Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PRAKTIKUM

APLIKASI SOFTWARE PERMINYAKAN


HASIL PENGERJAAN WELL & NETWORK PIPESIM

Disusun oleh

CAROLYN ROSE MEIER


071.18.027

LABORATORIUM KOMPUTER
JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN & ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME yang telah memberikan rahmat dan hikmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul MAKALAH
PRAKTIKUM APLIKASI SOFTWARE PERMINYAKAN ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi Ujian Tengah
Semester (UTS) pada Praktikum Aplikasi Software Perminyakan. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang aplikasi pipesim bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Laboratorium


(Aslab) yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Jakarta, 15 April 2021

Praktikan

Carolyn Rose Meier


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................................................4
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................5

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................6

1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................6

BAB II TEORI DASAR........................................................................................................................7


II.1 Natural Flow....................................................................................................................8

II.2 Electrical Submersible Pump........................................................................................11

II.3 Gas Lift...........................................................................................................................12

II.4 Network..........................................................................................................................13

II.5 Nodal Analysis................................................................................................................15

BAB III HASIL PENGAMATAN.......................................................................................................16


BAB IV PEMBAHASAN...................................................................................................................23
BAB V KESIMPULAN......................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................28
LAMPIRAN........................................................................................................................................29
DAFTAR GAMBAR

Halaman

III.1 Design Vertical Natural Flow Well……………………………………………………..16


III.3 Design Vertical Artificial Lift (ESP)……………………………………………………17
III.4 Nodal Analysis Vertical Artificial Lift (ESP)…………………………………………..17
III.5 Design Gas Lift…………………………………………………………………………18
III.6 Grafik Deepest Injection Point Gas Lift………………………………………………...18
III.7 Gas Lift Design…………………………………………………………………………19
III.10 Deviation Survey Horizontal Natural Well……………………………………………20

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi berbahan fosil minyak bumi masih menjadi energi yang utama dalam
penggunaannya. Seiringberkembangnya energi alternatif seperti gas alam, mulai menarik
banyak perhatian kalangan industri. Gas alam yang tersedia saat ini tentu masih jauh
melimpah dibandingkan dengan minyak bumi yang sudah sangat dominan, tentunya gas alam
menjadi kandidat utama yang dapat menggantikan posisi minyak bumi. Proses eksplorasi dan
eksploitasi sudah dilakukan dalam pencarian gas bumi. Pekerjaan kegiatan dimulai dari tahap
awal sampai dengan tahap akhir produksi gas bumi. Seiring dengan berproduksinya suatu
reservoir gas, tentu mengalami penurunan tekanan. Kehilangan tekanan pada sistem produksi
dapat terjadi pada berbagai posisi, dimulai dari reservoir hingga separator yang digunakan
untuk mengolah gas tersebut yang selanjutnya nanti akan siap untuk dipasarkan. Pekerjaan
setelah pengeboran dilakukan komplesi untuk penyelesaian sebelum produksi dapat
dilakukan. Pada komplesi, terjadi kehilangan tekanan karena turbulensi dari aliran pada
formasi, akibat damage atau kerusakan pada formasi akibat over balance perforation.
Kehilangan tekanan juga dapat terjadi pada pipa produksi bawah permukaan (tubing) atau
pipa di surface (flowline).

Dilakukan identifikasi perlu dilakukan optimasi produksi dengan menggunakan


analisa nodal. Analisa nodal sekarang ini sudah dapat diaplikasikan dalam sebuah perangkat
lunak. Dalam dunia migas dikenal dengan software Pipesim. Dengan menggunakan berbagai
macam metode perhitungan. Hasil dari perhitungan tersebut setelah diketahui, akan
digunakan dalam well setting tergantung dari jenis well completionnya. Kemudian sensitivity
yang digunakan adalah dari laju alir serta ukuran chokenya. Setelah beberapa kali melakukan
pengujian sensitivity ini, maka akan didapatkan nilai dari IPR (Inflow Performance
Relationship) dan OPR (Outflow Performance Relationship) titik potong dari keduaanya akan
didapatkan laju alir optimum. Perhitungan optimasi produksi gas ini penting dilakukan untuk
mendapatkan nilai produksi sehingga dapat maksimal dalam memproduksikan gas pada
cadangan yang tersedia serta memperhitungkan nilai ekonomi yang akan didapatkan karena
sudah dapat diketahui nilai optimasi yang didapatkan.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini yaitu :


1. Apa saja jenis well yang dipakai dalam praktikum ini?
2. Apa saja hal yang dipelajari pada software pipesim?
3. Apa fungsi dari software pipesim?
4. Mengapa landasan dalam perencanaan pemboran dan produksi menggunakan
software tersebut?
5. Bagaiman cara merancang casing dan surface facility?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan dari makalah ini yaitu :

1. Mengetahui jenis well yang dipakai dalam praktikum ini


2. Mempelajari software pipesim
3. Mengetahui fungsi software pipesim
4. Mengetahui software tersebut sebagai landasan dalam perencanaan pemboran
dan produksi
5. Mengetahui cara merancang casing dan surface facility

BAB II

TEORI DASAR
Pipesim adalah program perangkat lunak simulasi aliran yang digunakan untuk
memodelkan aliran multiphase. Perusahaan menengah dan besar di industri minyak dan gas
menggunakan Pipesim untuk memahami perilaku fluida dalam sistem mereka. Sebagai
bagian dari penggunaan normal, Pipesim dapat mengoptimalkan produksi dan
mengidentifikasi serta mendiagnosis tantangan operasional dengan bantuan kapabilitas
computational fluid dynamics (CFD). Bisnis telah bergantung pada Pipesim selama lebih dari
tiga dekade. Mereka menggunakan perangkat lunak untuk tiga tipe dasar pemodelan aliran:
Aliran multifase, perpindahan panas, dan perilaku fluida. Selain fungsi inti tersebut,
pengguna menikmati beberapa kemampuan paling inovatif dari kategori perangkat lunak ini.
Misalnya, Pipesim menyediakan model mekanistik tiga fase bawaan serta alat canggih untuk
pemodelan PVT. Perkiraan produksi lanjutan adalah salah satu fitur utama Pipesim.
Menggunakan simulator aliran multiphase bawaan, aplikasi dapat menggantikan rumus yang
rumit dengan model empiris. Hasilnya, perusahaan dapat memperoleh data reservoir tanpa
harus menutup sumur.

Selanjutnya, setelah membuat simulasi, pengguna dapat menyimpannya untuk


digunakan kembali dalam proyek mendatang. Jaminan aliran adalah fitur Pipesim penting
lainnya. Ini memastikan bahwa perusahaan memiliki cukup cairan untuk mempertahankan
produksi dari ekstraksi hingga pemrosesan. Fitur ini membantu manajer mengurangi bahaya
yang terkait dengan pengangkutan cairan, bahkan saat gas, minyak, dan air dikelola oleh
sistem yang sama. Pipesim dapat memperingatkan pengguna tentang aliran yang tidak stabil,
dan potensi pembentukan padatan, erosi, dan korosi. Akibatnya, perusahaan dapat
meningkatkan keandalan jaringan pipa mereka dan mengurangi potensi kerusakan,
kebocoran, dan peristiwa bencana. Fungsi pemetaan GIS cepat dan terintegrasi yang
didukung ESRI adalah fitur utama lainnya. Dengan itu, Pipesim menciptakan representasi
spasial jaringan, sumur, dan mesin yang akurat. Pengguna memiliki opsi untuk menghasilkan
jaringan secara otomatis menggunakan pustaka bentuk GIS bawaan aplikasi. Pipesim dapat
dikembangkan sepenuhnya melalui antarmuka pemrograman aplikasi (API) OpenLink yang
kuat. Arsitektur terbukanya memungkinkan perusahaan untuk bertukar data antara aplikasi
pihak ketiga dan makro, mengurangi kebutuhan entri manual. Selain itu, PIPESIM
menggunakan standar Microsoft, memungkinkan otomatisasi melalui Visual Basic for
Applications (VBA).

Pengguna juga dapat berinteraksi dengan Pipesim melalui aplikasi Microsoft Office
seperti Excel dan Access. Pemrogram dapat membuat aplikasi khusus menggunakan C ++
dan mengintegrasikannya dengan Pipesim. Pengembang Pipesim menawarkan banyak
aplikasi lain yang dapat berintegrasi dengan Pipesim. Selain itu, Pipesim terintegrasi dengan
banyak aplikasi pihak ketiga yang biasa digunakan oleh perusahaan di sektor energi.
Keuntungan Pipesim termasuk ekosistem Python yang dapat diakses yang memungkinkan
peluang kustomisasi yang hampir tak terbatas. Sebuah lubang sumur grafis adalah manfaat
lain yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan menganalisis model dengan baik
secara visual. Schlumberger baru-baru ini meningkatkan perangkat lunak untuk
memanfaatkan sepenuhnya daya komputasi yang tersedia. Pemecah jaringan paralelnya
menjalankan simulasi lebih cepat dari sebelumnya dengan menyeimbangkan beban kerja
digital aplikasi. Harga untuk Schlumberger Pipesim tidak tersedia untuk umum. Calon
pembeli harus mengunjungi situs web pengembang untuk meminta penawaran khusus. Selain
dukungan implementasi dan pelatihan awal, Schlumberger menawarkan berbagai layanan
pelatihan minyak dan gas yang dapat membantu perusahaan mendapatkan nilai maksimal dari
investasi mereka di Pipesim. Baik Anda perusahaan minyak dan gas lokal, regional, atau
global, Pipesim adalah aplikasi hebat yang dapat membantu Anda dan tim Anda bekerja lebih
cepat dan lebih cerdas.

II.1 Natural Flow


Minyak yang berasal dari reservoir minyak, umumnya mengandung gas yang larut
didalamnya dalam jumlah yang besar atau kecil, tergantung tekanannya. Selama sumur
diproduksikan tentunya akan terjadi penurunan tekanan reservoir. Penurunan tekanan ini akan
mengakibatkan keluarnya gas dari larutan dan GOR akan bertambah sejalan
dengan berlangsungnya produksi. Bersamaan dengan minyak dan gas yang terdapat dalam
larutan masuk ke dalam sumur, masuk pula gas bebas yang berasal dari tudung gas.

Baik gas bebas maupun gas yang berasal dari larutan minyak, keduanya memiliki
tenaga, dimana pada kondisi tertentu tenaga tersebut dapat menaikkan fluida dari dasar sumur
ke permukaan melalui tubing tanpa memerlukan tenaga bantuan yang berasal dari luar.

Metoda produksi yang mempergunakan tenaga yang berasal dari reservoir untuk
menaikkan fluida dari dasar sumur inilah yang disebut dengan metoda sembur alam. Untuk
menjaga sumur-sumur produksi tetap berproduksi dalam jangka waktu semburan
yang agak lama, maka pada alat christmas tree dipasang choke yang mempunyai diameter
jauh lebih kecil dari pada diameter tubing.
Pada prinsipnya metoda produksi sumur sembur alam yang memanfaatkan perbedan tekanan
yang ada antara tekanan reservoir dengan tekanan lubang sumur. Sehingga secara alamiah
adanya perbedaan tekanan ini akan mengalirkan fluida ke permukaan. Agar recovery yang
didapat optimum maka dilakukan analisa performance sumurnya yaitu inflow performance,
vertical lift performance dan bean performance.

Inflow Performance Inflow Performance adalah aliran air , minyak dan gas dari formasi
menuju ke dalam sumur (dasar sumur), yang dipengaruhi oleh productivity index-nya atau
lebih umum disebut Inflow Performance Relationship (IPR).

Sembur alam adalah salah satu metode pengangkatan minyak ke permukaan dengan
menggunakan tenaga atau tekanan yang berasal dari reservoir/formasi dimana sumur berada.
Sumur sembur alam dapat diproduksikan dengan atau tanpa “jepitan” (choke) di permukaan.
Sebagian besar sumur sembur alam menggunakan choke di permukaan dengan berbagai
alasan, antara lain:

1. Sebagai pengaman
2. Untuk mempertahankan produksi, sebesar yang diinginkan
3. Mempertahankan batas atas laju produksi, untuk mencegah masuknya pasir
4. Untuk memproduksikan reservoir pada laju yang paling efisien
5. Untuk mencegah water atau gas coning

Dalam merencanakan produksi, produksi optimum sumur selalu merupakan sasaran, sehingga
berdasarkan kondisi optimum inilah peralatan produksi dapat direncanakan dengan baik
dalam hal dimensi, kekuatan (grade), jumlah/panjang, macam alat maupun spesifikasi
lainnya. Faktor yang mendasari tercapainya kondisi optimum adalah cadangan, ulah aliran
fluida untuk dapat diproduksi, interaksi atau hubungan antara kelakuan formasi berproduksi
dengan kondisi atau parameter produksi di permukaan (Psp, Pwh). Disamping faktor-faktor
yang telah disebutkan tadi, faktor berikut ini dapat juga merupakan faktor yang
mempengaruhi perencanaan peralatan produksi seperti :

Fleksibilitas untuk sistem produksi di masa yang akan datang (artificial lift).

Jenis material untuk kondisi-kondisi khusus (korosi, dsb).

Faktor kemudahan pemasangan dan penanganan serta keamanan kerja.


