Anda di halaman 1dari 29

USULAN PENELITIAN SKRIPSI

PENGARUH AKTIVITAS PERTAMBANGAN TERHADAP KUALITAS AIR


SUNGAI TATAKAN DESA TATAKAN KABUPATEN TAPIN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

OLEH :
MUHAMMAD ALDI
1810714210011

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
BANJARBARU
2022
USULAN PENELITIAN SKRIPSI
PENGARUH AKTIVITAS PERTAMBANGAN TERHADAP KUALITAS AIR
SUNGAI TATAKAN DESA TATAKAN KABUPATEN TAPIN
PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Diajukan sebagai salah satu Syarat untuk Melaksanakan Penelitian Skripsi pada
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Lambung Mangkurat

OLEH :
MUHAMMAD ALDI
(1810714210011)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Aktivitas Pertambangan Terhadap Kualitas Air


Sungai Tatakan Desa Tatakan Kabupaten Tapin
Nama : Muhammad Aldi
NIM : 1810714210011
Fakultas : Perikanan Dan Kelautan
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Tanggal Ujian
Komprehensif : -

Persetujuan,

Pembimbing 1

Dr. Ir. Hj. Rizmi Yunita, M.Si.


NIP. 19650605 199003 2 001

Pembimbing 2

Dra. Zairina Yasmi, MP.


NIP. 19580403 198903 2 001

Mengetahui,

Dekan Koordinator Program


Studi Manajemen
Sumberdaya Perairan

Dr. Ir. Hj. Agustiana, M.P. Abdur Rahman, S.Pi, M.Sc.


NIP. 19630808 198903 2 002 NIP. 19720414 200501 1 003
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian Skripsi yang berjudul
Pengaruh Aktivitas Pertambangan Terhadap Kualitas Air Sungai Tatakan
Desa Tatakan Kabupaten Tapin.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Hj. Rizmi Yunita, M.Si. sebagai Ketua Tim Pembimbing yang telah
memberikan ilmu, masukan, serta arahan selama penulisan Usulan Penelitian
Skripsi.
2. Ibu Dra. Zairina Yasmi, MP. sebagai Anggota Tim Pembimbing atas bimbingan
serta saran yang telah diberikan selama penulisan Usulan Penelitian Skripsi.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberi bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
penulisan Usulan Penelitian Skripsi. Penulis berharap semoga Usulan Penelitian
Skripsi yang telah ditulis dapat bermanfaat bagi yang membutuhkan, khususnya di
bidang kelautan dan perikanan.

Tapin, September 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 3
1.3. Tujuan Penelitian .................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian .................................................................................. 4
1.5. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1. Aktivitas Pertambangan Batubara .......................................................... 6
2.1.1. Air Asam Tambang (AAT)........................................................... 6
2.1.2. Dampak Air Asam Tambang (AAT) ............................................ 7
2.1.2.1. Sungai Tatakam ................................................................ 7
2.1.2.2. Organisme Biotik ............................................................. 8
2.2. Kualitas Air ............................................................................................. 9
2.3.1. Parameter Fisika ........................................................................... 9
2.3.1.1. Suhu ............................................................................... 10
2.3.1.2. Total Suspended Solid (TSS) ......................................... 10
2.3.1.3. Arus ................................................................................ 11
2.3.1.4. Kecerahan ....................................................................... 12
2.3.1.5. Kekeruhan ...................................................................... 12
2.3.1.6. Kedalaman...................................................................... 13
2.3.1.7. Bau (NH3) ...................................................................... 13
2.3.2. Parameter Kimia ......................................................................... 14
2.3.2.1. Derajat Keasaman (pH) .................................................. 14
2.3.2.2. Oksigen Terlarut (DO) ................................................... 14
2.3.2.3. Chemical Oxygen Demand (COD) ................................ 15
2.3.2.4. Biological Oxygen Demand (BOD) ............................... 15

ii
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 17
3.1. Waktu dan Tempat ................................................................................ 17
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 17
3.3. Prosedur Penelitian ............................................................................... 17
3.3.1. Lokasi Stasiun Pengambilan Sampel.......................................... 17
3.3.2. Pengambilan Sampel Air ............................................................ 19
3.3.3. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air .................................... 19
3.3.4. Analisis Data .............................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
DAFTAR TABEL

1. Alat dan bahan yang digunakan ........................................................................ 17


2. Stasiun pengambilan sampel ............................................................................. 18
3. Pengambilan parameter fisiki kimia air yang diukur ........................................ 19

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram kerangka pemikiran ............................................................................ 5


2. Lokasi pengambilan sampel .............................................................................. 18

iv
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertambangan batubara merupakan salah satu bidang industri yang cukup


terkenal di Indonesia. Menjadi salah satu pengekspor terbesar di dunia, industri
batubara di Indonesia bisa dikatakan cukup besar. Pulau yang banyak menghasilkan
batubara adalah Sumatera bagian selatan dan pulau Kalimantan. Kegiatan
penambangan batubara yang ramai juga menjadikannya salah satu komoditas
penambahan devisa negara. Tambang batubara semakin banyak beroperasi di
berbagai daerah yang memiliki ptensi penghasil mineral yang dicari dunia sebagai
salah satu keuntungan untuk pengusaha-pengusaha tambang. Kegiatan
pertambangan biasanya dijalankan oleh perusahaan-perusahaan baik kecil maupun
besar. Perusahaan dapat menjalankan aktivitas pertambangan baik dekat dengan
pemukiman maupun tidak. Aktivitas pertambangan oleh perusahaan juga
memberikan sisi positif bagi masyarakat sekitar, karena terbukanya lahan pekerjaan
baru yang juga akan mendongkrak perekonomian warga sekitarnya. Pertambangan
tanpa izin alias tambang ilegal juga membayangi aktivitas pertambangan di
Indonesia. Tambang ilegal selain tidak memiliki izin juga banyak merugikan bagi
banyak pihak. Pengerukan tanpa prosedur yang tepat dan pembuangan limbah
bekas aktivitas pertambangan hanya dibiarkan saja tanpa pengolahan dari aktivitas
tambang ilegal dapat memengaruhi lingkungan sekitarnya. Permasalahan yang
paling mengkhawatirkan dari aktivitas pertambangan adalah munculnya air asam
tambang.
Air asam tambang (AAT) adalah air yang bersifat asam bekas kegiatan
pertambangan. Air asam tambang menjadi isu lingkungan nomor satu kalau
membicarakan perihal aktivitas pertambangan, sebab air asam tambang masih bisa
terbentuk bahkan setelah tambang ditutup atau tidak beroperasi. Air asam tambang
terjadi ketika mineral sulfida dalam batuan terkena udara dan air, mengubah sulfida
menjadi asam sulfat (Polawan, 2017). Air asam tambang yang muncul dari aktivitas
pertambangan batubara biasanya berasal dari pit penambangan, timbunan batubara
sebelum pengangkutan, dan juga bekas pencucian batubara di stockpile. Air asam
tambang sebelum dialirkan ke badan sungai ditampung lebih dulu ke dalam bak

