Anda di halaman 1dari 40

KATA PENGANTAR

Penuntun Praktikum analisa air formasi dimaksudkan untuk melengkapi


kebutuhan para mahasiswa dalam melakukan percobaan-percobaan di laboratorium
Analisa Fluida Reservoir khususnya untuk pengujian terhadap analisa air formasi.

Pada setiap percobaan diberikan sedikit teori, agar mahasiswa mengerti


maksud dari percobaan yang akan dilakukan. Dengan mempelajari mengenai sifat
fisika maupun sifat kimia terhadap air formasi maupun air yang digunakan pada
water flooding , diharapkan mahasiswa dapat memahami langkah yang dapat
diambil dalam menghadapi permasalahan yang timbul. Seperti menghindari
terjadinya plugging pada formasi pipa-pipa dan alat permukaan, mencegah
terjadinya korosi pada alat-alat bawah permukaan, dan untuk menghindari adanya
pengecilan permeabilitas yang disebabkan perkembangan mineral clay.

Kami menyadari bahwa buku ini masih banyak kekurangan, untuk itu kami
mengharapkan saran-saran dari rekan-rekan dan pembaca lainnya. Mudah-mudahan
buku penuntun praktikum analisa air formasi ini dapat membantu mahasiswa dalam
melakukan percobaan di laboratorium. Namun demikian untuk kepentingan
mahasiswa sendiri maka diharapkan mahasiswa menambah bacaan dari literatur
lainnya.

Jakarta, September 2016


Staff. Lab. Analisa FLuida Reservoir

1
DAFTAR ISI

KATA
i
PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR
ii
ISI.................................................................................................................
TATA
iii
TERTIB.............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................................... 1
...
BAB II
CARA PENGAMBILAN 4
CONTOH...........................................................................
2.1.Pengambilan Contoh Dibawah
4
Permukaan...................................................
2.2.Pengambilan Contoh Diatas
4
Permukaan......................................................
BAB III
ANALISA MINYAK &GAS BESERTA 8
PRODUKNYA..........................................
3.1.Penentuan Densitas,Specific Gravity Dan API
8
Gravity................................
3.2 Penentuan Viskositas Minyak Mentah & 1
Produknya.................................... 2
3.3. Penentuan Flash Point (titik nyala) dan Fire Point (titik api)..................... 2
0
3.4. Penentuan Cloud Point (titik kabut) dan Pour Point (titik tuang)............... 2
1
3.5. Penentuan Smoke Point (titik asap) Produk Minyak Mentah...................... 2
3

2
BAB IV
2
ANALISA GAS BUMI /GAS
6
ALAM.........................................................................
4.1. Penentuan 2
Densitas....................................................................................... 7
4.2. Penentuan Komposisi dan Konsentrasi Gas 2
Alam....................................... 9
DAFTAR 3
PUSTAKA................................................................................................... 4
LAMPIRAN................................................................................................................ 3
.. 5

3
TATA TERBIB PRAKTIKUM

Tata tertib yang harus dipatuhi oleh praktikan dibagi menjadi beberapa
bagian yaitu tata tertib sebelum, selama , dan sesudah praktikum. Berikut
penjabarannya :

A . Tata Tertib Sebelum Praktikum


1. Praktikan harus sudah menyelesaikan urusan administrasi Laboratorium
sebelum praktikum dimulai.
2. Praktikan harus menyiapkan & membawa perlengkapan yang diperlukan
antara lain : Jas praktikum.
Kartu praktikum.
Laporan acara praktikum sebelumnya.
Masker dan sarung tangan apabila diperlukan.
Lap (serbet), korek api, dan lain-lain yang diperlukan.
3. Praktikan harus sudah berada di Laboratorium tepat waktu sesuai jadwal
yang telah ditetapkan, bagi praktikan yang terlambat 30 menit tidak
diperkenankan mengikuti praktikum.
4. Praktikan harus mengisi/ menandatangani daftar hadir , yang tidak
mengisi/menandatangani dianggap tidak hadir.
5. Selama di Laboratorium praktikan wajib :
- Mentaati petunjuk asisten.
- Memakai Jas Lab/Jas Praktikum.
- Tidak diperkenankan memakai kaos oblong.
- Menggunakan sepatu tertutup.
- Dilarang merokok, makan, dan minum.
- Bekerja dengan hati-hati, teliti, dan rapi
- Menjaga kebersihan, ketertiban,dan keamanan Laboratorium.

4
- Tidak diperkenankan memakai SANDAL selama kegiatan praktikum
/ di ruangan Laboratorium.
6. Sebelum praktikum ada kuis dengan materi bahan praktikumkan yang
akan dilakukan hari itu.

B. Tata Tertib Selama Praktikum


1. Sebelum mulai praktikum setiap kelompok wajib menandatangani blangko
peminjaman alat. Peralatan yang dipinjam menjadi tanggung jawab masing-
masing group. Bila ada kerusakan sebelum dipinjam harus dilaporkan kepada
petugas laboratorium dan ditanda tangani (diketahui). Bila kerusakan terjadi
selama digunakan maka praktikan/group wajib mengganti sesuai dengan
merek & spesifikasinya.
2. Setelah prosedur peminjaman alat selesai maka praktikan bisa mulai
percobaannya dengan tertib & tenang.
3. Setelah selesai praktikum/percobaan maka praktikan wajib melaporkan dan
minta persetujuan (ACC) hasil praktikum/percobaannya kepada asisten .
4. Setelah peralatan selesai digunakan harus dibersihkan dan dikembalikan
kepada petugas . Praktikan tidak dibenarkan meninggalkan laboratorium
sebelum blangko peminjaman alat ditandatangani petugas.
5. Praktikan yang tidak hadir 2 kali berturut-turut dinyatakan gugur dan wajib
mengikuti praktikum semester berikutnya.

C. Tata Tertib sesudah Praktikum


1. Setiap mahasiswa / praktikan wajib membuat laporan tertulis dengan format
yang telah ditentukan tentang hasil praktikum yang telah dilakukan. Laporan
dikumpulkan/diserahkan pada acara praktikum berikutnya.
2. Setelah berakhir semua acara praktikum, semua praktikan wajib mengikuti
Ujian Akhir (tertulis). Untuk praktikan yang memperoleh nilai D, E diberi
kesempatan Ujian Ulangan dan bila nilai tetap D atau E maka yang
5
bersangkutan wajib mengulang semua acara praktikum pada semester
berikutnya.
3. Bagi mahasiswa yang dinyatakan gugur karena tidak hadir 2 x berturut-turut
atau sanksi pelanggaran yang lain yang menyebabkan gugur maka yang
bersangkutan wajib mengulang semua acara pada semester berikutnya.

6
BAB I
PENDAHULUAN

Praktikum Analisa Air Formasi sangat penting dalam pengelolaan suatu


reservoir migas karena adanya air yang ikut terproduksi tidak dapat dihindarkan.
Adanya air dalam fluida produksi akan dapat menimbulkan masalah yang serius
yang akan sangat merugikan misalnya : Emulsi, Scale, Korosi dan lain sebagainya.

