Anda di halaman 1dari 26

PRAKTEK KERJA LAPANG 1

PENANGANAN HASIL TANGKAPAN KAPAL PURSE SEINE


DI PT.HASIL LAUT SEJATI BATAM KM,SUMBER NATUNA

Oleh:
Ari gunawan
20.1.09.008

PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP POLITEKNIK KELAUTAN DAN


PERIKANAN DUMAI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2022

i
PERNYATAAN MENGENAI PRAKTIK DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul “PENANGANAN
HASIL TANGKAPAN DIKAPAL PURSE SEINE” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi dan pihak manapun.
Sumber informasi yang berasal atau kutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan
maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir laporan ini.

Dumai, Juli 2022

Ari gunawan
20.1.09.008
PRAKTEK KERJA LAPANG 1
PENANGANAN HASIL TANGKAPAN KAPAL PURSE SEINE
DI PT.HASIL LAUT SEJATI BATAM KM,SUMBER NATUNA

Oleh:
Ari gunawan
20.1.09.008

PROGRAM STUDI PERIKANAN TANGKAP POLITEKNIK KELAUTAN DAN


PERIKANAN DUMAI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : PENANGANAN HASIL TANGKAPAN KAPAL PURSE SEINE DI
PT.HASIL LAUT SEJATI BATAM KM,SUMBER NATUNA
Nama : ARI GUNAWAN
NIT : 20.1.09.008
Tanggal Ujian :

Diketahui oleh Ketua Disetujui oleh Dosen


Program Studi Perikanan Pembimbing
Tangkap

Roma Yuli F Hutapea, S.Pi, M.Si Rangga bayu kusuma haris S.St.Pi,
M.Si
NIDN. 3908079001 NIDN.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga laporan Praktek Kerja Lapangan 1 Penanganan Hasil Tangkapan
Kapal Purse seine di PT. Hasil Laut Sejati Batam km,Sumber Natuna ini dapat diselesaikan
tepat pada waktu yang ditentukan. Praktek Kerja Lapangan 1 yang berlangsung dari
tanggal 18 Juni sampai dengan tanggal 11 Juli 2022 yang dilaksanakan di Pelabuhan
Perikanan BATAM.
Pembuatan laporan Praktek Kerja Lapangan 1 ini tidak terlepas dari peran serta
berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin megucapkan terima kasih
kepada yang terhormat :
1. Dr. Yaser Krisnafi, S.St.Pi, M.T selaku Direktur perguruan Tinggi
Politeknik Kelautan Dan Perikanan Dumai
2. Rangga Bayu Kusuma Haris S.St.Pi, M.Si sebagai dosen pembimbing
3. Roma Yuli F Hutapea, S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Perikanan
Tangkap
4. Kepala dan beserta Staff Pegawai Pelabuhan Perikanan Batam.
5. Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian kegiatan Praktik Kerja
Lapang 1 ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan dan dari kata
sempurna. Untuk itu, penulis berharap untuk memberikan kritik dan saran demi
kesempurnaan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.

Dumai, Juli 2022

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................iii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................iii
I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Tujuan.........................................................................................................2
1.3 Manfaat.......................................................................................................2
II METODOLOGI..........................................................................................2
2.1Waktu dan Tempat.......................................................................................2
2.2Alat dan Bahan............................................................................................2
2.3 Metode Pengumpulan Data.........................................................................3
2.3.1 Jenis data......................................................................................
2.3.2 Analisis data.................................................................................
2.4 Prosedur Kerja...........................................................................................3
III HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................3
3.1 Penanganan Ikan di Atas kapal...................................................................
3.2 Daerah penangkapan...................................................................................
3.3 Spesifikasi alat tangkap purse seine...........................................................
IV PENUTUP..................................................................................................4
5.1 Kesimpulan.................................................................................................4
5.2 Saran...........................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................5
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Alat dan Bahan .............................................................................................
Tabel 2 Data kapal ....................................................................................................
Tabel 3 Titik koordinat daerah penangkapan.............................................................
Tabel 4 Spesifikasi alat tangkap purse seine..............................................................
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


