Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM METODE ANALISIS KUALITAS

PERAIRAN LAUT

OLEH :

BARACHEL ULIANA BEATRICE BR MANURUNG


2104126417
ILMU KELAUTAN (A)
KELOMPOK 4

LABORATORIUM KIMIA LAUT


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menulis makalah
ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Metode Analisis Kualitas Perairan
Laut.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/ Ibu dosen mata kuliah kuliah Metode Analisis Kualitas Perairan Laut,
yang telah membimbing dan memberikan ilmu, penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada seluruh asisten yang telah membantu dalam
pembuatan laporan tersebut.
Terlepas dari hal tersebut, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki kekurangan. Baik dari segi penulisan ataupun format yang dipilih dan
digunakan. Oleh karena itu penulis menerima segala bentuk kritik dan saran dari
pembaca, agar selanjutnya penulis dapat memperbaiki kesalahan tersebut dan
menjadikan saran tersebut menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas menulis
laporan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.

Pekanbaru, 10 Desember 2022

Barachel Uliana Beatrice Br Manurung


DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
I. PENGUMPULAN DATA
1.1 Data Garis Pantai.......................................................................... 1
1.2 Data Batimetri .............................................................................. 1
1.3 Data Angin.................................................................................... 3
1.4 Data Pasang Surut......................................................................... 4
II. PENGOLAHAN DATA
2.1 Data Garis Pantai.................................................................... 6
2.2 Data Batimetri ........................................................................ 11
2.3 Data Angin.............................................................................. 19
2.4 Data Pasang Surut................................................................... 23
III. MENSIMULASIKAN ARUS.......................................................... 29
IV. PARAMETER KUALITAS AIR
4.1 Suhu.............................................................................................. 31
4.2 Kecepatan Arus............................................................................. 32
4.3 Salinitas....................................................................................... 33
4.4 Kecerahan .................................................................................... 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................... 35
5.2 Saran............................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1.
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1.
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1.
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di Dunia, yang terdiri dari
17.508 pulau dan garis pantai sepanjang 95.180,8 km (terpanjang ke dua di Dunia
setelah Canada), (World Resources Institute, 2000), serta wilayah laut teritorial
seluas 5,1 juta km2 (63 % dari total wilayah teritorial Indonesia), ditambah
dengan Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,7 juta km2 , sesungguhnya Indonesia
memiliki potensi sumberdaya alam pesisir dan lautan yang sangat besar dan
beranekaragam. Pulau-pulau kecil umumnya memiliki sumber daya pesisir yang
cukup besar, dimana potensi perikanannya didukung oleh ekosistem karang (coral
reef), lamun (seagrass), bakau (mangrove), dan rumput laut (seaweed).
Komplek Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Bungus merupakan
kawasan pelabuhan perikanan terpadu klas Samudera yang berbatasan dengan laut
(Selat Mentawai) dan dilalui sungai kecil dengan area persawahan disekitarnya.
Terdapat beberapa fasilitas di komplek PPS Bungus yaitu pelabuhan perikanan,
pengawasan perairan, penelitian, industri pengolahan perikanan, permukiman dan
lain-lain. Beragam kegiatan yang ada tentu berdampak pada perairan yang ada.
Pemantauan kualitas perairan pada perairan merupakan hal yang penting
untuk dilakukan, khususnya di perairan pesisir yang umumnya rentan terhadap
pencemaran perairan (Palaniappan et al., 2010). Menurut Effendi (2003), secara
hakikat pemantauan kualitas perairan, bertujuan untuk mengetahui nilai kualitas
perairan berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi, membandingkan hasil
pengukuran kualitas air dengan baku mutu yang sesuai dengan peruntukannya dan
menilai kelayakan suatu sumber daya air untuk kepentingan tertentu. Pemantauan
kualitas air pada perairan pesisir juga berfungsi untuk menjaga ekosistem dan
habitat perairan karena kedua komponen tersebut yang akan terkena dampak dari
penurunan kualitas perairan di perairan pesisir (Palaniappan et al., 2010).
Analisis status pencemaran dapat ketahui dengan menggunakan metode
STORET yang terdapat pada Lampiran I Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup No. 115 Tahun 2003 tentang pedoman penentuan
status mutu air. Metode ini merupakan salah satu metode untuk menentukan
status mutu air yang umum digunakan. Metode ini dapat mengetahui parameter-
parameter yang telah memenuhi atau melampaui baku mutu air. Pada
prinsipnya metode ini membandingkan antara data kualitas air dengan baku mutu
yang disesuaikan dengan peruntukannya guna menentukan status mutu air.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari pelaksanaan praktikum tersebut adalah:
• Agar para praktikan dapat mengetahui prosedur dalam pengambilan
data parameter kualitas perairan dilapangan
• Agar para praktikan dapat mengetahui menggunakan alat dalam
pengambilan data parameter kualitas perairan
• Agar para praktikan dapat mengetahui bagaimana cara menganalisis
data parameter kualitas suatu perairan dan dapat mengetahui perairan
tersebut tercemar atau tidaknya
1.3 Manfaat Praktikum
Adapun manfaat yang didapat pada saat melaksanakan praktikum adalah :
• Praktikan mengetahui cara menggunakan alat yang digunakan dalam
pengambilan data parameter kualitas perairan
• Praktikan mengetahui prosedur pengambilan data parameter kualitas
perairan
• Praktikan mengetahui cara menganalisis data parameter kualitas
perairan
II. TINJAUAN PUSTAKA

