Anda di halaman 1dari 23

POROSITAS EFEKTIF

LAPORAN
VI

Oleh

Reido Vidaya Mahardika

071001800094

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : REIDO VIDAYA MAHARDIKA


NIM : 071001800094
KELOMPOK : H2
PARTNER : 1. NOVAL FIRDAUS TIRTA R
2. PUTRI DAQUEENTHA A
TGL. PRAKTIKUM : 1 APRIL 2021
TGL. PENERIMAAN : 8 APRIL 2021
ASISTEN : 1. KELVIN YONG
2. AMOSPHIN ANGGI PUTRA
3. ALVIONA NABYLA AKBARY
NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(……………) (REIDO VIDAYA M)

Asisten Praktikan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................3
BAB III HASIL PENGAMATAN...........................................................................5
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN...........................................................6
BAB V PEMBAHASAN.........................................................................................9
5.1 Pembahasan Percobaan..................................................................................9
5.2 Tugas Internet...............................................................................................11
BAB VI KESIMPULAN........................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET.....................................................................15
LAMPIRAN A HASIL PENGAMATAN..............................................................16

i
DAFTAR TABEL

Tabel halaman

3.1 Effective Porosity ..................................................................................................................5

ii
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel halaman

A. TUGAS INTERNET ............................................................................................................15


B. HASIL PENGAMATAN.......................................................................................................16

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada hakekatnya penilaian formasi adalah proses pengumpulan data dari formasi yang
dilakukan secara kontinyu mengenai sifat-sifat serta karakteristik lapisan yang ditembus.
Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoir, memperkirakan
cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan hidrokarbon.

Penilaian formasi adalah salah satu cabang ilmu dari teknik perminyakan yang
mempelajari tentang formasi/batuan dan permasalahan yang berhubungan dengan
keberhasilan dalam penemuan cadangan hidrokarbon. Untuk menangani masalah diatas, perlu
dilakukan beberapa jenis cara antara lain : melakukan pengambilan sampel batuan formasi
(coring), wireline logging, mud log, LWD, dll. Dari beberapa cara tersebut dapat menentukan
parameter-parameter petrofisik dintaranya ketebalan lapisan (h), porositas (Ø), dan saturasi
air (Sw) yang digunakan dalam memperkirakan cadangan hidrokarbon. Dalam penelitian ini,
sumur yang dianalisa sebanyak dua sumur (sumur eksplorasi). Analisa log yang dilakukan
pada sumur ini berupa analisa kualitatif dan kuantitatif.

Parameter yang diperoleh dari hasil interpretasi log pada sumur APR-1 dan APR-2
adalah porositas rata-rata ketebalan lapisan (h), dan saturasi air rata-rata. Porositas rata- rata
pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturut-turut sebesar 31.31% dan 31.33% serta
porositas rata-rata kedua sumur tersebut adalah 31.32%. Saturasi air rata-rata yang
diperhitungkan pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturutan sebesar 52.25% dan 60.43%
serta rata-rata saturasi air dari kedua sumur tersebut sebesar 56.34%. Ketebalan lapisan yang
dimiliki sumur APR-1 sebesar 4.57 meter dan pada sumur APR-2 sebesar 11.58 meter serta
rata-rata ketebalan lapisan kedua sumur sebesar 8.07 meter. Cadangan minyak awal pada
lapangan APR sebesar 12.81 B STB yang dihitung dengan menggunakan metode volumetrik.

Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya energi terpenting di dunia. Industri
minyak dan gas di Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat maju dari tahun ke
tahun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar yang semakin meningkat.
Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar yang merupakan tulang
punggung pembangunan nasional, oleh sebab itu perlu upaya-upaya konkrit untuk terus
meningkatkan devisa negara melalui sektor minyak dan gas bumi tersebut dengan
mengoptimalkan peningkatan produksi dan mengembangkan lapangan- lapangan baru.
Mengingat pentingnya peran minyak dan gas bumi bagi kelangsungan hidup manusia, maka
perlu dilakukan estimasi cadangan hidrokarbon yang akurat pada setiap reservoir yang ada
seperti analisa properti reservoir.

1
1.2 Tujuan Percobaan

Tujuan dilakukannya praktikum adalah sebagai berikut:

1. Mempelajari mengenai porositas efektif.

2. Pembacaan logs reading gamma ray dan spontaneous potential pada track 1.

3. Mengetahui perhitungan volume shale pada gamma ray dan spontaneous


potential log.

