Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELOLAAN KUALITAS AIR

PENGUKURAN KUALITAS PERAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN


PARAMETER FISIKA DAN KIMIA DI SUNGAI MASJID, KELURAHAN
PURNAMA, KOTA DUMAI

DOSEN PENGAMPU : Dr. Budijono, S.Pi, M. Sc

OLEH:
CHUSNUL KHOTIMAH ARRAMADANI
2104110431

LABORATORIUM PENGOLAHAN LIMBAH


MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Pengelolaan Kualitas Air
diselesaikan tepat pada waktunya. Maksud dari penyusunan laporan ini adalah sebagai
syarat untuk menyelesaikan Mata Kuliah Pengelolaan Kualitas Air. Laporan yang penulis
buat ini berdasarkan data-data yang valid yang telah dikumpulkan dalam berbagai
metode.
saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan dalam proses menyelesaikan penelitian ini, pertama tentunya
kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta kepada kakak Asisten
dosen Praktikum Mata Kuliah Pengelolaan Kualitas Air, yang telah membantu dengan
segala upaya untuk menyelesaikan laporan dengan baik dan lancar.
Penulisan laporan ini dapat terselesaikan dengan baik meski jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang membangun penulis demi
kesempurnaan laporan berikutnya. Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi
para pembaca. Atas perhatiannya penulis mengucapkan banyak terimakasih.

Pekanbaru,10 April 2023

Septiani Rahayu
DAFTAR ISI

Isi Halaman
KATA PENGANTAR......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL................................................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
1.2 Tujuan......................................................................................................... 2
1.3 Manfaat....................................................................................................... 2
II. METODE PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat...................................................................................... 3
2.2 Alat dan Bahan........................................................................................... 3
2.3 Prosedur Kerja............................................................................................ 3
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil............................................................................................................ 4
3.2 Pembahasan................................................................................................ 5
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan................................................................................................. 6
4.2 Saran........................................................................................................... 6
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1.Alat dan Bahan.......................................................................................... 4
2. Jenis mikroalga yang ditemukan.............................................................. 4
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman
1. Alat yang digunakan................................................................................ 9
2. Bahan yang digunakan............................................................................. 9
3. Kegiatan................................................................................................... 10
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kota Dumai merupakan salah satu kawasan pesisir paling strategis dimana
posisinya berada sebagai gerbang bagian utara dari Provinsi Riau yang
berhubungan langsung dengan perairan internasional Selat Melaka. Perairan
Sungai Dumai yang bermuara ke Selat Rupat digunakan untuk berbagai
keperluan, antara lain sebagai jalur transportasi, pelabuhan, perikanan dll.
Pemanfaatan Sungai Dumai untuk berbagai kegiatan dari waktu ke waktu terus
meningkat. Oleh karena itu, peningkatan pemanfaatan Sungai Dumai tersebut
telah berdampak terhadap penurunan kualitas Sungai Dumai.
Air merupakan pelarut yang baik. Hal ini menyebabkan air di
alam tidak dijumpai dalam keadaan murni. Air di alam mengandung berbagai zat
terlarut dan tidaklarut. Air di alam juga mengandung berbagai
mikroorganisme. Apabila kandungan yang terdapat dalam air tidak mengganggu
kesehatan manusia, maka air tersebut dapat dianggap bersih. Dalam program
kesehatan lingkungan dikenal adanya 2 (dua) jenis air yang dariaspek kesehatan
layak digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, yaitu
air minum dan air bersih. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang pengawasan dan syarat-
syarat kualitas air yang disebut sebagai air minum adalah air yang memenuhi
syarat kesehatanyang dapat langsung diminum, sedangkan yang disebut sebagai
air bersih adalah air yang memenuhi syarat kesehatan, yang harus dimasak
terlebih dahulu sebelum diminum. Syarat kesehatan dimaksud meliputi syarat-
syarat fisika, kimia, mikrobiologi dan radioaktifitas (Fransiska Lintong. 2015).
Sungai merupakan sumber daya alam yang bersifat mengalir
(flowingresources), sehingga pemanfaatan air di hulu akan menghilangkan
peluang di hilir. Pencemaran dihulu sungai akan menimbulkan biaya sosial dihilir
(extematily effect) dan pelestarian di hulu memberikan manfaat di hilir (Yuliani
dan Sayekti, 2013).Pencemaran sungai dapat terjadi karena pengaruh kualitas air
limbah yang melebihi baku mutu air limbah, di samping itu juga ditentukan oleh
debit air limbah yan gdihasilkan. Jika debit air sungai Sungai masjid banyak saat
musim penghujan maka konsentrasi limbah pencemar akan dinetralkan karena
terjadiproses pengenceran. Hal ini merupakan karakteristik sungai yang
memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri. Sebaliknya, jika musim kemarau
saat debit air sedikit akan menyebabkan konsentrasi limbah dalam air sungai lebih
pekat (Batubara,S.R, 2011)