PT. Hasil Laut Sejati (HLS) adalah salah satu perusahaan yang terletak di Jembatan 2,
Batam, Kepulauan Riau, Indonesia. PT. Hasil Laut Sejati (HLS) mempunyai 11 kapal purse
seine dengan gross tonage (GT) 150 ke atas yang beroperasi di perairan Natuna dengan setrip
pengoperasian memakan waktu 25 hingga 30 hari. Perairan Natuna adalah perairan yang terletak
di WPP 711 yaitu Laut Karimanta, Laut Natuna dan Laut Cina Selatan yang memiliki potensi
ikan pelagis yang besar, sehingga membuat banyak nelayan purse seine dari luar Natuna
melakukan penangkapan ikan di perairan Natuna. Salah satunya adalah PT. Hasil Laut Sejati
(HLS) yang melakukan kegiatan penangkapan di perairan Natuna. Perairan Natuna merupakan
perairan yang sangat kaya akan ikan pelagis baik pelagis kecil maupun pelagis besar. Sehingga
alat tangkap purse seine sangat cocok untuk dioperasikan di perairan Natuna.
Purse Seine adalah alat penangkap ikan dari jaring yang dioperasikan dengan cara
melingkari gerombolan ikan hingga alat tangkap berbentuk seperti mangkok atau setengah
lingkaran pada proses akhir penangkapan ikan. Dalam pengoperasianya purse seine terbagi atas
3 tahap yaitu penurunan alat tangkap (setting), penarikan badan jaring (hauling), penaikan hasil
tangkapan. Purse seine adalah alat tangkap yang efektif untuk menangkap ikan-ikan pelagis yang
bersifat bergerombol dan hidup di dekat permukaan.
Purse seine merupakan salah satu alat penangkapan ikan yang paling efektif karena dapat
memperoleh hasil tangkapan yang besar, sehingga kalau di kelola dengan baik akan memberikan
keuntungan yang sangat besar. Keberhasilan proses setting dan hauling sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti kecepatan melingkar jaring, kecepatan tenggelam pemberat, serta
kecepatan penarikan tali kolor dimana faktor-faktor ini dapat mempengaruhi tingkat efisiensi
serta keberhasilan pengoperasian alat tangkap purse seine.
I.2 Tujuan
Tujuan dari kerja praktik akhir ini adalah :
1. Mengetahui teknik pengoperasian alat tangkap purse seine.
2. Mengetahui alat bantu penangkapan ikan di KM. Sumber Natuna, dan
3. Mengetahui jenis ikan hasil tangkapan di KM. Sumber Natuna.
I.3 Manfaat
Manfaat dari kerja praktik akhir ini adalah
1. Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan penulis tentang teknik pengoperasian
alat tangkap purse seine di KM. Sumber Natuna
2. Sebagai penunjang pengembangan ilmu pengetahuan serta pemahaman taruna/i
politeknik kelautan dan perikanan dumai yang berkaitan dengan teknik
pengoperasian alat tangkap purse seine
3. Meningkatkan pengetahuan tentang spesifikasi alat tangkap purse seine di KM.
Sumber Natuna.
BAB 2 METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat


Kegiatan praktik kerja lapang 1(PKL) ini dilaksanakan selama 2 bulan dari tanggal 18
juni – 10 juli 2022 di PT. Hasil Laut Sejati (HLS), Kota Batam, provinsi Kepulauan Riau.praktik
kerja lapang (PKL) ini dilaksanakan dengan mengikuti 2 trip pengoperasian di KM. Sumber
Natuna di WPP 711 yaitu perairan Selat Karimata, Laut Natuna, dan Laut China Selatan.
Gambar 3. Lokasi praktik di wpp 711
Sumber: Krisnafi et al. 2017

2.2 Alat Dan Bahan


Alat yang digunakan dalam kegiatan Praktik kerja lapang 1 (PKL) ini disajikan pada
tabel 1 dibawah ini.
Tabel 1. Alat dan bahan praktik kerja lapang 1 (PKL)
Alat dan Bahan Kegunaan
Alat Tulis Mencatat data
Handphone Alat dokumentasi
1 unit kapal purse seine Tempak praktik
1 unit alat tangkap purse seini Alat penangkap ikan
Buku jurnal harian Data primer di lapangan
Buku panduan praktik Buku petunjuk penulisan laporan
Sumber : Data Pribadi 2022

