Anda di halaman 1dari 36

UPAYA PENANGANAN DEBU TAMBANG PADA AREA

PENAMBANGAN DMLZ (Deep Mill Level Zone)


PT. FREEPORT INDONESIA

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Dibuat sebagai salah satu syarat untuk melakukan penelitianTugasAkhir

Oleh:

JOEL G. D. J. S. N. TAVARES
11.15.109

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MINERAL INDONESIA
BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

berkat dan kasih karunia-Nya, sehingga dapat terselesaikannya penulisan Proposal

Tugas Akhir ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan Proposal Tugas Akhir ini

tidak terlepas dari dorongan dan bantuan dari berbagai pihak yang telah

memberikan kesempatan, sarana dan prasarana, bimbingan serta bantuan moril

dan materil, sehingga tulisan ini dapat di selesaikan dengan baik dan tepat pada

waktunya.

Oleh kerena itu, Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada semua pihak yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan Proposal

Tugas Akhir ini.

Bandung, Juli 2017

Penulis

Joel G. D. J. S. N. Tavares

i
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2. Identifikasi msalah ................................................................................ 2
1.3. Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.4. batasan Masalah .................................................................................... 3
1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................................ 4
1.6. Waktu Dan Lokasi Penelitian ............................................................... 5
1.7. Sistematika Penulisan ........................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 7
2.1. Ventilasi Tambang (Mine Ventilation) ................................................. 7
2.2. Debu ...................................................................................................... 8
2.3. Klasifikasi Debu ................................................................................... 9
2.4. Faktor-Faktor Yang Menentukan Bahaya Debu Kepada Manusia ....... 10
2.5. Jenis Penyakit Akibat Debu .................................................................. 13
2.6. Metode Pengukuran Debu .................................................................... 15
2.7. Analisa Konsetrasi Debu ...................................................................... 16
2.8. Teknologi Pengontrol Debu .................................................................. 18
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 22
3.1. Studi Literatur ....................................................................................... 22
3.2. Observasi Lapangan.............................................................................. 22
3.3. Pengambilan Data ................................................................................. 22
3.4. Analisa Dan Pengolahan Data .............................................................. 23
3.5. Data-Data Yang Dibutuhkan ................................................................ 23
3.6. Rencana Penelitian................................................................................ 23
3.7. Data Pribadi Pemohon .......................................................................... 24
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26
LAMPIRAN A ..................................................................................................... 27
LAMPIRAN B ..................................................................................................... 28
LAMPIRAN C ..................................................................................................... 29
LAMPIRAN D ..................................................................................................... 30

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1. Metode Sampling NIOSH 0600 ..................................................................... 15

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

2.1. Range Ukuran Aerosol ................................................................................... 12

2.2. Upaya yang ditulis berdasarkan biaya dan efisiensi ...................................... 21

3.1. Rencana dan Waktu Penelitian....................................................................... 24

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Merupakan perusahaan afiliasi dari Freeport-McMoran. PTFI menambang,

memproses dan melakukan ekplorasi terhadap biji yang mengandung tembaga,

emas dan perak. Beroperasi di daerah dataran tinggi Kabupaten Mimika Provinsi

Papua, Indonesia. PT. Freeport Indonesia memasarkan konsentrat yang

mengandung tembaga, emas dan perak ke seluruh penjuru dunia.

Kompleks tambang milik PT. Freeport Indonesia di Grasberg merupakan

salah satu penghasil tunggal tembaga dan emas terbesar di dunia, dan

mengandung cadangan tembaga yang dapat diambil yang terbesar di dunia, selain

cadangan tunggal emas terbesar di dunia. Grasberg berada dijantung suatu

wilayah mineral yang sangat melimpah, dimana kegiatan ekplorasi yang berlanjut

membuka peluang untuk terus menambah cadangan kami yang berusia panjang.

Produksi bijih saat ini adalah sekitar 200.000 ton/hari, yang mana berasal

dari tambang bawah tanah DOZ (Deep Ore Zone) dan sisanya ditambang dari

tambang terbuka Grasberg. Saat ini, PT Freeport Indonesia sedang

mengembangakan dua tambang bawah tanah baru yaitu DMLZ (Deep Mill Level

Zone) dan GBC (Grasberg Block Cave) yang nantinya diharapkan akan dapat

menggantikan operasi tambang permukaan yang akan berakhir pada tahun 2017.