1
2

penampungan untuk diberikan perlakuan agar tidak mencemari lingkungan. Proses


pengelolaan menggunakan bak penampungan ini biasanya jauh dari badan sungai,
sehingga tidak berdampak langsung terhadap badan sungai. Pertambangan ilegal
setelah selesai beroperasi kebanyakan membiarkan lubang bekas galian tambang
tetap terbuka tanpa perlakuan apa pun, sehingga akan membentuk air asam
tambang. Jika lokasi galian dekat dengan sungai, tentu saja ekosistem di sungai
akan ikut terdampak. Air asam tambang yang tidak dikelola dengan baik bisa
mengakibatkan turunnya kualitas air, baik itu air sungai maupun air tanah. Kualitas
air suatu perairan yang paling terpengaruh kalau air asam tambang masuk adalah
menurunnya pH air yang berdampak pada proses kimiawai dalam air. Air asam
tambang kandungan pH-nya lebih rendah dari 6.
Derajat keasaman atau pH adalah nilai yang digunakan untuk menyatakan
keasamana atau kebasaan air. pH sangat berpengaruh terhadap perairan, karena
kalau pH terlalu rendah maka perairan akan jadi asam. Sebaliknya, jika pH perairan
terlalu tinggi maka bisa dikatakan kalau perairan itu basa. pH di perairan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Seperti pengaruh konsentrasi karbon dioksida
(CO2) dalam air, konsentrasi karbonat dan bikarbonat. Aktivitas masyrakat yang
hidup di bantaran sungai juga bisa berpengaruh terhadap nilai pH suatu perairan.
Tidak bisa dipungkiri kalau aktivitas masyarakat yang biasanya membuang sampah
baik organik maupun anorganik ke sungai dapat memengaruhi kualitas airnya
sehingga menurun. Aktivitas pertambangan batubara yang dekat dengan
pemukiman turut serta dalam memengaruhi kualitas air.
Sungai adalah aliran terbuka dengan ukuran geometrik yaitu penampang
melintang, profil memanjang, dan kemiringan lembah yang berubah seiring waktu,
tergantung pada debit, material dasar dan tebing (Agustina et al, 2022). Sungai
memiliki bentuk memanjang yang mengalir secara terus menurus dari hulu
(sumber) menuju hilir (muara). Sungai Tatakan adalah salah satu sungai periodik
yang berada di Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin. Sungai
Tatakan merupakan sungai kecil yang berasal dari sungai Desa Hatiwin yang datang
dari pegunungan. Sungai Tatakan juga sering disebut dengan nama lain, seperti
Sungai Paring, Lok Bungur, dan Danau Penjalin. Sungai Tatakan memiliki luas
yang bervariasi antara 4 - 5 meter dan kedalaman 1 sampai 2 meter. Sungai Tatakan
3

adalah sungai periodik, yaitu sungai yang jumlah airnya banyak pada musim hujan
dan sedikit pada musim kemarau. Air sungai digunakan oleh masyrakat untuk
keperluan sehari-hari, seperti misalnya tempat mandi dan mencuci. Aktivitas
masyrakat yang hidup dibantaran sungai dapat memengaruhi kualitas air, ditambah
aktivitas pertambangan yang dekat dengan pemukiman juga ikut andil dalam
memengaruhi kualitas air sungai Tatakan, membuat airnya semakin tampak keruh.
Area pertambangan yang dibuka di Desa Tatakan makin memperkuat dugaan
adanya penurunan kualitas air sungai dilihat dari kondisi fisiknya. Tambang ilegal
yang dibuka oleh pihak tidak bertanggung jawab juga ikut berpengaruh terhadap
penurunan kualitas air sungai Tatakan. Air bekas pencucian batubara dan juga air
yang terkandung di bekas galian dapat menjadi air asam tambang yang menjadi
masalah lingkungan.

1.2. Rumusan Masalah

Aktivitas pertambangan dapat menghasilkan air asam tambang (AAT)


akibat dari bekas galian pertambangan dan juga pencucian batubara di stockpile.
Air asam tambang merupakan buangan sisa yang memiliki kandungan pH rendah
dan jika dialirkan ke sungai akan menurunkan kualitas air sehingga tidak sesuai lagi
peruntukannya. Kondisi perairan yang pH-nya rendah dapat memengaruhi
ekosistem disekitarnya, baik untuk hewan maupun manusia. Bagi organisme seperti
ikan yang tidak bisa mentoleransi keadaan pH rendah maka akan memengaruhi
mortalitas, sedangkan untuk manusia yang menggunakan air sungai sebagai mata
pencarian juga akan terganggu, rumusan masalah adalah;
1. Bagaimana pengaruh aktivitas pertambangan terhadap kualitas perairan
sungai Tatakan?
2. Apakah kualitas air sungai Tatakan layak untuk kelangsungan hidup ikan
dan organisme air lainnya?
4

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah:


1. Mengetahui pengaruh aktivitas pertambangan terhadap kualitas air sungai
Tatakan, parameter fisika, yaitu; suhu, total suspended solid (TSS), arus,
kedalaman, kecerahanan, dan kekeruhan, serta parameter kimia, yaitu; derajat
keasaman (pH), oksigen terlarut (DO), chemical oxygen demand (COD), dan
biological oxygen demand (BOD).
2. Mengetahui kelayakan kualitas air sungai Tatakan untuk keberlangsungan hidup
ikan dan organisme air lainnya.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian adalah agar pihak-pihak yang berkepentingan


memperoleh informasi tentang analisis aktivitas pertambangan batubara yang
mempengaruhi sungai di dekatnya. Manfaat yang dapat diperoleh sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik: sebagai karya ilmiah terutama bagi pengembangan ilmu
pengetahuan atau referensi bagi penelitian pengaruh aktivitas pertambangan
batubara terhadap kualitas air sungai.
2. Manfaat Praktis: dapat dijadikan masukan serta informasi bagi masyarakat
sekitar dan dinas terkait serta perusahaan yang memerlukan data kualitas air
sungai yang terpengaruh oleh aktivitas pertambangan batubara.

