Anda di halaman 1dari 72

Studi Kelayakan Teknis dan Ekonomis Penambangan Bijih Besi

di PT. ISCO Polman Resources, Sulawesi Barat

TUGAS MATA KULIAH EKONOMI ENDAPAN MINERAL


Dibuat sebagai Tugas Mata Kuliah Pasca Sarjana
pada Jurusan Teknik Pertambangan

Oleh
Yudi Arista Yulanda
NIM. 03042681721006

Dosen
Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, MS

PASCA SARJANA UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS TEKNIK

2018
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bijih Besi mulai dikenal sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1843 oleh
Van Wrede. Bijih Besi merupakan salah satu komoditas utama dalam
perdagangan internasional. Hingga saat ini, dalam peradaban manusia yang
sudah jauh lebih maju, kebutuhan akan Bijih Besi semakin meningkat untuk
menunjang industri-industri dunia.

Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang
melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nickel, Emas, Perak, Timah, Bijih
Besi, dsb. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki cadangan mineral
cukup banyak adalah Pulau Sulawesi.

Kabupaten Polewali Mandar (Polman) adalah salah satu kabupaten yang


terletak di Pulau Sulawesi, tepatnya berada di provinsi Sulawesi Barat dengan
luas wilayah ± 2.022,30km2. Kabupaten Polewali Mandar juga termasuk
memiliki kekayaan sumber daya mineral yang cukup, termasuk Bijih Besi.
Bijih Besi di Kabupaten Polman tersebar di beberapa daerah, salah satu
diantaranya adalah di Desa Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten
Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Berdasarkan SK Bupati No. 126 Tahun 2007 tentang Izin Kuasa


Pertambangan Eksplorasi PT. ISCO Polman Resources, perusahaan kami
melakukan penelitian keterdapatan Bijih Besi di Kecamatan Tapango dan
sekitarnya.

2
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Keterdapatan Bijih Besi di Kecamatan Tapango dinilai cukup ekonomis,


dengan kadar Bijih Besi yang memenuhi standar industri serta cadangan Bijih
Besi yang cukup. Perusahaan kami menilai bahwa kegiatan pertambangan di
Kabupaten Polewali Mandar khususnya Kecamatan Tapango dapat
dilaksanakan.

Untuk mendukung pelaksanaan pertambangan menuju tahap eksploitasi,


perusahaan telah melakukan studi kelayakan tambang. Studi kelayakan ini
mengkaji keadaan umum, morfologi, geologi, geoteknik dan hidrogeologi,
cadangan dan kualitas mineral Bijih Besi, desain tambang, transportasi,
lingkungan, K-3, organisasi kerja, pemasaran dan investasi, serta analisis
ekonomi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Tujuan kajian adalah untuk mengkaji nilai ekonomis serta layak atau tidaknya
rencana kegiatan penambangan mineral, baik dipandang dari aspek kualitas
dan kuantitas, metode penambangan, peralatan yang digunakan,
penimbunan, transportasi, fasilitas pengolahan, pemasaran, lingkungan dan
K-3, tenaga kerja, sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan maupun
biaya investasi.

Hasil studi kelayakan dapat digunakan sebagai acuan dan pertimbangan


untuk menyusun program-program dan prioritas kegiatan yang akan
dilakukan oleh pihak perusahaan. Di samping itu, hasil studi ini juga dapat
dijadikan sebagai salah satu alat dan panduan bagi pemerintah untuk menilai
dan mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan.

1.3 Ruang Lingkup dan Metode Studi

Kajian kelayakan yang dilakukan akan meliputi berbagai aspek yang


berkaitan dengan usaha peningkatan produksi mineral Bijih Besi pada wilayah
penambangan yang akan beroperasi. Adapun studi ini antara lain terdiri dari
hal-hal sebagai berikut:

3
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1.3.1 Penilaian dan Pengkajian Data Yang Tersedia

Ada beberapa hal yang akan diteliti pada kajian ini, yaitu:
1. Kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan lingkungan,
sarana transportasi dan tenaga kerja
2. Cara atau metode penyelidikan dan peralatan yang digunakan
3. Kondisi endapan mineral Bijih Besi yang meliputi kedudukan dan
penyebarannya, kuantitas dan kualitasnya

1.3.2 Pengkajian Data Yang Diperoleh Dari Lapangan

Dalam rangka penambangan mineral Bijih Besi ini, maka diperlukan data
tambahan untuk mendukung teknis penambangan. Adapun data tambahan
yang diperlukan adalah data pengamatan lapangan secara langsung dan data
yang berkaitan dengan geologi teknik. Data ini beserta pengolahannya
diperlukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi hidrologi,
hidrogeologi dan kestabilan lereng. Untuk kegiatan penyelidikan geologi
teknik (geoteknik), pihak perusahaan telah melakukan pemboran dengan
kedalaman 130m.
Dari data sekunder yang telah tersedia dan tambahan data lapangan beserta
data geoteknik dan hidrogeologi, maka lingkup kajian akan meliputi:

a. Aspek penambangan yang mencakup tambang, metode, dan tahapan


penambangan, penimbunan mineral Bijih Besi, jumlah dan jenis peralatan
yang diperlukan, rencana dan jadwal produksi.
b. Aspek pengangkutan dan penimbunan mineral Bijih Besi atau tanah
buangan yang meliputi jarak angkut, kondisi jalan, serta lokasi dan
kapasitas tempat penimbunan.
c. Aspek pengolahan mineral Bijih Besi, kapasitas pengolahan, jumlah dan
jenis peralatan yang digunakan, pengangkutan lewat darat dan laut untuk
tujuan pemasaran, dan kondisi dermaga/pelabuhan untuk sarana
pemuatan mineral Bijih Besi.

4
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1.3.3 Deskripsi Kegiatan

Dari uraian tersebut di atas, maka kegiatan pekerjaan kajian akan berbagai
kondisi kegiatan penambangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:

A. Geologi Tambang

1. Tujuan
Kajian geologi tambang bertujuan mengevaluasi data geologi yang tersedia
baik yang lama maupun yang baru termasuk data bor sehingga dapat
digunakan untuk desain tambang.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Kajian topografi/morfologi
b. Stratigrafi
c. Struktur geologi
d. Pemetaan penyebaran mineral Bijih Besi
e. Pemetaan ketebalan lapisan penutup di daerah tambang terbuka
f. Kondisi pit
g. Cadangan mineral Bijih Besi

B. Geoteknik

1. Tujuan
Pengujian geoteknik bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan mekanik baik
batuan yang menyusun overburden, interburden dan batuan dasar maupun
lapisan mineral Bijih Besi. Hasil pengujian diperlukan untuk lanjutan
perancangan tambang terbuka terutama dalam penentuan geometri lereng.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Pengujian geoteknik
 Pengujian sifat fisik
 Pengujian ultrasonik
 Pengujian kuat tekan uniaxial
 Pengujian geser langsung
b. Analisis kestabilan lereng

5
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

C. Hidrologi dan Hidrogeologi

1. Tujuan
Kajian hidrologi dan hidrogeologi bertujuan untuk menganalisis pengaruh air
tanah terhadap tambang, mempelajari fluktuasi muka air tanah dan
mempelajari karakteristik aquifer. Data ini dipergunakan sebagai masukan
untuk lanjutan perancangan sistem pengaliran tambang.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Analisis data hidrologi dan hidrogeologi
b. Perancangan sistem pengaliran tambang yang sesuai dengan strategi
dan sistem penambangan yang direncanakan

D. Analisis Kualitas Mineral Bijih Besi

1. Tujuan
Analisis kualitas mineral Bijih Besi bertujuan untuk menentukan kualitas
lapisan-lapisan mineral Bijih Besi yang potensial untuk pengeboran. Data ini
sangat berguna untuk mengantisipasi permintaan pihak konsumen.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Nilai kadar Fe
b. Kandungan Sulfur
c. Kandungan Aluminium
d. Kandungan Silica

E. Perencanaan Tambang

1. Tujuan
Perencanaan tambang terbuka bertujuan untuk melakukan penambangan
mineral Bijih Besi di batas elevasi yang masih menguntungkan.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Evaluasi geometri lereng
b. Penentuan batas tambang
baik ke arah lateral maupun vertikal

6
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

c. Perhitungan nisbah
pengupasan
d. Perencanaan jadwal produksi
e. Perencanaan pembuangan
tanah penutup
f. Perencanaan peralatan
g. Perencanaan peledakan

G. Pengolahan Mineral Bijih Besi

1. Tujuan
Kajian pengolahan mineral Bijih Besi bertujuan untuk memisahkan mineral
berharga (Bijih Besi) dari pengotor (impurities) sebagai produk siap jual.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Evaluasi kapasitas crushing plant
b. Jumlah crushing plant yang diperlukan
c. Kapasitas stockpile di crushing plant
d. Kapasitas stockpile siap jual di tujuan akhir atau pelabuhan

H. Kelayakan Ekonomi

1. Tujuan
Kajian kelayakan ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan endapan
mineral Bijih Besi di daerah PT. ISCO Polman Resources secara ekonomi.

2. Lingkup Pekerjaan
a. Perencanaan organisasi dan tenaga kerja
b. Analisis pasar mineral Bijih Besi
c. Analisis ekonomi
d. Analisis finansial
e. Analisis ekonomi pasca penambangan dan reklamasi

1.3.4 Metode Studi

Metode studi yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
7
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

a. Pengamatan dan pengukuran lapangan


 Morfologi lapangan dan singkapan mineral Bijih
Besi
 Jalur transportasi dan lain-lain

b. Penggunaan data primer


 Percontohan geoteknik
 Percontohan mineral Bijih Besi
c. Penggunaan data sekunder
 Curah hujan
 Data peralatan tambang
 Data geologi dan eksplorasi
d. Asumsi
 Bunga bank
 Ekskalasi pendapatan dan biaya
 Data peralatan tambang

1.4 Permohonan Izin

Studi kelayakan ini disusun sebagai salah satu syarat pengajuan permohonan
izin eksploitasi. Diharapkan hasil studi ini mendapat respon positif dari pihak
yang berwenang sehingga dapat melanjutkan ke tahap eksploitasi (operasi
produksi) sekaligus dapat menciptakan tambahan tenaga kerja baru, serta
akan berperan meningkatkan dukungan terhadap perekonomian. Khususnya
kepada masyarakat di sekitar lokasi tambang, perekonomian daerah serta
perekonomian negara pada umumnya.

8
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 2
GEOLOGI & ENDAPAN BIJIH BESI

2.1 Geologi dan Struktur Regional Daerah Penelitian

Daerah Polewali dan sekitarnya meliputi Formasi Latimojong (TK1) yang


berumur Kapur. Formasi batuan ini meliputi Serpih, Fillit, Rijang, Marmer,
Kwarsa dan Breksi terkersikkan serta beberapa intrusi menengah - hingga
basa. Di beberapa tempat terdapat intrusi yang terdiri dari Granit - Granodiorit
– Sienit.

Geologi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Majene dan bagian barat
Lembar Palopo. Secara geologi regional, tersusun oleh batuan Terobosan
(Tmpi) pada bagian timur, yang litologi umumnya batuan beku bersusun asam
sampai menengah, seperti Granit, Granodiorit, Diorit, Syenit, Monzonit,
Kwarsa, dan Rhytolit. Umurnya diduga Pliosen karena menerobos batuan
gunung api Waylimbong yang berumur Mio-Pliosen. Sedangkan bagian barat
daya disusun oleh satuan alluvium (Qa) berupa Lempung, Lanau, Pasir dan
Kerikil. Umurnya diperkirakan Holosen.

Bagian utara, selatan sampai timur disusun oleh batuan gunung api
Waylimbong (Tmpv), berupa lava bersusunan basalt sampai andesit,
sebagian Lava Bantal, Breksi Andasit Trachit, mengandung Feldspatoid di
beberapa tempat, diperkirakan diendapkan di lingkungan laut, diduga
berumur Mio-Pliosen karena menjemari dengan formasi skala yang berumur
Miosen tengah – Pliosen, tebalnya ratusan meter. Umur diperkirakan Pliosen
awal sampai Miosen akhir.

