Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PENELITIAN SKRIPSI

PRODUKTIVITAS BAGAN TANCAP (LIFT NET)


DI PERAIRAN DESA BETUNG KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU

Oleh :
SITI FATIMAH
1710713220024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2021
LAPORAN PENELITIAN SKRIPSI
PRODUKTIVITAS BAGAN TANCAP (LIFT NET)
DI PERAIRAN DESA BETUNG KECAMATAN KUSAN HILIR
KABUPATEN TANAH BUMBU

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi Pada


Fakultas Perikanan Dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

Oleh :
SITI FATIMAH
1710713220024

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2021
ABSTRAK

Siti Fatimah Program Studi Perikanan Tangkap, Produktivitas Bagan


Tancap Di Perairan Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah
Bumbu di bawah bimbingan Siti Aminah, sebagai ketua dan Aulia Azhar Wahab,
sebagai anggita pembimbing.

Produksi bagan tancap tidak dapat dipastikan karena bagan pada musim,
kondisi oseanografi, biologi ikan dan berbagai faktor yang saling berinteraksi,
tujuan penelitian ini yaitu, Mendeskripsikan alat tangkap bagan tancap yang
dioperasikan di perairan desa Betung, Mengetahui manajemen operasi alat
tangkap bagan tancap yang doperasikan di perairan Desa Betung, Mengetahui
komposisi dan proporsi hasil tangkapan bagan tancap di perairan Desa Betung,
Mengetahui produktvitas bagan tancap di perairan Desa Betung. Penelitian ini
dilaksanakan pada bulan April di Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten
Tanah Bumbu, Metode yang digunakan ikut serta dalam pengoperasian bagan
tancap selama 10 Trip. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bagan tancap
memiliki komponen rumah bagan, jaring (waring), roller, genset lampu.
Manajemen operasi alat tangkap bagan tancap dimulai dari persiapan menuju
daerah penangkapan (Fishing Ground), penurunan alat tangkap (Setting),
perendaman jaring Soaking), pengangkatan jaring (hauling), brailing, penyortiran
ikan. Komposisi hasil tangkapan bagan tancap ikan Kompoisi dan proporsi hasil
tangkapan Bagan Tancap, adalah ikan Teri (Stolephorus sp) 6057%, Tembang
(Sardinella fimbriota) 16,77%, Cumi - cumi (Loligo sp) 16,30%, Selar kuning
(Selaroides leptolepis) 3,71%, Talang (Scomberoides lysan) 1,11%, Como (Atule
mate) 0,74%, Parang – parang (Chirocentrus dorab) 0,74%, Peperek bondolan
(Ganza minuta) 0.40% dan Kembung (Rastrelliger sp) 0,34%. Produktivitas
bagan tancap tertinggi sebesar 0,33% dengan jumlah hauling sebanyak 4 kali.

Kata kunci : Produktivitas, Komposisi, Proporsi, Bagan Tancap


ABSTRACT

Siti Fatimah, Study Program of Capture Fisheries, Productivity Charts in the


Waters of Betung Village, Kusan Hilir District, Tanah Bumbu Regency ,
under the guidance of Siti Aminah, as chairman and Aulia Azhar Wahab, as a
supervisor.

The production of tancap lift net can not be ascertained because of the
season's chart, oceanographic conditions, fish biology and various interacting
factors, the objectives of this study are, to describe the tancap fishing gear
operated in the waters of Betung village, to know the operational management of
the tancap fishing gear operated in the waters of Betung village. the waters of
Betung Village, Knowing the composition and proportion of the step-by-step
catch in the waters of Betung Village, Knowing the productivity of the step-by-
step chart in the waters of Betung Village. This research was conducted in April
in Betung Village, Kusan Hilir District, Tanah Bumbu Regency, the Method used
was to participate in the operation of the step-by-step chart for 10 trips. The
results of this study indicate that the step-by-step chart has components of a chart
house, a net (waring), a roller, a light generator. Management of fishing gear
operation, step on preparation to the fishing ground (Fishing Ground), lowering
of fishing gear (setting), immersing the net Soaking, lifting the net (hauling),
brailing, sorting fish. The composition of the catch of the tancap fish Teri
(Stolephorus sp) 6057%, Tembang (Sardinella fimbriota) 16,77%, Cumi - cumi
(Loligo sp) 16,30%, Selar kuning (Selaroides leptolepis) 3,71%, Talang
(Scomberoides lysan) 1,11%, Como (Atule mate) 0,74%, Parang – parang
(Chirocentrus dorab) 0,74%, Peperek bondolan (Ganza minuta) 0.40% dan
Kembung (Rastrelliger sp) 0,34%. The highest productivity of the tancap tancap
0.33% with the number of hauling is 4 times.

Key words : Productivity, Composition, Proportion, Lift Net


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat
dan karunia-Nya dapat menyelesaikan Laporan Penelitian Skripsi yang berjudul
“Produktivitas Bagan Tancap di Perairan Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu”.
Dalam penulisan laporan ini, penulis merasa masih banyak terdapat
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan
yang penulis miliki, maka kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang begitu besar kepada :
1. Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis.
2. Ibu Dr. Ir. Agustiana, M.P., selaku Dekan Fakultas Perikanan dan Kelautan.
3. Bapak Ir. Iriansyah, M.Si selaku Ketua Program Studi Perikanan Tangkap
Fakultas Perikanan dan Kelautan ULM.
4. Bapak Aulia Azhar Wahab, S.Pi, M.Si selaku dosen Pembimbing Akademik
yang telah memberikan bimbingannya kepada penulis.
5. Ibu Siti Aminah, S.Pi., M.Si selaku Ketua Dosen Pembimbing dan Bapak Aulia
Azhar Wahab, S.Pi, M.Si. selaku Anggota Dosen Pembimbing skripsi atas segala
petunjuk dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis.
6. Bapak Dr. Erwin Rosadi, S.Pi., M.Si. selaku Penguji skripsi yang telah
memberikan saran dan masukan untuk skripsi penulis.
7. Seluruh Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
8. Kedua orang tua Bapak Mahluki dan Ibu Juharnah, kaka, adik dan keluarga
penulis yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam menyelesaikan
studi dan skripsi ini.
9. Teman-teman Program Studi Perikanan Tangkap Angkatan 2017 yang telah
membantu selama jalannya penelitian.
10. Sahabat-sahabat Wenda Erliyanti, Windiyawati Sari, Reika cahyati, Indra
Wijaya yang selalu memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.

i
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu penulis dalam proses pembuatan dan penulisan laporan penelitian
skripsi ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan menjadi bahan
pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan
yang diharapkan dapat tercapai.

Banjarbaru, Juni 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI .............................................................................................. iii
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. iv
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................... 1
1.1.Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Perumusan Masalah ............................................................. 2
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................. 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 4
2.1. Deskripsi Bagan................................................................... 4
2.2. Bagan Tancap ..................................................................... 5
2.3. Manajemen Operasi Alat Tangkap Bagan Tancap .............. 7
2.5. Komposisi Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bagan Tancap. 9
2.5. Produktivitas Penangkapan ................................................. 10
BAB 3. METODE PENELITIAN ........................................................... 12
3.1. Waktu dan Tempat .............................................................. 12
3.2. Alat dan Bahan .................................................................... 12
3.3. Metode Penelitian ................................................................ 13
3.4. Metode Pengumpulan Data ................................................. 14
3.4.1. Deskripsi Bagan Tancap ........................................ 15
3.4.2. Manajemen Operasi Bagan Tancap ........................ 15
3.4.3. Produksi Bagan Tancap........................................... 15
3.4.4. Komposisi dan Proporsi Bagan Tancap .................. 15
3.4.5. Produktivitas Bagan Tancap ................................... 16
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 18
4.1. Deskripsi Bagan Tancap ....................................................... 18
4.2. Manajemen Operasi Penangkapan ........................................ 25
4.3. Produksi Bagan Tancap ......................................................... 28
4.4. Komposisi dan Proporsi Bagan Tancap ................................ 31

iii
4.5. Produktivitas Alat Tangkap Bagan Tancap ........................... 44
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 46
5.1. Kesimpulan .......................................................................... 46
5.2. Saran .................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
3.1. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Penelitian ............................. 12
3.2. Alat dan Bahan .................................................................................. 12
4.1. Produksi Bagan Tancap...................................................................... 29
4.2. Jumlah Hasil Tangkapan Bagan Tancap ............................................ 32
4.3. Produktivitas Bagan Tancap .............................................................. 44

DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
2.1. Bagan Tancap ..................................................................................... 4
2.2. Manajemen Operasi Bagan ................................................................ 8
4.1. Bagan Tancap yang dioperasikan di Desa Betung ............................. 18
4.2. Rumah Bagan .................................................................................... 19
4.3. Jaring .................................................................................................. 20
4.4. Roller .................................................................................................. 20
4.5. Genset................................................................................................. 21
4.6. Lampu ................................................................................................ 22
4.7. Pemberat ............................................................................................. 23
4.8. Serok .................................................................................................. 23
4.9. Kapal ................................................................................................. 24
4.10. Produksi Bagan Tancap ..................................................................... 29
4.11. Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Tancap ...................................... 32
4.12. Ikan Teri (Stolephorus sp)................................................................ 34
4.13. Ikan Tembang (Sardinella fimbriota) .............................................. 35
4.14. Cumi – cumi (Loligo sp) ................................................................. 36
4.15. Ikan Selar kuning (Selaroides leptolepis) ........................................ 37
4.16. Ikan Talang (Scomberiodes lysan) ................................................... 38
4.17. Ikan Como (Atule mate) ................................................................... 39
4.18. Ikan Parang – parang (Chirocentrus dorab) ................................... 40
4.19. Ikan Peperek bondolan (Ganza minuta)........................................... 41
v
4.20. Ikan Kembung (Rastraliger sp) ...................................................... 42
4.21. Proporsi Hasil Tangkapan Bagan Tancap ........................................ 43
4.22. Produktivitas Alat Tangkap Bagan Tancap ..................................... 44

vi
BAB 1. PENDAHUUAN

1.1 Latar Belakang

Besarnya potensi perikanan kabupaten Tanah Bumbu menjadikan


subsektor perikanan memiliki nilai yang cukup strategis dalam perekonomian
daerah maupun antar Kabupaten, semua kecamatan di kabupaten Tanah Bumbu
minimal memiliki salah satu potensi perikanan (perairan laut, perairan umum dan
budidaya). Di tahun 2017, Kecamatan yang memiliki tingkat produksi perikanan
terbanyak adalah Kusan Hilir yang mampu menyumbang 16.891.90 Ton,
sedangkan total produksi perikanan Tanah Bumbu sendiri sebesar 46. 773.67 Ton.
Dari jumlah itu, 86 persen di antaranya merupakan produksi perikanan laut. (BPS
Kabupaten Tanah Bumbu, 2017).
Kusan Hilir dengan luas 401.54, kecamatan yang memiliki karakteristik
pesisir dengan potensi hasil laut yang melimpah, yang memungkinkan untuk
mengembangkan sektor industri kemaritiman, seperti usaha kerupuk ikan, dan
ikan kering dikarenakan sebagian besar masyarakat berpropesi sebagai nelayan,
sehingga hasil tangkapan bisa dijadikan sumber usaha masyarakat Kusan Hilir.
Desa betung merupakan salah satu desa di Kecamatan Kusan Hilir
Kabupaten Tanah Bumbu, merupakan desa yang cocok di kembangkan dibidang
perikanan tangkap terutama pada alat tangkap bagan tancap, dikarenakan
memiliki potesi yang tinggi terhadap perairan laut, serta penyebaran alat tangkap
di desa betung banyak memiliki bagan tancap. Banyak masyarakat menggunakan
alat tangkap bagan tancap dikarenakan penangkapannya mudah di lakuakn dan
hasil tangkapan cukup untuk dijual dan di makan sehari - hari
Bagan tancap adalah alat tangkap yang digunakan nelayan Kabupaten
Tanah Bumbu untuk menangkap ikan pelagis, penangkapan menggunakan alat
tangkap bagan tancap dilakukan pada malam hari. Di tinjau dari data statistik
Dinas Perikanan Kabupaten Tanah Bumbu menunjukkan bahwa di Kabupaten
Tanah Bumbu memiliki 31 jenis alat tangkap periran darat dan perairan laut.
Diantaranya alat tangkap Bagan tancap, yang memiliki jumlah 252 yang tersebar
di perairan laut Kabupaten Tanah Bumbu.