1.1. Latar Belakang Teori.


Air formasi adalah air yang terletak pada kedalaman lebih dari 1000 m dan
biasanya terdapat dibawah zone minyak. Air formasi ini berfungsi sebagai tenaga
pendorong yang akan mendorong minyak mengalir keatas melalui lubang bor.
Seperti diketahui bahwa minyak dapat mengalir keatas, karena adanya
perbedaan tekanan antara tekanan reservoir dengan tekanan dasar sumur. Tekanan
reservoir ini akan menurun bersama waktu produksi sehingga suatu saat beda
tekanan tersebut tidak mampu mendorong sampai kepermukaan sehingga
diperlukan tenaga pembantu yang dalam hal ini dapat berupa gas (gas lift) atau
pompa. Suatu saat apabila tekanannya sama besar, maka minyak tidak dapat
mengalir lagi walau hanya sampai dasar sumur walau jumlah minyak masih cukup
banyak tertinggal dalam reservoir berakhirlah tahap yang dikenal sebagai tahap
Primary Recovery. Untuk dapat mengambil sisa minyak tersebut dilakukan injeksi
air (water flooding), tahap ini dikenal dengan tahap Secondary Recovery.
Untuk dapat menginjeksikan air ke dalam formasi/reservoir maka perlu
dilakukan analisa air agar tidak terjadi masalah yang pada akhirnya merugikan dan
menggagalkan proses water flooding tersebut. Air yang tidak cocok (incompactible
water) akan mengakibatkan scale, air yang bersalinitas tinggi atau mengandung gas
asam akan mengakibatkan korosi. Sedang air tawar (salinitas rendah) bila
bersinggungan dengan jenis clay tertentu akan mengakibatkan pembengkakan clay.
7
1.2 Fungsi Analisa Air
Dengan dilakukan pengujian laboratorium mengenai sifat fisika maupun sifat
kimia terhadap air formasi maupun air penginjeksian sebelum operasi water
flooding dilakukan, dapat menghindari terjadinya plugging pada formasi pipa-pipa
dan alat permukaan, mencegah terjadinya korosi pada alat-alat bawah permukaan,
dan untuk menghindari adanya pengecilan permeabilitas yang disebabkan
perkembangan mineral clay.
Kegunaan lainnya analisa air formasi adalah untuk mengetahui kerusakan
pada semen atau casing. Hal ini dapat diketahui bila terjadi kenaikan produksi air
pada sumur produksi, kemungkinan besar air masuk melalui lubang casing atau
melalui dinding semen, atau dapat juga diakibatkan oleh adanya patahan maupun
gerakan fluida diantara dua reservoir yang berhubungan. Juga dari hasil analisa air
pada beberapa sumur suatu reservoir, dapat diketahui sifat air formasinya, maupun
batas daerah oil water content, dengan cara membandingkan sifat air formasi suatu
sumur dengan sumur lainnya. Pada pengukuran Rw air dengan cara electriclog,
harga Rw yang diperoleh perlu dikorelasikan dengan harga Rw yang diukur di
laboratorium, untuk menetapkan harga Rw yang mendekati keadaan sebenarnya.
Disini hasil pengukuran Rw dilaboratorium digunakan sebagai pembanding.

1.3 Sifat Kimia dan Fisika Air


Apabila ditinjau pengujian terhadap analisa air dapat dibagi menjadi dua
jenis pengujian sebagai berikut:
 Fisika
Parameter untuk pengujian fisika dilihat dari sifat-sifat fisik yang
dimiliki air tersebut antara lain Warna, Bau, Rasa, Suhu, Densitas,
Specific Gravity, dan Total Padatan Tersuspensi. Padatan yang
tersuspensi ini dapat berupa sulfida, besi, oksida besi, senyawa
karbonat, sulfat, pasir, parafin dan zat organik lainnya, temperatur
8
dan pertumbuhan bakteri, adanya padatan yang tersuspensi akan
menghalangi pemisahan minyak dari air formasi.

 Kimia
Berdasarkan pendekatan secara kimia, pengujian kualitas air
dapt ditinjau dari beberapa parameter berdasarkan sifat kimiawinya
antara lain: pH, Alkalinity, kandungan ion-ion, dan kandungan zat
organik.
pH (Derajat Keasaman)
pH merupakan besaran yang sangat penting untuk menentukan
kelarutan scale. Bila pH makin tinggi kecenderungan pembentukan
scale bertambah dan bila pH makin kecil kecenderungan
pembentukan scale berkurang, tetapi korosifitinya bertambah.
Kebanyakan air dilapangan minyak mempunyai pH antara 4 s/d 8.
H2S dan CO2 adalah gas gas yang bersifat asam dan cenderung
untuk menurunkan pH air karena gas tersebut dapat larut dalam air
sampai tingkat tertentu.
Alkalinity : CO3-2 dan HCO3- (Karbonat dan Bikarbonat)
Ion-ion ini bereaksi dengan ion Kalsium atapun ion Barium
akan membentuk scale. Konsentrasi ion Karbonat dapat dinyatakan
dengan Phenolphetalin Alkalinity (PA), dan konsentrasi ion
Bikarbonat dengan methyl orange alkalinity (MA)
Kandungan Ion-Ion
Air yang ada dalam formasi akan melarutkan komponen-
komponen batuan yang akan menjadi penyusun utama air formasi.
Beberapa ion yang terdapat pada air formasi dan dapat menyebabkan
plugging atau korosi adalah : Ca+2, Fe+3, Cl -, HCO3-, Mg +2, Na+, CO3-
2
, SO4-2, Bakteri, dan O2 yang terlarut. Selain ion-ion tersebut sifat
fisik air formasi juga perlu dianalisa untuk keperluan pengelolaan
9
lapangan antara lain : densitas, Spesifik gravity, kandungan organik
maupun padatan yang terlarut. Ion-ion yang terkandung dalam air
formasi antara lain :
Ca +2 (Kalsium)
Ion Kalsium merupakaan ion penyusun yang terbanyak
didalam air formasi (kira-kira 30.000 ppm). Ion kalsium bila bereaksi
dengan ion karbonat atau sulfat membentuk scale atau padatan yang
tersuspensi. Pembentukan scale yang dipengaruhi oleh adanya CO2.
Jika konsetrasi CO2 dalam sistim naik, air akan lebih bersifat asam
dan PH makin kecil, akibatnya CaCO3 sedikit yang mengendap Suhu
juga akan mempengaruhi pembentukan scale CaCO3. Makin tinggi
suhu kecenderungan pembentukan scale CaCO3 makin meningkat.
Mg+2 (Magnesium)
Masalah yang ditimbulkan ion Magnesium sama dengan ion
Kalsium, yang apabila bergabung dengan Karbonat maupun Sulfat
akan membentuk scale. Tetapi karena konsentrasinya lebih kecil,
maka pembentukan scalenya juga tidak sebesar ion Kalsium.
Fe+2 / Fe+3 (Besi)
Air formasi secara normal mengandung beberapa ppm besi
alam. Adanya besi yang cukup banyak dapat dijadikan indikasi
terjadinya korosi.
Na+ (Natrium)
Ion Natrium sangat banyak terdapat dalam air asin sebagai
natrium clorida.

