LAPORAN
VI
Oleh
071001800094
Asisten Praktikan
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................3
BAB III HASIL PENGAMATAN...........................................................................5
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN...........................................................6
BAB V PEMBAHASAN.........................................................................................9
5.1 Pembahasan Percobaan..................................................................................9
5.2 Tugas Internet...............................................................................................11
BAB VI KESIMPULAN........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET.....................................................................15
LAMPIRAN A HASIL PENGAMATAN..............................................................16
i
DAFTAR TABEL
Tabel halaman
ii
DAFTAR LAMPIRAN
Tabel halaman
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakekatnya penilaian formasi adalah proses pengumpulan data dari formasi yang
dilakukan secara kontinyu mengenai sifat-sifat serta karakteristik lapisan yang ditembus.
Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoir, memperkirakan
cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan hidrokarbon.
Penilaian formasi adalah salah satu cabang ilmu dari teknik perminyakan yang
mempelajari tentang formasi/batuan dan permasalahan yang berhubungan dengan
keberhasilan dalam penemuan cadangan hidrokarbon. Untuk menangani masalah diatas, perlu
dilakukan beberapa jenis cara antara lain : melakukan pengambilan sampel batuan formasi
(coring), wireline logging, mud log, LWD, dll. Dari beberapa cara tersebut dapat menentukan
parameter-parameter petrofisik dintaranya ketebalan lapisan (h), porositas (Ø), dan saturasi
air (Sw) yang digunakan dalam memperkirakan cadangan hidrokarbon. Dalam penelitian ini,
sumur yang dianalisa sebanyak dua sumur (sumur eksplorasi). Analisa log yang dilakukan
pada sumur ini berupa analisa kualitatif dan kuantitatif.
Parameter yang diperoleh dari hasil interpretasi log pada sumur APR-1 dan APR-2
adalah porositas rata-rata ketebalan lapisan (h), dan saturasi air rata-rata. Porositas rata- rata
pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturut-turut sebesar 31.31% dan 31.33% serta
porositas rata-rata kedua sumur tersebut adalah 31.32%. Saturasi air rata-rata yang
diperhitungkan pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturutan sebesar 52.25% dan 60.43%
serta rata-rata saturasi air dari kedua sumur tersebut sebesar 56.34%. Ketebalan lapisan yang
dimiliki sumur APR-1 sebesar 4.57 meter dan pada sumur APR-2 sebesar 11.58 meter serta
rata-rata ketebalan lapisan kedua sumur sebesar 8.07 meter. Cadangan minyak awal pada
lapangan APR sebesar 12.81 B STB yang dihitung dengan menggunakan metode volumetrik.
Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya energi terpenting di dunia. Industri
minyak dan gas di Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat maju dari tahun ke
tahun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar yang semakin meningkat.
Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar yang merupakan tulang
punggung pembangunan nasional, oleh sebab itu perlu upaya-upaya konkrit untuk terus
meningkatkan devisa negara melalui sektor minyak dan gas bumi tersebut dengan
mengoptimalkan peningkatan produksi dan mengembangkan lapangan- lapangan baru.
Mengingat pentingnya peran minyak dan gas bumi bagi kelangsungan hidup manusia, maka
perlu dilakukan estimasi cadangan hidrokarbon yang akurat pada setiap reservoir yang ada
seperti analisa properti reservoir.
1
1.2 Tujuan Percobaan
2. Pembacaan logs reading gamma ray dan spontaneous potential pada track 1.
2
BAB II
TEORI DASAR
Definisi dari porositas (ø) adalah perbandingan antara volume ruang yang kosong
(pori-pori) terhadap volume total dari suatu batuan. Pada formasi renggang besarnya
porositas tergantung pada distribusi ukuran butiran, tidak pada ukuran butir mutlak. Porositas
akan menjadi tinggi jika semua butirannya mempunyai ukuran yang hampir sama dan akan
menjadi rendah jika ukuran butirnya bervariasi sehingga butiran yang kecil akan mengisi
ruang pori diantara butiran yang lebih besar. Ruang kosong (pori) merupakan rongga-ronga
yang saling berhubungan satu sama lain, tetapi dapat pula merupakan rongga yang saling
terpisah atau bersekat.
Didalam batuan berpori, biasanya terdapat pori-pori yang terisolir (isolated) dan pori-pori
yang saling berhubungan (interconnected). Oleh karena itu, ada dua pengertian porositas,
yaitu:
1. Porositas absolute, adalah perbandingan antara seluruh volume pori dengan volume
batuan.
2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori yang saling berhubungan
dengan volume total batuan. Pada umumnya porositas efektif yang banyak
dipergunakan dalam industri perminyakan.