1
2

Bagan tancap sebagai salah satu alat tangkap yang digunakan oleh
para nelayan di wilayah pesisir untuk menangkap ikan karena mempunyai
beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain: (1) secara teknis
mudah dilakukan (2) investasinya terjangkau oleh masyarakat; (3) merupakan
perikanan rakyat yang telah digunakan oleh masyarakat di wilayah pesisir
dan sekitar pulau- pulau kecil secara turun-temurun; (4) tangkapannya selalu
ada walaupun terkadang jumlahnya sedikit; (5) menyerap banyak tenaga
kerja; (6) teknologinya sangat sederhana (Sudirman dan Natsir, 2011).
Manajemen operasi penangkapan ikan yang dilakukan nelayan bagan
tancap mulai dari perencanaan yang dilakukan sampai pada penanganan hasil
tangkapan yang dilakukan. Bagaimana manajemen operasi penangkapan yang
sesungguhnya dilakukan perlu dikaji dalam bentuk penelitian. Manajemen
operasi penangkapan ikan perlu diterapkan pada penangkapan alat bagan tancap
ini. Penerapan manajemen bagan tancap dalam jangka panjang dapat
menentukan keberhasilan upaya penangkapan ikan (Ifa, 2004).
Produksi bagan tancap tidak dapat dipastikan karena bergantung pada
musim, kondisi oseanografi, biologi ikan dan berbagai faktor lainnya yang saling
berinteraksi. Jumlah produksi bagan tancap ini dapat mengetahui tingkat
produktivitas bagan tancap. Produktivitas bagan tancap merupakan kemampuan
bagan tancap untuk memperoleh hasil tangkapan yang optimal dalam luasan dan
waktu tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut maka dibutuhkan perencanaan
yang tepat dalam pengembangan sumberdaya perikanan tangkap (Abdulrrahman,
2019).

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah :

1. Bagaiman deskripsi alat tangkap bagan tancap di perairan Desa Betung.


2. Bagaimana manajemen operasi alat tangkap bagan tancap yang doperasikan di
perairan Desa Betung.
3. Bagaimana produksi bagan tancap di perairan Desa Betung.
3

4. Apa saja komposisi dan komposisi hasil tangkapan bagan tancap di perairan
Desa Betung.
5. Bagaimana produktvitas bagan tancap di perairan Desa Betung.

1.3 Tujuan dan Manfaat

1.3.1. Tujuan

Tujuan Penelitian ini adalah :


1. Mendeskripsikan alat tangkap bagan tancap yang dioperasikan di perairan
desa Betung
2. Mengetahui manajemen operasi alat tangkap bagan tancap yang doperasikan
di perairan Desa Betung.
3. Mengetahui produksi bagan tancap di perairan Desa Betung.
4. Menganalisis komposisi dan proporsi hasil tangkapan bagan tancap di
perairan Desa Betung.
5. Menganalisis produktvitas bagan tancap di perairan Desa Betung.

1.3.2. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai sarana informasi bagi nelayan
mengenai alat tangkap yang mempunyai komposisi, proporsi, produktivitas ikan
alat tangkap bagan tancap di di perairan Desa Betung Kecamatan Kusan hilir
Kabupaten Tanah Bumbu.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi Bagan

Negara kesatuan Republik Indonesia adalah Negara yang memiliki


perairan laut seluas 5,8 juta km2 dengan panjangnya mencapai 95,181 km.
disepanjang pantai tersebut terdapat berbagai jenis alat penangkapan ikan yang
dioperasikan oleh nelayaan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan yang ada
diperairan tersebut. Salah satu jenis alat tangkap yang umum digunakan oleh
Nelayan Indonesia dari Sabang sampai Maroke dan dari pulau Miangas sampai
pulau Rote adalah jenis bagan (Sudirman dan Natsir, 2011).

Sumber : Sudirman (2012)


Gambar 2.1 Bagan Tancap

Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk persegi


empat yang ditancap sehingga berdiri kokoh di atas perairan, dimana pada tengah
bangunan tersebut dipasang jaring. Dengan kata lain alat ini sifatnya inmobile.
Hal ini karena bagan tancap tersebut di tancapkan ke dasar peraioran, yang berarti
kedalaman laut trempat beroperasinya alat ini menjadi sangat terbatas yaitu pada
perairan dangkal.

4
5

Pada dasarnya alat ini terdiri dari bangunan bagan yang terbuat dari
bambu, jaring yang berbentuk segi empat yang diikatkan pada bingkai yang
terbuat dari bambu. Pada keempat sisinya terdapat bambu - bambu menyilang
yang melintang yang dimaksudkan untuk memperkuat berdirinya bagan. Diatas
bagunan bagan dibagian tengah terdapat bangunan rumah yang brfungsi sebagai
tempat istirahat, pelindung lampu daru hujan dan tempat untuk melihat ikan.
Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh para
nelayan di seluruh perairan Indonesia. Alat tangkap ini digunakan alat bantu
cahaya untuk menarik perhatian ikan agar mendekati alat tangkap atau masuk ke
areal penangkapan atau catchable area. Berdasarkan cara pengoperasiannya
bagan dapat dikelompokkan kedalam jaing angkat (Brandt, 1985). Bagan yang
menggunakan cahaya sebagai alat bantu berkembang terus dan dapat
diklasifikasikan mulai dari bagan tancap dan bagan apung. Bagan apung dapat
dibagi ke dalam 2 kelompok yaitu bagan rakit dan bagan perahu (Sudirman dan
Natsir, 2011).
Menurut klasifikasi statistik Perikanan Indonesia, bagan termasuk kategori
jaring angkat. Jaring angkat ini terdiri dari beberapa jenis yaitu bagan perahu,
bagan tancap, serok, dan jaring angkat lainnya. (Brandt, 1985) mengklasifikasikan
bagan kedalam kelompok lift net. Klasifikasi menurut Balai Besar Pengembangan
Penangkapan Ikan (BPPI) (2007), Direktorat Jendral Perikanan Tangkap, bagan
termasuk kedalam golongan jaring angkat ini terdiri dari beberapa jenis yaitu :
Jaring Angkat Menetap Anco (Tanpa Kapal dan Bagan Tancap), Jaring Angkat
Tidak Menetap (Bagan Rakit, Bagan Perahu, Anco Berkapal (Bouke Ami) dan
jaring angkat lainnya.

2.2. Bagan Tancap

Bagan merupakan salah satu jarring angkat yang dioperasikan di perairan


pantai pada malam hari dengan menggunakan cahaya lampu sebagai faktor
penarik ikan. Menurut Subani (1972), di Indonesia bagan ini diperkenalkan pada
awal tahun 1950 dan sekarang telah banyak mkengalami perubahan. Bagan,
pertama - tama digunakan oleh nelayan Makassar dan Bugis di Sulawesi Selatan,
6

kemudian nelayan daerah tersebut membawanya kemana - mana dan akhirnya


hamper dikenal di seluruh Indonesia.
Bagan adalah salah satu jenis alat tangkap yang memiliki target tangkapan
ikan - ikan dengan nilai ekonomis tinggi (Borges dkk, 2005, Broadhurst dkk,
2006). Dari segi pembuatan dan opersasi bagan baik perahu maupun tancap relatif
ekonomi dan dapat dioperasikan dalam beberapa tahun.
Alat tangkap bagan merupakan salah satu jenis alat tangkap yang banyak
di gunakan oleh nelayan yang terdiri dari dua jenis bagan, yakni bagan tancap dan
bagan apung. Pengoperasian alat tangkap bagan sendiri tak lepas dari alat bantu
penangkapan yang menggunakan cahaya lampu untuk menarik perhatian ikan
yang bersifat fototaxis positif. Setiap nelayan bagan pada setiap daerah tentunya
memiliki perbedaan dalam penggunakaan warna lampu yang digunakan, nelayan
bagan sendiri sebagian besar menggunakan dua jenis warna lampu yakni warna
putih dan kuning (Kasmawati, 2015)
Bagan sebagai salah satu alat tangkap yang menggunakan cahaya banyak
digunakan oleh para nelayan di wilayah pesisir untuk menangkap ikan karena
mempunyai beberapa keunggulan. Keunggulan tersebut antara lain: (1) Secara
teknis mudah dilakukan (khususnya bagan tancap); (2) investasinya terjangkau
oleh oleh masyarakat; (3) merupakan perikanan rakyat yang telah digunakan oleh
masyarakat diwilayah pesisir dan sekitar pulau pulau kecil secara turun temurun ;
(4) tangkapannya selalu ada walaupun terkadang jumlahnya sedikit ; (5) menyerap
banyak tenaga kerja; (6) teknologinya sangat sederhana (Sudirman dan Natsir,
2011).
Konstruksi bagan tancap adalah bangunan yang didirikan di wilayah
pesisir dengan menggunakan bambu atau batangan kayu bakau sebagai
rangkanya. Agar tiang bagan tancap dapat kokoh maka perairan tempat
mendirikan adalah yang benar-benar berarus tenang, perairan dangkal lumpur-
berpasir pada kedalaman dari 8-15 meter dan bukan daerah yang ramai oleh lalu
lintas pelayaran (Elvizar, 2010).
Alat tangkap Bagan merupakan salah satu alat tangkap yang banyak
digunakan. Bagan merupakan bangunan berbentuk segi empat yang terdiri
dari rangkaian bambu dan dirangkai secara melintang dan membujur. Pada
7

bagian tengah bangunan tersebut dipasang jaring yang berfungsi untuk menjaring
ikan yang ada di bawah bagan. Bagan dapat dibuat dengan mudah oleh
nelayan, karena komponen yang digunakan dalam membuat bagan ini
harganya relatif murah dan mudah diperoleh. Bagan tancap bersifat
permanen sehingga hanya bisa digunakan pada satu lokasi penangkapan
saja. Bagan tancap bersifat immobile sehingga tempat lokasi beroperasinya alat
tangkap ini menjadi sangat terbatas yaitu pada perairan dangkal (Jayanto, dkk
2013).
Bagan tancap merupakan alat penangkapan ikan yang banyak di temukan
di perairan. Bagan tancap merupakan rangkaian atau susunan bambu berbentuk
persegi empat yang ditancapkan di dasar perairan sehingga berdiri kokoh di atas
perairan, dimana pada tengah dari bangunan tersebut dipasang jaring. Bagan
tancap bersifat pasif dan pengoperasiannya menggunakan cahaya lampu untuk
mengumpulkan ikan (Fauziah dkk, 2012).
Daerah penangkapan bagan atau daerah operasi untuk pemasangan bagan
adalah diperairan pantai yang airnya jernih, mempunyai kedalaman 7 - 10 meter.
Jarak jauhnya dari pantai adalah 2 mil. Antara bagan yang satu debfab yang lain
adalah sekitar 200 - 300 meter. Dasar perairan dipilih daerah yang berlumpur
campur pasir untuk memudahkan dalam pemasangan tiang bagan (Mulyono,
1986).