9
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

2.2 Pemetaan Geologi

Survei lapangan dilakukan oleh PT. ISCO Polman Resources. Pada beberapa
singkapan batuan yang dijumpai, terdapat beberapa lokasi ditemukannya
endapan lepas magnetit baik berupa stockworks maupun lepas-lepas
berukuran gravel hingga boulder. Bijih Besi yang ditemukan berwarna segar
hitam, pucat, warna lapuk hitam kecoklatan, kilap kusam, padat,
belahan/fracture concoidal, walaupun masih terdapat rekahan yang tupis,
streak/goresan hitam, sifat magnet sedang hingga kuat.

Batuan yang ditemukan di lapangan, pada umumnya didominasi oleh intrusi


Granodiorit, Diorite dengan kontak yang tegas pada satuan lava basalt yang
diterobosnya. Batuan Granodiorit ini dicirikan warna segar putih – putih
keabuan, segar hingga terlapukkan kuat, faneritik, butiran medium – coarse,
hypocristalin, fenokris kwarsa, amphibole, biotit, pyrite yang tersementasi oleh
silica yang tinggi, butiran equigranular, anhedral – subhedral disekitarnya,
kontak yang tegas terhadap lava basalt maupun batuan Siltstone yang dilalui.
Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari magma andesitic yang
mengalami proses pendinginan/cooling magma. Pembentukan granodiorit ini
erat kaitannya dengan pembekuan lava andesitic tadi di permukan bumi, atau
mengalami proses cooling yang sangat cepat atau tiba-tiba setelah kontak
dengan batuan disekitarnya yang lebih dingin. Hal ini dapat terlihat dari
beberapa singkapan batuan yang ditemukan di lapangan, dimana terdapatnya
bekas/ jejak aliran seperti slicken sided pada tubuh batuan, yang diakibatkan
oleh luncuran massa batuan diatasnya. Pada singkapan batuan, semakin
kearah timur dan tenggara dijumpai granodiorit yang memiliki ukuran butir
yang lebih kasar dan kandungan kwarsa yang tinggi. Hal ini menandakan
bahwa semakin kearah tersebut mendekati terhadap sumber instrusi magma.

Batuan Granodiorit ini diperkirakan berasal dari zona intrusi dangkal


magmatis pada temperatur tinggi dan tekanan yang rendah. Sedangkan lava
basaltis yang ditemukan di lapangan, memiliki cirri fisik berwarna segar abu
hingga hitam, massif, segar hingga terlapukkan sedang, afanitik, kontak yang
tegas dengan granodiorit, glassy, setempat-setempat terdapat struktur
Columnar joint, Fenokris kwarsa, Pyrite, dalam masssa dasar yang

10
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

tersemenkan oleh Silica, Holohyalin, dan sering berasosiasi dengan endapan


Magnetit. Lava basaltis ini diperkirakan lebih dahulu terbentuk daripada
Granodiorit dan terobosan Granodiorit yang memiliki kandungan viskositas
magma lebih tinggi menyebabkan Lava basaltis ini tertransportasi ke
permukaan. Mineral Magnetit yang dominan ikut tertransport merupakan
bagian magma Basaltis yang miskin akan Silica, tetapi kaya akan unsure Fe,
terbawa bersama-sama dan terendapkan pada rekahan-rekahan, seperti Sill
dan Dyke.

Batuan Magnetit yang ditemukan berwarna segar abu-abu, sebagai batuan


yang sudah mengalami oksidasi memberikan warna lapuk abu-abu
kecoklatan sebagai Limonitic dengan sifat magnetisasi bervariasi rendah
sangat kuat atau tinggi, segar hingga terlapukkan sedang, pecahan
Concoidal, padat, streak hitam, kilap kusam, ditemukan sebagai endapan
stockwork maupun lepas-lepas pada beberapa lokasi.

2.3 Stratigrafi

Berdasarkan ciri fisik yang dijumpai di lapangan, maka litologi daerah


penelitian dapat dibagi menjadi 3 satuan batuan, yaitu:

1. Satuan Meta-sedimen
2. Satuan Vulkanik
3. Satuan Granit

2.2.1 Satuan Meta-Sedimen

Satuan ini menempati sekitar 20% di bagian timur-laut sampai utara daerah
penelitian dan membentuk morfologi perbukitan terjal. Umumnya tersingkap di
lereng-lereng bukit terjal dan terganggu oleh adanya struktur. Satuan ini
disusun oleh serpih yang termetamorfisme lemah dan setempat dijumpai
adanya sufficed rock.

Serpih menunjukkan kenampakan lapangan berwarna coklat sampai coklat


kehitaman, tekstur wastik halus, ukuran butir <1/256mm, tebal perlapisan

11
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

sekitar 20-40cm, struktur berlapis (kedudukan N45°E), permeabilitas rendah,


porositas sedang, komposisi mineral berupa lempung dan oksida besi.

Setempat dijumpai proses silisifikasi dan proses backing effect terutama pada
zona kontak dengan batuan intrusi granit yang ada di daerah penelitian.
Oksida besi dan mineral-mineral yang kaya akan ferromagnesium lainnya
hadir akibat adanya proses hidrothermal yang dibawa oleh intrusi batuan
beku pada batuan disekelilingnya. Silicified dijumpai menunjukkan warna
segar coklat kemerahan, umumnya dijumpai pada zona struktur dan kontak
dengan batuan intrusif, struktur non-foliasi, komposisi mineral kwarsa,
umumnya dijumpai dalam bentuk bongkah- bongkah. Satuan ini merupakan
bagian dari Formasi Latimojong (Kls) yang berumur Kapur berdasarkan hasil
penelitian dari Djuri & Sudjatmiko, 1998.

2.2.2 Satuan Vulkanik

Satuan ini dapat dijumpai di bagian barat memanjang sampai ke barat laut
dan menempati sekitar 30% daerah penelitian. Kondisi singkapan pada
umumnya mengalami pelapukan terutama di bagian permukaan. Disusun
oleh tufa dan intrusi andesit dengan kenampakan lapangan menunjukkan
warna segar coklat kekuningan dan putih keabu-abuan apabila lapuk, tekstur
vulkanikasi, struktur berlapis, komposisi mineral berupa material vulkaniklasi,
feldspar~plagioklas dan biotit. Dijumpai mineralisasi mineral yang bersifat
ferromagnesiun seperti Bijih Besi dan Hematit dalam jumlah sedikit yang
terkandung dalam veins kwarsa terutama di zona-zona kontak batuan intrusif.
Umur satuan batuan ini adalah Miosen - Pliosen yang didasarkan pada peta
geologi regional (Djuri, dkk, 1974).

2.2.3 Satuan Granit

Satuan Granit menempati hampir sekitar 50% dari luas daerah penelitian,
memanjang di bagian utara sampai selatan dan barat yang membentuk
satuan morfologi perbukitan bergelombang. Bersifat intrusif dengan jenis dike
yang memotong perlapisan batuan sedimen disekitarnya. Kenampakan fisik
berwarna coklat hingga kuning kecoklatan berstruktur non-foliasi. Secara

12
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

petrologi Granit yang dijumpai terbagi menjadi beberapa macam antara lain
granit-biotit dan granit.

Mineral ubahan yang dijumpai setempat berupa mineral lempung dan klorit
yang berasal dari plagioklas serta biotit dan sebagian telah berubah menjadi
oksida besi. Kondisi singkapan Granit umumnya lapuk, terutama pada bagian
selatan. Granit biotit banyak tersebar di daerah selatan dengan warna
umumnya abu-abu, sedangkan untuk Granit dijumpai hampir di semua daerah
penelitian yang menunjukkan variasi warna abu-abu dan abu-abu kemerahan.

Komposisi Granit Biotit disusun oleh mineral Kwarsa, Orthoklas Plagioklas,


Piroksin dan Biotit yang melimpah, serta beberapa mineral-mineral alterasi
lainnya mempunyai tekstur afanitik sampai porfiritik. Banyak dijumpai dalam
bentuk bongkah-bongkah dengan ukuran hingga 3meter. Granit disusun oleh
dominan Orthoklas, Kwarsa, Plagioklas Biotit, Piroksin dan di beberapa
tempat khususnya di sekitar zona-zona struktur banyak dijumpai mineral-
mineral hasil alterasi. Selain itu juga dijumpai vein-vein atau urat-urat kwarsa
yang menunjukkan struktur khusus berupa vug dan comb. Struktur khusus ini
terdapat pada batuan Granit yang berada di zona struktur, terutama mengisi
kekar-kekar. Batuan beku yang bersifat lebih basa seperti basalt dijumpai
setempat dalam bentuk sill, juga di daerah-daerah zona struktur. Pada
beberapa block Granit banyak dijumpai Xenolith dengan komposisi basaltik
serta proses silisifikasi.

2.2.4 Satuan Alluvium

Dijumpai dalam bentuk endapan sungai berupa pasir hingga bongkah.


Kondisi endapan berwarna abu-abu dan hitam, berukuran pasir dan batu
(seperti berukuran kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis material terdiri dari
Granit, Bijih Besi, Aplit dan Batuan Riolitik).

13
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Gambar 2.1
Peta Geologi Regional

2.4 Struktur Geologi

Perkembangan struktur geologi daerah eksplorasi Tapango sangat


dipengaruhi oleh struktur regional yang berkembang di daerah lengan barat
Pulau Sulawesi. Hal ini dapat dilihat pada pola perkembangan struktur geologi
yang telah terpetakan secara regional pada Peta Geologi Lembar Majene dan
Bagian Barat Lembar Palopo Sulawesi Selatan (Djuri dan Sudjatmiko, 1974).

Perkembangan struktur geologi pada daerah eksplorasi dan sekitarnya dapat


teramati terutama dari gejala-gejala deformasi batuan dan kenampakan

14
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

bentang alam ekstrim yang dihasilkan. Gejala deformasi batuan yang


dimaksud berupa perlipatan (folding), pengkekaran (jointing), penggerusan,
breksiasi, orientasi bidang sesar, orientasi zona hancuran batuan, dan
sebagainya. Sedang gejala kenampakan bentang alam ekstrim yang
dimaksud berupa pelurusan bentang alam, orientasi dan penjajaran gawir-
gawir sesar, undak-undak perbukitan, perkembangan pola aliran sungai dan
sebagainya. Berdasarkan gejala-gejala tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa struktur geologi yang berkembang pada daerah eksplorasi berupa
perlipatan (folding), pengkekaran (jointing) dan atau pensesaran batuan
(faulting).

Struktur kekar yang umum dijumpai pada daerah eksplorasi dapat


diklasifikasikan dalam jenis kekar-kekar gerus (shear joint) yang umumnya
sistematis dengan arah tegasan utama relatif timur barat, spasi kekar berkisar
antara 10-50cm dengan lebar bukaan antara 1-10mm. Pada beberapa tempat
bukaan kekar-kekar tersebut telah mengalami pengisian dalam bentuk urat-
urat halus Kwarsa (veinlet) dan sebagian dalam bentuk retas-retas Aplite.

Sesar-sesar yang berkembang pada daerah eksplorasi umumnya berupa


sesar-sesar mendatar (transform fault) dan sesar-sesar normal (normal fault).
Indikasi sesar mendatar yang dapat teramati berupa orientasi zona breksiasi,
bidang sesar, steriasi pada batuan, serta orientasi zona-zona hancuran.
Sedang pada sesar normal diindikasikan oleh kenampakan bidang-bidang
sesar yang relatif tegak, gawir sesar, dan undak-undak batuan. Arah umum
pergerakan dari sesar-sesar mendatar relatif timur laut – barat daya dan
kebanyakan berkembang sebagai daerah aliran sungai berpola denrito-
rektangular.

