Oleh:
MELUR GITAWIGATI HANDAYANI
NRP. 55193212625
Oleh:
MELUR GITAWIGATI HANDAYANI
NRP. 55193212625
Puji dan syukur penulis panjatkan Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan
karunia-Nya sehingga proposal praktik lapang II dapat diselesaikan. Penulis
mengambil judul “Pengolahan Tuna (Thunnus albacares) Saku di PT Bahari
Prima Manunggal, Jakarta Barat” yang dilaksanakan pada tanggal 29 Agustus
2022 – 23 Oktober 2022. Proposal praktik lapang II ini berisi tentang alur proses
pengolahan tuna saku, mutu bahan baku dan produk akhi meliputi organoleptik,
kimia dan mikrobiologi, rantai dingin, rendemen, produktivitas tenaga kerja,
standar kelayakan perusahaan (GMP, SSOP, dan SKP), dan pengolahan limbah
perusahaan (limbah cair dan padat). Proposal ini sebagai salah satu syarat untuk
dapat mengikuti perkuliahan semester VII di Politeknik Ahli Usaha Perikanan.
Penulis menyadari bahwa proposal praktik lapang II ini masih jauh dari kata
sempurna, karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis. Oleh sebab itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
penyempurnaan dan perbaikan proposal praktek lapang II ini.
Semoga proposal paktik lapang II ini dapat memenuhi fungsinya dan
bermanfaat sebagai penambah pengetahuan dan wawasan dalam mencari ilmu
pengetahuan khususnya di bidang Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan.
Penulis
i
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal
praktik lapang II yang berjudul “Pengolahan Tuna (Thunnus Albacares) Saku
Beku di PT Bahari Prima Manunggal” ini.
Penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Yuliati H
Sipahutar, S.Pi., MM., dan Ibu Nur Hidayah S.Si., M.Biotech selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan yang sangat berarti
dalam peyusunan proposal praktik lapang II ini. Selain itu penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Muhammad Hery Riyadi Alauddin., S.Pi., M.Si., selaku Direktur
Politeknik Ahli Usaha Perikanan, atas perizinan Praktik Lapang II
2. Dr. I Ketut Sumandiarsa, S.St.Pi., M.Sc., selaku Ketua Program Studi
Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, atas arahan terkait Praktik Lapang
II
3. Heny Budi Purnamasari, S.St.Pi., M. ST. Pi., selaku Sekretaris Program
Studi Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan, atas arahan terkait Praktik
Lapang II
4. Serta semua pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan
Proposal Praktik Lapang II ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktik lapang II ini
masih jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat diharapkan demi penyempurnaan dan perbaikan laporan ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Letak Indonesia di daerah khatulistiwa menguntungkan sebagai produsen
tuna dunia. Tuna merupakan jenis ikan yang bersifat highly migratory species
sehingga dalam penangkapannya memerlukan pengatahuan pada peraturan
pengelolaan perikanan regional (RFMO) (Direktorat Usaha dan Investasi, 2018).
Jenis ikan tuna yang habitat hidupnya berada pada perairan Indonesia
dikelompokkan menjadi ikan tuna besar (yellowfin tuna, albacore, big eye tuna,
dan southern bluefin tuna) dan ikan tuna kecil (skipjack tuna, eutynnus affinis,
auxin thazard, dan thunnus tonggol) (Bustami, 2012). Ikan tuna terdiri dari
kandungan protein yang tinggi yang berkisar antara 22,6 – 26,2 g/100g daging
ikan. Ekspor ikan tuna, tongkol dan cakalang pada tahun 2022 mencapai
349,443,731 kg (KKP, 2022). Menjadi komoditas ekspor andalan Indonesia
dengan bernilai strategis dipasar dunia yang memiliki harga jual yang tinggi dan
ikan yang paling banyak ditangkap diperairan Indonesia menjadikan ikan tuna
sebagai produsen ekspor di pasar dunia dalam bentuk ikan tuna segar, ikan tuna
beku, dan produk diversifikasi tuna (Dharmayanti & Palyama, 2021). Produk ikan
tuna yang diekspor yaitu tuna saku beku, tuna loin, tuna steak dan lain-lain.