1
2

Seiring dengan aktifitas kegiatan penambangan di area DMLZ (Deep Mill

Level Zone) tentunya terdapat masalah mengenai kualitas udara yang akan

disebabkan oleh debu, sehingga dapat mengganggu para pekerja yang melakukan

aktifitas kerja pada area DMLZ.

Debu merupakan salah satu bahan yang disebut sebagai partikel yang

melayang diudara (Seuspended Particulate Matter/ SPM) dengan ukuran satu

mikron sampai dengan 500 mikron. Dalam kasus pencemaran udara, baik dalam

maupun di ruang gedung (indoor and out door pollution) debu sering dijadikan

salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat

bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan

para pekerja.

Partikel debu akan berada diudara dalam waktu yang relatif lama dalam

keadaan melayang layang diudara kemudian masuk kedalam tubuh manusia

melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat

menggangu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi

kimia sehingga komposisi debu diudara menjadi partikel yang sangat rumit karena

merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan bentuk yang relatif

berbeda-beda

1.2. Identifikasi Masalah

Adapun jenis permasalahan yang akan diidentifikasi dari pelaksanaan

Penelitian Tugas Akhir ini adalah:


3

1) Bagaimana nilai komposisi yang terkandung dalam debu akibat

kegiatan penambangan.

2) Bagaimana nilai tingkat konsentrasi dari debu akibat kegiatan

penambangan yang masuk dalam klasifikasi membahayakan

kesehatan pekerja dan keamanan lingkungan kerja.

3) Bagaimana mengupayakan kombinasi antara beberapa metode

pengontrolan debu yang bertujuan meminimalkan tingkat

konsentrasi debu dengan biaya yang murah.

1.3. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan yang diambil dari

Penelitian Tugas Akhir ini adalah terhadap komposisi debu, tingkat konsentrasi

dan mengupayakan kombinasi beberapa metode pengontrolan terhadap debu

akibat kegiatan penambangan yang memungkinkan adanya mengganggu

kesehatan pekerja dan keamanan lingkungan kerja.

1.4. Batasan Masalah

Batasan masalah dimaksudkan agar dalam pembahasan hasil Penelitian

Tugas Akhir ini mengarah sesuai dengan topik yang diambil, yaitu:

1) Cakupan wilayah penelitian hanya pada area DMLZ (Deep Mill Level

Zone).

2) Fokus penelitian hanya pada jenis kontaminan debu hasil kegiatan

penambangan.
4

3) Identifikasi bahaya dari debu mengacu pada kesehatan pekerja dan

keamanan lingkungan kerja.

1.5. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

1.5.1. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian yang akan dilakuakan pada PT. Freeport

Indonesia adalah sebagai berikut :

1) Mengetahui nilai komposisi yang terkandung dalam debu yang dihasilkan

dari kegiatan penambangan.

2) Mengetahui nilai konsentrasi dari debu yang memungkinkan terganggunya

kesehatan pekerja dan lingkungan kerja.

3) Mengidentifikasi faktor-faktor yang memungkinkan keterdapatan debu

dari metode pengontrolan debu yang digunakan dan mengupayakan

kombinasi antara beberapa metode dengan kebutuhan biaya semurah

mungkin.

1.5.2. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah agar meminimalisir debu di

dalam area DMLZ (Deep Mill Level Zone) agar pasokan udara bersih bagi para

pekerja tetap tercukupi sehingga menimbulkan kenyamanan kerja.


5

1.6. Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu Penelitian

(Terlampir)

Lokasi Penelitian

(PT. Freeport Indonesia)

1.7. Sistematika Penulisan

BAB 1. PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan

masalah, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, waktu penelitian dan

lokasi penelitian.

