OLEH:
NIM: 071001800028
Pertama-tama saya ingin panjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang
Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah
ini mengenai “Program Software PIPESIM” yang baru saja saya selesaikan.
Dari makalah ini saya berharap dapat dijadikan sarana pembelajaran dan
penambahan wawasan serta pengetahuan bagi para pembaca. Saya sangat
menyadari bahwa penulisan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
masih jauh dari kata sempurna karena terbatasnya pengalaman, kemampuan dan
pengetahuan yang saya miliki, baik dalam segi penulisan maupun cara
penyajiannya. Oleh karena itu, saya ingin memohon maaf atas segala kekurangan
dalam penulisan makalah ini. Dan juga saya dengan senang hati mengharapkan
kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan makalah yang akan saya tulis di
masa yang akan datang.
Penulisan laporan ini tidak akan berhasil tanpa adanya bantuan dan kerja
sama dari pihak lain. Sehingga, pada kesempatan kali ini, saya ingin
mengucapkan terima kasih untuk segala pihak yang telah membantu saya dalam
penyelesaian makalah ini.
Mahasiswa,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB IV PEMBAHASAN 18
DAFTAR PUSTAKA 23
LAMPIRAN 24
ii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
II.1.1 Vertical Natural Flow Well 4
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Ada salah satu software yang terkenal dalam dunia migas yaitu software
Pipesim. Pipesim ini bertujuan dalam melakukan identifikasi serta
dilakukannya sebuah optimasi produksi dengan menggunakan analisa nodal.
Analisa nodal tersebut sudah dapat diaplikasikan dalam sebuah perangkat
lunak (software). Program Pipesim ini menggunakan beberapa metode
perhitungan. Hasil perhitungan setelah diperoleh dan diketahui, akan
digunakan dalam well testing dimana tergantung dari jenis well
completionnya.
1
I.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa saja metode yang dipakai dalam software pipesim?
2. Mengapa landasan dalam perencanaan pemboran dan produksi
menggunakan software tersebut?
3. Kapan waktu untuk menggunakan software tersebut?
4. Apa saja hal yang dipelajari dan dipahami pada software pipesim?
2
BAB II
TEORI DASAR
a. Sebagai pengaman
b. Untuk mempertahankan produksi, sebesar yang diinginkan
c. Mempertahankan batas atas laju produksi, untuk mencegah masuknya
pasir
d. Untuk memproduksikan reservoir pada laju yang paling efisien
e. Untuk mencegah water atau gas coning
3
Beberapa faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan laju
produksi maupun menganalisa kelakuan sumur sembur alam, yaitu:
Natural Flow ini dapat berupa Vertikal pada gambar II.1.1 dan dapat berupa
Horizontal pada gambar II.1.2
4
Pada gambar diatas terlihat sumur natural flow dan membentuk sudut
sebesar 90
Pada tahap awal suatu sumur yang mampu melakukan tugas ini dengan
tenaganya sendiri. Pada tahap masa aliran yang lebih akhir, sumur hanya
memproduksikan sebagian dari fluida yang diinginkan. Selama tahap masa
aliran ini serta terutama sekali setelah sumur mati, sebuah metode sumur
buatan yang sesuai harus dipasang supaya tekanan aliran pada dasar sumur
yang dibutuhkan dapat dipertahankan. Rangkaian pompa ESP di bawah
permukaan terdiri dari pompa sentrifugal bertingkat (multi stages), gas
separator atau pump intake, protector, dan motor listrik. Dari rangkaian
pompa tersebut ditenggelamkan dalam cairan serta disambungkan dengan
rangkaian tubing. Motor listrik yang berada pada ujung rangkaian
disambungkan dengan kabel ke permukaan yaitu ke switchboard dan
transformer. Jumlah stage pada pompa disesuaikan dengan kondisi sumur
melalui perencanaan desain. Setiap stage terdiri dari beberapa impeller dan
diffuser yang bertujuan untuk memberikan tekanan pada fluida serta
mengalirkannya ke beberapa stage selanjutnya.
5
c. Brake Horse Power
ESP sendiri dapat dipasang secara Vertikal pada gambar II.2.1 dan
dipasang secara Horizontal pada gambar II.2.2
Sistem kerja dari artificial lift ini adalah dengan cara mengalirkan
energi listrik dari transformer menuju switchboard. Pada switchboard,
semua kinerja ESP serta kabel akan dilakukan monitoring atau
dikontrol. Selanjutnya, energi listrik dari switchboard akan diteruskan
ke motor yang diposisikan di dalam sumur melalui kabel yang
6
diletakkan di sepanjang tubing mulai dari rangkaian ESP di bawah
permukaan sampai ke transformer.