dijumpai dalam keadaan


murni. Air di alam
mengandung berbagai zat
terlarut dan tidak
larut. Air di alam juga
mengandung berbagai
mikroorganisme. Apabila
kandungan
yang terdapat dalam air
tidak mengganggu
kesehatan manusia, maka
air tersebut dapat
dianggap bersih (Effendi,
H. 2003).
Dalam program kesehatan
lingkungan dikenal adanya
2 (dua) jenis air yang dari
aspek kesehatan layak
digunakan masyarakat
untuk memenuhi
kebutuhan hidup sehari-
hari, yaitu air minum dan
air bersih. Berdasarkan
Peraturan Menteri
Kesehatan Republik
Indonesia Nomor
416/Menkes/Per/IX/1990
tentang pengawasan dan
syarat-syarat
kualitas air yang disebut
sebagai air minum adalah
air yang memenuhi syarat
kesehatan
yang dapat langsung
diminum, sedangkan yang
disebut sebagai air bersih
adalah air yang
memenuhi syarat
kesehatan, yang harus
dimasak terlebih dahulu
sebelum
diminum.Syarat kesehatan
dimaksud meliputi syarat-
syarat fisika, kimia,
mikrobiologi
dan radioaktifitas
(Fransiska Lintong. 2015).
1.2 Tujuan dan Manfaat
Praktikum ini bertujuan Tujuan penilitian ini ialah agar Mahasiswa(i)
jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan dapat mengetahui alat-alat apa saja
yang di gunakan untuk pemeriksaan kualitas air dan mengetahui tata cara
penggunaan alat yang digunakan dalam pemeriksaan kualitas air.
II. METODOLOGI PRAKTIKUM

2.1 Waktu dan Tempat


Praktikum lapangan Pengelolaan Kualitas Air ini dilaksanakan pada hari
Sabtu, 18 Maret 2023 di salah satu perairan rawa gambut Desa Purnama Dumai
dan dilanjutkan pada hari kamis, 30 Maret 2023 di Laboratorium Pengolahan
Limbah, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.
2.2 Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum lapangan Mikrobiologi
Perairan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Alat dan bahan yang digunakan pada saat praktikum
No Alat dan bahan yang digunakan Kegunaan
1 Toples (volume 1 liter) Untuk wadah sampel yang akan
diaerasi.
2 Refraktometer Alat untuk mengukur salinitas
perairan.
3 pH meter Alat untuk mengukur pH perairan.
4 Thermometer digital Alat untuk mengukur suhu
perairan.
5 Botol BOD Untuk mengambil sampel yang
akan diidentifikasi.
6 Suntikan Alat mengambil bahan larutan.
7 Buret Alat untuk meneteskan reagen cair
secara akurat .
8 Ember Wadah untuk mengambil sampel
9 Labu ukur wadah untuk mengencerkan larutan
pada volume tertentu.
10 Buku penuntun praktikum Untuk pedoman saat praktikum
11 Alat tulis Alat untuk menulis hasil
identifikasi
Tabel 2. Bahan yang digunakan pada saat praktikum

