Anda di halaman 1dari 24

MUD PROPERTIES

LAPORAN

III

Oleh

Reido Vidaya Mahardika

071001800094

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : REIDO VIDAYA MAHARDIKA


NIM : 071001800094
KELOMPOK : H2
PARTNER : 1. NOVAL FIRDAUS TIRTA R
2. PUTRI DAQUEENTHA A
TGL. PRAKTIKUM : 25 MARET 2021
TGL. PENERIMAAN : 1 APRIL 2021
ASISTEN : 1. KELVIN YONG
2. AMOSPHIN ANGGI PUTRA
3. ALVIONA NABYLA AKBARY
NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(……………) ( REIDO VIDAYA )

Asisten Praktikan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................3
BAB III HASIL PENGAMATAN...........................................................................5
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN...........................................................6
BAB V PEMBAHASAN.........................................................................................8
5.1 Pembahasan Percobaan..................................................................................8
5.2 Tugas Internet...............................................................................................10
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................13
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET.....................................................................14
LAMPIRAN B HASIL PENGAMATAN..............................................................15

i
DAFTAR TABEL
Tabel halaman

A.Mud Properties ..............................................................................................................5

ii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN halaman

A.TUGAS INTERNET....................................................................................................12
B.HASIL PENGAMATAN .............................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada hakekatnya penilaian formasi adalah proses pengumpulan data dari formasi yang
dilakukan secara kontinyu mengenai sifat-sifat serta karakteristik lapisan yang ditembus.
Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoir, memperkirakan
cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan hidrokarbon.

Penilaian formasi adalah salah satu cabang ilmu dari teknik perminyakan yang
mempelajari tentang formasi/batuan dan permasalahan yang berhubungan dengan
keberhasilan dalam penemuan cadangan hidrokarbon. Untuk menangani masalah diatas, perlu
dilakukan beberapa jenis cara antara lain : melakukan pengambilan sampel batuan formasi
(coring), wireline logging, mud log, LWD, dll. Dari beberapa cara tersebut dapat menentukan
parameter-parameter petrofisik dintaranya ketebalan lapisan (h), porositas (Ø), dan saturasi
air (Sw) yang digunakan dalam memperkirakan cadangan hidrokarbon. Dalam penelitian ini,
sumur yang dianalisa sebanyak dua sumur (sumur eksplorasi). Analisa log yang dilakukan
pada sumur ini berupa analisa kualitatif dan kuantitatif.

Parameter yang diperoleh dari hasil interpretasi log pada sumur APR-1 dan APR-2
adalah porositas rata-rata ketebalan lapisan (h), dan saturasi air rata-rata. Porositas rata- rata
pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturut-turut sebesar 31.31% dan 31.33% serta
porositas rata-rata kedua sumur tersebut adalah 31.32%. Saturasi air rata-rata yang
diperhitungkan pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturutan sebesar 52.25% dan 60.43%
serta rata-rata saturasi air dari kedua sumur tersebut sebesar 56.34%. Ketebalan lapisan yang
dimiliki sumur APR-1 sebesar 4.57 meter dan pada sumur APR-2 sebesar 11.58 meter serta
rata-rata ketebalan lapisan kedua sumur sebesar 8.07 meter. Cadangan minyak awal pada
lapangan APR sebesar 12.81 B STB yang dihitung dengan menggunakan metode volumetrik.

Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya energi terpenting di dunia. Industri
minyak dan gas di Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat maju dari tahun ke
tahun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar yang semakin meningkat.
Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar yang merupakan tulang
punggung pembangunan nasional, oleh sebab itu perlu upaya-upaya konkrit untuk terus
meningkatkan devisa negara melalui sektor minyak dan gas bumi tersebut dengan
mengoptimalkan peningkatan produksi dan mengembangkan lapangan- lapangan baru.
Mengingat pentingnya peran minyak dan gas bumi bagi kelangsungan hidup manusia, maka
perlu dilakukan estimasi cadangan hidrokarbon yang akurat pada setiap reservoir yang ada
seperti analisa properti reservoir (porositas, permeabilitas, saturasi, resistivitas, penyebaran
batuan reservoir, dan kandungan hidrokarbon) dengan menggunakan data sumur yang bisa
didapat dengan pekerjaan logging.

