Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRAKTIKUM PETROFISIKA

MODUL 3

PENENTUAN KUANTITAS FLUIDA PADA BATUAN RESERVOIR


DENGAN METODE SOLVENT EXTRACTION

Disusun Oleh :
Nama / NIM : Marine Chyntya Febriyana
NIM : 191910801008
Kelompok :6
Tanggal Praktikum/Jam : 21 April 2022 / 10.30-12.25

LABORATORIUM RESERVOIR
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i


DAFTAR TABEL ................................................................................................... ii
I. JUDUL ............................................................................................................. 1
II. TUJUAN .......................................................................................................... 1
III. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 1
3.1. Saturasi ....................................................................................................... 1
3.2. Pengukuran Saturasi ................................................................................... 1
3.3. Jenis Saturasi .............................................................................................. 2
3.4. Solvent Extraction ............................................................................................. 3
IV. METODOLOGI PERCOBAAN ..................................................................... 4
4.1. Alat dan Bahan ........................................................................................... 4
4.2. Skema Kerja ...................................................................................................... 5
4.3. Data Percobaan ........................................................................................... 6
4.4. Metode Analisa Data .................................................................................. 7
V. HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................ 9
5.1. Hasil ........................................................................................................... 9
VI. PENUTUP ...................................................................................................... 12
6.1. Kesimpulan............................................................................................... 12
6.2. Saran ........................................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 14
LEMBAR PERHITUNGAN ................................................................................. 15

i
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Sample Core Setelah Penjenuhan ........................................................ 6
Tabel 2. Data Percobaan Sample Core Setelah Penjenuhan ....................................... 6
Tabel 3. Data Picnometer .......................................................................................... 6
Tabel 4. Data Volume Air dalam Graduate Tube....................................................... 6
Tabel 5. Hasil Perhitungan Saturasi dan Porositas Sample Core ................................. 9

ii
I. JUDUL
Penentuan Kuantitas Fluida pada Batuan Reservoir dengan Metode Solvent
Extraction

II. TUJUAN
Tujuan dari praktikum kali ini yaitu:
a. Menentukan saturasi fluida (minyak dan air) yang terkandung dalam suatu
sampel core dengan metode solvent extraction.
b. Menentukan porositas suatu sampel core secara tidak langsung.
c. Memahami prinsip dan cara kerja alat solvent extraction.
d. Mengetahui hubungan saturasi dengan sifat batuan lainnya.

III. TINJAUAN PUSTAKA


3.1. Saturasi
Saturasi didefinisikan sebagai banyaknya volume fluida yang mengisi pori
batuan reservoir. Secara matematis dapat didefinisikan oleh persamaan:
𝑉𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑𝑎 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝑆=
𝑉𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
Pori-pori batuan pada suatu reservoir selalu terisi oleh fluida berupa air,
minyak, dan gas, sehingga jumlah saturasi ketiga fluida tersebut harus bernilai 1.
Secara sistematis dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑆𝑤 + 𝑆𝑜 + 𝑆 𝑔 = 1
3.2. Pengukuran Saturasi
Ada banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung saturasi fluida
dalam reservoir, tetapi secara garis besar metode-metode itu dibagi menjadi 2
kelompok besar, yaitu:
a. Penentuan dengan pendekatan langsung
Pendekatan dilakukan dengan melakukan pengukuran saturasi fluida dari suatu
sampel core yang diambil langsung dari suatu reservoir. Contoh metode penentuan