2.5 Mineralisasi Jebakan Bijih Besi

2.5.1 Pendekatan Teoritis

Pada umumnya jenis endapan logam terbentuk karena proses mineralisasi


yang diakibatkan oleh aktivitas magma. Pembentukan mineral tersebut terjadi

15
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

baik pada batuan beku sebagai batuan induknya maupun pada batuan
samping yang ikut terpengaruh karena proses magmatisme tersebut.

Selama pergerakan magma ke permukaan, maka proses diferensiasi,


asimilasi dan kristalisasi akan berlangsung seiring dengan perubahan
temperatur pada tubuh magma yang kemudian diikuti oleh proses
pembekuan. Jenis-jenis batuan beku yang terbentuk masing-masing didirikan
oleh komposisi mineral yang berbeda sesuai dengan komposisi magma dan
temperatur pembekuannya. Karena proses diferensiasi magma yang terjadi,
maka jenis dan komposisi mineral yang terbentuk bisa terdiri dari berbagai
macam mineral logam maupun non-logam.

Proses pembentukan jebakan mineral logam karena diferensiasi magma


secara umum digambarkan oleh Alan M. Bateman (1951) dalam tiga stadium
sebagai berikut:

 Stadium Likwido Magmatis ( > 600°C ). Stadium ini merupakan awal


pembentukan mineral-mineral baik logam maupun non-logam yang
dicirikan oleh terjadinya pemisahan unsur-unsur kurang votatil berupa
mineral-mineral silica. Dengan penurunan temperatur yang berlangsung
terus-menerus, maka kecepatan pembentukan mineral berikutnya
dicirikan oleh unsur-unsur yang lebih volatil pada kondisi tekanan yang
semakin besar. Jebakan mineral yang terbentuk pada stadium ini
disebut jebakan magmatis.

 Stadium Pegmatitis-Pneumatolitis (600°C - 450°C). Pada stadium ini


terjadi pemisahan yang luar biasa dan unsur-unsur volatil larutan sisa
magma pada kondisi tekanan yang cukup besar. Larutan sisa magma ini
sebagian menerobos batuan yang telah ada melalui rekahan dan
kemudian membentuk jebakan pegmatis. Setelah temperatur mulai
menurun (550°C - 450°C), akumulasi gas mulai membentuk mineral.
Pada penurunan temperatur selanjutnya, volume unsur volatil semakin
menurun dan membentuk endapan mineral yang disebut jebakan
pneumatolitis atau jebakan metasomatis kontak dan tinggallah larutan
sisa magma yang sangat encer.

16
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

 Stadium Hydrothermal (450°C-350°C), merupakan stadium terakhir


dimana keadaan larutan sisa magma sangat encer. Pada stadium ini
tekanan gas menurun secara cepat dan setelah mencapai temperatur
kritis air (± 372°C), mulailah terbentuk jebakan hidrothermal. Proses
pembentukan mineral berlangsung terus sampai mencapai tahap akhir
pembekuan semua larutan sisa magma (100°C-50°C).

2.5.2 Pendekatan Genetik Jebakan

Keterdapatan mineralisasi berupa jebakan Bijih Besi pada daerah eksplorasi


Tapango diperkirakan sangat berhubungan atau berasosiasi dengan aktivitas
volcanic-intrusive selama terjadinya injeksi magmatisme dan proses
pembentukan batuan berlangsung. Dari asosiasi batuan yang terbentuk dan
tersingkap di daerah eksplorasi, serta indikasi mineralisasi dan hasil ubahan
batuan yang ditimbulkan menunjukkan bahwa terbentuknya jebakan
mineralisasi tersebut diperkirakan berhubungan erat dengan pembentukan
batuan plutonik granit.

Batuan intrusi granit yang tersingkap dan melampar sangat luas pada daerah
eksplorasi dan sekitarnya diperkirakan merupakan sebuah massa plutonik
besar yang keberadaannya juga berhubungan atau merupakan bagian dari
proses pembentukan pegunungan di kawasan ini. Karena proses tektonik dan
erosi yang berlangsung terus-menerus, massa plutonik ini kemudian
tersingkap ke permukaan yang kemudian disebut dengan tubuh batholit
granit.

Berdasarkan posisi penempatan zonasi mineralisasinya, menunjukkan bahwa


jebakan Bijih Besi pada daerah eksplorasi Tapango memperlihatkan suatu
karakteristik endapan tipe greisen yang secara genetik terbentuk pada tubuh
batuan beku plutonik sebagai batuan induk atau batuan sumber (source rock).
Penyebaran endapan tersebut dijumpai setempat-setempat (sporadis),
dimana umumnya menempati dan tersingkap pada bagian punggungan-
punggungan bukit yang diperkirakan merupakan bagian atap dari tubuh batolit
granit atau menyerupai roof pendant.

17
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Indikasi mineralisasi yang dijumpai terutama berupa tubuh bijih (ore body)
yang sangat kompak atau dikenal dengan endapan bijih massif (massive ore).
Endapan ini umumnya dicirikan oleh tekstur yang kasar - sangat kasar,
dimana komposisi mineral utama terdiri dari magnetit yang saling tumbuh
bersama (intergrowth) dengan hematite. Kandungan minor minerals lainnya
yang dijumpai dalam persentasi sangat kecil terutama terdiri dari copper
minerals (malacite dan azurite), serta kwarsa yang umumnya hadir dalam
bentuk urat-urat halus - sangat halus (veinlet dan microveinlet). Bentuk
endapan secara umum memperlihatkan kesan menyerupai lapisan/layer
(stratiform) ataupun bentuk melensa (fensis) dengan ketebalan bervariasi
antara 0,25-2,4meter, kadang-kadang memperlihatkan struktur crustified,
banded dan comb yang umumnya berasosiasi dengan kehadiran mineral
silica.

Kondisi endapan seperti ini secara genetik sangat dipengaruhi oleh proses
segregation, dimana mineralisasi logam terakumulasi dan terkumpul pada
tempat-tempat tertentu, terutama pada zona rekahan maupun zona-zona
lemah lainnya yang terdapat pada tubuh batuan plutonik ataupun pada
batuan samping (country rock). Proses segregation pada mineral-mineral
logam dapat saja terjadi selama differensiasi magma berlangsung atau saat
terjadinya injeksi larutan sisa magma pada kondisi temperatur dan tekanan
cukup tinggi. Kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi dimana diferensiasi
magma berada pada stadium pegmatitis-pneumatolitis.

Kehadiran copper minerals dan minor minerals lainnya yang hadir sebagai
gangue dalam tubuh bijih (ore body) dapat disebabkan oleh proses ubahan
(alteration) ataupun proses penggantian/subsitusi mineral (replacement) yang
terjadi selama injeksi larutan sisa magma berlangsung. Pada kondisi tersebut
diperkirakan komposisi larutan sisa magma akan semakin asam dengan
komponen utama terdiri dari unsur-unsur volatil berupa gas dan uap. Unsur-
unsur volatil tersebut akan bergerak menerobos batuan plutonik granit yang
telah ada, serta batuan samping di sekitarnya (Serpih dan Riolitik). Unsur-
unsur tersebut akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi dari
gas dan uap yang dikandungnya atau karena reaksi yang terjadi antara unsur

18
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

volatil tersebut dengan batuan yang diterobosnya, termasuk tubuh bijih (ore
body) yang telah terbentuk sebelumnya. Proses sublimasi ataupun reaksi
yang terjadi bisa saja menyebabkan terjadinya mineralisasi atau
pembentukan jebakan mineral baru yang disertai dengan terjadinya alteration
dan replacement pada mineral-mineral yang telah terbentuk. Jebakan mineral
yang terbentuk oleh proses sublimasi dan reaksi unsur volatil (gas dan uap)
tersebut dikenal dengan endapan pneumatolitis atau metasomatis kontak.

Selain gejala ubahan dan penggantian mineral, indikasi endapan


metasomatik kontak pada daerah eksplorasi Tapango dapat teramati dari
perkembangan mineralisasi dan ubahan batuan yang terjadi, khususnya pada
aliran lava riolitik yang berumur lebih muda.

Perkembangan mineralisasi dan ubahan batuan tersebut dijumpai setempat-


setempat (sporadis) dan umumnya dijumpai pada zona-zona kontak antara
aliran lava riolitik dengan tubuh bijih (ore body). Gejala mineralisasi yang
dijumpai umumnya dalam bentuk hamburan (disseminated) ataupun dalam
bentuk urat-urat halus (microveinlet), sedang gejala ubahan batuan umumnya
dijumpai dalam bentuk batuan tersilisifikasi.

Gejala mineralisasi dan ubahan batuan tersebut diperkirakan sangat


berhubungan dengan terjadinya injeksi larutan sisa magma akhir yang
kemudian membentuk retas-retas aplite maupun perlite dalam bentuk urat-
urat dyke. Retas-retas tersebut umumnya dijumpai memotong secara vertikal.

Semua batuan yang telah terbentuk sebelumnya, termasuk batuan Plutonik


Granit, aliran Lava Riolitik, maupun Serpih. Tidak dijumpainya gejala
mineralisasi logam pada tubuh retas-retas aplite maupun pertite menunjukkan
bahwa mineralisasi yang berkembang secara sporadis pada aliran lava riolitik
merupakan hasil reaksi yang terjadi antara unsur-unsur volatile dengan tubuh
bijih (ore body) yang diterobosnya. Akibat reaksi tersebut, kandungan unsur-
unsur logam yang ikut larut bersama unsur-unsur volatil akan terus bermigrasi
dan kemudian diendapkan dalam tubuh aliran Lava Riolitik yang berada di
atasnya. Gejala ini dapat diamati dengan jelas pada setiap zona-zona kontak
antara aliran Lava Riolitik dengan jebakan tubuh bijih (ore body), dimana

19
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

mineralisasi dan ubahan batuan dalam bentuk silicified hanya berkembang


pada zona-zona kontak tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diinterpretasikan bahwa


terbentuknya jebakan mineralisasi Bijih Besi pada daerah eksplorasi Tapango
sangat dipengaruhi oleh proses diferensiasi dan segregasi selama terjadinya
injeksi
larutan sisa magma pada stadium pegmatitis-pneumatolitis atau metasomatis
kontak.

2.6 Sumber Daya Bijih Besi

2.6.1 Perhitungan Cadangan

Perhitungan cadangan dilakukan berdasarkan hasil pemetaan geologi Bijih


Besi yang dijumpai di lapangan, geomagnet, pendugaan dan pemboran inti.
Perhitungan cadangan berdasarkan hasil geologi adalah berdasarkan hasil
pengukuran endapan yang berupa ketebalan tersingkap dan penyebarannya
ke arah lateral. Sedangkan perhitungan cadangan berdasarkan hasil
pendugaan geomagnet, geolistrik dan pemboran ditentukan berdasarkan hasil
endapan yang terletak di permukaan dan di bawah permukaan (berdasarkan
penampang bawah permukaan).

Hasil pemetaan geologi dan pengukuran topografi menunjukkan bahwa luas


sebaran endapan pada wilayah Reamambu (yang kemudian dikenal sebagai
zona 1) dan sekitarnya mencapai luas ± 127,3Ha, dihitung dari batas utara
wilayah Kuasa Pertambangan (KP) ke arah selatan selebar 2.282,8meter,
dan panjang 2.853,5meter. Sedangkan endapan Bijih Besi yang tersingkap di
lereng selatan zona 1 ketebalannya mencapai 1-4,5meter, dengan arah
penyebaran N950E (relatif timur-barat). Sedangkan endapan lain yang
dijumpai di permukaan diperkirakan sebagai bongkah-bongkah hasil
pelengseran dari urat bijih yang tersingkap di permukaan. Berdasarkan data
tersebut, maka cadangan endapan Bijih Besi pada wilayah eksplorasi
mencapai ± 5.000.000ton.