1
1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya percobaan Mud Properties ini adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari tentang mud properties lebih lanjut.

2. Untuk mengetahui nilai temperature formasi.

3. Mengetahui perhitungan gradien temperatur.

4. Mengetahui perhitungan resistivitas mud, resistivitas mud filtrate, dan


resistivitas mud cake.
5. Untuk mengetahui nilai Rm@Tf, Rmf@Tf dan Rmc@Tf.

2
BAB II
TEORI DASAR

Resistivitas listrik merupakan salah satu sifat fisik batuan yang paling awal
ditemukan dan paling sering dilakukan pengukuran. Batuan beku, sedimen kering, maupun
metamorf adalah media dengan konduktivitas atau kemampuan menghantarkan listrik yang
buruk. Pada batuan reservoir, pori- pori batuan akan cenderung terisi oleh fluida (umumnya
terisi oleh air formasi yang konduktif).

Hal ini menyebabkan batuan tersebut menjadi elektrolit konduktor dengan nilai
resistivitas menengah. Salah satu parameter yang mempengaruhi resistivitas dari batuan
reservoir adalah volume hidrokarbon yang terkandung dalam pori pori batuan sehingga dapat
dijadikan parameter untuk mengetahui dan menganalisis keberadaan minyak dan gas
(Bassiouni, 1994).

Untuk mempelajari log resistivitas, diperlukan pengetahuan mengenai sifat


kelistrikan batuan.

Resistivitas adalah tahanan jenis listrik dan suatu batuan berpori (butir batuan dan
potensi fluida) yang besarnya dipengaruhi oleh jenis dari batuan (lothologi), porositas dan
jenis fluida pengisi pori. Resistivitas fluida seperti Rw dan Rmf adalah tahanan jenis listrik
fluida pengisi pori batuan yang besarnya dipengaruhi oleh salinitas fluida tersebut. Semakin
besar dari salinitas fluida tersebut maka resistivitynya akan semakin kecil sedangkan bila
semakin kecil dari salinitas fluida tersebut maka resistivitynya semakin besar. Selain itu
resistivitas yang perlu diukur yaitu resistivitas lumpur (Rm), resistivitas mud cake (Rmc).

Rm dan Rmf umumnya digunakan sebagai faktor pengkoneksian pembacaan hasil


rekaman log yang akan di interpretasikan. Resistivitas suatu fluida memiliki suatu hubungan
yang dekat dengan temperaturnya. Suatu formasi memiliki kaitan yang cukup erat dengan
kedalamannya. Semakin dalam suatu formasi maka akan semakin besar pula suhu formasi
tersebut.

Sedangkan. Bila semakin dangkal suatu formasi maka akan semakin kecil juga
temperatur atau suhu di fromasi tersebut. Maka hal ini dapat dijelaskan dengan menggunakan
penjelasan dari rumus sebagi berikut.

3
hubungan temperature dengan resistivitas sangat dekat dan metode arps (1913)

Temperature adalah sifat thermodinamis cairan yang dikarenakan oleh aktivitas dari
molekul dan atom di dalam cairan tersebut. Semakin besar aktivitasnya maka akan semakin
tinggi pula temperaturnya. Sedangkan semakin kecil aktivitasnya maka akan semakin rendah
pula temperaturnya.

Temperature menunjukan kandungan energy panas. Dimana energy panas spesifik


sendiri secara sederhana dapat dialirkan sebagai jumlah dari energy panas yang dibutuhkan
untuk menaikan temperature dari suatu satuan massa fluida sebesar 1°. Temperature reservoir
ini sangatlah bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya, dimana tergantung dari
kedalaman suatu sumur dan gradient temperature ditempat tersebut.