Cl - (Klorida)
Ion Clorida biasanya merupakan anion yang banyak terdapat
dalam air formasi sebagai senyawa NaCl yang menyebabkan sifat
korosifitas air meningkat.
10
SO4-2 (Sulfat)
Ion Sulfat jika bereaksi dengan ion Kalsium ataupun ion Barium

akan membentuk scale.

1. 4. Pengambilan Contoh air


Yang pertama kali dilakukan untuk analisa air adalah mengambil Contoh air
dan menentukan komposisinya. Contoh air yang diambil harus mewakili air dalam
sistem. Untuk mengambil contoh air digunakan botol plastik yang bersih dan
berukuran 1 pint (0,568 liter). Setelah botol diisi dengan contoh air, tutup botolnya
dan pasang labelnya. Jika contoh air digunakan untuk analisa oil content atau untuk
menentukan konsentrasi zat organik, gunakan botol gelas (karena minyak dari zat
organik yang lain akan melekat pada dinding botol plastik atau diabsorbsi oleh
botol).
Pada pembekuan jangan digunakan tutup dari logam, karena air mengkorosi
logam dan contoh air akan terkontaminasi. Untuk mengambil contoh air dapat
digunakan valve, dan ujung pipa plastik dihubungkan dengan ujung valve, buka
valve dan biarkan air keluar selama 1 menit perhatikan apakah warna air berubah
atau tidak. Jika berubah, tunggu sampai warnanya tetap karena mungkin ada
endapan kotoran di valve atau didasar pipa yang harus dibuang. Setelah beberapa
waktu aliran air yang keluar warnanya tetap, dan dapat dianggap aliran air sudah
mewakili sistim, untuk seterusnya dilakukan prosedur sebagai berikut :

a). Analisa Rutin


Bilas botol 3 kali, kemudian masukkan ujung pipa ke botol dan biarkan air di

botol meluap sampai kira-kira 10 kali volum botol. Pelan-pelan cabut pipa dan cepat

tutup botol untuk mengurangi kontaminasi oksigen dan berkurangnya konsentrasi

gas yang terlarut.

11
b). Untuk Analisa minyak.
Bilas botolnya atau diuapkan airnya seperti pada analisa rutin, tetapi gunakan

botol plastik, isi dengan air, kemudian tutup cepat-cepat karena minyak akan melekat

pada dinding botol dan minyak akan terpisah dari air, jika pengisian lebih dari sekali

sehingga kadar minyak yang ada dalam botol akan lebih tinggi dari yang sebenarnya.

Jika contoh air sudah ditutup, pasang label pada botol tersebut.

1. 5 . Analisa Kuantitatif
Analisa Kuantitatif adalah analisa yang digunakan untuk menentukan berapa
banyak jumlah ion-ion yang ada dalam contoh air yang diperiksa. Ada beberapa
metode yang digunakan untuk menganalisa air diantaranya : Titrasi, Gravimetri, dan
Fotometri

 Titrasi
Titrasi adalah metode yang sederhana untuk menentukan jumlah zat
yang tidak diketahui dengan cara mereaksikannya dengan larutan standart
yang telah diketahui normaliternya. Untuk menentukan titik akhir suatu
reaksi digunakan indikator yang pada titik akhir warnanya akan berubah.
Contohnya pada percobaan penetapan kadar ion Cl- digunakan sebagai
indikator yaitu K2CrO4.

 Gravimetri
Gravimetri adalah penentuan kuantitatif suatu zat dengan cara
pengendapan yang dilanjutkan dengan isolasi dan penimbangan endapan,
dinamakan analisa grafimetri.

12
Agar suatu analisa gravimetri dapat memberikan hasil yang baik,
maka harus dipenuhi beberapa syarat antara lain :
1. Endapan yang terjadi harus murni, tidak mengandung pengotoran oleh
zat-zat dalam larutan asalnya.
2. Endapan tersebut harus merupakan suatu senyawa yang rumusnya
diketahui dengan pasti.
3. Kelarutan endapan yang terjadi harus sedemikian, jadi untuk
memperoleh endapan yang murni dengan ukuran partikel yang cukup
besar, sehingga mudah disaring dan dicuci. Maka kecepatan
pembentukan endapan harus sebanding dengan harga Q - S/S.
dimana : Q = Konsentarsi zat yang akan mengendap
S = Kelarutan dari endapan
Q - S/S = Kelewat jenuhan relatif pada saat endapan
mulai terjadi.
Ternyata bahwa : semakin besar harga Q–S/S makin banyak inti
kristal yang terjadi, akibatnya ukuran partikel semakin halus, semakin
kecil harga Q - S/S kecepatan endapan makin lambat sehingga
kontaminasi dari zat-zat asing makin sedikit, dan ukuran partikel akan
bertambah besar. Jadi untuk memperoleh hablur-hablur yang besar
dan lebih murni maka Q - S/S harus sekecil mungkin.
Oleh karena itu pengendapan harus dilakukan :
1. Dalam larutan panas, karena kelarutan menjadi lebih besar pada suhu
lebih tinggi.
2. Dalam larutan encer dengan cara menambahkan pereaksi sedikit demi
sedikit.
3. Dengan suatu reagen yang ditambahkan untuk memperbesar kelarutan
endapan.
4. Dengan proses “Disgestion” atau “aging” yaitu suatu proses dimana
endapan yang terbentuk dibiarkan dalam larutan untuk beberapa lama
13
(1 - 2 jam atau 12 - 24 jam) pada suhu diatas temperatur kamar (60 -
80o C).
Tujuannya adalah Agar partikel-partikel yang kecil dapat larut
kembali dan kemudian melekat pada hablur yang lebih besar sehingga
terjadinya absorpsi dan oklusi dapat diperkecil. Agar bentuk kristal menjadi
lebih teratur dan sempurna.
Kontaminasi pada endapan. Endapan yang terjadi pada larutan tidak
selalu murni dapat mengandung zat-zat pengotor, tergantung pada sifat
endapan dan kondisi pada saat terjadinya endapan tersebut. Pengotoran
(kontaminasi) ini dapat terjadi dengan proses:
a. Absorbsi pada permukaan kristal yang berada dalam larutan.
Jumlah zat yang terabsorpsi bertambah banyak bila luas
permukaan bertambah besar.
b. Oklusi bila zat-zat asing masuk kedalam kristal pada proses
pertumbuhan kristal.
c. Postprepitasi terjadinya endapan kedua pada permukaan endapan
pertama.
Pada umumnya endapan dikotori oleh zat-zat yang mudah larut, oleh
sebab itu endapan harus dicuci dan disaring kemudian dikeringkan untuk
menghilangkan zat pengotor tersebut. Syarat-syarat air pencuci yang
digunakan harus :
a. Dapat melarutkan zat pengotor tetapi tidak melarutkan endapan.
b. Dapat menyebabkan pertukaran ion-ion yang terabsorbsi akan
diganti oleh ion-ion yang pada pemanasan dapat menguap.
c. Dapat mencegah terjadinya deptisasi pada waktu pencucian
endapan.
d. Air pencuci yang digunakan hendaknya mengandung ion sejenis
sehingga dapat memperkecil kelarutan endapan.

14
e. Penambahan larutan pencuci sebaiknya sesedikit mungkin,
sehingga lebih baik dicuci beberapa kali dengan 5 ml daripada
sekaligus 25 ml larutan pencuci.
Endapan yang telah dicuci disaring dengan kertas saring bebas abu
kemudian dikeringkan dengan tujuan :
a. Menghilangkan air dari endapan
b. Menguatkan larutan pencuci terabsorbsi
c. Menghilangkan zat pengotor yang mudah menguap.
Pada percobaan nanti untuk pemeriksaan SO4. Ion Ba diendapkan sebagai
Barium Sulfat dan untuk Mg diendapkan sebagai Magnesium Fospat.

 Fotometri
Cara analisa fotometri berdasarkan absorbsi atau emisi radiasi
elektromagnetik oleh zat. Banyaknya energi radiasi yang diabsorbsi atau
diemisi sebanding dengan konsentrasi zat pengabsorbsi atau pengemisi
dalam larutan contoh. Dalam larutan senyawa-senyawa mampu menyerap
sinar yang melewati larutan tersebut. Jumlah sinar yang diserap tergantung
pada :
a. Senyawa yang ada dalam larutan.
b. Konsentrasi senyawa dalam larutan.
c. Tebal atau panjang larutan.
Hubungan antara konsentrasi, tebal/ panjang larutan dan jumlah sinar
yang diserap diberikan dalam persamaan Lambert Beer.
Io
A = log
It
Dimana : A = Absorbansi
Io = Intensitas Sinar masuk
It = Intensitas Sinar setelah melalui larutan

15
Pada percobaan akan digunakan spektrofotometer untuk menentukan
konsentrasi Fe+2/+3. Spektrofotometer (lihat gambar dilampiran) ialah suatu
alat untuk mengukur transmisi (absorbsi) cahaya yang melalui zat pada
berbagai-bagai panjang gelombang. Komponen terpenting dari alat ini (lihat
gambar) ialah :
a. Sumber cahaya
b. Prisma / grating
c. Monochromator
d. Foto cell
e. Meter penunjuk
f. Kuvet
Suatu berkas cahaya lampu (a) dijatuhkan pada lensa dan celah. Berkas

cahaya itu diteruskan oleh lensa lain ke prisma untuk menguraikan cahaya

menjadi spektrum. Prisma tersebut dapat digeser dengan mengatur tombol c.

Spektrum ini akan diteruskan oleh prisma ke Monochromator, sehingga terjadi

cahaya monochromatic, cahaya monochromatic ini akan menembus cuplikan pada

kuvet (d) dan mengenai foto cell (e). Kemudian Foto cell ini akan mengubah

intensitas cahaya yang masuk menjadi arus listrik, dan besarnya arus dapat dibaca

pada meter penunjuk yang merupakan besaran harga % transmitans. Pada

beberapa alat harga absorbans (A) sekaligus dicantumkan. Panjang gelombang

yang dapat dipakai seperti misalnya yang tercantum pada tabel (1.1) .

PENGOLAHAN DATA HASIL ANALISA


Untuk menyatakan konsentrasi dalam mgr/liter menjadi mgrek, cukup
dikalikan dengan suatu bilangan yang disebut REACTION COEFFISIENT.

16
Besarnya reaction coeffisient adalah sama dengan valensi dibagi berat atom.
Koefisien reaksi dapat dilihat pada table (1.2)

Tabel 1.1
Harga Perbandingan Warna dan Panjang Gelombang
Warna yang diserap Panjang Gelombang Warna yang Tampak
Violet 380 nm - 450 nm Hijau - Kuning
Biru 450 nm - 495 nm Kuning
Biru Kehijauan 480 nm - 490 nm Jingga
Hijau Kebiruan 490 nm - 500 nm Merah
Hijau Kekuningan 500 nm - 560 nm Ungu
Hijau 560 nm - 575 nm Violet
Kuning 575 nm - 590 nm Biru
Orange 590 nm - 625 nm Biru kehijauan
Merah 625 nm - 750 nm Hijau kebiruan

17
Tabel 1.2
Harga Beberapa Reaction Coeficient :
KATION REACTION COEFF KATION REACTION COEFF
Na+ 0,0435 Cl - 0,0282
K+ 0,0256 Br - 0,0125
Ca+2 0,0499 J- 0,0079
Mg +2 0,0822 F- 0,0526
Fe+3 0,0537 SO4-2 0,0208
Al+3 0,111 HCO3- 0,0164
Mn +2 0,0364 CO3- 0,0333
Jn+2 0,0306 NO3- 0,0161
Cu+2 0,0315 NO2- 0,0217
Pb+2 0,0096 HS 0,0302
Ba+2 0,0146 HSiO3 - 0,0130
Sr+2 0,0228 H2PO4 0,0103
Li+2 0,144 HPO2-2 0,0208

apabila konsentrasi ANION dan KATION dinyatakan dalam bentuk


ekivalen (mgrek), maka jumlah ekivalen kation dan anion harus sama. Dalam
analisa air :
( r Cl - + r SO4-2 + r HCO3- ) = ( r Ca+2 + r Mg+2 + r Na+ + r K+ )
dimana, r = konsentrasi ion dalam mgrek.

18
BAB II
PENENTUAN S.G, pH, DAN ALKALINITY

Dalam praktikum analisa air formasi akan diperiksa sifat fisik & kimia air formasi
yang penting yang memberikan kontribusi besar dalam industri perminyakan baik baik
dalam pengelolaan lapangannya maupun dalam produksinya. Yang akan dianalisa antara
lain adalah:
1. Penentuan Spesific Gravity.
2. Penentuan pH & Alkalinitas.
3. Penentuan Kandungan Ion.
4. Penentuan Kandungan Padatan.

2.1. Penentuan Spesific Gravity


Yang dimaksud dengan Specific Gravity (SG) adalah perbandingan antara berat
sebarang unsur terhadap unsur standar dalam volum yang sama. Untuk bentuk liquid
maupun solid dapat digunakan air sebagai unsur standar. Biasanya SG air formasi
ditentukan pada temperatur kamar dan dikoreksi pada suhu 60o F (kondisi standar).
Untuk menentukan S.G dapat ditentukan dengan : Hidrometer, Piknometer ataupun S.G balance. Ketelitian yang tinggi
dapat diperoleh dengan SG balance atau piknometer. SG balance lebih cepat dari pada piknometer tetapi hasilnya harus dikoreksi
terhadap temperatur. Koreksi terhadap temperatur tidak dilakukan untuk piknometer, asal pengukuran sampel maupun aquades
dilakukan pada suhu yang sama.

