Anda di halaman 1dari 6

Keterkatian Faktor Produksi, Cadangan, Biaya, dan Pendapatan terhadap

Keekonomian Batubara : Studi Kasus Proyek 10.000 MW

Pendahaluan
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang terus melakukan
pembangunan di segala bidang. Untuk itu, memerlukan sumber energi untuk menggerakkan
pembangunannya. Sumber energi yang dapat digunakan dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
sumber energi yang dapat diperbaharui (renewable energy resources), dan sumber energi
yang tidak dapat diperbaharui (non renewable energy resources). Selain minyak bumi,
batubara adalah sumber energi tak terbaharui yang memegang peranan dominan, yaitu
sebagai sumber pembangkit energi pada PLTU batubara.
Keberadaan batubara di Indonesia merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Batubara sebagai salah satu sumber energi utama yang berperan sebagai motor
pembangunan di Indonesia maupun dunia. Pemerintah sebagai policy makers, berhak dan
wajib untuk melakukan pengelolaan dan pemanfaatannya yang sebesar-besarnya bagi
kemakmuran rakyat. Sejalan dengan UUD 1945, yakni segala bentuk hasil kekayaan alam
dan segala sesuatu yang menguasai hajat hidup orang banyak dikelola oleh negara.
Kebutuhan batubara sebagai sumber energi sejalan dengan laju pertumbuhan
ekonomi dan pembangunan. Kondisi ini tidak hanya terjadi untuk Indonesia semata, akan
tetapi juga untuk kebutuhan di dunia. Jika kita ingin melakukan pembangunan yang pesat
maka dibutuhkan listrik sebagai energi, dan ini juga berarti diperlukan batubara yang tinggi
pula sebagai sumber energi.
Produksi batubara Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Namun
peningkatan produksi batubara Indonesia ternyata tidak serta-merta diikuti dengan
meningkatnya investasi baru di sektor ini. Sebagaimana diketahui, investasi merupakan
salah satu indikator pertumbuhan perekonomian nasional. Kedepan, hal ini tentu akan
menimbulkan permasalahan dilematis. Pada satu sisi, negara kita membutuhkan
penerimaan negara yang berasal dari royalti dan penerimaannegara bukan pajak batubara.
Di sisi lain, kita juga membutuhkan perkembangan industri batubara sehingga dapat
menarik tenaga kerja yang cukup banyak secara kontinyu. Sementara, investasi baru bidang
pertambangan belum memungkinkan, sedangkan produksi batubara Indonesia terus
meningkat. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah dan seluruh masyarakat
pertambangan Indonesia.
Dengan melihat berbagai kondisi tersebut di atas maka perlu untuk dilihat sejauh
mana hubungan antara tingkat produksi batubara dengan investasi, jumlah cadangan
batubara perusahaan, dan jumlah tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan. Pada artikel
ini, penulis menggunakan data sekunder untuk melihat hubungan antara tingkat produksi
batubara nasional terhadap besarnya investasi tahunan, jumlah tenaga kerja perusahaan
dan jumlah cadangan perusahaan pertambangan PKP2B (Perjanjinan Karya Pengusa-haan
Pertambangan Batubara).
Metode Penelitian
Makalah ini menggunakan metode studi pustaka berdasarkan bahan bacaan yang
dibaca dan kemudian dituangkan dalam kajian analisis oleh penulis. Untuk menganalisis
keterkaitan produksi, harga, dan investasi dilakukan dengan analisis kebijakan yang
terintegrasi. Model analisis ini yang dipilih karena merupakan gabungan dari analisis
prospektif dan retrospektif, dengan mengelimir kekurangan dari masing-masing dan tetap
mengambil kelebihannya.

