PENDAHULUAN
Crude Oil (minyak mentah) adalah senyawa hidrokarbon kompleks yang terbentuk
di alam dapat berupa padatan, cairan, ataupun gas tergantung pada komposisi, waktu, serta
tekanan & temperatur yang mempengaruhinya. Contoh senyawa yang berupa padatan
adalah lilin/wax dan aspal. COntoh senyawa yang berupa cairan adalah minyak mentah,
sedangkan senyawa yang berupa gas adalah gas alam (natural gas).
Ditinjau dari komposisi kimianya maka crude oil dapat diklasifikasikan menjadi 4
golongan yaitu :
1. Golongan hidrokarbon jenuh (parafinis) dengan rumus empirisnya C n H 2n+2
2. Golongan hidrokarbon tidak jenuh rumus umumnya CnH2n
3. Golongan Napthena rumus umumnya CnH2n
4. Golongan Aromatik rumus umumnya C2H 2n-6
Dalam praktikum ini akan dilakukan pengukuran sifat fisik minyak mentah dengan
produk-produknya pada kondisi permukaan yaitu antara lain :
1. Densitas, Spesific Gravity dan oAPI Gravity.
2. Viskositas.
3. Pour Point & Cloud Point.
4. Flash Point & Smoke Point.
Hasil analisa minyak dan gas bumi dilaboratorium akan memberikan data yang
dapat digunakan untuk merencanakan optimasi produksi karena perencanaan dan aktifitas
yang akan dilakukan. Semakin akurat data yang dihasilkan dilaboratorium makan akan
memberikan hasil dalam perencanaan optimasi dalam produksi.
Crude Gas
No. Analisa Alat Pelumas Solar Kerosin
Oil LPG
Densitas,
Spesific
1 Hidrometer X X X X
Gravity,
oAPI Gravity
Densitas
2 Minyak Densitometer X X X X X
Viskositas
3 Kinematik Viskometer X X
Gas Baloon,
8 Densitas Gas Timbangan X
Komposisi
FID
9 Gas X
Chromatograph
BAB II
Untuk mendapatkan hasil analisa yang tepat dan akurat maka diperlukan contoh fluida
yang benar-benar mewakili (representatif) dari reservoir yang bersangkutan. Hal ini sangat penting
sebab kesalahan hasil analisa akan mengakibatan kesalahan dalam pengelolaan reservoir/lapangan
tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengambil contoh fluida reservoir yaitu
: 1). Pengambilan contoh dibawah permukaan dan 2). Pengambilan contoh diatas
permukaan.
Sebelum pengambilan contoh fluida reservoir maka sumur dikondisikan dahulu yaitu rate
produksi diatur sedemikian rupa (umumnya dibuat rate produksinya kecil) selama 24 jam. Bila
kondisi sumur sudah stabil dengan rate kecil tersebut maka barulah ditentukan posisi mana sample
akan diambil. Posisi yang paling baik adalah tepat dimana fluida reservoir masuk ke dalam lubang
sumur.
Setelah posisi ditentukan maka peralatan diturunkan dan pengambilan sample dimulai.
Minyak dan gas yang telah terperangkap dalam alat/botol sample diangkat ke atas dan dibawa ke
Laboratorium. Umumnya pengambilan sample dilakukan paling sedikit 2 kali untuk pengecekan
validitas sample tersebut. Cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada pengambilan contoh gas
condensate.
Metode pengambilan contoh diatas permukaan umumnya hasilnya lebih bagus untuk
semua jenis reservoir. Metode ini dilakukan dengan jalan mengambil contoh di separator setelah
dicapai kondisi setimbang. Selama pengambilan contoh dilakukan maka laju produksi gas dan
minyak harus dicatat secara teliti agar perbandingan pencampuran di laboratorium nantinya dapat
tepat dan benar. Bila dilapangan ada 2 atau lebih separator maka pengambilan sample dilakukan
pada separator pertama (Primary Separator). Pengambilan sample minyak dan gas di separator
harus dilakukan bersama-sama agar tekanan dan temperatur sama.
Beberapa masalah yang mungkin dijumpai pada cara pengambilan contoh ini yaitu antara lain:
Butir-butir minyak terlarut masuk dalam botol gas dan mengendap pada dinding botol.
Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya fraksi berat pada analisa gas tersebut sehingga
sebaiknya contoh diambil pada line dimana gas baru keluar dari separator.
Kandungan H2S dan O2 yang terserap air akan mengakibatkan korosi sehingga botol
sample sebaiknya adalah terbuat dari Stainless steel.
Terjadinya kondensasi gas pada botol karena penurunan temperatur maka untuk analisa
perlu dipanaskan dulu sehingga fraksi berat akan bertambah dalam hasil analisa.
Analisa minyak dan gas bumi serta produknya di Laboratorium ini dibagi menjadi
beberapa acara praktikum seperti yang tercantum pada table (1.1) . Sifat fisik minyak mentah
dan produknya yang dianalisa didalam laboratorium adalah antara lain adalah :
1. Densitas, Spesific Gravity, API Gravity
2. Viskositas
3. Flash Point & Fire Point
4. Cloud Point
5. Smoke Point
Tabel 3 .1
Batasan Kondisi Temperatur Pengujian
No Tipe Contoh Temperatur Test
1. Highly Volatile 2oC (35o F)
2. Moderately Volatile 18oC (65o F)
3. Moderately Volatile & Viscous dipanaskan sampai temperatur
minimum dapat mengalir
4. Non Volatile (-18 o dan 90 o C)
(0 dan 195O F)
5. Campuran non Petroleum Product 15 0.2 OC ( 600.5OF)
1 C
f
2 m V
dimana : f = Frekuesi
C = Constanta elastisitet
m = Massa
= Densitas contoh
V = Volume contoh
Prosedur Percobaan.
Tabel 3.2
(Sumber : Anton Paar GmbH, Essential Guidelines & Helpful Tips for Accurate Density
Result)
Gambar 3.2
Viscometer Cannon-Fenske for Transparent and Opaque Liquids
Viskositas didefinisikan sebagai ukuran tahanan terhadap aliran (ukuran keengganan fluida
untuk mengalir) yang dihasilkan oleh gaya dalam dyne yang mengenai dua bidang horizontal
berjarak 1 unit jarak dimana diantara kedua bidang itu mengalir fluida yang viscous. Satuan
viskositas adalah dyne detik/cm2 yang sebanding dengan 1 poise (unit dynamic) sedangkan
viskositas kinematik mempunyai satuan cm2/detik. Viskositas minyak sangat tergantung pada
tekanan dan temperatur. Di dalam reservoir hubungan tekanan, temperatur VS Viskositas minyak
dapat digambarkan sebagai berikut:
o
Pb
Tekanan Reservoir
Gambar 3.2
Hubungan Viskositas terhadap tekanan & temperatur reservoir
Peralatan
1. Viskometer.
2. Gelas Ukur
3. Bulb / Karet Penghisap
4. Stop Watch.
5. Oil Bath.
Prosedur Percobaan
1. Masukkan contoh (tembus cahaya) kedalam gelas ukur. Kemudian contoh tersebut dihisap
dengan Bulb atau karet penghisap sampai masuk kedalam viskometer dan melewati batas
bawah.
2. Karet penekan dilepas, viskometer dan termometer dimasukkan kedalam oil bath.
3. Alat pengatur kenaikan suhu dihidupkan (temperatur sesuai dengan temperatur pengukuran
SG dengan hidrometer).
4. Dengan karet penghisap, contoh dalam viskometer dihisap sampai melewati batas atas dan
karet penghisap dilepas.
5. Stop watch dihidupkan pada saat contoh tepat melewati batas atas, dan matikan stop watch
pada saat contoh melewati batas bawah.
6. Catat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan contoh dari batas atas ke batas bawah.
7. Lakukan pengukuran untuk temperatur 30 0C, 32 0C, 34 0C, 36 0C, 38 0C dan 40 0C,
kemudian plot harga viskositas contoh versus temperatur
8. Dengan cara ekstrapolasi tentukan viskositas pada temperatur 100 0C
9. Dengan menggunakan rumus Viskositas Indek (VI) hitunglah VI.
Perhitungan :
a. Perhitungan viscositas fluida
Viskositas dihitung dengan rumus :
c = t x C
dimana : c = Viskositas contoh, centistokes
t = Waktu yang digunakan oleh contoh bergerak dari batas
atas sampai batas bawah
C = Konstanta yang ter gantung dari temperatur ( table 3.3a & 3.3b)
Contoh perhitungan:
Diketahui suatu fluida mempunyai viscositas kinematik diukur pada 40 oC = 73.30 cst.
Sedang pada 100 oC viscositas kinematiknya adalah 8.86 cst. Dari tabel (4.3) dengan cara
interpolasi dapat dicari harga L dan H yaitu : L = 119.94 dan H = 69.48
Jadi VI = (119.94-73.30)/(119.94-69.48) = 92 VI < 100
Untuk VI > 100
Diketahui viscositas kinematik pada 40 o C = 22.83 cst dan viscositas kinematik pada 100
o
C adalah 5.05 cst.
N = log 28.97 log 22.83)/log5.05 = 0.114708
VI = ((antilog 0.14708-1)/0.00715) + 100 = 156
Penerapan pers. VI < 100 dan VI > 100 dapat dilihat dari harga viscositas kinematik yang
diukur pada 40 o C. Bila H dari tabel memberikan nilai yang lebih besar maka harus digunakan
pers. VI > 100.
Tabel 3.3a
Konstanta Viskositas (300, S828)
Temperatur oC Konstanta Temperatur o C Konstanta
30 0.254612 41 0.254381
31 0.254591 42 0.254360
32 0.254570 43 0.254339
33 0.254549 44 0.254318
34 0.254528 45 0.254297
35 0.254507 46 0.254276
36 0.254486 47 0.254255
37 0.254465 48 0.254234
38 0.254444 49 0.254213
39 0.254423 50 0.254192
40 0.254402
Tabel 3.3b
Konstanta Viscositas (500, D 522)
Temperatur oC Konstanta Temperatur o C Konstanta
30 10,625753 41 10,616049
31 10,624889 42 10,615185
32 10,624028 43 10,614321
33 10,623161 44 10,613457
34 10,622297 45 10,612613
35 10,621433 46 10,611749
36 10,620469 47 10,610885
37 10,619605 48 10,610021
38 10,618641 49 10,609157
39 10,617777 50 10,608293
40 10,616913
3.3.Penentuan Flash Point (Titik Nyala) dan Fire Point (Tititk Nyala).
Flash Point didefinisikan sebagai temperatur terendah dimana pada temperatur tersebut
uap diatas permukaan liquid akan menyala. Pengukuran Flash Point dimaksudkan untuk
mengontrol kemungkinan bahaya api atau resiko kebakaran dari material, produk-produk minyak
bumi. Dengan mengetahui titik nyala suatu produk bahan bakar maka dapat dilakukan pencegahan
bahaya yang mungkin terjadi karena perubahan temperatur yang mempengaruhi lingkungan
Fire Point merupakan suhu terendah dimana suatu zat cukup mengeluarkan uap dan
terbakar secara terus menerus (sekurang-kurangnya 5 detik) bila diberi sumber penyalaan yang
cukup. Biasanya nilai Fire Point akan lebih tinggi dari nilai Flash Point nya.
Peralatan
Alat untuk mengukur Flash Point yang digunakan di Laboratorium Analisa Fluida
Reservoir adalah CLEVELAND OPEN CUP APPARATUS. Seperti yang terlihat pada gambar
(terlampir). Alat tersebut diatas terdiri dari alat utama dan alat tambahan
a. Peralatan utama:
1. Test Cup.
2. Heating Plate.
3. Test Flame Applicator.
4. Heater.
b. Peralatan tambahan:
1. Shield (pelindung) digunakan Vent Hood Fire Control.
2. Termometer.
3. Kompressor.
Persiapan alat:
1. Alat diletakan didalam Vent Hood Fire Control.
2. Cuci Test Cup dengan pelarut (pegasol) untuk menghilangkan bekas-bekas minyak,
gemuk atau endapan lain yang tertinggal pada test sebelumnya.
3. Aliri Test Cup dengan air dingin kemudian keringkan.
4. Pasang termometer pada posisi kemudian keringkan.
Prosedur percobaan:
1. Isi cup dengan contoh minyak pelumas sampai garis batas (filling line) hindari gelembung-
gelembung udara dipermukaan.
2. Hubungan alat dengan listrik dan sesuaikan tombol sehingga temperatur akan naik dengan
rate 2 0C per menit (posisi 3 secara vertikal).
3. Tempatkan cup diatas pemanas, kemudian gerakkan testflame dengan posisi memotong
pusat test cup secara perlahan dan kontinyu, setiap kenaikkan 2 0C hingga terlihat test
flame menyala.
4. Baca temperatur dan catat sebagai Flash Point.
5. Untuk menentukan Fire Point teruskan analisa dan gerakkan test Flame setiap kenaikkan
20C hingga uap minyak terbakar sekurang-kurangnya 5 detik.
6. Catat temperatur tersebut sebagai Fire Point dari contoh.
Cara perhitungan :
Apabila tekanan atmosfir tidak sama dengan 760 mm Hg maka flash point dikoreksi dengan rumus
:
Fc= F x 0.06 (760-P)
dimana Fc = Flash Point yang telah dikoreksi , oF
F = Flash Point hasil pengamatan, o F
P = Tekanan baorometer mm Hg
3.4. Penentuan Cloud Point (Titik Kabut ) dan Pour Point (Titik Tuang)
Pour point didefinisikan sebagai suatu titik temperatur dimana minyak tidak mengalir
apabila didinginkan dengan kondisi tertentu. Titik tuang untuk jenis Wax Fuel Oil tergantung pada
penanganan dan kondisi storagenya. Prinsip analisa Pour Point ini adalah : Contoh minyak
ditempatkan dalam tabung tertutup kemudian tabung tersebut dimasukkan kedalam campuran
(zat) pendingin dimana tidak terjadi kontak langsung ntara tabung yang berisi minyak (contoh)
dengan zat pendingin tersebut. Adapun zat pendingin tersebut berupa campuran seperti yang
ditunjukkan pada table ( 3.4 )
Tabel 3.4
Campuran Pendingin
No Campuran Temperatur
1. Es + air 50 oF (10o C )
2 Es + Sodium Chloride -10 oF (- 12 o C )
3 Es+ Calcium Chloride - 15 oF (- 26 o C )
4 Carbon dioxidea padat + - 70 oF (- 57 o C )
Aceton ( Petrolen napthan).
Peralatan:
Peralatan untuk mengukur Pour Point disebut Pour Point Test Apparatus seperti
ditunjukkan pada gambar (terlampir). Peralatan terdiri dari :
1. Test jar, yaitu silinder dari kaca untuk tempat contoh
2. Termometer.
3. Cork yaitu alat untuk mennempatkan test jar
4. Jacket yaitu silinder jaket dari gelas yang lebih besar dari test jar
5. Disk yaitu penyumbat dari gabus
6. Gasket yaitu ring dengan tebal 5 mm
7. Bath, temperatur bath diperoleh dari campuran es dan air dengan temperatur 50 o F (10oC).
Prosedur percobaan :
1. Penentuan Cloud Point
a. Tuang contoh kedalam Test Jar sampai tanda batas, jika diperlukan panasi
minyak hingga dapat dituang kedalam jar. Usahakan contoh dalam Test Jar
tidak mengganggu pembacaan.
b. Tutup Test jar kuat-kuat dengan gabus dan tempatkan termometer sehingga
termometer tenggelam dalam contoh.
c. Masukkan Test Jar kedalam Jacket.
d. Isi Cooling Bath dengan es + air, pelihara temperaturnya sekitar 30 0F (-1 0C)
sampai 35 0F (2 0C).
e. Amati contoh setiap penurunan temperatur 20F dengan cara mengeluarkan test
jar dari gasket dan perikasa kabutnya, jika timbul kabut masukkan kembali test
jar pada dasar jacket. Catat temperaturnya sebagai Cloud Point.
2. Penentuan Pour Point.
a. Setelah terbentuk kabut usahakanlah massa contoh tidak terganggu dari gerakan
termometer. Adanya gangguan akan menyebabkan hasil yang tidak teliti.
b. Ulangi pengangkatan test jar dari jacket setiap penurunan temperatur 20F dan
dengan hati-hati miringkan test jar sehingga cukup dapat dilihat apakah ada
gerakan minyak dalam test jar.
c. Pour Point dicapai apabila Test Jar diletakkan horizontal selama 5 detik dan
minyak sudah tidak mengalir lagi.
d. Tambahkan 50F atau 30C pada hasil pengamatan Pour Point.
Catatan :
Hasil dari pengamatan yang berbeda tidak boleh lebih dari 5 0F atau 3 0C.
Smoke Point didefinisikan sebagai tinggi maksimum nyala api tanpa asap yang dapat
dicapai oleh bahan bakar, apabila dalam lampu yang tertutup dan beskala.
Peralatan:
Peralatan yang dipakai untuk menganalisa smoke point adalah :
1. Smoke Point Lamp (Terlampir)
2. Sumbu.
Sedangkan peralatan pembantu :
Persiapan Alat:
1. Tempatkan Smoke Point Lamp pada posisi vertikal dalam Vent Hood Fire Control.
2. Bersihkan sumbu dengan cara ekstraksi sekurang-kurangnya 25 siklus dalam sebuah
ekstraktor, menggunakan zat pelarut toluen.
3. Sesudah bersih tempatkan dalam sumbu, kemudian panaskan dalam oven kurang lebih ½
jam pada temperatur (212 – 230) 0F.
4. Setelah selesai simpan dalam desikator.
Prosedur Percobaan:
1. Saring contoh dengan kertas saring Whatman 411 sebanyak 25 ml.
2. Masukkan contoh yang sudah bersih kedalam labu ukur dan rendam 1 buah sumbu yang
sudah bersih kedalam contoh hingga sumbu terendam semuanya.
3. Tempatkan sumbu kedalam tabung sumbu dengan cara memutar dan naikkan secara hati-
hati. Rendam kembali bagian sumbu yang akan dibakar kedalam contoh.
4. Usahakan ujung sumbu yang akan dibakar rata (jika belum, potong secara horizontal
dengan gunting) dan sumbu terlihat 6 mm dari batas akhir tabung candle.
5. Masukkan contoh kedalam tabung candle sampai batas (20 ml).
6. Masukkan tabung sumbu kedalam tabung candle.
7. Pasang tabung candle kedalam alat dan nyalakan sumbu sesuaikan candle sehingga terlihat
tinggi nyala kurang lebih 10 mm. Biarkan menyala selama 5 menit.
8. Naikkan candle sampai ekor nyalanya tampak, kemudian turunkan candle perlahan-lahan
sehingga tampak nyala tidak berasap,seperti pada gambar (4.6 ) ditunjukkan bagian B pada
gambar tersebut tidak ada titik hitam pada nyala, yang terlihat pada kaca.
9. Catat skalanya, yang menunjukkan tinggi nyala maksimum tanpa asap (smoke point) dari
contoh. Pada waktu mengamati posisi mata harus lurus terpusat pada nyala, sehingga
pembacaan skala dapat lebih teliti. Jika terdapat perbedaan hasil pengamatan dari setiap
praktikan (lebih besar dari 1 mm), ulangi test dengan sumbu yang baru untuk 1 grup. Hasil
pengamatan merupakan harga rata-rata yang dibaca oleh setiap praktikan dari grup
tersebut.
10. Lepaskan candle dari lampu dan cuci dengan zat pelarut (pegasol) kemudian keringkan
dengan kompresor.
BAB IV
Komposisi gas yang umum di Indonesia. Contohnya: Jawa & Kalimantan adalah seperti
Tabel 4.1
Komposisi Umum gas di Indonesia
Komposisi % mol (Jawa) % mol (Kalimantan)
Hidrogen sulfide 0.00 0.00
Carbon Dioxide 8.23 13.19
Nitrogen Trace 0.09
Methane 68.95 69.04
Ethane 5.25 8.34
Propane 8.27 4.78
iso Buthane 2.64 1.11
n-Buthane 3.75 1.60
iso-Penthane 1.54 0.51
n-Penthane 1.19 0.45
Hexane 1.25 0.31
Hepthane Plus 0.92 0.48
100.00 100.00
Selain assosiated & non assosiated gas juga dibedakan dengan bermacam sifat/
karakteristik misalnya : gas basah (wet gas) --- gas kering (dry gas)
Sweet gas -------> Sour gas
gas ideal ------- > gas nyata
Sampling (pengambilan contoh ) ====> penting untuk menentukan keakuratan
pengukuran/analisa/penelitian sebab contoh harus mewakili sistim/reservoirnya.
Cara :
Bottom hole sampling ===> contoh diambil langsung dari reservoir
Surface sampling ====> mengambil contoh dipermukanan pada
tangki/separator/wellhead.
Percobaan ini prinsipnya adalah : menimbang gas alam yang ada dalam
tabung yang telah diketahui volumenya. Perbedaan berat tabung kosong dan tabung
isi adalah berat gas. Densitas dihitung dengan rumus:
Alat yang digunakan untuk menentukan komposisi senyawa yang ada dalam gas alam
adalah: Flame Ionization Detector (FID) CHROMATOGRAPH MODEL 940. Alat ini
dapat menganalisa Hidrokarbon dari C1 s/d C6. Gambar alat dapat dilihat dalam lampiran.
Peralatan terdiri dari beberapa bagian antara lain yaitu :
1. Hidrogen Generator : bagian ini berfungsi sebagai pensuplay hidrogen
2. Air Support Generator : bagian ini berfungsi untuk mensuplay udara kering. Udara
kering berfungsi sebagai gas pembawa. Bagian ini terdiri alat untuk memonitor
aliran gas dan hidrogen.
3. Chromatograph
Bagian ini terdiri dari :
Instalasi Colomn: yaitu tabung Stainless Steel (diameter 1/8”, 15”, dan 4”),
o
terdapat ruang oven (150 C) diantara ruang oven
sebagai control aliran backflash atau forward.
FID DETECTOR: tower silinder diameter 1” dan tinggi 2” dan mempunyai
tutup. Gas pembawa H2 & contoh gas masuk melalui
lubang dibagian dasar detektor. Katode, anode & igniter
tegak lurus detektor, flame tip terletak didasar detektor.
RECORDER:
digerakkan secara elektrik untuk memperbesar signal flame ionisation
detector voltage yang keluar secara elektrik sesuai jumlah aliran yang
masuk. Kecepatan gerak chart dan pengisian tintadapat diatur manual ( 1
inch /menit atau 2.5 cm / menit). Hasil pencatatan recorder merupakan
kualitas gas HK yang dianalisa.
Kalibrasi Instrumen:
Kalibrasi dilakukan untuk menentukan konstanta faktor konversi C1,C2,C3,C4,C5
dan C6 pada range tertentu. Contohnya seperti pada tabel (52)
Tabel (4.2)
Konstanta faktor konversi
Range C1 C2 C3 C4 C5 C6
10-9 21.651 23.387 30.792 54.687 126.25 309.325
10-10 2.1651 3.3387 3.0792 5.4687 12,625 30.9325
10-11 0.21651 0.23387 0,30702 0.54687 1.2625 3.09325
Prosedur pengukuran:
Prosedur pengukuran konsentrasi hidokarbon dalam gas alan dengan menggunakan
FID Chromatograph adalah sebagai berikut :
1. Jalankan kompressor dan jaga tekanan tetap 60 psi
2. Hidupkan Hidrogen generator & jaga tekanan tetap 25 psi.
3. Setel rotameter laju aliran gas pembawa sesuai kondisi operasi : flame air =
300cc/menit, carrier gas 30 cc/menit , hidrogen 30 cc/ menit.
4. Tekan main power ke posisi ON
5. Atur suhu detektor 200 oC (posisi 6), Injektor 180oC & Kolom 150oC.
6. Detektor & injektor stabil kira-kira 2.5 jam & Kolom 15 menit.
7. Suhu kolom tidak boleh lebih kecil dari suhu detektor.
8. Bila suhu detektor lebih besar dari 100oC nyalakan detektor ( tekan tombol
voltage kearah ignite sampai ada letupkan kecil) kemudian dicheck dengan
benda mengkilat maka ada embun uap air.
9. Bila suhu detektor lenih besar dari suhu kolom maka tutup ruang kolom.
10. Untuk memastikan semua suhu sudah sesuai putar pirometer ke arah suhu yang
diinginkan/diambil.
11. Hidupkan recorder ( kecepatan 1 inch/menit)
12. Tekan tombol cell votage ke ON , putar tombol attennuator ke 1 & putar
tombol range ke 10-9
13. Tepatkan pena recorder pada garis batas/base line yang dikehendaki (dengan
jalan putar-putar tombol buching)
14. Bila semua parameter operasi (suhu dan laju alir) sudah konstan maka ALAT
SIAP DIOPERASIKAN.
15. Untuk automatic value stel waktu forward 4.5 menit & backflash 5 menit.
Untuk value manual tergantung keperluan.
16. Putar tombol automatic value ke backflash atau forward, tergantung keperluan
kemudian tekan START.
17. Jika analisa selesai maka matikan Hidrogen genarator, buka tutup ruang kolom,
detektor ke Low & automatic value OFF.
18. Putar tombol range ke ball & attenuator ke .
19. Tekan tombol cell-voltage ke OFF & matikan rekorder.
20. Bila suhu detektor < 150o C , tekan tombol Main Power OFF.
21. Matikan kompresor.
Perhitungan :
Berdasar kalibrasi ==> ppm
Rumus : Luas = 1/2 alas x tinggi
t1 x ½ alas i x attenuator i = 100 %
1. American Society for Testing and Materials; Annual book of ASTM Standards
Part 23 Petroleum Product and Lubricants (1) D56 – D1660, Philadelphia, USA,
1979.
2. Bahan training di Lab RPK Lemigas, Cipulir Jakarta, 1985.
3. Ir.Hadijati, Bahan Pengarahan, FTM USAKTI, Jakarta, 1985.
4. Core Hering and Inpoposich, Fiel and Imbricants , New York, USA, 1959.
5. Core Lab; Flame Ionization Detector Chromatograph, Model 940, Operation
Manual, Core lab. Inc. Dallas, 1979.
6. Herlan Adim Ir; Petunjuk Analisa Sifat Fisik Batuan, Laboratorium Petrofisika,
USAKTI, Jakarta, 1975.
7. International Research Glassware, Certificate of Calibration, Kenilworth, 1987.
8. Anton Paar GmbH, Good Density Measurement : Essential Guidelines & Helpful
Tips for Accurate Density Result, Austria.
9. Desrina, R. Metode Kromatografi Gas untuk Fingerprinting Tumpahan Minyak
Bumi di Perairan. Perlunya Korelasi Antar-Laboratorium, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, 2010.
Gambar 1.
Kinematic Viscosity Bath
Gambar 2.
Viscometer Ostwald
Gambar 3.
Hidrometer
Gambar 4.
Densitometer Anton Paar DMA 4100
Gambar 5.
Skema dan Gambar Cleveland Open Cup Apparatus
Gambar 6.
Pour Point Test Apparatus
Gambar 7.
Smoke Point Lamp
Gambar 8.
Varian Aerograph Chromatography 940 dan Recorder