BAB II. TINJAUAN UMUM

Pada bab ini berisi tentang tinjauan perusahaan meliputi lokasi kesampaian

daerah, struktur organisasi perusahaan, Izin Usaha Pertambangan, iklim dan

curah hujan, geologi regional dan morfologi. Pada bab ini juga berisi tentang

dasar teori yang berhubungan dengan penelitian dan kerangka pikir.

BAB III. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini berisi tentang teori-teori yang berkaitan drngan topik atau

masalah yang diamabil, metoda penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik

analisa data.
6

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan dari

analisa data penelitian.

BAB V. PENUTUP

Pada bab ini berisi tentang kesimpulan yang ditarik setelah melakukan studi

lapangan atas berbagai kegiatan yang telah dilakukan selama penelitian dan saran

untuk perusahaan agar lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ventilasi Tambang (Mine Ventilation)

Ventilasi tambang merupakan teknologi pertambangan yang sangat penting

dalam mengantisipasi segala permasalahan yang berhubungan dengan kondisi

udara di dalam tambang bawah tanah. Ventintilasi tambang sangat berperan di

dalam tambang bawah tanah, dimana ventilasi merupakan media pengatur

kebutuhan jumlah udara, kecepatan udara dan tekanan udara.

2.1.1. Fungsi Ventilasi Tambang

a) Menyediakan dan mengalirkan udara segar kedalam tambang untuk

keperluan menyediakan udara segar/oksigen (O2) bagi pernafasan para

pekerja dan juga berbagai segala proses yang terjadi dalam tambang yang

memerlukan oksigen (O2).

b) Melarutkan dan membawa keluar dari tambang segala pengotoran dari gas-

gas yang ada di dalam tambang hingga tercapai keadaan kandungan gas

dalam udara tambang yang memenuhi syarat bagi pernafasan.

c) Menyingkirkan debu yang berada dalam aliran ventilasi tambang bawah

tanah hingga ambang batas yang diperkenankan.

d) Mengatur panas dan kelembaban udara ventilasi tambang bawah tanah

sehingga dapat diperoleh suasana/ lingkungan kerja yang nyaman.

7
8

2.2. Debu

Dalam tambang bawah tanah, fungsi ventilasi sangatlah penting yakni

menyediakan udara yang cukup dalam hal kuantitas dan kualitas, guna mendilusi

kontaminan/pengotor udara pada konsentrasi yang aman di semua fasilitas

tambang bawah tanah dimana para pekeja bekerja maupun melintas atau dengan

kata lain oksigen yang telah digunakan dan untuk membuang gas dan debu.

Debu adalah partikel zat halus yang berdiameter 0.1-50 mikron atau lebih

yang dihasilkan oleh proses mekanis. Proses mekanis ini dapat manimbulkan debu

yang halus yang melayanng di udara dan debu yang kasar mengendap di

permukaan. Partikel-partikel debu yang dapat dilihat oleh mata adalah yang

berukuran lebih dari 50 mikron, sedangkan yang berukuran kurang dari 10

mikron sulit atau tidak dapat untuk dideteksi oleh mata, dan hanya dideteksi oleh

mata apabila terdapat pantulan cahaya yang kuat dari partikel-partikel debu

tersebut atau dengan menggunakan mikroskop (Siswanto, 1998).

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003) debu adalah partikel-partikel

yang dihasilkan oleh proses mekanis; sedangkan menurut The Mine Safety and

Health Administration (MSHA) debu adalah zat padat yang terbagi secara halus di

mana dapat naik ke udara dari keadaan semula tanpa adanya bahan kimia dan

perubahan fisik lainnya.

Dari segi kesehatan, berdasarkan ukurannya debu digolongkan sebagai

berikut :
9

a. Raspirable Dust

Raspirable dust yaitu partikel-partikel debu kecil yang dapat menembus

hidung dan sistem pernafasan dan masuk kedalam paru-paru.

b. Inhalable Dust

Inhalable dust yaitu debu yang memasuki tubuh tetapi terperangkap

dalam hidung, tenggorokan dan sistem pernafasan atas. Rata-rata

diameter dari debu ini adalah 10 um.

c. Total Dust

Total dust termasuk seluruh partikel-partikel yang naik ke udara

dengan mengabaikan ukuran atau susunannya.