4. Mengetahui perhitungan porosity neutron correction dan porosity density


correction yang sebenarnya.

5. Mempelajari perhitungan porositas efektif gas.

2
BAB II

TEORI DASAR

Definisi dari porositas (ø) adalah perbandingan antara volume ruang yang kosong
(pori-pori) terhadap volume total dari suatu batuan. Pada formasi renggang besarnya
porositas tergantung pada distribusi ukuran butiran, tidak pada ukuran butir mutlak. Porositas
akan menjadi tinggi jika semua butirannya mempunyai ukuran yang hampir sama dan akan
menjadi rendah jika ukuran butirnya bervariasi sehingga butiran yang kecil akan mengisi
ruang pori diantara butiran yang lebih besar. Ruang kosong (pori) merupakan rongga-ronga
yang saling berhubungan satu sama lain, tetapi dapat pula merupakan rongga yang saling
terpisah atau bersekat.

Didalam batuan berpori, biasanya terdapat pori-pori yang terisolir (isolated) dan pori-pori
yang saling berhubungan (interconnected). Oleh karena itu, ada dua pengertian porositas,
yaitu:

1. Porositas absolute, adalah perbandingan antara seluruh volume pori dengan volume
batuan.

2. Porositas efektif, adalah perbandingan antara volume pori yang saling berhubungan
dengan volume total batuan. Pada umumnya porositas efektif yang banyak
dipergunakan dalam industri perminyakan.

Porositas suatu medium adalah perbandingan/rasio antara volume pori dengan volume
batuan. Porositas pada umumnya mengekspresikan sebagai presentasi dari Bulk Volume dan
disimbolkan dengan Ø. Porositas tertentu dapat berkisar dari nol sampai besar sekali, namun
biasanya berkisar antara 5 sampai 40 persen, dan dalam prakteknya berkisar hanya dari 10
sampai 20 persen saja. Porositas 5 persen biasanya disebut porositas tipis (marginal porosity)
dan umumnya bersifat non komersiil, kecuali jika dikompensasikan oleh adanya beberapa
factor lain. Berdasarkan pembentukan batuan, maka porositas terbagi menjadi dua, yaitu
porositas primer dan porositas sekunder. Porositas Primer yaitu porositas yang terbentuk saat
pembentukan batuannya. porositas sekunder yaitu porositas yang terbentuk karena proses
geologi yang dialami oleh batuan yang sudah jadi sehingga mengakibatkan terbentuknya
rongga yang dapat menjadi porositas yang baru. Misalnya, pada batuan karbonat jika sudah
mengalami disolusi oleh air sehingga menyebabkan timbulnya rongga - rongga baru. Proses
ini terjadi karena adanya reaksi antara karbonat dengan air bisa juga karena adanya
pergantian ion kalsium oleh ion magnesium atau yang sering dikenal dengan dolomitisasi.
Saat proses sedimentasi, butiran batuannya akan membentuk rongga diantara butiran- butiran
tersebut. Porositas yang demikian merupakan porositas intergranular atau porositas
interparticle. Porositas itu sendiri dapat dibagi menjadi dua yaitu porositas total dan porositas
efektif. Total porosity adalah perbandingan/rasio antara volume seluruh pori dengan volume
batuan. Effective Porosity adalah perbandingan / rasio antara volume seluruh pori 3 yang saling
berhubungan dengan volume batuan. Porositas juga dapat dinyatakan dalam ‘acre – feet’,
yang berarti volum yang dinyatakan sebagai luas dalam ‘acre’ dan ketebalan reservoir dalam
kaki (feet). Porositas efektif adalah apabila bagian rongga – rongga di dalam batuan
berhubungan. Porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori – pori total yang
biasanya berkisar dari 10 sampai 15 persen.