2.3 Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam praktik kerja lapang 1(PKL) ini yaitu
dengan cara observasi dan wawancara. Observasi dilakukan dengan cara mengamati secara
langsung proses pengoperasian alat tangkap purse seine sampai pengoperasian selesai.
Wawancara dilakukan secara langsung ke ABK kapal.
 Observasi
Observasi yaitu pengamatan terhadap suatu proses yang bertujuan untuk memahami dan
mengambil data yang didapat. Pengertian lainya, Observasi merupakan kegiatan mencatat apa
yang dilihat, didengar, atau dirasakan, tanpa memasukan pendapat dari masyarakat atau objek
penelitian (Suyitno, 2018). observasi dilakukan saat melakukan pengoperasian purse seine
sambil membantu para nelayan untuk melakukan setting dan hauling.
 Wawancara
Wawancara adalah suatu metode pengambilan data yang dilakukan dengan cara
berkomunikasi secara langsung dengan yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Suyitno (2018) yaitu wawancara adalah cara pengambilan data yang dilakukan secara lisan
dalam bentuk struktur maupun tidak. Wawancara dilakukan ketika sedang tidak melakukan
pengoperasian dengan cara menanyakan kepada salah satu Anak Buah Kapal (ABK) atau Kapten
kapal.

2.3.1 Jenis data


Jenis data yang diambil pada pelaksanaan Praktik kerja lapang 1 (PKL)ini adalah data
primer dan data sekunder. Data primer diambil dengan melakukan pengamatan (observasi) dan
wawancara langsung dengan Anak Buah Kapal (ABK) dan kapten kapal. Data yang diperoleh
melalui observasi dan wawancara secara langsung meliputi Lama waktu setting, Lama penarikan
tali kerut, Daerah pengoperasian (fishing ground), Jenis ikan hasil tangkapan, Spesifikasi kapal
dan mesin kapal. Data Sekunder adalah jenis data yang diperoleh dari instansi terkait yaitu pihak
PT. Hasil Laut Sejati (HLS). Data yang didapat dari PT. Hasil Laut Sejati (HLS) adalah Surat
Keterangan Berlayar (SKB) dan pengisian lama berlayar pada buku pelaut.
2.3.2 Analisis Data
Analisis data merupakan proses menganalisa atau mengolah data menjadi sebuah
informasi. Analisis data yang digunakan pada pelaksanaan praktik kerja lapang 1(PKL) ini
adalah deskriptif kualitatif
 Analisis Deskriptif Kualitatif
Analisis deskriptif kualitatif merupakan teknik analisis data yang mana data yang telah
dikumpulkan kemudian dideskriptifkan tanpa dilakukannya generalisasi. Analisis ini digunakan
dalam pengumpulan data, penyajian, penentuan nilai-nilai statistika, pembuatan diagram atau
gambar mengenai sesuatu hal. Penyajian dalam bentuk yang lebih mudah dipahami atau dibaca
(Nasution, 2017). Penyajian data yang dibuat dalam pelaksanaan praktik kerja lapang 1 (PKL)
ini adalah penyajian data dalam bentuk tabel.
2.4 Prosedur Kerja
Prosedur kerja adalah suatu rangkaian dari tata kerja yang saling berhubungan satu
dengan yang lainnya, dimana adanya suatu urutan tahapan dan jalan yang harus ditempuh dalam
rangka menyelesaikan suatu bidang tugas. Rencana Prosedur Praktik kerja lapang 1 (PKL) yang
dilakukan di KM. Sumber Natuna adalah sebagai berikut:
a) Tahapan persiapan Melakukan pendataan persiapan operasional penangkapan kapal purse

seine yang meliputi, Persiapan di darat yaitu: dokumen kapal, bahan makan ABK, BBM,
oli, es, air bersih, dll. Persiapan di laut : mengatur posisi alat tangkap, posisi ABK, posisi
tempat penyimpanan ikan (palka), posisi mesin bantu penangkapan, dll.
b) Pencarian (searching) daerah penangkapan (fishing ground) Melakukan pencarian daerah
penangkapan (fishing ground) dengan menggunakan alat bantu penangkapan modern
fish finder dan mencatat posisi atau titik koordinat daerah penangkapan (fishing ground)
yang sudah didapat.
c) Penurunan alat tangkap (setting) Setelah mendapatkan fishing ground untuk penurunan
jaring nelayan mempersiapkan segala peralatan. Setting diawali dengan penurunan tali
pelampung tanda dilepas dari tumpukan jaring keperairan hingga mengapung di perairan.
Setelah itu diturunkan pelampung disusul dengan penurunan jaring pemberat, dan cincin,
sehingga bagian jaring mengikuti turun bersamaan dengan tali kerut yang sudah tertata,
bergerak melingkari terus sampai selesai disusul yang belakang kantong hingga menarik
tali kerut hingga membentuk setengah lingkaran.
d) hauling atau penaikan alat tangkap merupakan proses penaikan alat tangkap ditandai
dengan tali kerut, cincin dan pemberat mulai dinaikkan keatas kapal dengan
menggunakan bantuan gardan Setelah tali kerut, cincin dan pemberat naik keatas kapal
lalu jaring ditarik oleh ABK hingga ikan berkumpul, kemudian ikan hasil tangkapan
dinaikkan keatas kapal.
e) Penaikan hasil tangkapan adalah tahap terakhir, penaikan hasil tangkapan menggunakan
alat bantu yang disebut dengan serok.
f) Umumnya operasi penangkapan purse seine dilakukan pada malam hari sehingga
memerlukan lampu (Light Fishing) sebagai alat bantu penerangan pada saat operasi
penangkapan. Dalam kegiatan ini data yang diambil adalah jumlah lampu (Light Fishing)
yang digunakan, dan jumlah kekuatan cahaya yang diperlukan selama proses
penangkapan.
Hasil tangkapan alat tangkap Purse seine Untuk menentukan hasil tangkapan utama (HTU) dan
hasil tangkapan sampingan (HTS) dilakukan dengan cara pengambilan data berdasarkan jenis
ikan, dan berat ikan. Prosedur kerja saat pengoperasian pada KM. Sumber Natuna disajikan pada
Gambar 5.

Kapal purse seine

persiapan

Persiapan alat tangkap


Penurunan alat tangkap (Setting)

Penarikan jaring

Gambar 4. Prosedur kerja saat pengoperasian pada KM. Sumber Natuna


Sumber: data pribadi
BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Data Kapal


Kapal purse seine аdаlаh kapal уаng secara khusus dirancang dan dibangun untuk
digunakan menangkap ikan dеngаn alat tangkap Jenis purse seine atau ѕеrіng juga disebut pukat
cincin, sekaligus menampung, menyimpan, mendinginkan dan mengangkut hasil tangkapannya.
Kapal purse seine merupakan kapal уаng khusus dioperasikan untuk menangkap ikan jenis
pelagis уаng ѕеlаlu bermigrasi dalam bentuk bergerombol,seperti ikan layang, ikan selar, ikan
tongkol, dan kembung. Kapal yang digunakan pada Praktik Kerja lapang 1 (PKL 1) ini adalah
KM. Sumber Natuna yang merupakan salah satu kapal di PT. Hasil Laut Sejati.
KM. Sumber Natuna adalah tipe kapal penangkap ikan yang menggunakan alat tangkap
purse seine dalam kegiatan penangkapan ikan di laut yang berukuran 186 GT, dengan
mempunyai 10 buah palka ikan, 1 buah robot (power block), material kapal terbuat dari kayu
dan fiber dan dibuat pada tahun 2004. KM. Sumber Natuna menggunakan mesin diesel merk
Nissan dengan daya HP 350 PK sebagai penggerak utama kapal dengan kekuatan mesin tersebut
membuat KM. Sumber Natuna mampu berolah gerak dengan baik pada saat melakukan
pelingkaran alat tangkap purse seine saat pengoperasiannya. Spesifikasi kapal KM. Sumber
Natuna terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi KM. Sumber Natuna
Uraian Spesifikasi
Nama kapal KM. Sumber Natuna
Pemilik kapal PT. Hasil Laut Sejati
Nama nakhoda Ruslan Diah
Tanda selar BATAM/GT 186 No.7042/PPm
Material kapal Kayu dan Fiber
Tahun pembuatan 2004
Tempat pembuatan Tanjung balai (A)
Ukuran
LOA 25,63 meter
Lebar kapal 9,43 meter
Draft 3,70 meter
Sumber: Data Pribadi 2022