20
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Hasil pendugaan geomagnetic, dapat disimpulkan bahwa secara geologi


terdapat 2 (dua) zona keterdapatan Bijih Besi, yaitu zona 1 dan zona 2
dengan keterangan sebagai berikut:

Zona-1:
 Terdiri dari 2 lapisan/layer:
o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 4,5meter
o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter
 Perkiraan panjang total adalah ± 900meter membentang dari timur ke
barat
 Perkiraan kedalaman > 200meter

Zona-2:
 Terdiri dari 2 lapisan/layer:
o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter
o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,2meter

Metamorphic

Gambar 2.2
Hasil Studi Geologi PT. ISCO Polman Resources
Keterdapatan Zona 1 dan Zona 2

21
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Zona pertama terletak di wilayah Reamambu dengan luas penyebaran


mencapai ± 114,91Ha, dengan ketebalan rata-rata sebesar 4meter. Dengan
demikian jumlah cadangan pada zona ini mencapai ± 3.447.205ton. Pada
zona kedua terletak pada wilayah Talise (yang kemudian dikenal sebagai
zona 2) bagian tengah yang prospek dengan luas penyebaran mencapai
115,02Ha, dengan ketebalan rata-rata sebesar 4,9meter. Dengan demikian
jumlah cadangan pada zona ini adalah sebesar ± 1.552.795,03ton (berat jenis
Bijih Besi – 4,5-5,3).

Hasil pemboran diperoleh data bentuk endapan di bawah permukaan.


Pemboran ini sampai dengan kedalaman 130m. Lubang bor yang
menunjukkan tubuh Bijih Besi seperti dalam tabel berikut.

Untuk keperluan perhitungan cadangan, maka di buat penampang dari titik


bor tersebut, seperti terlihat di bawah ini.

Dari perhitungan cadangan dengan menggunakan metode penampang, maka


didapat jumlah cadangan sebesar 2.916.160,52ton dengan berat jenis
4,5-5,3.

2.6.2 Cadangan Bijih Besi Tertambang (Mineable Reserves)

Perhitungan cadangan tertambang menggunakan sistem penampang dengan


jarak antar penampang 50 dan elevasi ke arah dow dip yang dihitung sampai
-30m. Berdasarkan kajian lapangan di daerah prospek diketemukan beberapa
endapan Bijih Besi yang tidak dapat dieksploitasi karena faktor lingkungan,
keamanan, dan ada pula yang disebabkan oleh karena faktor kurang
ekonomis. Oleh karena itu, jumlah perhitungan cadangan Bijih Besi terukur
perlu direvisi. Adapun cadangan Bijih Besi yang tidak termasuk dalam
rencana penambangan berjumlah 357.819,09ton sehingga cadangan Bijih
Besi yang telah terkoreksi sebanyak 2.558.341,40ton. Cadangan Bijih Besi ini
akan dijadikan acuan utama untuk keperluan sebagai proses pengkajian
teknis dan non-teknis.

22
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

2.7 Cadangan Tertambang (Mineable Reserve)

Cadangan Bijih Besi tertambang akan dihitung berdasarkan batasan-batasan


sebagai berikut:

 Kondisi geologi (struktur, topografi, sungai)


 Geometri lereng tambang dimana tinggi lereng keseluruhan rata-rata
adalah 50m dengan kemiringan lereng total 39,5°, dan lereng tunggal
adalah 10m dengan kemiringan 60°
 Nisbah pengupasan (SR)

Hasil perhitungan cadangan tertambang tercantum dalam tabel 3.10:

Tabel 2.1
Jumlah Cadangan Tertambang
Tahun Cadangan Tertambang Cadangan Layak Jual
Nisbah
Bijih Besi T. Penutup T. Penutup Pengupasan
Bijih Besi (Ton)
(Ton) (BCM ) (BCM)
2010 88.571,40 207.257,08 60.000 140.400 2,34
2011 89.083,90 327.828,75 60.000 220.800 3,68
2012 178.167,80 538.066,76 120.000 362.400 3,02
2013 177.142,80 543.828,40 120.000 368.400 3,07

Dalam merencanakan desain tambang, hal penting yang harus dilakukan


adalah pemilihan metode penambangan yang sesuai dengan kondisi teknis
dan ekonomis sumber daya Bijih Besi yang akan ditambang dalam
menentukan jumlah Bijih Besi yang dapat ditambang dari potensi sumber
daya yang ada, sehingga jumlah Bijih Besi sebagai cadangan yang dapat
ditambang akan dihitung dengan mempertimbangkan hasil desain tambang.

Secara teknis, pemilihan metode penambangan didasarkan pada


pertimbangan hal-hal sebagai berikut:

 Kedalaman lapisan (seam)


 Ketebalan lapisan dan penyebarannya
 Kondisi lapisan tanah penutup (overburden)
 Struktur geologi

23
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Secara ekonomis akan dipertimbangkan nisbah pengupasan atau "stripping


ratio", yaitu besarnya volume pengupasan tanah penutup untuk mendapatkan
setiap ton Bijih Besi.

24
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 3
PENAMBANGAN

3.1 Pemilihan Metode Penambangan

Memilih metode penambangan tambang terbuka yaitu dengan open pit mining
untuk melaksanakan penambangan Bijih Besi ini. Metode tambang terbuka
dipilih berdasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis yang mencakup model
geologi, kondisi lapisan Bijih Besi (strike, dip, thikness). kondisi lapisan
penutup (overburden) serta pertimbangan jumlah sumber daya Bijih Besi.
Metode penambangan ini menggunakan kombinasi back hoe dan dump truck
serta bulldozer. Sebagai alat bantu, ini memiliki kelebihan dalam fleksibilitas
dan selektivitas penambangan, antara lain seperti:

- Biaya investasi awal yang lebih kecil


- Perolehan sumber daya Bijih Besi dapat lebih besar
- Tingkat produksi Bijih Besi per hari yang lebih besar
- Penanganan peralatan tambang yang lebih mudah dan keselamatan
tambang dan karyawan yang lebih baik

Open pit merupakan teknik penambangan Bijih Besi yang dinilai cocok dan
sesuai untuk diterapkan. Teknik penambangan open pit mining ini adalah
dengan melakukan penggalian Bijih Besi pada batas-batas penambangan (pit
limit) dari arah singkapan (crop line) menuju ke bawah searah dengan
kemiringan lapisan Bijih Besi (down dip).

Penggalian ini digunakan dengan membentuk jenjang-jenjang atau lereng


multi yang memiliki geometri tertentu berdasarkan hasil kajian geoteknik dan
rencana pengoperasian alat-alat penambangan. Dengan teknik
penambangan ini, diharapkan semua lapisan (seam) Bijih Besi yang
penyebarannya jelas, dapat ditambang dengan baik.

25
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.2. Desain Tambang

Menentukan desain tambang cukup kompleks seperti:

 Potensi sumberdaya bijih geoteknik


 Kualitas Bijih Besi
 Geometri lereng tambang pen-teknik
 Air dalam tambang (geohomoni)
 Harga dan kualitas Bijih Besi yang di pasarkan

Ada hal-hal lain yang juga menjadi pertimbangan yaitu:

 Aspek lingkungan dalam hubungannya dengan pasca tambang


 Kontrak jangka pendek dan jangka panjang dengan konsumen (buyer)
 Sarana dan prasarana yang sudah tersedia

3.3 Potensi Sumber Daya Bijih Besi

Dalam penyusunan desain tambang, hal pertama yang harus diketahui


adalah jumlah sumber daya yang tersedia, karena kuantitas sumber daya
akan menyangkut penentuan kapasitas produksi tambang dan umur tambang.

3.4 Kualitas Bijih Besi

Keberadaan dan penyebab kualitas Bijih Besi sangat berperan dalam


penetapan sekuen kemajuan penambangan dan rancangan penggalian
permukaan penambangan (mine front). Dengan demikian, perlu tidaknya
proses blending bijih Bijih Besi pada kegiatan pengolahan sangat ditentukan
oleh penyebaran kualitas dan produksi Bijih Besi yang direncanakan.

Cadangan Bijih Besi tertambang tanpa faktor losses adalah 2.919.079,6 ton
yang terbagi dalam 8 block. Setiap block memiliki kuantitas dan kualitas Bijih
Besi berbeda dengan block lainnya. Keseluruhan kualitas Bijih Besi belerang
mengandung total belerang (TS) rata-rata ± 3%, dengan kadar total rata-rata
± 45%.

26
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.5 Kualitas Produk dan Harga Jual

Karakteristik Bijih Besi yang akan dijual oleh perusahaan dengan karakteristik
Bijih Besi yang dimiliki oleh perusahaan akan menentukan jenis kegiatan
pengolahan yang dilakukan, untuk memperoleh kualitas produk yang
diinginkan. Beberapa alternatif proses pengolahan di antaranya adalah:

 Proses reduksi ukuran saja


 Proses reduksi ukuran ditambah blending
 Proses reduksi ukuran dan pencucian
 Proses reduksi ukuran dan pencucian serta blending

Pemilihan setiap alternatif akan mempengaruhi pengaturan sekuen dan


kegiatan di permukaan penambangan. Harga jual Bijih Besi sangat
berpengaruh pada penentuan “stripping ratio" (SR) karena harga jual yang
besar akan lebih membuka peluang untuk melakukan operasi penambangan
dengan SR yang besar pula, sehingga akan memperbesar perolehan
cadangan Bijih Besi.

Perubahan besaran SR mempunyai implikasi yang luas terhadap desain


tambang, demikian pula sebaliknya karena secara teknis dapat berakibat
pada perubahan batas penambangan (pit limit) dan perubahan level
penambangan (pit level). Dengan demikian, berakibat pada perubahan jumlah
cadangan Bijih Besi dan umur tambang.

3.6 Geometri Lereng Tambang

Rekomendasi geometri lereng tambang berupa ketinggian dan kemiringan


lereng diperoleh dan dikaji kemantapan lerengnya. Dalam menyusun desain
tambang, geometri lereng ini melupakan salah satu parameter yang sangat
penting sehingga dapat berakibat fatal apabila desain tambang mengabaikan
rekomendasi geometri lereng ini.

Hasil uji geoteknik dari formasi lapisan penutup Bijih Besi dapat dilihat pada
bab III (Kajian Geoteknik dan Hidrogeologi) dimana batuan pembentuk lereng
tambang didominasi oleh batu Granit.

27
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Overall slope telah dibuat bervariasi sesuai dengan karakteristik sifat


keteknikan tanah dan batuan pada masing-masing block yang bervariasi,
perhitungan tersebut telah memperhitungkan beban dari material timbunan
(bila sisi bukaan tambang memotong lokasi material timbunan). Selain
berdasarkan sudut lereng yang direkomendasikan studi geoteknik, juga
berdasarkan konvensi jarak aman lokasi waste dump area (WDA) dengan
lokasi tambang yaitu minimal sama dengan tinggi/kedalaman tambang (pit)
itu, jarak WDA di sekitar tambang didesain antara 100-500m.

Selain diperlukannya analisis kemantapan lereng pada lokasi bukaan


tambang, juga dilakukan usaha pemantuan kemungkinan terjadinya
longsoran. Pemantauan ini dimaksudkan untuk mengetahui gejala-gejala awal
sebelum terjadinya longsoran sehingga dapat dilakukan tindakan-tindakan
pencegahan atau penanggulangan longsoran yang akan terjadi agar tidak
menimbulkan korban jiwa serta kerugian yang lebih besar.

