PERAIRAN LAUT
OLEH :
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia – Nya, sehingga penulis dapat menulis makalah
ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Metode Analisis Kualitas Perairan
Laut.
Pada kesempatan ini pula, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Bapak/ Ibu dosen mata kuliah kuliah Metode Analisis Kualitas Perairan Laut,
yang telah membimbing dan memberikan ilmu, penulis juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada seluruh asisten yang telah membantu dalam
pembuatan laporan tersebut.
Terlepas dari hal tersebut, penulis menyadari bahwa laporan ini masih
memiliki kekurangan. Baik dari segi penulisan ataupun format yang dipilih dan
digunakan. Oleh karena itu penulis menerima segala bentuk kritik dan saran dari
pembaca, agar selanjutnya penulis dapat memperbaiki kesalahan tersebut dan
menjadikan saran tersebut menjadi jalan untuk meningkatkan kualitas menulis
laporan.
Demikian yang dapat penulis sampaikan. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca.
Isi Halaman
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL.................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................... iv
I. PENGUMPULAN DATA
1.1 Data Garis Pantai.......................................................................... 1
1.2 Data Batimetri .............................................................................. 1
1.3 Data Angin.................................................................................... 3
1.4 Data Pasang Surut......................................................................... 4
II. PENGOLAHAN DATA
2.1 Data Garis Pantai.................................................................... 6
2.2 Data Batimetri ........................................................................ 11
2.3 Data Angin.............................................................................. 19
2.4 Data Pasang Surut................................................................... 23
III. MENSIMULASIKAN ARUS.......................................................... 29
IV. PARAMETER KUALITAS AIR
4.1 Suhu.............................................................................................. 31
4.2 Kecepatan Arus............................................................................. 32
4.3 Salinitas....................................................................................... 33
4.4 Kecerahan .................................................................................... 34
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan................................................................................... 35
5.2 Saran............................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 1.
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 1.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1.
I. PENDAHULUAN
Kualitas air sungai adalah gabungan dari beberapa senyawa yang saling
terkait, yang mengalami variasi dari kondisi lokal, temporal dan juga dipengaruhi
oleh volume aliran air (Mandal dkk, 2010).
Menurut Siahainenia (2001) dalam Damaianto dan Masduqi (2014), akan
dijumpai berbagai jenis sampah dan bahan pencemar di laut, hal tersebut tentu
dapat mengakibatkan degradasi lingkungan di wilayah pesisir dan ekosistem di
sekitarnya. Sehingga, masuknya zat-zat organik dan anorganik ke badan air secara
berlebihan, berdampak buruk pada perairan laut dan menyebabkan penurunan
kualitas air laut secara fisik, kimia dan biologi.
Permasalahan yang sangat dominan bagi wilayah pesisir, pantai dan laut
adalah terjadinya pencemaran yang mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas
dan kuantitas sumberdaya pesisir dan laut. Penurunan kualitas air akan
menurunkan daya guna, hasil guna, produktivitas, daya dukung dan daya tampung
dari sumberdaya perairan yang pada akhirnya menurunkan kekayaan sumberdaya
alam. Menurut Gholizadeh et al. (2016) bahwa setiap perubahan dalam ekosistem
rentan akibat kegiatan antropogenik yang dapat membahayakan habitat ikan dan
organisme air lainnya.
Ippen (1966) mengatakan bahwa kondisi oseanografi perairan dipengaruhi
oleh banyak faktor, baik yang eksternal maupun internal. Pengaruh eksternal
dapat berasal dari laut lepas yang mengelilinginya, maupun dari daratan yang
berupa aliran air tawar dari sungai. Sedangkan pengaruh internal seperti bentuk
perairan maupun bentuk topografi dasar perairan.
Musim di wilayah perairan Indonesia juga menjadi faktor dominan untuk
penelitian oseanografi, karena berpengaruh nyata terhadap distribusi setiap
parameter oseanografi. Perubahan musim ini dapat mengakibatkan perubahan pola
distribusi suhu maupun salinitas (Wyrtki,1961).
Jumlah oksigen terlarut di dalam air pada kondisi saturasi dipengaruhi oleh
tiga faktor utama yaitu: suhu, salinitas, dan ketinggian perairan dari permukaan
laut (altitude); semakin tinggi suhu, salinitas, dan altitude maka kelarutan oksigen
akan semakin berkurang (Stickney, 2009; Effendi, 2003).Selain itu, kadar oksigen
terlarut juga berfluktuasi secara harian dan musiman tergantung pada per-
campuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis,
respirasi, dan limbah (efflu-ent ) yang masuk ke badan air (Effendi, 2003).
Sebagaimana Bowden dalam Nurhayati (2002) mengemukakan bahwa
keberadaan nilai salinitas dalam distribusinya di perairan laut sangat dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain adanya interaksi masuknya air tawar ke dalam
perairan laut melalui sungai, juga dipengaruhi penguapan dan curah hujan.
Sebaran salinitas memiliki sifat yang berbanding terbalik dengan suhu, karena
salinitas merupakan salah satu parameter oseanografi yang relatif konstan
nilainya.
Secara umum karakteristik kimiawi air meliputi pH, alkalinitas, kation dan
anion terlarut dan kesadahan (Suripin, 2001). pH, menyatakan intensitas
kemasaman atau alkalinitas dari suatu cairan encer, dan mewakili konsentrasi
hidrogen ionnya. pH merupakan parameter penting dalam analisis kualitas air
karena pengaruhnya terhadap proses-proses biologis dan kimia di dalamnya. Air
yang diperuntukkan sebagai air minum sebaiknya memiliki pH netral (+7) karena
nilai pH berhubungan dengan efektifitas klorinasi. pH pada prinsipnya dapat
mengontrol keseimbangan proporsi kandungan antara karbon dioksida, karbonat
dan bikarbonat (Chapman, 2000).
Derajat keasaman (pH) air yang lebih kecil dari 6,5 atau pH asam
meningkatkan korosifitas pada bendabenda logam, menimbulkan rasa tidak enak
dan dapat menyebabkan beberapa bahan kimia menjadi racun yang mengganggu
kesehatan (Sutrisno, 2006).
Menurut Kusnaedi (2010), persyaratan fisik air antara lain: tidak berwarna,
termperatur normal, rasanya tawar, tidak berbau, jernih atau tidak keruh serta
tidak mengandung zat padatan. Warna pada air dapat disebabkan karena adanya
bahan organik dan bahan anorganik, karena keberadaan plankton, humus dan ion-
ion logam serta bahan-bahan lain (Effendi, 2003).
Material padatan tersuspensi atau Total Suspended Solid (TSS) merupakan
tempat berlangsungnya reaksi – reaksi heterogen, yang berfungsi sebagai bahan
pembentuk endapan yang paling awal dan dapat menghalangi kemampuan
produksi zat organik di suatu perairan (Tarigan dan Edward, 2003). TSS yang
tinggi pun dapat menimbulkan dampak lain seperti disebutkan oleh Murphy
(2007) dan Helfinalis dkk. (2012) bahwa nilai konsentrasi padatan tersuspensi
total yang tinggi dapat menurunkan aktivitas fotosintesa tumbuhan laut baik yang
mikro maupun makro sehngga oksigen yang dilepaskan tumbuhan menjadi
berkurang dan menyebabkan ikan – ikan menjadi mati. Kisaran TSS juga dapat
menunjukkan kondisi sedimentasi pada suatu perairan (Siswanto, 2009). Pada
perairan yang mempunyai konsentrasi TSS yang tinggi cenderung mengalami
sedimentasi yang tinggi.
Kandungan total suspended solid (TSS) dalam perairan secara tidak
langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme, karena dapat meningkatkan
kekeruhan perairan dan mempengaruhi proses fotosintesis. Sedangkan pengaruh
langsung dapat mengganggu kehidupan dan perkembangan biota serta dapat
menyebabkan kematian biota karena dapat menutup insang dan menghambat
saluran pernapasan (effendi 2003). Menurut Wardoyo (1981), akibat yang dapat
ditimbulkan oleh adanya padatan tersuspensi yaitu dapat mengurangi proses
fotosintesis dan memusnahkan sumberdaya perikanan di daerah pemijahan
(spawning area).
TDS mengandung berbagai zat terlarut (baik itu zat organik, anorganik, atau
material lainnya) dengan diameter < 10-3 µm yang terdapat pada sebuah larutan
yang terlarut dalam air (Mukhtasor, 2007). Ion yang paling umum terdapat di
perairan adalah kalsium, fosfat, nitrat, natrium, kalium, magnesium, bikarbonat,
karbonat dan klorida. Bahan kimia dapat berupa kation, anion, molekul atau
aglomerasi dari ribuan molekul. Sumber utama untuk TDS dalam perairan adalah
limpahan dari pertanian, limbah rumah tangga, dan industri. Perubahan dalam
konsentrasi TDS dapat berbahaya karena akan menyebabkan perubahan salinitas,
perubahan komposisi ion-ion, dan toksisitas masing-masing ion.
Tingkat kesuburan suatu perairan sangat dipengaruhi oleh kandungan unsur
hara di dalamnya. Zat-zat hara merupakan zat-zat yang diperlukan dan
mempunyai pengaruh terhadap proses dan perkembangan hidup organisme,
terutama zat hara nitrat dan fosfat. Kedua zat hara ini berperan penting
terhadap sel jaringan jasad hidup organisme serta dalam proses fotosintesis.
Tinggi rendahnya kelimpahan organisme tumbuhan air di suatu perairan tergantung
pada konsentrasi zat hara di perairan anatara lain nitrat dan fosfat (Nybakken, 1992).
Arus permukaan pada umumnya cenderung lebih besar dibandingkan dengan di
kedalaman, hal ini disebabkan karena gaya gesekan antara molekul air laut sehingga
kecepatan arus selalu mengecil seiring bertambahnya kedalaman (Sverdrupet al.,
1970). Kajian pola pergerakan arus yang dihubungkan dengan pasang surut
merupakan hal penting di perairan sempit dan semi tertutup seperti teluk karena pasut
merupakan gaya penggerak utama (driving force) sirkulasi massa airnya (Nontji,
1987; Triatmodjo, 1999).
Proses upwelling yang terjadi menyebabkan perairan tersebut kaya akan
unsur hara. Menurut Millero dan Sohn (1992), unsur zat hara anorganik utama
yang berpengaruh terhadap kesuburan perairan adalah fosfor (dalam bentuk
fosfat) dan nitrogen (dalam bentuk nitrat). Nitrat dan fosfat merupakan salah
satu indikasi kesuburan perairan tetapi bila kandungan nitrat dan fosfat berlebih
akan berpengaruh pada kualitas perairan, yaitu terjadinya blooming atau
eutrofikasi perairan, dimana terjadi pertumbuhan fitoplankton yang tidak
terkendali.
Elyazar et al. (2007) menyatakan bahwa aktivitas hotel dan restoran,
pemukiman dan nelayan berpotensi menghasilkan limbah terbesar yang
bersumber dari aktivitas rumah tangga. Limbah berbahan kimia terbanyak
digunakan oleh hotel/restoran, pemukiman dan industri, sedangkan
perdagangan dan jasa paling banyak menggunakan bahan kimia pencemar.
Jenis limbah yang masuk seperti limbah organik, dan anorganik (sampah)
inilah yang menyebabkan penurunan kualitas lingkungan perairan (Wiryawan
et.al, 1999). Penurunan kualitas lingkungan ini dapat diidentifikasi dari perubahan
komponen fisik, kimia dan biologi perairan di sekitar pantai. Perubahan
komponen fisik dan kimia tersebut selain menyebabkan menurunnya kualitas
perairan juga menyebabkan bagian dasar perairan (sedimen) menurun, yang dapat
mempengaruhi kehidupan biota perairan terutama pada struktur komunitasnya
(Odum, 1971; Warwick, 1993).
III. METODE PRAKTIKUM