LAPORAN
PRAKTEK KERJA LAPANGAN
TINGKAT I SEMESTER II
OLEH:
KELOMPOK II
Anisa Dewi
N.800.3.19.007
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah disetujui dan layak untuk diujikan dalam Seminar Laporan Praktik
Keahlian Tingkat I Semester II
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Yusep Sugianto, S.St.Pi.,M.Si Kusriati., S.Pi., M.Sc, Artin Indrayati , S.Pi, M.Si
NIP, 19790401 201012 1 001 NIP. 107907 28200502 2 002 NIP.19790716 200502 2 002
Mengesahkan,
Kepala SUPMN Kotaagung
Khaerudin HS,S.Pi,M.Si
NIP,19700329 200212 1001
iii
iv
KATA PENGANTAR
Anisa Dewi
iv
v
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iii
KATA PENGANTAR ...................................................................................iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ........................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan dan manfaat ........................................................................ 2
1.3 ruang lingkup .................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila .............................................................................. 3
2.1.1 Klasifikasi ................................................................................ 3
2.1.2 Morfologi dan Anatomi ............................................................. 4
2.1.3 Habitat dan Kebiasaan Ikan Nila .............................................. 5
2.1.4 Makanan.................................................................................. 6
2.2 Teknik Pembenihan Ikan Nila.......................................................... 6
2.2.1 Persyaratan Lokasi .................................................................. 6
2.2.2 pemijahan ................................................................................ 7
a. Menyiapkan calon induk ................................................... 7
b. Memelihara induk ............................................................. 8
c. Persiapan kolam ............................................................... 9
d. Penebaran induk ............................................................. 10
e. Pemijahan ....................................................................... 10
g. Pemanenan ..................................................................... 11
2.2.3 Teknik pendederan ................................................................. 11
2.2.4 Persiapam Kolam Pendederan ............................................... 11
2.2.5 Peneberan Benih .................................................................... 14
2.2.6 Pemberian Pakan ................................................................... 14
2.2.7 Manajemen Kualitas Air .......................................................... 14
2.2.8 Penanggilangan Hama dan Penyakit ...................................... 16
2.2.9 Panen ..................................................................................... 16
2.3 Analisa Kelayakan Usaha ............................................................. 17
5.2.1 Biaya Investasi ....................................................................... 17
5.2.2 Biaya Tetap ............................................................................ 17
5.2.3 Biaya Variabel ........................................................................ 18
5.2.4 Laba/Rugi ............................................................................... 18
BAB III METODE PRAKTE
3.1 Waktu dan tempat .......................................................................... 19
3.2 Metode Pengumpulan Data............................................................ 19
3.2.1 Observasi ............................................................................... 19
3.2.2 Praktek ................................................................................... 19
3.2.3 Wawancara ............................................................................ 20
3.2.4 Diskusi ................................................................................... 20
BAB IV KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
v
vi
vi
vii
DAFTAR TABEL
vii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Subkelas : Acanthopterygii
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
secara resmi didatangkan dari Taiwan oleh Balai Penelitian Perikanan Air Tawar
pada tahun 1969. Ikan ini merupakan spesies ikan yang berukuran besar antara
200 - 400 gram, sifat omnivora sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa
hewan dan tumbuhan (Amri dan Khairuman, 2003).
Ikan Nila mampu hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di
kolam yang sempit dan dangkal, mempunyai pertumbuhan yang cepat terutama
untuk ikan Nila jantan, tidak memiliki duri dalam daging, serta dapat dipelihara
dalam kepadatan yang cukup tinggi (Jannah, 2001).