1. Penentuan S.G. dengan Piknometer


a. Alat dan bahan yang diperlukan
1. Piknometer 25 ml, 1 buah
2. Neraca, 1 buah
3. Contoh Air

b. Prosedur Percobaan
1. Bersihkan piknometer dengan aquades dan aseton keringkan dalam
oven selama 1 jam pada suhu 105o C.
2. Dinginkan piknometer dalam desikator, kemudian timbang.
19
3. Isi sampai penuh piknometer dengan aquades atau contoh air
yang akan diuji sehingga apabila ditutup tidak ada udara
didalamnya.
4. Timbang lagi piknometer dan catat.
5. Bersihkan piknometer, masukkan oven kemudian keringkan dalam
desikator pada waktu percobaan.

c. Perhitungan.
Contoh :
Berat piknometer + aquades pada 79o F = 45,2412 gr
Berat piknometer pada 79o F = 20,3745 gr
Berat aquades pada 79o F = 24,8567 gr
Berat jenis air pada 79o F = 0,9968 gr cc-1
Berat piknometer + contoh pada 79o F = 48,3652 gr (A)
Berat piknometer pada 79o F (D) = 20,3745 gr (B)
Berat contoh pada 79o F = 27,9907 gr
SG = air formasi /  aquades pada 79o F
air formasi = berat air formasi / volume piknometer
Koreksi pada 60o F
SG pada 79o F = 1,1225
Koreksi ( 79 - 60 ) x 0,0002 = 0,0038
SG pada 60o F = 1,1225 + 0,0038 = 1,1263

2. Penentuan S.G dengan Hidrometer


a. Alat dan bahan yang diperlukan
1. Hidrometer, ukuran 0,94 - 1 , 1 buah
2. Gelas ukur 100 ml, 1 buah

20
3. Contoh air
b. Prosedur Percobaan
1. Isi gelas ukur dengan contoh air kira-kira 50 ml.
2. Celupkan hidrometer kedalam gelas ukur tersebut hingga
hidrometer mengapung.
3. Angka SG ditunjukkan oleh angka yang tercantum pada
permukaan air (cairan) sejajar dengan skala pembacaan pada
hidrometer.
c. Tugas / Pertanyaan
1. Jika SG air 0,9956 berapa oAPI air tersebut
2. Bagaimana hubungan SG dengan resistivity air ?
3. Apa artinya SG air 0,9018
4. Sebutkan nama alat lain untuk mengukur SG ?
5. Tulislah persamaan untuk menghitung SG ?

2.2. Penentuan pH Dan Alkalinitas


pH merupakan harga dari log konsentrasi ion H+ yang dinyatakan dalam
mol/l. Harga pH berkisar antara 0 – 14 dimana angka tersebut menunjukkan derajat
keasaman(acidicy) atau kebasaan (alkalinity).
Netral

0 7 14
Asam Basa

1. Penentuan pH

a. Alat yang diperlukan.


1. pH meter
2. Gelas kimia 100 ml, 1 buah

21
3. Gelas kimia 250 ml, 1 buah
4. Termometer 110oC, 1 buah
5. Gelas ukur 50 ml, 1 buah
b. Bahan yang digunakan.
1. Larutan buffer 7
2. HCl 0,1 N
3. Methyl Orange
4. Contoh air
c. Prosedur Percobaan
1. Ambil 50 ml contoh air dengan menggunakan gelas ukur,
masukkan kedalam gelas kimia 100 ml ukur suhu contoh air
tersebut.
2. Sesuaikan temperatur kontrol pH meter dengan temperatur contoh
air.
3. Kalibrasi pH meter dengan larutan buffer pH 7. Caranya : Elektroda
dicuci dengan menggunakan botol semprot, kemudian
dikeringkan dengan tissue. Celupkan elektroda kedalam larutan
buffer pH 7, tunggu sampai pembacaan angka pH menunjukkan
angka kurang dari 7, tombol pengatur pH diputar kekanan
sebaliknya bila angka pH menunjukkan lebih dari 7 tombol
pengatur pH diputar kekiri.
4. Angkat elektroda kemudian masukkan kedalam contoh air,
tunggu sampai pH meter menunjukkan angka stabil kemudian catat
angka yang ditunjukan oleh pH meter. Angka itu menunjukkan pH
dari air contoh.
5. Setelah selesai bersihkan kembali elektroda dengan aquades dan
keringkan dengan tissue, rapikan kembali pH meter ketempatnya.
6. Larutan contoh air jangan dibuang karena akan digunakan untuk
penentuan alkalinity.
22
d. Tugas / Pertanyaan
1. Berapa pH air untuk diminum
2. Jika pH lebih besar atau lebih kecil apa akibatnya
3. Sebutkan alat lain yang dapat digunakan untuk mengukur pH
4. Bila pH air 6,7 berapa H dan OH
5. Bagaimana kita dapat mengetahui apakah suatu larutaan bersifat asam
atau basa.

2. Penentuan Alkalinity
Pada air formasi alkalinity dinyatakan sebagai jumlah dari ion
bikarbonat (HCO3-), ion karbonat (CO3-2), dan ion hidroksit (OH-). Untuk
menentukan alkalinity suatu contoh air, dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
dengan titrasi elektometrik dan dengan cara meniter contoh air dengan HCl. Titik
akhir titrasi ditunjukkan oleh harga pH besar 8,1 atau 4,5. Dari tabel dibawah
ini dapat dilihat bahwa pH air lebih besar dari 8,1 ini dapat dipastikan bahwa air
mengandung HCO3- dan CO3-2. Tetapi bila pH air dibawah 8,1 ini berarti didalam
air hanya terdapat HCO3-.

Tabel 2.1
Penentuan volume penitar yang sebanding
Volume HCl Volume dari larutan yang sesuai untuk
HCO 3- CO3-2 OH-
P = 0 T 0 0
1
P < 2 T T - 2P 2P 0

P = 1 T 0 2P 0
2

23
P > 1 T 0 2(TP) 2P - T
2

P = T 0 0 T

Cara lain untuk menentukan alkalinity adalah dengan metode titrasi


dan sebagai indikator digunakan Phenolftalein. Pada saat terjadi perubahan warna
indikator, kedalam larutan ditambahkan indikator Methil Merah dan titrasi
dilanjutkan lagi dengan HCl sampai terjadi perubahan warna.

a. Prosedur Percobaan
Bila PH air lebih besar dari 8,1
1. Kedalam contoh air yang telah diukur pH nya pada percobaan
penentuan pH, beri 2 - 44 tetes indikator Phenolftalein, larutan akan
berwarna merah muda.
2. Kemudian beri setetes demi setetes HCl 0,1 N sampai warna larutan
hilang. Catat Volume HCl yang dipakai (misal a ml).
3. Kemudian beri 2 - 4 tetes indikator Methil Orange, larutan akan
berwarna kuning
4. Beri setetes demi setetes HCl 0,1 N sampai larutan berwarna merah
muda. Catat Volume HCl yang dipakai (misal b ml).

5. Cara perhitungan :

PA =  1000
150 a . N HCl . 50 ppm

MA =  1000
50 b . N HCl . 50 ppm
TOTAL ALKALINITY = PA + MA

Bila pH air di bawah 8,1


1. Kedalam contoh air yang telah diukur pH nya pada percobaan
penentuan pH diberi 2 - 4 tetes indikator Methil Orange, warna
larutan menjadi kuning.

24
2. Beri tetes demi tetes HCl 0,1 N sambil diaduk sampai warna larutan
berubah menjadi merah muda.
3. Catat jumlah HCl yang digunakan ( misal a ml ) atau 1 tetes = 0,05
ml.
4. Cara Perhitungan
MA =  1000
50 N HCl . 50 . a  ppm

Keterangan:
MA = Methyl alkalinity
PA = Phenolphtalin alkalinity
b. Tugas / Pertanyaan
1. Jika pH air 7,2 ion-ion apa sajakah yang terdapat dalam penentuan
alkalinity?
2. Apakah yang dimaksud dengan alkalinity?
3. Pada penentuan alkalinity secara titrasi, zat apa yang digunakan sebagai
indikator?
4. Jika pH air 9,2 untuk penentuan alkalinity, indikator apa saja yang
digunakan?
5. Apa fungsinya harga pH pada penentuan alkalinity?
3. Penentuan Kesadahan
Kesadahan diperlukan apabila akan dianalisa kandungan Ca & Mg. Sehingga

sebelum dianalisa adanya ion tersebut perlu dilakukan analisa kesadahan terlebih dahulu.

a. Alat yang diperlukan


1. Erlenmeyer, 2 buah.
2. Labu takar, 1 buah.
3. Buret, 1 buah.
4. Gelas Ukur, 1 buah.
5. Corong, 1 buah.
6. Pipet Gondok, 1 buah
25
b. Bahan yang diperlukan
1. Methyl Orange.
2. HCl 0,1 N.
3. Na2CO3 0,1 N.
4. Wartha Preifer.
c. Prosedur Percobaan
KESADAHAN SEMENTARA
1. Masukkan 100 ml contoh air kedalam gelas erlemmeyer.
2. Tambahkan 2 - 4 tetes Methyl Orange, larutan akan berwarna kuning
muda.
3. Titrasi larutan ini dengan HCl 0,1 N sampai larutan berubah menjadi
merah muda. Catat volume HCl yang dipakai (misal a ml). Simpan
larutan ini untuk penentuan kesadahan tetap.
KESADAHAN TETAP
1. Larutan hasil penentuan kesdahan sementara di didihkan selama 10
menit. Tambahkan 25 ml larutan Warth Preifer dan didihkan 10 menit.
2. Setelah dingin masukkan kedalam labu ukur 250 ml dan encerkan
dengan aquades sampai garis batas, kocok sampai homogen.
3. Ambil 100 ml larutan ini masukkan dalam erlemmeyer.
4. Tambahkan 2 - 4 tetes Methyl Orange warna larutan kuning muda.
5. Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai warna larutan menjadi merah muda.
Catat Volume HCl yang di pakai (misal b ml).
UNTUK BLANGKO
1. Pipet 25 ml larutan Wartha Preifer, masukkan kedalam erlemmeyer.
2. Tambahkan 50 ml aquades dan 2 - 4 tetes Methyl Orange, larutan
berwarna kuning muda.
3. Titrasi dengan HCl 0,1 N sampai larutan berwarna merah muda. Catat
volume HCl yang dipakai (misal c ml).
d. Cara Perhitungan
26
Kesadahan sementara = 2,8 . ao D
Kesadahan Tetap = ( c - 2b ) . 2,8 o D
Kesadahan Total = sementara + Tetap

Catatan: 1oD = Banyaknya CaO dalam 1 liter air adalah 56 gr jadi kalau 20 oD artinya dalam 1
liter air mengandung 1120 gr CaO
e. Tugas/Pertanyaan
1. Ada berapa macam kesadahan yang saudara ketahui.
2. Jika kesdahan air 8oD berapa mol jumlah CaO dalam air tersebut.
3. Sebutkan cara melunakkan air sadah yang saudara ketahui.
4. Indikator apa yang digunakan pada penentuan kesadahan ini
5. Bagaimana pengaruh air sadah terhadap boiler atau ketel uap.

27
BAB III

ANALISA KANDUNGAN ION DALAM AIR FORMASI

Air formasi merupakan air asin oleh karena sifat pengendapan sedimennya
yang umumnya merupakan Marine Deposite. Kandungan ion positif dan negatif
yang penting antara ain adalah : Ca +2, Fe+2/+3, Cl- , HCO3- , Mg +2, Na+, CO3-2,
SO4-2, O2 yang terlarut, dan Bakteri. Kandungan ion-ion ini akan sangat penting
untuk dianalisis agar mengetahui komposisi pada air formasi agar sebagai dasar
pengambilan keputusan.

3.1. Penentuan ion Ca+2


Alat yang diperlukan:
1. Buret 50 ml, 1 buah.
2. Gelas Kimia 250 ml, 1 buah.
3. Erlenmeyer 250 ml, 1 buah.
4. Corong, 1 buah.
5. Klem + Statif, 1 buah.
6. Pipet Gondok, 1 buah.
Bahan yang diperlukan
1. NaOH 20 %
2. Murexid
3. EDTA 0,01 N
4. NH4OH 25 %
5. Ammonium Oksalat
a. Prosedur Percobaan
Kualitatif : 10 ml contoh air dimasukkan ke gelas kimia 50 ml, tambahkan
1 ml NH4OH 25 % dan tambahkan beberapa tetes

28
ammonium oksalat jenuh sampai ada endapan (air menjadi
keruh) menunjukkan adanya Ca+2 dalam air contoh.
Kuantitatif : Pipet 25 ml air contoh, masukkan ke erlemmeyer, tambahkan
2 tetes NaOH 20% dan 5 tetes indikator murexid larutan akan
berwarna merah muda. Titrasi dengan EDTA sampai larutan
menjadi ungu muda catat volume EDTA yang digunakan
(misal a ml).
( VxN ) EDTA
Ca+2 = ml Contoh air x 40.000 ppm
b. Tugas / Pertanyaan :
1. Sebutkan anion-anion apa sajakah yang dapat membentuk scale dengan
kation Ca+2 dalam air formasi?
2. Tuliskan reaksi pembentukan scale tersebut?
3. Sebutkan pengaruh adanya scale pada produksi minyak?
4. Bagaimana caranya saudara dapat mengetahui bahwa air tersebut
mengandung Ca+2?
5. Apa yang akan terjadi jika air minum mengandung Ca+2 diatas
persyaratan yang telah ditentukan?

3.2. Penentuan Ion Mg+2


a. Alat yang diperlukan:
1. Buret 250 ml, 1 buah.
2. Gelas Kimia 250 ml, 1 buah.
3. Erlenmeyer 250 ml, 1 buah.
4. Corong, 1 buah.
5. Klem+Statif, 1 buah.
6. Pipet Gondok, 1 buah.
b. Bahan yang diperlukan :
1. Buffer PH 7
2. E B T

29
3. E D T A 0.01 N
4. NH4OH 25 %
5. NH4Cl 1 M
6. Dinatrium Hidrogen Phosphat
c. Prosedur Percobaan :
Kualitatif : 10 ml contoh air dimasukkan kedalam gelas kimia 50 ml tambahkan
1 ml NH4OH 25%, 1 ml NH4Cl dan tetes demi tetes dinatrium hidrogen phosphat,
sampai terbentuk endapan air menjadi keruh, ini menunjukkan contoh air
mengandung Mg.
Kuantitatif :
1. Pipet 25 ml air contoh, masukkan kedalam gelas erlemmeyer.
2. Tambahkan 2 ml buffer PH 10 dan 2 - 3 tetes EBT, larutan akan berwarna
lembayung.
3. Titrasi dengan EDTA sampai warna larutan menjadi biru jernih , catat
volume EDTA yang dipakai (misal b ml)
d. Perhitungan :
(V x N ) EDTA
Mg+2 = ml contohair x24.000

Catatan : Untuk perhitungan jumlah Mg. Volume EDTA yang dipakai untuk
penentuan Ca dikurangi volume EDTA yang dipakai untuk penentuan Mg atau
(a-b) ml.
e. Tugas / Pertanyaan
1. Berapa jumlah proton, neutron dan electron dari aton Mg, jil\ka nomor
atomnya 12 dan masa atomnya 24.
2. Gambarkan konfigurasi atom Mg
3. Bagaimana caranya sdr mengetahui adanya ion Mg dalam air.
4. Tuliskan reaksinya
5. Apa fungsi buffer pada penentuan Mg tersebut.