2. 3. Manajemen Operasi Alat Tangkap Bagan Tancap

Manajemen perikanan merupakan tantangan sekaligus kewajiban


mengingat secara alamiah Indonesia sebagai negara kepulauan dikaruniai
potensi sumber daya perikanan yang cukup, manajemen dimaksud mencakup
manajemen komponen biofisik ekosistem dan manajemen kegiatan perikanan.
Manajemen dapat berupa jumlah dan ukuran ikan yang ditangkap serta waktu
melakukan penangkapan (Irham 2013).
8

Sumber : Sudirman (2012)


Gambar 2.2. Manajemen Operasi Bagan

Operasi alat tangkap umumnya dimulai pada saat matari mulai tenggelam.
Penangkapan diawali dengan penurunan jaring sampai kedalaman yang
diinginkan, selanjtnya lampu mulai dinyalakan untuk menarik peratian ikan agar
berkmpul di bawah sinar lampu atau di sekitaran bagan. Penangkapan jaring
dilakkan apabila ikan yang terkmpul sudah cukup banyak dan keadaan ikan - ikan
tersebut cukup tenang. Jaring diangkat sampai berada di atas permukaan air dan
hasil tangkapan diambil dengan menggunakan serok. Pengoprasian terseut
menggunakan atraktor cahaya sehingga alat ini tidaklah efisin apabila digunakan
pada saat bulan purnama. Adapun tahapan tahapan metode pengoperasian bagan
tancap : persiapan, setting, hauling dan raeiling. Persiapan sangat diperulkan
slebem pengoperasian alat tangkap karena hal ini menentukan keberhasilan dalam
penangkapan ikan. Hal yang biasa dilakukan pengecekan jaring bagan,
pengecekan roller untuk menurunkan dan menarik jaring bagan, dan segala yang
di butuhkan pada saat pengoperasian (Subani dan Barus, 1989).
Perencanaan merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan sebelum
operasi penangkapan ikan dimulai. Operasi akan dapat berjalan dengan lancer
9

apabila perencanaan telah siap untuk digerakan. Perencanaan dalam operasi


penangkapan ikan ditujukan untuk keberhasilan kegiatan peangkapan, mulai dari
tempat pemberangkatan kapal atau fishing base sampai ke daerah penangkapan
ikan (fishing ground) yang dituju.
Bagan tancap menggunakan lampu sebagai alat bantu untuk meransang
atau menarik perhatian ikan agar berkumpul dibawah cahaya lampu (Ayodhyoa
1981 dalam Takril 2005). Jenis lampu yang digunakan oleh bagan tancap sebagai
atraktor untuk memikat ikan. Selain lampu bagan tancap menggunakan serok
untuk mengambil ikan hasil tangkapan (Subani, 1972 dalam Takril, 2005).

2. 4. Komposisi Hasil Tangkapan Alat Tangkap Bagan Tancap

Target tangkapan dari alat tangkap bagan tancap merupakan ikan pelagis,
ikan-ikan tersebut biasanya memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Hasil tangkapan
utama bagan tancap merupakan jenis ikan pelagis kecil diantaranya ikan Selar,
ikan Kembung, ikan Tembang (Ta’alidin 2000). Hasil tangkap ini merupakan
variabel yang fluktuatif, baik terhadap waktu maupun terhadap tempat. Faktor-
faktor yang mempengaruhi fishing ground diantaranya parameter oseanografi, dan
sifat ikan itu sendiri. Faktor-faktor tersebut menyebabkan sebaran ikan dan zona
potensi tangkap ikan akan berbeda-beda.
Pengoperasian alat tangkap Bagan terbukti mampu mengumpulkan ikan
lebih banyak apabila dibandingkan dengan alat tangkap Bagan yang hanya
menggunakan alat bantu lampu. Berdasarkan pada alat tangkap Bagan
diperkenalkan dan didemonstrasikan agar para nelayan khususnya yang
melakukan usaha penangkapan ikan dengan alat tangkap Bagan dapat meyakini.
Terlebih lagi peran alat tangkap Bagan sebagai alat tangkap ikan tradisional cukup
penting guna mendukung kebutuhan ikan komersial (teri, teri nasi,dan cumicumi)
di Indonesia (Baskoro, 2006).
Bagan tancap terdapat 23 jenis ikan yang tertangkap. Ikan teri
(Stolephorus sp), ikan selar (Selaroides sp), ikan pepetek (Leiognathus sp),
cumi –cumi (Loligo sp) dan ikan kembung (Rastrelliger sp) merupakan jenis
ikan yang selalu tertangkap di bagan tancap, mampu mengumpulkan ikan
10

cukup banyak dengan jenis ikan yang paling dominan adalah ikan selar
(Selaroides spp) (Sudirman dkk, 2003).
Faktor lainnya adalah perbedaan jumlah ikan dalam
gerombolannya. Sudirman dan Natsir (2011) menunjukkan bahwa pada
bagan tancap distribusi ikan lebih terkonsentrasi pada kedalaman 2 – 4 m.
Jenis – jenis ikan yang berada pada kedalaman tersebut antara lain adalah
pepetek dan ikan teri. Jenis ikan yang senang dipermukaan air adalah
kepiting dan rajungan.
Sudirman dan Natsir (2011) menyatakan bahwa ada 27 jenis ikan yang
tertangkap pada bagan tancap dan hanya ada 3 jenis yang dapat lolos pada mata
jaring (cover net) yaitu ikan teri (Stolephorus sp), udang (Acetes sp) dan ikan
peseng (Rabdania sp). Selanjutnya dikatakan bahwa selektifitas bagan tancap
sangat buruk, hal ini ditunjukkan dengan sempitnya batas ukuran antara yang
tertahan dengan yang lolos. Dari ketiga jenis spesies yang lolos, hanya ikan teri
yang dapat di kalkulasi selektivitasnya dan menunjukkan bahwa pada ukuran 2,1
cm ikan teri masih dapat lolos pada mata jaring, sedangkan udang masih lolos
pada ukuran 1,9 cm dan ikan peseng lolos pada ukuran 2 cm.
Hasil penelitian Bustari (2004) dengan menggunakan alat tangkap bagan
tancap mendapatkan jenis-jenis ikan tertarik terhadap cahaya adalah ikan teri
(Stolephorus commersoni), pepetek (Leiognathus roconius), tembang (Clupea
fimbricatd), serai (Spratelloides delicatulus), kembung (Rastrelliger neglectus),
selar (Caranx megalaspis), alu-alu (Sphyraena obtusata) dan ikan semar (Kurtus
indicus). Ikan-ikan ini tergolong kedalam tiga ordo yaitu Malacopterygii,
Percomorphi dan Percesoces, enam famili yaitu Clupeidae, Leignothidae,
Scombridae, Carangidae, Sphyraenidae dan Kurtidae.

2. 5. Produktivitas Penangkapan

Produktivitas penangkapan adalah kemampuan suatu alat tangkap untuk


mendapatkan sejumlah hasil tangkapan (sumberdaya ikan yang menjadi tujuan
penangkapan) dalam setiap satuan upaya penangkapan. Upaya penangkapan
berkaitan teknis penangkapan, sehingga ukuran upaya penangkapan dapat
11

berdasarkan trip penangkapan, frekuensi penangkapan, kekuatan mesin kapal


yang digunakan atau lama waktu alat operasi (Rjindsdorp, et.al., 2000).
Produktivitas penangkapan merupakan salah satu indikator penting untuk
mengetahui kemampuan atau kinerja penangkapan ikan dari suatu alat tangkap.
Selain itu juga merupakan indikator awal distribusi ikan ketika akan digunakan
untuk menilai daerah penangkapan ikan potensial (Ariandi, 2015).
Produktivitas mengandung arti sebagai perbandingan antara hasil yang
dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Dengan
kata lain bahwa produktivitas memiliki dua dimensi, pertama: suatu efektivitas
yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian
target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu, kedua yaitu efisiensi
yang berkaitan dengan upaya membandingkan masukan dengan realisasi
penggunaannya atau bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan (Umar, 2003).
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama 4 Bulan dari bulan Maret -


Juni 2021, terhitung dari penyusunan proposal sampi dengan distribusi laporan
dan pelaksanaan penelitian bertempat di Kabupaten Tanah Bumbu. Jadwal
Rencana penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Jawal Rencana Penelitian

Bulan
No Kegiatan Mar Apr Mei Jun
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan
2. Penyusunan Proposal
3. Komprehensif
4. Pengambilan Data
5. Penulisan dan konsultasi
laporan
6. Seminar Hasil, ujian dan
Distribusi

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan Bahan yang digunakan dalam penlitian ini dapat dilihat pada
Tabel 3.2 :

Tabel 3.2. Alat dan Bahan yang digunakan

No. Alat Kegunaan


1. Alat Tulis Sebagai alat mencatat data (hasil
tangkapan, jenis ikan yang tertangkap,
jumlah hauling).
2. Kamera Dokumentasi.
4. Kapal Untuk menuju lokasi penangkapan ikan.
5. Bagan Tancap Alat tangkap yang digunakan untuk
pengambilan data.
7. Timbangan Untuk mengukur berat ikan

12
13

3.3 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode stadi kasus
di Perairan Desa Betung. Penelitian ini dilaksanakan dengan ikut serta dalam
proses pengoperasian alat tangkap Bagan Tancap selama 10 hari penangkapan.
Pengambilan data dilakukan secara langsung data yang akan diperoleh dalam
penelitian ini berupa hasil tangkapan dan jenis ikan yang tertangkap, lama waktu
yang dibutuhkan saat proses operasi penangkapan ikan.
Metode observasi merupakan suatu penyelidikan yang dilakukan secara
sistematik dan sengaja diadakan dengan menggunakan alat indera terutama mata
terhadap kejadian yang berlangsung dan dapat dianalisa pada waktu kejadian itu
terjadi. Dibandingkan dengan metode survei, metode observasi lebih obyektif.
Maksud utama observasi adalah menggambarkan keadaan yang diobservasi.
Kualitas penelitian ditentukan oleh seberapa jauh dan mendalam peneliti
mengerti tentang situasi dan konteks dan menggambarkannya sealamiah
mungkin (Semiawan, 2010).
Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk
mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa
wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara
dan sumber informasi atau orang yang diwawancarai melalui komunikasi
langsung (Yusuf, 2014). Mewawancarai secara langsung nelayan, dapat
mempermudah peneliti dalam melakukan pndeskripsian alat tangkap bagan
tancap, serta dapat mengetahui secara langsung fungsi alat dan kegunaannya.
Partisipasi merupakan keterlibatan mental dan emosi dari seseorang dalam
situasi yang mendorong mereka untuk menyokong kepada kepada pencapaian
tujuan kelompok tesebut dan ikut bertanggung jawab terhadap penelitianya.
Pengamatan ini dilakukan pada saat proses kegiatan penelitian sedang
berlangsung, khususnya pada komponen – komponen yang terdapat pada alat
tangkap bagan tancap, tahap pengoperasian dan hasil tangkapan pada bagan
tancap. Pengamatan pada kegiatan penelitian karena dari kegiatan pengamatan
tersebut peneliti dapat mendapatkan hal-hal yang penting yang dapat dituliskan
di laporan penelitian.
14

