LAPORAN
III
Oleh
071001800094
Asisten Praktikan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................3
BAB III HASIL PENGAMATAN...........................................................................5
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN...........................................................6
BAB V PEMBAHASAN.........................................................................................8
5.1 Pembahasan Percobaan..................................................................................8
5.2 Tugas Internet...............................................................................................10
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET.....................................................................14
LAMPIRAN B HASIL PENGAMATAN..............................................................15
i
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
ii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN halaman
A.TUGAS INTERNET....................................................................................................12
B.HASIL PENGAMATAN .............................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya penilaian formasi adalah proses pengumpulan data dari formasi yang
dilakukan secara kontinyu mengenai sifat-sifat serta karakteristik lapisan yang ditembus.
Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoir, memperkirakan
cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan hidrokarbon.
Penilaian formasi adalah salah satu cabang ilmu dari teknik perminyakan yang
mempelajari tentang formasi/batuan dan permasalahan yang berhubungan dengan
keberhasilan dalam penemuan cadangan hidrokarbon. Untuk menangani masalah diatas, perlu
dilakukan beberapa jenis cara antara lain : melakukan pengambilan sampel batuan formasi
(coring), wireline logging, mud log, LWD, dll. Dari beberapa cara tersebut dapat menentukan
parameter-parameter petrofisik dintaranya ketebalan lapisan (h), porositas (Ø), dan saturasi
air (Sw) yang digunakan dalam memperkirakan cadangan hidrokarbon. Dalam penelitian ini,
sumur yang dianalisa sebanyak dua sumur (sumur eksplorasi). Analisa log yang dilakukan
pada sumur ini berupa analisa kualitatif dan kuantitatif.
Parameter yang diperoleh dari hasil interpretasi log pada sumur APR-1 dan APR-2
adalah porositas rata-rata ketebalan lapisan (h), dan saturasi air rata-rata. Porositas rata- rata
pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturut-turut sebesar 31.31% dan 31.33% serta
porositas rata-rata kedua sumur tersebut adalah 31.32%. Saturasi air rata-rata yang
diperhitungkan pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturutan sebesar 52.25% dan 60.43%
serta rata-rata saturasi air dari kedua sumur tersebut sebesar 56.34%. Ketebalan lapisan yang
dimiliki sumur APR-1 sebesar 4.57 meter dan pada sumur APR-2 sebesar 11.58 meter serta
rata-rata ketebalan lapisan kedua sumur sebesar 8.07 meter. Cadangan minyak awal pada
lapangan APR sebesar 12.81 B STB yang dihitung dengan menggunakan metode volumetrik.
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya energi terpenting di dunia. Industri
minyak dan gas di Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat maju dari tahun ke
tahun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar yang semakin meningkat.
Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar yang merupakan tulang
punggung pembangunan nasional, oleh sebab itu perlu upaya-upaya konkrit untuk terus
meningkatkan devisa negara melalui sektor minyak dan gas bumi tersebut dengan
mengoptimalkan peningkatan produksi dan mengembangkan lapangan- lapangan baru.
Mengingat pentingnya peran minyak dan gas bumi bagi kelangsungan hidup manusia, maka
perlu dilakukan estimasi cadangan hidrokarbon yang akurat pada setiap reservoir yang ada
seperti analisa properti reservoir (porositas, permeabilitas, saturasi, resistivitas, penyebaran
batuan reservoir, dan kandungan hidrokarbon) dengan menggunakan data sumur yang bisa
didapat dengan pekerjaan logging.
1
1.2 Tujuan Percobaan
2
BAB II
TEORI DASAR
Resistivitas listrik merupakan salah satu sifat fisik batuan yang paling awal
ditemukan dan paling sering dilakukan pengukuran. Batuan beku, sedimen kering, maupun
metamorf adalah media dengan konduktivitas atau kemampuan menghantarkan listrik yang
buruk. Pada batuan reservoir, pori- pori batuan akan cenderung terisi oleh fluida (umumnya
terisi oleh air formasi yang konduktif).
Hal ini menyebabkan batuan tersebut menjadi elektrolit konduktor dengan nilai
resistivitas menengah. Salah satu parameter yang mempengaruhi resistivitas dari batuan
reservoir adalah volume hidrokarbon yang terkandung dalam pori pori batuan sehingga dapat
dijadikan parameter untuk mengetahui dan menganalisis keberadaan minyak dan gas
(Bassiouni, 1994).