Kualitas air sungai adalah gabungan dari beberapa senyawa yang saling
terkait, yang mengalami variasi dari kondisi lokal, temporal dan juga dipengaruhi
oleh volume aliran air (Mandal dkk, 2010).
Menurut Siahainenia (2001) dalam Damaianto dan Masduqi (2014), akan
dijumpai berbagai jenis sampah dan bahan pencemar di laut, hal tersebut tentu
dapat mengakibatkan degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan ekosistem di
sekitarnya. Sehingga, masuknya zat-zat organik dan anorganik ke badan air secara
berlebihan, berdampak buruk pada perairan laut dan menyebabkan penurunan
kualitas air laut secara fisik, kimia dan biologi.
Permasalahan yang sangat dominan bagi wilayah pesisir, pantai dan laut
adalah terjadinya pencemaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
dan kuantitas sumberdaya pesisir dan laut. Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung
dari sumberdaya perairan yang pada akhirnya menurunkan kekayaan sumberdaya
alam. Menurut Gholizadeh et al. (2016) bahwa setiap perubahan dalam ekosistem
rentan akibat kegiatan antropogenik yang dapat membahayakan habitat ikan dan
organisme air lainnya.
Ippen (1966) mengatakan bahwa kondisi oseanografi perairan dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik yang eksternal maupun internal. Pengaruh eksternal
dapat berasal dari laut lepas yang mengelilinginya, maupun dari daratan yang
berupa aliran air tawar dari sungai. Sedangkan pengaruh internal seperti bentuk
perairan maupun bentuk topografi dasar perairan.
Musim di wilayah perairan Indonesia juga menjadi faktor dominan untuk
penelitian oseanografi, karena berpengaruh nyata terhadap distribusi setiap
parameter oseanografi. Perubahan musim ini dapat mengakibatkan perubahan pola
distribusi suhu maupun salinitas (Wyrtki,1961).
Jumlah oksigen terlarut di dalam air pada kondisi saturasi dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu: suhu, salinitas, dan ketinggian perairan dari permukaan
laut (altitude); semakin tinggi suhu, salinitas, dan altitude maka kelarutan oksigen
akan semakin berkurang (Stickney, 2009; Effendi, 2003).Selain itu, kadar oksigen
terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada per-
campuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis,
respirasi, dan limbah (efflu-ent ) yang masuk ke badan air (Effendi, 2003).
Sebagaimana Bowden dalam Nurhayati (2002) mengemukakan bahwa
keberadaan nilai salinitas dalam distribusinya di perairan laut sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain adanya interaksi masuknya air tawar ke dalam
perairan laut melalui sungai, juga dipengaruhi penguapan dan curah hujan.
Sebaran salinitas memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan suhu, karena
salinitas merupakan salah satu parameter oseanografi yang relatif konstan
nilainya.
Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan
anion terlarut dan kesadahan (Suripin, 2001). pH, menyatakan intensitas
kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi
hidrogen ionnya. pH merupakan parameter penting dalam analisis kualitas air
karena pengaruhnya terhadap proses-proses biologis dan kimia di dalamnya. Air
yang diperuntukkan sebagai air minum sebaiknya memiliki pH netral (+7) karena
nilai pH berhubungan dengan efektifitas klorinasi. pH pada prinsipnya dapat
mengontrol keseimbangan proporsi kandungan antara karbon dioksida, karbonat
dan bikarbonat (Chapman, 2000).
Derajat keasaman (pH) air yang lebih kecil dari 6,5 atau pH asam
meningkatkan korosifitas pada bendabenda logam, menimbulkan rasa tidak enak
dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun yang mengganggu
kesehatan (Sutrisno, 2006).
Menurut Kusnaedi (2010), persyaratan fisik air antara lain: tidak berwarna,
termperatur normal, rasanya tawar, tidak berbau, jernih atau tidak keruh serta
tidak mengandung zat padatan. Warna pada air dapat disebabkan karena adanya
bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus dan ion-
ion logam serta bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
Material padatan tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS) merupakan
tempat berlangsungnya reaksi – reaksi heterogen, yang berfungsi sebagai bahan
pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan
produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). TSS yang
tinggi pun dapat menimbulkan dampak lain seperti disebutkan oleh Murphy
(2007) dan Helfinalis dkk. (2012) bahwa nilai konsentrasi padatan tersuspensi
total yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesa tumbuhan laut baik yang