Beberapa usaha pemantauan kemantapan lereng direkomendasikan adalah


sebagai berikut:

 Identifikasi struktur geologi seperti lahan, kekar, rembesan-rembesan


air tanah. Identifikasi ini dilakukan setelah dilakukan pemotongan
lereng pada saat operasional tambang sehingga pada saat dilakukan
pemotongan lereng dan ditemukannya gejala-gejala tersebut perlu
dilakukan pemantauan secara intensif dengan memasang patok-patok
geser.
 Identifikasi gejala-gejala longsoran selama penambangan seperti
timbulnya rekahan-rekahan pada bukaan tambang, bila dijumpai
gejala-gejala tersebut di atas, maka perlu dilakukan pemantauan
secara intensif dengan memasang patok-patok geser.
 Membuat prosedur petunjuk operasional untuk pemantauan longsoran
sebagai berikut:

a. Peralatan yang Digunakan

1. Alat Ukur (EDM, PS, atau Geo-radar)

28
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

2. Patok (terbuat dari logam tahan karat atau kayu/bambu yang


dicat atau diberi tanda yang mencolok)
3. Alat pencatat

b. Prosedur Pengukuran

1. Tentukan titik patok tetap pada lokasi yang stabil dan menetap
(tidak dipindahkan) selama patok tetap difungsikan. Bila perlu
patok tetap dipasang dudukan (pondasi) agar kuat dan tidak
mudah digeser.
2. Catat rekaman posisi geografis atau diikat dengan titik
triangulasi terdekat atau titik lainnya yang digunakan sebagai
referensi posisi patok tetap.
3. Tentukan dan tanam titik patok gerak, pada posisi lahan/tanah
yang berpotensi longsor. Untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat, sebaiknya patok gerak dibuat lebih dari satu, pada lahan
yang sama.
4. Ukur jarak antara patok tetap dengan patok gerak dengan
ketelitian maksimum sesuai dengan spesifikasi teknis alat ukur
yang digunakan.
5. Catat jarak antara patok tetap dengan patok gerak. Lakukan
pengukuran ulang (cek) untuk kepastian data pengukuran awal.
Catatan jarak antara kedua patok tersebut dalam kepekaan ukur
minimal dinyatakan dalam mm.
6. Untuk mendeteksi gerakan tanah, pengukuran dapat dilakukan
selang tiap 3 hari atau lebih selama musim kemarau. Untuk
musim penghujan pengukuran minimal sehari sekali atau bila
perlu dilakukan setiap interval 6 jam (tergantung keperluan dan
keadaan yang dianggap darurat).
7. Bila pengukuran berkala dilakukan pada waktu yang lama,
disarankan kedua patok tersebut terbuat dari logam tahan karat.
8. Jika dalam pengukuran terjadi selisih jarak secara signifikan
(misal > 10mm), segera laporkan kepada penanggung jawab
(Kepala Teknik Tambang) untuk ditindaklanjuti.

29
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Pemantauan harian dan mingguan dengan mempergunakan total station


harus dilakukan secara rutin, dan pemantauan akan diintensifkan apabila
teridentifikasi adanya gejala struktur geologi ataupun rekahan-rekahan baru
dengan memantau patok-patok geser yang telah dipasang pada daerah yang
telah teridentifikasi tersebut. Bila ternyata dalam waktu yang sama akan
dilakukan pelandaian lereng totalnya.

Dari hasil uji geoteknik tersebut di atas, maka dapat dihitung Faktor
Keamanan (FK) dari setiap jenjang yang direncanakan pada block
penambangan untuk setiap sudut kemiringan lereng. Dengan sudut lereng
tunggal sebesar 250 dan sudut secara keseluruhan sebesar 15° maka
timbunan tanah penutup masih stabil sampai ketinggian timbunan sebesar
25meter.

3.7 Air Dalam Tambang

Air di dalam tambang mencakup keberadaan air di atas permukaan maupun


di bawah permukaan. Air di atas permukaan meliputi keberadaan sungai dan
anak-anak sungai di daerah tambang serta aliran limpasan (run-off) yang
berasal dari curah hujan. Sedangkan air di bawah permukaan (groundwater)
berkaitan erat dengan keberadaan lapisan batuan yang berfungsi sebagai
pembawa air (aquifer).

Pengaruh sungai dan anak sungai dari segi keberadaannya jelas akan
menjadi faktor pembatas luas daerah yang akan ditambang (block area), dan
perlu diantisipasi sebagai sumber air rembesan (seepage) baik melalui
lapisan aquifer ataupun rekahan yang ada. Hal ini sedikit banyak akan
mengganggu kegiatan penambangan.

Air hujan termasuk air permukaan yang harus diperhitungkan karena air yang
masuk daerah tambang secara langsung ataupun sebagai air limpasan dapat
menimbulkan genangan sehingga mengganggu operasional penambangan,
secara keseluruhan akan menurunkan efisiensi kerja. Disamping itu bila tidak
ditangani dengan baik dapat menjadi sumber pencemaran air (water
pollution).

30
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Keberadaan air di bawah permukaan (groundwater) juga perlu diperhitungkan


karena berkaitan dengan efek tekanan air pori (water pressure) dimana akibat
yang ditimbulkan dapat menurunkan kekuatan (material strength) dari massa
batuan pembentuk lereng tambang, sehingga akan mempengaruhi stabilitas
atau kemantapan lereng tambang.

3.8 Analisis Desain Tambang

Dengan memperhatikan beberapa parameter pembentuk model desain


tambang, maka untuk melakukan analisis model desain tambang, daerah
penambangan dapat diasumsikan sebagai sebuah block yang memiliki
dimensi panjang, lebar, dan ketebalan tertentu. Dengan mempertimbangkan
parameter model geologi sumber daya Bijih Besi, terutama aspek penyebaran
lapisan Bijih Besi, maka dapat dilakukan seleksi block penambangan, untuk
memilih sub-block penambangan yang prospek untuk menjadi lokasi tambang
sesuai dengan persyaratan yang diberikan oleh desain tambang.

Hasil kajian geoteknik yang telah dilakukan memberikan angka sudut


keseluruhan lereng sebesar 39,5° dengan tinggi lereng lebih kurang 50m,
Berdasarkan kajian tersebut direkomendasikan pada setiap block dengan
sudut lereng keseluruhan sebesar 39,5° dengan tinggi lereng 50m, dan lereng
jenjang dengan ketinggian H = 10m dan sudut jenjang 60°. Dengan mengacu
pada hasil rekomendasi geoteknik tersebut, maka desain block akan
menggunakan sudut 39,5°.

Perhitungan cadangan (reka block cadangan) yang dilakukan dengan


mengacu pada standar (SNl 88) berdasarkan sudut lereng dari kajian
geoteknik. Jumlah cadangan yang akan ditambang merupakan bagian dari
perhitungan cadangan awal sehingga stripping ratio-nya tidak berubah.

3.9 Bukaan Tambang

Desain tambang direncanakan terdiri dari 8 block. Pengupasan tanah penutup


dan penggalian Bijih Besi akan dilaksanakan tidak secara serempak, dimana
jarak angkut penimbunan tanah penutup di waste dump area dan jarak angkut
back filling berkisar antara 0,2.00m sampai 500m dan jarak angkut Bijih Besi

31
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Run Of Mine (ROM) ke Iron ore Processing Plant (GPP) berkisar antara 146m
sampai 439m.

Sesuai dengan skenario penggalian Bijih Besi dan pembuangan tanah


penutup, maka Bijih Besi dari block akan habis digali selama kurun waktu 20
tahun.

3.10 Sistem dan Tata Cara Penambangan

Dari perencanaan desain tambang diketahui bahwa pemilihan sistem dan


metode penambangan adalah tambang terbuka dengan metode open pit
mining dimana penggalian tanah dan Bijih Besi akan dikerjakan dengan
membentuk jenjang-jenjang atau lereng (multy benches) yang memiliki
geometri tertentu berdasarkan hasil kajian geoteknik yang telah dilakukan.
Dengan teknik penambangan ini diharapkan semua lapisan (seam) Bijih Besi
yang penyebarannya jelas, dapat ditambang dengan baik. Pada umumnya tak
semua cadangan terukur dapat diambil Bijih Besinya karena faktor-faktor
berikut:

- Keterbatasan peralatan
- Kondisi perlapisan pembentuk Bijih Besi
- Struktur geologi
- Morfologi daerah tambang
- Kualitas produk yang diinginkan

Dalam hal ini akan diambil persentase perolehan (recovery) sebesar


2.560.900,97ton.

3.11 Tahapan Kegiatan Penambangan

Kegiatan operasi penambangan Bijih Besi yang direncanakan pada setiap


bukaan tambang akan mencakup:

3.11.1 Operasi Pembersihan Lahan

Operasi pembersihan lahan penambangan dilakukan pada lokasi


dimana tambang akan dibuka. Berkaitan dengan operasi ini akan
dilakukan beberapa pekerjaan, yaitu:

32
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

A. Operasi Penebangan Pohon dan Pemotongan Kayu

Dalam operasi pembersihan lahan, apabila ditemukan pohon-


pohon, maka terlebih dahulu dilakukan operasi penebangan pohon
dan operasi pemotongan kayu. Bila pohon-pohon tersebut dinilai
mampu ditumbangkan dengan tenaga dorong bulldozer, maka
operator akan langsung menggunakan bulldozer. Untuk pohon-
pohon berukuran besar, untuk penebangannya perlu dibantu
dengan menggunakan gergaji mesin (chain shaw). Bila kayu yang
dikerjakan memiliki ukuran yang besar, maka operasi pemindahan
kayu dari lokasi penambangan ketempat penyimpanan kayu ini
perlu dipergunakan alat angkat untuk beban berat (crane) dan
rantai besi untuk pengikat dan penarik, serta truk pengangkut kayu.
Bila kayu memiliki ukuran yang kecil, maka operasi pemindahan
kayu dari lokasi penambangan ke lokasi penyimpanan kayu ini
cukup dipergunakan tenaga manusia dan truk pengangkut kayu.

Kayu-kayu hasil penebangan dan pemotongan akan disimpan di


lokasi penyimpanan yang telah direncanakan. Lokasi penyimpanan
kayu dapat dipilih pada lahan-lahan terbuka yang dekat dengan
daerah penambangan dan dilintasi oleh jalan angkut. Kayu-kayu
yang disimpan ini dapat dimanfaatkan untuk pembuatan bangunan,
jembatan, bahan bakar atau kepentingan lainnya.

B. Operasi Pembabatan Semak dan Perdu

Pekerjaan pembabatan semak dan perdu ini akan dilakukan


dengan menggunakan bulldozer, yang dapat menjalankan fungsi
gali dan dorong dengan memanfaatkan blade dan tenaga dorong
yang besar dari alat tersebut. Semak dan perdu yang sudah
dibabat tersebut selanjutnya akan didorong ke daerah-daerah
lembah yang dekat dengan areal penambangan.

33
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.11.2 Operasi Pengupasan Tanah Atas (Top Soil)

Setelah operasi pembersihan selesai, selanjutnya dilakukan operasi


pengupasan lapisan atas (top soil) yang banyak mengandung bahan-
bahan organik hasil pelapukan, yang sangat baik untuk penyuburan
tanah. Lapisan tanah subur ini dikupas dengan menggunakan blade
dari bulldozer. Operator bulldozer sambil mengupas tanah subur
tersebut sekaligus mendorong dan mengumpulkannya pada lokasi
tertentu di dekat daerah operasi bulldozer. Dengan demikian pada
lahan penambangan akan terdapat lokasi timbunan tanah subur yang
pada gilirannya akan dimanfaatkan untuk reklamasi lahan bekas
penambangan. Apabila lokasi timbunan top soil ini relatif jauh, maka
pekerjaan pemindahan top soil ini akan memerlukan excavator
sebagai alat muat dan dump truck sebagai alat angkut.

3.11.3 Operasi Pemindahan Tanah Penutup (Overburden)

Operasi penggalian tanah penutup berupa overburden dan


interburden, dilakukan dengan menggunakan excavator dan dibantu
dengan bulldozer. Untuk material lemah sampai sedang, excavator
dapat langsung melakukan penggalian dan pemuatan ke atas dump
truck. Sedangkan untuk material agak keras, bulldozer akan
membantu memberaikan material tersebut, sebelum digali dan dimuat
oleh excavator. Pemakaian ripper pada bulldozer akan disesuaikan
dengan kebutuhan operasi pemberaian material. Selanjutnya apabila
diketemukan lapisan tanah penutup yang keras sampai sangat keras,
maka akan dipergunakan stone breaker untuk memberaikan material
tersebut sebelum dimuat ke atas dump truck. Dalam batas-batas
penggalian yang telah direncanakan, operator excavator akan
melakukan pembentukan jenjang (bench), dibantu oleh operator
bulldozer.