2.3. Klasifikasi Debu

Secara fisik debu diklasifikasikan ke dalam kategori aerosol yaitu hamburan

partikel padat atau cair di dalam medium gas/ udara. Pada tambang bawah tanah,

debu ini dihasilkan oleh aktifitas penambangan seperti pemboran, peledakan,

pemuatan, pengangkutan dan penumpahan bijih.

Berikut ini adalah klasifikasi debu berdasarkan tingkat bahayanya yaitu :

a. Debu Fibrogenik

Merupakan debu yang bahayanya terhadap pernafasan, seperti silika

(kuarsa dan chert), silikat (asbestos, talk, mika dan silimanit), meal

fumes (asap logam), bijih timah, bijih besi, karborondum dan batubara

(anthrasit, bitumineous).
10

b. Debu Karsiogenik

Contohnya kelompok radon, asbestos dan arsenik.

c. Debu Beracun

Merupakan debu yang mengandung racun yang berbahaya terhadap

organ dan jaringan tubu, seperti bijih berilium, arsenik, timah hitam,

uranium, radium, thorium, vanadium, air raksa, kadmium, antimoni,

selenium, mangan, nikel dan perak (khususnya oksida dan karbonat).

d. Debu Radioaktif

Merupakan debu yang berbahaya karena radiasi sinar alpha dan sinar

beta, seperti bijih uranium, radium dan thorium.

e. Debu yang dapat meledak (terbakar di udara)

Contohnya debu logam (magnesium, alumunium, seng, timah, dan

besi), batubara (bituminous dan lignit), bijih sulfida dan debu organic.

f. Debu Pengganggu

Contohnya gypsum, gamping dan koalin.

2.4. Faktor-Faktor Yang Menentukan Bahaya Debu Kepada Manusia

Tingkat bahaya debu pada kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor

antara lain, komposisi debu, konsentrasi, ukuran partikel, lamanya waktu terpapar

dan kemampuan individul.

a. Komposisi Debu

Ditinjau dari tingkat bahaya yang dapat ditimbulkan komposisi

mineralogi debu lebih penting dibandingkan komposisi kimiawi atau


11

sifat fisiknya. Sebagai contok silika bebas memiliki aktifitas kimia yang

lebih besar di dalam paru-paru dibandingkan silika campuran. Namun

pada kasus asbestos, efek mekanik lebih penting sedangkan untuk debu

beracun, kelarutan merupakan faktor penting.

b. Konsentrasi

Penurunan konsentrasi rata-rata debu berarti menurunkan peluang untuk

terjadinya penyakit paru-paru, sehingga perlu dilakukan usaha untuk

menurunkan konsentrasi debu pada daerah kerja tambang bawah tanah.

Konsentrasi debu di udara dapat dinnyatakan dengan dua cara yaitu :

atas dasar jumlah = mppcf (million of particles per cubic foot) atas

dasar berat = mg/m3

Faktor konsentrasi merupakan faktor terpenting kedua setelah

komposisi. Secara umum debu dapat membahayakan paru-paru jika

konsentrasinya lebih besar dari 0,5 mg/m3. Untuk debu-debu beracun

radioaktif beracun yang lebih kecil pun dapat membahayakan.

c. Ukuran Partikel

Debu berukuran halus (< 5 um) merupakan debu yang paling berbahaya

karena luas permukaannya besar, dengan demikian aktifitas kimianya

pun besar. Salain itu debu halus tergolong debu yang dapat dihirup

(resiprable dust) karena mungkin tersuspensi di udara.

Debu yang berbahaya, respirable dust, tidak dapat dilihat oleh mata

telanjang. Meskipun begitu, kita dapat mengasumsikan bahwa pada daerah yang

mempunyai konsentrasi debu yang tinggi dan dapat dilihat oleh mata telanjang
12

memiliki konsentrasi respirable dust adalah kecilnya settling velocity yang

mengakibatkan partikel tersebut dapat tersuspensi di udara dalam waktu yang

tidak dapat ditentukan. Range ukuran aerosol yang umum berada di alam dapat

dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1. Range Ukuran Aerosol

Tipe Aerosol Ukuran Terendah (10-6m) Ukuran Tertinggi (10-6m)