Tingkat Produksi dan Investasi terhadap Cadangan dan Tenaga Kerja


Tingkat produksi batubara yang dilakukan oleh perusahaan PKP2B dipengaruhi oleh
besarnya investasi yang ditanamkan oleh perusahaan, yaitu investasi tahunan perusahaan.
Investasi yang dilakukan oleh perusahaan menyangkut pengadaan masterlist (pembelian
alat-alat berat), pengadaan fasilitas pengolahan dan penambahan transportasi yang sangat
erat hubungannya dengan kelancaran produksi sehingga langsung berimplikasi terhadap
tingkat produksi batubara.
Disamping besarnya nilai investasi, maka jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan juga
merupakan komponen yang berhubungan langsung dengan produktivitas perusahaan.
Secara umum diketahui bahwa semakin tinggi tingkat produksi yang diinginkan maka harus
diikuti pula dengan penambahan jumlah tenaga kerjanya. Sehingga dari sini dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara tingkat produksi batubara Indonesia dipengaruhi oleh
jumlah investasi yang ditanamkan oleh perusahaan serta besarnya jumlah tenaga kerja yang
berada diperusahaan PKP2B. Akan tetapi dari hasil ini peningkatan produksi batubara
sebagai akibat dari peningkatan investasinya bukan sebagai investasi yang berkaitan dengan
investasi baru yang merupakan indikator adanya perkembangan ekonomi. Sedangkan
jumlah tenaga kerja, jelas hubungannya positif, bahwa peningkatan produksi telah
menyerap banyak tenaga kerja, dan rencana peningkatan produksipun secara otomatis akan
menyerap tenaga kerja yang lebiih besar lagi.
Kebijakan dari perusahaan untuk terus meningkatkan produksinya akan terkait
dengan harga batubara yang cenderung meningkat sebagai akibat kebutuhan energi dunia
saat ini dan kedepannya. Disamping itu, pemerintah juga turut berandil dalam kondisi
meningkatnya produksi batubara, dikarenakan kebijakan pemerintah untuk memenuhi
kebutuhan energi listrik dengan program 10.000 MW yang bahan bakarnya adalah batubara.
Sehingga untuk memenuhi kebutuhan listrik (PLTU 10.000 MW) maka mau tidak mau
perusahaan yang juga terkena program penyediaan untuk dalam negeri harus menambah
produksinya agar tidak mengganggu kinerja penjualannya melalui ekspor. Hasil analisis
menunjukkan beberapa poin penting sebagai berikut.
Pertama, Peningkatan produksi berkorelasi lurus dengan secara positif dengan
penyerapan tenaga kerja, begitu pula sebaliknya. Ini berarti bahwa program peningkatan
produksi batubara berdampak positif terhadap sektor ketenagakerjaan.
Kedua, Dari sisi investasi juga menunjukkan hubungan yang positif sama dengan
ketenagakerjaan. Namun yang perlu diperhatikan dan dijadikan perhatian adalah, investasi
yang diperlukan adalah yang beroirentasi pada pengembangan wilayah yang baru untuk
dapat menjadi triger bagi pembangunan daerah.
Ketiga, mempertimbangkan dampak bagi pembangunan berkelanjutan bagi
masyarakat di daerah lokasi pertambangan. Meningkatnya produksi dari tahun ke tahun
akan mengurangi cadangan batubara dan berakibat semakin pendeknya umur tambang,
dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan-cadangan baru.
Keempat, Kepentingan nasional ditempatkan diatas kepentingan daerah maupun
golongan dan perorangan, sehingga program Pemerintah 10.000 MW yang akan
mengakibatkan peningkatan produksi tetap harus dijalankan karena ketersediaan listrik juga
adalah untuk kepentingan masyarakat (publik).