Pada batuan reservoir, pori-pori batuan akan cenderung terisi oleh fluida (umumnya
terisi oleh air formasi yang konduktif). Hal ini menyebabkan batuan tersebut menjadi
elektrolit konduktor dengan nilai resistivitas menengah.

Salah satu parameter yang mempengaruhi resistivitas dari batuan reservoir adalah
volume hidrokarbon yang terkandung dalam pori pori batuan sehingga dapat dijadikan
parameter untuk mengetahui dan menganalisis keberadaan minyak dan gas (Bassiouni, 1994).
Untuk mempelajari log resistivitas, diperlukan pengetahuan mengenai sifat kelistrikan
batuan.

Hubungan resistivitas dengan temperature adalah berbanding terbalik. Hal ini lah
yang melandaskan konversi suatu nilai resistivitas pada suatu titik kedalaman terhadap titik
yang lebih dalam. Prinsip yang digunakan adalah semakin dalam sumur atau semakin dalam
suatu titik, maka temperaturnya juga akan semakin tinggi.

Konversi yang dilakukan pada dasarnya untuk memudahkan pengukuran resistivitas


pada tiap tiap kedalaman yang berbeda tanpa harus melakukan pengukuran secara langsung
menggunakan alat. Resistivitas mudcake pada temperatur formasi, dan resistivitas filtrat
lumpur pada temperatur formasi menggunakan angka penambah 6.77, tetapi jika temperatur
awal dan temperatur formasi yang digunakan dalam derajat celcius maka angka penambah
yang digunakan adalah 21.5. inilah yang membedakan antara derajat Farenhait dan Celcius.
4
BAB III
HASIL PEMBAHASAN

TABEL 3.1 MUD PROPERTIES

5
BAB IV
ANALISA DAN PERHITUNGAN

(107−28,07)
1. Tf = 28,07 + x 5561 = 200,81
2541
(107−28,07)
2. Tf = 28,07 + x 5561,89 = 200,84
2541
(107−28,07)
3. Tf = 28,07 + x 5562,78 = 200,86
2541
(107−28,07)
4. Tf = 28,07 + x 5563, 67 = 200,9
2541
(107−28,07)
5. Tf = 28,07 + x 5564, 56 = 200,92
2541
(107−28,07)
6. Tf = 28,07 + x 5565,44 = 200,95
2541
(107−28,07)
7. Tf = 28,07 + x 5566,33 = 200,97
2541
(107−28,07)
8. Tf = 28,07 + x 5567,22 = 201
2541
(107−28,07)
9. Tf = 28,07 + x 5568,11 = 201,03
2541
(107−28,07)
10. Tf = 28,07 + x 5569 = 201,06
2541

(28,07+ 6,77)
1. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27408
(458,4833149+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
2. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27404
(458,5451983+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
3. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27400
(458,6070816+6,77)
(28,07+ 6,77)
4. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27397
(458,668965+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
5. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27393
(458,7308483+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
6. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27309
(458,7927317+6,77)
(28,07+ 6,77)
7. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27386
(458,854615+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
8. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27382
(458,9164984+6,77)
(28,07+ 6,77)
9. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27378
(458,9783817+6,77)
(28,07+6,77)
10. Rm@Tf = 3,66 x = 0,27375
(459,0402651+6,77)
6

(28,07+ 6,77)
1. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30553
(458,4833149+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
2. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30549
(458,5451983+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
3. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30545
(458,6070816+6,77)
(28,07+ 6,77)
4. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30540
(458,668965+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
5. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30537
(458,7308483+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
6. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30532
(458,7927317+6,77)
(28,07+ 6,77)
7. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30528
(458,854615+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
8. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30524
(458,9164984+6,77)
(28,07+ 6,77)
9. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30520
(458,9783817+6,77)
(28,07+6,77)
10. Rmf@Tf = 4,08 x = 0,30516
(459,0402651+6,77)
(28,07+ 6,77)
1. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22241
(458,4833149+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
2. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22238
(458,5451983+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
3. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22235
(458,6070816+6,77)
(28,07+ 6,77)
4. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22232
(458,668965+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
5. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22229
(458,7308483+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
6. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22226
(458,7927317+6,77)
(28,07+ 6,77)
7. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22223
(458,854615+ 6,77)
(28,07+ 6,77)
8. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22220
(458,9164984+6,77)
(28,07+ 6,77)
9. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22217
(458,9783817+6,77)
(28,07+6,77)
10. Rmc@Tf = 2,97 x = 0,22214
(459,0402651+6,77)