No Bahan yang digunakan Kegunaan


1 Air rawa gambut perairan Dumai Sampel yang akan diamati
2 Aquades Bahan pengencer
3 Larutan asam sulfat Bahan titrasi
4 Larutan Indikator Ferroin Bahan titrasi
5 Larutan Fero Ammonium Sulfat Bahan titrasi
6 Larutan baku potassium hydrogen Bahan titrasi
phthalate(KHP)
7 Serbuk merkuri sulfat (HgSO4) Bahan titrasi
8 Bahan Kalium dikromat Bahan titrasi
9 Larutan K2Cr2O7 yang diencerkan Bahan titrasi
dengan suling

2.3. Prosedur Kerja


2.3.1. Pengambilan Sampel
Dalam praktikum ini,hal yang pertama dilakukan yaitu mengambil sampel
di Perairan Sungai Mesjid, Kelurahan Purnama, Kota Dumai. Pengambilan
sampel dilakukan Setelah mengukur parameter fisika dan kimia perairan
selanjutnya menggambil sampel plankton dengan bantuan plankton net. Pertama
tentukan volume ember yang akan digunakan. Selanjutnya air disaring
menggunakan plankton net dengan jumlah 50 liter dan 5 kali pengulangan
menggunakan ember 10 liter. Lalu air contoh yang tersaring dari plankton net
pada botol penampung dipindahkan kedalam botol sampel.
2.3.2. Parameter Fisika
a. pH
Hal yang pertama dilakukan yaitu mengukur kualitas air dari parameter fisika
Untuk mengukur pH menggunakan pH meter dengan cara ; nyalakan dengan
menekan tombol on pada pH meter, kemudian masukkan pH meter ke dalam air
yang akan di uji, pada saat di celupkan ke dalam air skala angka akan bergerak
acak, tunggu hingga angka tersebut berhenti dan tidak berubah-ubah, hingga hasil
akan terlihat di display digital.
b. Kecerahan
Untuk mengukur kecerahan menggunakan secchi disk pertama dengan
memasukkan secchi disk kedalam perairan hingga jarak tak tampak,
kedalamannya diukur. kemudian secchi disk diangkat hingga hampir terlihat
(jarak tampak) maka kedalamannya diukur lagi. Kemudian nilai rata-rata kedua
pengukuran tersebut diambil sebagai keserahan dengan satuan centimeter.
c. Suhu
Untuk mengukur suhu menggunakan alat termometer digital dengan cara;
nyalakan dengan menekan tombol on pada termometer digital, lalu masukan
ujung logam sebgai penghantar pengukuran suhu air kedalam perairan tunggu
hingga angka muncul pada display digital.
2.3.3. Parameter Kimia
a. DO
Untuk mengukur DO pada perairan dengan menggunakan DO meter dengan
cara; mencelupkan alat DO Meter ke dalam air, tunggu beberapa saat maka
dengan otomatis nilai Oksigen Terlarut akan terlihat pada monitor DO Meter.
b. Salinitas
Untuk Mengukur salinitas pada perairan dengan menggunakan Refraktometer
dengan cara; Sebelum dipakai, Refraktometer dibersihkan dengan tisu mengarah
ke bawah, lalu pada bagian prisma Refraktometer ditetesi dengan tetes cairan
yang diambil dari perairan, cairan dituangkan hingga melapisi seluruh permukaan
prisma (Gunakan pipet untuk mengambil cairan yang ingin diukur) tutup secara
hati-hati refraktometer dengan mengembalikan pelat ke posisi awal. Prisma
jangan dipaksakan masuk jika sedikit tertahan. Untuk mendapat hasil salinitas,
tengok ke dalam ujung bulat refraktometer. Bakal terlihat satu angka skala atau
lebih. Skala salinitas biasanya bertanda 0/00 yang berarti "bagian per seribu", dari
0 di dasar skala hingga 50 di ujungnya. Ukuran salinitas terlihat pada garis
pertemuan bagian putih dan biru.
c. COD
Larutan K2Cr2O7
1. Untuk menurunkan Oksidator larutan kalium yang dimana konsentarsinya
(1N) sedangkan pada COD dibutuhkan 0,025N sehingga dilakukan metode
Pengenceran pada larutan Oksidator kalium.
2. Pertama masukkan Oksidator larutan kalium sebanyak 5 ml ke dalam
tabung reaksi 100 ml kemudian di pindahkan ke Erlemnyer 500 ml
3. Selajutnya Aquades sebanyak 200 ml dimasukkan ke Erlemnyer dan di
campurkan dengan kalium.
4. Dimana akan didapatkan konsterasi pengenceran larutan menjadi 0,025 N
(dimana 1N dijadikan 0,025 N)
5. Maka akan di peroleh hasil Pengenceran dengan rumus:
K2Cr2O7 = 1 N
V1 × N1 = V2 × N2
200 × 0,025N = X2 ×1 N
5=1
N=5
Sampel A
1. Masukkan air sampel titik A ke botol Erlemnyer ukuran 50 ml sebanyak
10 ml kemudian ditambahkan larutan K2Cr2O7 sebanyak 5 ml.
2. Lalu dibiarkan selama 5 menit
3. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml
4. Kemudian di tutup dengan objek glass dan dibiarkan selama 30 menit.
Sampel B
1. Masukkan air sampel titik B ke botol Erlemnyer ukuran 50 ml sebanyak 10
ml kemudian ditambahkan larutan K2Cr2O7 sebanyak 5 ml
2. Lalu dibiarkan selama 5 menit
3. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml
4. Kemudian di tutup dengan objek glass dan dibiarkan selama 30 menit
Sampel Blanko
1. Masukkan Aquades ke botol Erlemnyer sebanyak 10 ml kemudian di
tambahkan K2Cr2O7 sebanyak 5 ml dan di campurkan/diaduk.
2. Lalu dibiarkan selama 5 menit
3. Tambahkan H2SO4 pekat sebanyak 15 ml
4. Kemudian ditutup dengan objek glass dan biarkan sampel blanko selama
30 menit.
Larutan N FAS (Standarisasi FAS (Ferro Ammonium Sulfat))
1. Sebelumnya masukkan larutan FAS ke dalam buret 0 ml sebanyak 25 ml
dengan menggunakan corong.
2. Pertama-tama aquades dimasukkan ke dalam Erlenmeyer sebanyak 22,5
ml kemudian tambahkan K2Cr2O7 sebanyak 5 ml.
3. Selanjutnya titrasikan dengan H2SO4 sebanyak 15 ml, aduk dan di
dinginkan.
4. Tambahkan 2-3 tetes indicator Ferroin lalu diaduk hingga berwarna biru.
Dimana fungsi indicator untuk melihat titik akhir titrasi.
5. Lakukanlah titrasi dengan larutan FAS pada buret dimulai dari 0 ml
hingga larutan N FAS berwarna merah pekat
(kuning→hijau→biru→ungu→merah pekat (maroon)) dan didapatkan
titrasi akhir N FAS pada buret di 5,4 ml.
6. Jika dimasukkan pada rumus maka :
N K 2 Cr 2 O7 × ml K 2Cr 2O 7
N FAS =
ml FAS
0,025× 5 ml
=
5,4
1,25
= = 0,2314 N
5,4
Titrasi Sampel A, B dan Blanko dengan Larutan FAS
Sampel A:
1. Setelah di diamkan selama 30 menit, tambahkan terlebih dahulu indicator
Ferroin 3 tetes.
2. Lakukan titrasi dengan larutan FAS pada buret dimulai dari 5,4 ml hingga
sampel A berubah warna menjadi merah pekat pada buret di 10,8 ml.
Sampel B:
1. Setelah di diamkan selama 30 menit, tambahkan terlebih dahulu indicator
Ferroin 2 tetes.
2. Lakukan titrasi dengan larutan FAS pada buret dimulai dari 10,8 ml
hingga sampel A berubah warna menjadi merah pekat pada buret di 15,8
ml.
Sampel Blanko (sebagai acuan COD):
1. Setelah di diamkan selama 30 menit, tambahkan terlebih dahulu indicator
Ferroin 2 tetes.
2. Lakukan titrasi dengan larutan FAS pada buret dimulai dari 15,8 ml
hingga sampel A berubah warna menjadi merah pekat pada buret di 20,9
ml.
Maka dimasukkan pada rumus COD:
B−S × N ×8 ×1000
(COD× ppm mg/L) =
ml sampel