mikro maupun makro sehngga oksigen yang dilepaskan tumbuhan menjadi
berkurang dan menyebabkan ikan – ikan menjadi mati. Kisaran TSS juga dapat
menunjukkan kondisi sedimentasi pada suatu perairan (Siswanto, 2009). Pada
perairan yang mempunyai konsentrasi TSS yang tinggi cenderung mengalami
sedimentasi yang tinggi.
Kandungan total suspended solid (TSS) dalam perairan secara tidak
langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme, karena dapat meningkatkan
kekeruhan perairan dan mempengaruhi proses fotosintesis. Sedangkan pengaruh
langsung dapat mengganggu kehidupan dan perkembangan biota serta dapat
menyebabkan kematian biota karena dapat menutup insang dan menghambat
saluran pernapasan (effendi 2003). Menurut Wardoyo (1981), akibat yang dapat
ditimbulkan oleh adanya padatan tersuspensi yaitu dapat mengurangi proses
fotosintesis dan memusnahkan sumberdaya perikanan di daerah pemijahan
(spawning area).
TDS mengandung berbagai zat terlarut (baik itu zat organik, anorganik, atau
material lainnya) dengan diameter < 10-3 µm yang terdapat pada sebuah larutan
yang terlarut dalam air (Mukhtasor, 2007). Ion yang paling umum terdapat di
perairan adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium, magnesium, bikarbonat,
karbonat dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau
aglomerasi dari ribuan molekul. Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah
limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Perubahan dalam
konsentrasi TDS dapat berbahaya karena akan menyebabkan perubahan salinitas,
perubahan komposisi ion-ion, dan toksisitas masing-masing ion.
Tingkat kesuburan suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur
hara di dalamnya. Zat-zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan
mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme,
terutama zat hara nitrat dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan penting
terhadap sel jaringan jasad hidup organisme serta dalam proses fotosintesis.
Tinggi rendahnya kelimpahan organisme tumbuhan air di suatu perairan tergantung
pada konsentrasi zat hara di perairan anatara lain nitrat dan fosfat (Nybakken, 1992).
Arus permukaan pada umumnya cenderung lebih besar dibandingkan dengan di
kedalaman, hal ini disebabkan karena gaya gesekan antara molekul air laut sehingga
kecepatan arus selalu mengecil seiring bertambahnya kedalaman (Sverdrupet al.,
1970). Kajian pola pergerakan arus yang dihubungkan dengan pasang surut
merupakan hal penting di perairan sempit dan semi tertutup seperti teluk karena pasut
merupakan gaya penggerak utama (driving force) sirkulasi massa airnya (Nontji,
1987; Triatmodjo, 1999).
Proses upwelling yang terjadi menyebabkan perairan tersebut kaya akan
unsur hara. Menurut Millero dan Sohn (1992), unsur zat hara anorganik utama
yang berpengaruh terhadap kesuburan perairan adalah fosfor (dalam bentuk
fosfat) dan nitrogen (dalam bentuk nitrat). Nitrat dan fosfat merupakan salah
satu indikasi kesuburan perairan tetapi bila kandungan nitrat dan fosfat berlebih
akan berpengaruh pada kualitas perairan, yaitu terjadinya blooming atau
eutrofikasi perairan, dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton yang tidak
terkendali.
Elyazar et al. (2007) menyatakan bahwa aktivitas hotel dan restoran,
pemukiman dan nelayan berpotensi menghasilkan limbah terbesar yang
bersumber dari aktivitas rumah tangga. Limbah berbahan kimia terbanyak
digunakan oleh hotel/restoran, pemukiman dan industri, sedangkan
perdagangan dan jasa paling banyak menggunakan bahan kimia pencemar.
Jenis limbah yang masuk seperti limbah organik, dan anorganik (sampah)
inilah yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan (Wiryawan
et.al, 1999). Penurunan kualitas lingkungan ini dapat diidentifikasi dari perubahan
komponen fisik, kimia dan biologi perairan di sekitar pantai. Perubahan
komponen fisik dan kimia tersebut selain menyebabkan menurunnya kualitas
perairan juga menyebabkan bagian dasar perairan (sedimen) menurun, yang dapat
mempengaruhi kehidupan biota perairan terutama pada struktur komunitasnya
(Odum, 1971; Warwick, 1993).
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum lapangan Metode Analisis Kualitas Perairan Laut dilaksanakan19
November 2022. Adapun Lokasi praktikum lapangan berada di wilayah pesisir
Kota Padang, yaitu di Pantai Bungus, Padang Sumatera Barat.
III.2 Alat dan Bahan
Praktikum makpl saat di laboratorium ada 3 (tiga) analisa yang di lakukan
dengan alat dan bahan yang berbeda. Alat dan bahan dari ketiga analisa tersebut
yaitu:
Tabel 1. Alat dan Bahan