Perkiraaan Pendapatan
Suatu endapan mineral akan dikembangkan untuk ditambang bila perkiraan
keuntungan operasi per tahun setelah pajak diperhitungkan dengan tingkat bunga tertentu
selama umur tambang melebihi perkiraan biaya investasi yang dibutuhkan untuk
mengembangkan tambang tersebut. Seperti diketahui, keuntungan adalah merupakan hasil
pengurangan pengeluaran dan penyusutan terhadap pendapatan. Pendapatan (revenues)
tambang per tahun diperhitungkan sebagai hasil perkalian antara jumlah unit yang
diproduksi dan terjual dalam tahun tersebut dengan harga jual produk per unit.
Dalam melakukan perkiraan biaya investasi dan biaya operasi (capital cost and
operating cost), akurasi dari perkiraan sangat tergantung pada kualitas pengetahuan
maupun taksiran secara teknis atas kondisi tambang yang akan dibuka dan proses
pengolahannya. Perkiraan biaya adalah suatu seni dalam memperkirakan (the art of
approximating) kemungkinan jumlah biaya yang diperlukan untuk suatu kegiatan yang
didasarkan atas informasi yang tersedia pada waktu itu.
Satu dari beberapa perkiraan penting yang harus dibuat dalam melakukan evaluasi
ekonomi proyek batubara adalah memperkirakan harga jual komoditas yang akan
dihasilkan. Umumnya, pendapatan suatu proyek batubara sebagian besar diperoleh dari
hasil penjualan produk yang dihasilkan. Dengan demikian, adanya perubahan (terutama
penurunan) pendapatan akan menyebabkan adanya perubahan dalam tingkat nisbah yang
sama untuk berbagai jenis pengeluaran.
Perhitungan pendapatan dapat merupakan suatu proses yang kompleks.
Pendapatan sangat dipengaruhi oleh parameter kualitas batubara seperti Kalori, Total
Moisture, Sulfur, dan Abu. Semakin tinggi kalori batubara maka akan semakin tinggi pula
harga pasarnya. Sebaliknya, Moisture, Sulfur, dan Abu akan menyumbang negatif terhadap
harga pasar.

Kontrak penjualan dan biaya pengangkutan dapat berpengaruh terhadap


pendapatan, tergantung dari produk yang dihasilkan. Adapun harga jual produk selama ini
merupakan suatu variabel yang paling sulit diperkirakan, di mana penentuan harga sangat
dipengaruhi oleh faktor dari luar. Meskipun mengabaikan faktor inflasi, harga jual sangatlah
dipengaruhi oleh faktor waktu.