Gambar 5. KM. Sumber Natuna


Sumber: Dokumentasi Pribadi 2022
3.2 Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Daerah penangkapan ikan (fishing ground) KM. Sumber Natuna adalah di perairan
Natuna pulau Anambas. Sebelum dilakukan operasi penangkapan, pada daerah penangkapan ini
tuasan atau pelampung tanda rumpon telebih dahulu, Kemudian tali rumpon diikat dan
dijatuhkan kedalam perairan laut.Pemasangan rumpon dilakukan pada pukul 17.00 Wib dan
diangkat pada pukul 02.00 Wib. Lama pemasangan rumpon ini lebih kurang dari 10 sampai 12
jam, setelah itu dilakukan operasi penangkapan.
Rumpon itu Fish Aggregating Device (FAD) adalah salah satu jenis alat bantu
penangkapan ikan yang dipasang dilaut, baik laut dangkal maupun laut dalam. Pemasangan
tersebut dimaksudkan untuk menarik gerombolan ikan agar berkumpul disekitar rumpon,
sehingga ikan mudah ditangkap. Rumpon perairan dalam alat bantu penangkapan ikan yang
dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman diatas 200-4000 meter.
Ramalan Berdasarkan dalam M.D (2019).
Terdapat 16 titik koordinat sebagai daerah penangkapan KM. Sumber Natuna yaitu sebagai
berikut.
Tabel 3. Titik koordinat derah penangkapan KM. Sumber Natuna.
No Rumpon Lintang Bujur
1 Rumpon 1 03⁰02.990⁰LS 106⁰18.528⁰BT
2 Rumpon 2 02⁰.58.718⁰LS 106⁰19.209⁰BT
3 Rumpon 3 02⁰55.420⁰LS 106⁰19.511⁰BT
4 Rumpon 4 02⁰53.322⁰LS 106⁰19.615⁰BT
5 Rumpon 5 02⁰.59.890⁰LS 106⁰21.127⁰BT
6 Rumpon 6 02⁰57.248⁰LS 106⁰27.392⁰BT
7 Rumpon 7 02⁰53.890⁰LS 106⁰27.097⁰BT
8 Rumpon 8 02⁰51.023⁰LS 106⁰26.081⁰BT
9 Rumpon 9 02⁰48.253⁰LS 106⁰26.017⁰BT
10 Rumpon 10 02⁰45.359⁰LS 106⁰25.772⁰BT
11 Rumpon 11 02⁰55.585⁰LS 106⁰31.673⁰BT
12 Rumpon 12 02⁰52.697⁰LS 106⁰31.556⁰BT
13 Rumpon 13 02⁰54.358⁰LS 106⁰35.468⁰BT
14 Rumpon 14 02⁰51.907⁰LS 106⁰35.892⁰BT
15 Rumpon 15 02⁰54.908⁰LS 106⁰34.893⁰BT
16 Rumpon 16 02⁰49.416⁰LS 106⁰36.110⁰BT
Sumber: Data pribadi 2022.

