Anda di halaman 1dari 25

RESISTIVITY CORRECTION

LAPORAN
IV

Oleh

Reido Vidaya Mahardika

071001800094

LABORATORIUM PENILAIAN FORMASI


FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : REIDO VIDAYA MAHARDIKA


NIM : 071001800094
KELOMPOK : H2
PARTNER : 1. NOVAL FIRDAUS TIRTA R
2. PUTRI DAQUEENTHA A
TGL. PRAKTIKUM : 25 MARET 2021
TGL. PENERIMAAN : 1 APRIL 2021
ASISTEN : 1. KELVIN YONG
2. AMOSPHIN ANGGI PUTRA
3. ALVIONA NABYLA AKBARY
NILAI :

Tanda Tangan Tanda Tangan

(……………) (REIDO VIDAYA)

Asisten Praktikan
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL....................................................................................................ii
DAFTAR LAMPIRAN...........................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan Percobaan...........................................................................................2
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................3
BAB III HASIL PENGAMATAN...........................................................................5
BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN...........................................................6
BAB V PEMBAHASAN.........................................................................................9
5.1 Pembahasan Percobaan..................................................................................9
5.2 Tugas Internet...............................................................................................11
BAB VI KESIMPULAN.......................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14
LAMPIRAN A TUGAS INTERNET.....................................................................15
LAMPIRAN B HASIL PENGAMATAN..............................................................16

i
DAFTAR TABEL
Tabel halaman

5.1 Resistivity Correction...................................................................................................5

ii
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN halaman

A.TUGAS INTERNET....................................................................................................14
B.HASIL PENGAMATAN .............................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada hakekatnya penilaian formasi adalah proses pengumpulan data dari formasi yang
dilakukan secara kontinyu mengenai sifat-sifat serta karakteristik lapisan yang ditembus.
Tujuan utama dari evaluasi formasi adalah untuk mengidentifikasi reservoir, memperkirakan
cadangan hidrokarbon, dan memperkirakan perolehan hidrokarbon.

Penilaian formasi adalah salah satu cabang ilmu dari teknik perminyakan yang
mempelajari tentang formasi/batuan dan permasalahan yang berhubungan dengan
keberhasilan dalam penemuan cadangan hidrokarbon. Untuk menangani masalah diatas, perlu
dilakukan beberapa jenis cara antara lain : melakukan pengambilan sampel batuan formasi
(coring), wireline logging, mud log, LWD, dll. Dari beberapa cara tersebut dapat menentukan
parameter-parameter petrofisik dintaranya ketebalan lapisan (h), porositas (Ø), dan saturasi
air (Sw) yang digunakan dalam memperkirakan cadangan hidrokarbon. Dalam penelitian ini,
sumur yang dianalisa sebanyak dua sumur (sumur eksplorasi). Analisa log yang dilakukan
pada sumur ini berupa analisa kualitatif dan kuantitatif.

Parameter yang diperoleh dari hasil interpretasi log pada sumur APR-1 dan APR-2
adalah porositas rata-rata ketebalan lapisan (h), dan saturasi air rata-rata. Porositas rata- rata
pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturut-turut sebesar 31.31% dan 31.33% serta
porositas rata-rata kedua sumur tersebut adalah 31.32%. Saturasi air rata-rata yang
diperhitungkan pada sumur APR-1 dan APR-2 secara berturutan sebesar 52.25% dan 60.43%
serta rata-rata saturasi air dari kedua sumur tersebut sebesar 56.34%. Ketebalan lapisan yang
dimiliki sumur APR-1 sebesar 4.57 meter dan pada sumur APR-2 sebesar 11.58 meter serta
rata-rata ketebalan lapisan kedua sumur sebesar 8.07 meter. Cadangan minyak awal pada
lapangan APR sebesar 12.81 B STB yang dihitung dengan menggunakan metode volumetrik.

Minyak dan gas bumi merupakan sumber daya energi terpenting di dunia. Industri
minyak dan gas di Indonesia pun mengalami perkembangan yang sangat maju dari tahun ke
tahun untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri akan bahan bakar yang semakin meningkat.
Sektor minyak dan gas bumi merupakan penghasil devisa terbesar yang merupakan tulang
punggung pembangunan nasional, oleh sebab itu perlu upaya-upaya konkrit untuk terus
meningkatkan devisa negara melalui sektor minyak dan gas bumi tersebut dengan
mengoptimalkan peningkatan produksi dan mengembangkan lapangan- lapangan baru.
Mengingat pentingnya peran minyak dan gas bumi bagi kelangsungan hidup manusia, maka
perlu dilakukan estimasi cadangan hidrokarbon yang akurat pada setiap reservoir yang ada
seperti analisa properti reservoir (porositas, permeabilitas, saturasi, resistivitas, penyebaran
batuan reservoir, dan kandungan hidrokarbon) dengan menggunakan data sumur yang bisa
didapat dengan pekerjaan logging.

1
1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan dari percobaan resistivity correction adalah :

1. Untuk mengetahui perhitungan hmc.

2. Untuk mengetahui pembacaan chart mengenai hole signal.

3. Untuk mengetahui perhitungan CILD.

4. Untuk mengetahui perhitungan RILD corr.

5. Untuk mengetahui perhitungan Rxo.

2
BAB II

TEORI DASAR

Resistivity log adalah suatu alat yang dapat mengukur tahanan batuan formasi beserta
isinya, yang mana tahanan ini tergantung pada porositas efektif, salinitas air formasi, dan
banyaknya hidrokarbon dalam pori-pori batuan. Resistivity log ini lebih rumit dibandingkan
dengan spontaneous potential log karena dalam pengukurannya digunakan beberapa
elektroda dan sumber arus. Arus dialirkan melalui elektroda tertentu yang menembus
kedalaman formasi dan voltage diukur diantara kedua elektroda tersebut. Jenis log
conventional resistivity ini ada dua, yaitu normal device (kurva normal) dan lateral device
(log lateral). Normal log terdiri dari transminer dan receive, setiap elektroda A-M berjarak 16
inch dan 64 inch. Alat ini didesain untuk mengukur resistivitas dangkal (Rxo dan Ri) dan
dalam (Ri, di, dan Rt). Lateral log merupakan log yang bertujuan untuk mengukur Rt, yaitu
resistivitas formasi yang tidak terinvasi. Alat inimempunyai tiga elektoda. Pada dasarnya
pembacaan resistivity log merupakan resistivitas semu, bukan nilai resistivitas yang
sebenarnya (Rt). Hal ini disebabkan karena pengukuran dipengaruhi oleh diameter lubang
bor, ketebalan formasi, tahanan lumpur, diameter invasi air fitrat lumpur, tahanan zona
invated dan uninvated, tahanan lapisan batuan diatas dan dibawahnya. Faktor yang
mempengaruhi pembacaan log listrik konvensional. Persamaan dan hubungan paling benar
dalam material seragam yang homogen. Untuk mendapatkan hasil rekaman log yang lebih
akurat maka dilakukan koreksi terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi dengan
menggunakan grafik (chart) yang telah tersedia , antara lain : Kondisi lubang bor (diameter
lubang bor, tebal mud cake, invasi mud filtrat), ketebalan lapisan dan spesifikasi alat.
Resistivitas Air Formasi (Rw) yang rendah, yang diambil dari Water Bearing Formation akan
menyebabkan naiknya Resistivitas Batuan pada Zona Flushed (Rxo) dibandingkan dengan
Resistivitas Batuan di Uninvaded Zone (Ro).

Pada Hydrocarbon Bearing Formation, nilai Resistivitas Batuan (Rt) relatif lebih
tinggi akibat Saturai Air formasi (Sw) yang lebih rendah. Invasi lumpur mengakibatkan
pendesakan fluida yang awalnya menempati pori-pori batuan dan menyebabkan rendahnya
Resistivitas Batuan pada Invaded Zone (Rxo). Penentuan nilai resistivitas pada dasarnya
untuk mengetahui nilai Rt dan Rxo yang kemudian digunakan untuk perhitungan nilai
Saturasi (Sw dan Sxo). Secara sepintas, penentuan nilai Resistivitas Batuan adalah
berdasarkan pembacaan seperti pada Rxo, yang menggunakan alat Microresistivity Log.
Sedangkan pada Rt, digunakan alat Deep Reading Log (bookbon). Teknik atau metode yang
lebih akurat untuk penentuan nilai Resistivitas Batuan di atas dapat diperoleh dari Chart 64
Schlumberger Rint - 9B. Grafik yang dikenal sebagai Tornado Charts adalah hasil pemodelan
mengenai respon dari alat logging terhadap beberapa parameter Resistivitas Formasi
(contohnya adalah Rt, Rxo, di). Chart Rint-9B dalam skala logaritmik untuk nilai
perbandingan resistivitas secara umum adalah sumbu x merupakan perbandingan perhitungan
antara RLLD/RLLS dan sumbu y merupakan perhitungan perbandingan antar RLLD/Rxo dan

3
parameter pada setiap kurva sesuai input yang digunakan (perbandingan Rt/Rxo,
Perbandingan Rt/RLLD, & DOI, di) dan berkaitan dengan kurva yang dihitung. Penentuan
nilai resistivitas pada dasarnya untuk mengetahui nilai Rt dan Rxo yang kemudian digunakan
untuk perhitungan nilai Saturasi (Sw dan Sxo). Secara sepintas, penentuan nilai Resistivitas
Batuan adalah berdasarkan pembacaan seperti pada Rxo, yang menggunakan alat
Microresistivity Log. Sedangkan pada Rt, digunakan alat Deep Reading Log (bookbon).
Teknik atau metode yang lebih akurat untuk penentuan nilai Resistivitas Batuan di atas dapat
diperoleh dari Chart 64 Schlumberger Rint - 9B. Grafik yang dikenal sebagai Tornado Charts
adalah hasil pemodelan mengenai respon dari alat logging terhadap beberapa parameter
Resistivitas Formasi (contohnya adalah Rt, Rxo, di). Kondisi lubang bor (diameter lubang
bor, tebal mud cake, invasi mud filtrat), ketebalan lapisan dan spesifikasi alat. Resistivitas Air
Formasi (Rw) yang rendah, yang diambil dari Water Bearing Formation akan menyebabkan
naiknya Resistivitas Batuan pada Zona Flushed (Rxo) dibandingkan dengan Resistivitas
Batuan di Uninvaded Zone (Ro).

Jenis log yang biasa untuk interpretasi kualitatif dan kuantitatif yang digunakan
berdasarkan kegunaannya adalah log permeable antara lain spontaneous log dan gamma ray
log. Log resistivitas antara lain induction log, laterolog dan microresistivity log serta log
porositas dan densitas antara lain density log, neutron log dan sonic log

Jenis-jenis dari log yang biasa digunakan pada interpretasi kualitatif dan kuantitatif
yang digolongkan berdasarkan dari kegunaannya adalah Log Permeable, Log Resistivitas,
dan Log Porositas. Dengan dasar dari kemampuan, kegunaan, dan prinsip kerja nya, maka
jenis jenis logging ini dibagi menjadi beberapa yaitu ada log radioaktif, log listrik,log sonic,
dan log caliper. Log listrik merupakan suatu plot antara sifat-sifat listrik lapisan yang
ditembus lubang bor dengan kedalaman. Sifat-sifat ini diukur dengan berbagai variasi
konfigurasi elektrode yang diturunkan ke dalam lubang bor. Untuk batuan yang pori-porinya
terisi mineral-mineral air asin atau clay maka akan menghantarkan listrik dan mempunyai
resistivity yang rendah dibandingkan dengan pori-pori yang terisi minyak, gas maupun air
tawar. Oleh karena itu lumpur pemboran yang banyak mengandung garam akan bersifat
konduktif dan sebaliknya. Log listrik dapat dibedakan menjadi ada dua jenis yaitu
Spontaneous Potensial Log (SP Log) dan Resistivity Log. Spontaneous Potensial Log (SP
Log) adalah rekaman nilai beda potensial (millivolt) yang timbul dari suatu elektroda yang
bergerak di dalam lubang bor dan elektroda yang tetap atau berada di permukaan. Sedangkan
Log Resistivitas merupakan jenis logging yang digunakan untuk menentukan nilai resistivitas
batuan di invaded zone dan uninvaded zone. Log Resistivitas merupakan log yang digunakan
untuk mengukur sifat batuan dan fluida pori (minyak, gas, air) disepanjang lubang bor
dengan mengukur sifat tahanan kelistrikannya tersebut.

Neutron Log, log ini direncanakan untuk menentukan porositas total batuan tanpa
melihat atau memandang apakah pori-pori diisi oleh hidrokarbon maupun air formasi.
Neutron terdapat didalam inti elemen, kecuali hidrokarbon. Neutron merupakan partikel
netral yang mempunyai massa sama dengan atom hydrogen. Log sonic adalah suatu log yang

4
digunakan untuk mendapatkan harga porositas batuan sebagaimana log density dan log
neutron.

BAB III

HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1 Resistivity Correction

Bit Size 17,5 inch


Diameter Alat 8,5 inch

5
BAB IV

ANALISA DAN PERHITUNGAN

1. hmc = (17,5 – 12,3) / 2 = 2,6

2. hmc = (17,5 – 12,2) / 2 = 2,65

3. hmc = (17,5 – 12,2) / 2 = 2,65

4. hmc = (17,5 – 12,3) / 2 = 2,6

5. hmc = (17,5 – 12,3) / 2 = 2,6

6. hmc = (17,5 – 12,2) / 2 = 2,65

7. hmc = (17,5 – 12,2) / 2 = 2,65

8. hmc = (17,5 – 12,2) / 2 = 2,65

9. hmc = (17,5 – 13,2) / 2 = 2,15


10. hmc = (17,5 – 12,1) / 2 = 2,7

(8,5−12,3)
1. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,9
2

(8,5−12,2)
2. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,85
2

(8,5−12,2)
3. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,85
2
(8,5−12,3)
4. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,9
2

(8,5−12,3)
5. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,9
2

(8,5−12,2)
6. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,85
2

(8,5−12,2)
7. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,85
2

(8,5−12,2)
8. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,85
2

(8,5−13,2)
9. Standoff = ¿ ∨¿ = 2,35
2

(8,5−12,1)
10. Standoff = ¿ ∨¿ = 1,8
2

1. C.ILD = 1000 / 0,98 = 1020,41

2. C.ILD = 1000 / 1 = 1000

3. C.ILD = 1000 / 1,3 = 769,231

4. C.ILD = 1000 / 1,3 = 769,231

5. C.ILD = 1000 / 0,97 = 1030,93

6. C.ILD = 1000 / 0,96 = 1041,67

7. C.ILD = 1000 / 0,96 = 1041,67

8. C.ILD = 1000 / 0,9 = 1111,11


9. C.ILD = 1000 / 0,85 = 1176,47
10. C.ILD = 1000 / 0,95 = 1052,63

1. C.ILD Corr = 1020,41 – 3 = 1017,40816


2. C.ILD Corr = 1000 – 2,6 = 997,4
3. C.ILD Corr = 769,231 – 2,6 = 766,630769
4. C.ILD Corr = 769,231 – 3 = 766,230769
5. C.ILD Corr = 1030,93 – 3 = 1027,92784
6. C.ILD Corr = 1041,67 – 2,6 = 1039,06667
7. C.ILD Corr = 1041,67 – 2,6 = 1039,06667
8. C.ILD Corr = 1111,11 – 2,6 = 1108,51111
9. C.ILD Corr = 1176,47 – 6,2 = 1170,27059
10. C.ILD Corr = 1052,63 – 2,5 = 1050,13158

1. R.ILD Corr = 1000 / 1017,40816 = 0,9828897


2. R.ILD Corr = 1000 / 997,4 = 1,00260678
3. R.ILD Corr = 1000 / 766,630769 = 1,3044089
4. R.ILD Corr = 1000 / 766,230769 = 1,30508985
5. R.ILD Corr = 1000 / 1027,92784 = 0,97283093
6. R.ILD Corr = 1000 / 1039,06667 = 0,96240215
7. R.ILD Corr = 1000 / 1039,06667 = 0,96240215
8. R.ILD Corr = 1000 / 1108,51111 = 0,90211094
9. R.ILD Corr = 1000 / 1170,27059 = 0,85450323
10. R.ILD Corr = 1000 / 1050,13158 = 0,95226162

1. Rxo = 0,94 x 0,99 = 0,9306


2. Rxo = 0,92 x 0,97 = 0,8924
3. Rxo = 1 x 1,4 = 1,4
4. Rxo = 1,15 x 1,5 = 1,725
5. Rxo = 0,915 x 0,97 = 0,8876
6. Rxo = 0,93 x 0,98 = 0,9114
7. Rxo = 0,92 x 0,95 = 0,874
8. Rxo = 0,91 x 0,94 = 0,8554
9. Rxo = 0,9 x 0,92 = 0,828
10. Rxo = 0,91 x 0,94 = 0,8554

8
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pembahasan Percobaan

Pada percobaan ke-4, berjudul “Resistivitas Correction” membahas tentang


perhitungan resistivity correction. Pada percobaan kali ini masing masing praktikan telah
diberikan data sumur yang berbeda, dan saya mendapatkan sumur B-137. Untuk percobaan
kali ini praktikan terlebih dahulu menentukan dan membaca interpretasi zona prospek yang
terdapat di track ke dua. Setelah dilakukan interpretasi lalu kita mendapat zona pada
kedalaman 5561 m hingga kedalaman 5569 m. Dari data yang telah diberikan praktikan dapat
mengetahui ukuran bit sizenya sebesar 17,5 dan ukuran diameter alat sebesar 8,5

Kemudian praktikan membagi 10 zona kedalaman. Zona pertama dengan kedalaman


5561 m, zona kedua dengan kedalaman 5561,89 m, zona ketiga dengan kedalaman 5562,78
m, zona keempat dengan kedalaman 5563,67 m, zona kelima dengan kedalaman 5564,56 m,
zona keenam dengan kedalaman 5565,44 m, zona ketujuh dengan kedalaman 5566,33 m,
zona kedelapan dengan kedalaman 5567,22 m, zona kesembilan dengan kedalaman 5568,11
m, dan zona yang terakhir dengan kedalaman 5569 m.

Setelah menentukan zona prospek sebanyak 10 zona, dapat mencari atau menentukan
diameter lubang dengan cara melihat di data logging track 1 dengan melihat skala pada log
caliper, dimana di zona 1 berdiamter 12,3 Cal, zona 2 berdiameter 12,2 Cal, zona 3
berdiamter 12,2 Cal, zona 4 berdiamter 12,3 Cal, zona 5 berdiamter 12,3 Cal, zona 6
berdiameter 12,2 Cal, zona 7 berdiamter 12,2 Cal, zona 8 berdiameter 12,2 Cal, zona 9
berdiameter 13,2 Cal dan terakhir di zona 10 memiliki diameter 12,1 Cal

Selanjutnya pada track 2 kita akan mencari MSFL yang dibagi sebanyak 10 zona,
dari 1 sampai zona 10. Setelah melakukan pembacaan log didapatkan nilai pada zona 1
sebesar 0,99, pada zona 2 sebesar 0,97, pada zona 3 sebesar 1,4, pada zona 4 sebesar 1,5,
pada zona 5 sebesar 0,97, pada zona 6 sebesar 0,98, pada zona 7 sebesar 0,95, pada zona 8
sebesar 0,94, pada zona 9 sebesar 0,92, dan pada zona terakhir atau zona ke 10 didapatkan
nilainya sebesar 0,95.

Selanjutnya masih pada track 2 kita akan mencari ILD yang telah dibagi sebanyak 10
zona, dimulai dari zona 1 sampai zona 10. Setelah melakukan pembacaan maka
didapatkanlah nilai ILD pada zona 1 sebesar 0,98, pada zona 2 sebesar 1, pada zona 3 sebesar
1,3, pada zona 4 sebesar 1,3, pada zona 5 sebesar 0,97, pada zona 6 sebesar 0,96, pada zona 7
sebesar 0,96 pada zona 8 sebesar 0,9 pada zona 9 sebesar 0,85 dan yang terakhir nilai yang
didapat pada zona 10 sebesar 0,95

9
Dari data header log praktikan dapat mengetahui bit sizenya sebesar 17,5 Cal. Lalu
selanjutnya perhitungan dilanjutkan dengan menghitung nilai hmc atau biasa disebut mud
cake thickness dengan cara mengurangi nilai diameter hole dengan nilai bit size, maka
didapatkan nilai hmc pada zona 1 sebesar 2,6 Cal, pada zona 2 sebesar 2,65 Cal, pada zona 3
sebesar 2,65 Cal, pada zona 4 sebesar 2,6 Cal, pada zona 5 sebesar 2,6 Cal, pada zona 6
sebesar 2,65 Cal, pada zona 7 sebesar 2,65 Cal, pada zona 8 sebesar 2,65 Cal, pada zona 9
sebesar 2,15 Cal, dan terakhir pada zona 10 sebesar 2,7 Cal.

Setelah mendapatkan nilai diameter hole dan dilakukannya data log track ke dua
pada standoff, maka didapatkan nilai standoff pada zona 1 sebesar 1,9, pada zona 2 sebesar
1,85 , pada zona 3 sebesar 1,85, pada zona 4 sebesar 1,9, pada zona 5 sebesar 1,9, pada zona
6 sebesar 1,85, pada zona 7 sebesar 1,85 , pada zona 8 sebesar 1,85, pada zona 9 sebesar
2,35, dan terakhir pada zona 10 sebesar 1,8.

Step selanjutnya menghitung juga nilai CILD yang dimana nilai ini digunakan pada
plot untuk mendapatkan nilai dari CILD, nilai CILD didapatkan dengan cara 1000 dibagi
dengan nilai ILD lalu mendapatkan hasilnya dari zona 1 sampai dengan zona 10. pada zona 1
sebesar 1020,4082, pada zona 2 sebesar 1000, pada zona 3 sebesar 769,23077, pada zona 4
sebesar 769,23077 pada zona 5 sebesar 1030,9278, pada zona 6 sebesar 1041,6667, pada
zona 7 sebesar 1041,6667, pada zona 8 sebesar 1111,1111, pada zona 9 sebesar 1176,4706,
pada zona 10 sebesar 1052,6316.

Selanjutnya yaitu praktikan menentukan nilai CILD Corr didapatkan dengan cara HS
dikurang sama CILD mendapatkan nilai pada zona 1 zona 1 sebesar 1017,41 pada zona 2
sebesar 997,4, pada zona 3 sebesar 766,631, pada zona 4 sebesar 766,231, pada zona 5
sebesar 1027,93, pada zona 6 sebesar 1039,07, pada zona 7 sebesar 1039,07, pada zona 8
sebesar 1108,51, pada zona 9 sebesar 1170,27, dan yang terakhir pada zona 10 sebesar
1050,13.

Kemudian menghitung juga nilai RILDcorr , nilai RILDcorr didapatkan dengan cara
1000 dibagi dengan nilai CILDcorr lalu mendapatkan hasilnya dari zona 1 sampai dengan 10
yaitu, pada zona 1 didapatkan nilai sebesar 0,9828897, pada zona 2 sebesar 1,00260678, pada
zona 3 sebesar 1,3044089, pada zona 4 sebesar 1,30508985, pada zona 5 sebesar 0,97283093,
pada zona 6 sebesar 0,96240215, pada zona 7 sebesar 0,96240215, pada zona 8 sebesar
0,90211094, pada zona 9 sebesar 0,85450323, dan yang terakhir pada zona 10 sebesar
0,95226162.

Terakhir menghitung juga nilai Rxo didapatkan dengan cara RMSFLCORR dikali
MSFL dengan nilai lalu mendapatkan hasilnya dari zona 1 sampai dengan 10 yaitu, pada
zona 1 didapatkan nilai sebesar 0,9306, pada zona 2 sebesar 0,8924, pada zona 3 sebesar 1,4,
pada zona 4 sebesar 1,725, pada zona 5 sebesar 0,88755, pada zona 6 sebesar 0,9114, pada
zona 7 sebesar 0,874, pada zona 8 sebesar 0,8554, pada zona 9 sebesar, dan yang terakhir
pada zona 10 sebesar 0,828; 0,8554.

10
5.2 Tugas Internet

STANDOFF

Penyemenan sangat erat hubungannya dengan operasi pemboran, dimana


keberhasilan perencanaan penyemenan merupakan salah satu faktor keberhasilan dalam
proses pemboran. Penyemenan pada sumur pemboran adalah suatu proses pencampuran
(mixing) dan pendesakan (displacement) bubur semen melalui casing dan mengalir ke atas
melewati annulus di belakang casing sehingga casing terikat ke formasi. Menurut alasan dan
tujuannya penyemenan dapat dibagi menjadi dua, yaitu Primary Cementing (Penyemenan
Utama) dan Secondary Cementing atau Remedial Cementing (Penyemenan Kedua atau
Penyemenan Perbaikan). Penyemenan yang bagus didasari oleh komponen aditif semen yang
cocok sesuaidengan kondisi sumur tersebut, pemilihan semen aksesoris seperti centralizer
yang cocok dengankondisi sumur, perhitungan standoff untuk memperkirakan pipa bor
berada di tengah lubangsumur, serta perhitungan volume bubur semen yang tepat untuk
penyemenan lubang bor. Untukmengetahui hasil penyemenan penulis menganalisa dengan
menggunakan cement bond logging(CBL), dan Variable Density (VDL). Sistematika
penulisannya adalah dimulai dengan pendahuluan, tinjauan lapangan, teori dasar,
Perhitungan, pembahasandari hasil evaluasi penyemenan dan di akhiri dengan kesimpulan.

Penyebab utama kegagalan penyemenan tampaknya saluran cairan pengeboran gel


yang tersisa di anulus setelah semen dipasang. Jika saluran fluida pengeboran dihilangkan,
sejumlah komposisi penyemenan akan memberikan hasil yang efektif. Persiapan lubang yang
tepat adalah kunci sukses.

Dalam mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi perpindahan fluida


pemboran, perlu diperhatikan pola aliran pada annulus eksentrik ( contohnya saat pipa lebih
dekat ke satu sisi disbanding sisi yang lainnya). Kecepatan aliran yang terjadi dalam annulus
eksentrik tidak sama satu dengan yang lainnya, dan kecepatan yang tertingginya ada pada sisi
lubang dengan jarak terbebas. Jika casing terlalu dekat dengan dinding lubang,
kemungkinannya kecil untuk memompa semen pada kecepatan yang sangat tinggi untuk
mengembangkan aliran yang seragam di annulus. Untuk mengurangi eccentricity, centralizer
harus digunakan untuk menjaga pipa agar tetap di tengah tengah annulus

Dalam perforasi, standoff ini adalah Ruang antara muatan berbentuk dan permukaan
internal badan senjata berlubang. Kebuntuan umumnya cukup untuk memungkinkan jet
pengisian berbentuk terbentuk sebelum keluar dari badan senjata.

Dalam Formation Evaluation, standoff adalah jarak antara permukaan luar alat
logging dan dinding lubang bor. Jarak ini memiliki pengaruh penting pada respon dari
beberapa pengukuran logging, khususnya log induksi dan porositas neutron. Untuk alat
resistivitas, efek kebuntuan diperhitungkan dalam koreksi lubang bor. Pada alat porositas
neutron, biasanya dikoreksi secara terpisah. Dalam lubang yang mulus dan teratur, kebuntuan
11
adalah konstan dan ditentukan oleh geometri tali pahat logging dan lubang bor. Di lubang
rugose atau tidak beraturan, kebuntuan bervariasi dengan kedalaman.

Standoff juga bisa dikatan sebagai Sepotong bahan yang dirancang untuk menahan
alat logging pada jarak tertentu dari dinding lubang bor. Biasanya terbuat dari karet keras dan
terdiri dari empat hingga enam sirip dengan panjang yang diinginkan.

Standoff merupakan jarak penyimpangan antara dua posisi kesumbuan. Kondisi


standoff akan berpengaruh pada lebar jarak nozel dengan target yang akan mempengaruhi
jetting force yang diterima oleh target.

Sebagai perumpamaan standoff. Jika 100% standoff maka menunjukkan bahwa


casing tepat berada ditengah tengah lubang dan level semen di sisi sisi casing adalah sama.
Jika 75% standoff maka menunjukan bahwa casing berbelok sedikit dari yang seharusnya dan
sudah pasti level semen di kedua sisinya tidak akan sama. Dan pada 50% standoff posisinya
sama seperti pada 75% standoff tetapa ini memiliki level semen yang tidak samanya lebih
parah dari yang 75%.

Ada beberapa parameter yang memperngaruhi casing standoff diantaranya ada well
trajectory, ukuran casing dan berat casing, fluida di dalam casing dan di dalam anulus,
centralizer properties, dan centralizer placement

Well trajectory dinyatakan dalam data survei, yang terdiri dari kedalaman terukur,
kemiringan dan sudut azimuth. Ini menentukan bentuk jalur sumur dan dengan demikian
berdampak besar pada arah dan besarnya gaya samping yang menarik tali casing ke lubang
sumur.

Ukuran dan berat casing sangat berpengaruh pada casing standoff dikarenakannya
berat casing dapat menentukan gaya gravitasi yang menarik pipa kearah sisi bawah lubang
bor, dan semakin berat casing string maka dibutuhkan pula centralizer yang banyak dan juga
yang lebih kuat.

Fluida di dalam casing dan anulus merupakan hal yang berpengaruh juga terhadap
casing string. Jika berat bubur semen berada di dalam casing dan light drilling mud di dalam
anulus itu merupakan berat efektif casing yang terbaik begitu pula sebaliknya.

Centralizer properties. Tidak semua centralizer dibuat serupa centralizer sesuai


fungsi utamanya adalah untuk dapat meningkatkan kinerja produk mereka jadi mereka juga
mempunyai berbagai macam tipe.

Centralizer placement harus dilakukan karena centralizer dibuat untuk meningkatkan


kinerja produk. Jika jarak penempatan centralizer buruk maka meningkatankan yang
didapatkan yang ada malah sebaliknya.
12
BAB VI

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini adalah :

1. Nilai Bit size sebesar 17,5 inch

2. CILD corr zona 1 sebesar 1017,41

3. zona 1 berdiamter 12,3 Cal

4. MSFL pada zona 1 sebesar 0,99

5. ILD pada zona 1 sebesar 0,98

6. hmc pada zona 1 sebesar 2,6 Cal

7. zona 1 sebesar 1017,41

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono, Adi. 2007. Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Jakarta.

2.Nugrahaning, Asri. 2011. Penilaian Formasi. Bogor: Cetakan Media Utama.

3.Sitoresmi, Ratnayu. 2016. Diktat Petunjuk Praktikum Penilaian Formasi. Jakarta:

Universitas Trisakti.

4. http://repositori.kemdikbud.go.id/6145/1/Modul%20Teknik%20Pemboran%20Gr ade
%20D%20%28%20Novrianti%29.pdf/19/09/2020

5.https://www.academia.edu/36068524/CONTOH_LAPORAN_RESMI_PRAKTIK
UM_PENILAIAN_FORMASI/26/09/2020.

14
LAMPIRAN A

TUGAS INTERNET

15
TUGAS INTERNET

STANDOFF

1. Perforating

The space between the shaped charge and the internal surface of the perforating gun
body. The standoff is generally sufficient to allow the shaped charge jet to form before
exiting the gun body.

2. Formation Evaluation

The distance between the external surface of a logging tool and the borehole wall.


This distance has an important effect on the response of some logging measurements,
notably induction and neutron porosity logs. For resistivity tools, the effect of standoff is
taken into account in the borehole correction. In the neutron porosity tool, it is usually
corrected for separately. In a smooth, regular hole, the standoff is constant and determined by
the geometry of the logging tool string and the borehole. In rugose or irregular holes, standoff
varies with depth.

3. Formation Evaluation

A piece of material designed to hold a logging tool a certain distance away from


the borehole wall. It is usually made of hard rubber and consists of four to six fins of the
desired length.

Sumber : https://www.glossary.oilfield.slb.com/en/Terms/s/standoff.aspx
LAMPIRAN B

HASIL PENGAMATAN

16

Anda mungkin juga menyukai