Oleh :
AKBAR PURNAMA PUTRA
NIT. 19.3.02.030
NIT : 19.3.02.030
Karya Ilmia Praktik Akhir Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk
Menyetujui :
Mengetaui,
Direktur Politeknik Kelautan dan Perikanan Sidoarjo
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menyelesaikan Karya Ilmia Praktik Akhir (KIPA) ini tepat pada waktunya. Karya
Ilmia Praktik Kerja Akhir (KIPA) ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
1. Bapak Dr. IGP Gede Rumayasa Y, S.Pi, M.P selaku Direktur Politeknik
2. Ibu Lusiana BR. Ritonga, S.Pi, M.P selaku Ketua Program Studi Teknik
3. Bapak Nasuki, M.P selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Lusiana BR. Ritonga,
S.Pi, M.P selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberi bimbingan dan
4. Pimpinan Instalasi Budiaya Air Payau beserta seluruh pegawai dan staf yang
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Ilmia Praktik Akhir (KIPA)
ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................i
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL.................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Maksud dan Tujuan.......................................................................................1
1.2.1. Maksud................................................................................................1
1.2.2. Tujuan..................................................................................................2
iii
4.1. Keadaan Umum Lokasi................................................................................29
4.1.1. Letak Geografis..................................................................................29
4.1.2. Iklim...................................................................................................30
4.1.3. Sumber air.........................................................................................30
4.2. Keadaan Unit Usaha....................................................................................30
4.2.1. Sejarah berdirinya Usaha...................................................................30
4.2.2. Struktur Organisasi............................................................................32
4.3. Sarana dan Prasarana.................................................................................34
4.3.1. Sarana...............................................................................................34
4.3.2 prasarana............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................68
Lampiran............................................................................................................ 69
iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
vi
7
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Kuisioner...................................................................................................59
2. Jadwal Kegiatan KPA ...............................................................................60
3. Struktur Organisasi IBAP Banjar Kamuning..............................................61
4. Pemberian Pakan Petak P2......................................................................62
5. Pemberian Pakan Petak P5......................................................................65
6. Kualitas Air Petak P2 dan P5....................................................................68
vii
BAB I
PENDAHULUAN
dengan spesies udang yang lainnya, antara lain lebih mampu beradaptasi
pada kisaran salinitas 5 hingga 30 ppt, serta mempunyai tingkat survival rate
( SR ) atau kelulusan hidup dan konversi pakan yang tinggi (Ghufron et al.,
2017).
menjadi salah satu kegiatan usaha yang sangat prospektif dan masih perlu
1.2.1. Maksud
Jawa Timur.
1.2.2. Tujuan
berikut :
panen.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Artropoda
Subphylum : Crustacea
Class : Malacostacea
Subclass : Eumalacostraca
Superorder : Eucarida
Order : Decapoda
Suborder : Dendrobrachiata
Family : Penaeidae
Genus : Penaeus
dua bagian besar, yakni bagian chephalotorax yang terdiri atas kepala dan
dada serta bagian abdomen yang terdiri dari atas perut dan ekor.
Chephalotorax dilindungi oleh kulit chitin yang tebal atau yang disebut
bawah dan dibawah pangkal kepala terdapat sepasang mata. Untuk lebih
adalah air payau, seperti uara sungai dan pantai. Semakin dewasa udang
jenis ini semakin suka hidup dilaut. Pada musim kawin udang dewasa yang
malam hari (diurnal dan nocturnal) dan sangat rakus. Udang vaname
getaran dengan bantuan organ sensor yang terdiri dari bulu-bulu halus
sebagai berikut:
4. Mempunyai sumber air tawar yang memadai sehingga salinitas air dapat
dikendalikan
2.4.1. Pengeringan
Jumlah tebar kincir yang diperlukan tergantung dari target produksi udang
cukup baik dan sirkulasi air memungkinkan. Pengaturan letak kincir juga
terbentuk titik mati atau daerah yang tidak kena arus, pengaturan letak kincir
Beberapa hal yang baru perlu diperhatikan dalam pengisian air antara
lain salinitas air, komposisi plankton, dan penyakit. Salinitas untuk budidaya
udang windu berkisar antara 25-30 ppt sementara udang vaname bisa hidup
dengan baik pada salinitas dibawah 20 ppt. budidaya udang vaname bisa
hidup dengan salinitas <10 ppt. Komposisi plankton yang dikehendaki dalam
maksimum 5%dan blue green maksimal 10% serta bebas dari penyakit
(supono,2017).
membasmi carrier dan predator yang ada dalam tambak. Bahan – bahan
2. Klorin (30-40 mg/l) yang mengandung bahan aktif HOCL dan OCI -
plankton yang dilakukan tiga hari setelah aplikasi pemberian kaporit. Bahan
antioksidan) 15 gr/kg dedak dan air. Perbandingan air dan dedak yang
digunakan yaitu 1:1. Setelah dicampur hingga merata, ketiga bahan tersebut
disimpan dalam ember tertutup selama 48 jam agar dapat terjadi proses
pada pagi hari dan diikuti dengan pemberian probiotik pada satu jam
persiapan air ini membutuhkan waktu sekitar 15-20 hari dengan perincian
2017).
2.5. Pemeliharaan
kantong plastik yang telah berisi benur dalam keadaan tertutup hingga
dalam kantong plastik yang telah berisi benur tersebut hingga penuh dan
a. Jenis Pakan
digunakan untuk budidaya terdiri dari pakan alami dan pakan buatan.
Pakan alami adalah pakan yang berasal dari alam (plankton) yang
dimakan ketika udang masih kecil. Pakan buatan adalah pakan yang
ukuran udang. Jenis pakan alami dan buatan dapat dilihat pada Tabel 1.
dll
pellet
b. Penyimpanan Pakan
berventilasi
pakan berupa powder atau tepung, crumble, dan pellet dengan berbagai
1 Powder -
2 Crumble -
tingkah laku udang itu sendiri. Nutrisi pakan terdiri atas protein,
Kadar air
1 % 12 12 12
maksimal
Kadar protein
2 % 32 30 28
minimal
Kadar lemak
3 % 6 6 5
minimal
Kadar serat
4 % 4 4 5
maksimal
5 Kadar abu % 15 15 15
Kestabilan dalam
6 air (setelah 90 % 90 90 90
menit) minimal
8 Bentuk dan m Cr P Pe
13
ell
um et
llet
ble (1
diameter m (>
(<1 ,6
,6) -
2)
relatif kecil. Pada awal bulan pertama, pemberian pakan dilakukan dengan
perharinya sebanyak 200 gram, 11-20 hari sebanyak 400 gram, dan 21-30
hari sebanyak 600 gram. Setelah itu, pada bulan selanjutnya pemberian
al., 2017).
semakin kecil apabila berat badan rata-rata semakin besar dan sebaliknya.
AM) AM)
1-2 10 11,1-12 3
pakan per hari berdasarkan biomassa udang serta berat udang. Rumus
dengan perhitungan:
P/H = FR x Biomassa
ditambah sekitar 20% per hari sampai umur 30 hari. Untuk lebih
jelasnya dosis dan frekuensi pemberian pakan dapat dilihat pada Tabel
5.
Frek
Uku s
r i
Dosis
a p
pa
n a
U Be N ka
k
n(
( a
%
g n
)
r p
) e
ri
0,1-
<1 1 Po
0 75-25 3
,
2
um +
30 ,
ble 2
5
2,6-
31- 5 Cr
2 15-10 5
,
5,1-
45- 8 Pel 2
10-7 5
,
8,1-
1
61- Pel
4 3 7-5 5
14,1
76- 1 Pel 3
5-3 5
8
0
18
21,1
10 2 pel
4 5-2 5
2
tertentu.
i. Kontrol Pakan
yang diletakkan pada tempat tertentu pada tambak. Kontrol anco bertujuan
0,4-0,5 4
0,6-0,7 5
0,8-1,0 8-10
pakan. Cek anco pada bulan pertama bertujuan untuk melatih udang
makan dianco dan monitoring populasi udang ditambak dan pada bulan
20
dan pengurangan pakan berdasarkan cek anco dapat dilihat pada Tabel
7.
1,5%
tidak habis
semua
berarti makin besar pula energi yang dikonsumsi oleh udang. Energi
vanname.
SR (Survival Rate)
Biomassa
kualitas air terbagi menjadi dua, yaitu pemeriksaan setiap hari dan
setiap minggu. Parameter kualitas air yang diukur setiap hari diantaranya
plankton dan bakteri (Ghufron et al., 2017). Parameter kualitas air pada
pH 7,5 – 8 7-8,5
Kecerahan 25-40 cm
Pestisida/insektisida 0 ppb
b. Penyiponan
ditemukan endapan lumpur hitam dan berbau. Lumpur hitam ini berasal
dari sisa pakan yang tidak termakan oleh udang, akibatnya plankton
a. Pengendalian Hama
tahap persiapan tambak. Salah satu langkah yang dilakukan yaitu dengan
memasang CPD (Crab Protecting Device) di bagian tepi tambak. Hal ini
sebagai hama yang dapat menjadi kompetitor udang dalam hal pakan,
oksigen terlarut dan ruang gerak, kepiting juga dapat sebagai agen
25
pemberian krustasida, cupri sulfat, kaporit dan probiotik (Ghufron et al., 2017).
b. Pengendalian Penyakit
penyakit seperti kepiting, burung dan hewan lainnya untuk masuk masuk
menunjukkan gejala klinis. Udang yang terserang penyakit ini tidak bisa
(kelas crustacea).
Penyakit ini diduga disebabkan bakteri dari jenis Vibrio, antara lain,
yang terinfeksi WFD. Gejala yang ditimbulkan dari WFD antara lain,
2.6. Panen
dengan dosis 5-20 ppm sehari sebelum dipanen untuk menaikkan pH air
agar udang tidak molting. Panen dapat dilakukan secara persial atau
sebanyak 20-30% dari jumlah udang dan udang telah mencapai 100
WWF-Indonesia, 2014).
dipasang pada pintu air, kemudian dilanjutkan dengan jaring tarik (jaring
BAB III
METODOLOGI
29
adalah metode survei dan magang. Metode survei pada Kerja Praktik
vannamei serta mencatat data hasil yang didapat pada saat mengikuti
kegiatan.
data yang dimaksud dalam penelitian adalah subjek dari mana data
dapat diperoleh”.
a. Data Primer
data”.
b. Data Sekunder
dokumen”.
a. Observasi Partisipan
bagaimana cara pembenihan yang baik dan pengukuran kualitas air yang
b. Wawancara
Dalam kerja praktik akhir data yang terkumpul diolah dengan cara :
a. Editing.
b. Tabulating.
Paling tidak ada dua hal yang perlu dilakukan ketika melakukan
(Setiawan, 2005).
33
BAB IV
KEADAAN UMUM
Beriklim tropis. Iklim tropis sangat cocok untuk budidaya udang vaname.
Secara teknis lokasi tambak ini sudah strategis air media yang
digunakan langsung dari sumur bor sehingga kualitas air relative baik untuk
sekitar. Tambak ini juga memiliki sumber air tawar yang cukup. Sedangkan
secara non teknis, lokasi tambak dekat dengan sarana umum, seperti jalan
yang relative baik, sarana penerangan dan komunikasi yang baik yang
4.3.1. Sarana
Untuk lebih jelasnya sarana dan prasarana dapat dilihat pada Tabel 9 .
Tabel 9. sarana
Luas petakan
Petak P1 : 400 m2
Petak P2 : 400 m2
Petak P3 : 400 m2
Petak P4 : 400 m2
Petak P5 : 400 m2
Petak P7 : 400 m2
Petak P8 : 400 m2
Petak P9 : 400 m2
terlarut
Untuk menyimpan
tempat probiotik
petakan
petakan
4.3.2 prasarana
Kamar mandi
4. 5 Tempat untuk mandi
dan toilet
a. Pembersihan Kolam
kolam yang akan dibersihkan dan mengambil benda – benda yang masih
ada dalam kolam. Membersihkan kolam dari sisa pakan, lumpur atau kotoran
41
udang setelah panen dengan cara menyikat dan menyiram kolam. Sterilisasi
Gambar persiapan wadah dan media budidaya dapat dilihat pada gambar 4.
b. Proses pengeringan
dikeringkan selama 3-5 hari di bawah sinar matahari yang bertujuan untuk
beracun. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari Ghufron et al (2017) bahwa
bahan organik beracun yang ada di dasar tambak. Gambar persiapan wadah
tanda pada plastik HDPE yang berlubang menggunakan batang lidi atau
yang ukurannya disesuaikan dengan kondisi lubang lalu diberi lem fox dan
tiup hingga hampir kering lalu tempelkan, setelah itu dilapisi lagi oleh plastik
lem fox lagi lalu di tiup hampir kering lalu di tempelkan di atas spon karet.
Selanjutnya dilapisi lagi oleh cat aqua proof, Sedangkan untuk jembatan
anco yang telah rusak diganti dengan bambu yang baru agar kuat
kualitas air sebagai sumber oksigen terlarut. Tujuan dari setting kincir adalah
arus yang dapat mengumpulkan lumpur dan kotoran menuju central drain.
Setting kincir harus dilakukan dengan benar, yaitu diletakkan searah dengan
jarum jam. Kincir diletakkan di setiap ujung petakan dengan jarak ±7 meter
43
dari pematang tambak. Jumlah kincir air yang ada pada setiap petakan
berbeda. Untuk petakan seluas 400 m2 dengan total tebar ± 28.000 terdapat
2 unit kincir 2 daun (double paddle) dan 2 unit kincir 1 daun (single paddle)
untuk petakan seluas 400 m2 dengan total tebar ± 23.000 terdapat 2 unit
kincir air dengan daya 1 HP dan cakupan biomassa kincir sebanyak 500 kg.
Jumlah kincir setiap petakan disesuaikan dengan padat tebar dan luas
petakan.
oksigen dari kincir dapat berbeda disebabkan oleh jam operasi kincir yang
berbeda dan bentuk ukuran kolam. Kincir air dipasang menggunakan pola
tiang pancang. Pada DOC awal, kincir yang dinyalakan hanya 1 unit.
unit dan seiring bertambahnya DOC udang maka 2 kincir yang ada di
air. Air yang digunakan selama proses budidaya berasal dari air payau yang
berada di dekat area sekitar tambak yaitu melalui sumur bor dan air tawar
yang berasal dari sumur bor. Sumur bor terletak pada lokasi unit usaha
pompa air sumur dan mengalir melalui pipa yang ada di setiap petakan. Hal
ini dikarenakan pada saat air payau yang berasal dari sumur bor, terdapat
telur predator seperti ikan mujair, dan bibit-bibit penyakit serta berbagai
budidaya selanjutnya, dan lebih banyak air bersih yang diambil sehingga
kualitas air lebih baik. Pengisian air dimulai dari petakan tandon terlebih
dahulu, yaitu air akan dialirkan menuju tandon dan diberi perlakuan kapur
air tawar 30 cm. Adapun target salinitas sebelum penebaran benur yaitu 15
ppm.
TCCA. Sebelum pemberian TCCA pada air media, terlebih dahulu kincir
dihidupkan selama 1 jam. Setelah itu aplikasi TCCA dengan dosis 30 ppm
dan kincir dibiarkan tetap hidup selama 2 jam agar TCCA tersebar merata.
45
Waktu penebaran TCCA yang baik yaitu sore hari karena apabila panas
menguap dan air menjadi netral, maka pathogen dan zat berbahaya yang
ada dalam air tidak akan terbunuh secara maksimal. Setelah itu, air di
melindungi udang dari sinar matahari sehingga suhu air tidak terlalu panas.
dengan dosis 7 ppm yang ditebar pada pukul 07.30. Pemupukan dilakukan
pada pagi hari karena sinar matahari dapat membantu proses fotosintesis
plankton dan plankton dapat menyerap nutrisi dari pupuk sehingga memacu
TCCA, yang bertujuan agar air petakan telah netral sehingga pertumbuhan
atau tanpa aerasi. Tujuan dari fermentasi pada tahap persiapan air yaitu
Bahan Dosis
Molase 2 liter
Ragi 3 butir
Dedak 6,3 kg
Air Secukupnya
tambahkan air tawar secukupnya lalu aduk secara merata dan tutup
Fermentasi ditebar pagi hari pada petakan pukul 07.30 WIB yang
pagi atau sore hari, yang bertujuan agar plankton tumbuh secara maksimal
dilakukan pengamatan pada warna air petakan. Apabila air petakan masih
bening dan belum ada dominansi warna air yang kuat, maka harus dilakukan
Benur yang ditebar pada siklus ini berasal dari hatchery PAA
visual yaitu pada panjang benur, keseragaman ukuran, aktifitas renang yaitu
menyebar dan aktif melawan arus, bentuk dan warna tubuh, serta ada
tidaknya bakteri vibrio yang menyala atau berwarna hijau pada benur. Uji
dahulu. Benur yang baru datang diambil 2 kantong untuk dijadikan sampel
yaitu 83.250 ekor dan petak P5 yaitu 87.750 ekor dengan padat tebar 84
ekor/m2 . Benur ditebar pada pukul 06.00 – 08.00 pagi, dan diusahakan
sebelum pukul 09.00 karena suhu air masih rendah sehingga perbedaan
antara suhu dalam kantong plastik benur dengan air petakan tidak terlalu
tinggi. Namun sebelum itu, dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu. Hal ini
kantong telah muncul uap, kantong plastik dimiringkan dan udang akan
ada dua yaitu terhadap suhu dan salinitas. Aklimatisasi terhadap suhu
hingga di dalam kantong muncul uap yang menandakan bahwa suhu dalam
mengisinya dengan air sedikit demi sedikit hingga penuh dan benur akan
dan 8b.
a. Blind Feeding
populasi udang dan acuan pakan pabrik, tanpa melihat sampling biomassa.
Acuan dosis pemberian pakan pada program blind feeding yang digunakan
di IBAP Banjar Kemuning sebanyak 1 kg untuk 83,250 ekor udang tiap satu
kali pemberian pakan. Saat program blind feeding, anco sudah diturunkan
pada DOC 10 namun penerapan anco mulai dilakukan saat memasuki DOC
14. Tujuannya yaitu untuk melatih udang sehingga udang terbiasa memakan
pakan yang ada di anco. Hal ini sependapat dengan Renitasari et al (2021),
bahwa pada DOC 14 udang vannamei mulai dilatih untuk naik ke anco
b. Demand Feeding
49
yang tersisa di anco, dimana apabila pakan di anco telah habis sebelum
apabila pakan tidak habis atau masih banyak tersisa di anco saat
udang dipuasakan
mulai dari hari pertama penebaran benur, dengan frekuensi pemberian pakan 2
kali yaitu pada pukul 11.00 dan 19.00, untuk DOC 1-5, Ketika memasuki DOC 6
hingga DOC 31, pakan diberikan sebanyak 4 kali sehari pada pukul 07.00, 11.00,
15.00 dan 19.00 WIB. Frekuensi pemberian pakan semakin meningkat pada saat
udang memasuki 36 hingga panen, yaitu pakan diberikan sebanyak 5 kali dalam
sehari dengan jam pemberian pakan akhir pukul 23.00 WIB. Semakin sering
pemberian pakan, maka akan memberikan peluang yang lebih besar pada udang
untuk memperoleh makanan setiap saat, sehingga kebutuhan pakan udang akan
terpenuhi dan dapat meningkatkan laju pertumbuhan udang. Hal ini sejalan
1-5 2x √ √
6-31 4x √ √ √ √
36-panen 5x √ √ √ √ √
Selain frekuensi pemberian pakan, hal lain yang perlu menjadi perhatian
adalah jenis dan kandungan dalam pakan udang untuk menunjang pertumbuhan
udang, terutama protein. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutikno dkk (2017)
bahwa kebutuhan paling besar yaitu berasal dari protein, karena udang lebih
crumble dan pellet yaitu P.STARTER dan SGH GROWER. Pakan P.STARTER
dikemas dengan plastik dua lapis dan karung dengan netto 25 kg. Untuk pakan
halus diberikan mulai DOC 1-5. Pakan dengan kode PV 0 C dengan bentuk
crumble digunakan pada DOC 6 hingga 14, pakan PV 1 dengan bentuk crumble
digunakan pada DOC 15 – 27, Pakan SGH Grower dikemas dengan plastik dua
lapis dan karung dengan netto 25 kg, Untuk pakan kode SGH 1 dengan bentuk
pellet digunakan pada DOC 28-53, Pakan kode SGH 2 dengan bentuk pellet
Crumble
PV 0 S Halus - 38 11 12 7 3
PV 0 C Crumble - 38 11 12 7 3
PV 1 Crumble - 38 11 12 7 3
1. Suhu
multifungsi bernama DO meter. Suhu pagi diukur setiap 10 hari sekali pada
pukul 05.30 WIB, suhu sore diukur setiap 10 hari sekali pada pukul 16.40
WIB. Hasil pengukuran suhu saat pagi dan sore hari pada petak P2, suhu
52
sore berkisar antara 30.3 – 33,5 oC dengan rata-rata 30,5oC dan suhu pagi
petak P5, suhu sore berkisar antara 27,9 – 30,3oC dengan rata-rata 29,2oC
dan suhu pagi berkisar antara 26,5 – 28,8oC dengan rata-rata 28oC. Grafik
hasil pengecekan suhu pagi dan sore pada petak P2 dan P5 dapat dilihat
P S
P S
P5. Pada DOC 56, terjadi penurunan suhu pada kedua petakan yang
disebabkan karena kondisi cuaca yang tidak bisa diprediksi dan cenderung
53
mendung. Namun, fluktuasi suhu yang terjadi masih dalam kisaran normal
suhu yaitu 27 – 30oC. Hal ini sesuai dengan SNI (2014), 28 – 33 oC. Suhu
Hal ini sejalan dengan pendapat Putra dan Manan (2014), bahwa
suhu air sangat berpengaruh langsung pada kehidupan udang melalui laju
metabolisme makan udang dan juga berpengaruh terhadap daya larut gas-
gas termasuk O2 serta rekasi kimia lainnya. Namun memasuki DOC 60, suhu
musim dan juga aktivitas udang dalam perairan. Namun, lokasi tambak
1. Kecerahan
visual. Pengukuran kecerahan dilakukan pada pagi hari pukul 05.30 dan
siang hari pukul 16.40 WIB dengan bantuan alat yang bernama secchi
disk. Secchi disk yang terbuat dari besi stainless yang dicat hitam putih
petakan hingga piringan yang ada di ujungnya tidak terlihat, lalu dilihat
adalah grafik pengecekan kecerahan pada petak P2 dan P5. Untuk tabel
P S
P S
dan tinggi pada saat awal budidaya disebabkan karena saat awal
probiotik.
2. Warna Air
Banjar Kemuning, diketahui bahwa warna air yang sering dijumpai yaitu
hijau, hijau coklat, coklat dan coklat hijau. Pengecekan pada warna air
pengecekan kecerahan setiap pagi dan sore hari. Adanya variasi dan
perubahan warna air pada petakan berasal dari jumlah dan jenis plankton
yang mendominasi. Warna air dan penyebabnya dapat dilihat pada tabel
15.
Hijau H
Hijau Coklat HC
Coklat C
Coklat Tua CT
air, sehingga apabila density plankton rendah maka kecerahan air akan
warna air berubah. Warna air yang dominan pada petak P2 dan P5 yaitu
coklat dan hijau. Jenis plankton yang mendominasi warna air tersebut
Plankton dari golongan Diatom dan Green Algae baik bagi tambak
kaptan dan probiotik. Aplikasi kaptan dilakukan pada pagi hari dan
penebaran probiotik dilakukan pada sore hari, dengan tujuan agar bakteri
dalam petakan.
petakan dan tunggu hingga pH meter menunjukan bunyi dan lihat pada
Gambar 14 . Pengukuran pH
Sumber : Data Primer (2022)
Grafik pH Petak P2
8.5
8
7.5
7
6.5
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
Gambar 15 . Grafik Pengukuran pH Pagi dan Sore Petak P2
Sumber : Data Primer (2022)
Grafik pH Petak P2
8.5
8
7.5
7
6.5
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
Gambar 16 . Grafik Pengukuran pH Pagi dan Sore Petak P5
Sumber : Data Primer (2022)
berkisar antara 7,6 – 8,2 dengan rata-rata 7,8 dan pH sore berkisar
pada petak P5 berkisar antara 7,5 – 8,2 dengan rata-rata 7,7 dan pH
malam hingga dini hari, biota air akan melakukan respirasi yang
dengan air (H2O) yang mengakibatkan air melepaskan ion H+. Hal
ion OH-. Ion inilah yang bersifat basa sehingga pH sore cenderung
lebih tinggi dari pH pagi. Fluktuasi pH secara drastic dapat dicegah jika
lebih dari 0,5 maka harus segera diberi perlakuan karena dapat
2. Salinitas
setiap 3 hari sekali dengan cara megambil sampel air dari petakan
salinitas pada petak P2 dan P5 dapat dilihat pada gambar 17. Adapun
P S
P2
P S
P5
16-18 ppt , menurut SOP yang ada di IBAP Banjar kemuning standar
dengan suhu, yaitu untuk DO sore dicek setiap 7 hari sekali dan DO
dicek pada pukul 16.40 WIB dan DO pagi dicek pukul 05.30 WIB.
Grafik DO Petak P2
8
6
4
2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
Grafik DO Petak P5
8
6
4
2
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P S
antara 4,40 – 6,30 dengan rata-rata 5,75 ppm dan DO sore pada petak
5,75 ppm dan DO sore berkisar antara 3,90 – 5,75 dengan rata-rata
4,70 ppm. Pada DOC 50, DO sore pada petak P2 dan P5 mengalami
penurunan, dari yang semula 6,30 menjadi 4,40 ppm namun masih
tinggi.
5.5.1. Penyiponan
hari untuk DOC 18 – 47 setelah itu siphon dilakukan setiap hari apabila
dilihat dari kondisi petakan kurang baik dalam standar kualitas air yang baik.
Tujuan siphon pada petakan adalah untuk membuang sisa pakan yang
pada pagi hari yaitu pukul 7 – 8 pagi atau setelah pemberian pakan. Kincir
air akan mengarahkan kotoran ke titik tengah petakan (central drain) agar
spiral yang ada pada mesin pompa air. Kotoran dari siphon akan dialirkan
menuju mein pompa air yang telah dipasang filter agar udang tidak terbuang
DOC 13. Penambahan air bertujuan untuk mengganti air yang hilang akibat
Volume penambahan air sesuai dengan berkurangnya air dari petakan, yaitu
5 – 10 cm dengan batas ketinggian maksimal air 150 cm. Pada DOC 60,
1. Super NB L 1 Liter
2. Super PS L 1 Liter
3 Molase L 2 Liter
4 Yakult mL 130 mL
6 Pupuk ZA Kg 1 Kg
8 EM 4 L 1 Liter
probiotik dimulai pada DOC 3 dan setelah itu diberikan setiap hari
hingga panen.
mulai dari DOC 10, dan setelah itu sampling dilakukan 7 hari sekali hingga
(Average Body Weight) dan ADG (Average Daily Growth) udang. Data hasil
ABW
30
25
20
15
10
5
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P2 P5
kebutuhan pakan tercukupi dan kualitas air media terjaga. Nilai ABW petak P2
seragam. Namun, pada DOC 40 – 83 nilai ABW petak P2 lebih tinggi dari P5
ADG
0.4
0.3
0.2
0.1
0
10 20 30 40 50 60 70 80 83
DOC
P2 P5
mengalami peningkatan, dari yang semula 0,26 gram menjadi 0,34 gram.
adanya udang yang moulting sehingga nafsu makan udang menurun. Selain
itu, faktor cuaca juga menjadi penyebab turunnya laju pertumbuhan udang.
Hal ini sesuai dengan pendapat Tahe dan Suwoyo (2011) bahwa beberapa
dibudidayakan. Upaya yang dapat dilakukan yaitu treatment pada air media
Kemuning yaitu kepiting, ular, biawak dan katak. Hama tersebut masuk ke
yang dapat dilakukan apabila menemui ular yang masuk ke dalam tambak
ini yaitu WFD (White Feces Disease). Penyakit WFD atau yang lebih dikenal
dengan berak putih disebabkan oleh bakteri vibrio sp. yang menyebabkan
nafsu makan udang menurun. Gejala yang terdeteksi akibat terserang WFD
putih dan bagian insang udang berwarna lebih gelap. Warna putih pada
kotoran udang berasal dari sel hepato yang telah meluruh, karena udang
tidak makan selama beberapa hari sehingga tidak ada metabolisme sisa
cara :
terlebih dahulu air dialirkan menuju masing-masing tandon air tawar dan
Payau Setelah itu, air diberi perlakuan TCCA lalu dibiarkan selama 2-3
5.8.1. Panen
Panen terbagi menjadi dua, yaitu panen parsial dan total. Panen parsial
panen parsial siklus ini dilakukan pada DOC 55-62. Hal ini sesuai dengan
60-70 hari dengan tujuan agar laju pertumbuhan udang tetap stabil, beban
menjala udang pada satu titik yang berada di ujung petakan. Namun,
berikutnya. Data panen parsial pada petak P2 dan P5 dapat dilihat pada tabel
15.
pertumbuhan udang. Panen total dilakukan dengan cara yang sama Ketika
plastik. Udang diangkut dan dibawa ke tempat panen untuk dilakukan sortir
dan penimbangan udang. Panen total petak P2 dilakukan pada DOC 83,
dengan ABW 25,60, size 28,55 ekor/kg, tonase panen 731,00 kg, SR 85%,
pemanenan total pada DOC 83, dengan ABW 23,10, size 33,41 ekor/kg,
ukuran oleh pihak pengepul. Saat proses sortir, udang dipisahkan antara
dimulai dari es curah, udang, es curah dan diulang hingga terisi penuh.
proses pengiriman. Hasil panen IBAP Banjar Kemuning dibeli oleh pengepul
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
2. Hasil monitoring kualitas air petak P2 dan P5 yaitu pada suhu pagi
ada empat, yaitu hijau, hijau coklat , coklat dan coklat tua. pH pagi
berkisar antara 6,8 – 8,3 dan pH sore berkisar antara 7,2 – 8,5.
Salinitas berada pada 15 ppt. DO pagi berkisar antara 4,44 – 6,30 ppm
ekor pada petak P2 menghasilkan total tonase 731,00 kg, size 28,55
tebar 208 ekor dapat menghasilkan udang dengan total tonase 772,00
6.2 Saran
Sterilisasi dilakukan dengan dosis dan frekuensi yang tepat pada air
petakan dan tandon agar kualitas air tetap terjaga dan mengurangi
yang tepat.
Ainiyah, S. D., Lestari, I., Andini, A. 2018. Hubungan Antara Kadar Besi (Fe) Air
Tambak terhadap Kadar Besi (Fe) pada Daging Ikan Nila (Oreochromis
Amri, K., Kanna, I. 2008. Budidaya Udang Vaname Secara Intensif, Semi Intensif
Anas, P., Sudinno, D., Jubaedah, I. 2015. Daya Dukung Perairan Untuk
Arifin, N. B., Fakhri, M., Yuniarti, A., Hariati, A. M. 2018. Komunitas Fitoplankton
46-53.
Baliao, D .D., Tookwinas, S. 2002. Manajemen Budidaya Udang yang Baik dan
17.
Utama.
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W., Suprapto, H. 2017. Teknik Pembesaran
70- 77.
Deepublish. Yogyakarta.
Hanggono, B., Junaidi, M. 2015. Deteksi Penyakit Viral pada Udang Vannamei
Hasibuan, S. W., Misno, A., Jayanti, A.,Solahuddin, M., Mubarrok, U. S., Wahab,
A., Tasrim., Saryanto., Sululing, S., Iping, B. 2021. Metode Penelitian
Indonesia.
1(3) : 135-143.
Garut Jawa Barat. Journal of Aquaculture and Fish Health. 8(3) : 123-128.
Maghfiroh, A., Anggoro, S., Purnomo, P. W. 2019. Pola Osmoregulasi dan Faktor
3(1): 61-65.
Sahrijanna, A., Sahabuddin. 2014. Kajian Kualitas Air pada Budidaya Udang
Said, Nusa I. 2007. Disinfeksi Untuk Proses Pengolahan Air Minum. Jurnal
Kelautan. 1(1).
SNI. 2006. Benih Udang Vanname (Litopenaeus vannamei) Kelas Benih Sebar.
Indoor.
368-374.
Sutikno, E., Latief, M. S., Riza, F., Susanti, P. D., Martijo., Suparjono. 2017.
Tangguda, S., Fadjar, M., Sanoesi, E. 2018. Pengaruh Teknologi Budidaya yang
Taslihan, A., Ani, W., Retna, H., & Astuti, S. M. 2004. Pengendalian Penyakit
Pada Budidaya Ikan Air Payau. Jepara : Balai Besar Budidaya Air Payau
Jepara.
Tompo, A. 2016. Kajian Populasi Bakteri Vibrio sp. pada Tambak Budidaya
Ulumiah, M., Lamid, M., Soepranianondo, K., Al-arif, M. A., Alamsjah, M. A.,
Ulumuddin, M., Agus, M., Linayati. 2018. Kajian Pemanfaatan LDPE sebagai
Wafi, A., Ariadi, H., Fadjar, M., Mahmudi, M. 2020. Tingkat Transfer Oksigen
Kincir Air Selama Periode Blind Feeding Budidaya Intensif Udang Putih
7-15.
Kualitas Air dengan Kandungan Bahan Organik, NO2 dan NH3 pada
Yunus, R., Haris, A., Hamsah. 2020. Pengaruh Penambahan Kapur Dolomite dan
Lampiran
Juli
Maret 2022 April 2022 Mei 2022 Juni 2022
No Jenis kegiatan 2022
I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I
Tiba dilokasi dan
1 melaporkan ke unit
usaha
Menghimpun data
2 keadaan umum
Mengikuti kegiatan
praktik dengan
langsung dan
3 berpatisipasi
dalam kegiatan
pembesaran
udang vaname
Pengumpulan data
4 dan evaluasi
kegiatan
Menyusun konsep
5
laporan
6 Kembali ke rumah
88
A. Keadaan Umum
Kemuning?
B. Persiapan Tambak
tambak?
C. Pengelolaan Pakan
D. Monitoring Budidaya
yang lainnya?
3. Apa saja dampak dan pengaruh cuaca pada parameter kualitas air?
1. Bagaimana proses panen parsial dan panen total serta pasca panen?
Petak P2 Petak P5
P S P S P S P S
1 PV0S 1 1 2 1
6 PV0C 1 1 1 1 4 26
18 PV 1 2 2 2 2 8 185
83 SGH2 0 0 0 0 0 0
99
1 PV0S 1 1 2 1
6 PV0S 1 1 1 1 4 26
18 PVC 2 2 2 2 8 185
83 2P 0 0 0 0 0 3918
103
1. Persiapan Tambak
2. Penebaran benur
3. Monitoring
pertumbuhan
Sampling
Ekor Jala, , Secara Langsung
timbangan
4. Pengelolaan pakan
Jenis
- - Secara Langsung
Jam Langsung
Waktu -
5. Pengendalian Hama
dan Penyakit
Bioskurty
Cm Jaring, Secara Langsung
pagar,
waring
6. Panen