Anda di halaman 1dari 29

UJIAN TENGAH SEMESTER MATA KULIAH

PRAKTIKUM APLIKASI SOFTWARE PERMINYAKAN

PRAKTIKUM APLIKASI SOFTWARE PERMINYAKAN

OLEH:

Christopher Abiel Pangestu Putra

NIM: 071001800028

LABORATORIUM APLIKASI SOFTWARE PERMINYAKAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya ingin panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah
ini mengenai “Program Software PIPESIM” yang baru saja saya selesaikan.

Dari makalah ini saya berharap dapat dijadikan sarana pembelajaran dan
penambahan wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca. Saya sangat
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna karena terbatasnya pengalaman, kemampuan dan
pengetahuan yang saya miliki, baik dalam segi penulisan maupun cara
penyajiannya. Oleh karena itu, saya ingin memohon maaf atas segala kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Dan juga saya dengan senang hati mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah yang akan saya tulis di
masa yang akan datang.

Penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dan kerja
sama dari pihak lain. Sehingga, pada kesempatan kali ini, saya ingin
mengucapkan terima kasih untuk segala pihak yang telah membantu saya dalam
penyelesaian makalah ini.

Jakarta, 21 April 2021

Mahasiswa,

Christopher Abiel Pangestu Putra

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR GAMBAR iii

BAB I PENDAHULUAN 1

I.1 Latar Belakang 1

I.2 Rumusan Masalah 2

I.3 Tujuan Penulisan 2

I.4 Manfaat Penulisan 2

BAB II TEORI DASAR 3

II.1 Natural Flow 3

II.2 Electrical Submersible Pump (ESP) 5

II.2.1 Prinsip Kerja Electrical Submersible Pump 6


II.3 Gas Lift 7
II.2.1 Prinsip Kerja Gas Lift 8
II.2.1 Jenis Gas Lift 9
II.4 Network 9

II.5 Nodal Analysis 10

II.6 P/T Profile 11

BAB III HASIL PENGAMATAN 12

BAB IV PEMBAHASAN 18

IV.1 Pembahasan PIPESIM 18


BAB V KESIMPULAN 22

DAFTAR PUSTAKA 23

LAMPIRAN 24

ii
DAFTAR GAMBAR

Halaman
II.1.1 Vertical Natural Flow Well 4

II.1.2 Horizontal Natural Flow Well 4

II.2.1 Vertical Artificial Lift Well 6

II.2.2 Horizontal Artificial Lift Well 6

II.3.1 Gas Lift Well 8

II.4.1 Network 8 Sumur 10

II.5.1 Nodal Analysis 11


III.1 Design Vertical Natural Flow Well 12
III.2 Nodal Analysis Vertical Natural Flow Well 12
III.3 Design Vertical Artificial Lift Well 13
III.4 Nodal Analysis Vertical Artificial Lift Well 13

III.5 Design Horizontal Natural Flow Well 14

III.6 Nodal Analysis Horizontal Natural Flow Well 14

III.7 Design Horizontal Artificial Lift Well 15


III.8 Nodal Analysis Horizontal Artificial Lift Well 15
III.9 Design Gas Lift Well 16
III.10 Nodal Analysis Gas Lift Well 16
III.11 Design Network Simulation 17
III.12 Nodal Analysis Network Simulation 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Software adalah suatu perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah


sekumpulan data atau banyaknya data yang disimpan secara digital dalam
bentuk program untuk menjalankan perintah yang diinput atau dimasukkan
pada perangkat komputer. Dalam Bahasa Indonesia, software itu sendiri
disebut dengan piranti lunak atau bisa disebut juga dengan perangkat lunak.

