credit photo : Lukti, 2021)


Gambar 30. Sibu-sibu (scoop net)
3.6 Kegiatan perikanan

3.6.1 Kegiatan di fishing base

Persiapan melaut KM Sido Tambah Rejeki, saat berada di

fishing base sebelum melakukan pelayaran ke fishing ground adalah

sebagai berikut :

a. Persiapan dokumen-dokumen kapal

- Surat Ijin Usaha Penangkapan (SIUP) yang masih berlaku.

Yang di keluarkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan

melalui Jenderal perikanan tangkap yang ada di Jakarta.

- Surat Ijin Penangkapan Ikan (SIPI) yang masih berlaku. Yang

di keluarkan oleh Pengadilan Penangkapan Ikan yang

bertempat di Kota Pati

- Surat Ijin Berlayar (SIB) yang masih berlaku.

- Surat Laik Oprasi (SLO) yang masih berlaku.

- Crew list (daftar ABK)

43
b. Mempersiapkan alat tangkap.

c. Mempersiapkan alat bantu yang akan digunakan dalam oprasi

penangkapan.

d. Mempersiapkan bahan bakar, es balok, bahan makanan dan air

tawar.

e. Memeriksa mesin induk dan mesin bantu.

Peran saya ketika di kapal adalah membantu kegiatan memuat

bahan makanan, es balok dan melayarkan kapal menuju ke

fishing ground.

1.6.2. Pelayaran ke fishimg ground

Menuju ke fishing ground yang sudah ditentukan terlebih

dahulu dengan menjangka peta lalu di plot kedalam GPS. Kecepatan

yang sering digunakan menuju ke fishing ground yaitu 5-6 knot,

untuk posisi fishing ground yang ditujutergantung dengan

komunikasi Nakhoda dan kapal rombongan sehingga fishing ground

selalu berpindah-pindah. Dalam proses pelayaran menuju fishing

ground saya ikut membantu dalam proses melayarkan kapal. Untuk

posisi dan haluan yang dituju langsung di arahkan oleh Nakhoda

sesuai dengan fishing ground yang ingin dituju.

1.6.3. Kegiatan di fishing ground

Ketika sudah beradah di fishing ground, kapal berlabuh jangkar

dan langsung menurunkan attractor di buritan kapal. Ketika hari

mulai sore maka lampu sorot dan lampu luna maya di nyalakan

44
untuk menarik perhatian ikan sepuaya mendekati kapal sambil

mengamati fish finder.

a. Proses shooting

Proses shooting diawali dengan mematikan lampu sorot dan

lampu luna maya secara berurutan dari depan sampai belakang

dengan jeda 10-15 menit bertujuan agar ikan terkumpul di buritan

kapal. Setelah tersisa hanya lampu di buritan, maka lampu air di

turunkan dan dijaga oleh 2 orang untuk di ikat attractor dan di

lepasakan dari kapal.

Ketika attractor dan lampu air sudah terlepas dari kapal maka

kapal mengambil haluan untuk proses shooting dengan melihat arah

arus dan angin. Setelah kapal sudah berjarak kurang lebih 15 meter

dari lampu air dan rumpon maka jaring mulai di turunkan, diawali

dengan lampu tanda dan di susul oleh pelampung, pemberat, cincin

dan jaring sampai membentuk lingkaran.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 31. Proses Shooting

b. Proses hauling

poses hauling pada KM. Sido Tambah Rejeki meliputi :

45
 Pengangkatan pelampung tanda yang dilakukan oleh ABK yang bertugas

di haluan kapal, lalu orang kedua mengambil tali kerut dan langsung

membawa tali kerut tersebut ke ABK yang bertugas menggerakan mesin

takal (winch) yang berjumlah 2 orang ABK untuk dapat mengoperasikan

mesin takal ini dengan optimal.

 Setelah tali kerut sudah dinaikkan dan jaring sudah berbentuk kantong,

maka pelampung dan jaring langsung ditarik untuk dinaikkan ke atas

kapal.Penarikan jaring dilakukan hingga kebagian kantong, setelah itu

pelampung pada bagian kantong di ikat ke tali dewi-dewi yang bertujuan

mempermudah saat pengangkatan ikan. Pengangkatan ikan dilakukan

mengunakan scoop net dan ikan diletakan di atas deck.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 32. Penarikan jaring dan pengangkatan ikan

c. Penanganan hasil tangkapan

Penanganan yang dilakukan di KM. Sido Tambah Rejeki

meliputi :

46
 Tahap penyortiran ikan dilakukan berdasarkana ukuran dan jenis ikan

yang bertujuan agar mempermudah ketika membongkar dan menjual ikan,

karena harga ikan tergantung dengan jenis dan ukurannya.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 33. Proses sortir

 Tahap pencucian bertujuan menghilangkan kotoran-kotoran dan darah

ikan.