Respirable dust - 7

Batubara 0.1 100

Debu atmosfer normal 0.001 20

Asap diesel 0.05 1

Virus 0.003 0.05

Bakteri 0.015 30

Asap tambakau 0.01 1

Serbuk penyebab alergi 18 60

Kabut 5 50

Mist 50 100

Linght drizzle 100 400

Sumber : Malcolm J. Mcpherson, Subsurface Ventilation and Envirimental engineering,


Champman & Hall London, 1993.

d. Lamanya Waktu Terdedah (Exposed time)

Penyakit akibat debu umumnya timbul setelah seseorang bekerja di

lingkungan yang berdebu untuk suatu jangka waktu yang cukup lama.
13

Waktu rata-rata perkembangan penyakit silicosis berkisar antara 20-30

tahun.

e. Kemampuan Individual

Faktor kemampuan individu terhadap bahaya debu sampai saat ini

merupakan faktor yang belum dapat dikuantifikasi. Daya tahan tubuh

perorangan, setiap individu mempunyai ketahanan yang berbeda-beda

terhadap pengaruh debu, sesuai dengan kondisi kesehatan dan kepekaan

terhadap debu.

2.5. Jenis Penyakit Akibat Debu

Berdasarkan pengelompokan debu tersebut maka macam-macam penyakit

diakibatkan adalah sebagai berikut :

1. Pneumoconiosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan

perut (Silikosis, antrakosilikosis, asbestosis). Gejala penyakit ini berupa

sakit paru-paru, namun berbeda dengan penyakit TBC paru.

2. Silikosis adalah penyakit yang paling penting dari golongan penyakit

pneumokoniosis. Penyebabnya adalah silika bebas (Si02) yang terdapat

dalam debu yang dihirup waktu bernafas dan ditimbun dalam paru-paru

dengan masa inkunbasi 2-4 tahun. Pekerja yang sering terkena penyakit

ini umumnya yang bekerja diperusahaan seperti tambang timah putih,

tambang besi, tambang batu bara dan lain-lain. Gejala penyakitnya

dibedakan pada tingkat ringan dan betar. Gejala tingkat ringan misalnya
14

sepeti batuk ringan, dan pengembangan paru-paru. Pada tingkat berat

terjadi sesak nafas yang mengakibatkan cacat total, hypertofi jantung

kanan, kegagalan jantung kanan.

3. Antrakosilikosis adalah pneumoconiosis yang disebabkan oleh silika

bebas bersama debu arang batu. Penyakit ini munngkin ditemukan pada

tambang batu bara atau karyawan industri yang menggunakan bahan

batu bara jenis lain. Gejalanya berupa sesak nafas, bronchitis chronis

batuk dengan dahak hitam (melanophtys).

4. Abestosis adalah jenis pneumokniosis yang disebabkan oleh debu asbes

dengan masa latennya 10-20 tahun. Asbes adalah campuran berbagai

silikat, yang terpenting adalah campuran magnesium silikat pekerja

yang umunya terkena penyakit ini adalah pengelolah asbes, penenunan,

pemintalan asbes dan reparasi tekstil yang terbuat dari asbes. Gejala

yang timbul berupa sesak nafas, batuk berdahak/riak dengan rhonchi di

basis paru, cyanosis terlihat bibir biru.

5. Berryliosis penyebabnya adalah debu yang mengandung berrylium,

terdapat pada pekerja pembuat aliasi berrylium tembaga, pada

pembuatan tabung radio dan lain-lain

6. Byssinosis disebabkan oleh debu kapas atau sejenisnya dikenal dengan

Monday Morning Sydroma atau Monday Fightnesi. Sebagai gejala

timbul setelah hari kerja sesudah libur, terasa dema, lemah badan, sesak

nafas, batuk-batuk, vital caoacity jelas menurun setelah 5-10 tahun

bekerja dengan debu.