3.4. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Menurut Hasan (2002) data Primer ialah data yang dikumpulkan atau
diperoleh langsung dari lapangan oleh orang yang melakukan penelitian serta
pemahaman orang bersangkutan yang memerlukannya. Data primer diperoleh dari
sumber informan baik individu atau kelompok seperti hasil wawancara yang
dilakukan peneliti.
Data primer digunakan untuk pengumpulan data seperti mengetahui
manajemen operasi bagan tancap secara lansung di lapangan, dengan, mengukur
tinggi, serta lebar alat tangkap bagan tancap, tahan berapa lama alat tangkap
bagan tancap di operasikan untuk alat penangkapan ikan, kemudian mengetahui
hasil tangkapan untuk di hitung berapa banyak hasil tangkapan yang didapatkan
nelayan, jenis jenis ikan apa saja yang tertangkap di alat tangkap bagan tancap,
kondisi cuaca yang terjadi saat pengoperasian alat tangkap.
Data sekunder, menurut Sugiyono (2010), adalah sumber data yang tidak
memberikan data secara langsung kepada pengumpul data, melainkan lewat pihak
lain atau lewat dokumen. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini yaitu
mengetahui jumlah alat tangkap bagan tancap di perairan Kabupaten Tanah
Bumbu.
Pengumpulan data dilakukan dengan mengikuti operasi penangkapan ikan
bagan tancap dengan menyesuaikan kondisi dan musim penangkapan yang
dilakukan oleh nelayan. Pengumpulan data hasil tangkapan dan jenis jenis ikan
yang tertangkap. Subyek penelitian adalah deskripsi alat tangkap bagan tancap,
manajemen operasi, produktivitas dan komposisi, unit penangkapan bagan tancap
yang pengoperasiannya menggunakan lampu sebagai atraktor ikan. Pengamatan
data waktu kedatangan ikan dalam proses penangkapan dilakukan dan dimulai
sejak penyalaan lampu sampai pada persiapan penarikan jaring. Pengamatan data
waktu kedatangan ikan dilakukan sebanyak 2-3 kali mengikuti aktivitas penarikan
jaring yang dilakukan nelayan dalam setiap trip penangkapan.
15

3.4.1. Deskripsi Alat Tangkap Bagan Tancap

Metode yang digunakan untuk mendeskripsikan alat tangkap bagan


tancap dengan menggunakan metode stadi kasus, observasi dan wawancara
dengan nelayan. Ukuran bagian alat tangkap yaitu tinggi jaring, panjang dan
lebar jaring mish size jaring, bagan jaring dan warna jaring, serta mengetahui
komponen - komponen bagan tancap yaitu rumah bagan, jaring, roller, genset,
lampu, pemberat, serok, dan kapal.

3.4.2. Manajemen Operasi Alat Tangkap Bagan Tancap

Manajemen operasi alat tangkap bagan tancap, dengan cara wawancara


dan observasi yang dilakukan secara lansung ikut serta dalam pengoperasian alat
tangkap bagan tancap selama 10 kali pengambilan data, metode observasi
langsung dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan terhadap bagaiman
proses pengoperasian alat tangkap bagan tancap, serta di perkuat oleh penjelasan
nelayan menggunakan metode wawanca agar data yang diperoleh peneliti dapat
di laporkan dengan tulisan, data yang diperoleh yaitu, persiapan menuju daerah
penangkapan (fshing ground), penurunan alat tangkap, perendaman jaring,
pengangkatan jaring, dan penyortiran ikan.

3.4.3. Produksi Bagan Tancap

Produksi bagan tancap, menggunakan metode partisipasi langsung, yaitu


ikut dalam pengoperasian bagan tancap, sehingga data yang diperoleh merupakan
jumlah trip penangkapan sebanyak 10 kali, produksi bagan tancap selama
pengoperasian serta jumlah hauling selama penelitian berlangsung.

3.4.4. Menganalisis Komposisi dan Proporsi Hail Tangkapan Bagan Tancap

Menganalisis komposisi dan proporsi hasil tangkapan bagan tancap


dengan metode partisipasi langsung, pengumpulan data yaitu, memilih hasil
tangkapan berdasarkan jenis ikan yang tertangkap, menimbang hasil tangkapan
perjenislangsung dimasukkan ke dalam tabel.
16

3.4.5. Menganalisis Produktivitas Bagan Tancap

Menganalisis produktivitas bagan tancap menggunakan


metodepartisipasi langsung untuk melihat bagaimana produktivitas bagan ancap
yang ada di perairan Desa Betung data yang di perlukan yaitu jumlah hasil yang
kapan, waktu efektif penangkapan.

3.5. Analisis Data

3.5.1. Mendeskripsikan Alat Tangkap Bagan

Analisis data yang digunakan dapat mengetahui komponen - komponen


bagan tancap yang ada di perairan Desa Betung serta mengetahui panjang, lebar
dan tinggi alat tangkap bagan tancap.

3.5.2. Manajemen Operasi Alat Tangkap Bagan Tancap

Analisis data yang digunakan dapat mengetahui bagaimana proses


penangkapan pada alat tangkap bagan tancap dari fishing base sampai dengan
fishing ground.

3.5.3. Produksi Bagan Tancap

Produksi per trip (Catch per Unit effort) menurut Gulland (1983) dihitung
berdasarkan hasil tangkapan ikan dan jumlah trip bagan (CPUE), dengan
persamaan :

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑎𝑛𝑔𝑘𝑎𝑝𝑎𝑛 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 (𝑘𝑔) ...................(1)


Produksi (CPUE) =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑢𝑙𝑖𝑛𝑔 𝑎𝑙𝑎𝑡

3.5.4. Komposisi dan Proporsi Jenis Ikan

Perhitungan komposisi jenis ikan hasil tangkapan menurut Gulland (1983)


untuk mengetahui komposisi jenis tangkapan bagan tancap menggunakan rumus
sebagai berikut :
17

P= x 100% ……………………………………(2)

Dimana : Pi = kelimpahan relatife hasil tangkapan (%)


ni = jumlah individu tiap jenis
N = jumlah individu seluruh jenis

3.5.5. Produktivitas Alat Tangkap Bagan tancap

Produktivitas bagan tancap menggunaan rumus Dahle (1989) dalam Warda


Susanti (2013), dengan persamaan berikut ini :

Produktivitas : ..................................................(3)

Keterangan :
C = jumlah hasil tangkapan harian (kg)
t = waktu efektif penangkapan ikan (menit)
waktu efektif penangkapan ikan (t), dihitung mulai dari lampu
dihidupkan dan jaring diangkat sampai rangka jaring bagan tampak di
permukaan.
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Bagan Tancap

Gambar 4.1. Bagan Tancap yang dioperasikan di Desa Betung

Bagan tancap adalah alat tangkap yang dipasang secara menetap di daerah
perairan, yang berbentuk sebuah bangunan panggung di perairan laut atau pantai.
Alat tangkap Bagan Tancap dioperasikan pada malam hari dengan menggunakan
alat bantu cahaya lampu, sehingga ikan - ikan akan berkumpul dan bergerombol di
sekitaran cahaya untuk mencari makan. Prinsip penangkapan Bagan Tancap yaitu
dengan menjebak segerombolan ikan supaya berkumpul dibawah cahaya lampu.
Bagan Tancap yang digunakan di lokasi penelitian bagan yang jaraknya
jauh dari perairan pantai dengan jarak tempuh kelokasi penangkapan 120 menit
menggunakan kapal, di perairan dengan titik koordinat S 03O46.933’ E
115O46.566’ mempunyai kedalaman laut 9,3 meter. Bagan ini memiliki ukuran
10x10 m dengan ketinggian 12 meter, dasar perairan berlumpur. Jumlah bambu
yang digunakan sebanyak 90 buah yang dihubungkan antara satu dengan yang
lainnya untuk tiang yang berada di sudut dan di tengah menggunakan batang
pohon kelapa sebanyak 20 buah, dan lantai bagan menggunakan batang pohon
bambu. Adapun jenis jarring yang digunakan yaitu jenis waring yang berwarna
hitam dengan mesh size 0,5 cm.

18
19

Manggabarani (2011) menjelaskan dalam penelitianya bahwa


pengoperasian bagan pada jarak yang cukup jauh dari fishing base akan
mendapatkan hasil tangkapan dalam jumlah yang banyak dibandingkan dengan
bagan yang jaraknya dekat dengan fishing base. Hal ini disebabkan kedalaman
perairan sangat berpengaruh terhadap jumlah spesies yang ditangkap sehingga
hasil tangkapan pada bagan yang jaraknya jauh dan dekat berbeda.
Adapun komponen - komponen bagan tancap yang berada di perairan desa
Betung sebagai berikut :

a. Rumah Bagan

Gambar 4.2 Rumah Bagan


Rumah Bagan, merupakan tempat diatas bagan yang berbentuk empat
persegi panjang terdiri dari 12 papan kayu sebagai tepat menggantung lampu,
saklar, genset, dan peralatan lainya sehingga terhindar dari air hujan dengan
ukuran 4 meter x 3 meter, dengan tinggi 1,5 meter, sedangkan bagian atap dan
dinding menggunakan rambia yang terbuat dari daun kelapa. Rumah bagan
berfungsi sebagai tempat nelayan berteduh dan beristirahat sambil menuggu jaring
diangkat.
20

b. Jaring

Gambar 4.3 Jaring


Jaring berfungsi untuk menanangkap ikan dan mengangkat hasil
tangkapan. Panjang 9 m dan lebar 9 m, perendaman jaring di kedalaman 5 meter,
Jaring berbentuk seperti kelmbu jaring tersebut terbuat dari bahan waring hitam
dengan mesh size 0,5 cm.

c. Roller

Gambar 4.4 Roller


21

Pada roller terepasang tali yang menghubungkan keempat sisi bingkai


jaring dimana ketika roller diputar berlawanan dengan arah jarum jam maka
jaring akan turun, dan jika diputar sebaliknya jaring akan naik. Jenis tali yang
digunakan adalah tali polyethylene nomor 5 dengan panjang kurang lebih 80
meter.
Roller berfungsi sebagai alat bantu untuk mengankat jaring maupun
menurunkan jaring, pada saat setting dan hauling. Roller terbuat dari kayu ulin
dengan 2 balok yang dipasang di tengah pemutar secara melintang, panjang dari
balok tersebut 1 meter dengan jarak 60 cm, sedangkan pemutar yang terbuat dari
bambu yang berukuran besar di pasang secara horizontal dengan panjang 10
meter, dengan diameter skitar 15 - 20 cm.

d. Genset

Gambar 4.5. Genset


Genset adalah salah satu alat bantu yang diperlukan dalam pengoperasian
Bagan Tancap. Genset digunakan sebagai sumber tenaga untuk menyalakan
lampu pada malam hari. Menyala dari matahari terbenam sampai dengan matahari
terbit, dengan merek Yamaha dengan tegangan 680 watt.
22

e. Lampu

Gambar 4.6 Lampu


Lampu, adalah alat yang sangat penting dalam pengoperasian alat tangkap
Bagan Tancap. Jenis lampu yang digunakan di bagan tancap perairan desa betung
lampu LED, ini diletakkan ditengah bagan dan digantung tepat di bawah rumah
bagan sehingga lampu berada di atas permukaan air, dengan jarak 1 meter dari
perairan. Lampu yang dugunakan di bagian bawah berjumlah 9 buah berwarna
putih dengat tegangan lampu masing masing lampu 30 watt, kemudian 1 lampu
berwarna kuning dengan twgangan lampu 5 watt yang di masukkan kedalam
ember berdiameter 26,5 cm yang berfungsi untuk memfokuskan ikan pada 1 titik
pencahayaan.
Dalam proses pengangkatan jaring atau hauling lampu yang berada di atas
rumah bagan dimatikan selanjutkan nelayan menarik pemberat di setiap sudut
jaring, dilanjutkan mematikan lampu yang berada di bagian tengah rumah bagan,
yang di angkat perlahan hingga mendekati rumah bagan, setelah lampu putih di
matikan kemudian menyalakan lampu berwarna kuning yang ada di dalam ember
23

yang berfungsi untuk menyerupai bulan sehingga ikan yang berada di sekitaran
bagan tidak keluar.

