Anda di halaman 1dari 10

Low Production Rate

Well
Mutiara Icarusahari

191910801013
Pengertian
Tingkat produksi rendah ( Low Production Rate)
merupakan rendahnya kapasitas fluida per satuan
waktu.
Produktivitas sumur yang ideal merupakan tujuan akhir
dari Optimasi Produksi. Secara khusus, produktivitas
sumur ditentukan oleh kinerja aliran sumur dan dalam
konteks ini, pendekatan umum adalah “Analisis Nodal”.
Ini adalah pendekatan analisis sistem yang diterapkan
untuk menganalisis kinerja sistem yang terdiri dari
komponen yang saling berinteraksi.

Inflow Performance Relationship (IPR) didefinisikan


sebagai hubungan fungsional antara laju produksi aliran Productivity Index (PI atau J)
masuk dan tekanan aliran masuk pada node . Outflow menyatakan kemampuan reservoir
Performance Relationship (OPR) didefinisikan sebagai untuk mengalirkan fluida ke lubang
hubungan fungsional antara laju produksi aliran keluar sumur. Produktivitas sumur yang
dan tekanan aliran keluar pada node. Interaksi HKI dan optimal dicapai dengan penggunaan
OPR adalah Titik Kerja dari sistem. pendekatan disiplin dan operasi yang
terintegrasi.
Penyebab
• Rendahnya Permeabilitas Reservoir
• Rendahnya Tekanan Reservoir
• Kerusakan Formasi
• Tersumbatnya Tubing (pipa), lubang
bor dan Perforasi
• Tingginya viskositas Minyak
• berlebihnya Back Pressure di
formasi
• Permasalahan dengan Artificial Lift
• Permasalahan Produksi Air
• Permasalahan Produksi Gas
• Mechanical Failure
Perhitungan Laju Produksi Pada Fully
Penetrating dimana :
q : rate produksi, BPD
Tingkat pemboran di dalam formasi sangat k : permeabilitas effektif minyak, md
berpengaruh terhadap besarnya laju produksi h : ketebalan formasi produtif, f
yang dihasilkan. Fully penetrating well Pe : tekanan formasi pada jarak re dari
merupakan sumur dimana pemboran menembus sumur, psi
seluruh ketebalan formasi produtif. Pwf : tekanan dasar sumur, psi
µo : viscositas minyak, cp
Untuk kondisi ini dimana aliran ƀuida Bo : faktor volume formasi minyak, STB/
membentuk aliran radial, maka penentuan rate bbl
dengan menggunakan persamaan yang rw : jari-jari sumur, ft
dikemukan oleh Darcy, sebagai berikut : re : jari-jari pengurasan, ft

Fully penetrating well umumnya diterapkan


pada sumur dengan mekanisme pendorong
reservoir berupa depletion drive dimana tidak
ada akumulasi air ataupun gas
Perhitungan Rate Produksi Pada
Partially Penetrating
Partialy Penetrating well merupakan sumur dengan lubang bornya hanya mencapai sebagian dari ketebalan formasi
produktif. Muskat menyatakan bahwa kepasiran produksi pada partially penetrating well adalah berbanding lurus
terhadap fraksi penembusan dari ketebalan total formasi produktif.

Gambar 2. menunjukkan untuk ketebalan formasi sebesar


130 ft dengan fraksi penetrasi 0,2 (926 ft) dan 0,8 (110
ft) akan didapatkan produktivity ratio (PR) masing-
masing adalah 30 % sampai 90%. Dengan kata lain
sumur dengan kedalaman penetrasi 110 ft akan
mempunyai kapasitas produksi tiga kali lebih besar bila
dibandingkan dengan sumur yang mempunyai
kedalaman penetrasi 26 ft.
Metode Penanganan

Natural Flow, Artificial Lift, dan metode tahap lanjut yang sering
dikenal dengan metode EOR (Enhanced Oil Recovery) yang
bertujuan untuk meningkatkan perolehan minyak secara
kumulatif karena telah mengalami penurunan tingkat produksi
agar dapat
mendekati atau mencapai target produksi yang diharapkan.
Studi Kasus
STUDI PENGARUH UKURAN PIPA
PRODUKSI TERHADAP TINGKAT LAJU
PRODUKSI PADA SUMUR PRODUKSI Y-
19, W-92, DAN HD-91 DI PT. PERTAMINA
EP ASSET-1 FIELD JAMBI
Kesimpulan studi kasus

• Kemampuan laju produksi optimal pada sumur produksi Y-19, W-92, dan HD-91 untuk
berproduksi adalah sebesar 1223,72 Bfpd, 5494,136 Bfpd dan 1562,784 Bfpd.
• Berdasarkan analisa nodal yang dilakukan maka ukuran pipa produksi yang tepat
untuk digunakan pada sumur produksi Y-19, W-92 dan HD-91 adalah 4 in(ID) karena
telah mencapai atau mendekati laju produksi optimal pada setiap sumur produksi
seperti pada sumur Y-19 sebesar 1320 Bfpd, sumur W-92 sebesar 4250 Bfpd, dan
HD-91 sebesar 1250 Bfpd. Pada sumur Y-19, penggunaan pipa produksi 4 in(ID)
sudah tepat, tetapi pada sumur W-92 dan HD-91 perlu diganti pipa produksinya
karena ukuran pipa produksi yang digunakan tidak tepat yakni 3 in(ID) dan 2-7/8
in(ID).
• Ada beberapa dampak negatif yang timbul pada sumur produksi. Pada sumur Y-19
akan terjadi sebagian pasir dan kotoran yang ikut naik ke permukaan akan menempel
didalamnya dan menimbulkan scale yang dapat menyumbat pipa produksi dan mudah
terjadi korosi. Cara menanggulangi scale adalah Scale Inhibitor yang berfungsi untuk
mencegah terbentuknya scale yang dapat menghambat aliran fluida di dalam pipe
line.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai