Analisa Keekonomian
Pengembangan Shale
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL
Hidrokarbon di Indonesia
oleh Muhammad Aulia Rizki Agsa, Trijana Kartoatmodjo, Siti Nuraeni E. Sibuea
Sampai tahun 2010, teknologi shale oil telah berhasil menurunkan biaya
produksi menjadi dibawah 40 US$ per barrel
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL • Sistem bagi diubah menggunakan Gross
PSC with Sliding Scale.
• Kontraktor bisa mendapatkan IRR yang
cukup tinggi.
• Mempermudah perizinan menjadi “1
pintu 1 izin”
2 0 21
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL
2 0 21 Kontraktor migas nonkonvensional di Indonesia (melalui Indonesia Petroleum
Association/IPA) berpendapat tantangan pengembangan migas non konvensinal
mungkin terjadi karena belum mantapnya kebijakan fiskal di Indonesia dan
tingginya biaya awal pengembangan migas nonkonvensional memerlukan suatu
harga untuk membayar gas yang diproduksikan mendekati harga LNG di Asia
saat ini.
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL
2021
2 0 21
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL
Yang menjadi concern:
2 0 21
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL
Bagan Gross PSC Sliding Scale di Daerah Pulau Kalimantan
Bagan PSC Tahun 2010 di Daerah Pulau Sumatera Bagan Net PSC Sliding Scale di Daerah Pulau Jawa
2 0 21
Kesimpulan
• Biaya investasi pengembangan Shale Hidrokarbon lebih
mahal dari pada biaya pengembangan minyak dan gas
konvensional.
• Gross PSC with Sliding Scale merupakan sistem bagi
hasil yang lebih tepat untuk digunakan dalam
pengembangan Shale Hidrokarbon di Indonesia.
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL • Pengembangan Shale Hidrokarbon di area yang diteliti
ekonomis dan layak dikembangkan dengan range harga
minyak US$/80-130 barrel dan gas bumi US$7-
8/MMBTU, dengan harga minyak dan gas bumi saat ini
dibawah US$50/barrel dan US$5/MMBTU, proyek
tersebut tidak ekonomis (NPV Negatif).
• Gross PSC with Sliding Scale akan memberikan
keuntungan yang lebih besar ke pemerintah dari pada ke
kontraktor seiring dengan semakin besarnya jumlah
cadangan yang diproduksi.
• Modifikasi PTK 029 diyakini dapat membuat kontraktor
lebih berhati-hati dalam mengeluarkan biaya dan juga
dapat mempermudah kontraktor dalam pengadaan
barang dan jasa.
2 0 21
Referensi
Balitbang ESDM, “Policy Paper Percepatan Pengembangan Industri Gas Metana
Batubara (GMB) di Indonesia”, PPPTMGB LEMIGAS, Jakarta, 2015.
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL Republik Indonesia, “Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 38
Tahun 2015 tanggal 27 Oktober 2015 tentang Percepatan Pengusahaan Minyak dan Gas
Bumi Non Konvensional” Berita Negara RI Tahun 2015 Nomor 1643, Sekretariat
Negara, Jakarta, 2015.
Saputra, Aulia Nugraha. ”Kajian Kontrak Migas Non Cost Recovery”. Program Studi
Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut
Teknologi Bandung. Bandung. 2008.
2 0 21
Umaruddin, Jalal, “Perbandingan Model Kontrak Modifikasi PSC dan Gross PSC
dalam Pengusahaan Gas Methana Batubara di Indonesia”, ITB, Bandung, 2010.
US Department of Energy, “Natural Gas from Shale: Question and Answer”, Desember
2013, http://energy.gov/sites/prod/files/2013/04/f0/complete_br ochure.pdf hlm 2
R E S ERV O IR N ON
K ON VEN S IO N AL World Bank, “Fiscal Systems for Hydrocarbons: Design Issues, vol. 123”, World Bank
Working Paper, USA, 2007.