Ayhodya (1981) mengatakan bahwa syarat umum daerah penangkapan dengan alat
tangkap purse seine adalah ikan pelagis yang begerombol dan dekat permukaan air laut.Jika
ikan-ikan belum terkumpul pada suatu penangkapan (cachtable area) atau diluar kemampuan alat
tangkap jaring, maka harus diusahakan agar ikan datang dan berkumpul dengan cara
menggunakan bantuan cahaya, rumpon dan lain-lain.
Sadhori (1984) mengatakan bahwa syarat umum daerah penagkapan dengan alat tangkap
purse seine yaitu: densitas ikan pelagis tinggi dan padat, arus daerh tersebut teratur dan satu arah
serta tidak deras/kuat kecepatannya, kedalaman parairan lebih dalam dari pada ikan target.
3.3 Spesifikasi Alat Tangkap Purse Seine
Purse seine atau biasanya disebut jaring kantong adalah alat penangkap ikan dari jaring
yang dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat tangkap berbentuk
seperti mangkok atau setengah lingkaran pada proses akhir penangkapan ikan. Digunakan untuk
menangkap ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar. Konstruksi alat tangkap purse seine yang
terdapat di KM. Sumber Natuna yaitu sayap jaring, badan jaring, kantong jaring, pelampung,
pemberat, cincin, serampat atau selvedge, tali kerut, tali ris atas, tali ris bawah dan pelampung
tanda. Spesifikasi alat tangkap purse seine pada KM. Sumber Natuna terdapat pada tabel 4.
Tabel 4. Spesifikasi alat tangkap purse seine pada KM. Sumber Natuna
Uraian Spesifikasi
Bahan bagian badan jarring Polyethylene (PE) 0,6 & 0,9 mm
Bahan sayap jaring Polyethylene (PE) 0,6 & 0,9 mm
Bahan kantong jaring Polyethylene (PE) 0,30 mm
Ukuran mata jaring 2 inch/ 24 mm
Panjang alat tangkap 500 meter
Dalam alat tangkap 125 meter
Tali ris atas dan tali pelampung Polyethylene (PE) 16 mm. 540 m
Tali ris bawah dan tali pemberat Polyethylene (PE) 16 mm. 540 m
Bahan pelampung Polivynil cloride (PVC) 1500 buah
Bahan pemberat Timah (pb) 750 buah
Cincin Besi putih 117 buah
Jarak antara cincin 4 meter
Jenis atau panjang tali cincin Polyethylene (PE) 16 mm/100 cm
Tali kerut Polyethylene (PE) 30 mm
Sumber: data pribadi 2022
1. Jaring (Webbing)
KM. Sumber Natuna menggunakan jaring berbahan Polyethylene (PE) dengan mesh size
2 inchi dengan diameter benang 0,6 mm. Dengan panjang total webbing adalah 500 meter,
kedalaman alat tangkap 125 meter dari permukaan laut. Webbing terbagi menjadi beberapa
bagian yaitu badan jaring, sayap jaring dan kantong jaring.
a. Sayap (wing  )
Jaring pada bagian sayap berfungsi sebagai penggiring gerombolan ikan ke bagian badan
jaring yang nantinya akan diteruskan oleh badan jaring kebagian kantong. Bahan
jaring bagian sayap terbuat dari benang poliyamide (PA) No.210 D/6 berwarna biru muda
dengan ukuran mata jaring 1 inch.
b. Badan (Webbing)
Badan jaring berfungsi sebagai penggiring gerombolan ikan agar ikan berkumpul pada
bagian akhir yaitu pada bagian kantong jaring. Bahan yang digunakan pada
bagian badan jaring yaitu poliyamide (PA) No.210 D/9 berwarna biru muda dengan ukuran mata
jaring 1 inch.
c. Kantong (Bunt )
Jaring kantong (bunt) merupakan tempat berkumpulnya ikan pada saat proses
penangkapan berlangsung, terletak dibagian kiri jaring badan. Bagian kantong akan memberikan
tekanan beban lebih, sehingga mempunyai ukuran benang yang lebih tebal dibandingkan bagian
yang lain. Jaring kantong terbuat dari benang karet No.380
(D/12) berwarna hitam. Ukuran mata jaring bagian kantong 1 inch dan berada pada ujung jaring.
Dapat dilihat pada gambar 7 dibawah ini;
Gambar 6. Kantong
Sumber: dokumentasi pribadi 2022

2. Serampat (Selvadge)
Jaring serampat dipasang pada seluruh bagian yang menyambungkan tali temali dengan
jaring utama agar jaring utama tidak cepat rusak pada saat pengoperasian alat tangkap (Sabe et
al., 2021). Bagian pinggir jaring yang dibuat dengan bahan benang lebih tebal berfungsi sebagai
penguat. Menurut letaknya disebut serampat atas, serampat bawah dan serampat samping.
Selvadge terbuat menggunakan benang polyethylene (PE No.380 D/12) berwarna hitam.
Ukuran mata jaring pada serampat 1 inch sebanyak 25 mata jaring ke bawah untuk
menghubungkan dari tali ris atas atau tali ria bawah ke bagian jaring.
3. Pelampung (Float)
Pelampung yang digunakan di KM. Sumber Natuna ini terbuat dari bahan Polivynil
cloride berbentuk seperti tabung oval dengan panjang 25 cm, lebar 12 cm dan berjumlah 1500
buah pelampung. Pelampung berfungsi untuk menahan atau mengapungkan jaring agar tidak
tenggelam di air.
Gambar 7. Pelampung
Sumber: Dokumentasi pribadi 2022

4. Pemberat (Sinker)
Pemberat di KM. Sumber Natuna terbuat dari timah dengan panjang 7 cm, lebar 2,5 cm
dan berjumlah 750 buah pemberat. Pemberat berfungsi mempercepat penenggelaman jaring ke
dasar laut sehingga ikan tidak bisa meloloskan diri secara horizontal.