f. Pemberat

Gambar 4.7 Pemberat


Pemberat, berfungsi sebagai alat untuk menahan jaring agar selalu
tenggelam dan tidak mudah bergerak, pemberat yang digunakan ada 5 buah
pemberat yang terletak di setiap sudut bagan tancap dan 1 buahnya berada di
tengah dekat dengan rumah bagan. Pemberat ini memiliki berat 2 kg dengan
panjang tali 11 meter. Tebuat dari tali polyethyilene nomor 5 yang di ikatkan
dengan batu.

g. Serok
24

Gambar 4.8 Serok


Serok alat bantu yang digunakan untuk memperlancar kegiatan
operasional, berfungsi untuk mengangkat hasil tangkapan dari jaring ke atas.
Serok terbuat dari bambu sebagai pegangan dengan panjang 3 meter, salah satu
ujung di pasang jaring yang berbentuk kantong, bukaan jaring pada serok
dibentuk sebatang besi bengkok yang berbentuk lonjong san setiap sisi jaring
diikat pada besi tersebut sehingga jaring menyerupai kantong, lebar bukaan atau
diameter jaring tersebut sekitar 10 - 20 cm dan peganganya sekitar 1 meter

4.3.8. Kapal

Gambar 4.9. Kapal


25

Kapal alat yang diperlukan dalam suatu penangkapan ikan, kapal ini
digunakan sebagai alat transportasi bagi nelayan dari darat/pantai menuju
kebagan, dan untuk mengangkut hasil tangkapan ikan. Kapal ini memiliki ukuran
yaitu 3 GT dengan ukuran panjang 10 m, lebar 1 m, dan tinggi 1,5, kemudian
mesin yang digunakan merek dempeng, kapal terbuat dari kayu.
4.2. Manajemen Operasi Penangkapan Bagan Tancap di Perairan Desa
Betung

Kegiatan yang dilakukan dalam pengoperasian alat tangkap bagan tancap


sebagai berikut :
a. Persiapan Menuju Daerah Penangkapan (Fishing Ground)
Operasi penangkapan dilakukan saat matahari mulai tenggelam. Adapun
persiapan yang dilakukan sebelum menuju ke fishing ground untuk melakukan
penangkapan yaitu melakukan pengecekan terhadap kapal yang digunakan untuk
menuju bagan tancap. Selanjurnya persiapan perbekalan operasi penangkapan
berupa air tawar, BBM untuk menyalakan genset sebanyak 5 liter , dan bahan
bakanan lainnya untuk di konsumsi.
Berangkat menggunakan kapal dari fishing base jam 15 : 45 WITA
menuju fishing ground selama 120 menit perjalanan, keesokan harinya pada jam
06 : 00 WITA nelayan kembali ke darat untuk menjual hasil tangkapanya ke
pengepul untuk membeli hasil tangkapan yang di dapat nelayan, nelayan bagan
tancap dengan menggunakan kapal berukuran 3 GT, kapasitas penumpang
sebanyak 10 orang, kemudian nelayan satu persatu di antarkan ke baganya masing
- masing karena pengoperasian bagan tancap di perairan Desa Betung hanya 1
orang 1 alat tangkap bagan tancap, kapal menggunakan bahan bakar pertalite
sebanyak 25 liter digunakan untuk pulang pergi dalam satu hari.
b. Penurunan Alat Tangkap (Setting)
Jaring di turunkan menggunakan roller dengan lama penurunan jaring 6 -7
menit, kemudian lampu bagan tancap mulai di nyalakan pada jam 18 : 10 WITA,
ketika matahari mulai terbenam, jenis lampu yang digunakan untuk menarik dan
mengumpulkan ikan adalah lampu LED. Selanjutnya menurunkan pemberat yang
26

berada di semua sisi bagan tancap dan pada bagian tengah yang berfungsi untuk
menahan jaring di dalam perairan agar tidak terlalu bergerak dan terbawa arus.
Penurunan jaring untuk 2 kali hauling dalam satu kali trip pada jam 18 : 00
WITA dan 03 : 00 WITA dikarenakan beberapa faktor yaitu keadaan cuaca yang
berpengaruh terhadap jumlah ikan yang terkumpul di area alat tangkap bagan
tancap, untuk pengoperasian alat tangkap bagan tancap 3 kali hauling dalam satu
kali trip di lakukan penurunan jaring atau setting pada jam 18 : 20 WITA, setting
ke 2 pada jam 21 : 00 WITA dan seting ketiga pada jam 02 : 00 WITA. Hal ini
juga di sebabkan oleh faktor utamya adalah kondisi cuaca seperti arus yang kuat
angina yang kencang, sedangkan jika pengoperasian dilakukan sebnayak 4 kali
maka setting dilakukan pada jam 18 : 00 WITA yang kedua jam 21 : 00 WITA
yang ketiga pada jam 23 : 00 WITA dan yang ke 4 pada jam 03 : 00 WITA hal ini
di sebabkan karena kondisi yang ada di perairan pasa saat 4 kali hauling bagus
dan angin tidak kencang dan arus tenang sehingga mempermudah nelayan
mengoperasikan alat tangkap bagan tancap.
Menghidupkan lampu pada bagan tancap untuk membuat ikan yang
sifatnya fototaksis positif dan ikan yang mencari makanan di sekitaran bagan.
dengan cara menurunkan pemberat agar jaring yang berada di perairan tidak
bergerak terbawa arus. Banyaknya perendaman jaring juga tergantung berpa kali
hauling pada alat tangkap bagan tancap, sesuai dengan kondisi yang ada
dilapangan apakah kondisi arus, gelombang dan angin memungkinkan untuk
melakukan penangkapan.
c. Perendaman Jaring (Soaking)
Lama perendaman jaring tidak mempunyai ketetapan, nelayan hanya
memperkirakan berdasarkan pengamatan terhadap banyaknya ikan berkumpul di
sekitaran bagan dan kondisi laut seperti arus yang kencang, karena nelayan tidak
pernah menghitung dan menentukan lamanya waktu perendaman jaring.
Terkadang waktu yang dibutuhkan untuk ikan - ikan berkumpul di bawah cahaya
lampu sekitar 2 - 3 jam.
Perendaman jaring di hitung dari setting hingga hauling lamanya
perendaman jaring tergantung dari kondisi perairan yang ada di lokasi penelitian,
karena selama mengikuti pengoperasian bagan tancap kondisi perairan setiap
27

harinya berbeda, nelayan mengatakan bahwa arus yang kuat dan angin yang
kencang sekitar jam 22 : 00 - 01 : 00 WITA dapat mengakibatkan waktu
pengangkatan jaring.
Perendaman jaring dalam pengoperasian alat tangkap untuk 2 kali setting
hingga hauling dilakukan kisaran waktu selama 3 jam untuk 1 kali pengangkatan
jaring dari jam 18 : 00 - 21 : 00 WITA, yang keduaperendaman jaring selama 7
jam dari jam 22 : 00 - 05 : 30 WITA, di karenakan pegoperasian pada hari
pertama ada permasalah yang terjadi bada genset yang digunakan mengalami
kerusakan serta kondisi cuaca yang mengakibatkan di tundanya pengangkatan
jaring menunggu kondisi perairan mulai membaik.
Perendaman jaring untuk 3 kali hauling dilakukan selama 2 jam untuk
perendaman pertama pada jam 18 : 20 - 20 : 20 WIT, untuk perendaman jaring
kedua dilakukan selama 4 jam 50 menit dari jam 21 : 00 - 01 : 50 WITA,
sedangkan perendaman ketiga selama 3 jam 30 menit dari jam 02 : 00 - 05 : 30
WITA.
Perendaman jaring yang dilakukan sebanyak 4 kali hauling dilakukan pada
perendaman jaring pertama pada kisawaran waktu 3 jam 50 menit dari jam 18 : 00
- 20 : 00 WITA, perendaman kedua dilakukan selama 2 jam 40 menit dari jam 21 :
10 - 23 : 30 WITA, yang ketiga perendaman selama 3 jam 30 menit dari jam 00 :
00 - 03 : 30 WITA , sedangkap pada perendaman jaring ke empat selama 1 jam 30
menit dari jam 04 : 00 - 05 : 30 WITA.
Perbedaan perendaman jaring di karenakan kondisi cuaca saat
pengoperasian alat tangap bagan tancap di perairan desa betung sehingga dapat
mempengaruhi waktu perendaman jaring, jika tetap dilakukan pengngkatan jaring
pada saat cuaca buruk maka semakin kuat arus semakin berat jaring hal ini
membuat nelayan tidak melakukan pengangkatan jaring karena pengoperasian alat
tangkap bagan tancap juga dioperasikan 1 orang saja, kondisi ini akan
mempersulit nelayan mengangkat jaring karena sumber daya manusia yang
kurang.
d. Pengangkatan Jaring (Hauling)
28

Setelah perendaman jaring dan ikan - ikan terkumpul dibawah lampu


barulah proses hauling alat di lakukan dimulai dari pemadaman lampu berwarna
putih pada bagan tancap di matikan dan di ankat kemudian di turunkan ember
yang berisi lampu berwarna kuning yang berfungsi menyerupai warna bulan
sehingga ketika lampu yang berwarna putih dimatikan maka ikan tidak menjauh
dari bagan tancap.
Hauling pada pengoperasian bagan tancap di lakukan sebanyak 2 kali pada
jam 21 : 00 WITA dan jam 05 : 00 WITA, pengangkatan jaring dilakukan pada
saat dirasa ikan yang terkumpul di sekitaran bagan sudah banyak, kemudian jika
pengoperasian sebanyak 3 kali hauling di lakukan pada jam 20 : 20 WITA
hauling kedua pada jam 01 : 50 WITA sedangkan hauling ke 3 pada jam 05 : 30
WITA. Kemudian pengoperasian alat tangkap bagan tancap untuk 4 kali hailing
dengan pada jam 21 : 00, 23 : 00, 03 : 30 dan ke 4 pada jam 05 : 30.
Hauling, dilakukan pada saat ikan yang dilihat di sekitaran bagan tancap
banyak terkumpul dan kondisi perairan sudah membaik, kemudian nelayan
melakukan pengangkatan jaring, selama 30 menit menarik jaring dengan roller di
lanjutkan menarik setiap sisi pada bagan tancap sehingga ikan terkumpul di
bagian tengah jaring.
e. Brailing

Setelah bingkai jaring naik ke atas permukaan air,maka tali penggantung


pada ujung dan di bawa ke satu sisi bagian, kemudian pemberat si Tarik ke atas
agar mempermudah penatikan jaring, dan lampu dihidupkan kembali, jarring
kemudian ditarik sedikit demi sedikit dari salah satu sisi bagan, sehingga hasil
tangklapan terkumpul pada bagian tengah jaring dan di angkat menggunakan
serok ke waring pada bagian atas kapal.
f. Penyortiran Ikan

Ikan - ikan yang telah tertangkap dan di angkat keatas bagan selanjutnya di
sortir berdasarkan jenis ikan hasil tangkapan. Setelah ikan – ikan disortir lalu
dimasukkan kedalam peti yang berisi es (cool box). Ikan seperti Teri (Stoleptorus
commersonii) langsung di keringkan di atas bagan.
29