Selain hal diatas, ada beberapa jenis tenaga pendorong yang mempengaruhi fluida reservoar
untuk dapat mengalir secara alamiah , yaitu :

1. Water Drive  Mechanisme


2. Gas Cap Drive  Mechanisme
3. Solution Gas Drive  Mechanisme
4. Gravity  Drive Mechanisme
5. Combination Drive Mechanisme

Peralatan dari sumur sembur alam pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua komponen besar,
yaitu peralatan di atas permukaan dan di bawah permukaan.

Peralatan di atas permukaan terdiri dari :

 Casing head
 Tubing head
 Manometer tekanan dan temperature
 Master valve gate
 Wing valve
 Choke
 Check valve

Peralatan di bawah permukaan terdiri dari :

 Tubing
 Packer
 Nipple
 Sliding sleeve door
 Bottom hole choke
 Blast joint
 Flow coupling

Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan laju produksi maupun
menganalisa kelakuan sumur sembur alam, yaitu:

1. Inflow Performance Relationship


2. Tubing (Vertical Flow) Performance
3. Sistim di permukaan
4. Fasilitas peralatan di permukaan
5. Fasilitas peralatan baawah permukaan

Dalam perencanaan sumur sembur alam, selain mengetahui keadaan reservoir sumur
yang bersangkutan, juga harus mengetahui mekanisme pendorongnya dan beberapa metoda
yang digunakan untuk menentukan aliran fluida dalam tubing, juga harus
diketahui bagaimana perencanaan peralatan sumur tersebut.

Untuk perencanaan peralatan sumur sembur alam, terdapat dua hal yang
perlu diperhatikan, yaitu verifikasi tubing dari segi kekuatan bahan dan penentuan panjang
dan diameter tubing yang digunakan. Hal tersebut harus dipahami agar tidak terjadi kesalahan
dalam perencanaan peralatan sumur sembur alam.

II.2 Electrical Submersible Pump


Pada kali ini tipe artificial lift yang digunakan selama Praktikum Software yaitu ESP.
Jadi artificial lift yang akan dibahas kali ini hanya 1 tipe yaitu Electrical Submersible Pump
(ESP) Pada tahap awal suatu sumur dapat mampu melakukan tugas ini dengan tenaganya
sendiri. Pada tahap masa aliran yang lebih akhir, sumur hanya mampu memproduksikan
sebagian dari fluida yang diinginkan. Selama tahap masa aliran sumur ini dan terutama
sesekali setelah sumur mati, suatu metode sembur buatan yang sesuai harus dipasang
sehingga tekanan aliran dasar-sumur yang diperlukan dapat dipertahankan. Pada kali ini,tipe
metode sembur buatan yang digunakan yaitu Electric Submersible Pump (ESP). ESP adalah
metode pengangkatan buatan yang menggunakan pompa centrifugal dan digerakkan dengan
motor listrik yang dipasang di dalam sumur. Prinsip kerja ESP adalah memompakan fluida
dari dalam sumur ke permukaan karena tekanan reservoir sudah tidak mampu lagi
mengangkat fluida ke permukaan.

Pompa ESP merupakan sebuah pompa centrifugal yang  terdiri dari beberapa stages.


Satu stages terdiri dari satu impeller yang bergerak (Rotor) dan satu diffuser yang stationary
(Stator). Tipe dan stages dari pompa ini akan menentukan banyaknya fluida yang dapat
diproduksi serta menentukan total Head Capacity (Daya dorong).

II.2.1 Prinsip Kerja ESP


Prinsip kerja dari pompa ESP ini adalah fluida diarahkan ke dasar impeller yang
digerakkan oleh motor listrik dengan arah tegak. Fluida ini mengalir melelui inlet pompa dan
masuk ke dalam titik pusat impeller. Selanjutnya impeller akan menggerakkan fluida tersebut
secara gerak melingkar, Fluida akan didorong dari titik pusat menuju bagian terluar dari bibir
impeller. Semakin cepat impeller berputar, maka akan semakin cepat fluida cair  bergerak.
Energi kinetis ini diubah menjadi energi potensial berupa tekanan karena lemparan keluar
dari impeller tersebut sehingga fluida mempunyai energi untuk mengalir ke permukaan.

II.3 Gas Lift


Sumur-sumur minyak yang laju produksinya (sudah) rendah atau bahkan sudah tidak
mampu mengalirkan minyak ke permukaan dapat ditingkatkan/ dihidupkan kembali dengan
menggunakan pompa atau gas (gas lift). Pemakaian pompa dan gas lift pada suatu lapangan
perlu memperhatikan :

 Karakteristik fluida yang akan diproduksi


 Kemiringan sumur
 Rata produksi yang diinginkan
 Kekompakan formasi
 dll.

Khususnya yang akan dibicarakan di bawah ini adalah cara produksi dengan gas lift.

Gas lift merupakan salah satu metode pengangkatan buatan di samping metode pemompaan,
setelah cara sembur alam tidak dapat dilakukan.

Gas lift didefinisikan sebagai suatu proses/ metode pengangkatan fluida dari lubang sumur
dengan cara menambahkan gas/ menginjeksikan gas yang relative bertekanan tinggi ke dalam
kolom fluida.

Pada gas  lift ini diperlukan tekanan injeksi yang tinggi, sehingga diperlukan juga kompresor
yang mempunyai horse power yang tinggi pula, oleh karenanya dibuat agar horse power
kompresor kecil tetapi tekanannya tinggi, yaitu dengan menggunakan valve.

Syarat-syarat suatu sumur dapat di gas lift :

 Tersedianya gas yang memadai untuk injeksi, baik dari reservoir itu sendiri maupun
dari tempat lain.
 Fluid level masih tinggi

Pada proses gas lift, pengangkatan fluida didasarkan pada salah satu cara sebagai berikut :

1. Pengurangan gradient fluida


2. Pengembangan dari pada gas yang diinjeksikan
3. Pendorongan fluida oleh gas

Proses dari pada gas lift dapat diterangkan dari sebagai berikut :

Cairan yang ada pada annulus ditekan oleh gas injeksi, akibatnya permukaan cairan sekarang
berada di bawah valve, pada saat ini valve yang pertama membuka sehingga gas akan masuk
pada tubing, sehingga density minyak turun akibatnya gradient tekanan kecil dan minyak
dapat diangkat ke atas.

Beberapa kelebihan gas lift dibandingkan dengan metode pengangkatan buatan lain, yaitu :
Biaya peralatan awal biasanya lebih tinggi karena harus pakai kompresor
Pasir yang ikut terproduksi tidak merusak kebanyakan instalasi gas lift. Sifat pasir abrasive.
Gas lift tidak tergantung/ dipengaruhi oleh design sumur. Mau vertical atau directional well
bisa dipakai.
Umur peralatan lebih lama.
Biaya operasi biasanya lebih kecil.
Ideal untuk sumur-sumur dengan GOR tinggi.

Meskipun demikian metode gas lift mempunyai batasan-batasan berikut :


Gas harus tersedia.
Sentralisasi kompresor sulit untuk sumur-sumur dengan jarak terlalu jauh.
Gas yang tersedia sangat korosif, kecuali diolah sebelum digunakan.

II.4 Network

Connector, digunakan untuk menghubungkan dua objek dimana tidak

terjadi perubahan tekanan atau temperatur yang signifikan.

Node, digunakan untuk menghubungkan obyek dimana tidak ada

peralatan (equipment) diantara obyek tersebut.

Flowline , untuk memodelkan pipa yang akan digunakan.

Riser , digunakan untuk memodelkan Riser yang digunakan.


Boundary Node, hampir sama dengan Node tapi hanya satu obyek saja

yang bisa dihubungkan

Source, titik dimana fluida mulai memasuki jaringan (network).

Separator, memodelkan separator yang digunakan.

Compressor, memodelkan compressor yang digunakan.

Expander, memodelkan expander yang digunakan dalam model.

Heat Exchanger , memodelkan Heat Exchanger yang digunakan. Data

yang dimasukkan yaitu perubahan tekanan atau temperatur.

Choke , memodelkan Choke yang digunakan. Data yang dimasukkan

diameter choke, critical pressure ratio, batas toleransi laju alir kritis

Multiplier/Adder , untuk memvariasikan laju alir fluida.

Report, untuk menampilkan hasil perhitungan di titik yang telah

ditentukan.

Engine keyword tool , digunakan untuk memasukkan dan menyimpan

dalam “expert mode”.

Injection point, digunakan untuk menambahkan komposisi pada sistem

utama.

Multiphase Booster , untuk memodelkan booster yang digunakan.

Pump, untuk memodelkan pipa yang digunakan. Data yang dimasukkan,

perbedaan tekanan, tenaga yang diperlukan, dll

II.5 Nodal Analysis


Nodal Sistem Analisys (analisa system nodal) merupakan suatu teknik sederhana yang
digunakan untuk menentukan hubungan antara Inflow Performance Relationship dengan
Tubing Intake, yang dapat digunakan untuk menentukan laju produksi optimum yang terjadi
dalam suatu sistem produksi. Suatu persamaan matematis digunakan untuk menggambarkan
kemampuan suatu reservoir untuk memproduksi fluida menuju lubang sumur dan sistem
perpipaan yang mengalirkan fluida ke separator di permukaan.

Dalam memproduksi suatu sumur, baik itu sumur minyak ataupun gas, sangat
diperlukan adanya informasi mengenai kelakuan dari reservoirnya.. Kelakuan reservoir
biasanya ditunjukkan dengan adanya aliran (inflow) dari reservoir itu sendiri yang
disebabkan adanya tekanan reservoir (Pr). Aliran dari reservoir kedalam lubang sumur
tergantung dari drawdown atau pressure drop dalam reservoir, Pr – Pwf, dimana Pwf adalah
tekanan alir didasar sumur (bottomhole flowing pressure) Aliran dari reservoir ke lubang
sumur tersebut dinamakan inflow performance, dan kurva yang dihasilkan antara laju
produksi dengan tekanan alir dasar sumur disebut inflow performance relationship, atau lebih
dikenal dengan istilah kurva IPR. Jadi kurva IPR merupakan kurva yang menunjukkan
kelakuan produksi suatu sumur.

BAB III

HASIL PENGAMATAN
Gambar III.1 Design Vertical Natural Flow Well

Gambar III.2 Nodal Analysis Vertical Natural Flow Well


Gambar III.3 Design Vertical Artificial Lift (ESP)

Gambar III.4 Nodal Analysis Vertical Artificial Lift (ESP)


Gambar III.5 Design Gas Lift

Gambar III.6 Grafik Deepest Injection Point Gas Lift


Gambar III.7 Gas Lift Design

Gambar III.8 Hasil Install Design Gas Lift


Gambar III.9 Design Horizontal Natural Well

Gambar III.10 Deviation Survey Horizontal Natural Well


Gambar III.11 Design Horizontal Artificial Lift (ESP)

Gambar III.12 Deviation Survey Horizontal Artificial Lift (ESP)


Gambar III.13 Performance Data Horizontal Artificial Lift (ESP)
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kali ini,akan membahas mengenai aplikasi software Pipesim.

Aplikasi Pipesim milik Schlumberger ini bertujuan untuk mendesain casing dan peralatan di

atas permukaan. Pada ujian kali ini kami mahasiswa/i Teknik Perminyakan ditugaskan untuk

membuat pengerjaan well serta jika sudah selesai,well tersebut akan di masukkan data well

nya ke Network untuk di gabungkan bersama. Berdasarkan soal UTS yang

diberikan,praktikan diminta untuk membuat 1 network yang terdiri dari 8 sumur dimana 5

sumur diantaranya yaitu sumur natural flow,sumur vertical +artificial lift (ESP),sumur gas

lift, sumur horizontal, dan sumur horizontal+artificial lift (ESP). Sumur tersebut wajib

memiliki 4 casing dan 1 liner sebagai syarat tiap sumur.

Sumur pertama yang akan dibuat yaitu sumur Vertical Natural Flow. Pertama

praktikan memasukkan OD casing 20” dan ID 19” , OD Casing kedua sebesar 16” dan ID

15,124” di kedalaman 4227ft , OD casing yang ketiga sebesar 10,75” dan ID 9,95” di

kedalaman 4727ft , OD casing terakhir sebesar 7” dan ID 6,456” di kedalaman 5727ft , untuk

Liner OD yang digunakan 4,5” dan ID nya 4” dari kedalaman 5727ft sampai kedalaman

7527ft. Setelah melakukan penyusunan casing dan liner maka praktikan akan menentukan

penyusunan tubing nya ukuran OD tubing yang digunakan sebesar 5,5” dan ID 4,67” sampai

kedalaman 7027ft. Alat di atas permukaan sudah selesai maka praktikan akan menyusun alat

di bawah permukaan yaitu Packer di kedalaman 6000ft. Perforasi dilakukan di kedalaman

7327ft dengan pressure 2550 psia , Temperature 321°F , PI 8 STB/(d.psi). Setelah perforasi

dilakukan,praktikan menyusun fluid model nya dengan nilai GOR 350 SCF/STB , Watercut

35% , dan API 30°. Setelah semua sudah disusun dan tidak ada kesalahan (validation) yang

salah,maka praktikan akan melakukan Nodal Analysis nya,grafik akan muncul setelah di run.
Nodal Analysis pada sumur Vertikal Natural Flow ini menunjukkan tekanan dan laju alir

yang terjadi bahwa sumur tersebut mampu berproduksi di tekanan dan laju alir tesebut tanpa

bantuan artificial lift di Tekanan 1404,087 psia dan laju alir 7613,934 STB/d dimana terjadi

titik yang berpotongan pada Grafik Nodal Analysis nya.