15

7. Stannosis disebabkan debu bijih timah putih (SnO).

8. Siderosis disebabkanoleh debu yang mengandung (Fe2O2)

2.6. Metode Pengukuran Debu

Metode pengukuran debu yang digunakan oleh PT. Freeport Indonesia ialah

berdasarkan NIOSH (National Institute For Occupational Safety And Healthy)

Metode 0600 (0.05-10 mg/m3 respirable quartz) dengan teknik pengukuran

gravimetrikk (filter weight). Alat pengambilan sampelnya yaitu Cyclone + Filter

(10 mm DO nylon cyclone + tared 5 um PVC membrane filter, 37 mm diameter)

dengan standar:

Flow rate 1.71/mm 5% (min = 1.615, max = 1.7851/min)

Sample volume min = 400 1 max = 8601 @ 2.32 mg/m3

Blanks >10% 1 field blank per sampling day

Ketelitian <10 ug with 0.001 mg sensitivity balance <70 ug with 0.01

mg sensitivity balance.

Gambar 2.1. Metode Sampling NIOSH 0600


16

Cyclone adalah alat pemisah antara respirable partikel dengan yang

tidak dapat terhisap oleh pernafasan manusia, berbentuk kerucut

terbalik.

Filter adalah membaran tipis dari bahan polyvinyl clorida untuk

Dust sampling sebagai bagian terpenting dari sampling yang akan

dianalisa untuk mendapatkan konsentrasi debu.

Kaset (cassette) adalah tempat filter diletakan, harus dalam kondisi

tertutup dari kemungkinan kebocoran angin.

Pompa adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan dust yang

ada di area kerja, sehingga partikel-partikel tersebut tersaring pada

filter, yang kemudian akan dianalisa delanjutnya. Hisapan pompa

akan di set sesuai dengan yang akan dihisap manusia secara normal

per menitnya.

2.7. Analisa Konsentrasi Debu

untuk menghitung eksposur debu digunanakan standar persamaan

DE = DW x 1000 (2.1)
SV

S.W.A = DE x RT (2.2)
480

Dimana :

DE = Dust Exposure (mg/m3)

DW = Berat Debu (gram)


17

SV = Sample Volume (mg)

S.W.A = Shift Weinght Average (mg/m3)

RT = Run Time (menit)

480 = Ketetapan Per Shift Kerja

Dust Exposure merupakan debu yang dihasilkan akibat proses kegiatan

tambang ataupun dari aktifitas peralatan (equipment).

Run Time adalah total waktu yang didapat pada saat pengukuran (sampling)

dimulai hingga akhir pengukuran.

Sample Volume ialah hasil perkalian dari aliran rata-rata aktifitas pompa

pengukuran dengan Run Time dalam satuan mg.

Permissible Exposure Limit (PEL) adalah nilai batas yang diizinkan untuk

terkontak/terdedah selama 8 jam atau per shift kerja dan tidak terkena efek

kesehatan yang tidak merugikan.

Untuk menentukan nilai PEL, dapat menggunakan standar formula dari

MSHA (The Mine Safety and Healthy Administration), ACGIH (American

Conference of Govermental Industrial Hygienist) 2005, ACGIH 2006, dan DOM

MSHA : 10
(% Silica + 2)

ACGIH 2005 : 5,085


(% Silica + 1,695)

ACGIH 2006 : 2.52


(% Silica + 0,84)
18

DOM : 10,345
(% Silica + 3, 448)

Untuk mendapatkan kandungan silica dilakukan pengukuran dengan

teknik Infrared Absorption Spectrophotometry dimana alat semple menggunakan

cyclone + filter (10 mm nylon, atau higgins-dewell (HD)+0,8-um atau 5-um

PVC atau membrane MCE) dengan flow rate 1,7 L/min (nylon cyclone) dan 2,2

L/min (HD cyclone). Rumus perhitungan konsentrasi silica :

Dimana : C = Konsentrasi Silika (mg/m3)


Wq = Berat Silika (ug)
Ws = Berat Total Semple (ug)
V = Volume Udara yang Disampel (L)