1.5. Kerangka Pemikiran

Aktivitas pertambangan batubara adalah kegiatan industri di mana


pengerukkan tanah untuk mencari batu mineral terjadi. Kegiatan pertambangan
batubara memiliki dampak bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya, baik
bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak positifnya adalah terbukanya
lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, sedangkan dampak negatifnya
adalah berubahnya kualitas lingkungan akibat pengerukkan bagi tanah dan
berubahnya kualitas perairan karena aktivitas pertambangan. Mengingat sungai
Tatakan masih sering digunakan masyarakat untuk beraktivitas, diperlukan analisa
pengaruh aktivitas pertambangan terhadap kualitas air sungai Tatakan. Kerangka
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
5

Aktivitas Pertambangan

Air Asam Tambang

Sungai Tatakan

Stasiun I Stasiun II Stasiun III Stasiun IV

Penentuan Kualitas Air Sungai Tatakan

Parameter Fisika
Parameter Kimia
Suhu, TSS, kecerahan,
pH, DO, COD, dan
arus, kekeruhan, dan
BOD
kedalaman

Kualitas Air Sungai Tatakan untuk Kehidupan


Biota Air Menurut PP RI No. 82 Tahun 2001

Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran


BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Aktivitas Pertambangan Batubara

Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral


atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi penambangan, pengolahan dan permurnian, pengangkutan
dan penjualan, serta pascatambang. Pertambangan batubara adalah pertambangan
endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan
batuan aspal (Wibowo et al, 2015). Kegiatan pertambangan batubara memiliki
dampak bagi makhluk hidup dan lingkungan sekitarnya, baik itu bersifat positif
maupun bersifat negatif. Dampak positif yang dihasilkan adalah terbukanya
lapangan kerja baru serta menambah pendapatan daerah tempat penambangan
dilakukan. Dampak negatif yang muncul adalah terjadinya perubahan kualitas
lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas pertambangan (Fitriyanti, 2015).
Stockpile batubara merupakan tempat penimbunan sementara sebelum batubara
diangkut ke pengguna akhir. Aktivitas pertambangan batubara memiliki masalah
polemik yang masih menjadi persoalan yang sulit diatasi, yaitu munculnya air asam
tambang (AAT).

2.1.1. Air Asam Tambang (AAT)

Air Asam tambang merupakan limbah pencemar lingkungan yang terjadi


akibat aktivitas pertambangan. Limbah ini terjadi karena adanya proses oksidasi
bahan mineral pirit (FeS2) dan bahan mineral sulfida lainnya yang tersingkap ke
permukaan tanah dalam proses pengambilan bahan mineral tambang. Proses kimia
dan biologi dari bahan-bahan mineral tersebut menghasilkan sulfat dengan tingkat
keasamana yang tinggi (Wahyudin et al, 2018). Permasalahan lingkungan paling
umum dalam aktivitas penambangan batubara adalah terkait dengan Air Asam
Tambang (AAT) atau Acid Mine Drainage (AMD). Air asam tambang terbentuk
sebagai hasil oksidasi dari mineral sulfida tertentu yang terkandung dalam batuan,
yang bereaksi dengan oksigen di udara pada lingkungan berair (Sayoga, 2007
dalam Hidayat, 2017). Timbulnya air asam tambang (Acid Mine Drainage) bukan
hanya berasal dari hasil pencucian batubara, tetapi juga dari dibukanya suatu

6
7

potensi keasaman batuan sehingga menimbulkan permasalahan kepada kualitas air


dan juga tanah. AAT mempunyai pH yang rendah juga mengandung konsentrasi
ion logam berat yang tinggi seperti aluminium (Al), besi (Fe), dan Mangan (Mn).
Dampak lingkungan yang dapat ditimbulkan air asam tambang adalah
dampak terhadap badan air, terutama terhadap kualitas air. Apabila air asam
tambang yang telah terbentuk dialirkan langsung ke sungai atau laut, maka dapat
menimbulkan dampak buruk terhadap biota perairan, baik secara langsung karena
tingkat keasaman yang tinggi maupun karena peningkatan kandungan logam di
dalam air (air yang bersifat asam mudah melarutkan logam). Kualitas air yang telah
terkontaminasi dengan air asam tambang dapat mengganggu kesehatan manusia
(Metboki et al, 2018). Dampak lainnya yang akan dirasakan dari air asam tambang
yang masuk ke badan air dan memengaruhi kualitas air adaklah menruunnya
ekosistem suatu perairan. Biota air yang tidak toleran terhadap penurunan pH akan
mengalami kematian dan juga terganggunya pertumbuhan. Air yang asam juga akan
memengaruhi masyarkat yang berada di sekitar areal penambangan, bahaya yang
ditimbulkan adalah apabila air sungai yang terpengaruh AAT dikonsumsi secara
terus menerus maka akan mengganggu organ tubuh di mana logam yang akan
mengendap dapat mengaktifkan sel kanker, sehingga dapat mengakibatkan
keracunan bahkan kelumpuhan (Asip et al, dalam Rahmah, 2022).

2.1.2. Dampak Air Asam Tambang (AAT)

Dampak yang dihasilkan dari air asam tambang adalah menurunnya


kualitas air sungai, yaitu penurunan kualitas air sungai Tatakan dan juga
berpengaruh terhadap organisme biotik.

2.1.2.1. Sungai Tatakan

Sungai merupakan ekosistem yang sangat penting bagi manusia. Sungai


memberikan protein hewani seperti ikan dan udang. Sungai di beberapa tempat,
misalnya di Sumatera dan Kalimantan, dipergunakan penduduk sebagai prasarana
transportasi. Sungai menyediakan air bagi manusia baik untuk berbagai kegiatan
seperti pertanian, industri maupun domestik (Siaahan et al, 2011). Menurut
Sahabuddin dan Harisuseno (2014), sungai merupakan perairan terbuka yang
8

mengalir dan mendapat masukan dari semua buangan yang berasal dari kegiatan
manusia di daerah pemukiman, pertanian dan industri di daerah sekitarnya. Sungai
yang terlalu banyak menerima semua buangan tadi lambat laun akan tercemar,
sehingga menurunkan kualitas perairannya. Sungai Tatakan merupakan sungai
bentukan alam yang mengalir sepanjang Desa Tatakan, dimulai dari sungai Desa
Hatiwin sampai ke Telaga Raja yang ada di Desa Tandui. Lebar sungai Tatakan
bervariasi antara 4 – 5 meter. Menurut jenisnya adalah jenis sungai periodik. Pada
musim penghujan kedalaman sungai berkisar antara 1 – 2 meter, sementara saat
musim kemarau kedalamannya hanya berkisar antara 50 – 1 meter. Sungai periodik
sendiri adalah salah satu jenis sungai dengan volume air tidak tetap
(Rokhimaturrizki, 2022). Kondisi daerah pertambangan yang dekat dengan sungai
membuat sungai tatakan dapat terpengaruh oleh aktivitas pertambangan.
Penambangan batubara memengaruhi badan sungai sehingga pH air cenderung
asam. Kondisi air menunjukkan bahwa terjadi suplai substrat mineral sulfida sebagi
pemicu terbentuknya air asam tambang yang menybabkan naiknya keasaman air
sepanjang aliran sungai (Kiswanto et al, 2020).