4.3. Produksi Bagan Tancap

Berdasarkan total seluruh hasil tangkapan alat tangkap Bagan Tancap


selama penelitian diperoleh hasil tangkapan :
Tabel 4.1. Produksi Bagan Tancap
Trip Produksi (kg) Hauling
1 40 2
2 105 3
3 125 4
4 45 4
5 39 3
6 12 2
7 182 4
8 96 4
9 111 3
10 175 3
Jumlah 930 32

Berdasarkan Tabel 4.1. produksi bagan tancap selama penelitian di


perairan Betung dinyatakan dalam presentasi dengan menggunakan diagram,
dapat dilihat pada gambar berikut ini :

Gambar 4.10. Produksi Bagan Tancap

Berdasarkan Gambar 4.10. produksi bagan tancap menunjukkan presentasi


hasil tangkapan alat tangkap bagan tancap dikatakan banyak/tinggi pada hari ke 7
dan 10, sesuai dengan kondisi cuaca waktu lama perendaman jaring, sedangkan
30

terendah hari ke 6 bahwa di pengaruhi karena kondisi cuaca dan pada saat hari ke
6 bulan memasuki bulan terang.
Nilai produksi CPUE adalah jumlah tangkapan harian sebanyak 930 dalam
10 kali trip, di bagi dengan jumlah hauling alat sebanyak 32 kali selama
pengambilan data, di dapat hasil CPUE 29,06 kg/trip.
Dalam penangkapan bagan tancap dengan jumlah hasil tangkapan yang
berbeda serta hauling berdasarkan kondisi cuaca dapat mengakibatkan jumlah
pengangkatan jaring menurun, dari gambar di atas memperlihatkan bahwa setiap
harinya penangkapan bagan tancap tidak menetap. Daerah penagkapan ikan
banyak dipengaruhi oleh cuaca, hujan keadan bulan terang, dan kondiri perairan
yang tidak jernih. Cuaca yang buruk dapat sangat mempengaruhi proses
penangkapan yang dimana hasil tangkapan akan sedikit dan mengalami
penurunan. Kondisi perairan pada saat tenang merupakan waktu yang baik untuk
melakukan hauling atau pengangkatan jaring karena angina tidak bertiup kencang
dan tidak menyebabkan gelombang yang tinggi.
Pada penelitian ini dilakukan 6 kali berturut - turut dari trip ke 1 sampai
trip ke 6 dengan umur bulan 7 sampai dengan 12, proses penangkapan dilakukan
pada saat bulan gelap, akibatnya kondisi cuaca dan umur bulan berpengaruh
terhadap hasil tangkapan bagan tancap, selanjutnya nelayan akan berhenti
mengoperasikan alat tangkap bagan tangcap ketika memasuki bulan terang selama
5 sampai 6 hari kemudian di lanjutkan melakukan penangkapan dari trip ke 7
sampai dengan trip ke 10 sudah kembali memasuki bulan gelap sehingga
peningkatan hasil tangkapan meningkat.
Faktor musim sangat mempengaruhi distribusi daerah penangkapan ikan
dan keselamatan nelayan serta unit alat tangkapnya. Musim penangkapan ikan erat
hubunganya dengan keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Musim
penangkapan ikan dengan menggunakan bagan tancap terdapat tiga pembagian
musim yaitu musim puncak, musim biasa dan musim peceklik (Kasmawati,
2015). Jenis - jenis ikan yang tertangkap oleh bagan tancap biasanya bersifat
musiman, pada saat musim barat ikan - ikan ini akan banyak tertangkap oleh
bagan tancap sedangkan pada musim tenggara bagan tancap tidak melakukan
penangkapan dikarenakan gelombang yang sangat besar sehingga tidak
31

memungkinkan untuk melakukan penangkapan. Musim barat biasanya dimulai


dari bulan Nobember - April, untuk musim puncak atau musim yang paling
banyak hasil tangkapannya terdapat pada bulan Februari - Maret tetapi bias juga
terdapat pada bulan sebelumnya, dan pengoperasianya dilakukan pada saat
memasuki bulan gelap.
Musim penangkapan ikan mempunyai hubungan yang erat dengan
keberadaan ikan yang menjadi tujuan penangkapan. Musim penangkapan pada
bagan tancap berdasarkan atas priode (bulan) penangkapan. Hal ini juga dikatakan
oleh (Uktolseja, 1993), bahwa musim penangkapan ikan setiap tahun merupakan
priode (bulan) dimana jumlah hasil tangkapan lebih besar dari rata - rata hasil
tangkapan selama priode tahun tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian di dapatkan hasil yang berbeda, salah satunya
karena faktor tertentu seperti hari dimana mendekati bulan purnama maka
penangkapan bagan tancap atau hasil tangkapan bagan tancap akan berkurang
disebabkan oleh bulan mulai terang sehingga ikan mulai menyebar tidak berfokus
pada satu cahaya untuk mencari makan dan bagi ikan fototaksis fositif yang
tertarik pada cahaya.
Menurut Sukandar dan Faud (2015) kondisi cuaca sangat berpengaruh
terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan, dimana arus angin dan
perbedaan suhu perairan akan mendorong terjadinya upwelling. Jika upwelling
terjadi maka pengoperasian alat dihentikan sementara menunggu kondisi perairan
yang kondusif. Kondisi cuaca sangat berpengaruh terhadap kondisi perairan dan
pada distribusi ikan . Sihombing (2014) juga menyatakan keadaan air yang kurang
baik membuat hasil menjadi lebih dedikit.
Berdasarkan wawancara terhadap nelayan, mereka mengatakan apabila
bulan terang mereka akan melakukan penangkapan pada subuh hari dari jam 04 :
00 WITA sampai dengan jam 12 : 00 WITA.

4.4. Komposisi dan Proporsi Bagan Tancap di Perairan Desa Betung

Hasil tangkapan Bagan Tancap selama penelitian berdasarkan komposisi


dan proporsi jenis dapat dilihat dilihat dibawah ini pada Tabel 4.2 :
32

Tabel 4.2. Jumlah Hasil Tangkapan agan Tancap


No. Jenis Hasil Tangkapan Berat (Kg) Persen
1 Teri (Stoleptorus commersonii) 529,5 60,57
2 Tembang (Sardinella fimbriota) 146,6 16,77
3 Cumi - cumi (Loligo sp) 142,5 16,30
4 Selar kuning (Selaroides leptolepis) 32,5 3,71
5 Talang (Scomberoides lysan) 10 1,11
6 Como (Atule mate) 6,5 0,74
7 Parang – parang (Chirocentrus dorab) 6,5 0,74
8 Peperek bondolan (Ganza minuta) 3,5 0,40
9 Kembung (Rastraliger sp) 3 0,34
Jumlah 874.1 99,94

Berdasarkan Tabel 4.2. komposisi hasil tangkapan dengan menggunakan


diagram batang, dapat dilihat sebagai gambar berikut :

Gambar 4.11 Komposisi Hasil Tangkapan Bagan Tancap

Berdasarkan Gambar 4.11. diagram kompoisi hasil tangkapan Bagan


Tancap di atas hasil tangkapan alat tangkap bagan tancap adalah ikan Teri
(Stolephorus sp) ebanyak 592,5 kg, Tembang (Sardinella fimbriota) sebanyak
146,6 kg, Cumi - cumi (Loligo sp) sebanyak 142,5 kg, Selar kuning (Selaroides
leptolepis) sebanyak 32,5 kg, Talang (Scomberoides lysan) sebanyak 10 kg, Como
(Atule mate) sebanyak 6,5 kg, Parang – parang (Chirocentrus dorab) sebanyak 6,5
33

kg, Peperek bondolan (Ganza minuta) sebanyak 3,5 kg dan Kembung


(Rastraliger sp) sebanyak 3 kg.
Target tangkapan pada bagan tancap biasanya ikan pelagis kecil yang
memiliki sifat fototaksis positif seperti Ikan Teri (Stolephorus sp), Peperek
Bonsolan (Gazza minuta), Tembang (Sardinela fimbriata), Cumi - cumi (Loligo
sp) dan Como (Atule mate). Ada juga ikan berkelompok sedang mencari makan
dibawah cahaya. Ketersediaan makanan merupakan salah satu faktor yang
menentukan kelimpahan populasi serta kondisi ikan yang ada pada suatu perairan
(Nikolsky, 1963). Tingkah laku ikan juga berpengaruh terhadap hasil tangkapan
karena ada beberapa ikan yang bersifat fototaksisi positif (menyukai cahaya) salah
satunya adalah ikan teri (Rudin, dkk, 2017).
Ikan teri (Stolephorus sp) merupakan ikan fototaksisi positif, ikan teri akan
memilih cahaya yang disenanginya. Berenang di atas atau dibawah jaring dan
berdiam di sekitar cahaya, karena terdapat pelankton yang menjadi makanan ikan
pelagis kecil termasuk ikan Teri (Stolephorus sp) Ikan fototaksis positif akan
melakukan aktivitas berkumpul di daerah iluminasi cahaya sambil melakukan
aktivitas makan (Sudirman dan Natsir, 2011). Ikan Teri (Stolephorus sp)
merupakan ikan merespon cahaya secara cepat sehingga penangkapan jari 3 - 4
kali dalam semalam dapat dilakukan dan ikan Teri (Stolephorus sp) cenderung
pada iluminasi cahaya yang tinggi, menurut penelitain Gunarso (1985) dalam
Sihombing (2012) menyatakan bahwa beberapa jenis ikan yang hidup diperairan
pantai, retina matanya memiliki selkon yang sangat bervariasi. Sel kon adalah sel
yang befungsi membedakan panjang gelombang cahaya yang masuk ke retina
mata.
34

4.2.1. Jenis - jenis hasil tangkapan bagan tancap

1. Ikan Teri (Stolephorus sp)

Gambar 4.12 Ikan Teri (Stolephorus sp)


Ikan Teri (Stolephorus sp) ikan yang hidup berkelompok dalam jumlah
besar dilautan di kalsifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kekas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Malacopterygii
Famili : Clupeidae
Genus : Stolephorus
Spesies : Stolephorus sp.
Ikan teri ini memiliki bentuk memanjang dengan panjang 7 cm, ikan ini
memiliki bentuk kecil dan agak pipih. Bagian kepala ikan teri berbentuk bulat
memanjang dengan diameter 2 - 3 mm, di lengkapi dengan insang dibagian kepala
dan mata bulat berwarna kehitaman, bagian tubuh memanjang dilengkapi dengan
adanya garis berwarna perak memanjang mulai dari pangkal kepala hingga
pangkal ekor. Pangkal ekor ikan ini berbentuk kerucup atau meruncing dengan
panjang 3 mm bahkan lebih. Berat rata - rata ikan teri berkisar 2 - 3 gram.
35

2. Ikan Tembang (Sardinella fimbriota)

Gambar 4.13 Ikan Tembang (Sardinella fimbriota)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kekas : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Famili : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella fimbriota
Ciri morfologi ikan tembang adalah pada bagian mulut dari ikan tembang
terdapat lidah yang berwarna bening dan sangat keras. Bentuk lidahnya memang
tidak jauh berbeda dari bentuk lidah manusia, namun lidah dari ikan tembang
lebih keras dan berwarna bening. Warna ikan tembang sangatlah unik, warna
emas pada ikan tembang ini terlihat paada bgaian sirip atas dan sirip belakang atau
ekor dari ikan tersebut, sedangkan bagian lainnya berwana perak, pada punggung
ikan terdapat garis tengah linea lateralis alat ini berfungsi sebagai indra keenam
pada ikan. Ikan tembang memiliki bentuk badan memanjang dan gepeng. Sisik –
sisik duri terdapat di bagian bawah badan, tapisan insang halus, berjumlah 60 – 80
pada busur insang pertama bagian bawah. Ikan ini hidup bergerombol, ukuran
dapat mencapai 13 cm.
36

3. Cumi - cumi (Loligo sp)

Gambar 4. 14 Cumi - cumi (Loligo sp)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub filum : Vertebrata
Kekas : Cephalopoda
Ordo : Teuthida
Famili : Loliginidae
Genus : Loligo
Spesies : Loligo sp
Cumi - cumi memiliki tubuh langsing kerangkanya tipis bening dan
terdapat dalam tubuhnya. Cumi – cumi berenang menggunakan system propulsi
jet yakni menyemburkan air lewat organ berupa corong. Cumi – cumi tidak
memiliki cangkang terletak di dalam ronggan mentel yang berwarna pitih
transparan, tubuh cumi – cumi tertuput oleh mentel tebal yang di selubungi oleh
selaput tipis berlendir. Tubuh cumi – cumi dapat dibedakan atas kepala leher, dan
badan. Kepala cumi – cumi besar, matanya berkembang dengan baik karena dapat
berfungsi untuk melihat mulutnya terdapat di tengah – tengah, dikelilingi oleh 10
tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek. Tentakel panjang
berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Dari setiap tentakel terdapat
37

alat penghisap atau sucker. Terdapat sirip di sisi kanan dan kiri berfungsi untuk
keseimbangan tubuh.
4. Ikan Selar kuning (Selaroides leptolepis)

Gambar 4. 15. Ikan Selar kuning (Selaroides leptolepis)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kekas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Carangidae
Genus : Selaroides
Spesies : Selaroides leptolepis
Ikan ini bertubuh kecil, panjang tubuh 13 cm, bentuk jorong memanjang
dan pipih tegak, kurang lebih sistematis pada lengkung punggung dan perutnya.
Garis tengah mata sebanding atau lebih pendek dari panjang moncong, dengan
pelupuk mata lemak setengah penuh pada bagian belakang mata. Rahang atas
tidak memiliki gigi dan rahang bawah yang meiliki gigi – gigi kecil.
38

5. Ikan Talang (Scomberoides lysan)

Gambar 4. 16. Ikan Talang (Scomberoides lysan)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kekas : Pisces
Ordo : Percipormes
Famili : Carangidae
Genus : Scomberoides
Spesies : Scomberoides lysan
Ikan telang memiliki bentuk badan lonjong memanjang pipih, moncong
memundar, bentuk mulut terminal, yaitu mulut berada paling ujung bagian kepala.
Bagian lemah sirip punggung dan sirip dubur pendek dengan sisi sirip
melengkung. Sirip dada dan sirip perut pendek. Kepala dan badan berwarna biru
kehijauan degan bagian bawah berwarna putih keperakan sedikit kekuningan.
Beberapa lingkran berwarna gelap menempel di sepanjang badan sampai kea rah
ekor pada setiap sisinya. Sirip dada kehtaman, sirip lainya berwarna putih.
Panjang 63 cm.
39

6. Ikan Como (Atule mate)

Gambar 4. 17. Ikan Como (Atule mate)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kekas : Actinopterygii
Ordo : Carangiformes
Famili : Carangidae
Genus : Atile
Spesies : Atule mate
Ikan como adalah salah satu – satunya ikan dalam marga atule, ikan como
memiliki tekstur tubuh berbentuk oval memanjang yang tidak terlalu pipih.
Termasuk dengan ikan ukuran kecil dengan panjanng 17 cm, warna tubuh bagian
atas hijau zaitun terang dengan ekor kuning kehijauan sepanjang abdomen hingga
rahang bawah berwarna keperakan.
40

7. Ikan Parang – parang (Chirocentrus dorab)

Gambar 4. 18. Ikan Parang – parang (Chirocentrus dorab)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Ordo : Malacopterygii
Famili : Chirocentridae
Genus : Chirocentrus
Spesies : Chirocentrus dorab
Ikan parang – parang ialah ikan yang bentuk tubuhnya seperti parang
mengkilap panjang dan pipih, dengan warna tubuh yang kepereak – perakan,
sisiknya sangat halus dengan bagian atas agak kelabu, sirip punggung jauh di
belakang badan kecuali di bagian kepala terdapat lekukan. Termasuk ikan buas
atau predator hidup di daerah pantai sampai kedalaman 200m, sering berenang
dan meloncat – loncat di atas permukaan air. Ukuranya dapat mencapai panjang
50 cm.
41

8. Ikan Peperek bondolan (Ganza minuta)

Gambar 4. 19. Ikan Peperek bondolan (Ganza minuta)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Perciformes
Famili : Leiognathidae
Genus : Ganza
Spesies : Ganza minuta
Ikan peperek bondolan adalah ikan yang hidup diperairan pantai sampai
kedalaman 40 m, terbanyak di dasar, maknannya organisme dasar. Ikan peperek
bondolan berukuran kecil mencapai panjang 11 cm, tergolong ikan demersal,
berentuk pipih dengan lebar 5 cm.
42

9. Ikan Kembung (Rastraliger sp)

Gambar 4. 20. Ikan Kembung (Rastrelliger sp)


Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Sub fulum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub kelas : Teleostei
Ordo : Percomorphi
Famili : Scombridae
Genus : Rastrelliger
Spesies : Rastrelliger sp
Ikan kembung, memiliki bentuk tubuh kepala panjang di banding dengan
tebal tubuh, rahang sebagian tersembunyi, tertutup oleh tulang lakrimal yang
memanjang hingga tepi rongga mata. Bukaan insang sangat panjang terlihat ketika
mulut sedang terbuka, memiliki kantung renang, berwarna garis kegelapan pada
bagian punggung dan tanda hitam dekat batas bawah sirip dada, sirip punggung
berwarna kekuningan dengan corak hitam, sirip ekor dan sirip dada berwarna
kekuningan.
43

Berdasarkan Tabel 4.3. proporai hasil tangkapan dengan menggunakan


diagram pie, dapat dilihat sebagai gambar berikut :

Gambar 4.21 Proporsi Hasil Tangkapan Bagan

Berdasarkan Gambar 4.21. Proporsi hasil tangkapan bagan tancap


menunjukkan presentase hasil tangkapan paling banyak pada ikan Teri
(Stolephorus sp) 60,57 %, sedangkan presentase tangkapan terendah terdapat pada
ikan Kembung (Rastrelliger sp) 0,34 %. Hasil tangkapan bagan tancap paling
banyak yaitu ikan Teri (Stolephorus sp) dimana presentasenya di atas 50 % yang
dikarenakan ikan teri merupakan ikan yang bersifat fototaksis positif serta
mencari makan di sekitaran bagan tancap, serta ikan teri yang hidupnya di
perairan adalah bergerombol.
Berdasarkan hasil penelitian, tangkapan yang diperoleh alat
tangkap bagan tancap di Desa Betung di dominasi oleh ikan Teri (Stolephorus sp)
hal ini di karenakan faktor musim penangkapan pada bagan tancap. Musim
penangkapan ikan mempunyai hubungan yang erat dengan keberadaan ikan yang
menjadi tujuan penangkapan. Musim penangkapan pada bagan tancap berdasarkan
atas priode (bulan) penangkapan. Hal ini juga dikatakan oleh (Uktolseja, 1993),
bahwa musim penangkapan ikan setiap tahun merupakan priode (bulan) dimana
jumlah hasil tangkapan lebih besar dari rata - rata hasil tangkapan selama priode
tahun tersebut.
44

4.5. Produktivitas Alat Tangkap Bagan Tancap

Hasil tangkapan Bagan Tancap di perairan Desa Betung, berdasarkan 10


kali pengoperasian dengan lama waktu yang digunakan pada saat setting sampai
dengan hauling dapat dilihat pada Tabel 4.3. di bawah ini :

Tabel 4.3. Produktivitas Bagan Tancap


Hari Tangkapan Waktu Efektif Produktivitas
(kg) Penangkapan (Menit) (kg/menit)
1. 40 330 0,12
2 105 570 0,18
3 125 700 0,17
4 45 550 0,08
5 39 560 0,06
6 12 590 0,02
7 182 560 0,32
8 96 510 0,18
9 111 470 0,23
10 177 530 0,33

Berdasarkan Tabel 4.3. Produktivitas bagan tancap di perairan desa Betung


dinyatakan dengan diagram kurva, dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 4.22. Produktivitas Alat Tangkap Bagan Tancap

Berdasarkan Gambar 4.22 Diagram tangkapan bagan tancap bahwa hasil


tangkapan tertinggi di capai pada pengoperasian ke 9 dengan jumlah 177 kg
45

dengan waktu 530 menit, sedangkan capaian terendah pada pengoperasian ke 6


dengan jumlah 16 kg dengan waktu 590 menit. Hal ini dikarenakan sudah
memasuki bulan purnama atau bulan terang sehingga ikan sudah menyebar,
pengoperasian bagan tancap di hentikan pada saat bulan terang menunggu bulan
gelap sekitar 5 hari kemudian.
Produktivitas bagan tancap (kg/menit) bahwa pada pengoprasian ke- 1
yaitu 0.12 kg/menit, hal ini lebih besar dari pengoperasian ke- 6 yaitu 0,02
kg/menit yang mengalami penurunan yang paling terendah selama penelitian, hal
tersebut upaya proses penangkapan yang kurang maksimal yang disebabkan oleh
faktor cuaca yang kurang baik dan mulai memasuki bulan terang. Produktivitas
mengalami kenaikan tertinggi pada pengoperasian ke- 10 yaitu 0,33 kg/menit
yang dimana pada saat dilapangan proses pngoperasian pada waktu cuaca yang
baik, kondisi gelombang yang tenang dan tidak berangin kencang, maka
memperoleh hasil tangkapan yang banyak. Dari penjelasan di atas dapat diartikan
bahwa jumlah operasi penangkapan tidak selalu berbanding lurus terdap hasil
yang diperoleh selain ketersediaan sumberdaya ikan yang melimpah pada
musimnya hingga mendorong nelayan melakukan penangkapan.
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian tentang produktivitas alat tangkap bagan


tancap di perairan Desa Betung Kecamatan Kusan Hilir Kabupaten Tanah Bumbu
adalah sebagai berikut :
1. Komponen bagan tancap terdiri dari, Rumah bagan, Jaring (Waring), Roller,
Genset, Lampu, Pemberat, Serok Dan Kapal.
2. Manajemen operasi alat tangkap bagan tancap, Persiapan menuju daerah
penangkapan (Fishing Ground), Penurunan alat tangkap (Setting),
Perendaman jaring Soaking), Pengangkatan jaring (hauling), Brailing dan
Penyortiran ikan.
3. Kompoisi dan proporsi hasil tangkapan Bagan Tancap, adalah ikan Teri
(Stolephorus sp) 6057%, Tembang (Sardinella fimbriota) 16,77%, Cumi -
cumi (Loligo sp) 16,30%, Selar kuning (Selaroides leptolepis) 3,71%, Talang
(Scomberoides lysan) 1,11%, Como (Atule mate) 0,74%, Parang – parang
(Chirocentrus dorab) 0,74%, Peperek bondolan (Ganza minuta) 0.40% dan
Kembung (Rastrelliger sp) 0,34%.
4. Produktivitas bagan tancap dari jumlah operasi penangkapan bahwa hasil
tangkapan tertinggi pada pengoperasian ke- 10 dengan jumlah 177 kg dan
waktu 530 menit produktivitas sebanyak 0,33 kg/menit , sedangkan capaian
terendah pada pengoperasian ke- 6 dengan jumlah 12 kg dengan waktu 590
menit dengan produktivitas 0,02 kg/menit.

