Anda di halaman 1dari 23

POROSITAS EFEKTIF

LAPORAN
VI

Oleh

KUMALA GALUH HAIVA

071002000024

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2022
LEMBARAN PENGESAHAN

NAMA : KUMALA GALUH HAIVA


NIM : 071002000024
KELOMPOK : A1
PARTNER : 1. DZHULVIEQAR
2. RADEN FADLI
3. MUHAMMAD AR-RAFII S
TGL. PRATIKUM : 04 APRIL 2022
TGL. PENERIMAAN : 10 APRIL 2022
ASISTEN : 1. FIRMANSYAH ACHMAD
2. NILA MUTIYA HANI
3. DEWI LATIFATUL AINI
NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(KUMALA GALUH HAIVA)


(………………….)
Pratikan
Asisten
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................... .........i


DAFTAR TABEL ....................................................................................... .........ii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... .........iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... .........1
1.1 LATAR BELAKANG ...................................................................... .........1
1.2 TUJUAN PERCOBAAN ................................................................. .........1
BAB II TEORI DASAR ............................................................................ .........2
BAB III HASIL PENGAMATAN ............................................................. .........5
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN ............................................. .........6
BAB V PEMBAHASAN ............................................................................. .........9
5.1 PEMBAHASAN PERCOBAAN ...................................................... .........9
5.2 TUGAS INTERNET ......................................................................... .........11
BAB VI KESIMPULAN ............................................................................. .........13
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. .........14
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET ........................................................ .........15
LAMPIRAN B HASIL PENGAMATAN ...........................................................17

i
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
3.1 POROSITAS EFEKTIF ......................................................................................5

ii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN Halaman
A. TUGAS INTERNET .............................................................................. 15
B. HASIL PENGAMATAN ...................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Minyak Bumi merupakan sumber kekayaan alam yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, seperti yang kita ketahui hampir semua sektor kehidupan manusia
mulai dari alat transportasi, kegiatan Industri, bahkan sampai ke hal kecil sekalipun
seperti kebutuhan rumah tangga Juga membutuhkan Energi yang berasal dari minyak
bumi. Pada saat minyak bumi ditemukan tidak langsung terbentuk Menjadi solar,
Kerosin, Bensin dll. Melainkan masih dalam bentuk Crude oil (Minyak Mentah).

Di dalam permukaan bumi Crude Oil (Minyak mentah) ini terdapat di dalam batuan
porous dan permeable yang kita kenal dengan nama Batuan reservoar. Batuan reservoir
ini mengandung hidrokarbon dan air yang tersimpan di dalam pori – porinya,sehinga
sebagai petroleum engineer kita perlu mengetahui tingkat volume dari suatu fluida yang
terdapat di Batuan reservoar kita, entah itu volume air, Volume Minyak ataupun
Volume Gas yang terdapat di dalam pori Batuan Reservor tersebut.

Pengujian Volume Dari Fluida yang terdapat di reservoar ini akan kita kenal dengan
Istilah Saturasi, kegiatan pengujian nilai saturasi Fluida ini akan di lakukan di lab, dalam
pengujian Lab kita melakukan analisa core baik ituanalisacorrerutin
dananalisacorrespesial, analisacorrerutinadalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk
mengukur sifat sifat batuan reservoir terhadap contoh batuan. Sifat fisik batuan dan
fluidareservoir sangat penting untuk perhitungan cadangan dan perencenaan produksi
sehingga di dapat kan efisiensi setinggi mungkin. perhitungan cadangan dan
perencenaan produksi sehingga didapat kan efisiensi setinggi mungkin. Untuk
mendapatkan data data tentang sifat sifat fisik batuan perlu di lakukan pengambilan
sample batuan reservoir atau lebih umum di sebut core atau inti batuan yang di ambil
pada saat analysis coring. Saturasi air bisa diperoleh melalui pengukuran tidak langsung
dari well logging, yaitu melalui pengukuran resistivitas dan porositas.

1.2 Tujuan Percobaan


Tujuan dilakukannnya percobaan mengenai porositas efektif ini adalah :
a) Mengetahui volume shale dengan menggunakan alat Gamma Ray Log
Untuk mengetahui nilai porositas DCorectionya-nya.
b) Mengetahui volume shale dengan menggunakan alat SP Log Untuk
mengetahui nilai volume kandungan lempung gamma ray
c) Mengolah data pembacaan resistivity log
d) Untuk menentukan GR Log dan SP log pada zona prospek sumur
e) Menentukan Porositas Efektif

1
BAB II
TEORI DASAR
Penilaian Formasi merupakan salah satu cabang dari ilmu perminyakan yang
sangat berhubungan dengan petrofisika, dimana petrofisika merupakan ilmu yang
mempelajari tentang karakteristik batuan dan interaksinya terhadap fluida formasi
(gas, minyak dan air) serta permasalahan yang berkaitan dengan keberhasilan dalam
penemuan dan perhitungan cadangan hidrokarbon awal (Original Oil In Place/
Original Gas In Place). Batuan adalah kumpulan agrerat mineral yang telah
mengeras, yang terdiri dari matriks batuan dan pori-pori yang berisi fluida reservoir.

Tujuan Penilaian Formasi adalah mengidentifikasi reservoir, memprediksi


letak lapisan permeabel yang prospek hidrokarbon, memperkirakan jumlah cadangan
awal hidrokarbon ditempat serta menentukan letak perforasi untuk produksi
hidrokarbon. Dari hasil data Logging juga dapat diprediksi letak lapisan permeable
yang prospek hidrokarbon serta menghitung besarnya cadangan awal hidrokarbon
sebelum hidrokarbon diproduksikan. Untuk mengetahui permasalahan diatas,
diperlukan beberapa jenis pekerjaan antara lain: pengambilan sampel batuan (Coring),
Wireline Well Logging, Well Testing, RFT, DST dll. (Ekwere J.Peters,2012).

Tahapan eksplorasi merupakan tahapan yang penting dalam industri minyak


dan gas bumi. Pada tahap ini suatu peneliti atau perusahaan akan berusaha untuk
meneliti kemungkinan kehadiran hidrokarbon dengan pendekatan geologi maupun
geofisika. Pendekatan secara geologi meliputi studi geologi regional, stratigrafi,
kehadiran source rocks, reservoar, seal rock, trap dan proper timing of migration.
Pendekatan secara geofisika mencakup gambaran reservoar dengan cakupan yang
luas, sehingga didapatkan pengembangan lokasi sumur selanjutnya.

Metode well logging ini merekam respon dari alat log yang dimasukan ke
dalam sumur karena perbedaan sifat fisik dan fluida batuan. Respon tersebut direkam
secara terus menerus dalam sebuah kurva. Kurva ini mengandung informasi
mengenai keadaan formasi batuan di bawah suatu sumur baik itu jenis litologi
maupun fluida. Hasil well logging yang berupa kurva tersebut memerlukan teknik
interpretasi untuk menginterpretasi kondisi bawah permukaan, menentukan lapisan
yang mengandung hidrokarbon, dan zona penyebaran hidrokarbon.

Porositas merupakan salah satu sifat batuan yang penting untuk mengukur
kemampuan batuan untuk menyimpan hidrokarbon. Porositas adalah
perbandingan/rasio antara volume pori dengan volume batuan. Porositas pada
umumnya mengekspresikan sebagai presentasi dari Bulk Volume dan disimbolkan
dengan Ø. Porositas dapat dibagi menjadi dua yaitu Porositas Total dan Porositas
Efektif. Total Porosity adalah perbandingan/rasio antara volume seluruh pori dengan
volume batuan. Effective Porosity adalah perbandingan / rasio antara volume seluruh
pori yang saling berhubungan dengan volume batuan. Berdasarkan pembentukan

2
batuan, maka porositas terbagi menjadi dua, yaitu porositas primer dan porositas
sekunder. Porositas primer yaitu porositas yang terbentuk saat pembentukan
batuannya. Saat proses sedimentasi, butiran batuannya akan membentuk rongga
diantara butiran-butiran tersebut. Porositas yang demikian merupakan porositas
intergranular atau porositas interparticle. Porositas Sekunder yaitu porositas yang
terbentuk karena proses geologi yang dialami oleh batuan yang sudah jadi sehingga
mengakibatkan terbentuknya rongga yang dapat menjadi porositas yang baru.

Analisa data log sumur pemboran dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Secara kualitatif, praktisnya adalah dengan menganalisa karakteristik
grafik data log, untuk langkah awal identifikasi dan zonasi reservoar hidrokarbon.
Sedangkan analisa secara kuantitatif, yaitu dengan perhitungan menggunakan
persamaan-persamaan tertentu, untuk identifikasi tahap lanjut terhadap tingkat
porositas, permeabilitas batuan reservoar, dan saturasi air. Di dalam industri jasa
survey eksplorasi Minyak dan Gas Bumi, terdapat berbagai macam jenis pengukuran
log sesuai dengan prinsip kerja dan fungsinya. Namun, dari bermacam pengukuran
log yang tersedia, terdapat jenis pengukuran log yang utama, yaitu; Log Gamma
Ray, Log Spontaneous Potential, Log Resistivitas, Log Densitas, Log Neutron, Log
Sonik, dan Log Kaliper.

Analisis log secara kuantitatif dimulai dengan menghitung resistivity.


Resistivity batuan merupakan tahanan jenis listik dari suatu batuan berpori yang
besarnya dipengaruhi oleh jenis batuan atau lithology batuan yang dipengaruhi oleh
jenis batuan berpori yang bersarnya porositasnya. Sifat kelistrikan batuan adalah
karakteristik dari batuan dalam menghantarkan arus listrik. Batuan dapat dianggap
sebagai medium listrik seperti pada kawat penghantar listrik, sehingga mempunyai
tahanan jenis (resistivitas). Resistivitas batuan adalah hambatan dari batuan terhadap
aliran listrik. Resistivitas batuan dipengaruhi oleh porositas, kadar air, dan mineral.
Menurut Telford (1982) aliran arus listrik di dalam batuan dan mineral dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu konduksi secara elektronik, konduksi secara
elektrolitik, dan konduksi secara dielektrik. Resistivitas suatu fluida memiliki
hubungan yang dekat dengan temperaturnya. Berikut adalah persamaan dari Metode
Arps (1953) mengenai hubungan antara temperatur dan resistivitas fluida.

Resistivitas batuan dipengaruhi oleh salinitas fluida tersebut. Semakin besar


salinitas fluida maka semakin kecil resistivitas . Selain itu, resistivitas lumpur (Rm)
dan resistivitas mud cake (Rmc) yang umumnya digunakan sebagai factor
pengkoreksian pembacaan hasil rekaman log yang nantinya akandiinterpretasikan.
Untuk mendapatkan hasil rekaman log yang lebih akurat maka dilakukan koreksi
terhadap factor-faktor yang mempengaruhi utama adalah untuk menghitung volume
lubang bor guna menentukan volume semen pada operasi cementing.

Dalam trayek 2 pada log resistivity dengan analisa menggunakan log


resistivitas, log induksi dan log lateral. Didalam pengukuran resistivity log, biasanya

3
terdapat tiga jenis ‘penetrasi’ resistivity, yakni shallow (borehole), medium (invaded
zone) dan deep (virgin) penetration. Perbedaan kedalaman penetrasi ini
dimaksudkan untuk menghindari salah tafsir pada pembacaan log resistivity karena
mud invasion (efek lumpur pengeboran) dan bahkan dapat mempelajari sifat
mobilitas minyak. Resistivity log memiliki kegunaan lain yakni untuk
mendeterminasi tingkat saturasi air (Water Saturation). Semakin tinggi saturasi air
maka resistivity akan semakin rendah. Prediksi Water Saturation dari Resistivity log
dapat dilakukan dengan berbagai algoritma diantaranya dengan Persamaan Archie.

Porositas batuan dapat diperoleh dari 3 jenis alat porositas yaitu sonic log,
density log, dan neutron log. Ketiga alat tersebut dipengaruhi oleh porositas batuan
itu sendiri, fluida pengisi pori batuan dan matriks batuan. Penentuan porositas dari
density log, Density log digunakan untuk mengukur porositas batuan formasi. Pada
prinsipnya density log akan memancarkan sinar gamma ke dalam batuan formasi.
Sinar gamma akan bertabrakan dengan elektron-elekton yang ada di dalam formasi.

Dalam perhitungan saturation parameter, terdapat beberapa pembacaan log


seperti melihat Gamma Ray maksimum dari suatu data log. Hal ini nantinya dapat
dibaca pada data NPHI dalam keadaan GR max, yang nantinya menunjukan nilai
porositas NSH, dan juga dilihat dari data RHOB atau density log pada saat GR max,
maka dapat dilihat nilai masa jenis atau rho SH. Dan juga GR max menjadi patokan
untuk melihat log ILD guna mengetahui hasil dari Rtsh.

4
Tabel III.1 Porositas Efektif

5
BAB III
HASIL PENGAMATAN
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN

Vsh GR : (GR-GRmin)/(GRmax-GRmin)
Vsh GR = (24-0)/(120-0) = 0.2
Vsh GR = (20-0)/(120-0) = 0.16666667
Vsh GR = (18-0)/(120-0) = 0.15
Vsh GR = (14-0)/(120-0) = 0.11666667
Vsh GR = (12-0)/(120-0) = 0.1
Vsh GR = (12-0)/(120-0) = 0.1
Vsh GR = (14-0)/(120-0) = 0.11666667
Vsh GR = (18-0)/(120-0) = 0.15
Vsh GR = (20-0)/(120-0) = 0.16666667
Vsh GR = (24-0)/(120-0) = 0.2

Vsh SP : (SPmin-SP)/(SPmin-SPmax)

Vsh SP = ((-80)-(-34))/((-80)-20) = 0.46

Vsh SP = ((-80)-(-34))/((-80)-20) = 0.46

Vsh SP = ((-80)-(-34))/((-80)-20) = 0.46

Vsh SP = ((-80)-(-35))/((-80)-20) = 0.45

Vsh SP = ((-80)-(-35))/((-80)-20) = 0.45

Vsh SP = ((-80)-(-34))/((-80)-20) = 0.46

Vsh SP = ((-80)-(-34))/((-80)-20) = 0.46

Vsh SP = ((-80)-(-34))/((-80)-20) = 0.46

Vsh SP = ((-80)-(-33))/((-80)-20) = 0.47

6
Vsh SP = ((-80)-(-33))/((-80)-20) = 0.47

𝟇 Ncorr** : 𝟇 Ncorr-(VshGR* 𝟇 Nsh)

𝟇 Ncorr** = 35.5 - (0.2*0.6) = 35.38

𝟇 Ncorr** = 46 - (0.16666667*0.6) = 45.9

𝟇 Ncorr** = 50 - (0.15*0.6) = 49.91

𝟇 Ncorr** = 50 - (0.11666667*0.6) = 49.93

𝟇 Ncorr** = 55 - (0.1*0.6) = 54.94

𝟇 Ncorr** = 62.5 - (0.1*0.6) = 62.44

𝟇 Ncorr** = 54.5 - (0.11666667*0.6) = 54.43

𝟇 Ncorr** = 50.5 - (0.15*0.6) = 50.41

𝟇 Ncorr** = 44.5 - (0.16666667*0.6) = 44.4

𝟇 Ncorr** = 25.5 - (0.2*0.6) = 25.38

𝟇 Dcorr** : 𝟇 Dcorr – (𝟇 Dsh*VshGR)

𝟇 Dcorr** = 27.272727 - (1.61969697*0.2) = 26.948788

𝟇 Dcorr** = 33.333333 - (1.61969697*0.16666667) = 33.063384

𝟇 Dcorr** = 45.454545 - (1.61969697*0.15) = 45.211491

𝟇 Dcorr** = 51.515152 - (1.61969697*0.11666667) = 51.326187

𝟇 Dcorr** = 57.575758 - (1.61969697*0.1) = 57.413788

𝟇 Dcorr** = 51.515152 - (1.61969697*0.1) = 51.353182

𝟇 Dcorr** = 45.454545 - (1.61969697*0.11666667) = 45.265581

7
𝟇 Dcorr** = 39.393939 - (1.61969697*0.15) = 39.150985

𝟇 Dcorr** = 33.333333 - (1.61969697*0.16666667) = 33.063384

𝟇 Dcorr** = 27.272727 - (1.61969697*0.2) = 26.948788

𝟇 Effective = (𝟇Ncorr** + 𝟇Dcorr**)/2

𝟇 Effective = (35.38 + 26.948788)/2 = 31.164394

𝟇 Effective = (45.9 + 33.063384)/2 = 39.481692

𝟇 Effective = (49.91 + 45.211591)/2 = 47.560795

𝟇 Effective = (49.93 + 51.326187)/2 = 50.628093

𝟇 Effective = (54.94 + 57.413788)/2 = 56.176894

𝟇 Effective = (62.44 + 51.353182)/2 = 56.896591

𝟇 Effective = (54.43 + 45.265581)/2 = 49.84997

𝟇 Effective = (50.41 + 39.150985)/2 = 44.780492

𝟇 Effective = (44.4 + 33.063384)/2 = 38.731692

𝟇 Effective = (25.38 + 26.948788)/2 = 26.164394

8
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 PEMBAHASAN PERCOBAAN

Pada percobaan yang dilakukan hari minggu tanggal 27 September 2020


dan hari kamis 1 oktober 2020, praktikan melakukan peraktikum penilaian
formasi via zoom dengan mempelajari materi mengenai porositas efektif.
Materi mengenai porositas efektif tersebut tidak lagi asing bagi para mahsiswa
dan mahasiswi lain karena pada semester muda pun porositas efektif sudah
dikenal oleh para mahasiswa dan mahasiswi trisakti, akan tetapi pada
praktikum penilaian formasi ini nilai yang digunakan untuk mencari porositas
efektif adalah dari data log yang terdapat pada track pertama karena pada track
pertama kami dapat melihan tingkat permeabilitas dan porositas suatu zona.
Porositas efektif merupakan pori-pori batuan yang saling berhubungan, karena
saling berhubungan maka peluang untuk mendapatkan jumlah hidrokarbon
yang sangat besar karena bisa jadi suatu fluida berada dalam 1 pori yang sama
dan saling berhubungan. Jadi dapat dikatakan, apabila suatu batuan memiliki
porositas yang baik maka akan memiliki permeabilitas yang baik dimana
permeabilitas adalah kemampuan suatu batuan untuk melewatkan fluida. Pada
track 1 untuk mengetahui zona permeable digunakan log GR dan log SP
dimana GR Log adalah Gamma Ray Log dan SP Log adalah Spontaneous Log.
Dari hasil pembacaan log, nilai GR Log pada kedalaman 1333 adalah 24, pada
kedalaman 1333.22 adalah 20, pada kedalaman 1333.44 adalah 18, pada
kedalaman 1333.66 adalah 14, pada kedalaman 1333.88 adalah 12, pada
kedalaman 1334.11 adalah 12, pada kedalaman 1334.33 adalah 14, pada
kedalaman 1334.55 adalah 18, pada kedalaman 1334.77 adalah 20, dan yang
terakhir pada kedalaman 1335 adalah 24 dan nilai SP Log pada kedalaman
1333 adalah -34, pada kedalaman 1333.22 adalah -34, pada kedalaman 1333.44
adalah -34, pada kedalaman 1333.66 adalah -35, pada kedalaman 1333.88

9
adalah -35, pada kedalaman 1334.11 adalah -34, pada kedalaman 1334.33
adalah-34, pada kedalaman 1334.55 adalah -34, pada kedalaman 1334.77
adalah-33, dan yang terakhir pada kedalaman 1335 adalah -33. Dalam excel
ini, dibutuhkan juga beberapa data dari table saturation parameter untuk
mencari besar Vsh GR dimana nilai tersebut didapat dari pengurangan dari GR
pada kedalaman tertentu dan GR min dibandingkan dengan pengurangan dari
GR max dan GR min, lalu penentuan nilai Vsh SP yang didapat dari
pengurangan SP min dan SP log pada kedalaman tertentu dibandingkan dengan
pengurangan SP min dan SP max, kemudian dibutuhkan juga data dari table
porositas yang telah dicari pada percobaan 5 yaitu nilai 𝟇Dsh, 𝟇Nsh, 𝟇NCorr,
dan 𝟇DCorr untuk mencari nilai 𝟇NCorr**, 𝟇DCorr**, dan 𝟇Effectif. Untuk
mencari nilai 𝟇NCorr** adalah dengan mengurangi nilai 𝟇NCorr dengan hasil
perkalian dari 𝟇Nsh dan VshGR yang kemudaian didapat hasilnya secara
berurutan adalah 35.38, 45.9, 49.91, 49.93, 54.94, 62.44, 54.43, 50.41, 44.4,
dan 25.38. Selanjutnya nilai dari 𝟇DCorr** didapat dari nilai 𝟇DCorr yang
dikurangi dengan hasil kali antara VshGR dan 𝟇Dsh sehingga didapatkan hasil
secara berurutan adalah 26.95, 33.06, 45.2, 51.32, 57.41, 51.35, 45.26, 39.15,
33.06, dan 26.16. Setelah mendapatkan nilai dari 𝟇NCorr** dan 𝟇DCorr**,
barulah praktikan dapat mencari nilai dari porositas effective dimana porositas
efektif didapat dari penjumlahan antara 𝟇NCorr** dan 𝟇DCorr** yang
kemudian hasilnya dibagi dengan dua sehingga di dapatkan nilai porositas
efektif pada kedalaman 1333 adalah 31.16, pada kedalaman 1333.22 adalah
39.48, pada kedalaman 1333.44 adalah 47.56, pada kedalaman 1333.66 adalah
50.62, pada kedalaman 1333.88 adalah 56.17, pada kedalaman 1334.11 adalah
56.89, pada kedalaman 1334.33 adalah 49.84, pada kedalaman 1334.55 adalah
44.78, pada kedalaman 1334.77 adalah 38.73, dan yang terakhir pada
kedalaman 1335 adalah 26.16.

10
5.2 TUGAS INTERNET
VSHALE SP

Americium and Plutonium berylium

Log porositas neutron pertama kali muncul pada tahun 1940. Log ini

terdiri dari sumber isotop, paling sering plutonium-berilium, dan satu detektor.

Banyak variasi yang dihasilkan memanfaatkan neutron termal dan epitermal.

Di sebagian besar alat awal, neutron tidak terdeteksi secara langsung. Sebagai

gantinya, alat tersebut menghitung sinar gamma yang dipancarkan ketika

hidrogen dan klorin menangkap neutron termal. Karena hidrogen sejauh ini

memiliki pengaruh terbesar pada transpor neutron, efek lubang bor pada alat

semacam itu besar. Alat pencatatan porositas neutron kompensasi (CNL) yang

sekarang standar, yang umum digunakan sejak tahun 1970-an, masih

merupakan alat yang sangat sederhana. Seperti alat kepadatan, alat ini terdiri

dari sumber isotop (sekarang paling sering americium-berilium, meskipun

setidaknya satu alat menggunakan sumber akselerator) dan dua detektor

neutron. Alat tersebut mengukur ukuran awan neutron dengan

mengkarakterisasi penurunan neutron di antara dua detektor. Karena neutron

menembus jauh lebih jauh dari sinar gamma, desainnya jauh lebih sederhana

daripada alat kerapatan. Ini membutuhkan sedikit collimation dan tidak perlu

ditekan ke dinding lubang bor. Ukuran lubang bor berisi cairan jelas merupakan

efek lingkungan penting yang harus diperhitungkan. Akibatnya, bahkan

porositas CNL "mentah" dilaporkan dengan koreksi ukuran lubang bor yang

11
telah diterapkan. Dua sumber neutron Amerika-Berilium dibongkar, diambil

sampelnya (sub-sampelnya) dan dianalisis melalui spektrometri massa plasma

yang digabungkan secara induktif (ICP-MS). Karakteristik seperti 'usia' sejak

pemurnian, kandungan aktinida, kandungan logam jejak dan komposisi antar

dan intra sumber ditentukan. 'Usia' sejak pemurnian dua sumber ditentukan

masing-masing menjadi 25,0 dan 25,4 tahun. Ketidakpastian sistematis dalam

penentuan 'usia' adalah  ± 4% 2σ. Jumlah dan komposisi isotop U dan Pu

bervariasi secara substansial antara sub-sampel Sumber 2 (n = 8). Ini mungkin

karena sarana fisik sub-pengambilan sampel atau cara sumber itu diproduksi.

Sumber 1 jauh lebih konsisten dalam hal konten dan komposisi isotop (n = 3

sub-sampel). Rasio Be-Am sangat bervariasi antara kedua sumber. Sumber 1

memiliki rasio Am-Be 6,3 ± 52% (1σ). Sumber 2 memiliki rasio Am-Be 9,81

 ± 3,5% (1σ). Selain itu, konten elemen jejak di antara sampel sangat

bervariasi. Perbedaan signifikan ditentukan antara Sumber 1 dan 2 untuk Sc,

Sr, Y, Zr, Mo, Ba dan W. (penulis)

Source:

https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/0020708X64901413#ae

p-abstract-id8

12
BAB V
KESIMPULAN

1. Nilai dari GR Log yang di dapat secara berurutan adalah 24, 20, 18, 14, 12,
12, 14, 18, 20, dan 24, sedangkan nilai dari SP Log yang didapat secara
berurutan 34, 34, 34, 35, 35, 34, 34, 34, 33, dan 33
2. Nilai dari VshGR secara berurutan adalah 0.2, 0.167, 0.15, 0.116, 0.1, 0.1,
0.116, 0.15, 0.166, dan 0.2, sedangkan nilai VshSP yang didapat secara
berurutan adalah 0.46, 0.46, 0.46, 0.45, 0.45,0.46, 0.46, 0.46, 0.47, dan 0.47
3. Nilai 𝟇 Ncorr** yang diperoleh secara berurutan adalah 35.38, 45.9, 49.91,
49.93, 54.94, 62.44, 54.43, 50.41, 44.4, dan 25.5
4. Nilai 𝟇 Dcorr** yang diperoleh secara berurutan adalah 26.95, 33.06, 45.2,
51.32, 57.41, 51.35, 45.26, 39.15, 33.06, dan 26.16
5. Nilai Porositas efektif yang diperoleh pada praktikum kali ini secara
31.16, 39.48, 47.56, 50.62, 56.17, 56.89, 49.84, 44.78, 38.73, dan 26.16.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono, A. 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikaisi Log, Schlumberger. Oil field service,
Jakarta
2. Nugrahanti, Asri dan Sumantri, R. 2014. Penilaian Formasi I. Jakarta: Universitas
Trisakti
3. Sitoresmi, Ratnayu. 2016. Diktat Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi. Jakarta:
Universitas Trisakti
4. https://www.scribd.com/doc/889731390/effective-porosity
5. https://www.scribd.com/doc/7433282797/Interpretasi-Logging

14
LAMPIRAN A
TUGAS INTERNET

15
VSHALE SP

The volume of shale (Vsh) is best estimated by logging measurements that respond
primarily to shale, in particular, gamma ray and spontaneous potential (SP). The
most common methods for estimating shale volumes from gamma ray and SP logs
are outlined here. Other measurements can be used under special conditions to
estimate shale volumes, such as the resistivity in very high resistivity formations, the
compensated neutron in very low porosity formations, or density versus neutron
crossplots in known lithologies.

Shale volume from spontaneous potential (SP). Application, the SP can be an fair
estimator of shale volume in areas where mud filtrate and formation water
resistivities contrast.

Method,The estimation of volume shale from the SP requires determining the SP


response at the depth of interest and determining the response associated with a clean
reservoir with no shale (SPcl) and a zone of 100% shale (SPsh). The response
equation is

Advantages, The SP method is very simple and fast. Limitations, This method does
not have good vertical resolution. It overestimates shale volume in hydrocarbon-
bearing zones, and it is ensitive to the selection of clean reservoir and shale points.
It will not work in zones where Rw ≈ Rmf or in oil-based muds.

Source:
https://wiki.aapg.org/Standard_interpretation#Shale_volume_from_spontaneous_p
otential_.28SP.29

16
LAMPIRAN B
HASIL PENGAMATAN

17
18

Anda mungkin juga menyukai