7
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Percobaan

Pada percobaan ke tiga laboratorium penilaian formasi yang berjudul “Mud


Propeties” praktikan akan membahas temperatur formasi. Temperature formasi ini diperlukan
untuk mendapatkan harga resistivity mud filtrat (Rmf), resistivity mud cake (Rmc), dan
resistivity mud (Rm) pada temperatur formasi. Tapi dikarenakan keadaan yang masih belum
kondusif jadi para praktikan melakukan praktek dengan cara diberi video oleh aslab dan
praktikan dapat memahami dari video tersebut

Beberapa parameter yang dibutuhkan untuk menentukan temperatur formasi adalah


kedalaman formasi, temperatur dasar lubang bor (BHT), kedalaman total sumur (TD) dan
temperatur di permukaan (To). Seluruh sifat-sifat lumpur tersebut dihitung pada kedalaman
dan suhu formasi.

Untuk percobaan kali ini praktikan terlebih dahulu menentukan dan membaca
interpretasi zona prospek yang telah diberikan datanya oleh para aslab. Pada percobaan kali
ini Kelompok kami mendapatkan data log sumur B-137 dari data yang telah diberikan
tersebut kami mendapatkan zona prospek yang terletak pada kedalaman 5561 m hingga
kedalaman 5569 m. sepanjang zona ini kita akan membagi sebanyak 10 zona dengan Panjang
interval yang sama

Kemudian membagi kedalaman zona tersebut menjadi 10 kedalaman. Zona pertama


dengan kedalaman 5561 m, zona kedua dengan kedalaman 5561,89 m, zona ketiga dengan
kedalaman 5562,78 m, zona keempat dengan kedalaman 5563,67 m, zona kelima dengan
kedalaman 5564,56 m, zona keenam dengan kedalaman 5565,44 m, zona ketujuh dengan
kedalaman 5566,33 m, zona kedelapan dengan kedalaman 5567,22 m, zona kesembilan
dengan kedalaman 5568,11 m, dan zona yang terakhir dengan kedalaman 5569 m.

Setelah semua data yang dibutuhkan telah terkumpul. Masing – masing praktikan
bisa memulai untuk menghitung nilai nilai gradient temperature, temperature formasi,
resistivitas lumpur dalam temperature formasi, dan resistivitas filtrat lumpur dalam
temperature formasi. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah dengan menghitung nilai
gradien temperature dikarenakan gradien temperature digunakan untuk menghitung nilai
temperature formasi. Setelah itu baru oraktikan dapat menghitung nilai temperature formasi
sesuai dengan zona yang telah dibagi sebanyak sepuluh zona.

Selanjutnya, mencari nilai TF (Temperatur Formasi) , Rm@TF (resistivitas lumpur


pada temperature formasi), Rmf@TF (resistivitas filtrat lumpur pada temperature formasi),
dan Rmc@TF (resistivitas mudcake pada temperature formasi) dari data berikut TD atau total
deepth sebesar 5569 m, To atau temperature surface sebesar 28,06666667 F, BHT (bore hole

8
temperature) sebesar 107 F, RM sebesar 3,66 OHMM dengan measure at 37, RMF sebesar
4,08 OHMM dengan measure at 23,5, RMC 2,97 OHMM dengan measure 23,17.