Besarnya porositas itu ditentukan dengan berbagai cara, seperti eksperimen di


laboratorium, dengan porosimeter yang didasarkan pada hokum Boyle, yaitu gas digunakan
sebagai pengganti cairan untuk menentukan volum pori tersebut. Lalu dari log listrik, log
sonic, dan log radioaktif. Ketiga dari log kecepatan pemboran, keempat dari pemeriksaan dan
perkiraan secara mikroskopis, dan terakhir adalah dari hilangnya inti pemboran. Pemeriksaan
secara mikroskopi untuk jenis porositas dapat pula dilakukan secara kualitatif, seperti antar
butir (intergranuler), yang berarti bahwa pori – pori yang didapat di antara butir4– butir. Antar
Kristal (interkristalin), dimana pori – pori berada di atara kristal – kristal. Celah dan rekah,
yaitu rongga terdapat di antara celah – celah. Bintik – bintik jarum (point – point porosity),
berarti bahwa pori – pori merupakan bintik – bintik terpisah – pisah, tanpa kelihatan
bersambungan. Ketat (thigt), yang berarti butir – butir berdekatan dan kompak sehingga pori
– pori kecil sekali dan hamper tidak ada porositas. Padat (dense), berarti batuan sangat kecil
sehingga hamper tidak ada porositas. Growing (vugular), yang berarti rongga – rongga besar
berdiameter beberapa mili dan kelihatan sekali bentuk – bentuknya tidak beraturan, sehingga
porositas besar. Bergua – gua (cavernous), yang berarti berongga-ronga besar sekali.

Penentuan porositas langsung di lapangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode


Well Log, sedangkan penentuan nilai permeabilitas hanya dapat dilakukan di laboratorium.
Kondisi ini menyebabkan perlunya diketahui hubungan antara porositas dan permeabilitas
melalui pengukuran di laboratorium sehingga dapat diperkirakan nilai permeabilitas dari nilai
porositas.

Dalam eksplorasi minyak dan gas bumi maupun dalam eksplorasi air tanah informasi
hubungan porositas dan permeabilitas sangat diperlukan karena untuk mengetahui seberapa
besar kandungan dan seberapa besar fluida yang dapat diambil dari suatu reservoar.

Porositas ( ) adalah perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap volume total


seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persen. Pori merupakan ruang di
dalam batuan yang selalu terisi oleh fluida, seperti air tawar/asin, udara atau gas bumi.
Porositas efektif yaitu apabila bagian rongga pori-pori di dalam batuan berhubungan.
Porositas efektif biasanya lebih kecil daripada rongga pori-pori total yang biasanya berkisar
dari 10% sampai 15%.

Porositas batupasir dihasilkan dari proses- proses geologi yang berpengaruh terhadap
proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu proses pada
saat pengendapan dan proses setelah pengendapan. Kontrol pada saat pengendapan
menyangkut tekstur batupasir (ukuran butir dan sortasi).
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Tabel 3.1 Effective Porosity

5
BAB IV

ANALISA DAN PERHITUNGAN

VshGR = (GR – GR min) / (GR max - GR min)

Zona 1 = ( 70 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,5

Zona 2 = ( 60 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,3

Zona 3 = ( 55– 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,2

Zona 4 = ( 50 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,1

Zona 5 = ( 59 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,28

Zona 6 = ( 65 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,4

Zona 7 = ( 60 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,3

Zona 8 = ( 65 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,4

Zona 9 = ( 55 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,2

Zona 10 = ( 55 – 45 ) / ( 95 – 45 ) = 0,2

VshSP = (SP min - SP) / (SP min - SP max)