Perkiraan Biaya Investasi dan Biaya Operasi


Perkiraan biaya investasi (modal awal) dan biaya operasi dari proyek tambang
biasanya diperlukan setelah cadangan mineral ditetapkan. Perkiraan dilakukan sebelum
terjadinya pengucuran dana dalam jumlah yang besar untuk kegiatan eksplorasi rinci,
penyusunan tataletak tambang, dan perencanaan tambang secara umum.
Pada tahap evaluasi kelayakan awal, di mana pengetahuan secara teknis belum
memadai, maka perkiraan biaya, baik biaya investasi maupun biaya operasi, mendasarkan
pada biaya rata-rata dari proyek tambang yang telah ada. Sedangkan pada tahap evaluasi
kelayakan lanjut, perkiraan biaya investasi mendasarkan pada jangka waktu, ukuran
maupun biaya per unit dari rencana pengembangan tambang, harga pabrik untuk peralatan
tertentu, jumlah penggalian dan biaya kontraktor untuk penggalian per unit, pembuatan
bangunan, pemasangan pipa, peralatan listrik serta peralatan yang dibutuhkan. Untuk biaya
operasi, perkiraannya mendasarkan pada jumlah dan biaya per unit dari semua komponen
material dan tenaga kerja yang dibutuhkan, di mana perhitungannya ditentukan oleh
pengetahuan tentang kondisi dari endapan mineral, rencana penambangan dan rancangan
tambang (engineering design).
Perkiraan biaya investasi terutama mendasarkan pada ukuran serta sifat alamiah dan
lokasi dari endapan bahan galian. Sedangkan perkiraan biaya operasi sangatlah dipengaruhi
oleh seberapa jauh kemungkinan tingkat koordinasi yang dapat dicapai dalam
mengoperasikan peralatan, serta pemakaian pasokan (supplies).
Setelah diketemukannya endapan bahan galian, maka bila diputuskan untuk
membuat usulan proyek, terlebih dahulu harus ditetapkan berapa besar produksi tambang
yang direncanakan. Kuantitas dari produksi tambang dan hasil pengolahan yang dipilih
adalah sedemikian sehingga keuntungan dari hasil operasi penambangan dapat
memaksimalkan pengembalian modal yang digunakan untuk mengembangkan tambang dan
membangun pabrik serta penunjang kegiatan lainnya.
Bila ukuran tambang terlalu besar dibanding dengan jumlah cadangan yang ada,
maka umur tambang akan menjadi terlalu singkat untuk dapat menghasilkan pengembalian
modal yang ditanam dalam proyek tambang tersebut secara memadai. Umur tambang yang
singkat akan mengurangi peluang untuk dapat melakukan penyesuaian atau perbaikan atas
kerusakan peralatan pabrik maupun ketidakefisienan dalam operasi, sebelum cadangan
habis. Namun, bila ukuran tambang terlalu kecil dibanding dengan jumlah cadangan yang
ada, maka keuntungan operasi akan terlalu kecil untuk dapat menutup modal awal dan
pengembalian yang diperlukan, pada tahun-tahun awal operasi. Biaya tambahan untuk
memperbesar pabrik pengolahan setelah tambang berproduksi, adalah lebih besar
dibanding biaya membuat (tambahan) pabrik pengolahan sejak awal. Dengan demikian,
tingkat produksi atau ukuran tambang yang direncanakan hendaknya sesuai dengan
kuantitas dan kualitas cadangan. Di samping itu tingkat produksi juga harus sesuai dengan
pasar yang akan mengkonsumsi produk tambang tersebut.
Dalam melakukan penambangan, perlu dipilih metode penambangan yang sesuai
untuk endapan bahan galian yang dihadapi, sehingga cadangan tersebut akan dapat
ditambang secara efektif. Pilihan metode penambangan berikut perkiraan parameter yang
dipakai, akan menentukan biaya dan tingkat produksi, di samping berpengaruh pula
terhadap berapa banyak dari cadangan yang ada dapat terambil.

Kesimpulan
Indonesia sebagai negara dengan kekayaan alam berupa batubara sebagai sumber
energi, memiliki program-program yang bertujuan untuk menjamin ketersediaan jumlah
energi untuk pembangunan. Program 10.000 MW yang merupakan salah satu program
prioritas nasional dalam menghadapi krisis energi dunia, maka dibutuhkan pasokan
batubara dalam jumlah yang sangat besar, hingga mencapai 50 juta ton pertahun. Hal ini
akan memberikan dampak terhadap rencana produksi jangka panjang perusahaan, baik itu
yang berhubungan dengan mine plan, tingkat penjualan, dan keuntungan perusahaan
termasuk di dalamnya jumlah penerimaan negara.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka perusahaan dalam menaikkan tingkat
produksi-nya harus memperhatikan jumlah investasi tahunan perusahaan PKP2B yang
berhubungan dengan pengadaan faktor-faktor produksi. Jumlah tenaga kerja yang
dipekerjakan sangat berpengaruh terhadap tingkat produksi tahunan. Peningkatan produksi
batubara oleh perusahaan akan dapat membuka lapangan kerja tambahan, selain juga akan
memberikan tambahan efek multiply dalam kegiatan ekonomi. Tingkat investasi dan jumlah
tenaga kerja merupakan komponen/variabel yang berpengaruh sigfikan terhadap
peningkatan produksi tahunan batubara nasional.
Tugas Mata Kuliah Ekonomi Endapan Mineral

“Makalah Analisis Keterkatian Faktor Produksi, Cadangan, Biaya, dan


Harga terhadap keekonomian Endapan”

Disusun Oleh

Yudi Arista Yulanda

NIM. 03042681721006

Dosen Pengajar

Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, M.S

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN

2018

Anda mungkin juga menyukai