Fungsi software secara mendasar pada komputer adalah untuk


mendeteksi perangkat hardware pada komputer serta kemudian mengatur
perangkat-perangkat hardware tesebut agar dapat bekerja secara bersamaan.
Data yang disimpan pada komputer dapat berupa program atau instruksi
yang akan dijalankan oleh perintah, maupun catatan-catatan yang
dibutuhkan oleh komputer untuk menjalankan perintah yang mau
dijalankan. Dalam mencapai keinginannya itu, dirancanglah suatu susunan
logika, dimana logika yang disusun ini diolah melalui perangkat lunak atau
disebut juga dengan program beserta data-data yang diolahnya. Pengolahan
pada software ini melibatkan beberapa hal, diantaranya adalah sistem
operasi, program, dan data. Software ini mengatur sedemikian rupa
sehingga logika yang ada dapat dimengerti oleh mesin komputer.

Ada salah satu software yang terkenal dalam dunia migas yaitu software
Pipesim. Pipesim ini bertujuan dalam melakukan identifikasi serta
dilakukannya sebuah optimasi produksi dengan menggunakan analisa nodal.
Analisa nodal tersebut sudah dapat diaplikasikan dalam sebuah perangkat
lunak (software). Program Pipesim ini menggunakan beberapa metode
perhitungan. Hasil perhitungan setelah diperoleh dan diketahui, akan
digunakan dalam well testing dimana tergantung dari jenis well
completionnya.

1
I.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa saja metode yang dipakai dalam software pipesim?
2. Mengapa landasan dalam perencanaan pemboran dan produksi
menggunakan software tersebut?
3. Kapan waktu untuk menggunakan software tersebut?
4. Apa saja hal yang dipelajari dan dipahami pada software pipesim?

I.3 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Mengetahui fungsi dari software pada umumnya
2. Mengetahui software tersebut sebagai landasan dalam perencanaan
pemboran dan produksi
3. Mengetahui kapan menggunakan software tersebut
4. Memahami dan mempelajari software pipesim

I.4 Manfaat Penulisan


Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk:
1. Memberikan pemahaman kepada engineer tentang pentingnya
penerapan software pipesim
2. Memberikan pengetahuan kepada engineer tentang kegunaan software
pipesim
3. Memberikan pemahaman kepada engineer tentang metode yang
dilakukan pada software pipesim

2
BAB II

TEORI DASAR

II.1 Natural Flow

Sembur alam (Natural Flow) merupakan salah satu metode


pengangkatan minyak ke permukaan dengan menggunakan tenaga atau
tekanan yang berasal dari reservoir atau formasi dimana sumur berada.
Sumur sembur alam dapat diproduksikan dengan atau tanpa “jepitan”
(choke) di permukaan. Sebagian besar sumur sembur alam
menggunakan choke di permukaan dengan berbagai alasan, antara lain:

a. Sebagai pengaman
b. Untuk mempertahankan produksi, sebesar yang diinginkan
c. Mempertahankan batas atas laju produksi, untuk mencegah masuknya
pasir
d. Untuk memproduksikan reservoir pada laju yang paling efisien
e. Untuk mencegah water atau gas coning

Dalam merencanakan produksi, produksi optimum sumur selalu


merupakan target sehingga berdasarkan kondisi optimum inilah peralatan
produksi dapat direncanakan dengan baik dalam hal dimensi, kekuatan
(grade), jumlah atau panjang, macam alat maupun spesifikasi lainnya.
Faktor yang mendasari tercapainya kondisi optimum adalah cadangan, suatu
aliran fluida untuk dapat diproduksi, interaksi atau hubungan antara
kelakuan formasi berproduksi dengan kondisi atau parameter produksi di
permukaan (Psp, Pwh). Disamping beberapa faktor yang telah diketahui
tadi, faktor berikut ini dapat juga termasuk faktor yang mempengaruhi
perencanaan peralatan produksi seperti:

a. Fleksibilitas untuk sistem produksi di masa yang akan datang (artificial


lift).
b. Jenis material untuk kondisi-kondisi khusus (korosi, dsb).
c. Faktor pemasangan dan penanganan serta keamanan kerja.