Porositas suatu medium adalah perbandingan/rasio antara volume pori dengan volume
batuan. Porositas pada umumnya mengekspresikan sebagai presentasi dari Bulk Volume dan
disimbolkan dengan Ø. Porositas tertentu dapat berkisar dari nol sampai besar sekali, namun
biasanya berkisar antara 5 sampai 40 persen, dan dalam prakteknya berkisar hanya dari 10
sampai 20 persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut porositas tipis (marginal porosity)
dan umumnya bersifat non komersiil, kecuali jika dikompensasikan oleh adanya beberapa
factor lain. Berdasarkan pembentukan batuan, maka porositas terbagi menjadi dua, yaitu
porositas primer dan porositas sekunder. Porositas Primer yaitu porositas yang terbentuk saat
pembentukan batuannya. porositas sekunder yaitu porositas yang terbentuk karena proses
geologi yang dialami oleh batuan yang sudah jadi sehingga mengakibatkan terbentuknya
rongga yang dapat menjadi porositas yang baru. Misalnya, pada batuan karbonat jika sudah
mengalami disolusi oleh air sehingga menyebabkan timbulnya rongga - rongga baru. Proses
ini terjadi karena adanya reaksi antara karbonat dengan air bisa juga karena adanya
pergantian ion kalsium oleh ion magnesium atau yang sering dikenal dengan dolomitisasi.
Saat proses sedimentasi, butiran batuannya akan membentuk rongga diantara butiran- butiran
tersebut. Porositas yang demikian merupakan porositas intergranular atau porositas
interparticle. Porositas itu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu porositas total dan porositas
efektif. Total porosity adalah perbandingan/rasio antara volume seluruh pori dengan volume
batuan. Effective Porosity adalah perbandingan / rasio antara volume seluruh pori 3 yang saling
berhubungan dengan volume batuan. Porositas juga dapat dinyatakan dalam ‘acre – feet’,
yang berarti volum yang dinyatakan sebagai luas dalam ‘acre’ dan ketebalan reservoir dalam
kaki (feet). Porositas efektif adalah apabila bagian rongga – rongga di dalam batuan
berhubungan. Porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori – pori total yang
biasanya berkisar dari 10 sampai 15 persen.
Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi maupun dalam eksplorasi air tanah informasi
hubungan porositas dan permeabilitas sangat diperlukan karena untuk mengetahui seberapa
besar kandungan dan seberapa besar fluida yang dapat diambil dari suatu reservoar.
Porositas batupasir dihasilkan dari proses- proses geologi yang berpengaruh terhadap
proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu proses pada
saat pengendapan dan proses setelah pengendapan. Kontrol pada saat pengendapan
menyangkut tekstur batupasir (ukuran butir dan sortasi).
BAB III
HASIL PENGAMATAN
5
BAB IV
Zona 1 = ( 70 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,5
Zona 2 = ( 60 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,3
Zona 4 = ( 50 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,1
Zona 5 = ( 59 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,28
Zona 6 = ( 65 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,4
Zona 7 = ( 60 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,3
Zona 8 = ( 65 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,4
Zona 9 = ( 55 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,2
Zona 10 = ( 55 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,2
6
VshSP zone 9 = ( -80 + 58 ) / ( -80 + 20 ) = 0,37
7
∅dcorr** 8 = 13,9394 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 13,8594
8
BAB V
PEMBAHASAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data log yang telah dibagi per
kelompok serta mencari 10 zona prospek yang berada dikedalaman yang berada pada track 1,
2, dan 3 berbeda befungsi untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon setelah itu
menentukan mud properties, dan resistivivity correction, maka sekarang dilakukan track 3
yaitu menentukan parameter pada porositas efektif.
interval kedalaman yang di dapat nilainya adalah sebagai berikut dari zona satu
hingga sepuluh adalah 7070,5 ; 7071,78 ; 7073,06 ; 7074,33 ; 7075,61 ; 7076,89 ; 7078,17 ;
7079,44 ; 7080,72 ; 7082.
Setelah mendapatkan nilai dari sepuluh zona interval kedalaman praktikan mencari
nilai dari GR Log maupun SP Log dimana untuk mencari nilai dari SP Log yaitu dengan cara
membaca pada track satu pada track satu ini kita lihat garis SP Log yaitu garis putus putus
besar setelah itu dan lihat kedalaman interval yang telah kita dapatkan kemudian tarik garis
sampai mendekati garis putus – putus besar yang berarti untuk SP Log begitu juga dengan
Sembilan zona kedalaman interval yang lainnya lihat kedalamannya lalu tarik garis ke
samping sampai menyentuh garis SP Log nilai yang di dapat dalam mencari SP Log yaitu
9
-10, -38, -50, -58, -60, -58, -57, -55, -58, -24. Skala pada pembacaan sp log perkotak yaitu
-80 ; -60; -40; -20; 0 ; 20.
