Anda di halaman 1dari 27

Mata Kuliah Teknologi Penangkapan Ikan

LAPORAN PRAKTIK LAPANG

TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN PADA BAGAN PERAHU YANG BERBASIS


DI DUSUN MATE'NE, KABUPATEN BARRU

Disusun Oleh

AYU SUCIATI
L051201036

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN


DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktik Lapang “Teknologi Penangkapan Ikan” yang dilaksanakan di Kelurahan
Dusun Matene, Keluarahan Tanete, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru,
Provinsi Sulawesi Selatan ini dapat diselesaikan
Laporan ini disusun berdasarkan data hasil pengamatan, wawancara, dan
dokumentasi yang dilakukan selama praktik lapang yang berlangsung di Dusun Mate’ne,
Kecamatan Tanate Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yang
dilaksanakan pada tanggal 31 Mei – 2 Juni 2022. Tujuan penulisan laporan ini
diharapkan mampu memberikan informasi tentang teknologi penangkapan ikan yang
dimanfaatkan oleh nelayan bagan perahu.
Penulis menyadari bahwa laporan yang penulis buat, jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan
penyusunan laporan selanjutnya agar laporan yang penulis buat menjadi lebih baik.
Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu, baik selama praktik lapang maupun dalam penyusunan laporan.

Makassar, Juni 2022

Ayu Suciati

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
B. Tujuan dan Kegunaan .............................................................................................. 2
II. Metode Praktik Lapang ...................................................................................................... 3
A. Waktu dan Tempat .................................................................................................. 3
B. Alat dan Kegunaan .................................................................................................. 3
C. Teknik Pengambilan Data ....................................................................................... 4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................................. 5
A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang ............................................................... 5
B. Aspek Teknis ........................................................................................................... 6
C. Aspek Ekonomi...................................................................................................... 11
D. Aspek Manajemen................................................................................................. 11
E. Hasil Tangkapan ................................................................................................... 12
IV. PENUTUP .......................................................................................................................... 16
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 16
B. Saran....................................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 17

ii
DAFTAR TABEL

iii
DAFTAR GAMBAR

iv
DAFTAR LAMPIRAN

v
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kabupaten Barru terletak pada pesisir barat Propinsi Sulawesi Selatan, secara
geografis terletak pada koordinat 4o05'49" LS - 4o47'35"LS dan 119o35'00"BT - 119o
49'16"BT. Di sebelah utara Kabupaten Barru berbatasan Kota Parepare dan Kabupaten
Sidrap, sebelah timur berbatasan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone, sebelah
selatan berbatasan Kabupaten Pangkep dan sebelah barat berbatasan Selat Makassar
dengan luas wilayah laut teritorial seluas 4 mil dari garis pantai sepanjang 78 km. Garis
pantainya yang membentang di wilayah barat menghadap ke Selat Makassar
menjadikan Kabupaten Barru memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat
besar khususnya pada potensi laut dan pesisir (https://sulselprov.go.id/).
Potensi sumberdaya laut dan potensi kabupaten Barru sangat beraneka ragam,
khususnya ikan-ikan pelagis, untuk memanfaatkan potensi tersebut masyatakat
Kabupaten Barru melakukan kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan dengan
beragam alat tangkap dengan hasil tangkapan yang beragam. Salah satu alat tangkap
yang dioperasikan di perairan Kabupaten Barru, khususnya di Dusun Mate’ne yaitu
bagan perahu. Bagan perahu adalah alat tangkap yang termasuk dalam pengelompokan
alat tangkap jaring angkat yang dioperasikan tidak jauh dari pesisir pantai. Dalam
pengoperasian bagan perahu memanfaatkan cahaya dari lampu sebagai teknologi
penangkapan ikan (DKP Kab.Barru, 2017)
Cahaya merupakan salah satu faktor yang digunkan untuk menarik perhatian
ikan, sebab ikan merupakan organisme perairan yang menanggapi respon terhadap
cahaya. Ketertarikan ikan oleh cahaya dikarenakan ikan menggunakan indra
penglihatannya untuk melihat keberadaan mangsa maupun predator. Ikan-ikan yang
bersifat fototaksis positif secara berkelompok akan bereaksi terhadap cahaya dengan
mendatangi cahaya tersebut dan berkumpul di sekitar cahaya, adapun jenis hasil
tangkapan bagan perahu adalah kelompok ikan pelagis kecil yang reaktif terhadap
cahaya. Oleh karena itu, praktik lapang untuk mata kuliah “Teknologi Penangkapan Ikan”
perlu dilakukan untuk mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan selama proses
perkuliahan sehingga tersedianya data dan informasi untuk mengoptimalkan
penggunaan teknologi penangkapan ikan dalam melakukan penangkapan ikan
menggunakan bagan perahu yang berbasis di Dusun Mate’ne, Kecamatan Tanate Rilau,
Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi selatan.

1
B. Tujuan dan Kegunaan

1. Mengetahui teknologi penangkapan ikan pada bagan perahu yg beroperasi di


Dusun Mate’ne, Kabupaten Barru
2. Mengetahui fungsi teknologi yang digunakan pada bagan perahu dan pengaruhnya
terhadap hasil tangkapan

2
II. Metode Praktik Lapang

A. Waktu dan Tempat


Praktik lapang ini dilaksanakan selama 1 hari yaitu tanggal 31 Mei 2022 pukul
14:30-09.30 WITA. Bertempat di perairan Kalaroang, Kecamatan Tanete Rilau,
Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.

Gambar 1. Peta lokasi fishing base

B. Alat dan Kegunaan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktik lapang di Perairan
Kalaroang, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan yaitu:

Tabel 1. Alat dan kegunaan


No. Alat dan bahan Kegunaan

1. Kamera Digunakan untuk mendokumentasikan segala kegiatan


di atas kapal.
2. Alat tulis menulis Digunakan untuk mencatat segala yang berhubungan
dengan kegiatan melaut.
3 Pelampung Sebagai pelindung dan keselamatan diri di laut.
4 GPS Digunakan untuk mengetahui jarak antara fisihing base
dan fishing ground dan titik ordinatnya dalam keadaan
real-time
5 Kuisioner Digunakan untuk mengumpulkan data praktik sehingga
dapat diolah dengan mudah
6 Refraktometer Digunakan untuk mengukur kadar garam atau salinitas
air laut
7 Thermometer Digunakan untuk mengukur suhu air laut
8 Layangan arus Digunakan untuk mengukur kecepatan arus perairan
9 Stopwatch Digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang
diperlukan dalam pengukuran kecepatan arus

3
C. Teknik Pengambilan Data

1. Observasi
Pada metode ini mahasiswa akan melakukan pengamatan secara langsung dengan
cara mengamati dan mendeskripsikan hal-hal yang terjadi selama proses penangkapan.
Sehingga kita akan mengumpulkan informasi dan data relevan yang terjadi di lapangan.
Tahap – tahap pengambilan data yang dilakukan dalam praktek lapang, yaitu:
a. Praktikan dibagi ke dalam beberapa kelompok untuk ikut melaut dengan nelayan
bagan perahu
b. Persiapan dari fishing base menuju fishing ground.
c. Menentukan fishing ground dan menyimpannya menggunakan GPS
d. Persiapan setting dan perendaman jaring
e. Melakukan wawancara dengan nelayan tentang alat tangkap
f. Mengambil data salinitas, kecepatan arus dan suhu
g. Mencatat komposisi hasil tangkapan dan jenis ikan yang tertangkap oleh purse
seine.
h. Mengambil gambar jenis ikan sebagai sampel hasil tangkapan dan mengukur
panjang tubuhnya.
i. Mencatat hasil yang diperoleh.
2. Wawancara
Metode wawancara ini dilakukan melalui proses tanya jawab secara lisan
bertujuan untuk melengkapi data yang dibutuhkan. Pada metode ini mahasiswa akan
mewawancarai nelayan kapal untuk mendapatkan data tentang hasil-hasil tangkapan
yang didapatkan dalam satu kali hauling.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi ini diperolah melalui arsip foto yang diperoleh dari hasil
pengambilan gambar dilapangan.
4. Studi Literatur
Studi literatur merupakan metode yang digunakan untuk mengambil data
pengolahan data yang telah diamati untuk melengkapi data yang diperlukan dalam
laporan. Sumber - sumber studi literatur ini didapatkan didalam jurnal, buku dan internet.

4
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Praktik Lapang


Kabupaten Barru adalah salah satu kabupaten yang terletak dipesisir pantai barat
Provinsi Sulawesi Selatan dengan garis pantainya 87 Km. Secara geografis terletak
diantara koordinat 40°5’49” – 40°47’35” LS dan 119°35’00” – 119°49’16” BT, dengan
luas wilayah kurang lebih 1.174,72 Km2 (Kab. Barru Dalam Angka, 2021). Di sebelah
utara Kabupaten Barru berbatasan Kota Parepare dan Kabupaten Sidrap, sebelah timur
berbatasan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone, sebelah selatan berbatasan
Kabupaten Pangkep dan sebelah barat berbatasan Selat Makassar. Garis pantainya
yang membentang di wilayah barat menghadap ke Selat Makassar menjadikan
Kabupaten Barru memiliki potensi kelautan dan perikanan yang sangat besar khususnya
pada potensi laut dan pesisir. (https://sulselprov.go.id/).
Berbagai kegiatan perikanan dan kelautan, termasuk perikanan tangkap
berpotensi untuk dikembangkan di Kabupaten ini. Tingkat pemanfaatan/eksploitasi
sumber daya kelautan dan perikanan Kabupaten Barru belum maksimal karena petani
dan nelayan tradisional menghadapi kendala pada keterbatasan pengetahuan, teknologi
dan dana untuk biaya pengadaan prasarana dan sarana penangkapan serta budidaya.
Komoditas unggulan perikanan laut di Kabupaten Barru adalah ikan kerapu, ikan
cakalang, ikan tuna dan ikan kakap (DKP Kab.Barru,2015). Pada tahun 2021 Kabupaten
Barru telah mencapai jumlah produksi perikanan laut sebesar 19867,00 ton hal tersebut
lebih besar dibandingkan dengan hasil produksi perikanan darat sebesar 6284,51 ton.
Hal tesebut membuktikan bahwa potensi perikanan tangkap Kabupaten Barru lebih
besar dibandingkan dengan perikanan darat (BPS Kab.Barru,2021). Lokasi praktik
lapang dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta lokasi fishing ground


5
B. Aspek Teknis
a. Kapal dan alat tangkap
i. Kapal
Kapal bagan perahu umumnya di bagian tengah berbentuk persegi panjang
dengan kedua sudut dibawahnya dibulatkan. Dihaluan dan buritan bentuknya mendekati
huruf V. Kapal yang digunakan dalam operasi penangkapan dapat dilihat pada Gambar
3.

Gambar 3. Kapal bagan perahu

ii. Jaring
Jaring terletak pada sisi sebelah kiri dan kanan badan kapal, dan adanya tiang -
tiang panjang sebagai penyangga, paralon besar berdiameter ± 15 cm, dilengkapi
dengan tali yang digunakan untuk menurunkan dan menarik jaring disebut dengan roller.
Jaring yang digunakan adalah jaring waring dengan ukuran mata jaring 1 mm diikatkan
pada bingkai bambu yang berbentuk segi empat yang berfungsi untuk menarik jaring
dan memiliki dimensi L= 27m X B= 25 m. Jaring yang digunakan dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Jaring

6
iii. Mesin

Mesin yang digunakan oleh nelayan bagan perahu di Dusun Mate’ne, memiliki
beberapa jenis, diantaranya:
1. Mesin Pendorong
Bagan perahu di Dusun Matene menggunakan mesin pendorong sebagai tenaga
penggeraknya. Berfungsi untuk menggerakkan bagan perahu dari fishing base kembali
ke fishing base. Mesin pendorong bermerek mitsubishi ps yang memiliki daya 130,5
berfungsi untuk mendorong kapal dari fishing base ke fishing ground maupun
mendorong kapal dari fishing ground ke fishing base. Mesin pendorong yang digunakan
pada bagan perahu dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Mesin penggerak

2. Mesin Roller
Mesin roller yang digunakan bermerek yondong dengan saya 240 HP, berfungsi
untuk membantu menurunkan atau menarik tali saat penurunan jarring dan hauling.
Mesin roller yang digunakan pada bagan perahu dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Mesin Roller

7
3. Mesin jangkar
Mesin jangkar yang digunakan bermerek yondong dengan daya 80 HP yang
berfungsi untuk menurunkan dan menarik jangkar. Mesin jangkar yang digunakan dapat
dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Mesin jangkar

4. Mesin listik
Mesin listrik bermerek yammar TF memiliki daya 300 yang berfungsi sebagai
saluran listrik untuk menyalakan lampu maupun sumber listrik. Mesin listrik yang
digunakan pada bagan perahu dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Mesin listrik

8
b. Alat Bantu dan Perlengkapan Penangkapan
i. Lampu
Lampu pada bagan perahu termasuk alat bantu yang paling penting dalam
melakukan penangkapan ikan. Pada alat tangkap bagan perahu digunakan bola lampu
sebanyak 50 buah yaitu lampu berwarna putih sebanyak 43 dengan daya 400 W, dan
lampu berwarna kuning sebanyak 7 buah dengan daya 400 W. Gambar 9 menunjukkan
lampu yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan.

Gambar 9. Lampu
ii. Roller
Roller pada bagan perahu terbagi atas 2 bagian yaitu di sisi kanan dan kirim kapal.
Roller terbuat dari kayu yang berfungsi dalam proses penurunan jaring. Pada saat
setting dan menarik rangka jaring pada saat hauling. Roller ini dipasang secara
melintang baik pada sisi kiri dan kanan. Pada Gambar 10 menunjukkan roller yang
digunakan pada bagan perahu.

Gambar 10. Roller


iii. Jaring Sortir
Jaring sortir merupakan jarring yang digunakan nelayan untuk memisahkan ikan
hasil tangkapan baik berdasarkan jenis maupun ukuran. Jaring sortir digunakan oleh
ABK kapal saat proses penyortiran agar ikan yang sudah tertangkap tidak berceceran

9
diatas kapal. Pada Gambar 11 menunjukkan jaring sortir yang digunakan diatas deck
kapal.

Gambar 11. Jaring sortir


iv. Serok
Serok merupakan salah satu alat bantu pada pengoperasian alat tangkap bagan
perahu yang berfungsi untuk mengambil dan memindahkan ikan hasil tangkapan dari
jaring ke atas dek kapal. Serok dapat dilihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Serok

v. Box styrofoam
Box styrofoam berfungsi sebagai tempat penyimpanan hasil tangkapan menjaga
mutu ikan agar tetap segar sampai di daratan. Box styrofoam dapat dilihat pada Gambar
13.

Gambar 13. Box Styrofoam

10
C. Aspek Ekonomi
Terdapat beberapa aspek ekonomi yang digunakan pada kapal bagan perahu di
Dusun Mate’ne, Kelurahan Tanete Rilau, Kabupaten Barru diantaranya nilai hasil
tangkapan dan operasional. Berikut ini merupakan Nilai hasil tangkapan dapat dilihat
pada tabel 2 berikut.

Tabel 2. Nilai hasil tangkapan

No Musim Penangkapan Harga


1 Musim puncak Rp. 800.000,00/box

2 Musim biasa Rp. 600.000,00/box

Nilai operasional yang digunakan pada kapal bagan perahu dapat dilihat pada
tabel 3 berikut.