VshSP zone 1 = ( -80 + 10 ) / ( -80 + 20 ) = 1,17

VshSP zone 2 = ( -80 + 38 ) / ( -80 + 20 ) = 0,7

VshSP zone 3 = ( -80 + 50 ) / ( -80 + 20 ) = 0,5

VshSP zone 4 = ( -80 +58 ) / ( -80 + 20 ) = 0,37

VshSP zone 5 = ( -80 +60 ) / ( -80 + 20 ) = 0,33

VshSP zone 6 = ( -80 + 58 ) / ( -80 + 20 ) = 0,37

VshSP zone 7 = ( -80 + 57 ) / ( -80 + 20 ) = 0,38

VshSP zone 8 = ( -80 + 55 ) / ( -80 + 20 ) = 0,42

6
VshSP zone 9 = ( -80 + 58 ) / ( -80 + 20 ) = 0,37

VshSP zone 10 = ( -80 + 24 ) / ( -80 + 20 ) = 0,93

∅Ncorr** = ∅Ncorr – (∅Nsh x VshGR)1

∅Ncorr** 1 = 12,5 – ( 0,24 x 0,5 ) = 12,38

∅Ncorr** 2 = 8,5 – ( 0,24 x 0,3 ) = 8,428

∅Ncorr** 3 = 8,5 – ( 0,24 x 0,2 ) = 8,452

∅Ncorr** 4 = 9,5 – ( 0,24 x 0,1 ) = 9,476

∅Ncorr** 5 = 11 – ( 0,24 x 0,28 ) = 10,9328

∅Ncorr** 6 = 15,5 – ( 0,24 x 0,4 ) = 15,404

∅Ncorr** 7 =18,5 – ( 0,24 x 0,3 ) = 18,428

∅Ncorr** 8 = 15 – ( 0,24 x 0,4 ) = 14,904

∅Ncorr** 9 = 18 – ( 0,24 x 0,2 ) = 17,952

∅Ncorr** 10 = 19,5 – ( 0,24 x 0,2 ) = 19,452

∅dcorr** = ∅dcorr – (∅Dsh x VshGR)

∅dcorr** 1 = 9,09091 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 8,99091

∅dcorr** 2 = 20,6061 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 20,5461

∅dcorr** 3 = 25,4545 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 25,4145

∅dcorr** 4 = 9,09091 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 9,07091

∅dcorr** 5 = 11,5152 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 11,4592

∅dcorr** 6 = 26,6667 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 26,5867

∅dcorr** 7 = 26,0606 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 26,0006

7
∅dcorr** 8 = 13,9394 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 13,8594

∅dcorr** 9 = 9,09091 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 9,05091

∅dcorr** 10 = 9,09091 – ( 0,2 x x 0,5 ) = 9,05091

∅Effective = sqrt (∅Ncorr**^2 + ∅dcorr**^2) / 2

∅Effective 1 = √ 12,382 +8,990912 / 2 = 10,685

∅Effective 2 = √ 8,4282 +20,54612 / 2 = 14,487

∅Effective 3 = √ 8,4522+ 25,41452 / 2 = 16, 933

∅Effective 4 = √ 9,4762 +9,070912 / 2 = 9,273

∅Effective 5 = √ 10,93282+ 11,45922 / 2 = 11,196

∅Effective 6 = √ 15,4042 +26,58762 / 2 = 20,995

∅Effective 7 = √ 18,4282+ 26,58672 / 2 = 22,214

∅Effective 8 = √ 14,9042 +13,85942 / 2 = 14,382

∅Effective 9 = √ 17,9522+ 9,050912 / 2 = 13,501

∅Effective 10 = √ 19,4522+ 9,050912 / 2 = 14,251

8
BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Percobaan

Pada percobaan ke-6, berjudul “Effective Porosity” tujuan dilakukannya praktikum


porositas efektif ini yaitu guna untuk mengetahui parameter-parameter porositas efektif, yang
dimana porositas efektif itu sendiri merupakan perbandingan atau rasio antara volume seluruh
pori yang saling berhubungan dengan volume batuan. Dilakukanya praktikum tentang
porositas ini adalaah guna untuk mengetahui kemampuan batuan untuk menyimpan
hidrokarbon. Tujuan dari logging adalah menentukan besaran-besaran fisik batuan reservoir
(seperti lithologi, ketebalan formasi produktif, porositas, dan saturasi air formasi) maka dasar
dari logging itu sendiri adalah sifat fisik batuan atau petrofisik dari batuan reservoir itu
sendiri, yaitu sifat fisik listrik, sifat radioaktif, dan sifat rambat suara (gelombang) elastis dari
batuan reservoir. Seperti halnya pada analisa kualitatif, analisa kuantitatif merupakan analisa
log yang memperhitungkan besaran angkanya dengan memperhatikan skala ukuran gridnya
sesuai kedalaman yang didapat. Dari data-data yang dihasilkan diatas dengan bantuan grafik
(chart-book), dengan rumus-rumus mana yang berlaku maka dapat menentukan jumlah
volume kandungan lempung (Vsh), nilai porositas (Ø), nilai resistivitas air formasi (Rw),
nilai resisitivitas formasi (Rt), dan nilai saturasi air formasi (Sw).

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan pada data log yang telah dibagi per
kelompok serta mencari 10 zona prospek yang berada dikedalaman yang berada pada track 1,
2, dan 3 berbeda befungsi untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon setelah itu
menentukan mud properties, dan resistivivity correction, maka sekarang dilakukan track 3
yaitu menentukan parameter pada porositas efektif.

interval kedalaman yang di dapat nilainya adalah sebagai berikut dari zona satu
hingga sepuluh adalah 7070,5 ; 7071,78 ; 7073,06 ; 7074,33 ; 7075,61 ; 7076,89 ; 7078,17 ;
7079,44 ; 7080,72 ; 7082.