Selanjutnya untuk pembacaan G r Log skala pada pembacaan ini yaitu berkisar
duapuluh empat perkotak yaitu diawali dengan 0 garis kedua diawali dengan dua puluh empat
garis ketiga diawali dengan 48 garis keempat diawali dengan 72 garis kelima diawali dengan
96 lalu untuk garis yang terakhir yaitu sesuai pada kedalaman gr max dari nol sampai seratus
dua puluh yaitu untuk garis terakhir yaitu seratus dua puluh untuk nilai GR Log sendiri yang
di dapat yaitu zona 1 sebesar 70, zona 2 sebesar 60, zona 3 sebesar 55, zona 4 sebesar 50,
zona 5 sebesar 59, zona 6 sebesar 65, zona 7 sebesar 60, zona 8 sebesar 65, zona 9
sebesar 55, dan yang terakhir di zona 10 sebesar 55.
Setelah itu kita akan mencari nilai dari GR VSH dimana gr VSH ini untuk mencari
nilainya menggunakan rumus yaitu rumusnya GR Log dikurang dengan GR Min dibagi gr
Max dikurang GR Min lagi setelah itu kita cari sampai rentang zona interval kedalaman
sepuluh begitu juga dengan kedalaman yang dilakukan berikutnya nilai yang di dapat
praktikan pada percobaan ini atau mencari nilai pada GR VSH ini yaitu zona 1 sebesar 0,5 ;
zona 2 sebesar 0,3 ; zona 3 sebesar 0,2 ; zona 4 sebesar 0,1 ; zona 5 sebesar 0,28 ; zona
6 sebesar 0,4 ; zona 7 sebesar 0,3 ; zona 8 sebesar 0,4 ; zona 9 sebesar 0,2 ; dan
yang terakhir di zona 10 sebesar 0,2.
11
Setelah menghitung sampai sepuluh zona kedalaman dapatlah praktikan sepuluh nilai
SP VSh, nilai yang di dapat praktikan yaitu adalah sebesar zona 1 sebesar 1,17 ; zona 2
sebesar 0,7 ; zona 3 sebesar 0,5 ; zona 4 sebesar 0,37 ; zona 5 sebesar 0,33 ; zona 6
sebesar 0,37 ; zona 7 sebesar 0,38 ; zona 8 sebesar 0,42 ; zona 9 sebesar 0,37 ; dan
yang terakhir di zona 10 sebesar 0,93.
Dan dapat menentukan nilai porNcorr** dan porDcorr** dari data yang sudah
diperoleh pada lampiran sebelumnya. Nilai porNcorr** dari kedalaman 7070,5 m sebesar
12,38, kedalaman 7071,78 m sebesar 8,428, kedalaman 7073,06 m sebesar 8,452, kedalaman
7074,33 m sebesar 9,476, kedalaman 7075,61 m sebesar 10,9328, kedalaman 7076,89 m
sebesar 15,404, kedalaman 7078,17 m sebesar 18,428, kedalaman 7079,44 m sebesar 14,904,
kedalaman 7080,72 m sebesar 17,952, kedalaman 7082 m sebesar 19,452.
Petrofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat fisika pada batuan
seperti Volume Shale, Porositas, Saturasi Air, dan Permeabilitas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Lithology dari Formasi, nilai dari Parameter Petrofisika Batuan serta
besarnya Initial Gas dan Oil in Place. Pada tahap analisis Petrofisika, perhitungan Volume
Shale menggunakan log Gamma Ray, Porositas menggunakan Log Neutron-Densitas,
Permeabilitas menggunakan Persamaan Wylie Rose dan Saturasi Air menggunakan
Persamaan Dual Water.
Well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan
dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan kedalam lubang sumur untuk evaluasi
formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan.
Log SP merupakan rekaman beda potensial antara elektroda yang bergerak secara
alami pada sumur bor dan elektroda yang berada di permukaan. Log SP tidak dapat
digunakan pada lumpur pengeboran yang bersifat non konduktif. Kegunaan dari Log SP
(Asquith, 2004) yaitu :
Volume shale dapat dihitung dengan beberapa metode dari beberapa kurva log.
Beberapa kurva log yang dapat digunakan untuk menentukan volume shale adalah Gamma
Ray (GR) Log, Spontaneous Potential (SP) Log, Resistivity Log, Neutron Log dan Density
log. Sedangkan yang digunakan untuk menghitung besar saturasi pada formasi kotor adalah
volume shale yang memiliki nilai terkecil. Pada log SP, apabila terdefleksi ke arah kiri
merupakan zona permeabel seperti Sandstone dan apabila tidak terdefleksi merupakan zona
non permeabel seperti Shale
Penentuan volume shale ini bertujuan untuk mengkoreksi kandungan shale yang ada
pada formasi kotor agar tidak mempengaruhi nilai porositas dan saturasi air pada formasi
kotor tersebut.
11
Dimana ; Sp log Bacaan dari SP Log pada lapisan yang diteliti, mV
Adanya shale atau serpih dalam suatu formasi dapat menyebabkan kekeliruan dalam
pehitungan porositas dan saturasi air. Ketika shale terdapat dalam suatu formasi, maka
peralatan log porositas seperti sonic log, density log, dan neutron log akan merekam harga
porositas yang terlalu besar.
Perhitungan volume shale dibutuhkan untuk mengoreksi log-log porositas yang akan
digunakan untuk perhitungan porositas efektif.
Log Gamma Ray (GR) adalah yang sering digunakan karena log ini mengukur tingkat
radioaktifitas formasi, umumnya semakin tinggi GR semakin tinggi pula VSH karena dalam shale
secara relatif lebih banyak dijumpai mineral-mineral radioaktif seperti potasium (K), Thorium
(Th), Uranium (U).
Jadi log gamma ray sangat memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat kandungan shale
di dalam lapisan batuan, maka pada penelitian ini gamma ray log akan digunakan untuk
memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale dengan formulasi:
dimana :
GR log: Hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan.
GR max : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale.
GR min : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale.
Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui kadar lempung pada formasi. Keberadaan
lempung dalam formasi akan mempengaruhi perhitungan porositas formasi. Berdasarkan
evaluasi ini, juga akan diketahui besar nilai resistivitas lempung. Dari ketiga indikator ini,
kandungan lempung dalam suatu formasi ditentukan dengan mengambil nilai terendah dari
ketiga perhitungan di atas. Dengan menggunakan software, volume shale gamma ray bisa
dihitung dengan mudah.
12
BAB VI
KESIMPULAN
1. Nilai Vsh GR yang di dapat adalah 0,5 ; 0,3 ; 0,2 ; 0,1 ; 0,28 ; 0,4 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,2 ;
0,2.
2. Nilai Vsh SP yang di dapat adalah 1,17 ; 0,7 ; 0,5 ; 0,37 ; 0,33 ; 0,37 ; 0,38 ; 0,42 ;
0,37 ; 0,93.
3. Nilai ∅Ncorr** yang di dapat yaitu 12,38 ; 8,428 ; 8,452 ; 9,476 ; 10,9328 ; 15,404 ;
18,428 ; 14,904 ; 17,952 ; 19,452.
4. Nilai ∅dcorr** yang di dapat adalah 8,99091 ; 20,5461 ; 25,4145 ; 9,07091 ;
11,4592 ; 26,5867 ; 26,0006 ; 13,8594 ; 9,05091 ; 9,05091.
5. Nilai ∅Effective yang di dapat adalah 10,685 ; 14,487 ; 16, 933 ; 9,273 ; 11,196 ;
20,995 ; 22,214 ; 14,382 ; 13,501 ; 14,251
13
DAFTAR PUSTAKA
1. Darling, Toby. 2005. Well Logging and Formation Evaluation. United Kingdom:
5. https://www.glossary.oilfield.slb.com/Terms/e/effective_porosity.aspx/ diakses
pada 7/4/2021
14
LAMPIRAN A
TUGAS INTERNET
15
Vsh SP
dimana :
GR log: Hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan.
GR max : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale.
GR min : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale.
Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui kadar lempung pada formasi. Keberadaan lempung dalam
formasi akan mempengaruhi perhitungan porositas formasi. Berdasarkan evaluasi ini, juga akan
diketahui besar nilai resistivitas lempung. Dari ketiga indikator ini, kandungan lempung dalam suatu
formasi ditentukan dengan mengambil nilai terendah dari ketiga perhitungan di atas. Dengan
menggunakan software, volume shale gamma ray bisa dihitung dengan mudah.
Input data yang dibutuhkan adalah log gamma ray. Metode yang dipakai dalam penentuan volume
shale ini adalah metode linier.
SP log dapat berfungsi untuk mengetahui fraksi kandungan shale dalam suatu batuan, persamaan
Keterangan:
SUMBER : https://core.ac.uk/download/pdf/267873483.pdf
LAMPIRAN B
HASIL PENGAMATAN
16
i