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
Setelah dilaksanakan praktikum ini maka didapatkan data sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil analisis parameter fisika di lapangan


No Stasiun/ lokasi Suhu (ᵒC) Kecerahan
1 1 34,2ᵒC 25
2 2 32ᵒC 25
3 3 33,5ᵒC 25

Tabel 4. Hasil analisis parameter kimia di lapangan dan laboratorium


No Stasiun/lokasi pH DO (mg/L) COD(mg/ salinitas
L)
1 1 6,00 6,3 37,024 6
2 2 6,98 6,3 37,024 6
3 3 6,58 6,3 37,024 6

3.2 Pembahasan
3.2.1. Suhu
Tinggi rendahnya suhu suatu perairan sangat ditentukan oleh beberapa
faktor antara lain ketinggian suatu daerah, curah hujan yang tinggi, dan intensitas
cahaya matahari yang menembus suatu perairan (Maniagasi ,et al. 2013).
Pengukuran suhu permukan perairan sungai masjid Dumai dilakukan dengan
menggunakan thermometer digital dengan cara mencelupkan thermometer
kedalam perairan. Setelah thermometer menunjukkan angka yang konstan, maka
baca hasilnya. Dalam praktikum ini menghasilkan suhu permukaan air sungai
masjid Dumai pada lokasi 1 adalah 34,2ᵒC, lokasi 2 adalah 32ᵒC, dan suhu pada
lokasi 3 adalah 33,5ᵒC. yang dimana perairan tersebut cukup panas dan
lingkungan diperairan pun cukup terik suhunya.
4.2.2. Kecerahan
Besar-kecilnya kecerahan tidak mutlak ditentukan oleh kepadatan
fitoplankton, maka dalam menginterpretasi besaran kecerahan di dalam suatu
perairan juga ditentukan oleh kandungan padatan tersuspensi yang berada di
perairan tersebut (Wiryanto, 2012). Dalam pengukuran kecerahan dilakukan
dengan menggunakan secchi disk dengan cara menurunkan secchi disk secara
perlahan hingga batas tidak tampak, yakni warna hitam pada secchi disk tidak lagi
terlihat. Kemudian ukur panjangnya dengan meteran atau penggaris panjang,
dalam praktik ini jarak hilang yang dihasilkan adalah 30 cm . Setelah itu, secara
perlahan tarik secchi disk keatas hingga warna hitam pada secchi disk tersebut 
kembali terlihat lalu ukur juga berapa panjangnya, ini adalah batas tampak. Dalam
praktikum ini menghasilkan jarak tampak sebesar 20 cm. Setelah nilai batas
tampak dan nilai batas tidak tamapak telah diperoleh, maka hasil tersebut
diamasukkan kedalam rumus untuk menghitung kecerahannya, yakni sebagi
berikut
jarakhilang+ jaraktampak
Kecerahan air (cm)=  2              
30+20 50
Kecerahan air (cm) = = =25 cm
2 2
4.2.3. Kedalaman
Siapkan alat yang akan digunakan, yakni meteran. Tentukan lokasi
perairan yang akan diukur kedalamannya. Setelah lokasi didapatkan, masukkan
meteran (dalam praktik saat ini menggunakan penggaris panjang) kedalam
perairan hingga mengenai dasar perairan. Catat kedalaman yang diperoleh.
Hasilnya adalah 88 m.
4.2.4. pH
     perairan ditemukan sampah dedaunan, tunggul kayu, ranting-ranting pohon
yang jatuh disekitar danau. Kondisi ini berpengaruh pada pH perairan. Hal ini
diduga karena proses dekomposisi bahan organik dan aktifitas mikroorganisme
dalam proses pelapukan, pembusukan kayu-kayu yang mengendap di dasar
perairan (Mazidah dkk, 2013). Dalam mengukur pH menggunakan pH meter
dengan cara ; nyalakan dengan menekan tombol on pada pH meter, kemudian
masukkan pH meter ke dalam air yang akan di uji, pada saat di celupkan ke dalam
air skala angka akan bergerak acak, tunggu hingga angka tersebut berhenti dan
tidak berubah-ubah, hingga hasil akan terlihat di display digital. Sehingga hasil
yang didapatkan pada lokasi 1 adalah 6,00, pada lokasi 2 adalah 6,98, pada lokasi
3 adalah 6,58. Ini artinya pH diperairan sungai masjid Dumai bersifat asam.
4.2.5. DO
Oksigen terlarut adalah jumlah gas oksigen yang terlarut dalam air yang
berasal dari hasil fotosintesa oleh fitoplankton atau tanaman air lainnya atau difusi
dari udara (Kasry, Adnan. 2012 ). Dengan mengukur DO pada perairan dengan
menggunakan alat DO meter maka didapatkannya hasil ialah 6,3 mg/L. Yang
berarti perairan sungai purnama Dumai tersebut tidak sesuai dengan baku mutu air
dikarenakan rendahnya hasil DO yang didapatkan setelah dilakukannya
pengamatan.
4.2.6. COD
Pada pengukuran COD bebas menggunakan sampel larutan yang sudah
dilakukannya pengamatan dengan sampel blanko adalah 5,4. Kemudian
menggunakan sampel larutan botol S dengan hasil 5,4. Dan untuk hasil dari N
FAS adalah 0,234 N. kemudian memakai botol sampelnya adalah 10 ml. setelah
sudah mendapatkan semua hasilnya maka masukkan pada rumus yang telah
disediakan sebagai berikut.