(Credit photo : Lukti, 2021)

Gambar 34. Proses pencucian

47
 Tahap penyusunan ikan ke nampan bertujuan untuk mempermudah

memasukan dan mengeluarkan ikan dari freezer.

(Credit Photo : Lukti, 2021)

Gambar 35. Penyusunan ikan di nampan

 Tahap pembekuan ikan didalam freezer.

(Credit photo :Lukti, 2021)


Gambar 36. Proses Pembekuan ikan

 Tahap pengemasan bertujuan untuk mempermudah saat pembongkaran


dan penyusunan ikan di palka.

48
(Credit photo : Lukti, 2021)
Gambar 37. Proses pengemasan dan penyimpanan

d. Jenis-jenis hasil tangkapan

Ikan yang memiliki nilai ekonomis tingih atau memiliki

hasil jual yang tingih.

Tabel 08. Jenis hasil tangkapan utama KM. Sido Tambah Rejeki
No Nama Indonesia Nama ilmiah
1 Tongkol Auxis thazard
2 Layang Decapterus ruseslli
3 Cakalang Katsuwonus pelamis
4 Kembung Rastrelliger
5 Sardin Sardina pilchardus
Sumber :KM. Sido Tambah Rejeki

Tabel 09. Hasil tangkapan sampingan KM. Sido Tambah Rejeki


No Nama Indonesia Nama ilmiah
1 Tenggiri Scomberomorus
2 Cumi-cumi Teuthida
3 Barakuda Sphyraena
Sumber :KM. Sido Tambah Rejeki

49
Tabel 10. Hasil tangkapan tidak terduga
No Nama Indonesia Nama ilmiah
1 Lumba lumba Delphinidae
Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki

Tabel 11. Data tangkapan per trip KM. Sido Tambah Rejeki
No Jumlah trip Jumlah hasil (Kg/ton)
1 Bulan pertama 8 ton
2 Bulan kedua 16 ton
3 Bulan ketiga 8 ton

Sumber : KM. Sido Tambah Rejeki

50
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

4.1. Simpulan
 Purse seine adalah alat tangkap yang berbentuk kantong trapesium
dilengkapi oleh pelampung, pemberat, cicin, tali ris atas dan bawah, tali
kerut serta selvage. Panjang jaring yaitu 400 meter terdiri dari badan jaring
panjangnya 100 meter, dan sayap jaring panjangnya 300 meter yang
terbagi atas sayap kanan 150 meter dan sayap kiri 150 meter, untuk dalam
jaring yaitu 112 meter dan bahan utama dari jaring ini adalah
polyamide/PA, jenis pelampung yang digunakan terbuat dari bahan sintetis
berupa busa plastik dan karet yang keras berbentuk oval, pemberat dari
timah yang jumlahnya 2650 buah, dan tali yang di gunakan yaitu berbahan
dasar Polietilena/PE yang terbagi diantaranya tali ris atas, bawa,
pelampung, pemberat dan tali kerut, untuk panjang tali kerut yaitu 450
meter.
 Teknik pengoperasian penangkapan ikan dengan menggunakan alat
tangkap purse seine, terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap persiapan,
penurunan attractor, pengumpulan ikan mengunakan cahaya lampu,
penurunan alat tangkap (shooting) untuk waktu yang ideal yaitu 04:50-
06:00 untuk lamanya proses shotting yaitu 3 menit dan kecepatan kapal
saat shooting 4-6 knot , penarikan alat tangkap (hauling) setelah proses
shooting selesai dan untuk hauling sendri terbagi atas dua bagian yaitu
penarikan tali kolor waktu yang dibutuhkan yaitu 5-10 menit jika tidak ada
kendala,sementara ada kendala bisa sampai 15 menit, dan penarikan isi
jaring sendiri tergantung pada hasil tangkapan yang ada didalam jaring
karena manarik isi jaring secara manual, mengangkat hasil tangkapan
mengunakan sibu-sibu (scoop net) ke atas kapal, dan melakukan
penanganan hasil tangkapan di atas kapal.

51
4.2. Saran

- Dalam pengoperasian alat tangkap purse seine sebaiknya dilakukan

secara teliti dengan memperhatikan arah datangnya angin, araharus, dan

faktor internal yang dapat mempengaruhi hasil tangkapan.

- Sebaiknya alat-alat navigasi pun harus diperlengkapi gunanya untuk

keselamatan berlayar.

- Sebaiknya alat keselamatan di atas kapal harus diletakan di tempat yang

strategis bukan ditempatkan di gudang.

- Sebaiknya taruna praktik diperbolehkan mengoperasikan alat bantu

penangkapan.