Sumur kedua yang akan dibuat yaitu Vertikal Artificial Lift. Artificial Lift yang

dipakai untuk sumur ini adalah ESP, Hal pertama praktikan memasukkan OD casing 20” dan

ID 19” di kedalaman 3527ft , OD Casing kedua sebesar 16” dan ID 15,01” di kedalaman

4227ft , OD casing yang ketiga sebesar 10,75” dan ID 10,05” di kedalaman 4727ft , OD

casing terakhir sebesar 7” dan ID 6,276” di kedalaman 5727ft , untuk Liner OD yang

digunakan 4,5” dan ID nya 4” dari kedalaman 5727ft sampai kedalaman 7527ft. Setelah

melakukan penyusunan casing dan liner maka praktikan akan menentukan penyusunan tubing

nya ukuran OD tubing yang digunakan sebesar 5,5” dan ID 4,5” sampai kedalaman 7027ft.

Alat di atas permukaan sudah selesai maka praktikan akan menyusun alat di bawah

permukaan yaitu Packer di kedalaman 4691,163ft. Karena pada sumur kali ini menggunakan

artificial lift maka tambahkan artificial lift (ESP) dan pilih manufacturer yang sekiranya pas

untuk pemasangan sumur ini lalu setelah itu baru dilakukan Perforasi dilakukan di kedalaman

7327ft dengan pressure 2550 psia , Temperature 321°F , PI 8 STB/(d.psi). Setelah perforasi

dilakukan,praktikan menyusun fluid model nya dengan nilai GOR 350 SCF/STB , Watercut

35% , dan API 30°. Perancangan sumur sudah selesai maka praktikan baru bisa menjalankan

grafik Nodal Analysis setelah tidak ada validation yang terdapat. Dapat dilihat di titik yang

berpotongan dengan tekanan 1625,264 psia dam laju alir 7397,885 STB/d menunjukkan

bahwa tekanan dan laju alir yang terjadi,sumur tersebut mampu berproduksi di tekanan dan

laju alir tesebut dengan bantuan Artificial Lift.

Sumur ketiga yang akan dibuat adalah Horizontal Natural Flow Well. Hal pertama

yang dilakukan adalah menyusun casing sama seperti sumur-sumur sebelumnya. Pertama
praktikan memasukkan OD casing 20” dan ID 19” di kedalaman 3527ft , OD Casing kedua

sebesar 16” dan ID 15,01” di kedalaman 4227ft , OD casing yang ketiga sebesar 10,75” dan

ID 10,05” di kedalaman 4727ft , OD casing terakhir sebesar 7” dan ID 6,456” di kedalaman

5727ft , untuk Liner OD yang digunakan 4,5” dan ID nya 4” dari kedalaman 5727ft sampai

kedalaman 7527ft. Setelah melakukan penyusunan casing dan liner maka praktikan akan

menentukan penyusunan tubing nya ukuran OD tubing yang digunakan sebesar 5,5” dan ID

4,67” sampai kedalaman 7027ft. Alat di atas permukaan sudah selesai maka praktikan akan

menyusun alat di bawah permukaan yaitu Packer di kedalaman 5500ft. Perforasi dilakukan di

kedalaman 7327ft dengan pressure 2550 psia , Temperature 321°F , PI 8 STB/(d.psi).

Setelah perforasi dilakukan,praktikan menyusun fluid model nya dengan nilai GOR 350

SCF/STB , Watercut 35% , dan API 30°. Dan sumur horizontal dibuat agar membentuk sudut

90°. Jika diberikan nilai productivity index sebesar 3 STB, maka tidak dapat berjalan karena

sumur yang dilakukan adalah sumur horizontal dengan jenis alirannya distributed, apabila

productivity index nya lebih besar dari 1 saat jenis aliran distributed dan horizontal maka

tidak akan dapat di running hasil P/T profile dan hasil nodal analysis nya.

Sumur keempat yang akan dibuat adalah Horizontal Artificial Lift Well. Hal pertama

yang dilakukan adalah menyusun casing sama seperti sumur-sumur sebelumnya. Pertama

praktikan memasukkan OD casing 20” dan ID 19” di kedalaman 3527ft , OD Casing kedua

sebesar 16” dan ID 15,01” di kedalaman 4227ft , OD casing yang ketiga sebesar 10,75” dan

ID 10,05” di kedalaman 4727ft , OD casing terakhir sebesar 7” dan ID 6,456” di kedalaman

5727ft , untuk Liner OD yang digunakan 4,5” dan ID nya 4” dari kedalaman 5727ft sampai

kedalaman 7527ft. Setelah melakukan penyusunan casing dan liner maka praktikan akan

menentukan penyusunan tubing nya ukuran OD tubing yang digunakan sebesar 5,5” dan ID