3.1.4 Makanan
Beberapa contoh pakan yang dapat dimakan oleh ikan nila adalah
fitoplankton (organisme renik nabati yang melayang-layang dalam air),
zooplankton (organisme renik hewani yang melayang-layang dalam air, misalnya
kutu air), siput, jentik-jentik serangga, klekap (organisme renik yang hidup
didasar perairan tambak), ganggang bentuk benang, ganggang
sutera, Hydrilla (tumbuhan air), sisa-sisa dapur dan buah-buahan, serta daun-
daun lunak yang jatuh dalam air. Bila persediaan pakan dalam habitat ikan nila
sebanding dengan jumlah ikan maka ikan nila akan cepat tumbuh. Ikan nila yang
diberi pakan berupa pellet dengan kadar protein 20-25% sudah dapat tumbuh
pesat (Suyanto, 2003).
3.2.2 Pemijahan
a) Menyiapkan Calon Induk
Menurut Amri dan Khairuman (2008), Calon induk yang akan
digunakan sebagai bakalan penghasil bibit ikan nila harus memperhatikan
kualitasnya. Induk yang akan digunakan adalah induk yang siap memijah
atau bakalan induk yang belum siap memijah. Jika menggunakan induk yang
siap memijah, dana yang disediakan cukup besar karena harganya relatif
mahal. Sebaliknya, jika menggunakan bakalan induk, diperlukan waktu
pemeliharaan untuk membesarkan bakalan induk hingga mencapai umur
dan ukuran siap memijah (matang kelamin). Tanda-tanda induk yang
berkualitas baik sebagai berikut :
• Kondisi sehat
• Bentuk badan normal
• Sisik besar dan tersusun rapi
• Kepala relatif kecil dibandingkan badan
• Badan tebal dan berwarna mengkilap (tidak kusam)
• Gerakan lincah
• Memiliki respon yang baik terhadap pakan tambahan
Induk ikan nila betina yang sudah matang kelamin (umur 5-6 bulan)
dengan berat 200-250 gram mengandung telur 500-1000 butir. Masa
produktif ikan nila 1,5-2 tahun. Jika sudah berumur diatas dua tahun, induk
harus segera diganti dengan induk baru. Biasanya, induk yang lama sudah
tidak produktif lagi. Namun, jika tetap dipijahkan kualitas benih yang
dihasilkan akan menurun. Ciri-ciri induk jantan dan betina dapat dilihat pada
table berikut ini.
8
Untuk lebih jelas melihat perbedaan alat kelamin jantan dan betina ikan
nila (Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Gambar 2 :
b) Memelihara Induk
Sebelum dipijahkan, induk jantan dan induk betina dipelihara di
kolam yang terpisah. Posisi kolam induk dibuat sedemikian rupa sehingga air
buangan dari kolam induk betina kolam induk betina tidak mengalir ke kolam
9
induk jantan atau sebaliknya. Jika tidak, bau tubuh induk kolam betina yang
terbawa arus air ke kolam induk jantan akan merangsang induk jantan untuk
memijah sehingga terjadi pemijahan liar. Keuntungan lain dari pemijahan
induk jantan dan betina sebagai berikut (Amri dan Khairuman, 2008).
c) Persiapan Kolam
Kolam yang digunakan untuk pemijahan massal sebanyak satu
buah kolam. Ukuran kolam 400-600 m2, berupa kolam tanah atau kolam
tembok dengan dasar tanah. Konstruksi dasar kolam dibuat dengan
kemiringan 2-5%. Untuk tanah dasar kolam yang keras sebaiknya dibuat
kubangan dengan ukuran 1,5 x 2 x 0,5 m yang akan dijadikan sebagai
tempat pemijahan induk ikan nila.
Sebelum digunakan, kolam pemijahan dipersiapkan terlebih dahulu.
Persiapan meliputi pengeringan kolam selam dua hari, perbaikan pematang,
perbaikan kamalir, dan penutupan kebocoran yang mungkin terjadi.
Pemupukan menggunakan pupuk organik berupa kotoran ternak sebanyak
25-1000 gram/m2. setelah persiapan selesai, kolam diari setinggi 40-60 cm
(Amri dan Khairuman, 2008).