Setelah mendapatkan data – data tersebut pertama kali praktikan mencari nilai TF
(Temperature formasi) di setiap kedalaman. TF (Temperature formasi) pada kedalaman 5561
m sebesar 458,4833149 F, TF pada kedalaman 5561,89 m sebesar 458,5451983 F, TF pada
kedalaman 5562,78 m sebesar 458,6070816 F, TF pada kedalaman 5563,67 m sebesar
458,668965 F, TF pada kedalaman 5564,56 m sebesar 458,7308483 F, TF pada kedalaman
5565,44 m sebesar 458,7927317 F, TF pada kedalaman 5566,33 m sebesar 458,854165 F, TF
pada kedalaman 5567,22 m sebesar 458,9164984 F, TF pada kedalaman 5568,11 m sebesar
458,9783817 F, TF pada kedalaman 5569 m sebesar 459,0402651 F. semua nilai -nilai
temperature formasi dalam satuan farenheit

Dari data temperature formasi yang didapat bisa disimpulkan bahwa semakin dalam
kedalamannya maka semakin panas juga suhunya. Hal ini bisa terjadi karena disaat kita
mengebor semakin jauh ata semakin dalam, maka kita akan lebih dekat dengan inti bumi
yang dimana pasti akan semakin panas.

Setelah mendapatkan data TF (Temperature formasi) pada tiap tiap sumur yang kita
lakukan kedua, mencari nilai Rm@TF (resistivitas lumpur pada temperature formasi), pada
kedalaman 5561 m sebesar 0,201447248, pada kedalaman 5561,89 m sebesar 0,201420457,
pada kedalaman 5562,78 m sebesar 0,201393673 , pada kedalaman 5563,67 m sebesar
0,201366897, pada kedalaman 5564,56 m sebesar 0,201340127, pada kedalaman 5565,44 m
sebesar 0,210313365, pada kedalaman 5566,33 m sebesar 0,20128619, pada kedalaman
5567,22 m sebesar 0,201259861, pada kedalaman sebesar 5568,11 m sebesar 0,21023312,
pada kedalaman 5569 m sebesar 0,201206386.

Setelah Rm@TF selesai Langkah ketiga mencari nilai Rmf@TF (resistivitas filtrat
lumpur) pada temperature formasi, pada kedalaman 5561 m sebesar 0,209840884, pada
kedalaman 5561,89 m sebesar 0,209812976, pada kedalaman 5562,78 m sebesar
0,209785076, pada kedalaman 5563,67 m sebesar 0,209757184, pada kedalaman 5564,56 m
sebesar 0,209729299, pada kedalaman 5565,44 m sebesar 0,209701422, pada kedalaman
5566,33 m sebesar 0,209673551, pada kedalaman 5567,22 m sebesar 0,209645689, pada
kedalaman 5568,11 m sebesar 0,209617833, pada kedalaman 5569 m sebesar 0,209589985.

Langkah Terakhir mencari nilai Rmc@TF (resistivitas mudcake pada temperature


formasi), pada kedalaman 5561 m sebesar 0,204804702, pada kedalaman 5561,89 m sebesar
0,204777465, pada kedalaman 5562,78 m sebesar 0,204750235, pada kedalaman 5563,67 m
sebesar 0,204723012, pada kedalaman 5564,56 m sebesar 0,204695796, pada kedalaman
5565,44 m sebesar 0,204668587, pada kedalaman 5566,33 m sebesar 0,204641386, pada
kedalaman 5567,22 m sebesar 0,204614192, pada kedalaman 5568,11 m sebesar
0,204587005, pada kedalaman 5569 m sebesar 0,204559826.

9
5.2 Tugas Internet

Bottom Hole Temperature

Secara harfiah, Bottom Hole Temperatur artinya adalah temperatur dasar lubang
(lubang bor dalam hal ini). BHT adalah proses perekaman nilai temperatur dari formasi-
formasi yang dilewati saat proses pengeboran. Saat proses perekaman nilai temperatur,
nilai yang didapat bukanlah nilai asli dari temperatur formasi tersebut, perlu adanya
koreksi (nanti dibahas dibawah ya :D) , Sebelumnya mari kita mengenal lebih dekat
tentang Gradien geotermal. 