2.1.2.2. Organisme Biotik

Air asam tambang merupakan cairan asam sulfat hasil pertambangan yang
mampu menurunkan pH air hingga dibawah 3, sehingga bagi organisme perairan
yang tidak toleran terhadap rendahnya pH dapat menyebabkan kematian (Rahman
et al, 2020). Hubungan keasaman air dengan kehidupan ikan sangat besar. Titik
kematian ikan pada pH asam adalah 4 dan pada pH besar adalah 11. Air yang
memiliki pH rendah akan merusak kulit ikan sehingga memudahkan terjadinya
infeksi. Perubahan pH secara mendadak menyebabkan ikan meloncat-loncat atau
berenang sangat cepat dan tampak seperti kekurangan oksigen hingga mati
mendadak. Sementara perubahan pH secara perlahan akan menyebabkan lendir
keluar berlebihan dan mudah terkena bakteri (Fahmi dan Natalia,2020). Nilai pH
dapat memengaruhi toksisitas suatu senyawa kimia, makin tinggi nilai Ph maka
nilai alkalinitas makin tinggi dan kadar karbondioksida makin rendah. Jika pH
rendah, maka perairan bersifat asam dan korosif sehingga proses nitrifikasi akan
9

terhambat yang memengaruhi kehidupan mikroalga dalam air (Effendi, 2003 dalam
Yogafanny, 2015)

2.2. Kualitas Air

Kualitas air adalah suatu ukuran kondisi air yang dilihat dari karakteristik
fisika, kimia, dan biologinya. Kualitas air juga menunjukkan mutu atau kondisi air
yang dikaitkan dengan suatu kegiatan atau keperluan tertentu. Kualitas air akan
berbeda-beda dari suatu kegiatan dengan kegiatan lainnya, sebagai contoh: kualitas
air untuk keperluan budidaya berbeda dengan kualitas air untuk keperluan minum.
Parameter kualitas air ditentukan untuk menilai standar air bersih. Pengukuran
parameter ditentukan berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi. Air yang
bersih adalah air yang standar baku mutunya sesuai guna peruntukkannya. Kualitas
air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk
penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri,
rekreasi dan sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk
menjamin keamanan dan kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat
diketahui dengan melakukan pengujian tertentu terhadap air. Kualitas air sungai
merupakan kondisisi kualitatif yang diukur berdasarkan parameter tertentu dengan
metode tertentu sesuai peraturan perundangan yang berlaku. Kualitas air sungai
dapat dinyatakan dengan parameter fisika, kimia dan biologi yang menggambarkan
kualitas air (Asdak, 2010).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat, energi atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji
kimia, fisik, biologi atau uji kenampakan. Kualitas air dapat dinyatakan dengan
beberapa parameter, yaitu parameter fisika, parameter kimia dan parameter biologi
(Sahabuddin et al., 2014).

2.2.1. Parameter Fisika

Parameter penguji kualitas air yang diukur berdasarkan parameter fisika,


yaitu suhu, TSS, arus, kecerahan, kekeruhan, dan kedalaman.
10

2.2.1.1. Suhu

Berdasarkan Kepmenneg LH No. 51 Tahun 2004, suhu perairan yang


sesuai untuk kegiatan wisata bahari adalah suhu alamiah. Biota di perairan tropis
umumnya hidup secara alami diambang batas atas suhu tertinggi, jika terjadi
perubahan dari ambang batas atas akan mengganggu proses fisiologis yang dapat
meyebabkan kematian biota. Suhu berpengaruh terhadap kehidupan dan
pertumbuhan ikan. Laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu.
Peningkatan suhu sampai ekstrim dapat menekan kehidupan ikan bahkan
menyebabkan kematian. Sifat ikan yang poikilometris atau suhu tubuh ikan
dipengaruhi oleh suhu air di sekitarnya mengakibatkan rendahnya tingkat
metabolisme setelah mengalami penurunan suhu. Distribusi suhu secara vertikal
perlu diketahui karena akan memengaruhi distribusi mineral dalam air akibat
kemungkinan terjadi pembalikan lapisan air. Suhu air akan memengaruhi pada
kekentalan (viskositas) air.
Perubahan suhu air yang drastis dapat mematikan ikan karena terjadi
perubahn daya angkut darah. Daya angkut darah akan lebih rendah pada suhu tinggi.
Suhu juga memengaruhi selera makan ikan, ikan relatif lebih lahap makan pada
pagi dan sore hari sewaktu suhu air berkisar antara 27 - 28˚C. suhu berkaitan erat
dengan konsentrasi oksigen terlarut dalam air dan konsumsi oksigen hewan air.
Suhu berbanding terbalik dengan konsentrasi jenuh oksigen terlarut dan berbanding
lurus dengan laju konsumsi hewan air dan laju reaksi kimia dalam air (Kordi, 2010).
Kenaikan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan konsumsi oksigen, namun di
lain pihak juga mengakibatkan turunnya oksigen dalam air. Kenaikan suhu
mengakibatkan: turunnya oksigen terlarut, kecepatan reaksi kimia meningkat,
sehingga mahluk hidup di dalamnya akan mati (Setyowati et al., 2015).

2.2.1.2. Total Suspended Solid (TSS)

Total Suspended Solid atau padatan tersuspensi adalah padatan yang


menyebabkan kekeruhan air, tidak terlarut, dan tidak dapat mengendap. Padatan
tersuspensi terdiri dari partikel yang ukuran maupun beratnya lebih kecil dari pada
sedimen, seperti bahan organik tertentu, tanah liat dan lainnya. Partikel menurunkan
intensitas cahaya yang tersuspensi dalam air umumnya terdiri dari fitoplankton,
11

zooplankton, kotoran hewan, sisa tanaman dan hewan, kotoran manusia dan limbah
industri (Ningrum, 2018). TSS merupakan tempat berlangsungnya reaksi-reaksi
heterogen yang berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling awal dan
dapat menghalangi kemampuan prouksi zat organik di suatu perairan. TSS yang
tinggi pun dapat menimbulkan dampak lain seperti menurunkan aktivitas
fontositesa tumbuhan baik mikro maupun makro sehingga oksigen yang dilepaskan
tumbuhan menjadi berkurang dan mengakibatkan ikan-ikan menjadi mati (Jiyah et
al, 2017).
TSS yang berada dalam perairan dapat menurunkan kesediaan oksigen
terlarut. Menurunnya ketersediaan oksigen terlarut yang berlangsung lama akan
menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehingga organisme aerob akan mati.
Kandungan TSS yang tinggi juga dapat secara langsung mengganggu biota perairan
seperti ikan karena tersaring oleh insang. Nilai TSS dapat menjadi salah satu
parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan perubahan yang
terjadi di daratan maupun di perairan. TSS sangat berguna dalam analisis perairan
dan buangan domestik yang tercemar serta dapat digunakan untuk mengevaluasi
mutu air maupun menentukan efisiensi unit pengelolaan (Rinawati et al, 2016).

2.2.1.3. Arus

Arus adalah proses pergerakan massa air menuju kesetimbangan yang


menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Gerakkan tersebut
merupakan resultan dari beberapa gaya yang bekerja dari beberapa faktor yang
memengaruhinya (Sahalessy, 2018). Arus sungai adalah gerakkan massa air sungai
yang arahnya searus dengan aliran sungai menuju hilir dan muara. Faktor yang
memengaruhi arus, yaitu tahanan dasar, gaya Coriolis, perbedaan densitas
(Wibisono, 2005 dalam Agustuni et al, 2013). Arus memegang peranan penting
dalam pergerakan zat hara di perairan. zat hara tersebut berguna untuk pertumbuhan
organisme akuatik seperti plankton (Saraswati et al, 2017).

2.2.1.4. Kecerahan

Kecerahan adakah jarak pandang mata dari permukaan air sampai


kedalaman air. Kecerahan air sungai semakin ke hilir semakin rendah. Kecerahan
12

air sungai dipengaruhi oleh banyaknya materi tersuspensi yang ada di dalam air.
Materi ini akan mengurangi masuknya sinar matahari ke air sungai. Semakin ke
hilir semakin banyak material yang ada di dalam air yang menurunkan kecerahan
air sungai (Siahaan et al, 2011). Kecerahan merupakan tingkat transparansi perairan
yang dapat diamati secara visual dan dipengaruhi oleh zat-zat yang terlarut di dalam
suatu perairan (Kurniawan, 2021). Tingkat kecerahan mempengaruhi intensitas
cahaya matahari dan penetrasi cahaya, jadi semakin besar kecerahan suatu perairan
maka penetrasi cahaya akan semakin tinggi (Pardosi, 2021).
Kecerahan di indentifikasikan dengan cahaya matahari yang merupakan
sumber energi bagi semua jasad hidup di perairan. tinggi rendahnya kecerahan akan
memengaruhi kegiatan fotosintesis dari produktivitas perairan atau kesuburan
perairan. kecerahan perairan dapat disebabkan oleh partikel –partikel yang berasal
dari bahan organik maupun anorganik seperti lumpur, sampah, polutan, hasil
dekomposisi bahan organik, dan plankton. Pengukuran tingkat kecerahan air
sebaiknya dilakukan pada saat intensitas cahaya matahari cukup tinggi
(Mahyuddin, 2010). Adapun tingkat kecerahan yang baik untuk kehidupan ikan
adalah 30 – 40 cm yang di ukur dengan menggunakan secchi disk (Monalisa dan
Minggawati, 2010)

2.2.1.5. Kekeruhan

Tingkat kekeruhan air merupakan salah satu parameter yang dijadikan


kelayakan air baik untuk diminum. Kekeruhan adalah suatu keadaan di mana
transparansi suatu zat cair berkurang akibat kehadiran zat-zat lainnya. kehadiran
zat-zat yang dimaksud terlarut dalam zat cair dan membuatnya seperti berkabut atau
tidak jernih. Kekeruhan menyebabkan air menjadi seperti berkabut atau
berkurangnya transparansi dalam air. Arah dari berkas cahaya yang dipancarkan
akan berbah ketika cahaya berbenturan dengan partikel di dalam air. Jika level
kekeruhan rendah maka sedikit cahaya yang akan dihamburkan dan dibiaskan dari
arah asalnya (Faisal et al, 2016). Kekeruhan terjadi disebabkan oleh adanya zat
tersuspensi dalam air. Zat tersuspensi yang terdapat dalam air terdiri dari berbagai
macam zat, misalnya lumpur, pasir halus, lempung dan sebagainya. Kekeruhan
adalah salah satu pertimbangan penting dalam air bersih karena dari segi estitika,
13

kemampuan filtrasi dan densifeksi (Maryani et al, 2014). Batas tingkat kekeruhan
yang optimaal untuk kehidupan ikan memiliki nilai maksimum yaitu 50 NTU
(Pulungan et al, 2020).

2.2.1.6. Kedalaman

Perairan yang baik untuk pemeliharaan ikan berkisar pada kedalaman


perairan 75 -125 cm, karena air pada kedalaman tersebut masih dipengaruhi oleh
sinar matahari sehingga merupakan lapisan yang produktif. Kedalaman perairan
juga merupakan pembatas kesuburan perairan. Plantkton khususnya fitoplankton
banyak dijumpai pada kedalaman tidak lebih dari satu meter pada perairan umum;
sungai, danau, dan waduk, karena pada kedalaman satu meter merupakah daerah
transparasi matahari atau euphotic zone (Johan, 2011).

2.2.2. Parameter Kimia

Parameter penguji kualitas air yang diukur berdasarkan parameter kimia,


yaitu pH, DO, COD, dan BOD.

2.2.2.1. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau pH merupakan kandungan ion hidrogen (H+) dalam


perairan. Nilai pH mampu menunjukkan kualitas perairan sehingga air yang bersifat
basa dapat mendorong proses perombakan bahan organik yang ada di dalam air
menjadi mineral yang digunakan oleh tumbuhan dan fitoplankton. pH yang bersifat
asam di air dapat digunakan sebagai penciri kualitas air di perairan (Widyatmanti
et al, 2021). Nilai pH sangat berpengaruh terhadap proses biokimiawi dalam
perairan, seperti tahap nitrifikasi perairan akan berakhir jika nilai pH rendah atau
kadar toksisitas logam berat perairan meningkat apabila pH rendah. Biota akuatik
memiliki sensifitas yang cukup tinggi terhadap perubahan pH (Mustofa, 2020).
Jika pH air lebih rendah dari 5 dan/atau lebih tinggi dari 9 mengindikasikan
perairan tersebut telah tercemar sehingga kehidupan biota air akan terganggu dan
tidak layak digunakan. Pada pH netral atau nilai pH mendekati alkali merupakan
kondisi yang paling menguntungkan untuk Tubificidae dan Lumbriculidae
14

(Labbaik et al., 2018). pH yang kecil bisa menyulitkan, karena akan mempengaruhi
biota perairan dan juga manusia jika mengonsumsinya.