10
d) Penebaran Induk
Induk jantan dan betina yang akan dipijahkan ditebarkan secara
bersamaan. Padat tebar induk untuk pemijhan massal adalah 1 ekor/
m2 dengan perbandingan induk jantan dan betina 1:3 sampai 1:5. Artinya,
untuk luas kolam 400-600 m2 bisa ditebarkan induk sebanyak 400-600
ekor (100 ekor induk jantan dan 300-500 ekor induk betina). Selama
berada di kolam pemijahan, induk diberi makanan berupa pakan buatan
(pellet) dengan dosis 3% perbobot total per hari (Amri dan Khairuman,
2008).
e) Pemijahan
Pemijahan terjadi setelah hari ketujuh sejak penebaran induk.
Pemijahan terjadi dilubang-lubang (lekukan berbentuk bulat) berdiameter 30
- 50 cm diatas kolam yang merupakan sarang pemijahan. Ketika pemijahan
berlangsung, telur yang dikeluarkan induk betina dibuahi sperma induk
jantan. Selanjutnya, telur yang sudah dibuahi tersebut dierami induk betina
didalam mulutnya. Induk betina yang sedang mengerami telurnya biasanya
tidak makan alias puasa. Karena itu, seminggu setelah induk ditebar, jumlah
pakan tambahan yang diberikan dikurangi sekitar 25% dari jumlah semula
(Amri dan Khairuman, 2008).
Pada minggu kedua perkiraan sudah banyak benih nila yang
menetas. Untuk menunjang kehidupan benih tersebut, kondisi kolam harus
dalam keadaan subur. Karena itu, pada hari kedua belas, kolam pemijahan
mAssal ini perlu diberi pupuk kotoran ayam dengan dosis 500 gram/m2.
Agar pupuk yang ditebar tidak hanyut terbawa air, debit air yang masuk ke
kolam dikurangi (Amri dan Khairuman, 2008).
Larva yang baru menetas tetap berada didalam mulut induk
betina. Jika kolam ini sudah ditumbuhi pakan alami (2 - 3 hari setelah
pemupukan), secara naluri induk betina akan mengeluarkan anak-anaknya
secara serempak dari dalam mulutnya. Benih nila tersebut dengan
gampang akan terlihat dipermukaan air kolam bagian pinggir, terutama
pada pagi hari (Amri dan Khairuman, 2008). (2 - 3 hari setelah
pemupukan), secara naluri induk betina akan mengeluarkan anak-anaknya
secara serempak dari dalam mulutnya.
11
f) Pemanenan
Benih bisa segera dipanen setelah induk melepaskan benih dari
dalam mulutnya. Pemanenan ini harus dilakukan pada saat yang tepat
(paling lambat dua hari setelah dikeluarkan dari mulut induk). Waktu panen
yang ideal dilakukan pada pagi hari ketika kondisi oksigen (O2) dalam
jumlah banyak. Hal ini ditandai dengan banyaknya larva yang muncul
kepermukaan air kolam, terutama dibagian pinggir kolam. Jika pemanenan
terlambat dilakukan, larva sudah berpindah kearah tengah kolam sehingga
sulit untuk ditangkap. Larva yang tertangkap segera dipindahkan kedalam
kolam pendederan (Amri dan Khairuman, 2008).
kolam diusahakan miring kearah pengeluaran air agar pada saat panen kolam
dapat dikeringkan total. Sebelum digunakan, kolam dikeringkan lebih dulu
selama 3-4 hari sampai tanah dasar kolam retak-retak. Tujuannya untuk
membunuh hama dan bibit penyakit (Judantari, dkk, 2008). Menurut Cahyadi
(2005), persiapan kolam pendederan meliputi beberapa tahapan, antara lain :
a) Pengeringan
Kegiatan pengeringan kolam sangat penting untuk dilakukan untuk
mengembalikan tingkat produktivitas kolam yang menurun. Tujuan utama
pengeringan antara lain :
• Memberantas hama dan penyakit.