Tuna loin merupakan salah satu produk yang paling banyak dimininati karena
bentuknya sesuai dengan kebutuhan konsumen. Tuna loin beku merupakan cara
pengawetan produk dengan menggunakan suhu rendah yaitu pembekuan untuk
memperpanjang umur simpannya (Handoko et al., 2021). Sehingga untuk
memenuhi kebutuhan ekspor tuna loin, maka produsen memperkecil potongan
tuna dari bentuk loin menjadi saku. Produk tuna saku beku adalah metode
pengawetan ikan dengan cara pembekuan dan memiliki bentuk seperti balok kecil
(Ijong et al., 2015). Selain itu, tuna saku merupakan proses turunan dari tuna loin
dan hanya dibedakan dari bentuk ptongan tuna nya yang dibagi menjadi 2 macam
yaitu tuna saku WAA (20cm x 8cm x 2,5cm) dan tuna saku AA (20cm x 8cm x 3cm)
(Ratri, 2021). Sehingga pembekuan sering digunakan untuk megekspor produk
tuna.
Pengawetan dengan cara pembekuan diperlukan untuk menghentikan
aktivitas bakteri dan enzim yang menjadi salah satu faktor utama pembusukan ikan
karena ikan merupakan hasil perikanan yang memiliki sifat perishable yang mudah
mengalami kemunduran mutu (Dharmayanti & Palyama, 2021). Proses perubahan
fisik, kimia, dan organoleptik berlangsung dengan cepat setelah ikan mati (Naiu et
al., 2018). Peristiwa melemahnya ikatan antar blok otot sehingga menyebabkan
terlepasnya blok otot dikenal sebagai gaping yang sering terjadi pada ikan tuna
(Naiu et al., 2018) Pengawetan ikan dengan cara mengolah ikan tuna menjadi
saku beku yang berbentuk balok dengan penanganan yang baik, maka diperlukan
alur proses yang sesuai standar yang ditetapkan, mutu bahan baku dan produk
akhir yang memenuhi ketentuan persyaratan, penerapan rantai dingin, rendemen,
produktivitas tenaga kerja, penerapan kelayakan dasar (GMP, SSOP, dan SKP),
dan pengolahan limbah cair dan padat yang diterapkan perushaan sehingga efektif
dalam mencegah terjadinya pembusukan dan memperpanjang umur simpan
produk ikan tuna yang siap diekspor.
2
PT. Bahari Prima Manunggal, Jakarta Barat merupakan unit pengolahan ikan
yang bergerak dibidang pembekuan ikan yang berdiri sejak tahun 2016 dengan
memiliki jumlah karyawan sebanyak 165 orang (AP2HI, 2018). Menghadapi
pesaingan pasar, maka upaya yang dilakukan adalah memberi nilai tambah pada
produknya diantaranya produk tuna beku yang dikemas menggunkan kemasan
vakum dan memperbanyak jenis produk yaitu diantaranya frozen pelagic fish, fresh
dan frozen demersal fish, fresh pelagic fish, fresh tuna, frozen cephalopods, dan
frozen tuna yang sering dilakukan produksi. Sehingga, produk UPI tersebut yang
sering melakukan produksi yaitu tuna saku beku dan diekspor didaerah eropa
(KKP, 2017). Berdasarkan kajian diatas yang sesuai dengan kebutuhan praktek
yang akan dijalankan, maka penulis mengambil judul “Pengolahan Tuna
(Thunnus albacares) Saku Beku di PT. Bahari Prima Manunggal, Jakarta
Barat”
1.2 Tujuan
Pelaksanaan Praktik Lapang II di PT. Bahari Prima Manunggal memiliki
tujuan sebagai berikut:
1) Mengetahui secara langsung alur proses pengolahan tuna saku beku;
2) Mengetahui Mutu bahan baku dan produk akhir;
3) Mengetahui penerapan rantai dingin pada proses pengolahan tuna saku beku;
4) Mengetahui rendemen dalam proses pengolahan tuna saku beku;
5) Mengetahui produktivitas tenaga kerja karyawan pada pengolahan tuna saku
beku;
6) Mengetahui penerapan kelayakan dasar di PT. Bahari Prima Manunggal; dan
7) Memahami pengolahan limbah di PT. Bahari Prima Manunggal.
7) mengamati pengolahan limbah padat dan limbah cair yang dihasilkan PT.