7
melalui annulus (ruang di antara casing dan tubing). Gas yang diinjeksikan
tersebut akan masuk ke dalam tubing melalui katup yang ada pada gas lift,
sehingga akan mengakibatkan berkurangnya berat kolom fluida di dalam
tubing, dengan demikian maka fluida akan mampu terangkat ke permukaan.
Selain itu sistem gas lift ini dapat mengakomodasi apabila terjadi
ketidaktepatan desain, dimana apabila desain suatu sistem gas lift kurang
baik namun masih bisa mengangkat fluida dari dalam sumur ke permukaan.
8
membesar sehingga katup akan menutup. Kemudian aliran gas injeksi
akan masuk melalui katup di bawahnya, dimana dapat menimbulkan
peringanan lagi dan katup tersebut akan menutup. Proses ini akan
berlanjut sampai dengan katup gas lift paling bawah.
II.4 Network
9
Gambar II.4.1 Network 8 Sumur
10
Gambar II.5.1 Nodal Analysis
11
BAB III
HASIL PENGAMATAN
12
Gambar III.3 Design Vertical Artificial Lift Well
13
Gambar III.5 Design Horizontal Natural Flow Well
14
Gambar III.7 Design Horizontal Artificial Lift Well
15
Gambar III. 9 Design Gas Lift
16
Gambar III.11 Design Network Simulation
17
BAB IV
PEMBAHASAN
Kali ini software yang akan digunakan pada UTS ini adalah PIPESIM.
PIPESIM itu sendiri merupakan salah satu aplikasi dalam mendesain casing
dan surface facility yang dikeluarkan oleh perusahaan Schlumberger. Hal
yang dipelajari kali ini adalah bagaimana cara untuk merancang casing dan
surface facility supaya sumur dapat berproduksi. Kali ini penulis akan
membuat 5 jenis sumur yang berbeda dan menghubungkannya didalam
Network Simulation, tipe sumur yang didesain adalah tipe sumur Vertical
Natural Flow, Vertical Artifical Lift, Horizontal Natural Flow, Horizontal
Artifical Lift, dan Gas Lift
Sumur pertama yang akan dibuat adalah Vertical Natural Flow Well.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing dengan total kedalaman (MD) mencapai 7928 ft, dengan
dipasangnya casing pertama (conductor casing) yang memiliki OD 18.625”
dan ID 17.467” yang dipasang pada kedalaman 4400 ft, casing kedua
(surface casing) dengan OD 16” dan ID 14.688” yang dipasang pada
kedalaman 5200 ft, casing ketiga (intermediate casing) dengan OD 11.75”
dan ID 10.772” yang dipasang sampai kedalaman 6000 ft, dan casing
keempat (producton casing) dengan OD 7.75” dan ID 6.56” yang dipasang
pada kedalaman 7500 ft. Kemudian ditambah liner dengan OD 5” dan ID
4.408” yang dipasang dari kedalaman 7300 ft sampai 7928 ft. Setelah
melakukan penyusunan casing dan liner, hal yang selanjutnya akan
dilakukan yaitu memasang tubing dengan OD 4.5”dan ID 3.958” yang
dipasang pada kedalaman 7600 ft. Setelah itu dipasang downhole equipment
yaitu packer pada kedalaman 7550 ft. Kemudian perforasi di lakukan pada
kedalaman 7800 ft dengan data tekanan sumur 2850 psia, temperature
sumur 280F dan PI nya 3 STB/(d.psi), setelah itu tentukan fluid model
18
dengan data watercut 25%, GOR 215 SCF/STB, dan API sebesar 30.
Perancangan sumur sudah selesai, selanjutnya yang dilakukan adalah Nodal
Analysis dengan meletakkan nodal analysis di antara tubing dan perforasi
serta memasukkkan nilai outflow pressure. Bisa dilihat bahwa garis inflow
dan outflow mengalami perpotongan di tekanan 2289.851 psia dan laju alir
di 1680.447 STB/D. Hal ini menunjukkan tekanan dan laju alir yang terjadi
bahwa sumur tersebut mampu berproduksi di tekanan dan laju alir tesebut
tanpa bantuan artificial lift.
Sumur kedua yang akan dibuat adalah Vertical Artificial Lift Well. Hal
pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing dengan total kedalaman (MD) mencapai 7928 ft, dengan
dipasangnya casing pertama (conductor casing) yang memiliki OD 18.625”
dan ID 17.467” yang dipasang pada kedalaman 4400 ft, casing kedua
(surface casing) dengan OD 16” dan ID 14.688” yang dipasang pada
kedalaman 5200 ft, casing ketiga (intermediate casing) dengan OD 11.75”
dan ID 10.772” yang dipasang sampai kedalaman 6000 ft, dan casing
keempat (producton casing) dengan OD 7.75” dan ID 6.56” yang dipasang
pada kedalaman 7500 ft. Kemudian ditambah liner dengan OD 5” dan ID
4.408” yang dipasang dari kedalaman 7300 ft sampai 7928 ft. Setelah
melakukan penyusunan casing dan liner, hal yang selanjutnya akan
dilakukan yaitu memasang tubing dengan OD 4.5”dan ID 3.958” yang
dipasang pada kedalaman 7600 ft. Setelah itu dipasang downhole equipment
yaitu packer pada kedalaman 7550 ft. Kemudian perforasi di lakukan pada
kedalaman 7800 ft dengan data tekanan sumur, temperature sumur dan PI
nya yang sama pada sumur satu, setelah itu tentukan fluid model dengan
data tekanan watercut, GOR, dan API yang sama pada sumur satu. Setelah
itu menambahkan artifical lift ESP (Electric Subsumersible Pump) di
kedalaman 7126 ft dengan minimal flowrate 1130 bbl/d dan maximum
flowrate 2260 bbl/d. Perancangan sumur sudah selesai, selanjutnya yang
dilakukan adalah Nodal Analysis dengan meletakkan nodal analysis di
antara tubing dan perforasi serta memasukkkan nilai outflow pressure. Bisa
dilihat bahwa garis inflow dan outflow mengalami perpotongan di tekanan
19
2080.861 psia dan laju alir di 2307.417 STB/D. Produk ESP yang
digunakan adalah XPC dengan nilai stages sebesar 100 dan frekuensi pompa
sebesar 60 Hz.
Sumur ketiga yang akan dibuat adalah Horizontal Natural Flow Well.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing yang nilainya sama seperti sumur sebelumnya dengan total
kedalaman (MD) mencapai 7928 ft. Dilakukan pemboran secara horizontal
dengan inklinasi maksimal sebesar 90. Nilai dari pada GOR, tekanan
sumur, suhu sumur , watercut, GOR dan juga API sama seperti pada sumur
pertama dan kedua. Namun ada perbedaan dengan sumur satu dan dua,
dengan nilai dari Productivity Indeks (PI) sebesar 0.3 STB/(d.psi.ft). Jika
diberikan nilai productivity index sebesar 3 STB, maka tidak dapat berjalan
karena sumur yang dilakukan adalah sumur horizontal dengan jenis
alirannya distributed, karena setelah dilakukan nodal pada sumur ini didapat
nilai sebesar 12852.75 STB/d serta pada tekanan 1778.64 psia dengan ID
tubing sebesar 4” serta OD tubing 4.5”. Saat productivity index sebesar 0.3
saja sudah besar flowrate yang dihasilkan, apabila productivity index nya
lebih besar dari 1 saat jenis aliran distributed dan horizontal maka tidak
akan dapat di running hasil P/T profile dan hasil nodal analysis nya.
Sumur keempat yang akan dibuat adalah Horizontal Artificial Lift Well.
Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan kedalaman dari masing –
masing casing yang sama nilainya seperti sumur sebelumnya dengan total
kedalaman (MD) yang sama. Pada sumur keempat ini masih menggunakan
data MD, TVD, OD, ID yang sama dengan sumur ketiga serta data yang ada
pada completion seperti data GOR, tekanan sumur, suhu sumur, watercut,
GOR dan API sama dengan sumur pertama dan kedua. Nilai dari
Productivity Index (PI) itu sama dengan sumur ketiga. Flowrate paling besar
yang dihasilkan sebesar 17264.89 STB/d dengan tekanan 1410.677 psia.
20
metode simple dan wall thickness serta menggunakan satu casing saja yaitu
casing conductor dengan kedalaman 17228 ft dan juga hanya menggunakan
satu tubing dengan kedalaman sebesar 16228 ft. Perlu dilakukan gas lift
response untuk mengetahui nilai optimum gas injection rate sebesar 1
mmscf/d, setelah dilakukan gas lift response maka dilakukan deepest
injection point yang dimana tempat peletakan gas lift paling dalam ada pada
kedalaman 11091 ft, setelah itu nilai dari operating injection pressure
sebesar 2300 psia, target injection rate sebesar 1 mmscf/d dan surface
injection temperature sebesar 70F. Jenis gas lift yang digunakan pada
sumur kelima ini menggunakan manufacture SLB (Camco) dengan valve
type IPO, valve size yang digunakan adalah 1.5 inchi, valve series yang
digunakan R20 dan minimum port size 0.125”. Dari beberapa data yang ada,
didesign gas lift mandrel berdasarkan data-data diatas. Setelah itu dilakukan
instalasi gas lift, sehingga pada sumur kelima ini hanya menggunakan tiga
gas lift valve. Gas lift pertama di pasang pada kedalaman 5263 ft , gas lift
kedua terpasang pada kedalaman 10304 ft serta gas lift valve terakhir yaitu
pada kedalaman 11091 ft. Nilai flowrate yang didapatkan dengan
menggunakan gas lift sebesar 141.7797 STB/d.
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
23
LAMPIRAN
24
25