No Total Dissolved Solid Total Suspended Solid Dissolved Oxygen (DO)


(TDS) (Tss)
Alat Alat Alat
1 Oven Pemanas Oven Pemanas Botol Winkler
2 Desikator Desikator Pipet tetes
3 Filtering Apparatus Cawan Aluminium Buret
4 Kertas Whatman Filtering Apparatus Erlenmayer
5 Vakum Pump Glass Fibre Filter Botol sampel
6 Cawan Porselen Gelas beaker
7 Botol sampel Gelas ukur
Bahan Bahan Bahan
1 Aquades Aquades MnSO4
2 Sampel Sampel NaOH
3 H2SO4
4 Na2S2O3
5 Amilum / kanji
III.3 Metode Praktikum
Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode pengamatan
langsung terhadap objek pengamatan yang di amati ( insitu).
3.4 Prosedur Praktikum
3.4.1 Total Dissolved Solid (TDS)
Adapun prosedur dalam analisa Total Dissolved Solid (TDS) yaitu sebagai
berikut:
A. Persiapan
1. Bilas cawan porselen dengan aquades sampai bersih, kemudian di
panaskan di oven sampai kering yang sebelumnya di beri label atau
nomor terlebih dahulu.
2. Keluarkan cawan dari oven dan masukkan ke dalam desikator sampai
dingin lalu timbang (bobot kosong).
B. Penyaringan sampel
1. Siapkan peralatan penyaring yang betul-betul bersih, lalu pasangkan
kertas saring pada peralatan penyaring tersebut.
2. Saring 20 ml air aquades hanya untuk membersihkan saja .
3. Saring 50 ml sampel , pindahkan ke botol plastik kemudian di beli
label atau nomor.
C. Analisis sampel
1. Letakkan cawan di atas hot plate dan biarkan sebentar untuk
menghindari kontaminasi.
2. Tuangkan sampel yang sudah di saring ke dalam cawan sedikit demi
sedikit. Atur suhu hot plate sehingga menjadi 180℃
3. Lanjutkan penambahan sampel ke dalam cawan sampai habis dan
menguap, tidak boleh di biarkan mengering.
4. Pindahkan cawan ke dalam oven (105℃) selama 1 jam sampai
mengering sempurna.
5. Pindahkan cawan ke dalam desikator sampai dingin lalu timbang.
Yang tersisa adalah air garam –garam yang merupakan hasil dari TDS
tersebut.
6. Setelah itu di masukkan ke dalam perhitungan.
3.4.2 Total Suspended Solid (TSS)
Adapun prosedur dalam analisa Total Suspended Solid (TSS) yaitu sebagai
berikut:
1. Cuci semua peralatan yang akan di pakai untuk menyaring dengan
menggunakan aquades sampai bersih.
2. Siapkan cawan aluminium masing masing di beri nomor atau label
untuk setiap sampel yang akan di ukur, kemudian masukkan ke dalam
ke dalam masing masing cawan tersebut kertas whatman atau fiber
glass filter.
3. Cawan aluminium kosong harus di panaskan selama 24 jam yang
kemudian di dinginkan di dalam desikator yang kemusian di timbang
untuk menentukan bobot cawan kosongnya,
4. Siapkan peralatan untuk menyaring (filtering apparatus) kemudian
letakkan kertas whatman di atasnya kemudian bilas dengan 20 ml
aquades
5. Kocok sampel yang akan di analisa kemudian tuangkan sebanyak 150
ml dengan menggunakn gelas ukur.
6. Bilas dinding saringan dengan menggunakan aquades sampai tidak ada
kotoran menempel pada dinding tersebut.
7. Untuk sampel air laut harus di bilas dengan aquades sebanyak 250 ml.
8. Setelah sampel di saring, ambil kertas whatmand dari atas alat
penyaring kemudian di tempatkan ke dalam cawan yang sudah di beri
tanda atau lebel, kemudian di keringkan dalam oven pada suhu
105℃selama satu malam.
9. Setelah keesokan harinya, ambil kertas whatman dan cawan
aluminium kemudian masukkan ke dalam desikator hingga dingin
lalau timbang hingga bobot tetap.
10. Setelah itu masukk ke tahap perhitungan untuk TSS.
3.4.3 Dissolved Oxigen (DO)
Adapun prosedur dalam analisa Dissolved Oxigen (DO) yaitu sebagai
berikut:
A. Persiapan Pengujian
1. Sediakan botol winkler
2. Masukkan contoh uji ke dalam botol winkler sampai meluap, jangan
sampai terjadi gelembung udara, kemudian tutup rapat jangan sampai
ada gelembung udara dalam botolnya.
3. Lakukan pengujian contoh uji segera setelah contoh uji di ambil
B. Prosedur penetapan kadar oksigen terlarut (DO)
1. Ambil contoh yang sudah di siapkan
2. Tambahkan 1 ml MnSO4dan 1 ml NAOH dengan ujung pipet tepat di
atas permukaan larutan.
3. Tutup segera kemudian di homogenkan hingga terbentuk gumpalan
sempurna
4. Biarkan gumpalan mengendap 5-10 menit.
5. Tambahkan 1 ml H2SO4pekat, tutup dan homogenkan hingga endapan
larut sempurna.
6. Dengan menggunakan pipet 50 ml, kemudian masukkan ke dalam
enlenmeyer 150ml.
7. Titrasi dengam menggunakan Na2S2O3dengan indikator aluminium
atau kanji sampai warna biru dongker
8. Kemudian di titrasikan kembali sampai bening
9. Setelah itu masukkan ke dalam rumus.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Praktikum