• Memperbaiki struktur tanah
• Memberikan kesempatan terjadinya difusi udara melalui pori-pori tanah
• Menghilangkan gas-gas beracun seperti H2Sdan Ammonia
c) Perbaikan Pematang
Kondisi kolam yang telah lama digunakan biasanya akan mengalami
kerusakan terutama kebocoran pematang. Jika perbaikan ini tidak dilakukan
maka akan timbul masalah seperti kesulitan dalam mempertahankan tinggi
air dan benih dapat terbawa arus ke luar kolam. Perbaikan pematang
dilakukan dengan penutupan sisi bagian dalam pematang dengan tanah
13
dasar kolam. Bila terjadi kebocoran yang parah maka pematang sebaiknya
dibongkar pada bagian yang bocor kemudian ditutup kembali dengan tanah.
d) Pemupukan
Dalam pemeliharaan ikan dalam kolam, kesuburan sangat penting
untuk dapat menumbuhkan pakan alami bagi ikan yang dipelihara. Salah
satu cara untuk meningkatkan kesuburan adalah dengan pemupukan.
Tujuan dari pemupukan sendiri antara lain :
• Untuk menyuburkan tanah dasar kolam, sehingga organisme pakan
alami dapat tumbuh dengan baik.
• Memperbanyak jasad hidup yang menjadi makanan alami bagi benih
atau ikan.
e) Pengapuran
Pengapuran dilakukan dengan tujuan untuk menetralkan pH tanah
serta membunuh hama dan penyakit yang ada di kolam. Jenis kapur yang
digunakan adalah kapur tohor (CaO) dengan dosis 20 gram/m2. Pengapuran
dilakukan dengan menebarkan kapur secara merata ke seluruh dasar kolam.
Setelah pengapuran dilakukan, kemudian kolam dapat diairi dengan
ketinggian yang berbeda pada setiap kolam. Untuk kolam pemijahan
ketinggian air antara 50-70 cm, sedangkan untuk kolam pemeliharaan larva
dan pendederan ketinggian antara 30-50 cm. Kemudian didiamkan selama
3-5 hari untuk memberi kesempatan tumbuhnya pakan alami dalam kolam.
14
f) Pengisian Air
Setelah kolam selesai dipupuk, langkah selanjutnya adalah
pemasangan saringan pintu air masuk untuk mencegah agar ikan-ikan yang
dipelihara tidak keluar dan menutup pintu air keluar. Kolam diisi air secara
bertahap untuk memberikan kesempatan pupuk bereaksi dan menyuburkan
air kolam untuk penumbuhan pakan alami. Mula-mula kolam diisi sampai
ketinggian 50 cm, hari selanjutnya ditambah sampai 75 - 100 cm. kolam
yang sudah terisi air dibiarkan selama 4 - 5 hari. Selanjutnya benih dapat
dilepas sesuai dengan padat penebaran yang dianjurkan (Judantari, dkk,
2008).
b) Oksigen Terlarut
Oksigen merupakan gas yang terpenting untuk respirasi dan proses
metabolisme. Kelarutan oksigen di perairan dipengaruhi oleh suhu air,
konsentrasi gas larutan maupun kelarutan dari gas tersebut pada permukaan
air yang selanjutnya digunakan untuk proses respirasi (Boyd, 1982). Ikan nila
termasuk jenis ikan yang tahan dalam kondisi kekurangan oksigen, mirip
dengan ikan lele. Jika terjadi kekurangan oksigen ikan nila akan mengambil
langsung dari udara bebas. Bahkan, ikan nila bisa bertahan hidup beberapa
lama di darat tanpa air. Kandungan oksigen yang baik untuk ikan nila adalah 4-
6 ppm (Amri dan Khairuman, 2003). Dari hasil pengukuran oksigen terlarut
pada kolam induk, kolam pemijahan dan kolam pendederan, nilai oksigen
terlarut berkisar 1,7-5,2 ppm.