Tabel 3. Biaya Operasional


No Musim Penangkapan Harga
1 Solar Rp. 7.500,00/Liter

2 Garam Rp. 15.000,00/Karung

3 Es Batu Rp. 40.000,00/styrofoam

Keuntungan dari penjualan hasil tangkapan dipengaruhi dari musim penangkapan


dan biaya operasional. Setiap musim keuntungan yang akan didapatkan berbeda-beda
hal itu dipengaruhi oleh hasil penangkapan yang berbeda-beda setiap musim.
Keuntungan penjualan hasil tangkapan dibagi tiga yaitu penghasilan yang distor ke
punggawa, kapten dan ABK.

D. Aspek Manajemen

Kapal 6 berangkat pada hari selasa tanggal 31 Mei 2022 dari fishing base pukul
14.35 WITA ke fishing ground tiba pukul 15.30 WITA. Kapal tersebut membawa serta
ABK berjumlah 13 orang. Proses penangkapan dimulai dengan setting sampai hauling.
Setting pertama dilakukan pada jam 19.55 WITA dengan mulainya nelayan menyalakan
lampu hingga mengikat jaring di masing-masing pinggiran pemberat kapal. Perendaman
jaring dilakukan pada jam 20.03 WITA untuk memudahkan perendaman jaring dibantu
dengan mesin roller. Setelah itu, para ABK kapal akan berkumpul untuk makan bersama.
Pada jam 00.13 WITA dilakukan hauling, pada saat itu mesin roller sudah menarik jaring
hingga jam 00:15 ikan sudah berada di atas kapal dan dikumpulkan dalam jaring sortir.
Setting kedua dilakukan pada pukul 00.37 WITA, Hauling kedua dilakukan pada jam

11
05.13 WITA. Setelah hauling selesai jaring dibersihkan lalu dimasukkan kembali ke
dalam kapal sebelum kembali ke fishing base. Alur manajemen waktu dapat dilihat pada
Gambar 11.

Berangkat
Tiba di fishing
Persiapan dari fishing Setting pertama
ground (15.30
(14.00 WITA) base (14.35 (19.55 WITA)
WITA)
WITA)

Perendaman Penyortiran
Hauling setting kedua
jaring (20.03 ikan (00.15
(00.13 WITA) (00.37 WITA)
WITA) WITA)

Berangkat dari
Perendaman Hauling Persiapan
fishing ground
jaring (00.42 kedua (05.13 pulang (05.30
menuju fishing
WITA) WITA) WITA)
base (06.30 WITA)
Gambar 11. Alur manajemen waktu penangkapan ikan

E. Hasil Tangkapan

a. Tangkapan utama

Hasil Tangkapan Utama Per unit Kapal


800
700
jumlah hasil tangkapan (kg)

600
500
400
300
200
100
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
kapal

Hasil Tangkapan (Kg) Teri Hasil Tangkapan (Kg) Tembang


Hasil Tangkapan (Kg) Peperek Hasil Tangkapan (Kg) Lainnya

Gambar 11. Diagram hasil tangkapan ikan per unit kapal bagan perahu di Dusun
Mate’ne Kab. Barru

Nama Indonesia : Ikan Teri


Nama Latin : Stolephorus commersonii
Nama Internasional : Anchovies
Nama Lokal : Ikan Lure
Klasifikasi

12
Kingdom: Animalia
Filum :Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Family : Engraulidae
Genus : Stolephorus
Spesies : Stolephorus commersonii

Gambar 12. Ikan Teri (Stolephorus commersonii)

Nama Indonesia : Ikan Tembang


Nama Latin : Sardinella gibbosa
Nama Internasional : Fringescale sardine
Nama Lokal : Ikan tembang lakara
Klasifikasi
Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Clupeiformes
Family : Clupeidae
Genus : Sardinella
Spesies : Sardinella gibbose

Gambar 13. Ikan Tembang (Sardinella gibbose)

13
Nama Indonesia : Ikan Peperek
Nama Latin : Leiognathus equulus
Nama Internasional : Pony fish
Nama Lokal : Ikan bete-bete
Klasifikasi :
Kingdom :Animalia
Filum :Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Percomorfes
Family : Leionagthidae
Genus : Leionagthus
Spesies : Leionagthus equulus