3
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan laju
produksi maupun menganalisa kelakuan sumur sembur alam, yaitu:

a. Inflow Performance Relationship


b. Tubing (Vertical Flow) Performance
c. Sistim di permukaan
d. Fasilitas peralatan di permukaan
e. Fasilitas peralatan baawah permukaan

Natural Flow ini dapat berupa Vertikal pada gambar II.1.1 dan dapat berupa
Horizontal pada gambar II.1.2

Gambar II.1.1 Vertical Natural Flow Well

Pada gambar diatas bisa dilihat bahwa sumur tersebut berbentuk


vertikal pada zona reservoir

Gambar II.1.2 Horizontal Natural Flow Well

4
Pada gambar diatas terlihat sumur natural flow dan membentuk sudut
sebesar 90

II.2 Electrical Submersible Pump (ESP)

Electric Submbersible Pump atau ESP meruapakan salah satu metode


pengangkatan buatan (artificial lift) yang sering digunakan pada sumur-
sumur minyak yang sudah tidak mampu berproduksi secara alami (natural
flow). ESP mempunyai pompa sentrifugal bertingkat (multi stages) yang
ditenggelamkan ke dalam sumur minyak untuk membantu mengangkat
fluida ke permukaan dimana pompa ini digerakkan oleh motor listrik.

Pada tahap awal suatu sumur yang mampu melakukan tugas ini dengan
tenaganya sendiri. Pada tahap masa aliran yang lebih akhir, sumur hanya
memproduksikan sebagian dari fluida yang diinginkan. Selama tahap masa
aliran ini serta terutama sekali setelah sumur mati, sebuah metode sumur
buatan yang sesuai harus dipasang supaya tekanan aliran pada dasar sumur
yang dibutuhkan dapat dipertahankan. Rangkaian pompa ESP di bawah
permukaan terdiri dari pompa sentrifugal bertingkat (multi stages), gas
separator atau pump intake, protector, dan motor listrik. Dari rangkaian
pompa tersebut ditenggelamkan dalam cairan serta disambungkan dengan
rangkaian tubing. Motor listrik yang berada pada ujung rangkaian
disambungkan dengan kabel ke permukaan yaitu ke switchboard dan
transformer. Jumlah stage pada pompa disesuaikan dengan kondisi sumur
melalui perencanaan desain. Setiap stage terdiri dari beberapa impeller dan
diffuser yang bertujuan untuk memberikan tekanan pada fluida serta
mengalirkannya ke beberapa stage selanjutnya.

Hal-hal penting yang harus diperhitungkan dalam melakukan desain


ESP agar pompa dapat bekerja dengan optimal dan mencegah kerusakan
dini pada unit pompa ESP yaitu :

a. Pump Head Capacity


b. Pump Efficiency

5
c. Brake Horse Power

ESP sendiri dapat dipasang secara Vertikal pada gambar II.2.1 dan
dipasang secara Horizontal pada gambar II.2.2

Gambar II.2.1 Vertical Artificial Lift Well

Gambar II.2.2 Horizontal Artificial Lift Well

II.2.1 Prinsip Kerja Electric Submersible Pump

Sistem kerja dari artificial lift ini adalah dengan cara mengalirkan
energi listrik dari transformer menuju switchboard. Pada switchboard,
semua kinerja ESP serta kabel akan dilakukan monitoring atau
dikontrol. Selanjutnya, energi listrik dari switchboard akan diteruskan
ke motor yang diposisikan di dalam sumur melalui kabel yang

6
diletakkan di sepanjang tubing mulai dari rangkaian ESP di bawah
permukaan sampai ke transformer.