Bottom Hole Temperature (BHT), juga dikenal sebagai suhu lubang bawah adalah
suhu lubang sumur yang dihitung atau diukur pada suatu titik penting dalam proses
ekstraksi. Selama interpretasi log, suhu lubang bawah biasanya dicatat sebagai suhu
maksimum selama proses logging. Di lain waktu, ini lebih disukai dilakukan selama
rangkaian proses terakhir dalam proses ekstraksi.

Jadi, dalam dunia kebumian kita pasti mengenal adanya Gradien Geothermal.
Gradien geotermal itu sendiri adalah kenaikan suhu sebagai fungsi kedalaman, nilainya
akan berbeda diseluruh belahan bumi. Juga dikenal sebagai gradien panas bumi, laju
kenaikan suhu per satuan kedalaman di Bumi. Meskipun gradien panas bumi bervariasi
dari satu tempat ke tempat lain, rata-ratanya berkisar antara 25 hingga 30 ° C / km [15 °
F / 1000 kaki]. Gradien suhu terkadang meningkat secara dramatis di sekitar area
vulkanik. Sangat penting bagi insinyur fluida pengeboran untuk mengetahui gradien panas
bumi di suatu area ketika mereka merancang sumur dalam. Suhu lubang bawah dapat
dihitung dengan menambahkan suhu permukaan ke produk kedalaman dan gradien panas
bumi. ini nanti yang mempengaruhi adanya initial temperature dari suatu formasi, Secara
alamiah, batuan yang berada dibawah sedimen yang cukup tebal, akan memiliki
temperatur yang cukup tinggi dibandingkan batuan yang berada di bawah sedimen yang
tipis.

Secara sederhana, Gradien geotermal dirumuskan sebagai (Rider, 2008) :

Dimana : T surface = adalah rata-rata suhu di permukaan dimana untuk iklim


tertentu nilainya akan berbeda. Iklim tropis (25 derajat celcius), iklim subtropis/temperate
zones (15 derajat celcius), permafrost zones (-5 derajat celcius) dan di zona dingin (5
derajat celcius). Gradien geotermal juga dipengaruhi oleh nilai konduktifitas termal dari
formasinya. sehingga, saat nilai konduktifitas termal tinggi, otomatis aliran panas akan
cepat dihantarkan dan gradien geotermal di formasi tersebut akan bernilai tinggi. BHT log
memiliki banyak kegunaannya diantaranya sebagai berikut.

10
Menganalisis tingkat kematangan material organik pembentuk hidrokarbon,
menurut Landes (1967) ada kaitan erat antara gradien termal, kedalaman dan tipe
hidrokarbon yang dihasilkan. Sedangkan menurut Waples (1980) derajat kematangan
hidrokarbon ditentukan oleh temperatur, tekanan dan waktu. Temperatur paling
berpengaruh penting dalam pematangan, tapi waktu adalah faktor lain yang juga vital.
Selain suhu,tekanan dan kedalaman faktor burial depth juga diperhitungkan.

Mengidentifikasi area over pressure. Jika borehole masuk ke overpressure shale,


biasanya akan ditemui anomali kenaikan temperatur yang cukup tajam. Kok bisa ? karena
adanya air formasi yang masuk dari overpressure shale ke borehole sehingga perbedaan
suhu yang tercatat akan turun (lebih dingin) dari area disekitarnya.

Jika ada aliran fluida (gas) yang masuk ke borehole, biasanya akan ditunjukkan
oleh munculnya anomali temperatur yang juga menurun drastis, kenapa ? sama seperti
diatas mekanismenya

Selain itu, dapat juga digunakan sebagai identifikasi fraktur akibat tekanan air
(hydraulic fractures) yang biasanya ditunjukkan oleh anomali penurunan temperatur
setelah frakturing. Biasanya sih ini dianalisa setelah tahap perforasi, buat ngeliat efek dari
perforasi itu. Hydraulic fracturing adalah proses membuat rekahan atau jalur mengalirnya
fluida reservoir ke lubang sumur dengan menginjeksikan frac fluid dengan tekanan diatas
tekanan rekah formasi tersebut. Formasi yang mengalami perekahan, terus diinjeksikan
menggunakan fluida untuk memperlebar rekahan yang telah terjadi. Rekahan yang terjadi
akan diganjal dengan proppant berupa pasir dengan tujuan agar rekahan tidak akan
menutup kembali