Dump truck sebagai alat angkut akan mengangkut tanah penutup dari
daerah penambangan menuju lokasi penimbunan (dumping area),
yang telah direncanakan di daerah dengan morfologi lembah atau

34
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

datar yang ada di lokasi terdekat. Timbunan tanah penutup ini akan
diatur secara berjenjang dengan menggunakan dozer shovel dan
selanjutnya akan ditutup dengan lapisan tanah subur (top soil) untuk
persiapan proses penanaman bibit pohon (revegetasi).

Kemajuan tambang dimulai dari Block I, pada tahun 2011,


pemindahan tanah akan diarahkan ke waste dump area, sedangkan
setelah tahun 2011, pemindahan tanah akan dilakukan secara back
filling ke bekas tambang block yang telah selesai ditambang (mine
out) yaitu Block 1 ke Block 2, Block 3 dan Block 4 akan mulai
dilakukan back filling pada tahun 2012. Block 1 akan dimulai back
filling pada tahun 2012 , Block 2 akan dilakukan pada tahun 2013,
Block 3 akan dilakukan pada tahun 2014, Block 4 dan 5 akan
dilakukan setelah Block 3. Begitu pula dengan block-block berikutnya.
Selanjutnya pada setiap waste dump area juga untuk penimbunan
tanah pucuk (top soil) dimana tanah pucuk tersebut akan
dipergunakan untuk program reklamasi tambang.

Timbunan tanah penutup di waste dump area akan dibuat berjenjang,


masing-masing setinggi 6m, dimana lebar jenjang adalah sebesar
10m, sudut jenjang tunggal sebesar 30°, dan sudut jenjang
keseluruhan adalah sebesar 15°. Desain pit ini disesuaikan dengan
posisi endapan mineral dan faktor keamanan pit misalnya dari bahaya
longsor.

3.11.4 Operasi Penggalian dan Pemindahan Bijih Besi

Operasi penggalian Bijih Besi, dilakukan dengan menggunakan


bantuan bulldozer. Untuk Bijih Besi yang memiliki kekuatan lemah
sampai sedang, excavator langsung melakukan penggalian dan
pemuatan ke atas dump truck. Bila ditemukan Bijih Besi yang agak
keras, bulldozer akan membantu memberaikan material tersebut
terlebih dahulu sebelum penggalian dan pemuatan oleh excavator.
Pemakaian ripper pada bulldozer disesuaikan dengan kebutuhan
operasi pemberaian Bijih Besi. Selanjutnya apabila ditemukan Bijih

35
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Besi dan tanah penutup yang keras, maka akan dipergunakan stone
breaker untuk memberaikan material tersebut.

Dapat ditambahkan bahwa bukaan tambang akan dibuat berjenjang,


masing-masing setinggi 10m, dimana lebar jenjang keseluruhan
adalah sebesar 10m, sudut jenjang tunggal sebesar 60°, dan sudut
jenjang keseluruhan adalah sebesar 39,5°.

Gambar 3.1
Desain Pit

Dalam operasi pemindahan Bijih Besi akan digunakan excavator


sebagai alat muat dan dump truck sebagai alat angkut. Dump truck
akan mengangkut Bijih Besi dari daerah penambangan (Run Of Mine)
menuju ke lokasi penimbunan Bijih Besi (raw stockpile), yang
lokasinya berdekatan dengan unit pengolahan Bijih Besi (Mine Iron
ore Crushing Plant). Tumpukan Bijih Besi di raw stockpile ini

36
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

selanjutnya akan menjadi umpan/masukan (feed) pada proses


pengolahan Bijih Besi di unit pengolahan Bijih Besi tersebut. Operasi
penambangan Bijih Besi berlangsung tidak secara serentak pada
semua block tambang.

Di unit pengolahan Bijih Besi, Bijih Besi produk tambang akan


diperkecil ukurannya menjadi Bijih Besi siap jual yaitu berukuran
± 22mm. Selanjutnya Bijih Besi siap jual ini akan diangkut oleh dump
truck kapasitas 20ton menuju ke lokasi pelabuhan Bijih Besi.

Di pelabuhan muat Bijih Besi, Bijih Besi siap jual tersebut akan
ditumpuk di area stockpile pelabuhan. Dari sini Bijih Besi akan
diangkut oleh dump truk HT 130 ke atas tongkang.

3.12 Operasi Penanganan Air Tambang

Operasi penanganan air tambang atau penirisan tambang mutlak diperlukan


karena lantai tambang yang berair, selain mengganggu kelancaran produk,
juga dapat menimbulkan kecelakaan kerja, baik berupa tergelincirnya roda
ban dump truck maupun bahaya sengatan. Listrik apabila ada kabel listrik
yang menyentuh permukaan air.

Sumber air tambang selain berasal dari air tanah, juga terutama dari air
hujan. Dari data curah hujan dan hari hujan yang ada (lihat tabel 2.2), terlihat
bahwa lokasi tambang memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu
maksimum 28,759mm perhari. Selanjutnya dalam perhitungan untuk drainase
tambang, diambil curah hujan maksimum yang mungkin terjadi yaitu sebesar
60mm per jam, sehingga untuk luas permukaan kerja sebesar 100mx100m,
maka debit air hujan akan mencapai 600m 3 perjam.

Untuk menangani air tambang, maka diperlukan saluran bukaan tambang


yang akan mengalirkan air ini ke level dasar. Karena kemiringan lapisan di
lokasi yang tegak, maka air yang akan masuk dalam aquifer sangat kecil
sehingga potensi air tanah juga akan kecil, namun apabila pada lokasi yang
terpengaruh oleh struktur geologi ternyata dijumpai adanya rembesan air

37
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

tanah akan dilakukan pemompaan dan disalurkan keluar tambang. Selain


munculnya rembesan air tanah, pemantauan berkala secara rutin seperti
yang akan dilakukan peda pemantauan lereng tetap akan dilakukan.

Tabel 3.1
Debit Air di Lokasi Tambang
Nama Lokasi Tambang Debit Air
Tapango 4,43

Tabel 4.2
Perhitungan Dimensi Settling Pond di Areal Tambang
Mining Block
No. Parameters Remarks
1-5
A. KECEPATAN PENGENDAPAN PARTIKEL
1. Ukuran partikel (lempung - lanauan) ( D ) 9,91E-Q5 m
2. Viskositas kinematik (u) 7,10E-07 m2/s
3. Specific gravity padatan (SG) 1,0127
4. Kecepatan pengendapan partikel (V) 8,95E-Q5 m/s
B. DIMENSI KOLAM PENGENDAPAN
1. Luas areal bukaan tambang (A) 7,8 Ha
2. Debit yang masuk block (Q) 105.479,56 m3/hari
3. Luas minimum kolam pengendapan yang 36 Ha
dibutuhkan
4. Kedalaman kolam pengendapan 7,73 m

3.13 Rencana Produksi

3.13.1 Analisis Kualitas Cadangan

Lapisan Bijih Besi menunjukkan kualitas yang relatif sama. Dari


pengamatan di lapangan diketahui bahwa Bijih Besi berwarna coklat
tua kusam. Sedangkan dari analisis kimia, Bijih Besi ini kadarnya rata-
rata ± 45%.

3.13.2 Analisis Kuantitas Cadangan

Rencana penjualan Bijih Besi pertahunnya sesuai permintaan


konsumen yaitu 60.000ton per tahun, di mana produksi perbulannya
adalah 5.000ton.

38
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.14 Peralatan Tambang

3.14.1 Jenis dan Spesifikasi Teknis Peralatan

Metode penambangan yang diterapkan dalam operasi penambangan adalah


open pit mining. Untuk menentukan jenis peralatan yang digunakan dalam
metode ini, maka perlu dikaji terlebih dahulu jenis-jenis kegiatan yang akan
dilakukan dalam operasi penambangan tersebut. Dengan gambaran jenis
kegiatan yang jelas, maka penentuan spesifikasi peralatan yang akan
digunakan lebih mudah dilakukan. Hasil dari pemilihan jenis peralatan yang
akan digunakan dalam operasi penambangan Bijih Besi dapat dilihat pada
tabel 4.3.

Tabel 3.3
Pemilihan Jenis Peralatan
No. Nama Peralatan Merk Jumlah
1. Excavator Caterpillar, Komatsu 3 unit
2. Bulldozer Caterpillar 3 unit
3. Wheel Loader Caterpillar 4 unit
4. Road Grader Komatsu 1 unit
5. Dump Truck Hino Jumbo Ranger 10 unit
Jumlah 21 unit

Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa jenis peralatan utama penambangan
yang mutlak dipergunakan adalah excavator, dump truck dan bulldozer.

A. Excavator

Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut alat gali muat. Pada
operasi penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas
sebagai berikut:

1. Melakukan penggalian, pemuatan dan pemindahan serta pencurahan


material lemah seperti humus atau top soil pada lokasi penimbunan
atau langsung ke atas alat angkut.
2. Melakukan penggalian, pemuatan, dan pencurahan lapisan tanah
penutup (overburden), dan mengumpulkannya pada suatu lokasi
dekat tambang atau langsung memuat ke atas alat angkut.

39
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3. Melakukan penggalian, pemuatan dan pencurahan lapisan Bijih Besi


dan mengumpulkannya pada lokasi dekat tambang atau langsung
memuat ke atas alat angkut.
4. Melakukan perintisan dan pembuatan saluran-saluran air di tambang
untuk sistem drainase tambang.
5. Melakukan perintisan dan pembuatan kolam air di tambang (settling
pond) dalam rangka pengelolaan dan pemantauan lingkungan
tambang.

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan di atas didukung


oleh:

 Kemampuan daya gali yang besar


 Kemampuan memotong untuk permukaan yang relatif se-block
dengan memanfaatkan blade pada bucket-nya
 Kemampuan melakukan manuiver pada medan yang se-block
 Dengan memanfaatkan kemampuan track yang dimilikinya

B. Dump Truck

Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut truk jungkit dan pada
operasi penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas
sebagai berikut:

1. Melakukan pengangkutan, pencurahan hasil penggalian tanah


penutup (overburden) ke lokasi penimbunan tanah penutup
(dumping area)
2. Melakukan pengangkutan, pencurahan Bijih Besi hasil tambang
(Run Of Mine) dari tambang ke stockpile Bijih Besi

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan di atas didukung


oleh:

 Kemampuan muat yang besar dari bucket-nya


 Kemampuan mobilitas yang cepat untuk jarak angkut yang jauh
 Kemampuan untuk melakukan dumping dari bucket-nya

40
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

 Kemampuan untuk melakukan manuiver pada medan yang se-


block

C. Bulldozer

Alat ini fungsi utamanya adalah alat gali, dorong dan gusur. Pada operasi
penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai
berikut :

1. Melakukan pembabatan semak dan mengumpulkannya ke suatu


lokasi tertentu
2. Melakukan penggusuran jenis tanaman pohon-pohonan
3. Melakukan pengupasan tanah atas atau humus (stripping) dan
mengumpulkannya dekat lokasi tambang
4. Melakukan pembersihan Iapisan tanah penutup (overburden) dan
mengumpulkanya pada suatu lokasi dekat tambang. Apabila
berhadapan dengan material keras, maka digunakan alat tambahan
yang disebut ripper
5. Melakukan perintisan dalam pembuatan lantai kerja dan jalan angkut
tambang
6. Mengatur bentuk geometri lereng tambang

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan-pekerjaan seperti


di atas akan di dukung oleh:

 Kemampuan daya dorong yang besar yang dimilikinya


 Kemampuan memotong untuk ukuran yang cukup lebar dengan
memanfaatkan blade dan daya dorong yang besar
 Kemampuan merobek material keras dengan memanfaatkan
kemampuan ripper dan daya dorong yang besar
 Kemampuan untuk melakukan manuiver pada medan yang se-
block dengan memanfaatkan kemampuan track yang dimilikinya

Jenis atau tipe bulldozer yang akan digunakan adalah Caterpillar D 6 G


yang dapat melakukan pekerjaan seperti:

41
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1. Melakukan pemuatan tanah penutup ke atas bucket dump truck


dan atau ke atas timbunan tanah penutup di waste dump area
2. Mengatur bentuk geometri lereng timbunan tanah penutup
3. Mendorong tanah penutup ke posisi yang direncanakan

D. Wheel Loader

Alat ini fungsi utamanya adalah alat muat. Akan tetapi dapat berfungsi
pula sebagai alat dorong dan pada operasi penambangan akan
digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut:

1. Melakukan penggalian, pengangkutan, dan pencurahan Bijih Besi


di stockpile atau ke atas copper atau ke atas dump truck
2. Melakukan pendorongan Bijih Besi di stockpile agar tertata dengan
rapi

Kemampuan alat ini dalam melakukan jenis pekerjaan di atas di dukung


oleh:

 Kemampuan muat yang besar dari bucket-nya


 Kemampuan mobilitas cepat untuk jarak angkut yang tidak terlalu
jauh
 Kemampuan untuk melakukan digging dan dumping yang cepat
 Memiliki daya dorong yang besar

Jenis atau tipe wheel loader yang akan digunakan adalah Caterpillar LW
220.