Bahari Prima Manunggal
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Ikan Tuna
Ikan tuna merupakan ikan bernilai ekonomis penting dalam perdagangan
dunia. Ikan tuna merupakan ikan perenang cepat yang tergolong dalam ikan
pelagis yang hidupnya dipermukaan air laut dan bermigrasi setiap waktu dalam
suatu wilayah yang geografis (Febrinata, 2021). Spesies tuna yang menyebar
diwilayah perairan Indonesia yaitu tuna sirip kuning (Thunnus albacares), tuna
mata besar (Thunnus obesus), tuna sirip biru (Thunnus macoyii), dan Albacore
(Thunnus alallunga). Tuna sirip kuning (Thunnus albacares) bersifat shared,
stradling, dan highly migratory sehingga dikelola bersama secara regional
(Wiadnyana et al., 2019). Tuna sirip kuring (Thunnus albacares) memiliki cita rasa
lebih lekat, memiliki daging berwarna merah muda, habitat hidup daerah perairan
subtropis dan jarang berada pada olahan makanan (Bustami, 2012), namun tuna
jenis ini sering diekspor dalam bentuk tuna saku.
badan yang kuat dan kekar. Memiliki berat 20-70 kg per ikan (Wiadnyana et al.,
2019) dan 136 kg (Direktorat Usaha dan Investasi, 2019). Memiliki 2 sirip
punggung yaitu sirip depan pendek dan terpisah dari sirip belakang. Bagian
punggung tuna berwarna biru kehitaman dan bagian perut berwarna keputih-
putihan, memiliki jari-jari sirip tambahan dibelakang punggung dan dubur berwarna
dan pinggirannya berwarna gelap (Frisca, 2021).
Kelautan dan Perikanan (Ratri, 2021). Aurutan proses pengolahan tuna saku yang
mengacu pada alur proses tuna loin SNI 4104:2015 sebagai berikut
2.3.1 Penerimaan bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam proses pengolahan tuna dalam bentuk
saku yaitu ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) dalam bentuk utuh segar
ataupun beku yang biasnaya dalam keadaan tanpa insang, dan isi perut (Ratri,
2021) dengan suhu pusat produk maksimal 4,4°C, serta berat ikan untuk tuna sirip
kuning minimal 30 kg (Ratri, 2021). Proses penerimaan bahan baku ikan tuna
dicuci dari kotoran dan lender hingga bersih, diukur suhu ikannya menggunakan
thermometer. Ikan disortasi dengan menguji organoleptik ikan tuna menggunakan
scoresheet SNI 2729:2013 untuk mengetahui mutu awal ikan tuna yang diterima
(Handoko et al., 2021). Syarat bahan baku ikan segar dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Persyaratan mutu dan keamanan ikan segar
Parameter uji Satuan Persyaratan
a. Organoleptik - Min. 7 (Skor 1 – 9)
b. Cemaran mikroba
- ALT Koloni/g 5,0 x 10⁵
- Escherichia coli APM/g <3
- Salmonella - Negatif/25 g
- Vibrio cholera - Negatif/25 g
- Vibrio parahaemolyticus APM/g <3
c. Cemaran Logam
- Arsen (As) mg/kg Maks. 1,0
- Kadmium (Cd) mg/kg Maks. 0,1
mg/kg Maks. 0,5 **
- Merkuri (Hg) mg/kg Maks. 0,5
mg/kg Maks. 1,0 **
- T`imah (Sn) mg/kg Maks. 40,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 0,3
mg/kg Maks. 0,4 **
d. Kimia*
- Histamin*** mg/kg Maks. 100
e. Residu kimia*
- Kloramfenikol**** - Tidak boleh ada
- Malachite green dan
leuchomalachite green**** - Tidak boleh ada
- Nitrofuran (SEM, AHD, AOZ,
AMOZ)**** - Tidak boleh ada
f. Racun Hayati*
- Ciguatoksin***** - Tidak terdeteksi
g. Parasit* - Tidakboleh ada
CATATAN * Bila diperlukan
** untuk ikan predator
*** untuk ikan scombroidae (scombroid), clupeidae,
pomatomidae, coryphaenadae
**** untuk ikan hasil budidaya
***** untuk ikan karang
Sumber: BSN, 2013
Tabel 3 Kriteria ikan tuna untuk masing-masing grade
8
2.3.11 Penimbangan 2
Tuna saku beku ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan
yang sudah dikalibrasi secara cepat, cermat, dan saniter serta tetap
mempertahankan suhu pusat produk maksimum -18°C. tahap ini bertujuan
mendapatkan berat saku yang sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dan
bebas dari kontaminasi bakteri pathogen (BSN, 2015).
2.3.12 Pengemasan dan pelabelan
Produk tuna saku beku dimasukkan kedalam kemasan karton sesuai
dengan label secara cepat, cermat, dan saniter. Tahap ini memiliki tujuan untuk
melindungi produk dari kontaminasi dan kerusakan selama transportasi dan
penyimpanan, memberi identitas produk dan dapat mempermudah saat
pengangkutan ke tempat tujuan (BSN, 2015).
2.3.13 Penyimpanan beku
Tahapan ini dilakukan dengan produk disusun secara rapi di dalam cold
storage dengan suhu produk yang dipertahankan stabil maksimum -18°C dengan
sistem penyimpanan First in First Out (FIFO) sehingga dapat memudahkan
pembongkaran. Tahap ini bertujuan mempertahankan suhu pusat produk tuna
saku beku maksimum -18°C (BSN, 2015).
2.4 Rendemen
Rendemen adalah daging bahan baku yang dapat dimanfaatkan setelah
proses pengolahan. Rendeman merupakan persentase yang didapatkan dari
membandingkan berat awal bahan baku dan berat dari produk akhir. Rendemen
bahan baku dapat dipengaruhi oleh faktor kesegaran, keterampilan tenaga kerja,
peralatan dan ukuran bahan baku. Perhitungan rendemen dilakukan dengan cara
penimbangan pada tahap penerimaan bahan baku hingga menjadi produk
(Handoko et al., 2021). Rendemen menjadi nilai penting dalam pembuatan produk
yang bertujuan mendapatkan total dari berat daging yang akan digunakan untuk
proses produksi (Dewatisari et al., 2017).
dan pelabelan, penyimpanan beku. Alur proses pengolahan tuna saku beku
mengacu pada SNI 4104: 2015 dapat dilihat pada Gambar 3
Penerimaan
Organoleptik dan histamin
Pencucian
Penyiangan
Pembuatan loin
Pemotongan Saku
Pembungkusan dan
penimbangan 1
Pendeteksian logam
Pembekuan
Penimbangan 2
Pengemasan dan
pelabelan
Penyimpanan beku
Sensori, histamin, cemaran logam berat, ALT,
Stuffing Escherichia coli dan Coliform, Salmonella,
Vibrio cholerae, dan Vibrio parahaemolyticus
produksi maka segala proses pengolahan ditangani secara baik dengan cepat
serta menjaga higiene dan sanitasi selama proses produksi berlangsung
3.4.6.2 SSOP (Standard Sanitasion Operational Procedure)
Pengamatan penerapan Standard Sanitasion Operational Procedure di PT.
Bahari Prima Manunggal meliputi keamanan air dan es, kondisi dan kebersihan
permukaan yang kontak dengan bahan pangan meliputi peralatan dan pakaian
pekerja, pencegahan kontaminasi silang, toilet dan tempat cuci tangan, bahan
kimia, pembersih dan saniter, syarat label dan penyimpanan, kesehatan karyawan,
dan pengendalian pest.
3.4.6.3 SKP (Sertifikat Kelayakan Pengolahan)
Pengamatan SKP pada PT. Bahari Prima Manunggal yang akan diamati
meliputi pemenuhan penerapan GMP (Good Manufacturing Practices) dan SSOP
(Standard Sanitasion Operational Procedure) yang telah memenuhi persyaratan
untuk memperoleh Sertifikat Kelayakan Pengolahan. Metode yang digunakan
menggunakan ceklis dengan pengamatan sebanyak 2 kalin pada awal dan akhir
praktik.
3.4.7 Pengamatan pengolahan limbah
Pengelolaan limbah pada perusahaan ada dua yaitu limbah padat dan
limbah cair. Penggamatan yang dilakukan terhadap pengelolaan limbah cair dan
limbah padat yang ada di PT. Bahari Prima Manunggal dengan menggunakan
metode pengambilan data primer dan observasi yaitu pengamatan secara
langsung limbah hasil pengolahan tuna saku beku dari awal tahapan proses
hingga akhir proses yang dilakukan oleh karyawan unit pengolahan.
𝑖 ∑𝑛
𝑖 𝑋𝑖
Nilai rata-rata =
𝑛
3.5.1.2 Rendemen
Rendemen dengan perbandingan bobot akhir produk dan berat awal bahan
baku dilakukan dengan 2 kali ulangan, menggunakan perhitungan rata-rata,
setelah perhitungan berat akhir dan berat awal dengan rumus sebagai berikut:
berat akhir
Rendemen = x 100%
berat awal
20
3.5.1.3 Produktivitas
Hasil pengamatan produktivitas dirata-ratakan dengan rumus dibawah ini:
X = ∑𝑛
𝑖=1 𝑥𝑖
2
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖−𝑥)
2
S =
𝑛
∑𝑛
𝑖=1(𝑥𝑖−𝑥)
2
S =√
𝑛
Keterangan:
S = Simpangan baku
√𝑛 = 2,45
1,96 = Koefisien standar deviasi pada tahap 95%
X = Nilai rata-rata
Xi = Hasil pengamatan dari ke i, dimana i = 1,2,....., n
S 2 = Keragaman nilai mutu
𝜇 = Kisaran hasil organoleptik
3.6.3 Komperatif
Analisis komperatif merupakan analisis yang membandingkan hasil
pengamatan secara kuantitatif dengan literatur, narasumber ataupun dengan
pengamatan yang serupa. Data yang diperoleh diolah dan dilanjutkan evaluasi dan
dirangkum dengan studi perbandingan antara teori dengan yang terjadi di
lapangan selama praktik, sehingga nantinya didapatkan kesimpulan dari hasil
pengamatan.
Analisis data
Penyusunan laporan
Ali, M., Nisak, F., & Ika Pratiwi, Y. (2020). Pemanfaatan Limbah Cair Ikan Tuna
Terhadap Pertumbuhan Tanaman Pakchoy Dengan Wick System
Hydroponik. Agro Bali: Agricultural Journal, 3(2), 186–193.
BSN. (2015). SNI 4104: 2015 Tuna Loin Beku. Jakarta: Badan Standarisasi
Nasional.
BSN. (2013). SNI 2729:2013 Ikan Segar. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.
Dewatisari, W. F., Rumiyanti, L., & Rakhmawati, I. (2017). Rendemen dan Skrining
Fitokimia pada Ekstrak Daun Sanseviera sp. Jurnal Penelitian Pertanian
Terapan, 17(3), 197–202.
Direktorat Usaha dan Investasi. (2018). Profil Peluang Investasi Komoditas Tuna.
In Kementerian Kelautan dan Perikanan.
Direktorat Usaha dan Investasi. (2019). Peluang Usaha dan Investasi Tuna. In
Kementerian Kelautan dan Perikanan. Direktorat Jendral Penguat Daya
Saing Produk Kelautan dan Perikanan.
Frisca, R. S. (2021). Analisis Distribusi Pemasaran Ikan Tuna (Thunnus sp.) Saku
Beku di PT. Bahari Prima Manunggal Jakarta Barat. 1-63
Haya, S., & Restuwati, I. (2022). Teknik Pembekuan Ikan Tongkol Bentuk Utuh
dengan Metode Air Blast Freezer. Jurnal Penyuluhan Perikanan Dan
Kelautan, 16(April), 45–63.
Laismina, A. N., Montolalu, L. A., & Mentang, F. (2014). Kajian Mutu Ikan Tuna
(Thunnus albacares) Segar Di Pasar Bersehati Manado. Media Teknologi
Hasil Perikanan, 2(1), 1–5.
Naiu, A. S., Koniyo, Y., Nursinar, S., & Kasim, F. (2018). Penanganan dan
Pengolahan Hasil Perikanan. Gorontalo: CV. Athara Samudra.
Putri, S. A., & Sulmartiwi, L. (2021). Proses Pengolahan Sotong (Sepia officinalis)
Beku dengan Metode Contact Plate Freezing di PT. Karya Mina Putra,
Rembang, Jawa Tengah. Journal of Marine and Coastal Science, 10(2), 99.
Ratri, H. W. M. (2021). Panduan Penanganan Ikan Tuna Untuk Ekspor (pp. 1–34).
Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Nizam Zachman-Jakarta. Direktorat
24
Sari, I. D. M. (2018). Pengelolaan Limbah Industri PT. Apac Inti Corpora Bawen
Semarang. Jurnal Cakrawala Hukum, 9(2), 186–194.
Wiadnyana, N. N., Wijopriono, & Fahmi, Z. (2019). Biologi dan Perikanan Tuna
Sirip Kuning. Jakarta Pusat: AMAFRAD Press-Badan Riset dan Sumberdaya
Manusia Kelautan dan Perikanan
Kementerian kelautan dan perikanan. 2020. Ikan Tuna, Jenis dan Cara
Penangkapannya. Data statistik online KKP Ekspor.
https://kkp.go.id/djpt/ppsbungus/artikel/24350-ikan-tuna-jenis-dan-cara-
penangkapannya
LAMPIRAN
26
LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar penilaian organoleptik ikan segar
SNI 2729: 2013
Lembar penilaian organoleptik ikan segar
Nama panelis : …………………………… Tanggal : …………………………..
• Cantumkan kode contoh pada kolom yang tersedia sebelum melakukan
pengujian.
• Berilah tanda √ pada nilai yang dipilih sesuai kode contoh yang diuji
Kode
Spesifikasi Nilai
1 2 3 4 dst
1. Kenampakan
a. Mata
- Bola mata cembung, kornea dan pupil jernih,
9
mengkilap spesifik jenis ikan
- Bola mata rata, kornea dan pupil jernih, agak
8
mengkilap spesifik jenis ikan
- Bola mata rata, kornea agak keruh, pupil agak
7
keabu-abuan, agak mengkilap spesifik jenis ikan
- Bola mata agak cekung, kornea agak keruh,
pupil agak keabu-abuan, agak mengkilap 6
spesifik jenis ikan
- Bola mata agak cekung, kornea keruh. pupil
5
agak keabu-abuan, tidak mengkilap
- Bola mata cekung, kornea keruh, pupil keabu-
3
abuan, tidak mengkilap
- Bola mata sangat cekung, kornea sangat keruh,
1
pupil abu-abu, tidak mengkilap
b. Insang
- Warna insang merah tua atau coklat kemerahan,
cemerlang dengan sedikit sekali lendir 9
transparan
- Warna insang merah tua atau coklat kemerahan,
kurang cemerlang dengan sedikit lendir 8
transparan
- Warna insang merah muda atau coklat muda
7
dengan sedikit lendir agak keruh
- Warna insang merah muda atau coklat muda
6
dengan lendir agak keruh
- Warna insang merah muda atau coklat muda
5
pucat dengan lendir keruh
- Warna insang abu-abu atau coklat keabu-abuan
3
dengan lendir putih susu bergumpa
- Warna insang abu-abu, atau coklat keabu-abuan
1
dengan lendir coklat bergumpal
c. Lendir Permukaan Badan
- Lapisan lendir jernih, transparan, mengkilap
9
cerah
27
Lampiran 1 (lanjutan)
Spesifikasi Kode
Nilai
1 2 3 4 dst
- Lapisan lendir jernih, transparan, cukup cerah 8
- Lapisan lendir mulai agak keruh 7
- Lapisan lendir mulai keruh 6
- Lendir agak tebal, mulai berubah warna 5
- Lendir tebal sedikit menggumpal, berubah warna 3
- Lendir tebal menggumpal, berubah warna 1
1. Daging
- Sayatan daging sangat cemerlang, spesifik jenis,
9
jaringan daging sangat kuat
- Sayatan daging cemerlang spesifik jenis,
8
jaringan daging kuat
- Sayatan daging sedikit kurang cemerlang,
7
jaringan daging kuat
- Sayatan daging kurang cemerlang, jaringan
6
daging sedikit kurang kuat
- Sayatan daging mulai pudar, jaringan daging
5
kurang kuat
- Sayatan daging kusam, jaringan daging kurang
3
kuat
- Sayatan daging sangat kusam, jaringan daging
1
rusak
2. Bau
- Sangat segar, spesifik jenis kuat 9
- Segar, spesifik jenis 8
- Segar, spesifik jenis kurang 7
- Netral 6
- Sedikit bau asam 5
- Bau asam kuat 3
- Bau busuk kuat 1
3. Tekstur
- Padat, kompak, sangat elastis 9
- Padat, kompak, elastis 8
- Agak lunak, agak elastis 7
- Agak lunak, sedikit kurang elastis 6
- Agak lunak, kurang elastis 5
- Lunak bekas jari terlihat dan sangat lambat
3
hilang
- Sangat lunak, bekas jari tidak hilang 1
28
Kode Contoh
Spesifikasi Nilai
1 2 3 4 5
A. Dalam Keadaan beku
1. Lapisan es
• Rata, bening, seluruh permukaan dilapisi es 9
• Tidak rata, bening, bagian permukaan produk yang 7
tidak dilapisi es kurang lebih 30%
• Tidak rata, bagian permukaan yang tidak dilapisi es 5
kurang dari 50%
• Tidak rata, bagian permukaan yang tidak dilapisi es 3
lebih dari 50%
• Tidak terdapat lapisan es pada permukaan es 1
2. Pengeringan (dehidrasi)
• Tidak ada pengeringan pada permukaan produk 9
• Pengeringan pada permukaan produk kurang 7
lebih 30%
• Pengeringan pada permukaan produk kurang dari 5
50%
• Pengeringan banyak pada permukaan produk 3
40%-50%
• Seluruh bagian produk luar tampak mengering 1
3. Perubahan warna (diskolasi)
• Belum mengalami perubahan warna pada 9
permukaan produk
• Perubahan warna pada permukaan produk kurang 7
lebih 30%
• Perubahan warna pada permukaan produk kurang 5
dari 50%
• Perubahan warna pada permukaan produk lebih 3
dari 50%
• Perubahan warna menyeluruh pada permukaan 1
produk
B. Setelah pelelehan (thawing)
1. Kenampakan
• Cemerlang spesifikasi produk 9
• Kurang cemerlang spesifikasi produk 7
29
Kode Contoh
Spesifikasi Nilai
1 2 3 4 5
• Agak kusam 5
• Mulai berubah warna 3
• Warna agak kemerahan 1
2. Tekstur
• Padat, kompak 9
• Padat, kurang kompak 7
• Agak lembek 5
• Lembek 3
• Sangat lembek 1
3. Bau
• Spesifikas iproduk 9
• Netral 7
• Sedikit tengik 5
• Asam, sedikit bau ammonia, tengik 3
• Ammonia dan busuk jelas sekali 1
30
Minggu ke-
4 5 6
No. Alur Proses
Senin Rabu Senin Rabu Senin Rabu
I II I II I II I II I II I II
1 Penerimaan bahan baku
2 Pencucian
3 Penyiangan
4 Pembuatan loin
5 Perapihan dan pengkulitan
6 Sortasi mutu
7 Pemotongan saku
8 Pembekuan
9 Penyimpanan beku
34
Minggu ke-
4 5 6
No. Alur Proses
Selasa Jumat Selasa Jumat Selasa Jumat
I II I II I II I II I II I II
1 Pencucian
2 Penyiangan
35
Minggu ke-
4 5 6
No. Alur Proses
Rabu Sabtu Rabu Sabtu Rabu Sabtu
I II I II I II I II I II I II
1 Penerimaan bahan baku
2 Pencucian
3 Penyiangan
4 Pembuatan loin
5 Perapihan dan pengkulitan
6 Sortasi mutu
7 Pemotongan saku
8 Pembungkusan dan penimbangan 1
9 Pembekuan
10 Penimbangan 2
11 Pengepakan dan pelabelan
12 Penyimpanan beku
37
Minggu ke-
2
No Alur Proses Pengulangan Senin jumat
Berat Berat Rata- Berat Berat Rata-
Rendemen rendemen
awal akhir rata awal akhir rata
I
1 Penerimaan bahan baku
II
I
2 Pencucian
II
I
3 Penyiangan
II
I
4 Pembuatan loin
II
I
5 Perapihan dan pengkulitan
II
I
6 Sortasi mutu
II
I
7 Pemotongan saku
II
I
8 Pembungkusan dan penimbangan 1
II
I
9 Pembekuan
II
I
10 Penimbangan 2
II
I
11 Pengepakan dan pelabelan
II
I
12 Penyimpanan beku
II
39
Minggu ke-
3
No Alur Proses Pengulangan Senin Jumat
Berat Berat Rata- Berat Berat Rata-
Rendemen rendemen
awal akhir rata awal akhir rata
I
1 Penerimaan bahan baku
II
I
2 Pencucian
II
I
3 Penyiangan
II
I
4 Pembuatan loin
II
I
5 Perapihan dan pengkulitan
II
I
6 Sortasi mutu
II
I
7 Pemotongan saku
II
I
8 Pembungkusan dan penimbangan 1
II
I
9 Pembekuan
II
I
10 Penimbangan 2
II
I
11 Pengepakan dan pelabelan
II
I
12 Penyimpanan beku
II
40
Minggu ke-
4
No Alur Proses Pengulangan Senin Jumat
Berat Berat Rata- Berat Berat Rata-
Rendemen rendemen
awal akhir rata awal akhir rata
I
1 Penerimaan bahan baku
II
I
2 Pencucian
II
I
3 Penyiangan
II
I
4 Pembuatan loin
II
I
5 Perapihan dan pengkulitan
II
I
6 Sortasi mutu
II
I
7 Pemotongan saku
II
I
8 Pembungkusan dan penimbangan 1
II
I
9 Pembekuan
II
I
10 Penimbangan 2
II
I
11 Pengepakan dan pelabelan
II
I
12 Penyimpanan beku
II
41
Minggu ke-
5
No Alur Proses Pengulangan Senin Jumat
Berat Berat Rata- Berat Berat Rata-
Rendemen rendemen
awal akhir rata awal akhir rata
I
1 Penerimaan bahan baku
II
I
2 Pencucian
II
I
3 Penyiangan
II
I
4 Pembuatan loin
II
I
5 Perapihan dan pengkulitan
II
I
6 Sortasi mutu
II
I
7 Pemotongan saku
II
I
8 Pembungkusan dan penimbangan 1
II
I
9 Pembekuan
II
I
10 Penimbangan 2
II
I
11 Pengepakan dan pelabelan
II
I
12 Penyimpanan beku
II
42
Minggu ke-
6
No Alur Proses Pengulangan Senin Jumat
Berat Berat Rata- Berat Berat Rata-
Rendemen rendemen
awal akhir rata awal akhir rata
I
1 Penerimaan bahan baku
II
I
2 Pencucian
II
I
3 Penyiangan
II
I
4 Pembuatan loin
II
I
5 Perapihan dan pengkulitan
II
I
6 Sortasi mutu
II
I
7 Pemotongan saku
II
I
8 Pembungkusan dan penimbangan 1
II
I
9 Pembekuan
II
I
10 Penimbangan 2
II
I
11 Pengepakan dan pelabelan
II
I
12 Penyimpanan beku
II
43
2 Pencucian
3 Penyiangan
4 Pembuatan loin
6 Sortasi mutu
7 Pemotongan saku
9 Pembekuan
10 Penimbangan 2
12 Penyimpanan beku
46
bahan toksin
yang benar
7. Pengawasan
kondisi
kesehatan
personil
8. Pengendalian
pest
48
NAMA UPI :
PROVINSI :
TANGGAL :
KUESIONER SUPERVISI
A. DATA UMUM
1 Nama UPI :
2 Alamat
Kantor Pusat :
UPI/Ruang Proses/Gudang :
3 Kategori UPI : a. Unit PengolahanIkan b. Unit Penanganan c. Unit Gudang d. Unit Penanganan e. Unit FortifikasiIkan f. Kapal
Rumput PenyimpananIkan Ikan Hidup Pengolahan
Lau Ikan
t
Kering
8 Produk
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
Terlampir
9 SNI yang diterapkan :
10 Kapasitas Sarana dan Prasarana
50
Jumlah
12 Jumlah Hari Kerja : hari/bulan
13 Asal Es Bentuk Es Penggunaan Es
a. Produksi sendiri dengan kapasitas : ton a. Balok a. Penanganan a. Distribusi
b. Pembelian dari : b. Curai b. Penyimpanan Sementara b. Pengolahan
14 Bahan Penolong/Tambahan : -
-
Keterangan:
a. Minor (Mn) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan Tindakan koreksiatau dibiarkan secara terus-menerus akan berpotensimempengaruhi mutu pangan
b. Mayor (Mj) Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi mempunyai potensi mempengaruhi keamanan pangan
c. Serius Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi dapap mempengaruhi keamanan pangan
d. Kritis Penyimpangan yang apabila tidak dilakukan tindakan koreksi akan segera memperpanjang keamanan pangan
HASIL PENILAIAN
1. KETIDAKSESUAIAN
a. Kritis
b. Serius
c. Mayor
d. Minor
2. PERINGKAT SKP 1. A (Baik Sekali)
2. B (Baik)
3. C (Cukup)
Mengetahui
Penanggung Jawab UPI ……………………., ……………..
Ketua Tim Pembina Mutu
…………………..
…………………….
Keterangan:
Jumlah Penyimpangan
Peringkat
Minor Mayor Serius Kritis
A = Baik sekali 0–6 0–5 0 0
B* = Baik ≥7 0 – 10 0–2 0
C = Cukup NA ≥ 11 3–4 0
58
Catatan: *) jumlah kombinasi penyimpangan Serius dan Mayor tidak lebih dari 10
NA = Not Applicable
................,...
(Stempel UPI)
( )
60