Praktikum dilaksanakan di Pantai Bungus yang terdapat pada Kota Padang,
Sumatera Barat. Pada saat pengambilan sampel cuaca cerah berawan dan adanya
gelombang yang tidak terlalu besar. Sampel diambil pada 10 lokasi berbeda, yang
biasanya disebut sebagai stasiun. Kondisi Pantai Bungus masih dapat dikatakan
bebas dari pencemaran warna air laut berwarna hijau dan disekitaran pantai
terdapat tumbuhan yang tinggi dan tertata rapi yang ditanam oleh masyarakat
setempat. Pantai Bungus memiliki banyak jenis biota seperti, kerang, kepiting,
serta udang. Pantai Bungus memiliki substrat berpasir
4.2 Parameter Kualitas Perairan
Berikut tabel pengukuran kualitas air pada lokasi praktikum :
Tabel 2. Pengukuran kualitas air
Suhu Salinitas Kec. arus Kecerahan
Stasiun T. koordinat
(°c) (ppt) (m/s) (m)
1 -1.032685 29 9 0.05 1.65
2 -1.035666 29 14 0.05 1.45
3 -1.038813 30 8 0.05 3.25
4 -1.038802 28 21 0.035 3.3
5 -1.036750 29 22 0.25 2.85
6 -1.034600 28 23 0.25 2.95
7 -1.032676 28 20 2 2.65
8 -1.031729 28 21 0,05 3.2
9 -1.030757 27 27 0.667 3.1
10 -1.030437 30 19 0.014 3.15
4.2.1 Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter yang berpengaruh pada kualitas suatu
perairan. Pada lokasi praktikum yang diambil sebanyak 10 stasiun memiliki suhu
yang berbeda. Suhu yang didapatkan berkisar 27-30C. Berdasarkan baku mutu
untuk biota laut berkisar 28-32C. Maka pada perairan Pantai Bungus masih
terbilang normal. Suhu yang terendah adalah 27C yang terdapat pada stasiun 9
sedangkan suhu tertinggi adalah 30C yang terdapat pada stasiun 3 dan 10
4.2.2 Salinitas
Hasil pengukuran salinitas pada perairan Pantai Bungus berkisar 9-27 ppt.
Pada kisaran tersebut perairan pantai bungus tergolong pada perairan payau. Hasil
dari salinitas perairan pantai bungus tersebut belum memenuhi baku mutu untuk
biota laut. baku mutu biota laut untuk salinitas berkisar 33-35 ppt
4.2.3 Kecerahan
Kecerahan suatu perairan menjadi salah satu parameter dikarenakan adanya
proses fotosintesis terhadap fitoplankton yang terdapat pada perairan. Kurangnya
cahaya matahari yang masuk dapat menyebabkan berkurangnya fitoplankton yang
terdapat pada perairan. Pada hasil pengukuran kecerahan menggunakan sechi disk
perairan Pantai Bungus menunjukkan nilai kisaran 1,65-3,25 m.
4.2.4 Kecepatan Arus
Hasil kecepatan arus perairan Pantai Bungus berkisar 0,035-2 m/s. Yang
dimana kecepatan arus yang tinggi terdapat pada stasiun 7 yang hasilnya adalah 2
m/s. Sedangkan kecepatan arus yang rendah terdapat pada stasiun 4 yang hasilnya
adalah 0,035 m/s.
4.3 Hasil Analisa

Anda mungkin juga menyukai