1
saturasi dengan pendekatan secara langsung yaitu Retort Method, Solvent Extractor,
dan Centrifuge Method.
b. Penentuan dengan pendekatan tidak langsung
Pendekatan dilakukan dengan mengetahui terlebih dahulu beberapa sifat
fisik suatu batuan reservoir yang nantinya akan diubah menjadi nilai saturasi. Contoh
metode penentuan saturasi dengan pendekatan secara tidak langsung yaitu Electric Log
Method, dan Capillary Pressure Method.
Kesalahan yang sering muncul pada pengukuran saturasi biasanya
dipengaruhi oleh proses pengambilan core/coring. Pada proses well testing biasanya
dipakai 2 metode, yaitu water-base mud dan oil-base mud. Kedua metode ini bisa
mengubah nilai saturasi asli dari formasi reservoir. Pada well testing yang
menggunakan metode water-base mud, biasanya nilai saturasi air sebelum
pengurangan tekanan reservoir bertambah. Sedang pada metode oil-base mud, akan
ada tambahan saturasi filtrat yang terinvasi ke dalam reservoir pada saat proses
pengeboran.
3.3. Jenis Saturasi
Didalam dunia perminyakan dikenal beberapa jenis saturasi yang umum
digunakan untuk mendeskripsikan reservoir yang kita miliki. Beberapa diantaranya
adalah:
a. Water connate saturation adalah saturasi dari air dalam suatu formasi
reservoir yang ada sejak awal pembentukan reservoir.
b. Irreducible water saturation adalah saturasi air yang terkandung dari
suatu formasi reservoir yang walaupun diberi tekanan dengan besar bearpapun air itu
tidak akan terdesak keluar.
c. Residual oil saturation adalah saturasi minyak yang terkandung dari
suatu formasi reservoir yang sudah tidak dapat terdisplacement atau terdesak keluar
lagi.
d. Remaining oil saturation adalah saturasi dari minyak yang terkandung

2
dalam suatu formasi reservoir yang masih berpotensi untuk bisa dikeluarkan. Misalnya
pada pori atau rekahan yang tidak terhubungkan dengan pori atau rekahan yang lain.
e. Critical oil saturation adalah nilai batas saturasi minyak untuk dapat
dikeluarkan/diproduksikan dari suatu formasi reservoir. Jika nilai oil saturation < nilai
critical oil saturation, maka minyak sudah tidak dapat diproduksikan lagi.
f. Critical gas saturation adalah nilai batas saturasi gas untuk dapat
dikeluarkan atau diproduksikan dari suatu formasi reservoir. Pada keadaan critical gas
saturation minyak dapat keluar/diproduksikan.

3.4. Solvent Extraction


Prinsip percobaan ini adalah memanaskan zat pelarut (pada percobaan ini
dipakai pelarut toluena), sehingga uap dari zat pelarut naik dan membawa fluida dari
dalam sample core (yang telah dikondisikan pada keadaan reservoir sebenarnya) ke
kondensor dan terkondensasi di sana. Air, minyak, dan toluena yang terkondensasi di
kondensor akan turun ke bagian alat Solvent Extractor yang disebut graduated tube.
Karena densitas air lebih berat daripada minyak dan zat pelarut, maka minyak akan
menempati bagian paling bawah dalam graduated tube. Zat pelarut yang berbentuk uap
dalam graduated tube kemudian akan kembali ke tabung pemanasan semula. Minyak
juga akan terbawa ke sana karena terkandung di dalam uap zat pelarut (karena sifat
kepolaran dari zat pelarut dan minyak).

3
IV. METODOLOGI PERCOBAAN
4.1. Alat dan Bahan
4.1.1. Alat
- Peralatan solvent extractor
- Picnometer
- Electric heater
- Tabung Erlenmeyer
- Hassler Core Holder
- Gelas ukur
- Jangka sorong
- Timbangan
- Oven
- Lap
4.1.2. Bahan
- Aquades
- Solvent
- Paraffin
- Vaseline
- Sampel core

4
4.2. Skema Kerja

Mulai
 dipilih core yang baik
 ditimbang berat kering sample core
 diukur dimensi sample core
 ditimbang berat picnometer kosong, picnometer + paraffin, dan
picnometer + air kemudian diatat volume picnometer.
 dijenuhkan core dengan air dan diamkan selama 24 jam
 dilakukan pendesakan pada core jenuh dengan paraffin dengan
menggunakan Hassler Core Holder
 diatur tekanan inlet gas N2 sebesar 100 psi dan diatur tekanan
kompressor sebesar 50 psi
 dimasukkan core ke dalam core holder dan dibuka valve yang
menghubungkan paraffin dengan core holder
 dilakukan pendesakan selama 5-10 menit.
 ditimbang berat core jenuh yang telah didesak oleh paraffin.
 diletakkan core pada leher tabung pemanasan pada solvent
extraction.
 diletakkan lap pada vapour exhaust, kemudian dinyalakan electric
heater dan keran secara bersamaan.
 dilakukan destilasi sampai tidak ada uap air yang keluar dari sampel
core.
 dimatikan keran dan electric heater.
 dibiarkan core selama 24 jam.
 dicatat volume air di dalam graduated tube.
 dikeringkan core dengan oven.

Hasil

5
4.3. Data Percobaan
4.3.1. Data Percobaan Sample Core Kering

Core 1 Core 2
Percobaan Diameter Tinggi Massa Diameter Tinggi Massa
(cm) (cm) (g) (cm) (cm) (g)
1 2,57 4,37 41,97 2,64 4,21 41,36
2 2,57 4,31 41,9 2,65 4,17 41,24
3 2,58 4,33 41,9 2,64 4,21 41,23
Rata-Rata 2,573 4,336 41,923 2,643 4,196 41,276
Tabel 1. Data Percobaan Sample Core Kering

4.3.2. Data Sample Core Setelah Penjenuhan


Percobaan Massa Core 1 Massa Core 2
1 46,01 46,11
2 45,93 46,08
3 46,08 46,05
Rata-Rata 46,00667 46,08
Tabel 2. Data Percobaan Sample Core Setelah Penjenuhan

4.3.3. Data Picnometer

Air Paraffin
Percobaan Massa Picno Massa Picno Massa Picno Massa Picno +
Kosong (gr) + air (gram) Kosong (gr) paraffin (gr)
1 18,69 45,62 27,87 48,66
2 18,55 45,75 27,7 48,54
3 18,64 45,75 27,81 48,62
Rata-Rata 18,62667 45,70667 27,79333 48,60667
Picnometer 25 mL 25 mL

Tabel 3. Data Picnometer

4.3.4. Data Volume Air dalam Graduate Tube

Core 1 Core 2
Volume (mL) 2,1 2,3

Tabel 4. Data Volume Air dalam Graduate Tube

6
4.4. Metode Analisa Data

4.5.1 Penentuan Densitas Paraffin


Untuk menentukan densitas paraffin digunakan pers. berikut.

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 = 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜+𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 − 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 =
𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜

4.5.2 Penentuan Densitas Air


Untuk menentukan Densitas Air digunakan pers. berikut.

𝑊𝑎𝑖𝑟 = 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 − 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔

𝑊𝑎𝑖𝑟
𝜌𝑎𝑖𝑟 =
𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜

4.5.3 Penentuan Volume Bulk (Vb)


Untuk menentukan volume bulk digunakan pers. berikut.
1
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 = 𝜋𝑑2𝑡
4
4.5.4 Penentuan Massa Fluida dalam Core
Untuk menentukan massa fluida dalam core digunakan pers. berikut
𝑊𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑊𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ − 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
4.5.5 Penentuan Berat Air dalam Core
Untuk menentukan berat air dalam core digunakan pers. berikut

𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑢𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑡𝑢𝑏𝑒 × 𝜌𝑎𝑖𝑟

4.5.6 Penentuan Berat Paraffin dalam Core

Untuk menentukan berat paraffin dalam core digunakan pers. berikut

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑊𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 − 𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒

7
4.5.7 Penentuan Volume Air dalam Core

Untuk menentukan volume air dalam core digunakan pers. berikut


𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒
𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝜌𝑎𝑖𝑟
4.5.8 Penentuan Volume Paraffin dalam Core

Untuk menentukan volume paraffin dalam core digunakan pers. berikut

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒


𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛

4.5.9 Penentuan Volume Pori (Vp)

Untuk menentukan volume pori digunakan pers. berikut

𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛


4.5.10 Penentuan Saturasi Air

Untuk menentukan saturasi air digunakan pers. berikut

𝑉𝑎𝑖𝑟
𝑆𝑤 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖

4.5.11 Penentuan Saturasi Paraffin

Untuk menentukan saturasi paraffin digunakan pers. berikut

𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝑆𝑂 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖

4.5.12 Penentuan Porositas

Untuk menentukan porositas sample core digunakan pers. berikut

𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
∅= × 100%
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘

8
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil
V air
V paraffin
Sample V bulk dalam V pori S Ø
dalam S air
Core core (mL) paraffin (%)
core (mL)
(mL)
1 22,534 2,1 2,173 4,273 0,4915 0,5085 18,96
2 23,009 2,3 2,778 5,078 0,4529 0,547 22,07
Tabel 5. Hasil Perhitungan Saturasi dan Porositas.

Praktikum kali ini membahas tentang penentuan kuantitas fluida pada


batuan reservoir dengan metode solvent extraction. Percobaan ini menggunakan 2
sample core yang berbentuk sama, namun ukurannya berbeda. Untuk sample core 1
memiliki diameter rata-rata sebesar 2,573 cm; tinggi 4,336 cm; dan massa 41,923 gr.
Untuk sample core 2 memiliki diameter rata-rata sebesar 2.643 cm; tinggi 4,196 cm;
41,276 gr. Percobaan ini dilakukan sebanyak 3 kali untuk masing-masing sample,
sehingga nilai yang digunakan adalah nilai rata-rata dari data yang didapat. Dari
percobaan ini, dapat diketahui nilai saturasi dan nilai porositas sample.

Perlakuan pertama yaitu menimbang berat picnometer kosong, picnometer


berisi paraffin, dan picnometer berisi air. Hal ini digunakan untuk menentukan densitas
masing-masing dari paraffin dan air. Dari hasil perhitungan, didapatkan densitas
paraffin sebesar 1,6325 gr/ml, sedangkan densitas air sebesar 1,0832 gr/ml.

Perlakuan kedua yaitu menjenuhkan core dengan air selama 24 jam.


Penjenuhan core dilakukan dengan cara memasukkan core ke dalam labu erlenmeyer
untuk divakumkan sampai tekanannya mencapai tekanan vakum. Hal ini bertujuan agar
core benar-benar hampa udara dan pori tidak berisi udara lagi, sehingga poripori batuan
akan terisi air secara penuh ketika dijenuhkan dan tidak ada gas yang tertinggal di
dalam core.

9
Perlakuan ketiga yaitu dilakukan pendesakan pada core jenuh dengan
menggunakan Hassler Core Holder. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar kondisi
core yang ingin kita teliti, sesuai dengan keadaan reservoir, sehingga kita dapat
menentukan nilai Sw dan So yang akurat. Dalam percobaan ini, Hassler Core Holder
menggunakan tekanan inlet gas N2 sebesar 100 psi. Alasan digunakan 100 psi agar
sample core tidak pecah. Kemudian dilanjutkan pengisian udara kering dengan sumber
dari kompressor dengan tekanan 50 psi. Setelah 5-10 menit core didesak dengan
paraffin dengan tekanan 50 psi, core diasumsikan telah mencapai kondisi saturasi air
yang irreducible.

Perlakuan keempat yaitu melakukan destilasi pada sample core. Core


dimasukkan ke dalam leher solvent extraction dan memulai proses penguapan solvent
berupa toluena. Solvent yang menguap akan mendorong air untuk keluar dari core
dalam fase uap (titik didih air lebih rendah dibanding titik didih toluena). Bentuk
solvent extraction yang melengkung hampir 90° di atas leher labu penguapan solvent
memungkinkan setiap uap solvent yang sudah mendesak uap air untuk naik, untuk
segera turun karena dengan cepat mengembun.

Selisih tiitik didih yang cukup tinggi antara solvent dan air menyebabkan
uap air tertahan dalam fase uap dan terus naik hingga maemasuki kondenser. Proses
pendinginan di kondenser dilakuan dengan menggunakan aliran air yang masuk dan
keluar. Semakin panjang kondenser, semakin kecil peluang air dalam fase uap yang
keluar melewati vapor-exhaust, sehingga peluang presisi pembacaan volume air di
graduated tube akan semakin tinggi. Dalam hal ini, cara lain untuk meningkatkan
presisi pada pembacaan volume air di graduated tube adalah menutup vapor-exhaust
dengan lap. Tujuannya agar apabila ada uap yang mencapai vapor exhaust sebelum
terkondesasi, maka uap akan ditahan oleh lap sehingga tidak dapat keluar.

Selanjutnya, proses solvent extraction dihentikan saat core sudah kering.


Perlu mendiamkan solvent extractor agar semua uap air yang terkondensasi turun (ke

10
graduated tube) semua dan pemisahan fasa di graduated tube dapat dilihat (apabila ada
toluena atau fraksi paraffin yang punya titik didih dekat dengan air masuk ke dalam
graduated tube akibat terdesak oleh solvent).

Pada saat uap terkondensasi, karena densitas air lebih besar daripada
densitas toluena maupun paraffin, maka air akan berada di bagian bawah graduated
tube. Sedangkan larutan toluena dan minyak yang berada di bagian atas akan tumpah
kembali menuju chamber penampung toluena yang sedang dipanaskan. Volume air
yang tertampung di dalam graduated tube merupakan volume air yang tersimpan di
dalam pori-pori core yang akan digunakan untuk menghitung saturasi fluida dan
porositas batuan.

Dapat dilihat pada tabel hasil percobaan, sample core 1 memiliki saturasi
air sebesar 0,4915; saturasi paraffin sebesar 0,5085; dan porositas sebesar 18,96%.
Sedangkan untuk sample core 2 memiliki saturasi air sebesar 0,4529; saturasi paraffin
sebesar 0,547; dan porositas sebesar 22,07%.

Sample core 2 memiliki nilai porositas lebih tinggi dibandingkan sample


core 1. Nilai porositas yang kecil terdapat kemungkinan bahwa sortasinya buruk,
susunan butirannya bervariasi. Nilai porositas yang besar terdapat kemungkinan bahwa
sortasinya baik, susunan butirannya seragam, sedikit semen, atau bentuk grainnya
membundar/rounded. Porositas yang diperoleh adalah porositas efektif, karena air dan
minyak pada percobaan ini hanya dapat mengisi pori-pori core sample yang saling
berhubungan saja dan yang dihitung adalah interconnected pores saja sedangkan
isolated pores tidak digunakan.

Sample core 1 memiliki nilai saturasi air yang lebih besar dibandingkan
nilai saturasi air dari sample core 2. Hal ini dapat dikarenakan sampel core 1 memiliki
sifat water wet, yaitu sampel core ini lebih mudah dibasahi oleh air. Begitu juga
sebaliknya, sampel core 2 merupakan oil wet, sehingga batuan lebih mudah mengikat
minyak.

11
VI. PENUTUP
6.1. Kesimpulan

Dari percobaan dalam praktikum ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut:

6.1.1. Berdasarkan hasil pengolahan data, didapatkan nilai saturasi untuk


masing-masing sample core sebagai berikut:

Sample Core S air S paraffin


1 0,4915 0,5085
2 0,4529 0,547

6.1.2. Berdasarkan hasil pengolahan data, diperoleh harga porositas untuk


masing-masing sampel core yaitu sebagai berikut.

Sample Core Ø (%)


1 18,96%
2 22,07%

6.1.3. Metode solvent extraction bekerja berdasarkan prinsip kelarutan dan


titik didih. Air, minyak, dan solvent yang telah terkondensasi di
condenser akan turun ke bagian graduated tube. Karena air memiliki
densitas yang lebih besar dibanding minyak dan toluena maka air akan
menempati bagian terbawah. Dengan demikian, jumlah air yang
terdapat di dalam sampel core dapat diketahui dari volume air yang
terkumpul di dalam graduated tube.
6.1.4. Hubungan saturasi dengan porositas dan permeabilitas yaitu berbanding
lurus. Sedangkan hubungan saturasi dengan resistivitas yaitu
berbanding terbalik.

12
6.2. Saran

Saran untuk praktikan kedepannya adalah siapkan semua bahan yang


diperlukan saat praktikum. Pahami dan pelajari dengan seksama modul serta
alat dan bahan yang digunakan. Pastikan tidak ada kebocoran dalam alat
maupun selang gas N2 karena dapat mempengaruhi hasil percobaan. Lebih teliti
dalam mencatat data-data yang diperoleh.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amyx, Kames W. 1960. Petroleum Reservoir Engineering. New York: McGraw Hill
Book Co.

Buku Petunjuk Praktikum Laboratorium Reservoir Petrofisika Teknik Perminyakan


UNEJ. 2022.

Craft, B. C., and M. F., Hawkins. 1959. Applied Petroleum Reservoir Engineering.
New Jersey: Prentice Hall Inc.

Gatlin, Carl. 1960. Petroleum Engineering Drilling and Well Completion. New
Jersey: Prentice Hall Inc.

Monicard, R. P. 1980. Properties of Reservoir Rock: Core Analysis. Houston: Gulf


Publishing Co.

14
LEMBAR PERHITUNGAN
1) Pengukuran Densitas Paraffin

Diketahui:

48,66 + 48,54 + 48,62


∑ 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜+𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 = = 48,60667
3

27,87 + 27,7 + 27,81


∑ 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 = = 27,79333
3

𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 = 25𝑚𝐿

𝑾𝒑𝒂𝒓𝒂𝒇𝒇𝒊𝒏 = 𝑾𝒑𝒊𝒄𝒏𝒐+𝒑𝒂𝒓𝒂𝒇𝒇𝒊𝒏 − 𝑾𝒑𝒊𝒄𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 = 48,60667 − 27,79333 = 20,81334 𝑔𝑟

𝑾𝒑𝒂𝒓𝒂𝒇𝒇𝒊𝒏
𝝆𝒑𝒂𝒓𝒂𝒇𝒇𝒊𝒏 =
𝑽𝒑𝒊𝒄𝒏𝒐

20,81334
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 = = 0,8325 𝑔𝑟/𝑚𝑙
25𝑚𝐿

2) Pengukuran Densitas Air

Diketahui:

45,62 + 45,75 + 45,75


∑ 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜+𝑎𝑖𝑟 = = 45,70667
3

18,69 + 18,55 + 18,64


∑ 𝑊𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 𝑘𝑜𝑠𝑜𝑛𝑔 = = 18,62667
3

𝑉𝑝𝑖𝑐𝑛𝑜 = 25𝑚𝐿

𝑾𝒂𝒊𝒓 = 𝑾𝒑𝒊𝒄𝒏𝒐+𝒂𝒊𝒓 − 𝑾𝒑𝒊𝒄𝒏𝒐 𝒌𝒐𝒔𝒐𝒏𝒈

𝑊𝑎𝑖𝑟 = 45,70667 − 18,62667 = 27,08 𝑔𝑟

15
𝐖𝐚𝐢𝐫
𝛒𝐚𝐢𝐫 =
𝐕𝐩𝐢𝐜𝐧𝐨

27,08
𝜌𝑎𝑖𝑟 = = 1,0832 𝑔𝑟/𝑚𝑙
25𝑚𝐿

3) Pengukuran Volume Bulk


1
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 = 𝜋𝑑2𝑡
4
a) Sample Core 1
Diketahui:
2,57 + 2,57 + 2,58
Ʃ𝑑 = = 2,573
3
4,37 + 4,31 + 4,33
Ʃ𝑡 = = 4,336
3
3,14 × 2,5732 × 4,336 22,534 𝑐𝑐
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 = =
4
b) Sample Core 2
Diketahui:
2,64 + 2,65 + 2,64
Ʃ𝑑 = = 2,643
3
4,21 + 4,17 + 4,21
Ʃ𝑡 = = 4,196
3
3,14 × 2,6432 × 4,196 23,009 𝑐𝑐
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘 = =
4
4) Pengukuran Massa Fluida dalam Core
𝑊𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑊𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ − 𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔
a) Sample core 1

Diketahui:

46,01 + 45,93 + 46,08


𝑊𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ = = 46,00667
3

16
41,97 + 41,9 + 41,9
𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = = 41,923
3

𝑊𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 46,00667 − 41,923 = 4,0837 𝑔𝑟

b) Sample core 2

Diketahui:

46,11 + 46,08 + 46,05


𝑊𝑗𝑒𝑛𝑢ℎ = = 46,08
3

41,36 + 41,24 + 41,23


𝑊𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔 = = 41,276
3

𝑊𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 46,08 − 41,276 = 4,804 𝑔𝑟

5) Penentuan Berat Air dalam Core

𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑢𝑎𝑡𝑒𝑑 𝑡𝑢𝑏𝑒 × 𝜌𝑎𝑖𝑟

a) Sample Core 1

𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 2,1 × 1,0832 = 2,2747 𝑔𝑟

b) Sample Core 2

𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 2,3 × 1,0832 = 2,4914 𝑔𝑟

6) Penentuan Berat Paraffin dalam Core

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 𝑊𝑓𝑙𝑢𝑖𝑑 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 − 𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒

a) Sample Core 1

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 4,0837 − 2,2747 = 1,809 𝑔𝑟

b) Sample Core 2

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = 4,804 − 2,4914 = 2,3126 𝑔𝑟

17
7) Penentuan Volume Air dalam Core

𝑊𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒


𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝜌𝑎𝑖𝑟

a) Sample Core 1

2,2747
𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = = 2,1 𝑚𝑙
1,0832

b) Sample Core 2

2,4914
𝑉𝑎𝑖𝑟 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = = 2,3 𝑚𝑙
1,0832

8) Penentuan Volume Paraffin dalam Core

𝑊𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒


𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 =
𝜌𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛

a) Sample Core 1

1,809
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = = 2,173 𝑚𝑙
0,8325

b) Sample Core 2

2,3126
𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑙𝑎𝑚 𝑐𝑜𝑟𝑒 = = 2,778 𝑚𝑙
0,8325

9) Penentuan Volume Pori (Vp)


𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 = 𝑉𝑎𝑖𝑟 + 𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
a) Sample Core 1
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 = 2,1 + 2,173 = 4,273 𝑚𝑙
b) Sample Core 2
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖 = 2,3 + 2,778 = 5,078 𝑚𝑙

18
10) Penentuan Saturasi Air

𝑉𝑎𝑖𝑟
𝑆𝑤 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖

a) Sample Core 1

2,1
𝑆𝑤 = = 0,4915
4,273

b) Sample Core 2

2,3
𝑆𝑤 = = 0,4529
5,078

11) Penentuan Saturasi Paraffin

𝑉𝑝𝑎𝑟𝑎𝑓𝑓𝑖𝑛
𝑆𝑂 =
𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖

a) Sample Core 1

2,173
𝑆𝑂 = = 0,5085
4,273

b) Sample Core 2

2,778
𝑆𝑂 = = 0,547
5,078

12) Penentuan Porositas

𝑉𝑝𝑜𝑟𝑖
∅= × 100%
𝑉𝑏𝑢𝑙𝑘

a) Sample Core 1

4,273 18,96%
∅= × 100% = 0,1896 =
22,534

19
b) Sample Core 2

5,078
∅= × 100% = 0,2207 = 22,07%
23,009

20

Anda mungkin juga menyukai