Kemudian melalui motor energi listrik akan terjadi perubahan


menjadi energi mekanik yang berupa tenaga putar. Putaran tersebut
akan diteruskan ke protector dan pompa melalui shaft yang
dihubungkan dengan coupling. Pada saat shaft dari pompa berputar,
impeller akan ikut berputar, lalu mendorong fluida dengan aliran
radial yang masuk melalui gas separator (pump intakeI) dengan
kecepatan tinggi serta diarahkan kembali ke impeller berikutnya
menggunakan diffuser. Fluida produksi akan melewati beberapa
susunan impeller yang berurutan dan setiap tingkat akan
meningkatkan tekanan atau head. Head total yang terjadi adalah
jumlah masing-masing head yang terbentuk pada setiap impeller.

Sistem ESP dioperasikan dengan frekuensi 50 sampai 60 Hz.


Secara umum Variable Speed Drive (VSD) merupakan switchboard
yang memiliki kapasitas frekuensi yang dapat diubah. Dengan
akhirnya akan memberikan keleluasaan dalam penentuan laju alir
produksi yang disesuaikan dengan kemampuan sumur melalui
pengaturan putaran pompa. Frekuensi yang lebih tinggi menyebabkan
kecepatan pompa menjadi lebih besar, dimana akan menghasilkan laju
produksi dan head lebih besar, maka horse power yang dibutuhkan
juga menjadi lebih besar.

Kinerja pompa ESP ditunjukkan dengan kurva yang disebut pump


performance curve yang terdiri dari Head Capacity, Brake Horse
Power, dan Pump Efficiency.

II.3 Gas Lift

Gas lift merupakan salah satu metode teknik pengangkatan buatan


untuk mengangkat fluida dari sumur ke permukaan dengan cara
menginjeksikan gas bertekanan tinggi oleh kompresor yang diinjeksikan

7
melalui annulus (ruang di antara casing dan tubing). Gas yang diinjeksikan
tersebut akan masuk ke dalam tubing melalui katup yang ada pada gas lift,
sehingga akan mengakibatkan berkurangnya berat kolom fluida di dalam
tubing, dengan demikian maka fluida akan mampu terangkat ke permukaan.

Selain itu sistem gas lift ini dapat mengakomodasi apabila terjadi
ketidaktepatan desain, dimana apabila desain suatu sistem gas lift kurang
baik namun masih bisa mengangkat fluida dari dalam sumur ke permukaan.

Gambar III.3.1 Gas Lift Well

II.3.1 Prinsip Kerja Gas Lift

Sistem gas lift bekerja dengan prinsip mengurangi berat kolom


fluida formasi dengan cara menginjeksikan gas ke dalam sumur.
Fluida yang berada dalam annulus antara tubing dan casing ditekan
oleh gas injeksi bertekanan tinggi melalui katup-katup gas lift (gas lift
valve). Katup gas lift ini akan membuka secara otomatis yang dimana
terdapat perbedaan tekanan di antara annulus dengan tubing sehingga
gas injeksi tersebut akan masuk ke dalam tubing. Kemudian gas
injeksi yang masuk melalui katup paling atas, akan masuk kedalam
tubing serta tercampur dengan fluida dari reservoir. Hal ini akan
mengakibatkan berkurangnya berat kolom fluida atau terjadi
penurunan densitas minyak serta gradien tekanan minyak. Dengan
akhirnya perbedaan tekanan antara annulus dan tubing akan semakin

8
membesar sehingga katup akan menutup. Kemudian aliran gas injeksi
akan masuk melalui katup di bawahnya, dimana dapat menimbulkan
peringanan lagi dan katup tersebut akan menutup. Proses ini akan
berlanjut sampai dengan katup gas lift paling bawah.

II.3.2 Jenis Gas Lift

Dibagi menjadi dua jenis berdasarkan cara penginjeksian gas, yaitu:

a. Continious Gas Lift


Sumur yang mempunyai nilai PI yang besar ( > 0,5 STB/day/psi)
dan BHP tinggi menggunakan gas lift jenis ini sehingga dapat
mengangkat kolom fluida minimal 70% dari kedalaman sumur.
Continuous gas lift adalah injeksi gas bertekanan tinggi yang
dimasukkan ke dalam sumur secara terus menerus ke dalam tubing
yang bertujuan untuk menurunkan berat kolom fluida di dalam
tubing.
b. Intermittent Gas Lift
Sumur yang mempunyai nilai PI yang kecil ( < 0,5 STB/day/psi)
dan BHP rendah yang menggunakan gas lift jenis ini sehingga
kolom cairan yang terangkat kurang dari 70%. Intermittent gas lift
adalah gas yang diinjeksikan secara terputus-putus pada selang
waktu tertentu, sehingga sistem penginjeksian gas diatur sesuai
dengan laju fluida yang mengalir dari reservoir.

II.4 Network

Network merupakan sebuah fitur pada software PIPESIM yang


mempunyai fungsi untuk mendesain bagaimana fasilitas produksi akan
dibuat seperti seberapa panjang dari flowline, berapa bean size choke yang
digunakan, apakah menggunakan separator 3 fasa atau menggunakan
separator 2 fasa. Dengan menggunakan network sendiri, maka kita dapat
meramalkan beberapa sumur yang telah diproduksikan sampai kepada sink
atau tempat penyimpanan dari pada minyak, air dan juga gas. Bisa dilihat
pada gambar II.4.1 dibawah.

9
Gambar II.4.1 Network 8 Sumur

II.5 Nodal Analysis

Nodal Analisis ini merupakan teknik sederhana yang mempunyai


kegunaan dalam menentukan hubungan antara IPR (Inflow Performance
Relationship) dengan Tubing Intake, dimana dapat digunakan untuk
menentukan laju produksi optimum yang terjadi pada sistem produksi.
Nodal Analisis juga disebut sebagai persamaan matematis yang mempunyai
kegunaan dalam menggambarkan kemampuan suatu reservoir untuk
memproduksi fluida menuju lubang sumur dan sistem perpipaan yang
mengalirkan fluida ke separator di permukaan (surface).

Teknik ini dipakai untuk keperluan secara luas tentang desain,


penyelesaian masalah pada sumur minyak dan gas serta evaluasi
keekonomian, dimana tekni ini diselesaikan dengan grafik menggunakan
plot tekanan versus laju alir. Persamaan inflow dan outflow berbeda serta
berpotongan pada suatu titik, tetapi jika kedua persamaan itu tidak
berpotongan berarti sumur tersebut tidak mampu memproduksikan fluida
menuju permukaan sehingga bisa diatasi dengan metode artificial lift.

10
Gambar II.5.1 Nodal Analysis

II.6 P/T Profile

P/T profile adalah metode yang digunakan untuk mengetahui kondisi


tekanan pada lubang sumur serta memprediksi apa yang akan terjadi pada
masa depan, dimana dapat mengetahui sumur yang akan diproduksikan
sehingga tidak mengalami kerugian. Penggunaan P/T profile dapat
mengetahui penurunan tekanan (drawdown) sehingga dapat menentukan
menggunakan metode pengangkatan buatan mana yang lebih baik. Dengan
menggunakan ESP, maka diberikan energi sehingga drawdown akan
menjadi lebih besar. Sedangkan jika menggunakan Gas Lift yaitu dengan
meringankan fluida sehingga mudah terangkat pada analisa P/T profile,
maka slope yang dihasilkan akan mengecil, penggunaan gas lift sendiri tidak
akan menurunkan nilai dari Pwh, sedangkan penggunaan dari ESP
menurunkan nilai Pwh sehingga drawdown makin besar dan tidak adanya
perubahan slope yang dihasilkan.

11
BAB III

HASIL PENGAMATAN

Gambar III.1 Design Vertical Natural Flow Well

Gambar II.2 Nodal Analysis Vertical Natural Flow Well

12
Gambar III.3 Design Vertical Artificial Lift Well

Gambar III.4 Nodal Analysis Vertical Artificial Lift Well

13
Gambar III.5 Design Horizontal Natural Flow Well

Gambar III.6 Nodal Analysis Horizontal Natural Flow Well

14
Gambar III.7 Design Horizontal Artificial Lift Well

Gambar III.8 Nodal Analysis Horizontal Artificial Lift Well

15
Gambar III. 9 Design Gas Lift

Gambar III.10 Nodal Analysis Gas Lift

16
Gambar III.11 Design Network Simulation

Gambar III.12 Hasil Running Network Simulation

17
BAB IV

PEMBAHASAN

IV.1 Pembahasan PIPESIM

Kali ini software yang akan digunakan pada UTS ini adalah PIPESIM.
PIPESIM itu sendiri merupakan salah satu aplikasi dalam mendesain casing
dan surface facility yang dikeluarkan oleh perusahaan Schlumberger. Hal
yang dipelajari kali ini adalah bagaimana cara untuk merancang casing dan
surface facility supaya sumur dapat berproduksi. Kali ini penulis akan
membuat 5 jenis sumur yang berbeda dan menghubungkannya didalam
Network Simulation, tipe sumur yang didesain adalah tipe sumur Vertical
Natural Flow, Vertical Artifical Lift, Horizontal Natural Flow, Horizontal
Artifical Lift, dan Gas Lift

Sumur pertama yang akan dibuat adalah Vertical Natural Flow Well.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing dengan total kedalaman (MD) mencapai 7928 ft, dengan
dipasangnya casing pertama (conductor casing) yang memiliki OD 18.625”
dan ID 17.467” yang dipasang pada kedalaman 4400 ft, casing kedua
(surface casing) dengan OD 16” dan ID 14.688” yang dipasang pada
kedalaman 5200 ft, casing ketiga (intermediate casing) dengan OD 11.75”
dan ID 10.772” yang dipasang sampai kedalaman 6000 ft, dan casing
keempat (producton casing) dengan OD 7.75” dan ID 6.56” yang dipasang
pada kedalaman 7500 ft. Kemudian ditambah liner dengan OD 5” dan ID
4.408” yang dipasang dari kedalaman 7300 ft sampai 7928 ft. Setelah
melakukan penyusunan casing dan liner, hal yang selanjutnya akan
dilakukan yaitu memasang tubing dengan OD 4.5”dan ID 3.958” yang
dipasang pada kedalaman 7600 ft. Setelah itu dipasang downhole equipment
yaitu packer pada kedalaman 7550 ft. Kemudian perforasi di lakukan pada
kedalaman 7800 ft dengan data tekanan sumur 2850 psia, temperature
sumur 280F dan PI nya 3 STB/(d.psi), setelah itu tentukan fluid model

18
dengan data watercut 25%, GOR 215 SCF/STB, dan API sebesar 30.
Perancangan sumur sudah selesai, selanjutnya yang dilakukan adalah Nodal
Analysis dengan meletakkan nodal analysis di antara tubing dan perforasi
serta memasukkkan nilai outflow pressure. Bisa dilihat bahwa garis inflow
dan outflow mengalami perpotongan di tekanan 2289.851 psia dan laju alir
di 1680.447 STB/D. Hal ini menunjukkan tekanan dan laju alir yang terjadi
bahwa sumur tersebut mampu berproduksi di tekanan dan laju alir tesebut
tanpa bantuan artificial lift.

Sumur kedua yang akan dibuat adalah Vertical Artificial Lift Well. Hal
pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing dengan total kedalaman (MD) mencapai 7928 ft, dengan
dipasangnya casing pertama (conductor casing) yang memiliki OD 18.625”
dan ID 17.467” yang dipasang pada kedalaman 4400 ft, casing kedua
(surface casing) dengan OD 16” dan ID 14.688” yang dipasang pada
kedalaman 5200 ft, casing ketiga (intermediate casing) dengan OD 11.75”
dan ID 10.772” yang dipasang sampai kedalaman 6000 ft, dan casing
keempat (producton casing) dengan OD 7.75” dan ID 6.56” yang dipasang
pada kedalaman 7500 ft. Kemudian ditambah liner dengan OD 5” dan ID
4.408” yang dipasang dari kedalaman 7300 ft sampai 7928 ft. Setelah
melakukan penyusunan casing dan liner, hal yang selanjutnya akan
dilakukan yaitu memasang tubing dengan OD 4.5”dan ID 3.958” yang
dipasang pada kedalaman 7600 ft. Setelah itu dipasang downhole equipment
yaitu packer pada kedalaman 7550 ft. Kemudian perforasi di lakukan pada
kedalaman 7800 ft dengan data tekanan sumur, temperature sumur dan PI
nya yang sama pada sumur satu, setelah itu tentukan fluid model dengan
data tekanan watercut, GOR, dan API yang sama pada sumur satu. Setelah
itu menambahkan artifical lift ESP (Electric Subsumersible Pump) di
kedalaman 7126 ft dengan minimal flowrate 1130 bbl/d dan maximum
flowrate 2260 bbl/d. Perancangan sumur sudah selesai, selanjutnya yang
dilakukan adalah Nodal Analysis dengan meletakkan nodal analysis di
antara tubing dan perforasi serta memasukkkan nilai outflow pressure. Bisa
dilihat bahwa garis inflow dan outflow mengalami perpotongan di tekanan

19
2080.861 psia dan laju alir di 2307.417 STB/D. Produk ESP yang
digunakan adalah XPC dengan nilai stages sebesar 100 dan frekuensi pompa
sebesar 60 Hz.

Sumur ketiga yang akan dibuat adalah Horizontal Natural Flow Well.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing yang nilainya sama seperti sumur sebelumnya dengan total
kedalaman (MD) mencapai 7928 ft. Dilakukan pemboran secara horizontal
dengan inklinasi maksimal sebesar 90. Nilai dari pada GOR, tekanan
sumur, suhu sumur , watercut, GOR dan juga API sama seperti pada sumur
pertama dan kedua. Namun ada perbedaan dengan sumur satu dan dua,
dengan nilai dari Productivity Indeks (PI) sebesar 0.3 STB/(d.psi.ft). Jika
diberikan nilai productivity index sebesar 3 STB, maka tidak dapat berjalan
karena sumur yang dilakukan adalah sumur horizontal dengan jenis
alirannya distributed, karena setelah dilakukan nodal pada sumur ini didapat
nilai sebesar 12852.75 STB/d serta pada tekanan 1778.64 psia dengan ID
tubing sebesar 4” serta OD tubing 4.5”. Saat productivity index sebesar 0.3
saja sudah besar flowrate yang dihasilkan, apabila productivity index nya
lebih besar dari 1 saat jenis aliran distributed dan horizontal maka tidak
akan dapat di running hasil P/T profile dan hasil nodal analysis nya.

Sumur keempat yang akan dibuat adalah Horizontal Artificial Lift Well.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing yang sama nilainya seperti sumur sebelumnya dengan total
kedalaman (MD) yang sama. Pada sumur keempat ini masih menggunakan
data MD, TVD, OD, ID yang sama dengan sumur ketiga serta data yang ada
pada completion seperti data GOR, tekanan sumur, suhu sumur, watercut,
GOR dan API sama dengan sumur pertama dan kedua. Nilai dari
Productivity Index (PI) itu sama dengan sumur ketiga. Flowrate paling besar
yang dihasilkan sebesar 17264.89 STB/d dengan tekanan 1410.677 psia.

Pada sumur kelima adalah menggunakan pengangkatan berupa gas lift


serta sumur yang vertical dengan parameter yang sama seperti parameter
pada sumur sebelumnya, namun bedanya di sumur kelima ini menggunakan

20
metode simple dan wall thickness serta menggunakan satu casing saja yaitu
casing conductor dengan kedalaman 17228 ft dan juga hanya menggunakan
satu tubing dengan kedalaman sebesar 16228 ft. Perlu dilakukan gas lift
response untuk mengetahui nilai optimum gas injection rate sebesar 1
mmscf/d, setelah dilakukan gas lift response maka dilakukan deepest
injection point yang dimana tempat peletakan gas lift paling dalam ada pada
kedalaman 11091 ft, setelah itu nilai dari operating injection pressure
sebesar 2300 psia, target injection rate sebesar 1 mmscf/d dan surface
injection temperature sebesar 70F. Jenis gas lift yang digunakan pada
sumur kelima ini menggunakan manufacture SLB (Camco) dengan valve
type IPO, valve size yang digunakan adalah 1.5 inchi, valve series yang
digunakan R20 dan minimum port size 0.125”. Dari beberapa data yang ada,
didesign gas lift mandrel berdasarkan data-data diatas. Setelah itu dilakukan
instalasi gas lift, sehingga pada sumur kelima ini hanya menggunakan tiga
gas lift valve. Gas lift pertama di pasang pada kedalaman 5263 ft , gas lift
kedua terpasang pada kedalaman 10304 ft serta gas lift valve terakhir yaitu
pada kedalaman 11091 ft. Nilai flowrate yang didapatkan dengan
menggunakan gas lift sebesar 141.7797 STB/d.

Network yang dilakukan menggunakan 8 sumur, 22 flowline, 8 choke,


1 junction dan 1 separator 3 fasa. Dan alat lainnya menggunakan
compressor untuk gas lalu menuju sink, generic pump untuk minyak lalu
diteruskan ke sink dan air langsung menuju ke sink.

21
BAB V
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah dijelaskan pada makalah ini,


dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Software perminyakan dijadikan landasan karena software perminyakan


sudah di program untuk membaca rumus rumus serta kemungkinan
yang ada berdasarkan kejadian yang ada, serta dinilai cukup efisien dan
ekonomis yang dilihat dari biaya pemboran dan pengembangan
lapangan cukup besar seta pelaksanaannya yang lama.
2. Vertical Natural Flow Well menghasilkan nilai produksi dengan
tekanan 2289.851 psia dan laju alir di 1680.447 STB/d.
3. Vertical Artificial Lift Well menghasilkan nilai produksi dengan
tekanan 2080.861 psia dan laju alir di 2307.417 STB/d.
4. Horizontal Natural Flow Well menghasilkan nilai produksi dengan
tekanan 1178.64 psia dan laju alir di 12852.75 STB/d.
5. Horizontal Artificial Lift Well menghasilkan nilai produksi dengan
tekanan 1410.677 psia dan laju alir di 17264.89 STB/d.
6. Gas Lift Well menghasilkan nilai produksi dengan laju alir di 141.779
STB/d
7. Dari data diatas menunjukkan bahwa Artificial Lift dapat menaikkan
laju alir produksi.
8. Dari hasil Network Simulation menunjukkan bahwa semua komponen
dapat beroperasi dengan lancar.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Ikoku,C.U.1980.“Natural Gas Engineering–A Systems Approach”.


Tulsa,Oklahoma. PennWell Publishing Company.
2. Husodo,W.,MSc.,.1986.“PENGETAHUANPERALATANPRODUKSI”.Cepu.
Diktat Kedua, PPT Migas.
3. Achyar Sutahyar.2016. “Artificial Lift System”.Cepu. STEM Akamigas
4. https://petroleum.id/metode-produksi-sembur-alam/ (Diakses pada hari Sabtu
17 April 2021)
5. http://petrowiki.org/Casing_and_tubing (Diakses pada hari Sabtu 17 April
2021)

23
LAMPIRAN

24
25

Anda mungkin juga menyukai