Setelah mendapatkan nilai dari sepuluh zona interval kedalaman praktikan mencari
nilai dari GR Log maupun SP Log dimana untuk mencari nilai dari SP Log yaitu dengan cara
membaca pada track satu pada track satu ini kita lihat garis SP Log yaitu garis putus putus
besar setelah itu dan lihat kedalaman interval yang telah kita dapatkan kemudian tarik garis
sampai mendekati garis putus – putus besar yang berarti untuk SP Log begitu juga dengan
Sembilan zona kedalaman interval yang lainnya lihat kedalamannya lalu tarik garis ke
samping sampai menyentuh garis SP Log nilai yang di dapat dalam mencari SP Log yaitu

9
-10, -38, -50, -58, -60, -58, -57, -55, -58, -24. Skala pada pembacaan sp log perkotak yaitu
-80 ; -60; -40; -20; 0 ; 20.

Selanjutnya untuk pembacaan G r Log skala pada pembacaan ini yaitu berkisar
duapuluh empat perkotak yaitu diawali dengan 0 garis kedua diawali dengan dua puluh empat
garis ketiga diawali dengan 48 garis keempat diawali dengan 72 garis kelima diawali dengan
96 lalu untuk garis yang terakhir yaitu sesuai pada kedalaman gr max dari nol sampai seratus
dua puluh yaitu untuk garis terakhir yaitu seratus dua puluh untuk nilai GR Log sendiri yang
di dapat yaitu zona 1 sebesar 70, zona 2 sebesar 60, zona 3 sebesar 55, zona 4 sebesar 50,
zona 5 sebesar 59, zona 6 sebesar 65, zona 7 sebesar 60, zona 8 sebesar 65, zona 9
sebesar 55, dan yang terakhir di zona 10 sebesar 55.

Setelah itu kita akan mencari nilai dari GR VSH dimana gr VSH ini untuk mencari
nilainya menggunakan rumus yaitu rumusnya GR Log dikurang dengan GR Min dibagi gr
Max dikurang GR Min lagi setelah itu kita cari sampai rentang zona interval kedalaman
sepuluh begitu juga dengan kedalaman yang dilakukan berikutnya nilai yang di dapat
praktikan pada percobaan ini atau mencari nilai pada GR VSH ini yaitu zona 1 sebesar 0,5 ;
zona 2 sebesar 0,3 ; zona 3 sebesar 0,2 ; zona 4 sebesar 0,1 ; zona 5 sebesar 0,28 ; zona
6 sebesar 0,4 ; zona 7 sebesar 0,3 ; zona 8 sebesar 0,4 ; zona 9 sebesar 0,2 ; dan
yang terakhir di zona 10 sebesar 0,2.
11
Setelah menghitung sampai sepuluh zona kedalaman dapatlah praktikan sepuluh nilai
SP VSh, nilai yang di dapat praktikan yaitu adalah sebesar zona 1 sebesar 1,17 ; zona 2
sebesar 0,7 ; zona 3 sebesar 0,5 ; zona 4 sebesar 0,37 ; zona 5 sebesar 0,33 ; zona 6
sebesar 0,37 ; zona 7 sebesar 0,38 ; zona 8 sebesar 0,42 ; zona 9 sebesar 0,37 ; dan
yang terakhir di zona 10 sebesar 0,93.

Dan dapat menentukan nilai porNcorr** dan porDcorr** dari data yang sudah
diperoleh pada lampiran sebelumnya. Nilai porNcorr** dari kedalaman 7070,5 m sebesar
12,38, kedalaman 7071,78 m sebesar 8,428, kedalaman 7073,06 m sebesar 8,452, kedalaman
7074,33 m sebesar 9,476, kedalaman 7075,61 m sebesar 10,9328, kedalaman 7076,89 m
sebesar 15,404, kedalaman 7078,17 m sebesar 18,428, kedalaman 7079,44 m sebesar 14,904,
kedalaman 7080,72 m sebesar 17,952, kedalaman 7082 m sebesar 19,452.