Resistivitas adalah tahanan jenis listrik dan suatu batuan berpori (butir batuan dan
potensi fluida) yang besarnya dipengaruhi oleh jenis dari batuan (lothologi), porositas dan
jenis fluida pengisi pori. Resistivitas fluida seperti Rw dan Rmf adalah tahanan jenis listrik
fluida pengisi pori batuan yang besarnya dipengaruhi oleh salinitas fluida tersebut. Semakin
besar dari salinitas fluida tersebut maka resistivitynya akan semakin kecil sedangkan bila
semakin kecil dari salinitas fluida tersebut maka resistivitynya semakin besar. Selain itu
resistivitas yang perlu diukur yaitu resistivitas lumpur (Rm), resistivitas mud cake (Rmc).
Sedangkan. Bila semakin dangkal suatu formasi maka akan semakin kecil juga
temperatur atau suhu di fromasi tersebut. Maka hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
penjelasan dari rumus sebagi berikut.
3
hubungan temperature dengan resistivitas sangat dekat dan metode arps (1913)
Temperature adalah sifat thermodinamis cairan yang dikarenakan oleh aktivitas dari
molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitasnya maka akan semakin
tinggi pula temperaturnya. Sedangkan semakin kecil aktivitasnya maka akan semakin rendah
pula temperaturnya.
Pada batuan reservoir, pori-pori batuan akan cenderung terisi oleh fluida (umumnya
terisi oleh air formasi yang konduktif). Hal ini menyebabkan batuan tersebut menjadi
elektrolit konduktor dengan nilai resistivitas menengah.
Salah satu parameter yang mempengaruhi resistivitas dari batuan reservoir adalah
volume hidrokarbon yang terkandung dalam pori pori batuan sehingga dapat dijadikan
parameter untuk mengetahui dan menganalisis keberadaan minyak dan gas (Bassiouni, 1994).
Untuk mempelajari log resistivitas, diperlukan pengetahuan mengenai sifat kelistrikan
batuan.
Hubungan resistivitas dengan temperature adalah berbanding terbalik. Hal ini lah
yang melandaskan konversi suatu nilai resistivitas pada suatu titik kedalaman terhadap titik
yang lebih dalam. Prinsip yang digunakan adalah semakin dalam sumur atau semakin dalam
suatu titik, maka temperaturnya juga akan semakin tinggi.
5
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN
(107−28,07)
1. Tf = 28,07 + x 5561 = 200,81
2541
(107−28,07)
2. Tf = 28,07 + x 5561,89 = 200,84
2541
(107−28,07)
3. Tf = 28,07 + x 5562,78 = 200,86
2541
(107−28,07)
4. Tf = 28,07 + x 5563, 67 = 200,9
2541
(107−28,07)
5. Tf = 28,07 + x 5564, 56 = 200,92
2541
(107−28,07)
6. Tf = 28,07 + x 5565,44 = 200,95
2541
(107−28,07)
7. Tf = 28,07 + x 5566,33 = 200,97
2541
(107−28,07)
8. Tf = 28,07 + x 5567,22 = 201
2541
(107−28,07)
9. Tf = 28,07 + x 5568,11 = 201,03
2541
(107−28,07)
10. Tf = 28,07 + x 5569 = 201,06
2541
(28,07+ 6,77)
1. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27408
(458,4833149+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
2. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27404
(458,5451983+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
3. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27400
(458,6070816+6,77)
(28,07+ 6,77)
4. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27397
(458,668965+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
5. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27393
(458,7308483+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
6. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27309
(458,7927317+6,77)
(28,07+ 6,77)
7. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27386
(458,854615+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
8. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27382
(458,9164984+6,77)
(28,07+ 6,77)
9. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27378
(458,9783817+6,77)
(28,07+6,77)
10. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27375
(459,0402651+6,77)
6
(28,07+ 6,77)
1. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30553
(458,4833149+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
2. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30549
(458,5451983+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
3. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30545
(458,6070816+6,77)
(28,07+ 6,77)
4. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30540
(458,668965+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
5. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30537
(458,7308483+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
6. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30532
(458,7927317+6,77)
(28,07+ 6,77)
7. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30528
(458,854615+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
8. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30524
(458,9164984+6,77)
(28,07+ 6,77)
9. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30520
(458,9783817+6,77)
(28,07+6,77)
10. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30516
(459,0402651+6,77)
(28,07+ 6,77)
1. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22241
(458,4833149+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
2. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22238
(458,5451983+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
3. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22235
(458,6070816+6,77)
(28,07+ 6,77)
4. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22232
(458,668965+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
5. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22229
(458,7308483+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
6. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22226
(458,7927317+6,77)
(28,07+ 6,77)
7. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22223
(458,854615+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
8. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22220
(458,9164984+6,77)
(28,07+ 6,77)
9. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22217
(458,9783817+6,77)
(28,07+6,77)
10. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22214
(459,0402651+6,77)
7
BAB V
PEMBAHASAN
Untuk percobaan kali ini praktikan terlebih dahulu menentukan dan membaca
interpretasi zona prospek yang telah diberikan datanya oleh para aslab. Pada percobaan kali
ini Kelompok kami mendapatkan data log sumur B-137 dari data yang telah diberikan
tersebut kami mendapatkan zona prospek yang terletak pada kedalaman 5561 m hingga
kedalaman 5569 m. sepanjang zona ini kita akan membagi sebanyak 10 zona dengan Panjang
interval yang sama
Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul. Masing – masing praktikan
bisa memulai untuk menghitung nilai nilai gradient temperature, temperature formasi,
resistivitas lumpur dalam temperature formasi, dan resistivitas filtrat lumpur dalam
temperature formasi. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menghitung nilai
gradien temperature dikarenakan gradien temperature digunakan untuk menghitung nilai
temperature formasi. Setelah itu baru oraktikan dapat menghitung nilai temperature formasi
sesuai dengan zona yang telah dibagi sebanyak sepuluh zona.
8
temperature) sebesar 107 F, RM sebesar 3,66 OHMM dengan measure at 37, RMF sebesar
4,08 OHMM dengan measure at 23,5, RMC 2,97 OHMM dengan measure 23,17.
Setelah mendapatkan data – data tersebut pertama kali praktikan mencari nilai TF
(Temperature formasi) di setiap kedalaman. TF (Temperature formasi) pada kedalaman 5561
m sebesar 458,4833149 F, TF pada kedalaman 5561,89 m sebesar 458,5451983 F, TF pada
kedalaman 5562,78 m sebesar 458,6070816 F, TF pada kedalaman 5563,67 m sebesar
458,668965 F, TF pada kedalaman 5564,56 m sebesar 458,7308483 F, TF pada kedalaman
5565,44 m sebesar 458,7927317 F, TF pada kedalaman 5566,33 m sebesar 458,854165 F, TF
pada kedalaman 5567,22 m sebesar 458,9164984 F, TF pada kedalaman 5568,11 m sebesar
458,9783817 F, TF pada kedalaman 5569 m sebesar 459,0402651 F. semua nilai -nilai
temperature formasi dalam satuan farenheit
Dari data temperature formasi yang didapat bisa disimpulkan bahwa semakin dalam
kedalamannya maka semakin panas juga suhunya. Hal ini bisa terjadi karena disaat kita
mengebor semakin jauh ata semakin dalam, maka kita akan lebih dekat dengan inti bumi
yang dimana pasti akan semakin panas.
Setelah mendapatkan data TF (Temperature formasi) pada tiap tiap sumur yang kita
lakukan kedua, mencari nilai Rm@TF (resistivitas lumpur pada temperature formasi), pada
kedalaman 5561 m sebesar 0,201447248, pada kedalaman 5561,89 m sebesar 0,201420457,
pada kedalaman 5562,78 m sebesar 0,201393673 , pada kedalaman 5563,67 m sebesar
0,201366897, pada kedalaman 5564,56 m sebesar 0,201340127, pada kedalaman 5565,44 m
sebesar 0,210313365, pada kedalaman 5566,33 m sebesar 0,20128619, pada kedalaman
5567,22 m sebesar 0,201259861, pada kedalaman sebesar 5568,11 m sebesar 0,21023312,
pada kedalaman 5569 m sebesar 0,201206386.
Setelah Rm@TF selesai Langkah ketiga mencari nilai Rmf@TF (resistivitas filtrat
lumpur) pada temperature formasi, pada kedalaman 5561 m sebesar 0,209840884, pada
kedalaman 5561,89 m sebesar 0,209812976, pada kedalaman 5562,78 m sebesar
0,209785076, pada kedalaman 5563,67 m sebesar 0,209757184, pada kedalaman 5564,56 m
sebesar 0,209729299, pada kedalaman 5565,44 m sebesar 0,209701422, pada kedalaman
5566,33 m sebesar 0,209673551, pada kedalaman 5567,22 m sebesar 0,209645689, pada
kedalaman 5568,11 m sebesar 0,209617833, pada kedalaman 5569 m sebesar 0,209589985.
9
5.2 Tugas Internet
Secara harfiah, Bottom Hole Temperatur artinya adalah temperatur dasar lubang
(lubang bor dalam hal ini). BHT adalah proses perekaman nilai temperatur dari formasi-
formasi yang dilewati saat proses pengeboran. Saat proses perekaman nilai temperatur,
nilai yang didapat bukanlah nilai asli dari temperatur formasi tersebut, perlu adanya
koreksi (nanti dibahas dibawah ya :D) , Sebelumnya mari kita mengenal lebih dekat
tentang Gradien geotermal.
Bottom Hole Temperature (BHT), juga dikenal sebagai suhu lubang bawah adalah
suhu lubang sumur yang dihitung atau diukur pada suatu titik penting dalam proses
ekstraksi. Selama interpretasi log, suhu lubang bawah biasanya dicatat sebagai suhu
maksimum selama proses logging. Di lain waktu, ini lebih disukai dilakukan selama
rangkaian proses terakhir dalam proses ekstraksi.