Gambar 8. Pemberat
Sumber: dokumentasi pribadi 2022
5. Cincin (Ring)
Berfungsi untuk membentuk jaring seperti mangkok atau setengah lingkaran sehingga
ikan terkurung dan tidak bisa meloloskan diri. Cincin atau ring biasanya tebuat dari besi
berbentuk lingkaran dimana bagian tengahnya tempat untuk lewatnya tali kerut agar cincin
terkumpul sehingga jaring bagian bawah tertutup dan membentuk seperti mangkok, Cincin juga
berfungsi sebagai pemberat. Pada kapal KM. Sumber Natuna cincin (ring) berdiameter 22 cm,
tebal 1,7 cm, berat 2 kg, berjumlah 117 buah cincin, dengan jarak antara cincin 4 meter dan
panjang tali cincin 1 meter.

Gambar 9. Cincin
Sumber: dokumentasi pribadi 2022

6. Tali Ris Atas dan Tali Ris Bawah


Tali ris atas dan tali ris bawah pada KM. Sumber Natuna berbahan Polyethylene (PE)
dengan ukuran 16 mm dan panjang 540 meter. Tali Ris Atas berfungsi untuk menggantungkan
badan jaring dan tempat mengikatkan pelampung. Tali ris bawah berfungsi untuk tempat
mengikatkan pemberat dan juga menghubungkan pemberat dengan badan jaring.
7. Tali Kerut atau Tali Kolor
Tali kerut atau tali kolor adalah tali yang berfungsi untuk mengumpulkan cincin sehingga
bagian bawah jaring tertutup dan ikan tidak bisa meloloskan diri. Tali kerut ini merupakan tali
yang berukuran paling besar dari tali lainya karena tali kerut memerlukan kekuatan yang besar
saat penarikan jaring. Pada KM. Sumber Natuna tali kerut memiliki panjang 600 meter,
berdiamter 10 cm.
Gambar 10. Tali kerut atau tali kolor
Sumber: dokumentasi pribadi 2022

8. Pelampung Tanda
Berfungsi untuk mengetahui posisi awal penurunan alat tangkap. pelampung tanda
memiliki tali pelampung yang berfungsi sebagai penghubung antar pelampung tanda dengan alat
tangkap. Pada KM. Sumber Natuna pelampung tanda terbuat dari busa dipotong kotak kemudian
di bungkus dengan jaring agar lampu torpedo bisa menempel di busa. Panjang pelampung tanda
di KM. Sumber Number yaitu 40 X 80 cm

Gambar 11. Pelampung tanda


Sumber: Dokumentasi pribadi 2022
3.4 Penanganan Ikan diatas Kapal
Kegiatan penanganan hasil tangkapan yang dilakukan pada KM Sumber natuna adalah
sebagai berikut :
 Setelah ikan diangkat dari pukat lalu diletakkan diatas palka kapal untuk dipilih
berdasarkan jenisnya.
 Setelah ikan dipilih, lalu dimasukkan kedalam kaleng.
 Selanjutnya ikan yang dimasukkan kedalam kaleng tersebut dipindahkan kedalam
ruangan pembeku ikan.
 Setelah itu ikan yang dibekukan selama kurang lebih 10 jam dikeluarkan dari ruangan
pembeku.
 Lanjut dengan dimasukkan kedalam plastik ikan.
 Setelah itu dimasukkan kedalam palka dan disusun rapi.
Kualitas ikan yang ditangkap tergantung dari metode dan keterampilan seorang nelayan
dalam melakukan penannganan ikan di atas kapalmenyatakan khusus terhadap hasil tangkapan
ikan yang dilaut atau didaratkan diperlukan penangann yang baik karena ikan cepat busuk. Pada
saat jaring diangkat, ikan akan terkumpul didalam kantong jaring yang di tandai dengan
pelampung berwarna kuning. Ikan akan di angkat keatas kapal dengan serok yang dibantu
dengan roll gardan dan langsung di masukkan kedalam palkah.(E.Lubis,2010)
Sebelum ikan dimasukkan kedalam palkah, dimasukkan terlebih dahulu ikan kedalam
ruangan pembeku ikan (ABF).ABF berfungsi sebagai pembeku ikan agar mutu ikan dapat
dipertahankan dan memperlambat terjadinya pembusukan pada ikan. Seluruh ikan akan
dimasukkan kedalam palkah dan disusun dengan rapi. Perlakuan seperti ini akan berlangsung
terus–menerus guna menjaga suhu tubuh ikan tetap dalam suhu yang rendah.Kesegaran ikan
yang baru saja mati berada dalam tingkat yang maksimum artinya kesegaran ikan tidak dapat
ditingkatkan lagi dan hanya dapat dipertahankan melalui penerapan prinsip penanganan yang
baik dan benar.
BAB 4 PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktik lapang ini adalah:
1. Terdapat beberapa tahap dalam kegiatan pengoperasian alat tangkap ikan seperti
menemukan kawanan ikan yang ada sekitar rumpon menggunakan bantuan lampu atau
cahaya, melakukan setting dan hauling.
2. Ikan hasil tangkapan utama pada KM. Sumber Natuna adalah ikan pelagis yang memiliki
harga ekonomis yang tinggi seperti ikan layang (Decapterus) sebanyak 21.007 kg dengan
proporsi sebesar 92,586 %, Selar (Selaroides Leptolepis) 234 kg dengan proporsi sebesar 1,031
% dan hasil tangkapan sampingan (HTS) terdiri dari jenis ikan Tongkol (Euthynus Affmis)
sebanyak 575 kg dengan proporsi sebesar 2,534 %, Cumi-Cumi (Loligo) sebanyak 873 kg
dengan proporsi sebesar 3,847 %.