B−S × N ×8 ×1000
(COD× ppm mg/L) =
ml sampel

5,4−5,2 × 0,2314 ×8 ×1000


(COD× ppm mg/L) =
10

=37,024

Maka COD yang ditemukan pada perairan sungai masjid Dumai ini sebesar
37,024
IV. PENUTUP

4.1. Kesimpulan
Praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa dalam perairan rawa gambut
yang berlokasi di Dumai berdasarkan identifikasi yang saya lakukan maka
didapatkan suhu pada lokasi 1 adalah 34,2ᵒC, lokasi 2 adalah 32ᵒC, dan suhu pada
lokasi 3 adalah 33,5ᵒC. Kecerahan pada perairan tersebut didaptkan hasil ialah 25
cm. Pengukuran pH yang dilakukan pada 3 lokasi mendapatkan hasil ialah pada
lokasi 1 adalah 6,00, pada lokasi 2 adalah 6,98, pada lokasi 3 adalah 6,58. Ini
artinya pH diperairan sungai masjid Dumai bersifat asam. Kedalaman pada
perairan tersebut ialah 88 cm. Setelah dilakukannya pengamatan maka DO yang
didapatkan ialah 6,3 mg/L. Pengukuran COD pada perairan tersebut mendapatkan
hasilnya adalah 37,024 mg/L. dan salinitas pada perairan sungai masjid ini sebesar
6.

4.1. Saran
Penelitian ini sebaiknya dilakukan dengan teliti dan alat yang digunkanan
dalam keadaan steril agar tidak terjadi kontaminasi pada objek penelitian. Pihak
jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, sebaiknya melengkapi alat yang
mendukung penelitian mengenai pengukuran kualitas air di Laboratorium, agar
peneliti dapat lebih nyaman saat melakukan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N.A, Reece, J.B dan Mitchell, L.G. 2013. Biologi Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai