Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

Crude Oil (minyak mentah) adalah senyawa hidrokarbon kompleks yang terbentuk
di alam dapat berupa padatan, cairan, ataupun gas tergantung pada komposisi, waktu, serta
tekanan & temperatur yang mempengaruhinya. Contoh senyawa yang berupa padatan
adalah lilin/wax dan aspal. COntoh senyawa yang berupa cairan adalah minyak mentah,
sedangkan senyawa yang berupa gas adalah gas alam (natural gas).

Ditinjau dari komposisi kimianya maka crude oil dapat diklasifikasikan menjadi 4
golongan yaitu :
1. Golongan hidrokarbon jenuh (parafinis) dengan rumus empirisnya C n H 2n+2
2. Golongan hidrokarbon tidak jenuh rumus umumnya CnH2n
3. Golongan Napthena rumus umumnya CnH2n
4. Golongan Aromatik rumus umumnya C2H 2n-6

Ditinjau dari residunya, minyak mentah dapat dibedakan menjadi


1. Parafinis based crude ------> residunya berupa lilin/wax
2. Asphalt based crude ------> residunya berupa aspal
3. Mixed based crude ------> residunya berupa campuran

Dalam praktikum ini akan dilakukan pengukuran sifat fisik minyak mentah dengan
produk-produknya pada kondisi permukaan yaitu antara lain :
1. Densitas, Spesific Gravity dan oAPI Gravity.
2. Viskositas.
3. Pour Point & Cloud Point.
4. Flash Point & Smoke Point.
Hasil analisa minyak dan gas bumi dilaboratorium akan memberikan data yang
dapat digunakan untuk merencanakan optimasi produksi karena perencanaan dan aktifitas
yang akan dilakukan. Semakin akurat data yang dihasilkan dilaboratorium makan akan
memberikan hasil dalam perencanaan optimasi dalam produksi.

Praktikum yang akan dilakukan di Laboratorium Analisa Fluida Reservoir Teknik


Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti antara lain
adalah seperti terlihat pada tabel (1.1) kecuali analisa komposisi gas bumi tidak dapat
dilakukan dalam waktu dekat ini karena peralatan dalam kondisi rusak dan belum
diperbaiki.
Tabel 1.1
Analisa Minyak & Gas Bumi Beserta Produknya

Crude Gas
No. Analisa Alat Pelumas Solar Kerosin
Oil LPG
Densitas,
Spesific
1 Hidrometer X X X X
Gravity,
oAPI Gravity

Densitas
2 Minyak Densitometer X X X X X

Viskositas
3 Kinematik Viskometer X X

Flash Point & Flash Point


4 Fire Point Cleveland X
Open
Cloud & Pour
Cloud Point
5 Point Apparatus X

Cloud & Pour


6 Pour Point Point Apparatus X X X

Smoke Point Test


7 Smoke Point Apparatus X

Gas Baloon,
8 Densitas Gas Timbangan X

Komposisi
FID
9 Gas X
Chromatograph
BAB II

CARA PENGAMBILAN CONTOH (SAMPLE)

Untuk mendapatkan hasil analisa yang tepat dan akurat maka diperlukan contoh fluida
yang benar-benar mewakili (representatif) dari reservoir yang bersangkutan. Hal ini sangat penting
sebab kesalahan hasil analisa akan mengakibatan kesalahan dalam pengelolaan reservoir/lapangan
tersebut. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengambil contoh fluida reservoir yaitu
: 1). Pengambilan contoh dibawah permukaan dan 2). Pengambilan contoh diatas
permukaan.

2.1. Pengambilan Contoh di bawah Permukaan.

Sebelum pengambilan contoh fluida reservoir maka sumur dikondisikan dahulu yaitu rate
produksi diatur sedemikian rupa (umumnya dibuat rate produksinya kecil) selama 24 jam. Bila
kondisi sumur sudah stabil dengan rate kecil tersebut maka barulah ditentukan posisi mana sample
akan diambil. Posisi yang paling baik adalah tepat dimana fluida reservoir masuk ke dalam lubang
sumur.
Setelah posisi ditentukan maka peralatan diturunkan dan pengambilan sample dimulai.
Minyak dan gas yang telah terperangkap dalam alat/botol sample diangkat ke atas dan dibawa ke
Laboratorium. Umumnya pengambilan sample dilakukan paling sedikit 2 kali untuk pengecekan
validitas sample tersebut. Cara ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada pengambilan contoh gas
condensate.

2.2. Pengambilan Contoh di atas Permukaan.

Metode pengambilan contoh diatas permukaan umumnya hasilnya lebih bagus untuk
semua jenis reservoir. Metode ini dilakukan dengan jalan mengambil contoh di separator setelah
dicapai kondisi setimbang. Selama pengambilan contoh dilakukan maka laju produksi gas dan
minyak harus dicatat secara teliti agar perbandingan pencampuran di laboratorium nantinya dapat
tepat dan benar. Bila dilapangan ada 2 atau lebih separator maka pengambilan sample dilakukan
pada separator pertama (Primary Separator). Pengambilan sample minyak dan gas di separator
harus dilakukan bersama-sama agar tekanan dan temperatur sama.

2.2.1. Pengambilan Contoh Gas.


Pengambilan contoh gas di Separator ada tiga cara yaitu :
1. Botol gas divakcummkan. Bila tekanan separator > tekanan ruangan. Bila pengambilan
contoh dilakukan pada malam hari atau pada udara dingin maka akan ada kemungkinan
terjadi kondensat yang menempel didinding botol. Oleh karena itu botol harus dipanaskan
dahulu sampai suhunya sedikit lebih besar dari temperatur separator sebelum contoh
dianalisa.
2. Botol gas diisi penuh dengan contoh gas dari separator kemudian dibuang lewat katup lain
sehingga terjadi aliran gas dari katup yang satu ke atmosfeer lewat katup lain. Demikian
sampai botol sample penuh gas yang representatif dari separator. Selama pembuangan gas
usahakan jangan sampai ada condensate yang tertinggal dalam botol.
3. Botol gas diisi penuh dengan liquid (bisa berupa air formasi, air biasa atau air raksa) dengan
cara liquid displacement maka liquid akan keluar dari botol gas dan gas masuk ke dalam
botol sample.

Beberapa masalah yang mungkin dijumpai pada cara pengambilan contoh ini yaitu antara lain:
 Butir-butir minyak terlarut masuk dalam botol gas dan mengendap pada dinding botol.
Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya fraksi berat pada analisa gas tersebut sehingga
sebaiknya contoh diambil pada line dimana gas baru keluar dari separator.
 Kandungan H2S dan O2 yang terserap air akan mengakibatkan korosi sehingga botol
sample sebaiknya adalah terbuat dari Stainless steel.
 Terjadinya kondensasi gas pada botol karena penurunan temperatur maka untuk analisa
perlu dipanaskan dulu sehingga fraksi berat akan bertambah dalam hasil analisa.

2.2.2. Pengambilan Contoh Minyak.


Beberapa cara telah dikembangkan untuk pengambilan contoh minyak dari separator. Pada
prinsipnya semua metode itu sama yaitu menghindari terjadinya kehilangan gas yang terlarut
selama pengambilan contoh berlangsung atau terjadinya kontaminasi gas selama pengambilan
contoh. Untuk menghindari adanya udara/minyak yang tidak representatif selama pengambilan
contoh maka botol harus terisi penuh contoh yang mewakili fluida reservoir.
Setelah contoh diambil maka air atau merkuri yang ada dalam botol dikeluarkan agar
terbentuk fluida 2 fasa dalam botol. Ada tiga metode untuk pengambilan contoh minyak yaitu :
1). Liquid Displacement
Liquid yang digunakan adalah liquid yang tidak larut dalam minyak yaitu air
formasi, brine, atau merkuri. Mula-mula botol diisi dengan air formasi (brine, mekuri) dan
selanjutnya katup atas dihubungkan dengan separator (dengan line) Setelah berhubungan
dengan separator katup atas dibuka sehingga terjadi aliran dari separator ke botol. Setelah
air formasi (brine, merkuri) keluar sebanyak 600 cc maka katup bawah ditutup. Diamkan
sesaat agar tekanan botol sama dengan tekanan Separator. Setelah itu katup bagian atas
ditutup. Volume botol 700 cc karena yang keluar 600 cc maka j didalam botol masih ada
100 cc air formasi (brine, merkuri). Setelah itu air formasi (brine, merkuri) dikeluarkan 50
cc sehingga terbentuk 2 fasa.
2). Separator Gas Displacement
Dalam metode ini botol minyak dihubungkan dengan line gas separator dalam
posisi tegak/berdiri. Gas dialirkan dari atas dan keluar lewat katup bawah selama beberapa
waktu agar tak ada liquid dalam botol. Katup bawah ditutup diamkan sampai tekanan botol
sampai tekanan separator. Sambung katup bawah dengan T satu saluran dihubungkan ke
gauge satu lagi buka pelan-pelan sehingga gas keluar dan aliran minyak masuk ke dalam
botol. Setelah gas habis dilihat dari keluarnya minyak maka katup atas ditutup diamkan
sesaat agar tekanan botol sana tekanan separator lalu tutup katup bawah. Contoh siap
dibawa ke laboratorium dan dianalisa.
3). Purging dengan Minyak Separator
Metode ini menggunakan minyak separator sebagai pengganti air. Botol pada posisi
berdiri hubungkan katup bawah dengan separator. Buka pelan-pelan katup atas sehingga
minyak mengalir mengalir dalam botol, lakukan terus sampai volume minyak yang keluar
dari botol sama atau lebih besar dari volume botol baru tutup katup atas. Diamkan sejenak
lalu tutup katup bawah. Masalah yang mungkin terjadi adalah :
1. Bila temperatur Separator < temperatur ruang maka akan terjadi proses flash
dalam botol sehingga sebagian botol berisi gas. Hal ini mengakibatkan hasil
analisa minyak tak valid lagi.
2. Adanya H2S dan CO2 yang mengakibatkan korosi.
BAB III
ANALISA MINYAK & GAS BUMI BESERTA PRODUKNYA

Analisa minyak dan gas bumi serta produknya di Laboratorium ini dibagi menjadi
beberapa acara praktikum seperti yang tercantum pada table (1.1) . Sifat fisik minyak mentah
dan produknya yang dianalisa didalam laboratorium adalah antara lain adalah :
1. Densitas, Spesific Gravity, API Gravity
2. Viskositas
3. Flash Point & Fire Point
4. Cloud Point
5. Smoke Point

3.1. Penentuan Densitas, Spesific Gravity dan API Gravity.


Densitas minyak mentah adalah perbandingan berat dengan volume. Pada umumnya
dinyatakan dalam Spesific Gravity yaitu perbandingan densitas minyak dengan densitas air pada
kondisi standar ( 14.7 psia, 60o F). Hubungan antara Spesific Gravity dan API gravity adalah
sebagai berikut :
141.5
API   131.5
Sp.Gravity
Peralatan yang dapat digunakan antara lain adalah Hidrometer dan Densitometer. Pada waktu
pengujian temperatur contoh harus disesuaikan dengan kondisi batasan temperatur tertentu seperti
pada tabel (3 .1)

3.1.1. Pengukuran Spesific Gravity dengan Hidrometer.


Untuk mengukur Spesific Gravity alat ini dilengkapi dengan :
1. Hydrometer Cylinder atau gelas transparan misalnya gelas ukur yang mempunyai
diameter dalam (inside diameter) sekurang-kurangnya 25 mm lebih besar daripada
diameter luar (outside diameter) hidrometer.
2. Termometer.
3. Water bath.