2.8. Teknologi Pengontrol Debu

Pengontrol aerosol, khususnya debu pada daerah pertambangan adalah salah

satu tujuan utama dari ahli ventilasi karna hubungan dengan kesehatan dan

keselamatan para pekerja. Terdapat banyak cara untuk mengontrol debu tambang,

beberapa strategi yang dikembangakan untuk mengotrol partikel debu dapat

dilihat pada Tabel 2.2. Upaya yang ditulis berdasarkan biaya dan efisiensi.
19

Tabel 2.2. Upaya Pengontrolan Debu

Beberapa upaya metode pengontrolan debu yang efektif dalam dunia

tambang adalah :

a. Kontrol dengan menggunakan bahan dasar air

Metode ini adalah metode yang paling banyak digunakan dan

paling efektif untuk mengontrol debu di area penambangan. Cara

penggunaan air juga bervariasi. Dasar dari metode ini adalah

memasukan air atau uap kedalam deposit mineral agar menjadi basah

dan mengurangi kesempatan bagi debu untuk mengapung di udara.

Menurut Cervik (1997), water infusion pada tambang batu bara eropa

mempunyai efektifitas sebesar 50%-95% dalam mereduksi debu

tambang.

Metode lain yang paling umum digunakan, berbiaya rendah, dan

dapat digunakan untuk berbagai sumber debu adalah penggunaan dalam

pemboran, cutting, dan operasi continuous mining. Pemborann basah

menjadi umum digunakan setelah masalah silicosis diumumkan pada

sekitar tahun 1930.

Water spray digunakan untuk debu yang telah berada di udara.

Apabila debu telah berada di udara, penggunaan air menjadi kurang

efisien karena partikel debu menjadi lebih sukar untuk dibasahi. Jenis

water spray yang lazim digukan adalah :

Solid stream

Hollow cone
20

Flat spray

Atomizing spray

Full cone

Ventury spray

b. Dust colectors

Alat ini semakin umum digunakan dalamm dunnia industri,

termasuk pertambangan dan mineral processing, selama beberapa

dekade karna alasan kesehatan dan masalah debu yang semakin

meningkat. Wet scrubber dan filter digunakan untuk tambang bawah

tanag, sementara cyclone digunakan untuk tambang terbuk. (Divers dan

janosik, 1978; organishak et al.., 1983; Divers dan cecala, 1990).

c. Kontrol umum dan lokal

Pada banyak situasi, pemakayan air dan dust collector dalam

tambang adalah sangat sulit atau tidak mungkin. Dalam kondisi ini

kontrol umum dan lokal dapat digunakan.

Contoh penggunaan antara lain :

Pembuatan dan penggunaan alat yang menghasilkan debu yang

rendah

Penggunaan tabir udara dan cabs

Penggunaan sistem exhaust untuk menghilangkan debu dari

udara kerja tambang

Penggunaan saat kimia pengikut untuk menghindarkan debu

yang berada di udara


21

d. Dilusi oleh ventilasi

Dilusi oleh sistem ventilsi saat ini masih dianggap sebagai metode

utama yang digunakan untuk mengotrol debu tambang yang ada. Dalam

metode ini, kecepatan aliran udara lebih berperan dari pada kualitas

udara. Pada setiap lubang bukaan yang menghasilkan debu, jarak

partikel yang terbawa oleh aliran udara bergantung pada kecepatan

udara dan kecepatan pengendap dari partikel tersebut.

Tabel 2.2. Upaya yang ditulis berdasarkan biaya dan efisiensi.

Strategi Metode Biaya Efisiensi


Water/ steam Infusiaon Tinggi Moderat
Preventif Foam infusion Tinggi Moderat
Wet drilling Rendah Tinggi
Removal Dust collector-wet Moderat Tinggi
Dust collector-dry Moderat Tinggi
Water spray Rendah Moderat
Wat cutting Rendah Moderat
Foam Moderat Moderat
Suppression Cutting Variable optimization Rendah Moderat
Deliquestcent chemicals Moderat Moderat
Rock dusting Moderat Moderat
Waterjet-assisted cutting Tinggi Moderat
Dilution Main ventilation stream Moderat Moderat
Local ventilation dilution Rendah Moderat
rd
Sumber : Howard L. Hartman, Mine Ventilation and Air Conditioning, 3 Edition, Jhon Wiley &
Sons, 1997.
BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam menyelesaikan permasalahan Debu pada Tambang Bawah Tanah,

penyusun menggabungkan antara teori dengan data-data lapangan. Sehingga dari

keduanya didapatkan pendekatan penyelesaian masalah. Adapun urutan pekerjaan

penelitian adalah:

3.1. Studi Literatur

Studi literature menekankan pada pengumpulan data-data dari hasil tulisan atau

penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

3.2. Observasi Lapangan

Observasi lapangan yang dimaksud adalah melakukan pengamatan langsung di

lapangan dan melakukan pencatatan terhadap objek yang akan diamati.

