DISUSUN OLEH
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR.............................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ v
I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ...................................................................... 3
1.3 Manfaat Penelitian .................................................................... 3
III. HASIL.............................................................................................. 8
3.1 Kondisi lapangan....................................................................... 8
3.2 Parameter Kualitas Perairan ...................................................... 8
3.3 Nilai Shoreline dan Baseline..................................................... 11
3.4 Nilai Kemiringan Lereng........................................................... 11
IV. PEMBAHASAN.............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
2016).
Pantai merupakan daerah datar atau bisa bergelombang dengan
perbedaan ke-tinggian tidak lebih dari 200 meter, yang di-bentuk oleh endapan
pantai dan sungai yang bersifat lepas, dicirikan dengan ada-nya bagian
yang kering (daratan) dan ba-sah (rawa). Pantai adalahsuatu daerah yang
meluas dari titik terendah air laut pa-da saat surut hingga ke arah daratan
sam-pai mencapai batas efektif dari gelombang (Opa, 2011).
Pemetaan garis pantai dapat dilakukan dengan pengukuran lapangan secara
langsung, analisa foto udara dan analisa pengideraaan jauh atau citra satelit
(Guariglia, et al., 2006 dalam Aryastana, et al., 2016). Faktor yang berperan
dalam mekanisme perubahan pantai, yakni antara lain besarnya energi gelombang
yang menghempas di pantai, sudut yang dibentuk antara muka gelombang saat
pecah dengan garis pantai, lereng dasar perairan, jenis dan ukuran sedimen yang
terdeposit, keterbukaan pantai terhadap hantaman gelombang dan bentuk
morfologi garis pantai.
Faktor yang berperan dalam mekanisme perubahan pantai, yakni antara
lain besarnya energi gelombang yang menghempas di pantai, sudut yang dibentuk
antara muka gelombang saat pecah dengan garis pantai, lereng dasar perairan,
jenis dan ukuran sedimen yang terdeposit, keterbukaan pantai terhadap hantaman
gelombang dan bentuk morfologi garis pantai. Garis pantai akan mengalami erosi
yang intensif jika morfologinya berupa tonjolan, lereng dasar perairan yang relatif
curam, tingkat keterbukaan yang tinggi terhadap hantaman gelombang dan energi
gelombang yang tinggi (Purba & Jaya, 2004).
Secara geografis Teluk Bungus berbatasan langsung dengan Kecamatan
Lubuk Begalung dan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang yang terletak
di sebelah utara, di bagian selatan dengan Kabupaten Pesisir Selatan, di bagian
barat dengan Pantai Barat Sumatera atau Samudera Hindia, dan di bagian timur
dengan Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang dan Kabupaten Pesisir Selatan.
Secara administratif Kecamatan Bungus Teluk Kabung memiliki 6 (enam)
kelurahan, yaitu: Teluk Kabung Selatan, Bungus Selatan, Teluk Kabung
Tengah, Teluk Kabung Utara, Bungus Timur dan Bungus Barat (BPS, 2006).
3
langsung dengan
Kecamatan Lubuk
Begalung dan Kecamatan
Lubuk Kilangan, Kota
Padang yang terletak di
sebelah utara,
di bagian selatan dengan
Kabupaten Pesisir Selatan,
di bagian barat dengan
Pantai Barat
Sumatera atau Samudera
Hindia, dan di bagian
timur dengan Kecamatan
Lubuk
Kilangan, Kota Padang dan
Kabupaten Pesisir Selatan.
6
Secara administratif
Kecamatan
Bungus Teluk Kabung
memiliki 6 (enam)
kelurahan, yaitu: Teluk
Kabung Selatan,
Bungus Selatan, Teluk
Kabung Tengah, Teluk
Kabung Utara, Bungus
Timur dan
Bungus Barat (BPS, 2006
Kelurahan Bungus Kota Padang merupakan salah satu kawasan yang
berada di wilayah pesisir Barat Sumatera dengan berbagai sumberdaya pesisir dan
permasalahannya. Untuk itu menarik untuk melakukan praktikum di desa ini
dengan berbagai permasalahannya untuk melihat bagaimana keberadaan garis
pantai pada perairan bungus, khususnya dengan pantai Timur Sumatera.