Jadi, dalam dunia kebumian kita pasti mengenal adanya Gradien Geothermal.
Gradien geotermal itu sendiri adalah kenaikan suhu sebagai fungsi kedalaman, nilainya
akan berbeda diseluruh belahan bumi. Juga dikenal sebagai gradien panas bumi, laju
kenaikan suhu per satuan kedalaman di Bumi. Meskipun gradien panas bumi bervariasi
dari satu tempat ke tempat lain, rata-ratanya berkisar antara 25 hingga 30 ° C / km [15 °
F / 1000 kaki]. Gradien suhu terkadang meningkat secara dramatis di sekitar area
vulkanik. Sangat penting bagi insinyur fluida pengeboran untuk mengetahui gradien panas
bumi di suatu area ketika mereka merancang sumur dalam. Suhu lubang bawah dapat
dihitung dengan menambahkan suhu permukaan ke produk kedalaman dan gradien panas
bumi. ini nanti yang mempengaruhi adanya initial temperature dari suatu formasi, Secara
alamiah, batuan yang berada dibawah sedimen yang cukup tebal, akan memiliki
temperatur yang cukup tinggi dibandingkan batuan yang berada di bawah sedimen yang
tipis.
10
Menganalisis tingkat kematangan material organik pembentuk hidrokarbon,
menurut Landes (1967) ada kaitan erat antara gradien termal, kedalaman dan tipe
hidrokarbon yang dihasilkan. Sedangkan menurut Waples (1980) derajat kematangan
hidrokarbon ditentukan oleh temperatur, tekanan dan waktu. Temperatur paling
berpengaruh penting dalam pematangan, tapi waktu adalah faktor lain yang juga vital.
Selain suhu,tekanan dan kedalaman faktor burial depth juga diperhitungkan.
Jika ada aliran fluida (gas) yang masuk ke borehole, biasanya akan ditunjukkan
oleh munculnya anomali temperatur yang juga menurun drastis, kenapa ? sama seperti
diatas mekanismenya
Selain itu, dapat juga digunakan sebagai identifikasi fraktur akibat tekanan air
(hydraulic fractures) yang biasanya ditunjukkan oleh anomali penurunan temperatur
setelah frakturing. Biasanya sih ini dianalisa setelah tahap perforasi, buat ngeliat efek dari
perforasi itu. Hydraulic fracturing adalah proses membuat rekahan atau jalur mengalirnya
fluida reservoir ke lubang sumur dengan menginjeksikan frac fluid dengan tekanan diatas
tekanan rekah formasi tersebut. Formasi yang mengalami perekahan, terus diinjeksikan
menggunakan fluida untuk memperlebar rekahan yang telah terjadi. Rekahan yang terjadi
akan diganjal dengan proppant berupa pasir dengan tujuan agar rekahan tidak akan
menutup kembali
Suhu di lubang bor pada kedalaman total pada saat diukur. Dalam interpretasi log,
Bottom Hole Temperature (BHT) diambil sebagai suhu maksimum yang tercatat selama
proses penebangan atau sebaiknya rangkaian operasi terakhir selama operasi yang sama.
Suhu lubang bawah diukur atau dihitung di tempat tujuan.
Bottom Hole Temperature adalah suhu yang digunakan untuk interpretasi log pada
kedalaman total. Lebih jauh ke atas lubang, suhu yang benar dihitung dengan
mengasumsikan gradien suhu tertentu. Bottom Hole Temperature terletak di antara
temperatur sirkulasi lubang bawah (BHCT) dan temperatur statis lubang bawah (BHST).
11
BAB VI
KESIMPULAN
12
DAFTAR PUSTAKA
1. Bourdet, D. 2002. Well Test Analysis The Use of Advanced Interpretation Model.
Elsevier, Amsterdam.
Universitas Trisakti.
4.https://www.scribd.com/doc/309919857/Penilaian-Formasi/19/09/2020.
5. https://www.academia.edu/8262073/Teori_Dasar_Logging_Geofisika_/26/09/2020
13
LAMPIRAN A
TUGAS INTERNET
14
Bottom Hole Temperature (BHT)
GD = (BHT-ST)/TD
Where-:
GD represents geothermal gradient
BHT represents bottom hole temperature
ST represents surface temperature
TD represents the Total Depth of the borehole.
SUMBER : https://www.petropedia.com/definition/490/bottom-hole-temperature-
bht#:~:text=Bottom%20Hole%20Temperature%20(BHT)%2C,temperature%20during%20a
%20logging%20run.
LAMPIRAN B
HASIL PENGAMATAN
15