Tabel 3 .1
Batasan Kondisi Temperatur Pengujian
No Tipe Contoh Temperatur Test
1. Highly Volatile 2oC (35o F)
2. Moderately Volatile 18oC (65o F)
3. Moderately Volatile & Viscous dipanaskan sampai temperatur
minimum dapat mengalir
4. Non Volatile (-18 o dan 90 o C)
(0 dan 195O F)
5. Campuran non Petroleum Product 15 0.2 OC ( 600.5OF)

Prosedur percobaan pengukuran SG dengan hidrometer sebagai berikut :


1. Contoh dimasukkan dalam gelas ukur secukupnya. Hindari adanya gelembung-
gelembung udara.
2. Gelas ukur yang sudah diisi contoh dimasukkan dalam water bath.
3. Sesuaikan temperatur water bath sehingga temperatur contoh sama dengan
temperatur kondisi pengujian (tabel 3 .1)
4. Angkat gelas ukur dan masukkan hidrometer perlahan-lahan dan aduk contoh
dengan termometer agar temperatur merata.
5. Tekan hidrometer kira-kira 2 skala pembacaan. Usahakan bekas contoh tidak
mengganggu pembacaan.
6. Setelah hidrometer mengapung maka baca skala pada hidrometer. Harga ini
merupakan harga/besarnya Specific Gravity dari contoh.
7. Ukur temperatur contoh. Perbedaan temperatur sebelum dan sesudah pengujian
tidak boleh lebih dari 0.5oC atau 1oF.
8. Lakukan pengujian pengamatan pada temperatur : 30 oC , 32 oC, 34 oC, 36oC, 38 oC,
40 oC. Buatlah grafik antara temperatur VS Specific Gravity.
3.1.2. Pengukuran Densitas dengan Densitometer.
Jenis densitometer yang digunakan pada percobaan adalah Densitometer DMA
4100 M. Prinsip kerja alat ini adalah mengukur periode waktu secara otomatis dan
elektronik yang didasarkan pada perubahan frekuensi yang masuk ke Oscilator pada saat
diisi dengan contoh cairan atau gas yang berbeda. Besarnya frekuensi dipengaruhi oleh
volume conotoh yang mengisi tabung. Hubungan antara frekuensi dan densitas dinyatakan
dengan persamaan sebagai
berikut :

1 C
f 
2 m  V
dimana : f = Frekuesi
C = Constanta elastisitet
m = Massa
 = Densitas contoh
V = Volume contoh

Peralatan yang digunakan :

DMA 4100 M Density Meter dan syringe untuk menginput contoh.

Prosedur Percobaan.

1. Menyalakan Instrumen dan Water Check


a. Koneksikan instrumen ke electric power supply, kemudian nyalakan tombol
ON dibagian belakang instrumen.
b. Tunggu hingga alat selesai inisialisasi.
c. Berikan jeda standby selama 15 menit untuk warming up pada alat sebelum
digunakan.
d. Lakukan water check terlebih dahulu sebelum pengukuran terhadap contoh,
dengan langkah : tekan Menu, Checks/Adjusments, Checks, Water
Checks, kemudian Start.
e. Masukan sample water standar atau aquades ke dalam inlet menggunakan
syringe hingga memenuhi seluruh tube. Lalu tekan OK.
f. Tunggu pengukuran hingga tercapai suhu yang diatur. Kemudian muncul
tanda Check Result Passed yang artinya pengukuran telah selesai.
g. Jika muncul tanda Check Result Failed, maka alat perlu dikalibrasi sebelum
digunakan.
h. Kembali ke Home Screen dengan menekan Main Screen.
2. Pengukuran Contoh
a. Pilih metode yang diinginkan untuk pengukuran dengan menekan Menu,
kemudian pilih Metode dan pilih metode yang diinginkan hingga tampilan
layar kembali pada Home Screen Lagi.
b. Pastikan U-Tube dalam keadaan bersih. Kemudian masukan contoh
menggunakan syringe hingga memenuhi seluruh U-Tube. Lakukan dengan
hati-hati jangan sampai terdapat gelembung pada U-Tube.
c. Tekan Start. Tunggu hasil pengukuran, kemudian akan muncul Condition
Valid dan hasil akan terpampang dilayar secara otomatis.
3. Selesai Pengukuran Contoh dan Mematikan Instrumen
a. Keluarkan sisa contoh yang terdapat dalam U-Tube dengan mendorong
menggunakan syringe yang telah kosong.
b. Bilas U-Tube menggunakan pelarut yang sesuai dengan karakteristik contoh
yang diukur sebelumnya (tabel 3.2). Untuk meyakinkan pembersihan
lakukan pembilasan sebanyak dua kali.
c. Masukan Tubing Pump kedalam inlet contoh, keringkan dengan menekan
Pump.
d. Untuk pembersihan saat usai menggunakan instrumen siapkan etanol.
e. Kemudian alirkan etanol kedalam U-Tube dengan menggunakan syringe.
f. Masukan Tubing Pump kedalam inlet contoh, keringkan dengan menekan
Pump.
g. Tunggu sampai 3 menit agar U-Tube kering.
h. Mematikan instrument dengan menekan OFF dibagian belakang instrumen.
i. Tunggu hingga lampu indikator hijau mati.

Tabel 3.2

Jenis-jenis Contoh dan Anjuran Cairan Pembersihnya

Contoh Cairan Pembersih 1 Cairan Pembersih 2

Fuel Petroleum Naptha Aseton

Lubricating Oil Petroleum Naptha Aseton

Motor Oil Petroleum Naptha Aseton

Parfum (Volatile) Alkohol -

Soft Drink Air Alkohol

(Sumber : Anton Paar GmbH, Essential Guidelines & Helpful Tips for Accurate Density

Result)

3.2 Penentuan Viskositas Minyak Mentah & Produknya


Alat yang digunakan untuk menentukan viscositas di laboratorium ini adalah Viscometer
Ostwald jenis Viscometer Cannon-Fenske for Transparent Liquid (Gambar3.1). Karakteristik
contoh yang dapat diukur dengan alat ini ialah contoh yang tembus cahaya, sehingga pengamatan
dapat dilakukan dengan mudah. Adapun viscometer dengan jenis yang berbeda baru dapat
digunakan untuk contoh fluida yang tak tembus cahaya, seperti Viscometer Cannon-Fenske for
Transparent and Opaque Liquids (Gambar 3.2).
Gambar 3.1
Viscometer Cannon-Fenske for Transparent Liquid

Gambar 3.2
Viscometer Cannon-Fenske for Transparent and Opaque Liquids
Viskositas didefinisikan sebagai ukuran tahanan terhadap aliran (ukuran keengganan fluida
untuk mengalir) yang dihasilkan oleh gaya dalam dyne yang mengenai dua bidang horizontal
berjarak 1 unit jarak dimana diantara kedua bidang itu mengalir fluida yang viscous. Satuan
viskositas adalah dyne detik/cm2 yang sebanding dengan 1 poise (unit dynamic) sedangkan
viskositas kinematik mempunyai satuan cm2/detik. Viskositas minyak sangat tergantung pada
tekanan dan temperatur. Di dalam reservoir hubungan tekanan, temperatur VS Viskositas minyak
dapat digambarkan sebagai berikut:

o

Pb

Tekanan Reservoir

Gambar 3.2
Hubungan Viskositas terhadap tekanan & temperatur reservoir
Peralatan
1. Viskometer.
2. Gelas Ukur
3. Bulb / Karet Penghisap
4. Stop Watch.
5. Oil Bath.

Prosedur Percobaan
1. Masukkan contoh (tembus cahaya) kedalam gelas ukur. Kemudian contoh tersebut dihisap
dengan Bulb atau karet penghisap sampai masuk kedalam viskometer dan melewati batas
bawah.
2. Karet penekan dilepas, viskometer dan termometer dimasukkan kedalam oil bath.
3. Alat pengatur kenaikan suhu dihidupkan (temperatur sesuai dengan temperatur pengukuran
SG dengan hidrometer).
4. Dengan karet penghisap, contoh dalam viskometer dihisap sampai melewati batas atas dan
karet penghisap dilepas.
5. Stop watch dihidupkan pada saat contoh tepat melewati batas atas, dan matikan stop watch
pada saat contoh melewati batas bawah.
6. Catat waktu yang diperlukan untuk mengalirkan contoh dari batas atas ke batas bawah.
7. Lakukan pengukuran untuk temperatur 30 0C, 32 0C, 34 0C, 36 0C, 38 0C dan 40 0C,
kemudian plot harga viskositas contoh versus temperatur
8. Dengan cara ekstrapolasi tentukan viskositas pada temperatur 100 0C
9. Dengan menggunakan rumus Viskositas Indek (VI) hitunglah VI.

Perhitungan :
a. Perhitungan viscositas fluida
Viskositas dihitung dengan rumus :

c = t x C
dimana :  c = Viskositas contoh, centistokes
t = Waktu yang digunakan oleh contoh bergerak dari batas
atas sampai batas bawah
C = Konstanta yang ter gantung dari temperatur ( table 3.3a & 3.3b)

b. Perhitungan Viskositas Indeks (VI)


Harga VI berkisar antara 0 – 100, makin besar harga VI sifat melumasi dari contoh semakin
baik.Viscositas Index dari minyak diukur dihitung dengan rumus:

VI = [(L-V) / (L-H)] x 100

dimana : VI = Viscositas Index


V = Viscositas Kinematik yang diukur pada 40 0C,cst
L = Viscositas Kinematik dari contoh pada 40 0C yang
mempunyai VI = 0, lihat dari table ( 4.3 ).
H = Viscositas Kinematik dari contoh pada 40 0C yang
mempunyai VI = 100 , lihat dari table ( 4.3 ).
Untuk VI > 100 maka  VI = ((antilog N-1)/0.00715) + 100
N = (log H log V) / log Y
dimana : Y = Kinematik viscositas yang diukur pada 100 oC

Contoh perhitungan:
Diketahui suatu fluida mempunyai viscositas kinematik diukur pada 40 oC = 73.30 cst.
Sedang pada 100 oC viscositas kinematiknya adalah 8.86 cst. Dari tabel (4.3) dengan cara
interpolasi dapat dicari harga L dan H yaitu : L = 119.94 dan H = 69.48
Jadi VI = (119.94-73.30)/(119.94-69.48) = 92  VI < 100
Untuk VI > 100
Diketahui viscositas kinematik pada 40 o C = 22.83 cst dan viscositas kinematik pada 100
o
C adalah 5.05 cst.
N = log 28.97 log 22.83)/log5.05 = 0.114708
VI = ((antilog 0.14708-1)/0.00715) + 100 = 156
Penerapan pers. VI < 100 dan VI > 100 dapat dilihat dari harga viscositas kinematik yang
diukur pada 40 o C. Bila H dari tabel memberikan nilai yang lebih besar maka harus digunakan
pers. VI > 100.
Tabel 3.3a
Konstanta Viskositas (300, S828)
Temperatur oC Konstanta Temperatur o C Konstanta
30 0.254612 41 0.254381
31 0.254591 42 0.254360
32 0.254570 43 0.254339
33 0.254549 44 0.254318
34 0.254528 45 0.254297
35 0.254507 46 0.254276
36 0.254486 47 0.254255
37 0.254465 48 0.254234
38 0.254444 49 0.254213
39 0.254423 50 0.254192
40 0.254402
Tabel 3.3b
Konstanta Viscositas (500, D 522)
Temperatur oC Konstanta Temperatur o C Konstanta
30 10,625753 41 10,616049
31 10,624889 42 10,615185
32 10,624028 43 10,614321
33 10,623161 44 10,613457
34 10,622297 45 10,612613
35 10,621433 46 10,611749
36 10,620469 47 10,610885
37 10,619605 48 10,610021
38 10,618641 49 10,609157
39 10,617777 50 10,608293
40 10,616913
3.3.Penentuan Flash Point (Titik Nyala) dan Fire Point (Tititk Nyala).

Flash Point didefinisikan sebagai temperatur terendah dimana pada temperatur tersebut

uap diatas permukaan liquid akan menyala. Pengukuran Flash Point dimaksudkan untuk

mengontrol kemungkinan bahaya api atau resiko kebakaran dari material, produk-produk minyak

bumi. Dengan mengetahui titik nyala suatu produk bahan bakar maka dapat dilakukan pencegahan

bahaya yang mungkin terjadi karena perubahan temperatur yang mempengaruhi lingkungan

tempat penggunaan bahan bakar yang bersangkutan.

Fire Point merupakan suhu terendah dimana suatu zat cukup mengeluarkan uap dan

terbakar secara terus menerus (sekurang-kurangnya 5 detik) bila diberi sumber penyalaan yang

cukup. Biasanya nilai Fire Point akan lebih tinggi dari nilai Flash Point nya.

Peralatan
Alat untuk mengukur Flash Point yang digunakan di Laboratorium Analisa Fluida
Reservoir adalah CLEVELAND OPEN CUP APPARATUS. Seperti yang terlihat pada gambar
(terlampir). Alat tersebut diatas terdiri dari alat utama dan alat tambahan
a. Peralatan utama:
1. Test Cup.
2. Heating Plate.
3. Test Flame Applicator.
4. Heater.
b. Peralatan tambahan:
1. Shield (pelindung) digunakan Vent Hood Fire Control.
2. Termometer.
3. Kompressor.
Persiapan alat:
1. Alat diletakan didalam Vent Hood Fire Control.
2. Cuci Test Cup dengan pelarut (pegasol) untuk menghilangkan bekas-bekas minyak,
gemuk atau endapan lain yang tertinggal pada test sebelumnya.
3. Aliri Test Cup dengan air dingin kemudian keringkan.
4. Pasang termometer pada posisi kemudian keringkan.

Prosedur percobaan:
1. Isi cup dengan contoh minyak pelumas sampai garis batas (filling line) hindari gelembung-
gelembung udara dipermukaan.
2. Hubungan alat dengan listrik dan sesuaikan tombol sehingga temperatur akan naik dengan
rate 2 0C per menit (posisi 3 secara vertikal).
3. Tempatkan cup diatas pemanas, kemudian gerakkan testflame dengan posisi memotong
pusat test cup secara perlahan dan kontinyu, setiap kenaikkan 2 0C hingga terlihat test
flame menyala.
4. Baca temperatur dan catat sebagai Flash Point.
5. Untuk menentukan Fire Point teruskan analisa dan gerakkan test Flame setiap kenaikkan
20C hingga uap minyak terbakar sekurang-kurangnya 5 detik.
6. Catat temperatur tersebut sebagai Fire Point dari contoh.

Cara perhitungan :
Apabila tekanan atmosfir tidak sama dengan 760 mm Hg maka flash point dikoreksi dengan rumus
:
Fc= F x 0.06 (760-P)
dimana Fc = Flash Point yang telah dikoreksi , oF
F = Flash Point hasil pengamatan, o F
P = Tekanan baorometer mm Hg

3.4. Penentuan Cloud Point (Titik Kabut ) dan Pour Point (Titik Tuang)
Pour point didefinisikan sebagai suatu titik temperatur dimana minyak tidak mengalir
apabila didinginkan dengan kondisi tertentu. Titik tuang untuk jenis Wax Fuel Oil tergantung pada
penanganan dan kondisi storagenya. Prinsip analisa Pour Point ini adalah : Contoh minyak
ditempatkan dalam tabung tertutup kemudian tabung tersebut dimasukkan kedalam campuran
(zat) pendingin dimana tidak terjadi kontak langsung ntara tabung yang berisi minyak (contoh)
dengan zat pendingin tersebut. Adapun zat pendingin tersebut berupa campuran seperti yang
ditunjukkan pada table ( 3.4 )
Tabel 3.4
Campuran Pendingin
No Campuran Temperatur
1. Es + air 50 oF (10o C )
2 Es + Sodium Chloride -10 oF (- 12 o C )
3 Es+ Calcium Chloride - 15 oF (- 26 o C )
4 Carbon dioxidea padat + - 70 oF (- 57 o C )
Aceton ( Petrolen napthan).

Peralatan:
Peralatan untuk mengukur Pour Point disebut Pour Point Test Apparatus seperti
ditunjukkan pada gambar (terlampir). Peralatan terdiri dari :
1. Test jar, yaitu silinder dari kaca untuk tempat contoh
2. Termometer.
3. Cork yaitu alat untuk mennempatkan test jar
4. Jacket yaitu silinder jaket dari gelas yang lebih besar dari test jar
5. Disk yaitu penyumbat dari gabus
6. Gasket yaitu ring dengan tebal  5 mm
7. Bath, temperatur bath diperoleh dari campuran es dan air dengan temperatur 50 o F (10oC).

Prosedur percobaan :
1. Penentuan Cloud Point
a. Tuang contoh kedalam Test Jar sampai tanda batas, jika diperlukan panasi
minyak hingga dapat dituang kedalam jar. Usahakan contoh dalam Test Jar
tidak mengganggu pembacaan.
b. Tutup Test jar kuat-kuat dengan gabus dan tempatkan termometer sehingga
termometer tenggelam dalam contoh.
c. Masukkan Test Jar kedalam Jacket.
d. Isi Cooling Bath dengan es + air, pelihara temperaturnya sekitar 30 0F (-1 0C)
sampai 35 0F (2 0C).
e. Amati contoh setiap penurunan temperatur 20F dengan cara mengeluarkan test
jar dari gasket dan perikasa kabutnya, jika timbul kabut masukkan kembali test
jar pada dasar jacket. Catat temperaturnya sebagai Cloud Point.
2. Penentuan Pour Point.
a. Setelah terbentuk kabut usahakanlah massa contoh tidak terganggu dari gerakan
termometer. Adanya gangguan akan menyebabkan hasil yang tidak teliti.
b. Ulangi pengangkatan test jar dari jacket setiap penurunan temperatur 20F dan
dengan hati-hati miringkan test jar sehingga cukup dapat dilihat apakah ada
gerakan minyak dalam test jar.
c. Pour Point dicapai apabila Test Jar diletakkan horizontal selama 5 detik dan
minyak sudah tidak mengalir lagi.
d. Tambahkan 50F atau 30C pada hasil pengamatan Pour Point.
Catatan :
Hasil dari pengamatan yang berbeda tidak boleh lebih dari 5 0F atau 3 0C.

3.5. Penentuan Smoke Point (Titik Asap) Produk Minyak Mentah

Smoke Point didefinisikan sebagai tinggi maksimum nyala api tanpa asap yang dapat
dicapai oleh bahan bakar, apabila dalam lampu yang tertutup dan beskala.

Peralatan:
Peralatan yang dipakai untuk menganalisa smoke point adalah :
1. Smoke Point Lamp (Terlampir)
2. Sumbu.
Sedangkan peralatan pembantu :

1. Vent Hood Fore Control.


2. Extractor.
3. Desicator.
4. Labu Ukur.
5. Kertas Saring Whatman.
6. Corong.
7. Erlenmeyer.

Persiapan Alat:

1. Tempatkan Smoke Point Lamp pada posisi vertikal dalam Vent Hood Fire Control.
2. Bersihkan sumbu dengan cara ekstraksi sekurang-kurangnya 25 siklus dalam sebuah
ekstraktor, menggunakan zat pelarut toluen.
3. Sesudah bersih tempatkan dalam sumbu, kemudian panaskan dalam oven kurang lebih ½
jam pada temperatur (212 – 230) 0F.
4. Setelah selesai simpan dalam desikator.

Prosedur Percobaan:
1. Saring contoh dengan kertas saring Whatman 411 sebanyak 25 ml.
2. Masukkan contoh yang sudah bersih kedalam labu ukur dan rendam 1 buah sumbu yang
sudah bersih kedalam contoh hingga sumbu terendam semuanya.
3. Tempatkan sumbu kedalam tabung sumbu dengan cara memutar dan naikkan secara hati-
hati. Rendam kembali bagian sumbu yang akan dibakar kedalam contoh.
4. Usahakan ujung sumbu yang akan dibakar rata (jika belum, potong secara horizontal
dengan gunting) dan sumbu terlihat 6 mm dari batas akhir tabung candle.
5. Masukkan contoh kedalam tabung candle sampai batas (20 ml).
6. Masukkan tabung sumbu kedalam tabung candle.
7. Pasang tabung candle kedalam alat dan nyalakan sumbu sesuaikan candle sehingga terlihat
tinggi nyala kurang lebih 10 mm. Biarkan menyala selama 5 menit.
8. Naikkan candle sampai ekor nyalanya tampak, kemudian turunkan candle perlahan-lahan
sehingga tampak nyala tidak berasap,seperti pada gambar (4.6 ) ditunjukkan bagian B pada
gambar tersebut tidak ada titik hitam pada nyala, yang terlihat pada kaca.
9. Catat skalanya, yang menunjukkan tinggi nyala maksimum tanpa asap (smoke point) dari
contoh. Pada waktu mengamati posisi mata harus lurus terpusat pada nyala, sehingga
pembacaan skala dapat lebih teliti. Jika terdapat perbedaan hasil pengamatan dari setiap
praktikan (lebih besar dari 1 mm), ulangi test dengan sumbu yang baru untuk 1 grup. Hasil
pengamatan merupakan harga rata-rata yang dibaca oleh setiap praktikan dari grup
tersebut.
10. Lepaskan candle dari lampu dan cuci dengan zat pelarut (pegasol) kemudian keringkan
dengan kompresor.
BAB IV

ANALISA GAS BUMI /ALAM

Gas alam dibedakan menjadi :


1. Assosiated gas ( gas ikutan) gas yang direservoir berada/ larut dalam minyak, bila
tekanan turun sampai dibawah Pb (tekanan saturasi) maka gas keluar dari larutan
menjadi gas bebas.
2. Non assosiated gas yang dialam sudah berupa gas (gas alam/natural gas) berasal
dari reservoir gas. (ingat diagram fasa /jenis reservoir )
Gas condition for processing
Gas dari (sumur/separator ) Gas condition for sale
Flare ( dibuang/dibakar )

Komposisi gas yang umum di Indonesia. Contohnya: Jawa & Kalimantan adalah seperti

pada tabel (4.1) dibawah ini

Tabel 4.1
Komposisi Umum gas di Indonesia
Komposisi % mol (Jawa) % mol (Kalimantan)
Hidrogen sulfide 0.00 0.00
Carbon Dioxide 8.23 13.19
Nitrogen Trace 0.09
Methane 68.95 69.04
Ethane 5.25 8.34
Propane 8.27 4.78
iso Buthane 2.64 1.11
n-Buthane 3.75 1.60
iso-Penthane 1.54 0.51
n-Penthane 1.19 0.45
Hexane 1.25 0.31
Hepthane Plus 0.92 0.48
100.00 100.00

Tabel 4.1 (Lanjutan)


Sifat lain
SG gas 0.9232 0.8500
Gros heating
value /cuft gas 1422 BTU 1134 BTU
kering
(60 oF,14.7 psi)

Selain assosiated & non assosiated gas juga dibedakan dengan bermacam sifat/
karakteristik misalnya : gas basah (wet gas) --- gas kering (dry gas)
Sweet gas -------> Sour gas
gas ideal ------- > gas nyata
Sampling (pengambilan contoh ) ====> penting untuk menentukan keakuratan
pengukuran/analisa/penelitian sebab contoh harus mewakili sistim/reservoirnya.
Cara :
 Bottom hole sampling ===> contoh diambil langsung dari reservoir
 Surface sampling ====> mengambil contoh dipermukanan pada
tangki/separator/wellhead.

4.1. Penentuan Densitas


Densitas gas umumnya dinyatakan sebagai Spesific Gravity (SG) yaitu
perbandingan antara densitas gas dengan densitas udara. Di
Laboratorium ini pengukuran densitas gas dilakukan dengan dua cara yaitu :
1. Dengan timbangan
2. Dengan alat densitometer.

4.1.1 Penentuan densitas gas dengan timbangan

Percobaan ini prinsipnya adalah : menimbang gas alam yang ada dalam
tabung yang telah diketahui volumenya. Perbedaan berat tabung kosong dan tabung
isi adalah berat gas. Densitas dihitung dengan rumus:

berat isi  berat kosong


Densitas gas 
volume tabung
Peralatan yang digunakan :
1. Gas Baloon, tabung contoh yang telah diketahui volumenya dengan valve.
2. Timbangan.
3. Alat Vakum.
Prosedur percobacan :
1. Tabung divakumkan, lalu ditimbang ( berat = a gram)
2. Tabung isi contoh ditimbang ( berat = b gram)
3. Volume botol = Y cc
Perhitungan :
ba
Densitas gas = ( grm / cc)
Y
Percobaan umumnya dilakukan minimum 2 kali untuk keakuratannya.

4.1.2. Penentuan Densitas Dengan Densitometer.


Prinsip kerja pengukuran densitas gas dengan densitometer sama dengan
pengukuran minyak dengan densitometer. Yang berbeda disini hanyalah contohnya
yaitu berupa gas (LPG). Peralatan & prosedur percobaannya sama dengan contoh
liquid/minyak. Namun diperlukan alat tambahan untuk inlet contoh berupa gas,
sedangkan alat tersebut belum tersedia makan untuk pengujian densitas gas hanya
dilakukan percobaan dengan Gas Baloon.

4.2. Penentuan Komposisi/Konsentrasi Gas Alam


Metode kromatografi gas (GC) merupakan metode analisis yang paling banyak
digunakan dalam kegiatan perminyakan serta kegiatan penelitian pencemaran zat-zat
organik. Boleh dikatakan metode kromatografi gas ini merupakan metode “kuda beban”
untuk maksud-maksud karakterisasi dan identifikasi minyak bumi dan produk-produknya.
Identifikasi minyak bumi dengan metode GC biasanya dilakukan dengan
menggunakan kolom nonpolar untuk memisahkan senyawa-senyawa hidrokarbon di dalam
minyak bumi dalam urutan titik didihnya. Gas alam baik yang assosiated maupun non
assosiated mempunyai komposisi yang hampir sama yaitu antara lain mengandung C1
s/d C7+ dan terdapat impurities. Penentuan konsentrasi disini adalah menentukan jumlah
masing-masing komponen C1, C2, C3 dst yang ada dalam gas alam. hal ini perlu untuk
prosesing gas lebih lanjut .
Hasil analisis dari kromatograf ini ialah berupa kromatogram yang berbentuk grafik.
Pembedaan kromatogram dilakukan dengan cara mengukur puncak-puncak kromatogram.
Luas puncak-puncak tersebut kemudian dinyatakan besarnya relative terhadap konsentrasi
senyawa tersebut dalam contoh. Keberhasilan metode GC ditentukan terutama oleh kolom
dan detektornya. Semakin tinggi resolusi kolomnya, semakin baik kemampuan dalam
membedakan sampel-sampel minyak bumi.
Detektor yang digunakan pada alat ini ialah Flame Ionization Detector, prinsip kerja
detector ini ialah setelah contoh mengalami pemisahan didalam kolom, senyawa yang
keluar terlebih dahulu akan dibakar menggunakan udara dan nitrogen yang akan
menghasilkan ion-ion. Sejumlah besar ion yang terbentuk dalam nyala masuk ke dalam
celah electrode yang menyebabkan penurunan tegangan dan dicatat sebagai sinyal oleh
rekorder. Intensitas sinyal akan berbanding lurus dengan konsentrasi senyawa yang ada
dalam gas pembawa.

Peralatan yang digunakan:

Alat yang digunakan untuk menentukan komposisi senyawa yang ada dalam gas alam
adalah: Flame Ionization Detector (FID) CHROMATOGRAPH MODEL 940. Alat ini
dapat menganalisa Hidrokarbon dari C1 s/d C6. Gambar alat dapat dilihat dalam lampiran.
Peralatan terdiri dari beberapa bagian antara lain yaitu :
1. Hidrogen Generator : bagian ini berfungsi sebagai pensuplay hidrogen
2. Air Support Generator : bagian ini berfungsi untuk mensuplay udara kering. Udara
kering berfungsi sebagai gas pembawa. Bagian ini terdiri alat untuk memonitor
aliran gas dan hidrogen.
3. Chromatograph
Bagian ini terdiri dari :
 Instalasi Colomn: yaitu tabung Stainless Steel (diameter 1/8”, 15”, dan 4”),
o
terdapat ruang oven (150 C) diantara ruang oven
sebagai control aliran backflash atau forward.
 FID DETECTOR: tower silinder diameter 1” dan tinggi 2” dan mempunyai
tutup. Gas pembawa H2 & contoh gas masuk melalui
lubang dibagian dasar detektor. Katode, anode & igniter
tegak lurus detektor, flame tip terletak didasar detektor.

 CONTROL & INDIKATOR, terdiri dari :


- Main central panel ; power switch , control injector,detector, dan
temperatur.
- Control column oven : switch on-off & control temperatur oven column.
- Switch timer : untuk mengukur periode waktu pada operasi backflash &
forward.

 RECORDER:
digerakkan secara elektrik untuk memperbesar signal flame ionisation
detector voltage yang keluar secara elektrik sesuai jumlah aliran yang
masuk. Kecepatan gerak chart dan pengisian tintadapat diatur manual ( 1
inch /menit atau 2.5 cm / menit). Hasil pencatatan recorder merupakan
kualitas gas HK yang dianalisa.

Prinsip kerja peralatan:


Prinsip kerja peralatan adalah : suatu potensial tinggi dibangkitkan dari Katode ke
Detektor sehingga bila gas Hidrokarbon masuk maka detektor akan menyala dan
terionisasi sesuai dengan jumlah ion karbon (C) yang lewat/ mengalir antara Katode
menuju Anode. Yang berfungsi sebagai gas pembawa (carrier gas) adalah udara kering
yang juga berfungsi sebagai Carbon Molecular Counter.
Arus diperbesar dan dicatat pada grafik pencatat (recorder) . Grafik / hasil
pencatatan menunjukkan konsentrasi hidrokarbon (Jumlah C1,C2 dst ..C6). Adanya
impurities seperti air dan CO2 tidak menimbulkan masalah pada percobaan/analisa ini

Kalibrasi Instrumen:
Kalibrasi dilakukan untuk menentukan konstanta faktor konversi C1,C2,C3,C4,C5
dan C6 pada range tertentu. Contohnya seperti pada tabel (52)
Tabel (4.2)
Konstanta faktor konversi
Range C1 C2 C3 C4 C5 C6
10-9 21.651 23.387 30.792 54.687 126.25 309.325
10-10 2.1651 3.3387 3.0792 5.4687 12,625 30.9325
10-11 0.21651 0.23387 0,30702 0.54687 1.2625 3.09325

Prosedur pengukuran:
Prosedur pengukuran konsentrasi hidokarbon dalam gas alan dengan menggunakan
FID Chromatograph adalah sebagai berikut :
1. Jalankan kompressor dan jaga tekanan tetap 60 psi
2. Hidupkan Hidrogen generator & jaga tekanan tetap 25 psi.
3. Setel rotameter laju aliran gas pembawa sesuai kondisi operasi : flame air =
300cc/menit, carrier gas 30 cc/menit , hidrogen 30 cc/ menit.
4. Tekan main power ke posisi ON
5. Atur suhu detektor 200 oC (posisi 6), Injektor 180oC & Kolom 150oC.
6. Detektor & injektor stabil kira-kira 2.5 jam & Kolom 15 menit.
7. Suhu kolom tidak boleh lebih kecil dari suhu detektor.
8. Bila suhu detektor lebih besar dari 100oC nyalakan detektor ( tekan tombol
voltage kearah ignite sampai ada letupkan kecil) kemudian dicheck dengan
benda mengkilat maka ada embun uap air.
9. Bila suhu detektor lenih besar dari suhu kolom maka tutup ruang kolom.
10. Untuk memastikan semua suhu sudah sesuai putar pirometer ke arah suhu yang
diinginkan/diambil.
11. Hidupkan recorder ( kecepatan 1 inch/menit)
12. Tekan tombol cell votage ke ON , putar tombol attennuator ke 1 & putar
tombol range ke 10-9
13. Tepatkan pena recorder pada garis batas/base line yang dikehendaki (dengan
jalan putar-putar tombol buching)
14. Bila semua parameter operasi (suhu dan laju alir) sudah konstan maka ALAT
SIAP DIOPERASIKAN.
15. Untuk automatic value stel waktu forward 4.5 menit & backflash 5 menit.
Untuk value manual tergantung keperluan.
16. Putar tombol automatic value ke backflash atau forward, tergantung keperluan
kemudian tekan START.
17. Jika analisa selesai maka matikan Hidrogen genarator, buka tutup ruang kolom,
detektor ke Low & automatic value OFF.
18. Putar tombol range ke ball & attenuator ke .
19. Tekan tombol cell-voltage ke OFF & matikan rekorder.
20. Bila suhu detektor < 150o C , tekan tombol Main Power OFF.
21. Matikan kompresor.

Perhitungan :
Berdasar kalibrasi ==> ppm
Rumus : Luas = 1/2 alas x tinggi
t1 x ½ alas i x attenuator i = 100 %

Dimana, t = tinggi peak (mm)

tn. ½ alas n x attenuator


Kosentrasi Cn = ------------------------------------- x 100 %
t 1 x ½ alas i x attenuator i
DAFTAR PUSTAKA

1. American Society for Testing and Materials; Annual book of ASTM Standards
Part 23 Petroleum Product and Lubricants (1) D56 – D1660, Philadelphia, USA,
1979.
2. Bahan training di Lab RPK Lemigas, Cipulir Jakarta, 1985.
3. Ir.Hadijati, Bahan Pengarahan, FTM USAKTI, Jakarta, 1985.
4. Core Hering and Inpoposich, Fiel and Imbricants , New York, USA, 1959.
5. Core Lab; Flame Ionization Detector Chromatograph, Model 940, Operation
Manual, Core lab. Inc. Dallas, 1979.
6. Herlan Adim Ir; Petunjuk Analisa Sifat Fisik Batuan, Laboratorium Petrofisika,
USAKTI, Jakarta, 1975.
7. International Research Glassware, Certificate of Calibration, Kenilworth, 1987.
8. Anton Paar GmbH, Good Density Measurement : Essential Guidelines & Helpful
Tips for Accurate Density Result, Austria.
9. Desrina, R. Metode Kromatografi Gas untuk Fingerprinting Tumpahan Minyak
Bumi di Perairan. Perlunya Korelasi Antar-Laboratorium, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”, 2010.
Gambar 1.
Kinematic Viscosity Bath

Gambar 2.
Viscometer Ostwald
Gambar 3.
Hidrometer

Gambar 4.
Densitometer Anton Paar DMA 4100
Gambar 5.
Skema dan Gambar Cleveland Open Cup Apparatus

Gambar 6.
Pour Point Test Apparatus
Gambar 7.
Smoke Point Lamp

Gambar 8.
Varian Aerograph Chromatography 940 dan Recorder

Anda mungkin juga menyukai