1. Alat yang digunakan antara lain dua buah tonggak kayu yang sama
panjangnya dan diberi tanda sama tingginya, selang kecil dengan panjang
sesuai kebutuhan dan kondisi dilapangan, dan meteran.
2. Ditentukan jarak yang akan di ukur kemiringan lerengnya. Letakkan
tonggak kayu dimulai dari garis pantai (daerah pasang tertinggi) sampai
surut terendah dengan jarak titik pengamatan 2 m.
3. Kemudian selang diisi dengan air hingga penuh. Tempatkan ujung selang
yang telah di isi dengan air pada tiang 1 dan tiang 2.
4. Selang air diatur hingga air sama rata antara pada tiang 1 dan tiang 2. Lalu
diberi tanda batas air pada tiang.
5. Kemudian ukur ketinggian batas permukaan air dalam selang pada kedua
tiang dengan menggunakan meteran.
6. Hasil pengukuran dimasukkan ke dalam rumus phytagoras untuk mencari
nilai kemiringan lereng. Kemiringan Lereng (C2 ) = 𝐴 2 + 𝐵(𝐵0 − 𝐵1) 2
c. Pengukuran Suhu
Suhu air adalah salah satu faktor pengendali kehidupan akuatik, ia
mengendalikan laju aktivitas metabolik, aktivitas reproduksi dan siklus hidup.
Rata-rata suhu air permukaan perairan indonesia berkisar antara 28-31˚C. Berikut
langkah-langkah dalam pengukuran suhu air menggunakan thermometer, yaitu:
1. Ikatlah sebuah tali pada pangkal atas thermometer
2. Celupkan thermometer kedalam perairan dengan berpegangan pada tali
yang sudah diikat pada thermometer, biarkan selama 2-3 menit hingga air
raksa konstan
3. Kemudian angkat thermometer tersebut dengan tali, usahakan tangan tidak
memegang thermometer untuk menghindari kontaminasi suhu tubuh
4. Catat angka yang segaris pada air raksa thermometer
d. Pengukuran Salinitas
Salinitas merupakan konsentrasi seluruh larutan garam yang diperoleh
dalam air laut yang mana hal ini berpengaruh terhadap tekanan osmotik air.
Apabila besar nilai salinitas meningkat maka akan meningkat pula besar tekanan
osmotiknya. Perbedaan penguapan dan presipitasi menjadi pembeda antara
salinitas di tiap perairannya. Adapun alat ukur yang digunakan untuk mengukur
11
𝑣 = 𝑠/ 𝑡 = ⋯ 𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟/𝑑𝑒𝑡𝑖k
Keterangan:
V: Kecepatan (m/s)
S : Jarak (m)
T : Waktu (s)
12
III. HASIL
1. Stasiun 1 29 ℃
2. Stasiun 2 29 ℃
3. Stasiun 3 30 ℃
4. Stasiun 4 28 ℃
5. Stasiun 5 29 ℃
13
6. Stasiun 6 28 ℃
7. Stasiun 7 28 ℃
8. Stasiun 8 28 ℃
9. Stasiun 9 27 ℃
10. Stasiun 10 30 ℃
b. Kecepatan Arus
7. Stasiun 7 2 m/s
c. Salinitas
Stasiun Nilai Salinitas
1. Stasiun 1 21 ppt
2. Stasiun 2 23 ppt
3. Stasiun 3 21 ppt
4. Stasiun 4 27 ppt
5. Stasiun 5 29 ppt
14
6. Stasiun 6 25 ppt
7. Stasiun 7 29 ppt
8. Stasiun 8 27 ppt
9. Stasiun 9 25 ppt
d. Kecerahan
Stasiun Shoreline dan Baseline
1. Stasiun 1 16,5
2. Stasiun 2 41
3. Stasiun 3 16,5
4. Stasiun 4 55
5. Stasiun 5 44,5
6. Stasiun 6 50
7. Stasiun 7 77,5
8. Stasiun 8 77,5
9. Stasiun 9 77,5
10. Stasiun 10 60
15
1. Stasiun 1 B= 90 cm-67=23 cm
= 0,23 m
C2= 4 m+0,0529
= 4,0592 m
2. Stasiun 2 C=18.69
3. Stasiun 3 4m
4. Stasiun 4 2.0181
5. Stasiun 5 16,68 m
6. Stasiun 6 B1 = 92, B0 = 63
7. Stasiun 7 B1: 83
B2: 52
8. Stasiun 8 B1= 85
B2= 53
B1-B2= 85-53= 32 cm = 0,32 m
(C2)= A2 + B(B1-B2)2
16
= 22 + 0,322
= 4 + 0,1024
= 4,1024
C = (4.1024)2
= 16,8296 m
9. Stasiun 9 C2= A2+B2
C2= 4m + 0,22m
= 4,0484
IV. PEMBAHASAN
Rata- rata nilai suhu pada stasiun 1-10 yaitu berkisar 27−30 ℃ .
Dijelaskan oleh (Romimohtarto, 2002) bahwa suhu yang berkisar antara
27 °C-32 °C baik untuk kehidupan organisme perairan. Suhu dapat
mempengaruhi fotosintesa di laut baik secara langsung maupun tidak
langsung. Pengaruh secara langsung yakni suhu berperan untuk
mengontrol reaksi kimia enzimatik dalam proses fotosintesa. Tinggi suhu
dapat menaikkan laju maksimum fotosintesa, sedangkan pengaruh secara
tidak langsung yakni dalam merubah struktur hidrologi kolom perairan
yang dapat mempengaruhi distribusi
b. Kecepatan Arus
Kecepatan arus adalah gerakan massa air dari satu tempat ke
tempat lain baik secara vertikal (gerak ke atas) maupun secara horizontal
(gerakan ke samping) dengan satuan m/s. Kecepatan arus dapat dibedakan
dalam 4 kategori yakni kecepatan arus 0-0,25 m/dtk yang disebut arus
lambat, kecepatan arus 0,25-0,50 m/dtk yang disebut arus sedang,
kecepatan arus 50-1 m/dtk yang disebut arus cepat, dan kecepatan arus
diatas 1 m/dtk yang disebut arus sangat cepat (Harahap dalam Ihsan,
2009). Faktor pembangkit arus permukaan disebabkan oleh adanya angin
yang bertiup diatasnya sekitar 2% dari kecepatan angin itu sendiri.
Besaran arus biasanya dinyatakan dengan kecepatan dan arah.
Berdasarkan hasil yang didapat, kecepatan arus tertinggi berada
pada stasiun 7 adalah keceatan arus pada stasiun 4. Kecepatan arus pada
stasiun ini termasuk ke dalam arus cepat (diatas 1 m/s). Kecepatan arus
ditentukan oleh kemiringan, kedalaman dan substrat dasarnya.
c. Salinitas
Satuan untuk pengukuran salinitas air adalah satuan gram per
kilogram (ppt) atau permil (‰). Nilai salinitas air untuk perairan tawar
biasanya berkisar antara 0–0,5 ppt, perairan payau biasanya berkisar antara
0,5–30 ppt (Salinitas air payau) dan salinitas perairan laut lebih dari 30 ppt
(Johnson,2005: 16-17).
Dari tabel hasil praktikum, rentan salinitas dari stasiun 1-10 yaitu
21-29 ppt. Stasiun yang memiliki salinitas tertinggi yaitu stasiun 5 dan
19
stasiun 7.
5.1 Kesimpulan
14
IV. KESIMPULAN
Penelitian ini
memberikan hasil
perubahan garis pantai
Teluk Bungus dengan
metode tumpang susun,
secara visual diperoleh
bahwa untuk
perbandingan hasil citra
20
5.2 Saran
Pada saat mengambil data di lapangan harap hati-hati dan perhatikan
lingkungan sekitar. Setelah data didapat setiap stasiun, dibuat kondisi cuaca dan
kualitas perairan. Praktikan sehendaknya dalam membuat garis pantai mengikuti
modul yang sudah diberikan.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bandung.
Citra Landsat”, Jurnal
Ilmiah Geomatika, Vol. 16
No. 1, Cibinong.
Garis Pantai Untuk
Optimisasi Pengelolaan
Wilayah Pesisir Di
Kabupaten
25
Hanafi M, 2005,
“Hubungan Faktor
Perilaku Manusia, Faktor
Alam Dengan Perubahan
Hanafi, Musa. 2005. Hubungan Faktor Perilaku Manusia, Faktor Alam Dengan
Perubahan Garis Pantai Untuk Optimisasi Pengelolaan Wilayah Pesisir
Di Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Geologi Kelautan, Bandung.
114.
LAMPIRAN
28