3.3. Pengambilan Data

Tahapan ini adalah tahap dimana penulis mengobservasi langsung kondisi di

lapangan dan mengumpulkan data seperti peta topografi lokasi penelitian, data curah

hujan, serta melakukan wawancara atau diskusi dengan pegawai/karyawan, dan mitra

kerja.
22
23

3.4. Analisis dan Pengolahan Data

Tahapan ini adalah tahap dimana data-data yang sudah ada, dianalisis, dan

diolah dengan melakukan perhitungan.

3.5. Data-data Yang Dibutuhkan

Data primer adalah data yang langsung diperoleh pada objek penelitian

yaitu pada PT. Freeport Indonesia yaitu data kuantitatif mengenai Debu

Tambang.

Data sekunder adalah data yang pengumpulan dan pengolahannya

dilakukan oleh orang lain dan dipakai sebagai sumber data tambahan, data

ini meliputi teori-teori yang digunakan sebagai landasan pemikiran yang

dapat diperoleh dari berbagai literature referensi.

3.6. Rencana Penelitian

Kegiatan pengambilan data dan pengamatan akan dilakukan mengikuti

jadwal kerja yang ada di Perusahaan selama masa kegiatan yang telah ditentukan.

Berikut ini merupakan jadwal pengambilan data yang disajikan berupa informasi

dalam table.
24

Tabel 3.1. Rencana dan Waktu Penelitian

Waktu Agustus September

No. Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4

1. Studi Pustaka

2. Observasi Lapangan

3. Pengambilan Data :

Pengambilan data komposisi


debu
Pengambilan data konsentrasi

Analisis Data

Penentuan kombinasi metode


pengontrolan debu
4. Pengolahan Data

5. Pembuatan Draft

3.7. Data Pribadi Pemohon

Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambanagan, Sekolah Tinggi

Teknologi Mineral Indonesia STTMI Bandung

Nama : Joel G. D. J. S. N. Tavares

NPM : 1115109

: Kampus Sekolah Tinggi Teknologi Mineral


Alamat Indonesia STTMI. Jln. Jend. Gatot Subroto, No
313B Bandung-Jawa Barat.
Tlp/Fax(022)87346061/ummi.bangsa@gmail.com
Email / Contact Person : tavaresjoel14@gmail.com / +6282236134722
BAB IV

PENUTUP

Demikian proposal ini dibuat sebagai bahan pertimbangan dengan harapan

dapat memudahkan pelaksanaan penelitian Tugas Akhir sesuai dengan rencana

kegiatan sebagaimana yang terlampir.

Dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan dukungan berupa pembimbingan

dilapangan dan membantu data-data yang diperlukan sesuai dengan kebutuhan

penelitian demi tercapainya tujuan dari penelitian ini.

Besar harapan saya, proposal permohonan usulan tempat penelitian Tugas

Akhir ini dapat diterima dan hasil penelitian yang dicapai dapat berguna bagi

kemajuan perusahaan.

Topik yang diambil dapat berubah sesuai dengan keadaan lapangan dan

kebutuhan perusahaan.

Akhir kata, atas perhatian, waktu dan partisipasi dari pihak manajemen PT.

Freeport Indonesia, saya ucapkan terima kasih.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Tentang PTFI(t.thn.). Diambil kembali dari Pt. Freeport Indonesia

2. .Ventilasi tambang(2012, 04) Diambil kembali dari Lingkup Ventilasi

Tambang

26
LAMPIRAN A

27
LAMPIRAN B

28
LAMPIRAN C

29
LAMPIRAN D

30

Anda mungkin juga menyukai