16
3.2.9 Panen
Usaha pendederan ikan nila biasanya selama 30-45 hari (mulai
pendederan I sampai pendederan II), tergantung permintaan pasar atau
pertumbuhan ikan. Apabila telah sampai batas waktu yang telah ditentukan
dilakukan pemanenan.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengeringkan total kolam.
Pegeringan kolam dilkukan secara bertahap, pada saat menjelang subuh. Pada
pagi hari air kolam yang tersisa hanya pada bagian saluran tengah atau kamalir
saja. Biasanya benih berkumpul disaluran tersebut. Agar benih tidak setres,
sebaiknya air dialirkan masuk sedikit. Benih-benih ditangkap secara hati-hati
dengan menggunakan ayakan atau seser. Selanjutnya ditampung ditempat
khusus dalam happa atau waring yang ditempatkan diselokkan yang airnya
mengalir atau dikolam dan biarkan selama 30 menit sampai benih berenang
normal. Selanjutnya benih dihitung dengan cara ditakar dengan menggunakan
17
literan, kemudian dianggkut atau ditebarkan ke kolam lain yang telah disiapkan
(Judantari, dkk, 2008).
Pendederan yang dikelola dengan baik dan benar, tingkat kelangsungan
hidup (Survival Rate/SR) bisa mencapai 80-90% dari jumlah benih yang ditebar.
Artinya, selama pemeliharaan, benih ikan nila yang mengalami kematian hanya
berkisar 10-20% (Judantari, dkk, 2008).
Biaya tetap (Zulkifli; 2003) adalah biaya yang jumlahnya sampai tingkat
kegiatan tertentu relatif tetap dan tidak terpengaruh oleh perubahan volume
kegiatan. biaya tetap dapat disimpulkan bahwa biaya yang jumlah totalnya tetap
18
dalam kisaran perubahan volume kegiatan tertentu. Besar kecilnya biaya tetap di
pengaruhi oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta
strategi Contoh: bangunan, gaji kariyawan dan asuransi.
2.3.5 Laba/Rugi
BAB III
METODE PRAKTEK
3.2.2 Praktek
Praktek merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan secara
langsung di lapangan.
20
3.2.3 Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode dalam pengumpulan data
dengan cara memperoleh data dan informasi dari narasumber secara lisan.
Wawancara dilakukan dengan cara tatap muka secara langsung dengan
narasumbernya.
3.2.4 Diskusi
Diskusi merupakan tahap pengambilan keputusan dengan beberapa
anggota kelompok berdasarkan data yang didapat serta untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi dalam pengumpulan data.
Sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang
sudah ada yang diperoleh melalui media perantara atau secara tidak langsung
yang be rupa buku, catatan, bukti yang telah ada, atau arsip baik yang
dipublikasikan maupun yang tidak dipublikasikan secara umum.
Data yang diperoleh dari Praktek Kerja Lapangan (PKL) I, kemudian
diolah menjadi sebuah karya ilmiah dengan sistematika penulisan ilmiah. Dalam
penyajian data dapat berupa narasi/deskripsi, grafik, tabel dan gambar yang
memudahkan pembaca untuk memahami makna/arti, penjelasan dan alur sebab
akibat, untuk kemudian dilakukan penarikan kesimpulan sebagai tahap akhir dari
pengolahan data.
21
BAB IV
KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTEK
1. 1 orang Pemimpin
2. 5 orang Tenaga Teknisi
3. 4 orang Pelaksana
4. 1 orang Penjaga Keamanan
5. 2 orang Pelaksana Kebersihan Gedung dan lingkungan BBIS.
A. Kepegawaian
• Kepala BBIS
1. Memimpin dan merencanakan kegiatan BBIS
2. Mengkordinir kegiatan agar dapat mencapai tujuan sesuai
kebijakan yang telah oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan
3. Memberikan bimbingan kepada Staf BBIS
2 Serok - Baik 5
3 Skopnet - Baik 12
4 Cangkul - Baik 8
5 Ember - Baik 22
6 Anco - Baik 5
7 Jaring - Baik 5
8 Happa - Baik 13
11 Artco - Baik 12
12 Timbangan - Baik 3
13 Karung - Baik 2
15 Sabit - Baik 15
16 Golok - Baik 2
17 Lambit - Baik 5
4.3.2 Prabot
Adapun prabot yang digunakan pada pembenihan ikan nila
(Oreochromis niloticus) adalah sebagai berikut :
1 Kolam - Baik 43
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
a) Pembuatan kolam
Dalam pembuatan kolam, terdapat berbagai tipe kolam tanah BBIS
Purbolinggo yang dipakai saat ini. Diantaranya kolam tanah dengan tanggul
tanah dan kolam tanah dengan tanggul tembok. Pembuatan kolam tanah tanggul
tanah tipe ini murah dan mudah. Namun pemeliharaannya perlu ketelatenan
karena tanggul kolam mudah rusak dan bocor. Tanggul tanah juga seringkali di
rusak binatang penggali seperti kepiting,belut dll.
Kolam tanah dengan tanggul tembok disebut juga kolam semi intensif.
Kolam ini lebih awet dan tahan lama. Tanggul kola ini juga tidak akan rusak di
ganggu binatang, namun untuk membuat kolam tipe ini juga memerlukan biaya
yang lebih tinggi dan apabila mengalami kerusakan juga akan mengalami
penambahan biaya lagi. Misalkan tembok kolam retak – retak .
b) Pengeringan Kolam
Pengeringan kolam tanah harus dilakukan setiap kali budidaya ikan
dimulai. Caranya dengan mengosongkan isi kolam dan menjemur dasar kolam.
Penjemuran berlangsung selama 3 − 7 hari tergantung cuaca dan jenis tanah.
Sebagai patokan, penjemuran sudah selesai apabila tanah terlihat retak - retak.
siklus hidup hama dan penyakit yang mungkin ada pada periode budidaya
sebelumnya. Sebagian besar mikroorganisme pathogen akan mati dengan sinar
matahari. Selain itu, penjemuran juga membantu menghilangkan gas - gas
beracun yang terperangkap di dasar kolam.
d) pengapuran
kolam tanah yang telah dipakai budidaya ikan biasanya keasaman
tanahnya meningkat(pH−nya turun).oleh karene itu perlu dinetralkan dengan
memberikan kapur pertanian atau dolomite. Derajat keasama bagi ikan berkisar
pH 7−8. Bila derajat keasaman kurang dari itu perlu pengapuran. Jumlah kapur
yang diberikan untuk menetralkan pH tanah dan jenis tanah. Pada jenis tanah
liat berlumpur, takaran pengapuran untuk menetralkan pH tanah adalah sebagai
berikut:
Dosis diatas perlu ditambah bila jenis tanahnya semakin dominan tanah liat.
Sedangkan tanah yang semakin berpasir, dosis pengapuran dikurangi.
Pengapuran diaplikasikan bersamaan dengan pengolahan tanah,kapur diaduk
28
dengan tanah yang telah dibajak hingga merata. Usahakan agar kapur tercampur
hingga kedalaman 10 cm. setelah itu kolam didiamkan selama 2−3 hari.
f) Pengairan Kolam
Induk ikan nila betina yang sudah matang kelamin (umur 5−6 bulan )
dengan berat 200−250 gram dan dapat mengandung telur 500−1000 butir.Masa
produktif ikan nila 1,5−2 tahun. Jika sudah berumur diatas 2 tahun, induk harus
segera diganti dengan indik baru. Biasaanya, induk yang lama sudah tidak
produktif lagi. Namun,jika tetep dipijahkan kualitas benih yang dihasilkan akan
menurun. Ciri ciri induk jantan dan betina dapat dilihat pada gambar berikut ini.
diberikan pupuk dasar supaya pakan alami akan tumbuh didalam kolam. Pakan
alami tersebut berguna sebagai pakan larva ikan nila yang baru menetas. Induk
betina akan mengeluarkan larva dari mulutnya secara serempak jika ia merasa
didalam kolam banyak tersedia pakan alami untuk anak-anaknya. Larva ikan nila
yang sudah menetas akan segera dipanen dan dipindahkan ke kolam
pemeliharaan larva. Larva dipindahkan kekolam pemeliharaan larva setelah
berumur 5 sampai 7 hari setelah menetas.
5.1.7 Pendederan
Pendederan merupakan kelanjutan proses pemeliharaan untuk
mencapai ukuran tertentu yang siap dibesarkan. Kegiatan pendederan dilakukan
dua tahap, yaitu pendederan tahap I dan pendederan tahap II. Tujuan
pendederan adalah memperoleh benih yang mempunyai ukuran dan
pertumbuhan yang seragam, baik panjang maupun berat. Padat tebar kolam
pendederan adalah antara 500 ekor/m2,untuk periode 35 hari, 800 ekor/m2 untuk
periode 21 hari. Penebaran intensif untuk perawatan larva periode 14 hari
dengan kepadatan 1.000 ekor/m2 dilakukan sedikitnya 1 titik setiap 2 meter.
Pendederan dilakukan sesuai dengan luas kolam yang dimiliki.
1. Pendederan I
Sistem pendederan diberbagai tempat relatif sama. Di Balai Budidaya
Ikan (BBI) Sentral Purbolinggo pendederan dilakukan setelah 3-4 hari
pemeliharaan larva atau setelah cadangan kuning telur larva habis. Proses
pendederan meliputi beberapa tahapan yaitu :
a) Persiapan kolam
Kolam pendederan yang digunakan berupa kolam tanah dengan
pematang dari semen tepatnya di kolam B4. Persiapan kolam meliputi
perbaikan saluran kamalir dari lumpur dan sampah. Kemudian dilakukan
pengeringan kolam selama ± 3 hari atau sampai dasar tanah retak-retak.
Namun, jika sedang musim hujan proses pengeringan lebih lama. Setelah
kering, kolam dipupuk dengan pupuk (organik) dengan dosis 100 – 500
gr/m2. Hal tesebut sesuai dengan pendapat Judantari, dkk (2008) yang
menyatakan bahwa sebelum digunakan, kolam dikeringkan lebih dulu
selama 3-4 hari sampai tanah dasar kolam retak-retak. Untuk menumbuhkan
pakan alami.
35
b) Penebaran larva
Larva yang didederkan adalah hasil dari panen pemijahan secara
massal Sebelum larva ditebar larva terlebih dahulu dihitung dengan
menggunakan takaran, berupa takaran gelas aqua. Satu takaran gelas aqua
bisa sampai berjumlah ± 1.000 larva. Penebaran larva dilakukan pada pagi
hari setelah 5-7 hari dari pemupukan. Padat penebaran larva 100-150
ekor/m2. Ukuran larva tebar 1 - 1,5 cm, bobot 0,02 - 0,08 gram. Waktu
pemeliharaan 30 hari dengan ukuran panen 3 – 5 cm dan bobot 1,5 - 5 gram
Penebaran larva dilakukan disekitar inlet dengan cara memiringkan
ember tempat penampungan larva secara perlahan dengan tujuan
aklimatisasi agar larva tidak setres. . Penebaran benih dapat dilihat pada
Gambar 13.
pada saat suhu masih rendah. Bila benih nila berasal dari tempat lain yang
lokasinya jauh dari pendederan, perlu dilakukan aklimatisasi atau
penyesuaian agar benih tidak setres
c) Pengelolaan Pakan
Selama masa pemeliharaan kegiatan yang penting dilakukan
adalah pemberian pakan. Pemberian pakan buatan dilakukan setelah 5 hari
penebaran, karena pada awal penebaran larva hanya memakan plankton.
Pakan buatan berupa pellet halus (digiling) diberikan dengan dosis 30% /hari
dari bobot biomass. Pemberian pakan buatan dilakukan pada pagi (±
09.00WIB) dan sore (± 15.00 WIB).
= 100 ekor/m2 x 86 m2
= 86.000 ekor
= 3.000 gram
Jumlah pakan per hari 30% x 3100 gram = 930 gram (0,93 Kg).
Pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Jadi tiap kali pemberian pakan
diberikan 0,465 Kg atau dapat juga ad libitum (secukupnya sampai kenyang).
38
Untuk pencegahan penyakit, kualitas air kolam harus dijaga dan pemberian
pakan harus sesuai kebutuhan ikan. Contoh gambar hama yang sering ada di
kolam :
5.1.9 Pemasaran
BBIS Purbolinggo melakukan pemasaran dan mendistribusikan benih
ikan nila hampir setiap hari berdasarkan pesanan pembeli. Penjualan ikan nila
HItam di BBIS Purbolinggo dikirim ke pasaran dengan kisaran harga dapat dilihat
pada Tabel 6.
2 – 3 cm Rp. 60
3 – 5 cm Rp. 80
5 – 8 cm Rp. 100
Kantong plastik diisi air 1/3 bagian. Benih ditimbang sesuai jumlah yang
dipesan. Selanjutnya benih dimasukkan ke dalam kantong plastik sesuai dengan
ukuran. Tambahan oksigen menggunakan selang sampai 2/3 bagian. Kemudian
kantong plastik diikat dengan karet gelang.
42
Biaya tetap adalah biaya yansg jumlah totalnya tetap dalam kisaran
perubahan volume kegiatan tertentu. Besar kecilnya biaya tetap di pengaruhi
oleh kondisi perusahaan jangka panjang, teknologi dan metode serta strategi
manajemen. Contoh: bangunan, gaji kariyawan dan asuransi.
44
a. Biaya Operasional
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil Prakte Kerja Lapangan (PKL) I di Balai Budidaya Ikan
(BBI) Sentral Purbolinggo dapat disimpulkansebagai berikut :
1. Pemijahan ikan nila dilakukan secara alami dan massal di kolam persegi
panjang dengan luas sampai 800 – 900 m2 dan kedalaman 0,6 m.
perbandingan induk jantan dan betina 1 : 3 dan diisi per kolam sekitar 400
ekor induk nila. Dan pemanenan larva yang digunakan di BBIS
Purbolinggo menggunakan sistim panen kobokan.
2. Permasalahan dari pembenihan ikan nila adalah bila pemberian pakan
induk tidak sesuai maka hasil dari pemijahan tidak maksimal.
3. Analisa usaha yang dilakukan dalam pembenihan ikan nila hanya sampai
menghitung dari biaya investasi, tetap, variabel dan laba/rugi.
6.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K. dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. Argo Media
Pustaka. Jakarta.
Boyd, E. C., dan F. Lichkoppler. 1979. Water Quality Management in Pond Fish
Culture / Pengelolaan Kualitas Air Kolam. Alih Bahasa : Artati, F. Cholik,
dan R. Arifudin. 1986. Dirjen Perikanan, Jakarta.
Cahyadi L. (2005). Teknik pembenihan ikan nila citra lada (oreochromis sp.) Di
balai benih ikan sentral (bbis) cangkringan [Skripsi]. Yogyakarta (ID) :
Universitas Brawijaya.
Judantari, Sri, Amri, dan Khairuman. 2008 Prospek Bisnis dan Teknik Budidaya
Nila Unggul Nila Nirwana. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
SNI.1999. (Produksi induk ikan nila hitam, Oreochromis niloticus). SNI 01-6139-
1999. Jakarta.
Sucipto, A dan Prihartono (2005). Pembesaran Nila.
48
Tandelilin, Eduardus. 2010. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Edisi
pertama. Yogyakarta : Kanisius
Zulkifli. 2003. Manajemen Sistem Informasi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
.
49
Lampiran