4.2 Saran
Saran yang dapat diberikan yaitu alat keselamatan kerja pada KM. Sumber Natuna
kurang memadai, seperti sepatu safety, sarung tangan, helm, baju keselamatan atau wearpack.
Hanya beberapa ABK saja yang memakai alat keselamatan kerja yang lengkap. untuk itu
diharapkan pihak perusahaan lebih memperhatikan alat keselamatan kerja di kapal.
DAFTAR ISI

Perairan, D. I., Lhokseumawe, P., & Yahya, M. F. (2019). On Board Observer Pada Kapal
Purse Seine Teri. 17, 45–51.
Muhammad, M. (2017). Analisis Efisiensi Dan Efektifitas Operasi Kapal Purse Seine Di
Pelabuhan Perikanan Nusantara Ternate Provinsi Maluku Utara. Agrikan: Jurnal Agribisnis
Perikanan, 10(1), 8. Https://Doi.Org/10.29239/J.Agrikan.10.1.8-21

Sudirman, H., & Mallawa, A. (2012). Teknik Penangkapan Ikan (Edisi Revisi). Jakarta (Id):
Rineka Cipta.
Wibowo, I. (2017). Analisis Rantai Distribusi Ikan Hasil Tangkapan Dengan Menggunakan Alat
Tangkap Cantrang Dan Purse Seine Di Pelabuhan Perikanan Pantai Mayangan Kota
Probolinggo. Universitas Brawijaya
Yanis, M., Marwan, C., & Miswar, E. (2018). Pengaruh Waktu Lingkar Alat Tangkap Pukat
Cincin (Purse Seine) Terhadap Hasil Tangkapan Di Perairan Sawang Ba’u, Aceh Selatan.
Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kelautan Perikanan Unsyiah, 3(2).

Zulpita, N. I. M. (2013). Analisis Usaha Perikanan Pukat Cincin di Ppi Ujong Baroh Kecamatan
Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. Universitas Teuku Umar Meulaboh.
Sabe, Y., Minggo, Y. D. B. R., & Dhengi, S. (2021). Karakteristik Alat Tangkap Pukat Cincin
(Purse Seine) Di Pangkalan Pendaratan Ikan (Ppi) Alok, Kecamatan Alok Kabupaten Sikka.
Aquanipa-Jurnal Ilmu Kelautan Dan Perikanan, 3(2).

Sarwanto, C., Wiyono, E. S., Nurani, T. W., & Haluan, J. (2014). Kajian Sistem Pemasaran Ikan
Hasil Tangkapan Nelayan Di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Diy. Jurnal Sosial Ekonomi
Kelautan Dan Perikanan, 9(2), 207–217.
Silitonga, C., Isnaniah, & Syofyan, I. (2017). Studi Konstruksi Alat Tangkap Pukat Cincin (Purse
Seine) Di Pelabuhan Perikanan Nusantara (Ppn) Sibolga Kelurahan Pondok Batu Kota
Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Perikanan Dan Ilmu
Kelautan Universitas Riau, 4(1), 1–11.

Anda mungkin juga menyukai