52
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penangkapan Ikan

53
Lampiran 2. Surat Persetujuan Berlayar

54
Lampiran 3. Ukur Dalam Negeri

55
Lampiran 4. Pas Besar

56
Lampiran 5. Daftar Anak Buah Kapal

57
Lampiran 6. Surat Izin Usaha Perikanan

58
Lampiran 7. Surat Laik Operasi Perikanan
59
Lampiran 8. Surat Keterangan Aktivasi Transmiter

60
61
DAFTAR PUSTAKA

Ardidja, S. (2010). Bahan Alat Penangkapan Ikan. Jakarta : STP PRESS Edisi 1

(satu). 189 hal.

Arso Martopo. (1992). Ilmu Navigasi. Universitas Diponegoro. Semarang.

Ayodhhyoa, A.U. (1981). Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sari. Bogor.

97 hal.

Baskoro, M.S, (2002). Metode Penangkapan Ikan. Diktat Pengajaran Kuliah

Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Bogor : Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 54 hal.

Ben Yami, (1999). Teori Penangkapan Ikan. Departemen pendidikan dan

Kebudayaan Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan.

Bramantiyo, Marjuki. (2016). Survei dan Pemetaan Menggunakan GPS.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Diniah, (2008). Pengenalan Perikanan Tangkap. Departeman Pemanfaatan

Sumberdaya Perikanan FPIK IPB. Bogor.

Hadiwiyoto, S, (1993). Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Penerbit Liberty,

Yogyaka.

Harahap. H. (2006). “ Optimisasi Perikanan Purse Seine Di Perairan Laut

Sibolga Provinsi Sumatra Utara.

Jungjunan O. (2009), Skripsi Simulasi Perhitungan Gaya Apung dan Gaya

Tenggelam Rumpon Laut Dalam di Perairan Selatan Pelabuhan Ratu

62
Kabupaten Sukabumi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor.

Karman, A. (2008). Pengembangan Perikanan Mini Purse Seine (Soma Pajeko)

Berbasis Rumpon di Sekitar Pulau Mayau Kota Ternate Provinsi

Maluku Utara. 119 hal.

Martasuganda S. (2004). Teknologi untuk Pemberdayaan Masyarakat Pesisir. Seri

Alat Tangkap Ikan. Jakarta : Departemen Kelautan dan Perikanan

Indonesia. 92 hal.

Mudztahid, A. (2011). Metode Penangkapan dan Alat Tangkap Pukat Cincin

(Purse Seine).

Mulyanto, (1995). Dasar-dasar Pengelolaan Sumberdaya Perairan. Sekolah

Tinggi Perikanan Jakarta. 121 hal.

Nainggolan, Chandra. (2007). Metode Penangkapan Ikan. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Peraturan Mentri Kelautan dan Perikanan No. 02 Tahun 2011 Tentang Jalur-jalur

Penangkapan ikan.

Rahardjo, B. 1978. Suatu Studi Pendahuluan tentang Hidrodinamika dari Purse

Seine. Karya Ilmiah. Istitut Pertanian Bogor. Fakultas Perikanan. 114

hal.

Santoso, dan Bawole, (2014). Teknik Pengoperasian Alat Tangkap Purse

SeinePada Kapal Timur Laut 00.

Sudirman, dan Mallawa, (2012). Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta. Jakarta.

63
Sudirman. (2013). Mengenal Alat dan Metode Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.

Jakarta.

Suharno, (2010). Dasar-Dasar Kebijakan Publik (kajian proses dan analisis

kebijakan). Yogyakarta, UNY Press.

Sunarman dan Murniyati, AS. (2000). Pendinginan, Pembekuan dan Pengawetan

Ikan. Kanisius. Jakarta.

Syofyan, I. (1996). Konstruksi dan Rancangan Alat Tangkap Drift Gillnet (Jaring

Insang Hanyut) Untuk Menangkap Ikan Senangin (Polynemus

tetradactilus) di Perairan Selat Berhala Riau. Skripsi. Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru. 62 hal

(tidak diterbitkan).

Usemahu, A. R, dan Tomasila, L. A. (2003). Teknik Penangkapan Ikan. Pusat

Pendidikan dan Penelitian Perikanan. Jakarta.

Von Brandt, A. (2005). Fish Catching Methods of the Word 4th Edition. O

Gabriel, K Lange, E Dahm and T Wendt, Editors. England : Blackwell

Publishing. 523 hal.

Winarno dan Jenie, B. S. L. (1982). Kerusakan Bahan Pangan dan Cara

Pencegahannya. Bogor. Ghalia Indonesia.

Yusfiandayani R. (2004). Studi tentang mekanisme berkumpulnya ikan pelagis

kecil di sekitar rumpon dan pengembangan perikananya di Perairan

Pasauran, Provinsi Banten. (Disertasi). Bogor : Institut Pertanian

Bogor.

64
65

Anda mungkin juga menyukai