5.2. Saran

Saran yang dapat disampaikan dalam penelitian ini, dibutuhkan penelitian


lanjutan mengenai waktu pengoperasiannya di sepanjang musim penangkapan,
serta pemelitian berdasarkan fase bulan penangkapan alat tangkap bagan tancap.

46
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, 2019. Peningkatan Produksi Perikanan Kelompok Nelayan Tuna


Dumai. University of Jember.
Ariandi, S. 2015. Produktivitas Penangkapan Ikan Pelagis dengan Menggunakan
Pancing ulur di selat makasar kabupatenn mamuju. Program studi
pemanfaatan sumberdaya perikanan, jurusan perikanan fakultas ilmu
kelautan dan perikanan. Universitas hasanuddin.
Arista, M. 2012. Manajemen Operasi Alat Tangkap Bagan Perahu Yang
diperasikan nelayan desa setiris-tiris. Akripsi : program studi pemanfaatan
sumberdaya perikanan, Fakultas perikanan dan kelautan.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.
Baskoro MS, Taurusman AA. 2011. Tingkah Laku Ikan : Hubungan dengan Ilmu
Teknologi Perikanan Tangkap. Bandung.
Bhagya, T.G. dan G. Prakarsa (2016). Studi Kelayakan Penerapan Teknologi GPS
dan Fish Finder Untuk Meningkatkan Hasil Tangkapan Ikan.
Broadhurst, MK, Millar, R.B., Wooden, M.E.L. & Macbeth, W.G. 2006.
Optimising codend configuration in a multispecies Demersal fishery.
Fisheris Managemen and Ecologi. 13 : 81 -92.
BSP Kabupaten Tanah Bumbu, 2011. Tanah Bumbu dalam angka. Tanah Bumbu:
Pemerintah Kabupaten Tanah Bumbu Provinsi Kalimantan Selatan.
BPPI. 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. BPPI Semarang. 95
hal.
Bustari. 2004. Alat Tangkap Bagan Tancap, Jenis – jenis Ikan yang Tertangkap.
Elvizar. 2010. Kontruksi Bagan Tancap dan Cahaya Penangkapan Ikan di
Indonesia. Jilid 1 jakarta : Lembaga Perikanan Laut.
Fauziah, S., & Sutejo. (2012). Buku ajar-Keperawatan maternitas: Kehamilan.
(Vol. 1). Jakarta
Ismail, J.M, 2010, Identifikasi Material Dasar Perairan Menggunakan Perangkat
Fishfinder Berdasarkan Nilai Target Strength, Skripsi Teknik Elektro,
Universitas Indonesia: Depok.
Irham R. 2013. Manajemen Operasi Penangkapan Ikan Pole and Line. http//
: www. Manajemen Operasi Penangkapan Ikan Pole and Line.
Kasmawati, Ardiana. 2015. Analisisi Keberlanjutan Perikanan Bagan Tancap
Berdasarkan Aspek Biologi dan Ekonomi. Mahasiswa Pascasarjana
UNHAS.
Manggabarani. AHS. 2011. Perbandingan Hasil Tangkapan Bagan Tancap
Berdasarkan Waktu Hauling Pada Jarak Berbeda Dari Ppantai. Di Desa
Punagaya Kab. Jeneponto. Skripsi. Hal 1- 41.
Manik, H.M., M. Furusawa & K. Amakasu. 2006. Quantifying Sea Bottom
Surface Backscattering and Identifying Fish by Quantitative Echo Sounder.
Japanese.
Muhammad S. 2010. Pendekatan Akustik Dalam Studi Tingkah Laku Ikan Pada
Proses Penangkapan Dengan Alat Bantu Cahaya.
https://infoperikanan.wordpress.c om/2010/08/28/pendekatanakusti k-
dalam-studi-tingkah-laku-ikan pada-proses penangkapan-denganalat-bantu-
cahaya.
Mulyono. 1986. Alat - Alat Penangkapan Ikan - Buku I: Macam - Macam
Pamcing Perangkap, Jaring Angkat. Dinas Perikanan Produksi Daerah
Tingkat I: Jawa Tengah.
Rjindsdorp. 2000. Effect Of Fishing Powen and Competitive Interactions Among
Vessels on the Effort Allocation on the Trip Level Of the Ducht Beam
Trawl Fleet. ICES Jurnal Of Marine Science.
Semiawan, Conny R. (2010). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta.
Subani, W., H.R. Barus, 1989. Alat Penagkapan Ikan dan Udang Laut. Jurnal
Penelitian Perikanan Laut No. 5 Tahun 1988. (Edisi Khusus). Jakarta. 248
hal.
Sudirman dan Natsir, 2011. Perikanan Bagan dan Aspek Pengelolaannya. Penerbit
Universitas Muhammadiyah Malang.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Jakarta
Ta’alidin. 2004. Pemanfaatan Lampu Listrik Dalam Upaya Peningkatan Hasil
Tangkapan Pada Bagan Apung Tradisional di Pelabuhan Ratu. Jurnal
Perikanan UGM.
Takril. 2005. Hasil Tangkapan Sasaran Utama dan Sampingan Bagan Perahu di
Polewali Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat. Skripsi [tidak
dipublikasikan]. Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumbrdaya Perairan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Umar, H. 2003. Stadi Kelayakan Bisnis PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Pujiyati, S., Suwarso, B.P. Pasaribu, I. Jaya & D. Manurung. 2007. Pendekatan
metode hidroakustik untuk eksplorasi sumberdaya ikan demersal di perairan
Utara Jawa Tengah.
Wisudo, S. H., H. Sakai, S. Takeda., S. Akiyama & T. Arimoto, 2002. Total
lumen estimation of fishing lamp by means of Rousseau diagram analysis
with lux measurement. Proceedings of Fisheries Science.
Yoyok, S. 2002. Pengetahuan dasar echo sounder dan aplikasinya pada kapal ikan.
Departemen kelautan dan perikanan. Balai pengembangan penangkapan
Ikan (BPPI). Semarang.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta Lokasi Pengambilan Data

51
Lampiran 2. Foto Kegiatan

Menuju Bagan Tancap Hasil Tangkapan Bagan Tancap

Lampu Bagan Tancap Ketika dinyalakan Timbaganan Ikan

Hasil Tangkapan dalam 1 kali Hauling Proses Pengeringan Ikan Teri


52
53

Lampiran 3. Hasil Tangkapan Bagan Tancap


No. Hauling Jenis Tangkapan Jumlah (kg)
1. 18 : 00 – 21 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 2
Cumi - cumi (Loligo sp) 2
Tembang (Sardinella fimbriota) 1,5
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 0,5
Como (Atule mate) 1
Peperek bondolan (Ganza minuta) 1
23 :00 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 15
Cumi - cumi (Loligo sp) 8
Tembang (Sardinella fimbriota) 5
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 4
2. 18 : 20 – 20 : 20 Teri (Stoleptorus commersonii) 5
Cumi - cumi (Loligo sp) 3
Tembang (Sardinella fimbriota) 4
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 2
Como (Atule mate) 1
Talang (Scomberoides lysan) 10
21 : 00 – 01 : 50 Teri (Stoleptorus commersonii) 25
Cumi - cumi (Loligo sp) 7
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 5
Como (Atule mate) 1
Kembung (Restrelliger kanagurta) 2
02 : 00 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 5
Cumi - cumi (Loligo sp) 5
Tembang (Sardinella fimbriota) 27,5
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 2,5
3. 18 : 10 – 21 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 30
Cumi - cumi (Loligo sp) 5,5
Parang – parang (Chirocentrus dorab) 3,5
54

21 : 10 – 23 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 25


Cumi - cumi (Loligo sp) 1,5
Tembang (Sardinella fimbriota) 3,5
00 : 00 – 03 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 11,5
Cumi - cumi (Loligo sp) 4,5
Tembang (Sardinella fimbriota) 6
Parang – parang (Chirocentrus dorab) 3
04 : 00 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 15
Cumi - cumi (Loligo sp) 4
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1,5
4. 18 : 00 – 20 : 40 Teri (Stoleptorus commersonii) 5
Cumi - cumi (Loligo sp) 6
Tembang (Sardinella fimbriota) 3
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
21 : 00 – 23 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 3
Cumi - cumi (Loligo sp) 2,1
23 : 30 – 02 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 2
Cumi - cumi (Loligo sp) 8
Tembang (Sardinella fimbriota) 1
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
03 : 00 – 05 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 6
Cumi - cumi (Loligo sp) 5
Tembang (Sardinella fimbriota) 1
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
5. 18 : 10 – 21 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 5
Cumi - cumi (Loligo sp) 8
Tembang (Sardinella fimbriota) 2
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
Peperek bondolan (Ganza minuta) 1
21 : 30 – 02 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 6
Cumi - cumi (Loligo sp) 8
55

Peperek bondolan (Ganza minuta) 1


02 : 00 – 05 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 3
Cumi - cumi (Loligo sp) 5
Tembang (Sardinella fimbriota) 1
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
6. 18 : 50 – 00 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 4
Cumi - cumi (Loligo sp) 1
Kembung (Restrelliger kanagurta) 1
01 : 00 – 05 : 30 Cumi - cumi (Loligo sp) 3
Tembang (Sardinella fimbriota) 2
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
7. 18 : 10 – 21 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 20
Cumi - cumi (Loligo sp) 5
Tembang (Sardinella fimbriota) 5
21 : 30 – 23 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 15
Cumi - cumi (Loligo sp) 6
Tembang (Sardinella fimbriota) 6
23 : 30 – 02 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 20
Cumi - cumi (Loligo sp) 7
Tembang (Sardinella fimbriota) 3
02 : 30 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 15
Cumi - cumi (Loligo sp) 2
Tembang (Sardinella fimbriota) 6
8. 18 : 01 – 21 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 20
Cumi - cumi (Loligo sp) 5
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
21 : 30 – 23 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 20
Cumi - cumi (Loligo sp) 3
Tembang (Sardinella fimbriota) 1
00 : 00 – 02 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 15
Cumi - cumi (Loligo sp) 2
56

Tembang (Sardinella fimbriota) 1


03 : 30 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 25
Cumi - cumi (Loligo sp) 1
Tembang (Sardinella fimbriota) 4
9. 18 : 08 – 21 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 22
Cumi - cumi (Loligo sp) 3
Tembang (Sardinella fimbriota) 1
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 1
Peperek bondolan (Ganza minuta) 0,5
Como (Atule mate) 0,5
22 : 00 – 03 : 00 Teri (Stoleptorus commersonii) 25
Cumi - cumi (Loligo sp) 1
Tembang (Sardinella fimbriota) 2
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 3
03 : 00 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 25
Cumi - cumi (Loligo sp) 2
Tembang (Sardinella fimbriota) 25
10. 18 : 10 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 55
Cumi - cumi (Loligo sp) 10
Tembang (Sardinella fimbriota) 5
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 5
22 : 30 – 02 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 40
Cumi - cumi (Loligo sp) 5
Tembang (Sardinella fimbriota) 10
03 : 30 – 05 : 30 Teri (Stoleptorus commersonii) 20
Cumi - cumi (Loligo sp) 4
Tembang (Sardinella fimbriota) 20
Selar kuning (Selaroides leptolepis) 2
Como (Atule mate) 3
57
58

Anda mungkin juga menyukai