Environmental correction, apa itu ? maksudnya adalah koreksi temperatur


dibutuhkan saat sumur bor akan di logging dengan tipe induksi (indutced logging) seperti
log resistivitas. Log resistivitas sendiri merupakan suatu log yang digunakan untuk
merekam sifat kelistrikan fluida. Keberadaan hidrokarbon akan menunjukkan resistivitas
yang besar, sedangkan untuk kandungan air akan menunjukkan resisistivitas yang kecil.
Kandungan fluida yang ada juga menunjukkan besaran porositas yang dimiliki batuan
tersebut.

Suhu di lubang bor pada kedalaman total pada saat diukur. Dalam interpretasi log,
Bottom Hole Temperature (BHT) diambil sebagai suhu maksimum yang tercatat selama
proses penebangan atau sebaiknya rangkaian operasi terakhir selama operasi yang sama.
Suhu lubang bawah diukur atau dihitung di tempat tujuan.

Bottom Hole Temperature adalah suhu yang digunakan untuk interpretasi log pada
kedalaman total. Lebih jauh ke atas lubang, suhu yang benar dihitung dengan
mengasumsikan gradien suhu tertentu. Bottom Hole Temperature terletak di antara
temperatur sirkulasi lubang bawah (BHCT) dan temperatur statis lubang bawah (BHST).

11
BAB VI

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat pada percobaan mud properties adalah sebagai

1. TF pada kedalaman 5561 m sebesar 458,4833149 F

2. Rmf@TF pada kedalaman 5561 m sebesar 0,209840884

3. Rm@TF pada kedalaman 5561 m sebesar 0,201447248

4. Rmc@TF pada kedalaman 5561 m sebesar 0,204804702

5. TF pada kedalaman 5569 m sebesar 459,0402651 F

12
DAFTAR PUSTAKA

1. Bourdet, D. 2002. Well Test Analysis The Use of Advanced Interpretation Model.
Elsevier, Amsterdam.

2. Nugrahanti, Asri. 2011. Penilaian Formasi. Bogor : Cetakan Media Utama

3.Sitoresmi, Ratnayu. 2016. Diktat Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi. Jakarta:

Universitas Trisakti.

4.https://www.scribd.com/doc/309919857/Penilaian-Formasi/19/09/2020.

5. https://www.academia.edu/8262073/Teori_Dasar_Logging_Geofisika_/26/09/2020

13
LAMPIRAN A
TUGAS INTERNET

14
Bottom Hole Temperature (BHT)

Bottom Hole Temperature (BHT), also known as downhole temperature is the


temperature of a wellbore calculated or measured at a point of interest in the
extraction process. During log interpretation, bottom hole temperature is usually
recorded as the maximum temperature during a logging run. At other times it is
preferably conducted during the last of series of runs in the extraction process.
Bottom hole temperature is mainly used in the interpretation of logs. When measuring
the bottom hole temperature of a wellbore, the correct temperature is usually
calculated by assuming a certain temperature gradient. The BHT lies between the
bottom hole circulating temperature (BHCT) and the bottom hole static temperature
(BHST).
In order to calculate the borehole temperature the following formula has to be used:

GD = (BHT-ST)/TD

Where-:
GD represents geothermal gradient
BHT represents bottom hole temperature
ST represents surface temperature
TD represents the Total Depth of the borehole.

SUMBER : https://www.petropedia.com/definition/490/bottom-hole-temperature-
bht#:~:text=Bottom%20Hole%20Temperature%20(BHT)%2C,temperature%20during%20a
%20logging%20run.
LAMPIRAN B
HASIL PENGAMATAN

15

Anda mungkin juga menyukai