2.2.2.2. Oksigen Terlarut (DO)

Oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) adalah jumlah oksigen yang
terlarut di dalam perairan. Oksigen merupakan salah satu faktor yang memengaruhi
proses fotosintesis dalam perairan. Rendahnya kadar oksigen dapat berpengaruh
terhadap fungsi biologis dan lambatnya pertumbuhan, bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses
difusi udara bebas dan hasil fotosintesi organisme yang hidup dalam perairan
(Salmin, 2000). Oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen (DO) dalam air pada
umumnya berasal dari; a) Difusi oksigen secara langsung dari udara ke dalam air
melalui lapisan permukaan air, b) Arus, c) Air hujan, d) Proses fotosintesis dalam
air. Oksigen terlarut dapat berkurang karena 1) respirasi yang digunakan oleh
hewan air, 2) proses penguraian bahan organik secara biokimia, 3) proses
penguraian bahan anorganik secara kimia. Oksigen terlarut dalam suatu perairan
berperan penting bagi kehidupan organisme akuatik. Perairan dikatakan tercemar
bila kandungan oksigen terlarutnya telah menurun sampai dibawah batas yang
dibutuhkan untuk kehidupan biota. Perairan yang bagi kehidupan organisme adalah
bila konsentrasi oksigen terlarutnya besar dari 4 mg/l. oksigen terlarut kurang dari
2 mg/l dapat mengganggu kehidupan biota perairan (Ainin, 2021).

2.2.2.3. Chemical Oxygen Demand (COD)

COD atau kebutuhan oksigen kimia adalah jumlah oksigen yang


dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organik yang ada dalah air oleh senyawa-
senyawa oksidator kuat kalium bikromat, asam sulfat pekat, (K2Cr2O7) dan perak
sebagai katalis. Nilai COD menunjukkan kebutuhan oksigen yang diperlukan untuk
menguraikan kandungan bahan organik dalam air secara kimiawi, khususnya bagi
senyawa organik yang tidak dapat diuraikan oleh proses biologis (Jatmiko, 2007)
Parameter COD merupakan parameter kunci untuk mendeteksi tingkat
kesuburan air. semakin tinggi nilai COD maka semakin jelek kualitas air. Parameter
COD menggambarkan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi bahan
15

organik secara kimiawi. Peningkatan nilai parameter COD juga dipengaruhi oleh
peningkatan suhu, di mana saat kondisi tersebut terjadi peningkatan enzim dan
kecepatan proses metabolisme, peningkatan dekomposisi bahan organik sehingga
mengakibatkan penurunan konsentrasi oksigen di dalam air (Effendi, 2003 dalam
Riyandini, 2020).

2.2.2.4. Biological Oxygen Demand (BOD)

Biological Oxygen Demand (BOD) merupakan kuantitas oksigen terlarut


yang dibutuhkan untuk mengurai bahan organik yang terdapat di dalam air secara
sempurna mengunakan ukuran proses biolohi dan kimia yang terjadi di perairan.
Dapat diartikan bahwa mikfoofgznisme memeroleh energi dari proses oksidasi dan
memakan bahan organik yang terdapat di perairan. Mengetahui nilai BOD di
perairan dapat bermanfaat untuk mendapatkan informasi berkaitan jumlah bahan
pencemaran yang terdapat di perairan akibat air buangan penduduk atau industri
(Daroini dan Apri, 2020).
BOD tidak menunjukkan jumlah bahan organik yang sebenarnya, tetapi
hanya mengukur secara relatif jumlah O2 yang dibutuhkan untuk mengoksidasi
bahan-bahan buangan tersebut. Jika konsumsi O2 tinggi yang ditunjukkan dengan
semakin kecilnya O2 terlarut, maka berarti kandungan bahan-bahan buangan
membutuhkan O2 tinggi (Hastutiningrum dan Purnawan, 2017). Semakin besar
kadar BOD, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar.
Kadar maksimum BOD yang diperkenankan untuk kepentingan air minum dan
menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0 – 6,0 mg/l.
BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian akan dilaksanakan di empat titik sungai Tatakan, Desa Tatakan,


Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Provinsi Kalimantan Selatan serta
Laboratorium Kualitas Air Hidro-Bioekologi Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Lambung Mangkurat.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang akan digunakan pada penelitian dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan Bahan yang digunakan


No. Alat Fungsi
1. Termometer Pengukur Suhu
2. pH Meter Pengukur kadar keasaman
3. DO Meter Pengukur oksigen terlarut
4. Sechi disk Pengukur kecerahan perairan
5. Wadah Sampel Bersih Wadah Sampel Air
6. Current Water Alat ukur arus
7. Kamera Dokumentasi Kegiatan
8. Tissue Pembersih Alat
9. Aquades Pengaklibarsi Alat Analisis

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1. Lokasi Stasiun Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode sampling.


Lokasi pengambilan sampel ditetapkan secara purposive dengan menetapkan empat
stasiun penelitian berdasarkan kriteria tertentu di Sungai Tatakan yaitu air sungai
masuk, air yang tercampur limbah pertambangan legal, air yang tercampur limbah
pertambangan ilegal, dan air yang digunakan oleh masyarakat. Metode purposive
sampling adalah suatu teknik pengambilan data non random dengan pertimbangan
tertentu dimana lokasi tersebut dianggap dapat mewakili kondisi lingkungan
sehingga dapat diharapkan menjawab permasalahan dari peneliti. Stasiun
pengambilan sampel dilakukan di Sungai Tatakan.

16
17

Gambar 2. Lokasi Pengambilan Sampel

Stasiun pengambilan sampel dibagi menjadi 4 bagian yaitu stasiun 1 (air


sungai masuk), stasiun 2 (tambang legal), stasiun 3 (tambang ilegal), dan stasiun 4
(air sungai di pemukiman).