3.3. Penentuan Ion Cl-


a. Alat yang diperlukan :
1. Erlenmeyer 250 ml : 1 buah
30
2. Pipet gondok 25 ml : 1 buah
3. Buret : 1 buah
4. Gelas kimia 100 ml : 1 buah
5. Corong : 1 buah
6. Botol semprot : 1 buah
b. Bahan yang diperlukan :
1. K2CrO4 5%
2. AgNO3 0,1 N
c. Prosedur percobaan :
Kualitatif : 10 ml contoh air diberi tetes-tetes demi tetes AgNO3 . Bila terjadi
endapan putih maka berarti air mengandung chloride.
Kuantitatif :
1. Pipet 25 ml contoh air dan masukkan ke dalam erlenmeyer.
2. Tambahkan 1 ml K2CrO4 5%.
3. Kemudian titrasi dengan AgNO3. Titrasi dihentikan sampai terbentuk endapan
berwarna merah bata.
4. Catat volume AgNO3 yang digunakan (missal = a ml).
d. Perhitungan :
VxN AgNO3
Cl- = x35.500 ppm
Vol contoh air
e. Tugas/Pertanyaan :
1. Sebutkan 3 buah senyawa Cl yang banyak terdapat dalam air
2. Pada periode dan golongan berapa atom Cl terdapat dalam sistim periodik ?
3. Apa nama golongannya.
4. Sebutkan dua buah sifat khusus dari golongan ini.
5. Apa fungsi HCl dalam proses produksi minyak.

3.4. Penentuan Ion Fe+2/+3


a. Alat yang digunakan adalah :
Spektrofotometer
b. Bahan yang diperlukan :

31
1. Contoh air
2. Aquades
3. HCl 1 M
4. Na-asetat 0.25 N
5. Hidroksdil Amin Klorida 5%
6. Ortopenantrolin 0,25%
c. Prosedur Percobaan :
Kualitatif :
10 ml contoh air dimasukkan kedalam gelas kimia 50 ml tambahkan 1 ml HNO 3 3
M dan beri setetes demi setetes KCNS, warna merah muda yang timbul
menunjukkan adanya Fe dalam contoh air.
Kuantitatif :
1. Ambil 100 ml contoh air, masukkan kedalam gelas kimia 250 ml
2. Tambahkan 4 tetes HCl 1 M dan panaskan sampai volume air tinggal 25 ml.
3. Setelah dingin pindahkan kedalam labu takar 100 ml
4. beri berturut-turut 30 tetes Na Acetat 0,25 N , 5 ml hidroksil Amin Chlorida
5. 5 %, 5ml orthophenantolin 0,25 %
6. Encerkan dengan aquadest sampai volume tepat 100 ml
7. Kocok dengan baik dan biarkan sampai 1 jam, kemudian ukur % T nya
dengan spektrofotometer.
100
8. Harga A dihitung dengan persamaan A = log %T

Kalibrasi Spektrofotometer :
1. Hidupkan tombol spektrofotometer, biarkan selama 15 menit sampai semua
komponen stabil.
2. Atur titik nol pada meter penunjuk dengan memutar tombol pengatur.
Kemudian putar tombol pengatur panjang gelombang sampai menunjukkan
480 nm.
3. Masukkan larutan blanko kedalam kuvet sampai garis batas, kemudian
bersihkan bagian luarnya dengan tisu sampai betul-betul bersih kemudian
masukkan kedalam tempat kuvet. Putar tombol pengatur cahaya, sampai
meter penunjuk menunjukkan angka 100.

32
4. Keluarkan kuvet dan masukkan kuvet yang berisi larutan contoh. Kuvet harus
betul-betul bersih, karena adanya kotoran lemak, debu akan mengabsorbsi
cahaya, sehingga harga % T nya akan berkurang. Catat angka yang
ditunjukkan oleh meter penunjuk yaitu harga % T dari larutan contoh.
d. Perhitungan :
1. Hitung harga A dari larutan contoh.
2. Harga absorbsi larutan contoh yang telah diketahui digambarkan dalam grafik
baku yang telah disediakan. Konsentrasi Fe dalam contoh ditentukan dengan
cara interpolasi.
Contoh :
Misal harga A = 0,55
Konsentrasi Fe = a ( Lihat gambar dibawah ini )

Konsentrasi Fe ( ppm)

(a ).(Jumlah pengenceran) (a ).(4)


Konsentrasi Fe = =
Volume Contoh Air 25
Catatan : Harga % T yang paling baik adalah 15 s/d 65 % atau harga A antara
0,2 s/d 0,8. Bila harga A lebih besar dari 0,8 maka larutan contoh perlu
diencerkan.
e. Tugas / Pertanyaan.
1. Apa yang akan terjadi jika dalam air formasi banyak terdapat ion Fe.
2. Selain Fe senyawa logam apa saja yang terdapat didalam minyak bumi.
3. Sebutkan 3 buah senyawa Fe yang saudara kenal
4. Jika harga % T = 36 % berapa harga A
5. Apa sebab kuvet harus bebas debu, kotoran pada saat digunakan untuk analisa.

33
3.5. Penentuan Ion SO4-2
Sulfat merupakan salah satu ion yang biasa ditentukan dalam analisa air.
Kebanyakkan air formasi mengandung Ba+2, Sr+2, Ca+2 yang semua ini dengan sulfat
membentuk scale yang tidak larut, kelarutan BaSO4 akan bertambah bila SG naik.
a. Alat yang dibutuhkan :
1. Gelas ukur 100 ml 1 buah
2. Penganduk 1 buah
3. Gelas Kimia 400 ml 1 buah
4. Cawan Crusible 1 buah
5. Gelas Kimia 100 ml 1 buah
6. Neraca 1 buah
b. Bahan yang dibutuhkan :
1. BaCl2 10 %
2. HCl 3 M
3. Methil Orange
4. Kertas saring Whatman 41
c. Prosedur Percobaan :
Kualitatif :
Kedalam gelas kimia 250 ml dimasukkan 100 ml larutan contoh, 10 ml HCl 3 M
dan 10 ml BaCl2 10%. Panaskan larutan ini sampai mendidih, adanya endapan
putih menunjukkan larutan mengandung sulfat (SO4-2). Apabila pada analisa
kualitatif tidak terdapat endapan putih maka analisa kuantitatif tidak perlu
dikerjakan.
Kuantitatif:
1. Ambil 100 ml larutan contoh, masukkan kedalam gelas kimia 250 ml
2. Tambahkan 10 ml HCl 3 M dan 3 - 6 tetes Methil Orange sampai larutan
berwarna merah muda, panaskan larutan sampai hampir mendidih.
3. Angkat dari api dan tambahkan sedikit demi sedikit 10 ml BaCl2 10 % sambil
diaduk – aduk..

34
4. Letakkan larutan dalam pemanas air pada suhu 70 s/d 80 o C selama 1 jam agar
terjadi pengendapan yang sempurna.
5. Saring endapan dengan kertas saring whatman 41 dan cuci endapan dengan
aquades yang mengandung HCl sampai filtrat bebas Ba+2 untuk itu filtrat diberi
1 tetes H2SO4, bila tidak ada endapan yang terbentuk berarti filtrat bebas Ba+2.
6. Sementara menunggu pengendapan yang sempurna, pijarkan cawan crusible
selama 15 menit, dinginkan dalam desikator 15 menit kemudian timbang (misal
berat a gr)
7. Lipat kertas saring yang berisi endapan, masukkan kedalam cawan yang telah
diketahui beratnya.
8. Panaskan cawan pada oven dengan suhu 800o C selama 1 jam sampai kertas
saring membara.
9. Endapan dipijarkan selama 10 menit.
10. Dinginkan cawan crusible (masukkan desicator)
11. Setelah dingin timbang cawan crusible (masil berat b gr)

d. Perhitungan:
Berat endapan = ( b - a ) gram
berat endapanx 41157
ppm = SO4-2 = ml contoh air

Tugas / Pertanyaan
1. Larutan apakah yang dapat digunakan untuk menguji apakah sulfat sudah
bebas Ba?
2. Apakah syarat-syarat zat yang dapat dianalisa cara gravimetri ?
3. Apa sebabnya pada metode gravimetri digunakan kertas saring whatman 41
4. Bagaimana caranya untuk mengetahui bahwa larutan tersebut mengandung
SO4
5. Apa gunanya endapan diletakkan dalam pemanas air?

35
3.6. Penentuan Ion Na+
Konsentarsi Na+ yang terdapat dalam air formasi dapat ditentukan dengan
perhitungan. Untuk itu harus dihitung dahulu konsetrasi kation dari Fe+2/+3, Ca+2,
Mg+2 dan konsentrasi anion dari HCO3-, SO4-2, OH- dan Cl- dalam satuan mg/liter.
Oleh karena hasil percobaan dinyatakan dalam ppm, maka hasil tersebut harus
dirubah kedalam meg/liter, dengan cara mengkalikan hasil tersebut dengan angka
reaksi koefisien.
Contoh :
Dari hasil percobaan didapat konsentrasi Ca+2= 1950 ppm, dari tabel
diperoleh reaksi koefisien nya adalah 0,0499. Maka konsentrasi Ca+2= 97,3
meg/liter. Sering juga ditulis r Ca+2= 93,7 meg/liter.
Konsentrasi Na adalah :
r Na+ = ( r SO4-2 + r Cl- + r HCO3- + CO3-2 ) - ( r Mg+2 + r Fe+2/+3 + r Ca+2)
Dari data-data anion dan kation yang dihitung dapat dibuat diagram stiff untuk air
yang dianalisa.

36
BAB IV
PENENTUAN PADATAN DAN ZAT ORGANIK
YANG TERSUSPENSI

Selain sifat fisik (SG dan densitas) serta sifat kimia air formasi masih ada
parameter yang perlu ditentukan karena cukup berpengaruh dalam industri minyak
maupun lingkungan yaitu antara lain :
1. Penentuan Total Padatan
2. Penentuan zat Organik

4.1 Penentuan Total Padatan


Padatan yang terkandung dalam air formasi akan dapat mengakibatan
ganguan pada peralatan penampungan maupun dalam fungsi transportasinya. Oleh
karena itu perlu dianalisa dan dipisahkan.
a. Alat yang diperlukan :
1. Cawan Penguap
2. Kaki Tiga
3. Bunsen
4. Crusibletang
b. Bahan yang diperlukan :
Contoh Air
c. Prosedur Percobaan :
1. Panaskan cawan penguap selama 10 menit.
2. Dinginkan dalam desikator.
3. Setelah dingin angkat cawan, menggunakan crusibletang kemudian
timbang (misalnya W1).
37
4. Masukkan 50 ml air contoh kedalam cawan tersebut.
5. Panaskan/ didihkan sampai semua air menguap.
6. Dinginkan cawan dalam desicator 30 menit lalu ditimbang (misal W2)
W2  W1
7. Cara perhitungan dengan rumus : Berat solid (ppm) = 50

d. Tugas / Pertanyaan :
1. Apa sebabnya desikator digunakan sebagai pendingin pada percobaan
diatas.
2. Zat apakah yang dapat tersuspensi dalam air formasi.
3. Bahan apa yang ada dalam desikator.
4. Tuliskan rumus kimia bahan tersebut diatas.

4.2. Penentuan Zat Organik


Selain padatan maka air formasi juga dapat mengandung pengotoran, zat-zat
organik yang perlu diperhatikan. Yaitu melakukan penentuan zat organik dengan
langkah sebagai berikut :
a. Alat yang diperlukan
1. Erlemmeyer
2. Gelas ukur 100 ml
3. Buret
4. Termometer
5. Corong
6. Kompor / pemanas
7. Gelas ukur 10 ml
b. Bahan yang diperlukan
1. KMnO4
2. H2C2O2
3. H2SO4

38
c. Prosedur Percobaan
Ada dua tahapan percobaan yaitu untuk menghilangkan zat organik dan
menentukan jumlah / besarnya kandungan zat organik, yaitu :
i. Penghilangan zat organik :
1. Ambil 100 ml contoh air, masukkan kedalam erlemmeyer, tambahkan 5
ml H2SO4
2. Kemudian titrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai warna larutan menjadi
merah dadu. Buang larutan ini, simpan erlemmeyer ini untuk penentuan
zat organik.
ii. Penentuan jumlah zat organik :
1. Ambil 100 ml contoh air, masukkan kedalam erlemmeyer yang
digunakan pada percobaan diatas.
2. Tambahkan 5 ml H2SO4 4 N dan setetes demi setetes KMnO4 0,01 N
sampai larutan berwarna merah muda.
3. Panaskan sampai mendidih selama 10 menit kemudian tambahkan 10 ml
H2C2O2 0,1 N.
4. Jika suhu larutan sudah mencapai 70o C, titrasi larutan dengan KMnO4
0,01 N sampai larutan berwarna merah muda. Catat volume KMnO4
yang digunakan (misal b ml)
5. Jumlah zat organik dihitung dengan rumus :
Zat Organik =  1000
100  ( b) ( 31,6) ( 0,01) ppm

d. Tugas / Pertanyaan.
1. Sebutkan 3 buah zat organik yang terdapat dalam air.
2. Apa sebabnya reaksi dinaikkan pada suhu 70o C
3. Apakah sebabnya pada percobaan diatas tidak menggunakan indikator.
4. Tulislah reaksi penguraian zat organik oleh bakteri.

39
DAFTAR PUSTAKA

1. Ir. Lestari, Analisa Air untuk Water Flooding, UPN Yogyakarta, 1982
2. Mutu dan Cara Uji Air Minum SII 0071 - 0075
3. Petunjuk Pemeriksaan Air Minum - Pusdiklat Migas
4. Diktat Kuliah Kimia Fisika Hidrokarbon

40

Anda mungkin juga menyukai