Setelah menentukan nilai porNcorr**, praktikan menghitung nilai porDcorr**


didapatkan hasil pada zona pertama sebesar 8,99091, pada zona kedua sebesar 20,5461, pada
zona ketiga sebesar 25,4145, pada zona keempat sebesar 9,07091, pada zona kelima sebesar
11,4592, pada zona keenam sebesar 26,5867, pada zona ketujuh sebesar 26,0006, pada zona
kedelapan sebesar 13,8594 pada zona kesembilan sebesar 9,05091, pada zona terakhir
sebesar 9,05091.
5.2 Tugas Internet

VOLUME SHALE LOG SPONTANIOUS (VshSP)

Petrofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat fisika pada batuan
seperti Volume Shale, Porositas, Saturasi Air, dan Permeabilitas. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui Lithology dari Formasi, nilai dari Parameter Petrofisika Batuan serta
besarnya Initial Gas dan Oil in Place. Pada tahap analisis Petrofisika, perhitungan Volume
Shale menggunakan log Gamma Ray, Porositas menggunakan Log Neutron-Densitas,
Permeabilitas menggunakan Persamaan Wylie Rose dan Saturasi Air menggunakan
Persamaan Dual Water.

Well logging merupakan suatu teknik untuk mendapatkan data bawah permukaan
dengan menggunakan alat ukur yang dimasukkan kedalam lubang sumur untuk evaluasi
formasi dan identifikasi ciri-ciri batuan di bawah permukaan.

Log SP merupakan rekaman beda potensial antara elektroda yang bergerak secara
alami pada sumur bor dan elektroda yang berada di permukaan. Log SP tidak dapat
digunakan pada lumpur pengeboran yang bersifat non konduktif. Kegunaan dari Log SP
(Asquith, 2004) yaitu :

1. Mengidentifikasi lapisan permeabel


2. Mendekteksi batas lapisan permeabel
3. Menentukan resistivitas air formasi
4. Menentukan volume shale pada lapisan permeable

Volume shale dapat dihitung dengan beberapa metode dari beberapa kurva log.
Beberapa kurva log yang dapat digunakan untuk menentukan volume shale adalah Gamma
Ray (GR) Log, Spontaneous Potential (SP) Log, Resistivity Log, Neutron Log dan Density
log. Sedangkan yang digunakan untuk menghitung besar saturasi pada formasi kotor adalah
volume shale yang memiliki nilai terkecil. Pada log SP, apabila terdefleksi ke arah kiri
merupakan zona permeabel seperti Sandstone dan apabila tidak terdefleksi merupakan zona
non permeabel seperti Shale

Penentuan volume shale ini bertujuan untuk mengkoreksi kandungan shale yang ada
pada formasi kotor agar tidak mempengaruhi nilai porositas dan saturasi air pada formasi
kotor tersebut.

Penentuan volume shale dari SP Log dapat dirumuskan sebagai berikut

11
Dimana ; Sp log Bacaan dari SP Log pada lapisan yang diteliti, mV

𝑆𝑃 clean  = Bacaan dari SP Log pada lapisan bersih, mV

𝑆𝑃 shale  = Bacaan dari SP Log pada lapisan shale, mV

Adanya shale atau serpih dalam suatu formasi dapat menyebabkan kekeliruan dalam
pehitungan porositas dan saturasi air. Ketika shale terdapat dalam suatu formasi, maka
peralatan log porositas seperti sonic log, density log, dan neutron log akan merekam harga
porositas yang terlalu besar.

Penentuan Volume Shale (Vsh). Perhitungan kandungan lempung dalam suatu


formasi dapat dicari dengan menggunakan indikator tunggal, yaitu log gamma ray, dan log
resistivitas, atau dengan menggunakan indikator ganda, yaitu log neutron-densitas.

Perhitungan volume shale dibutuhkan untuk mengoreksi log-log porositas yang akan
digunakan untuk perhitungan porositas efektif.

Log Gamma Ray (GR) adalah yang sering digunakan karena log ini mengukur tingkat
radioaktifitas formasi, umumnya semakin tinggi GR semakin tinggi pula VSH karena dalam shale
secara relatif lebih banyak dijumpai mineral-mineral radioaktif seperti potasium (K), Thorium
(Th), Uranium (U).

Jadi log gamma ray sangat memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat kandungan shale
di dalam lapisan batuan, maka pada penelitian ini gamma ray log akan digunakan untuk
memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale dengan formulasi:

dimana :
GR log: Hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan.
GR max : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale.
GR min : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale.

Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui kadar lempung pada formasi. Keberadaan
lempung dalam formasi akan mempengaruhi perhitungan porositas formasi. Berdasarkan
evaluasi ini, juga akan diketahui besar nilai resistivitas lempung. Dari ketiga indikator ini,
kandungan lempung dalam suatu formasi ditentukan dengan mengambil nilai terendah dari
ketiga perhitungan di atas. Dengan menggunakan software, volume shale gamma ray bisa
dihitung dengan mudah.

12
BAB VI

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah :

1. Nilai Vsh GR yang di dapat adalah 0,5 ; 0,3 ; 0,2 ; 0,1 ; 0,28 ; 0,4 ; 0,3 ; 0,4 ; 0,2 ;
0,2.

2. Nilai Vsh SP yang di dapat adalah 1,17 ; 0,7 ; 0,5 ; 0,37 ; 0,33 ; 0,37 ; 0,38 ; 0,42 ;
0,37 ; 0,93.

3. Nilai ∅Ncorr** yang di dapat yaitu 12,38 ; 8,428 ; 8,452 ; 9,476 ; 10,9328 ; 15,404 ;
18,428 ; 14,904 ; 17,952 ; 19,452.
4. Nilai ∅dcorr** yang di dapat adalah 8,99091 ; 20,5461 ; 25,4145 ; 9,07091 ;
11,4592 ; 26,5867 ; 26,0006 ; 13,8594 ; 9,05091 ; 9,05091.

5. Nilai ∅Effective yang di dapat adalah 10,685 ; 14,487 ; 16, 933 ; 9,273 ; 11,196 ;
20,995 ; 22,214 ; 14,382 ; 13,501 ; 14,251

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Darling, Toby. 2005. Well Logging and Formation Evaluation. United Kingdom:

Gulf Professional Publishing.

2. Nugrahanti, Asri. 2011. Penilaian Formasi. Bogor: Cetakan Mediautama.

3. Sitaresmi, Ratnayu. 2019. Petunjuk Praktikum Laboratorium Penilaian Formasi.

Jakarta: Universitas Trisakti.

4. https://www.onepetro.org/journal-paper/SPE-782-G/ diakses pada 7/4/2021

5. https://www.glossary.oilfield.slb.com/Terms/e/effective_porosity.aspx/ diakses

pada 7/4/2021

14
LAMPIRAN A

TUGAS INTERNET

15
Vsh SP

Perhitungan kandungan lempung dalam suatu formasi dapat dicari dengan


menggunakan indikator tunggal, yaitu log gamma ray, dan log resistivitas, atau dengan
menggunakan indikator ganda, yaitu log neutron-densitas. Log Gamma Ray (GR) adalah
yang sering digunakan karena log ini mengukur tingkat radioaktifitas formasi, umumnya
semakin tinggi GR semakin tinggi pula VSH karena dalam shale secara relatif lebih banyak
dijumpai mineral-mineral radioaktif seperti potasium (K), Thorium (Th), Uranium (U). Jadi
log gamma ray sangat memiliki kapabilitas untuk mengukur derajat kandungan shale di
dalam lapisan batuan, maka pada penelitian ini gamma ray log akan digunakan untuk
memprediksi besaran volume shale atau dikenal dengan Vshale dengan formulasi:

dimana :
GR log: Hasil pembacaan GR log pada lapisan yang bersangkutan.
GR max : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan shale.
GR min : Hasil pembacaan GR log maksimal pada lapisan non shale.

Evaluasi ini diperlukan untuk mengetahui kadar lempung pada formasi. Keberadaan lempung dalam
formasi akan mempengaruhi perhitungan porositas formasi. Berdasarkan evaluasi ini, juga akan
diketahui besar nilai resistivitas lempung. Dari ketiga indikator ini, kandungan lempung dalam suatu
formasi ditentukan dengan mengambil nilai terendah dari ketiga perhitungan di atas. Dengan
menggunakan software, volume shale gamma ray bisa dihitung dengan mudah.

Input data yang dibutuhkan adalah log gamma ray. Metode yang dipakai dalam penentuan volume
shale ini adalah metode linier.

SP log dapat berfungsi untuk mengetahui fraksi kandungan shale dalam suatu batuan, persamaan

Keterangan:

Vsh = Volume shale


SP = nilai SP pada kedalaman analisa, mV SPcl = Nilai SP pada formasi bersih, mV SPsh = Nilai SP
pada formasi lempung, mV

SUMBER : https://core.ac.uk/download/pdf/267873483.pdf
LAMPIRAN B
HASIL PENGAMATAN

16
i

Anda mungkin juga menyukai