Tabel 2. Stasiun Pengambilan Sampel


Koordinat Keterangan
Stasiun pertama adalah di mana air sungai
I
Tatakan masuk dari sungai Hatiwin yang berada
3°07’17.3” LS −
di atasnya. Sungai relatif jernih di stasiun 1 sebab
115°15’18.4” BT
jauh dari aktivitas pertambangan.
Stasiun kedua adalah titik sampel di mana air
II
sungai mulai tercampur dengan air buangan
3º06’43.2” LS –
aktivitas pertambangan batubara dari perusahaan
115º13’87.9” BT
yang beroperasi secara legal.
III Stasiun ketiga ialah titik sampel di mana air
3º06’16.6” LS − sungai dekat dengan bekas kegiatan
115º13’29.4” BT pertambangan ilegal.
IV Stasiun keempat merupakan titik sampel yang
3º05’46.6” LS − mengambil lokasi di mana air sungai banyak
115º11’94.6” BT digunakan oleh masyarakat untuk beraktivitas.
18

3.3.2. Pengambilan Sampel Air

Pengambilan sampel air dilakukan di empat titik stasiun pengamantan


dengan dua kali pengulangan. Pengambilan air mengganakan wadah bersih
sebanyak 2 liter air pada masing-masing titik sampel. Air yang sudah diambil
disimpan dalam wadah dan diberi label sebelum dibawa ke laboratorium untuk
pengukuran kualitas air seperti BOD dan COD.

3.3.3. Pengukuran Parameter Fisika Kimia Air

Pengukuran parameter fisika dan kimia yang dapat dilakukan secara


langsung akan diukur secara in situ tepat di lokasi pengambilan sampel air untuk
pengukuran ex situ. Pengukuran dilakukan bersamaan dengan pengambilan sampel
air. Pengambilan parameter fisiki kimia air yang diukur baik secara in situ maupun
ex situ dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Pengambilan parameter fisiki kimia air yang diukur


No. Parameter yang In Ex Alat ukur
diukur situ situ
1. Suhu √ Termometer
2. Arus √ Current water
3. pH √ pH meter
4. DO √ DO test kit
5. TSS √ TSS meter
6. Kecerahan √ Secchi disk
7. Kekeruhan √ TDS meter
8. Kedalaman √ -
9. COD √ Pengukuran di
Laboratorium
10. BOD √ Pengukuran di
Laboratorium

3.3.4. Analisis Data

Metode pengolahan data yang dilakukan adalah metode anova. Analisis


varians (analysis of variance) atau ANOVA adalah suatu metode analisis statistika
yang termasuk ke dalam cabang statistika inferensi. Uji dalam anova menggunakan
19

uji F karena dipakai untuk pengujian lebih dari 2 sampel. Analisis varians dapat
merupakan uji hipotesis maupun pendugaan. Anova (Analysis of variances)
digunakan untuk melakukan analisis komparasi multivariabel. Teknik analisis
komparatif dengan menggunakan tes “t” yakni dengan mencari perbedaan yang
signifikan dari dua buah mean hanya efektif bila jumlah variabelnya dua. Untuk
mengatasi hal tersebut ada teknik analisis komparatif yang lebih baik yaitu Analysis
of variances yang disingkat anova.

Uji F dilakukan perumusan 𝐹ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 yaitu:


𝑅 2 /(𝑛−1) 𝐽𝐾
𝐹 = (1−𝑅2)/(𝑛−𝑘) 𝐾𝑅 = 𝑑𝑘

Di mana:
𝐹 = Kuadrat rata-rata
𝐽𝐾 = Jumlah Kuadarat
𝑑𝑘 = Derajat Kebabasan

Uji F juga bisa dihitung dengan rumus:


𝐽𝐾𝐴 𝐽𝐾𝐾 𝑇 2𝑘 (𝛴𝑋)2
𝐾𝑀𝐴 = 𝑘−1 𝐾𝑀𝐾 = 𝐽𝐾𝐴 = −
𝑁−𝑘 𝑛𝑘 𝑛

𝐾𝑀𝐴
𝐹 = 𝐾𝑀𝐾

Di mana:
𝑇 2𝑘 = Kuadrat total kolom
𝑛𝑘 = Jumlah pengamatan setiap perlakuan (kolom)
𝑋 = Jumlah seluruh pengamatan
𝑘 = Jumlah perlakuan
𝑁 = Total jumlah sampel perlakuan

Syaratnya:
a. Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya, semua variabel
bebas adalah penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
b. Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima dan Ha ditolak. Artinya, semua variabel
bebas bukan penjelas yang signifikan terhadap variabel terikat.
DAFTAR PUSTAKA

Agustini T., Muh. I. Jumarang, dan Andi I. 2013. Simulasi Pola Sirkulasi Arus Di
Muara Kapuas Kalimantan Barat dalam Prisma Fisika. 1 (1)

Ainin, D. R. 2021. Impresi Limbah Industri dan Kualitas Perairan Sungai. Pohon
Tua Pustaka. Bangka Belitung.

Asdak, C. 2010. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta :


Gadjah Mada University Press.

Azzizah, M. dan Humairoh, M. 2015. Analisis Kadar Amonia (NH3) dalam Air
Sungai Cileungsi dalam Jurnal Nusa Sylva. 15 (1) : 47-54

Daroini, T. A. dan A. Asriandi. 2020. Analisis BOD (Biological Oxygen Demand)


Di Perairan Desa Prancak Kecamatan Sepulu, Bangkalan. Juvenil. 1 (4) :
558-566.

Fahmi N., dan Shellya N. 2020. Sistem Pemantauan Kualitas Air Budidaya Ikan
Lele Menggunakan Teknologi IoT dalam Jurnal Media Informatika
Budidarma. 4 (4) : 1243-1248

Faisal, M. Harmadi. dan Puryanti, D. 2016. Perancangan Sistem Monitoring


Tingkat Kekeruhan Air Secara Realtime Menggunakan Sensor TDS-10
dalam Jurnal Ilmu Fisika (JIF). 8 (1)

Fitriyanti, R. 2015 Kajian Istalasi Pengolahan Limbah Cair Stockpile Batubara


dalam Bekala Teknik. 5 (2)

Hastutiningrum, S. dan Purnawan. 2017. Pra-Rancangan Instalasi Pengolahan Air


Limbah (IPAL) Industri Batik (Studi Kasus Batik Sembung, Sembungan
RT.31/Rw.14, Gulurejo, Lendah, Kulonprogo dalam Eksergi. 14 (2)

Hidayat, L. 2017. Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batubara (Studi Kasus


Pengelolaan Air Asam Tambang (Acid Mining Drainage) di PT. Bhumi
Rantau Energi Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan.

Hikmah, N. T. Alawiyah dan M. A. Wijaksono. 2021. Analisis Kadar Amonia


(NH3) Di Perairan Sekitar Pabrik Karet Daerah Banjarmasin
Menggunakan Spektrofometri Visible. J-PhAM. 4 (1)

Jatmiko, A. 2007. Hubungan Kualitas Air Selokan Ngenden Desa Gumpang


Kartasura Sukoharjo dengan Air Sumur Penduduk Sekitar. Skripsi.
Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Jiyah. Sudarsono, B. dan Sukmono, A. 2017. Studi Distirbusi Total Suspended Solid
(TSS) Di Perairan Pantai Kabupaten Demak Menggunakan Citra Landsat
dalam Jurnal Geodesi Undip. 6 (1)

20
Johan, T., I. 2011. Dampak Penambangan Emas Terhadap Kualitas Air Sungai
Singingi Di Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau dalam Jurnal Ilmu
Lingkungan. 5 (2)

Kepmenneg LH No. 51 Tahun 2004.

Kiswanto. Wintah. dan N. L. Rahayu. 2020. Analisis Logam Berat (Mn, Fe, Cd)
Sianida dan Nitrit pada Air Asam Tambang Batu Bara dalam Jurnal
Litbang Kota Pekalongan. 18 (1)

Kordi K., M. Ghufran H. 2010. Panduan Lengkap Budi Daya Kuda Laut Ikan Unik
yang Berpotensi Obat. Lili Publisher. Yogyakarta.

Kurniawan, R. R. 2021. Analisis Perifiton Pada Tumbuhan Air Rawa “Danau


Bangkau” Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kalimantan Selatan.
Universitas Lambung Mangkurat.

Labbaik, M., I. W. Restu dan M. A. Pratiwi. 2018. Status Pencemaran Lingkungan


Sungai Badung dan Sungai Mati di Provinsi Bali Berdasarkan Bioindikator
Phylum Annelida. Journal of Marine Sciences and Aquatic. 4 (2) : 304-
315.

Mahyuddin, K. 2010. Panduan Lengkap Agribisnis Patin. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Maryani, D. Masduqi, A. dan Moesriati, A. 2014. Pengaruh Ketebalan Media dan


Rate Filtrasi pada Sand Filter dalam menurunkan Kekeruhan dan Total
Coliform dalam Jurnal Teknik POMITS. 3 (2)

Meboki, M. Y., Lake. 2018. Analisis Masa Pakai Kapur (CaCO3) dan Zeolit Alam
Sebagai Bahan Penetral Air Asam dan Penyerap Kada Logam Fe pada
Kolam Pengendapan (Settling Pond) PT. SAG KSO PT. Semen Kupang
dalam Prosdibing Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi.

Mustofa, A. 2020. Pengelolaan Kualitas Air untuk Akuakultur. UNISNU Press.


Jepara.

Ningrum, S. O. 2018. Analisis Kualitas Badan Air dan Kualitas Air Sumur di
Sekitar Pabrik Gula Rejo Agung Baru Kota Madiun. Jurnal Kesehatan
Lingkungan. 10 (1) : 1-12.

Pardosi, H. 2021. Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Air Makrofita. Skripsi.

Polawan M. S. S. 2017. Identifikasi Air Asam Tambang Melalui Metode Uji


Statistik Pada Tambang Batubara dalam Jurnal Gerbang Etam. 11 (1)

Rahman H. A., M. F. Akbar, dan R. D. Pramudita. 2020 Bioekstraksi Tembaga dari


Air Asam Tambang dengan Metode Phytoming Menggunakan Tanaman
Eichhornia crassipes (mart.) dalam Prosiding Temu Profesi Tahunan
PERHAPI.
Rinawati. Diki, H. Suprianto, R. dan Sari Dewi, P. 2016. Penentuan Kandungan Zat
Padat (Total Dissolved Solid dan Total Suspended Solid) Di Perairan Teluk
Lampung dalam Analit: Analyytical and Environmental Chemisyry. 10 (1)

Riyandini, V., L. 2020. Pengaruh Aktivitas Masyarakat Terhadap Kualitas Air


Sungai Batang Tapakis Kabupaten Padang Pariaman dalam Jurnal Sains
dan Teknologi. 20 (2)

Rokhimaturrizki, O. 2022. Pengetahuan Tentang Sungai. Surabya : CV. MEC.

Sahabuddin, H., D. Harisuseon dan E. Yuliani. 2014. Analisa status mutu air dan
daya tampung beban pencemaran sungai wanggu kota kendari dalam
Jurnal Teknik Pengarian. 5 (1) : 19-28.

Sahalessy, G. L. 2018. Pemodelan Arah Arus Air Laut Di Pantai Moinit Kecamatan
Amurang Barat Kabupaten Minahasa Selatan dalam Jurnal Sipil Statik. 6
(12)

Salmin. 2000. Kadar Oksigen Terlarut Di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara
Karang dan Teluk Banten.

Saraswati, Rai Ayu, N., L., G. Yulius. Rustam, A. Salim, H., L. Heriati, A. dan
Mustikasari, E. 2017. Kajian Kualitas Air untuk Wisata Bahari di Pesisir
Kecamatan Moyo Hilir dan Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa dalam
Jurnal Segara. 13

Setyowati, R. D. N. 2015. Status Kualitas Air DAS Cisanggarung, Jawa Barat.


Jurnal Teknik Lingkungan. 1 (1) : 37-45.

Siahaan, R., A. Indrawan. D. Soedharma dan B. P. Lilik. 2011. Kualitas Air Sungai
Cisadane, Jawa Barat – Banten dalam Jurnal Ilmiah Sains. 11 (2)

Wahyudin I., S. Widodo dan A. Nurwaskito. 2018. Analisis Penanganan Air Asam
Tambang Batubara dalam Jurnal Geomine. 6 (2)

Wibowo M. K., I. Kanedi dan J. Jumadi. 2015. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Menentukan Lokasi Pertambangan Batubara Di Provinsi Bengkulu
Berbasis Website. Jurnal Media Infortama. 11 (1)

Widyatmanti, W., Murti, S. H. dan Widyani, P. 2021. Aplikasi Penginderaan Jauh


dan Sistem Informasi Geografis untuk Pemodelan dan Pemetaan Data
Biofisik Lahan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Yogafanny E. 2015. Pengaruh Aktifitas Warga di Sempadan Sungai terhadap


Kualitas Air Sungai Winongo dalam Jurnal Sains dan Teknologi
Lingkungan. 7 (1) : 41-50

Anda mungkin juga menyukai