4,67” sampai kedalaman 7027ft. Alat di atas permukaan sudah selesai maka praktikan akan

menyusun alat di bawah permukaan yaitu Packer di kedalaman 5500ft. Karena pada sumur
kali ini menggunakan artificial lift maka tambahkan artificial lift (ESP) dan pilih

manufacturer yang sekiranya pas untuk pemasangan sumur ini lalu setelah itu baru dilakukan

Perforasi dilakukan di kedalaman 7327ft dengan pressure 2550 psia , Temperature 321°F , PI

8 STB/(d.psi). Setelah perforasi dilakukan,praktikan menyusun fluid model nya dengan nilai

GOR 350 SCF/STB , Watercut 35% , dan API 30°. Dan sumur horizontal dibuat agar

membentuk sudut 90°.

Pada sumur Gas Lift well sebagai sumur yang terakhir,praktikan akan mengubah

mode nya menjadi Simple dan Dimention Option menjadi Wall Thickness dengan ukuran ID

Casing 7,025” di kedalaman 13527ft dan wall thickness sebesar 0,3”. Lalu masukkan

kedalaman tubing 12727ft dengan ID Tubing 3,548ft dan wall thickness 0,226”. Setelah itu

dilakukan lah gas lift response untuk mengetahui nilai optimum gas injection rate sebesar 1

mmscf/d, setelah dilakukan gas lift response maka dilakukan deepest injection point yang

dimana tempat peletakan gas lift paling dalam ada pada kedalaman 12517,44ft dan tekanan

sebesar 2550psia. Setelah dilakukan gas lift response,maka praktikan melakukan gas lift

design dengan minimum port size 0,125” , pressure 2550 psia , watercut 35% dan GOR

350SCF/STB. Setelah dijalankan hasil nya maka praktikan bisa meng-Install Design Gas Lift

tsb.

Network yang dilakukan menggunakan 8 sumur, 22 flowline, 8 choke, 1 junction dan

1 separator 3 fasa. Dan alat lainnya menggunakan compressor untuk gas lalu menuju sink,

generic pump untuk minyak lalu diteruskan ke sink dan air langsung menuju ke sink.
BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:

1. Vertical Natural Flow Well menghasilkan nilai produksi dengan tekanan 1404,087
psia dan laju alir 7613,934 STB/d
2. Vertical Artificial Lift Well menghasilkan nilai produksi dengan tekanan 1625,264
psia dam laju alir 7397,885 STB/d
3. Pada sumur horizontal dikarenakan productivity index nya lebih besar dari 1 dan
jenis aliran nya distributed maka tidak dapat di running hasil P/T profile dan hasil
nodal analysis nya.
4. Dengan adanya Artificial Lift dapat menaikkan laju alir produksi nya.
5. Pada network berjalan dengan baik,tidak ada validation yang terjadi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Husodo, W., MSc., . 1986 . “PENGETAHUAN PERALATAN PRODUKSI” . Cepu .


Diktat Kedua, PPT Migas.
2. Brown, Kermit, E. 2005 . “The Technology of Artificial Lift Methods Volume 2B dan
4” . USA . ECLIPSE Reservoir Simulation, Schlumberger
3. Guo, Boyun.; Lyons, W. C.;Ghalambor, A . 2007 . “Petroleum Production
Engineering” . USA . Elsevier Science
4. https://petroleum.id/metode-produksi-sembur-alam/ (Diakses pada hari Sabtu 17 April
2021)
5. http://petrowiki.org/Casing_and_tubing (Diakses pada hari Sabtu 17 April 2021)
LAMPIRAN
Gambar III.1 Design Vertical Natural Flow Well

Gambar III.2 Nodal Analysis Vertical Natural Flow Well


Gambar III.3 Design Vertical Artificial Lift (ESP)

Gambar III.4 Nodal Analysis Vertical Artificial Lift (ESP)


Gambar III.5 Design Gas Lift

Gambar III.6 Grafik Deepest Injection Point Gas Lift


Gambar III.7 Gas Lift Design

Gambar III.8 Hasil Install Design Gas Lift


Gambar III.9 Design Horizontal Natural Well

Gambar III.10 Deviation Survey Horizontal Natural Well


Gambar III.11 Design Horizontal Artificial Lift (ESP)

Gambar III.12 Deviation Survey Horizontal Artificial Lift (ESP)


Gambar III.13 Performance Data Horizontal Artificial Lift (ESP)

Anda mungkin juga menyukai