Gambar 14. Ikan Peperek (Leionagthus equulus)

b. Histogram
Dapat dilihat pada Gambar 15 bahwa hasil tangkapan utama pada kapal 6 yaitu ikan
Ikan teri, ikan peperek dan ikan tembang. Hal tersebut disebabkan ikan teri, peperek dan
tembang adalah adalah ikan yang memiliki sifat fototaksis-positif atau ikan yang tertarik
pada cahaya. Ikan-ikan yang bersifat fototaksis positif secara berkelompok akan
bereaksi terhadap cahaya dengan mendatangi cahaya tersebut dan berkumpul di sekitar
cahaya (Aliyubi, 2015; Sulaiman, 2015). Dalam perikanan tangkap sumber cahaya
berasal dari alam dan buatan. Sumber cahaya alami yaitu berasal dari matahari dan
bulan. Pada saat bulan purnama cahaya dari bulan menyebar ke seluruh permukaan
perairan maka ikan-ikan juga ikut menyebar. Dengan memanfaatkan sifat alamiah ikan
maka nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan pada malam hari dengan
menggunakan alat bantu cahaya (lampu) (Isradewi,2016).

14
KAPAL 6

Hasil Tangkapan (Kg) Teri


0%
16%
Hasil Tangkapan (Kg)
Tembang
21%
Hasil Tangkapan (Kg)
63% Peperek
Hasil Tangkapan (Kg)
Lainnya

Gambar 15. Histogram hasil tangkapan ikan per unit kapal bagan perahu di Dusun
Mate’ne Kab. Barru

15
IV. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan praktik lapang dalam pengoperasian bagan


perahu yang berbasis di Dusun Mate’ne, Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru
dapat disimpulkan bahwa:

1. Teknologi penangkapan ikan dalam pengoprasian bagan perahu yang dilakukan oleh
nelayan di Kabupaten Barru Kecamatan Tanete rilau adalah memanfaatkan sifat
fototaksis-positif pada ikan dengan menggunakan lampu.
2. Fungsi teknologi penangkapan ikan pada bagan perahu yaitu sebagai pemikat agar
ikan mendatangi dan berkumpul disekitar lampu yang dibawahnya telah dipasangi
jaring.

B. Saran
Sebaiknya waktu praktik lapang tidak dilaksanakan di pekan akhir perkuliahan
agar mahasiswa dapat membagi waktu belajar untuk mengikuti ujian final dan
mengerjakan laporan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Azhari, Adrian. 2017. Struktur Komunitas Ikan Fototaksis Positif Di Perairan Teluk
Jukung Kabupaten Lombok Timur. [Skripsi]. Nusa Tenggara Barat (Id) :
Universitas Mataram.

Daftar Kabupaten Dan Kota. 2022. [Website] Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan.
Https://Sulselprov.Go.Id/Pages/Des_Kab/2 . [Diakses Pada Tanggal 8 Juni 2022,
Pukul 19.30 Wita].
Muh. Ismail. 2021. Pengaruh Faktor Teknis Penangkapan Pada Pengoperasian Bagan
Perahu Di Perairan Spermonde, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.
[Skripsi]. Makassar (Id): Universitas Hasanuddin.
Pemerintah Kabupaten Barru, 2017. Dinas Perikanan Dan Kelautan [Online].
Https:Barrukab.Go.Id/Pemerintahan/Dinas/Dinas-Kelautan-Danperikanan/
[Diakses Pada Tanggal 8 Juni 2022, Pukul 19:30 Wita].

17
L
A
M
P
I
R
A
N 18
Lampiran 1. Dokumentasi Kegiatan di Lokasi Praktik Lapang

Wawancara nelayan

Makan bersama dengan para ABK

Foto bersama dengan nelayan

19
Lampiran 2. Kegiatan penangkapan ikan

Setting jaring

Hauling pertama

Pernyortiran hasil tangkapan

20
Proses perendaman jaring kedua

Proses penyortiran hasil tangkapan hauling kedua

21

Anda mungkin juga menyukai