Tabel 3.4
Jenis Peralatan Utama Penambangan
Jenis Kegiatan Nama Alat Type
Pembersihan lahan Bulldozer Cat. D 6 G
Pembuatan jenjang, Pendamping Bulldozer Cat. D 6 G
excavator
Penggalian dan Pemuatan Tanah Penutup Excavator ( Back hoe ) PS 125
Penggalian dan Pemuatan Bijih Besi Excavator ( Back hoe ) PC 320
Pengangkutan Tanah Penutup Dump Truck PS 125
Pengangkutan Bijih Besi Produk Dump Truck PS 130
Pemuatan Bijih Besi di stockpile Wheel Loader Cat. LW 220

42
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

3.14.2 Kebutuhan Peralatan

Dalam melakukan perhitungan jumlah kebutuhan unit peralatan untuk operasi


penambangan Bijih Besi maupun operasi pengupasan tanah penutup, harus
diperhatikan beberapa batasan-batasan yang berkaitan dengan karakteristik
Bijih Besi, karakteristik overburden, maupun karakteristik masing-masing
peralatan yang digunakan serta asumsi-asumsi yang perlu diterapkan
berkaitan dengan gambaran operasional penambangan yang direncanakan.

Berdasarkan besarnya volume pekerjaan pemindahan Bijih Besi ke stockpile


dan volume pekerjaan pemindahan tanah penutup ke dumping area per
tahun, maka dapat ditentukan jumlah kebutuhan peralatan utama setiap tahun
untuk operasi penambangan Bijih Besi, seperti terlihat pada tabel 4.5.

Tabel 3.5
Jumlah Kebutuhan Peralatan Utama Operasi Penambangan Bijih Besi
Jumlah Pemindahan Tanah
Tahun Jumlah Penambangan Bijih
Tanah Penutup
Bijih Bijih Besi
Penutup
Besi (ton)
(BCM) PC 320 D PS 125 t > 7R PC 320 D HT 130
2011 60.000 140.400 1 2 1 1 2
2012 60.000 220.800 1 2 1 1 3
2013 120.000 362.400 1 1 1 1 3
2014 120.000 368.400 1 1 1 1 1

3.14.3 Jam Kerja Peralatan

Jumlah jam kerja alat-alat penambangan ditentukan dengan pendekatan


sebagai berikut:

Jumlah hari kerja kalender adalah sebesar 365 hari per tahun
dan jumlah jam kerja kalender adalah sebesar 24 jam per hari,
dan juga memperhitungkan hari hujan.

Jumlah hari tidak efektif dihitung sebagai berikut (lihat tabel 3.6 dan tabel 3.7)

43
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 3.6
Persentase Jam Tidak Bekerja Karena Hari Hujan
Data Cuaca Persentase Keterangan
- Bulan hujan 7,00 bulan/tahun
- Bulan kering 5,00 bulan/tahun
Bila jam kerja/ hari: 24,00 jam/hari
30,00 hari/bulan
720,00 jam/bulan
Maka:
- Jam kerja di bulan hujan (a) 5.040,00 Jam/tahun
- Jam Kerja di bulan kering (b) 3.600,00 jam/tahun

Jam Tidak Bekerja


Estimasi jam tidak bekerja di bulan hujan 30,00%
- Jam tidak bekerja (a.1) 1.512,00 jam/tahun

Estimasi jam tidak bekerja di bulan kering 5,00%


- Jam tidak bekerja (b. 1 ) 180,00 jam/tahun

Jadi: 1 .692,00 jam/tahun

% Jam Tidak Bekerja di bulan hujan & kering 19,58%

Jam Kerja:

Estimasi jam bekerja di bulan hujan 3.528,00 jam/tahun


- Jam bekerja a. 2 = (a - a.1)

Estimasi jam bekerja di bulan kering 3.420,00 jam/tahun


- Jam bekerja b.2 = (b – b.1)

Sehingga:
- Total Jam Kerja (a.2) + (b.2) 6.948,00 jam/tahun

% Jam Kerja di bulan hujan & kering 80,42%

44
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Tabel 3.7
Jam Kerja Efektif
No. Deskripsi Quantity Keterangan
1. Hari Kalender / tahun 365.00 hari/tahun
2. Hari Minggu (untuk ganft shift) 26,00 hari/tahun
3. Hari Libur Nasional 6,00 hari/tahun
4. Jumlah hari libur 32,00 hari/tahun
5. Hari kerja / tahun 333,00 hari/tahun
6. Ketersediaan jam kerja / hari 24,00 jam/hari
7. Ketersediaan jam kerja / tahun 7.992,00 jam/hart
8. Waktu hilang yang direncanakan / hari
- Istirahat / makan 2,00 jam/hari
- Ganti shift 1,00 jam/hari
- Persiapan 0,50 jam/hari
- Shift malam (spesial) 1,00 jam/hari
Jumlah 4,50 jam/hari
9. Waktu hilang yang direncanakan / tahun 1.498,50 jam/hari
10. Shalat Jumat (1,5 jam / minggu) 78,00 jam/tahun
11. Waktu hilang yang direncanakan / tahun 1.576,50 jam/tahun
12. Ketersediaan jam / tahun 6.415,50 jam/tahun
13. Waktu hilang tidak direncanakan
a. Faktor Hujan (%) 19,58%
b. Faktor Main (%) 2,00%
c. Jumlah (%) 21,58%
14. Ketersediaan waktu karena waktu yang 78,00%
hilang (tidak direncanakan)
jam kerja /tahun 5.030,82 jam/tahun
15. Ketersediaan Mekanis
a. Faktor pemeliharaan (%) 92,00%
b- Faktor perbaikan (%) 92,00%
c. Total (%) 84,64%
17. Total jam kerja efektif/ tahun 4.258,09 jam/tahun
18. Jam kerja efektif /tahun (dibulatkan) 4.300 jam/tahun

Dengan demikian jumlah hari kerja efektif per tahun adalah sebesar
4.300 jam per tahun.

3.14.4 Umur Tambang

Kegiatan penambangan Bijih Besi direncanakan berakhir hingga 20 tahun.

45
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 4
PENGOLAHAN BIJIH BESI

4.1 Pengolahan Bijih Besi

Pengolahan Bijih Besi PT. ISCO Polman Resources akan dilaksanakan di


lokasi crushing plant dimana lokasi ini menyatu dengan lokasi penumpukan
Bijih Besi (raw iron ore stockpile). Pengolahan Bijih Besi (iron ore preparation)
bertujuan untuk mereduksi ukuran (size reduction) Bijih Besi produksi operasi
penambangan atau Run of Mine (ROM) sehingga mencapai ukuran yang
diinginkan.

Dalam rangka melakukan reduksi ukuran, maka akan dilakukan beberapa


penanganan terhadap Bijih Besi produksi penambangan (ROM), antara lain:

 Proses penghancuran/pemecahan
 Proses klasifikasi ukuran fraksi
 Proses penanganan pemindahan Bijih Besi antar lokasi

Pengolahan Bijih Besi secara garis besar adalah proses peremukan Bijih Besi
sampai ukuran ± 22mm.

A. Proses Reduksi Ukuran Bijih Besi

Untuk gambaran proses reduksi ukuran Bijih Besi dapat dilihat diagram
alir (flow chart) seperti terlihat pada gambar 5.1. Dalam diagram alir
tersebut digambarkan urutan proses-proses yang berlangsung.

Umpan (feed) untuk proses pengolahan Bijih Besi yang direncanakan


adalah Bijih Besi langsung dari produk kegiatan penambangan (ROM)
atau yang telah tersedia di raw iron ore stockpile. Fraksi Bijih Besi
sebagai umpan direncanakan berukuran maksimum ± 600mm. Apabila

46
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

dalam kondisi tertentu ada yang berukuran lebih dari ± 600mm, maka
terlebih dahulu harus dengan manual dengan menggunakan breaker
sampai memiliki ukuran maksimum ± 600mm.

B. Peremukan Bijih Besi (Iron Ore Crushing)

Kegiatan ini bertujuan untuk memecahkan (memberai) fraksi Bijih Besi


menjadi ukuran yang lebih kecil sesuai dengan yang ditetapkan. Proses
pemberaian Bijih Besi secara garis besar dapat dibagi dalam dua tahap
proses yaitu:

1. Proses penghancuran/peremukan (crushing)

Proses peremukan (crushing) material yang terjadi saat ini dapat


dikelompokkan ke dalam dua kelompok (unit), yaitu:

a. Unit peremukan primer, menggunakan alat jaw crusher


PE400x600, dengan ukuran feed opening 400x600mm dengan
kapasitas terpaksa 160ton/jam.
b. Unit peremuk sekunder, menggunakan jaw crusher P250x750,
dengan ukuran feed opening 100x200mm dengan kapasitas
terpasang sebesar 160ton/jam.
c. Unit peremuk hammer crusher dengan feed opening 20x30mm

2. Proses Pengayakan (screening)


Pada proses pengayakan menggunakan vibrating screen tipe double
deck vibrating screen.

Secara menyeluruh rangkaian dari alat peremuk batu yang digunakan


dapat dilihat pada bagan alir (gambar 5.1) dan secara singkat proses
peremukan yang dilakukan sebagai berikut:

 Batuan yang berasal dari lokasi penambangan memiliki ukuran


< 800mm diangkut dengan menggunakan dump truk dan langsung
dimasukkan ke dalam hopper
 Selanjutnya melalui feeder geser dimasukkan ke dalam vibrating
grizzly feeder (VGF)

47
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

 Dari VGF batuan yang berukuran lebih kecil atau sama dengan
400x600mm dimasukan ke dalam jaw crusher PE400x600.
 Dari jaw crusher PE400x600 keluar hasil dengan ukuran (rata-rata)
± 100x200mm.
 Dari jaw crusher PE400x600 dimasukkan ke dalam jaw crusher
P250x750 dengan feed opening ± 100x200mm, dengan bantuan
belt conveyor.
 Dari jaw crusher P250x750 akan menghasilkan ukuran
± 20x30mm, kemudian dibawa ke hammer crusher dengan
bantuan belt conveyor.
 Hasil ukuran dari hammer crusher diharapkan ± 2mm.
 Tahap berikutnya feed dialirkan ke jigger dengan bantuan belt
conveyor untuk memisahkan mineral Bijih Besi dan pengikutnya
berdasarkan berat jenisnya.

4.2 Peralatan Pengolahan Bijih Besi

Peralatan unit crusher selain jaw-crusher, hammer-crusher, vibrating-


screen dan hopper, juga dilengkapi oleh ban berjalan (belt conveyor)
untuk memindahkan Bijih Besi dari terminal satu ke terminal lainnya dan
terakhir ke kamar penampungan Bijih Besi produk (Silo). Adapun
peralatan unit crusher dan pendukungnya dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1
Peralatan Reduksi Ukuran Bijih Besi Pada Unit Pengolahan Bijih Besi
No. Peralatan Spesifikasi Unit
Jaw Crusher PE 400 x 600, 160 t0/jam. 65 KVA,
1. Primary Crusher 1
Feed Opening = (400 x 600 ) mm
Jaw Crusher P 250 x 750,160 ton/jam, 45 KVA,
3. Secondary Crusher 1
Feed Opening = ( 100 x 200 ) mm
5. Hammer Crusher Feed Opening = 20 x 30 mm 1
6. Jigger Feed Opening = 150 mm x 200 mm 1
Belt 60 cm x 4 ply, motor 5 Hp x 3 phase, ban mobil (kijang), spasi
7. Belt Conveyor 10
roller 70 cm, chain RS 100, Gear box type 100 ; 1 : 3.

48
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

4.3 Fasilitas Penimbunan Bijih Besi

Untuk mengantisipasi produksi Bijih Besi sebesar 60.000ton per tahun


atau sebesar 5.000ton per bulan, maka dimensi lahan untuk
penumpukan Bijih Besi adalah 25mx25m dengan tinggi timbunan rata-
rata 4m dengan sudut 350 di areal ROM stockpile. Demikian pula halnya
dengan areal product stockpile.

Stockpile I

Hopper

Jaw Crusher PE 400 x 600

Jaw crusher P 250 X 750

Hammer Crusher

Vibrating Screen

Stockpile Stockpile
(kadar tinggi) (kadar rendah)

Jigger

Stockpile (Dry) Produk

Gambar 4.1
Flow Chart Pengolahan

49
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 5
PEMASARAN

5.1 Kebijaksanaan Pemerintah

5.1.1 Pengelolaan Sumber Daya Bijih Besi

Bijih Besi termasuk bahan galian strategis yang pengelolaannya


langsung ditangani oleh pemerintah. Kemampuan pemerintah untuk
melakukan kegiatan eksplorasi dan eksploitasi Bijih Besi sangat
terbatas.

5.1.2 Potensi Sumber Daya Bijih Besi

Indonesia termasuk salah satu negara di kawasan Asia yang memiliki


endapan Bijih Besi. Data tahun 2003 memperlihatkan Indonesia
memiliki potensi sumber daya Bijih Besi sejumlah 61,11 milyar ton,
yang terdiri dari 13,65 milyar ton sebagai cadangan terukur dan 47,46
milyar ton sebagai cadangan indikasi, terunjuk serta tereka. Dari
sejumlah cadangan tersebut terdapat 11,47 milyar ton sebagai
cadangan yang dapat dieksploitasi atau cadangan yang bersifat
komersial.

5.2 Prospek Pemasaran

Salah satu aspek pemasaran Bijih Besi adalah masalah supply-demand


dengan berkembangnya berbagai industri di dalam negeri dan semakin
meningkatnya permintaan untuk ekspor, maka peningkatan produksinya
pun harus berimbang.

50
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Kebutuhan Bijih Besi di dalam negeri dan ekspor setiap tahunnya


menunjukkan peningkatan yang sangat berarti. Sebagai perbandingan,
kebutuhan baja perkapita Indonesia masih rendah dibandingkan negara
Asia lainnya seperti yang terlihat di bawah ini:

Tabel 5.1
Konsumsi Baja Perkapita 2005 - 2006
Kawasan Kg/Kapita
Indonesia 26,2
Vietnam 65,9
Thailand 204
Malaysia 278,9
Korea 995,8
Sumber : ICB 2005/2006

5.2.1 Prospek Pemasaran Dalam Negeri

Saat PT. Krakatau Steel sebagai salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang baja berencana untuk membangun pabrik pengolahan baja di
daerah Kalimantan Timur dengan kapasitas 700.000ton per tahun, dan
hingga PT. ISCO Polman Resources sendiri masih sangat
membutuhkan material dasar untuk menghasil baja tersebut. Dan Bila
dilihat dari kebutuhan baja antara penduduk Indonesia dan negara
Asia lainnya, maka peluang usaha ini masih sangat menjanjikan, saat
ini konsumsi baja masyarakat Indonesia hanya 10 persen dari
konsumsi masyarakat Malaysia.

5.2.2 Prospek Pemasaran Luar Negeri

Ekspor Bijih Besi Indonesia telah mencapai di berbagai negara di


kawasan Asia, Eropa, Amerika dan Australia. Bijih Besi yang diekspor
umumnya berperingkat memiliki kadar Fe total rata-rata 45%.

Saat ini sekitar 70 pabrik baja di Cina yang tergabung dalam asosiasi
pengusaha baja dan importer metal dan kimia, menaikkan kebutuhan

51
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

impor mereka yang pada tahun 2006 hanya sebesar 270 *juta ton
pertahun menjadi 325 juta ton tahun 2007 atau hampir setengah
produksi Bijih Besi dunia, dan diperkirakan tahun depan akan
mengalami peningkatan sebesar 28,89% lagi.

5.3 Pemasaran Bijih Besi

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Indonesia cukup mampu


menyediakan Bijih Besi untuk keperluan dalam negeri dan ekspor.
Produk Bijih Besi yang dihasilkan oleh beberapa perusahaan beserta
pemasarannya selama tahun 2006 hingga tahun 2007 hanya sebesar
869 ribu ton.

Produk Bijih Besi yang dihasilkan mempunyai kandungan Fe total di atas


45%. Produk Bijih Besi ini akan ikut berperan memasuki pasaran
domestik dan ekspor. Produk Bijih Besi akan dieskpor ke beberapa
negara kawasan-kawasan Asia Timur (Korea, Taiwan, Jepang,
Hongkong), India, dan Asia Tenggara (Malaysia, Filipina).

Jumlah Bijih Besi yang akan diekspor sebanyak 100% dari total Bijih
Besi, mengingat saat ini pabrikasi pengolahan Bijih Besi dalam negeri
yang sejogyanya akan dibangun oleh PT. ISCO Polman Resources dan
perusahaan dari Cina ini masih dalam tahap pembangunan.

Harga Bijih Besi per ton FOB bervariasi walaupun kualitas (nilai kadar Pb)
sama. Harga-harga tersebut merupakan harga berdasarkan kontrak yang
memiliki jangka waktu. Harga standar kadar 40%-45% rata-rata sebesar
40 - 43 US dollar FOB.

52
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 6
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

6.1 Investasi
6.1.1 Modal Tetap
A. Pengurusan Perizinan

PT. ISCO Polman Resources merupakan salah satu perusahaan


nasional yang melakukan kerjasama pengembangan sumber daya
energi dan mineral dengan pemerintah (Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral) yaitu untuk mengeksploitasi mineral Bijih Besi
sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku, telah
menandatangani perjanjian dengan pemerintah daerah Kabupaten
Polewali Mandar pada Tanggal 30 November 2007 dengan wilayah
konsesi seluas ± 1.501Ha (No. 126 Tahun 2007 tentang pemberian Izin
Kuasa Pertambangan Eksplorasi kepada PT. ISCO Polman
Resources). Wilayah ini berada di Desa Tapango, Kecamatan
Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat.

Selanjutnya laporan studi kelayakan ini dibuat untuk memperoleh izin


kuasa pertambangan dari Pemerintah Daerah Tingkat II Polewali
Mandar.

B. Peralatan Utama

Peralatan utama penambangan Bijih Besi adalah faktor yang sangat


vital untuk kegiatan operasi penambangan sehingga akan dihasilkan
produksi Bijih Besi bersih yang siap jual. Untuk itu beberapa unsur

53
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

kegiatan operasi perlu dimasukkan dalam perhitungan pengadaan


peralatan utama ini, seperti:

a. Kegiatan penambangan Bijih Besi yang terdiri dari:

1. Pembersihan lahan
2. Pengupasan dan pemindahan tanah atas (top soil)
3. Penggalian dan pemindahan tanah penutup (overburden)
4. Penggalian dan pengangkutan Bijih Besi ke penimbunan
(stockpile)

b. Kegiatan pengolahan Bijih Besi dan stockpile yang terdiri dari:

1. Pemindahan Bijih Besi dari raw stockpile ke product stockpile


2. Proses peremukan Bijih Besi
3. Proses pemisahan mineral berharga dari pengotornya
(impurities)

b. Pemuatan dan pengangkutan Bijih Besi dari stockpile ke


dermaga yang terdiri dari:

1. Pemuatan Bijih Besi (barge loading system)


2. Pengangkutan Bijih Besi dari stockpile ke transhipment point

C. Sarana Penunjang

Sarana penunjang penambangan Bijih Besi adalah peralatan dan


ditinjau bangunan fisik yang ikut menunjang kegiatan penambangan
Bijih Besi. Meskipun bukan peralatan utama, tanpa sarana penunjang
maka penambangan Bijih Besi tak akan mencapai sasaran yang
diharapkan. Untuk itu beberapa unsur kegiatan operasi perlu
dimasukkan dalam perhitungan pengadaan sarana penunjang ini,
seperti:

54
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

1. Kegiatan pembuatan jalan angkut tanah dan Bijih Besi yang


memerlukan:

 Motor grader
2. Kegiatan perawatan jalan angkut dan perbengkelan yang
memerlukan:

 Mobil air (water truck)


 Mobil oli (lube/fuel truck)
 Mobil perawatan (service truck)
 Pompa dan tangki BBM (fuel pump dan fuel tank)
 Peralatan bengkel (machine tools)

3. Kegiatan perkantoran dan perumahan yang memerlukan:

 Kendaraan roda empat


 Generator set
 Pompa air

D. Sarana K-3 dan Pengelolaan Lingkungan

Sarana K-3 dan pengelolaan lingkungan wajib dimiliki oleh setiap


perusahaan penambangan Bijih Besi karena selain menyangkut
keselamatan karyawan, juga menyangkut keselamatan masyarakat
yang tinggal di sekitar areal penambangan.
Beberapa peralatan yang dapat dikemukakan di sini adalah:

1. Sarana K-3 terdiri dari:

 Topi keselamatan kerja (safety helm)


 Sepatu pengaman (safety shoe)
 Baju kerja
 Alat pemadam kebakaran
 Baju pelampung
 Obat-obatan

55
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

 Rambu-rambu lalu lintas


 Manual K-3
 Masker, kaca mata las, tutup telinga, lampu sorot

2. Sarana pengelolaan lingkungan terdiri dari:

 Kolam pengendap
 Kolam pengontrol
 Bibit tanaman
 Zat Kimia dan additive
 Alat deteksi sederhana

6.1.2 Modal Kerja

Biaya modal kerja (working capital) adalah biaya yang harus


disediakan untuk memenuhi biaya produksi penambangan, sampai
dengan masa di mana perusahaan dapat memperoleh pendapatan
sendiri dari hasil penjualan Bijih Besi, baru akan mampu membiayai
produksinya setelah memperoleh pendapatan dari penjualan produksi
tahun pertamanya yaitu sebesar 60.000ton.

Biaya produksi langsung meliputi biaya bahan bakar, suku cadang,


ban kendaraan, karyawan tidak tetap (termasuk royalty). Biaya
produksi tak langsung meliputi biaya asuransi, iuran tetap,
pengelolaan lingkungan, community development dan karyawan tetap.
Total modal kerja yang dibutuhkan untuk proyek penambangan Bijih
Besi ini adalah sebesar US $ 10.450.543,06.

6.1.3 Sumber Dana

Jenis sumber pendanaan untuk investasi rencana penambangan Bijih


Besi ini terdiri atas:

 Modal sendiri (ekuitas)


 Hutang/pinjaman dari bank

56
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Perbandingan antara ekuitas dan hutang (E : H) diharapkan


menghasilkan struktur modal yang optimal bagi pelaksanaan proyek
penambangan Bijih Besi ini dengan mempertimbangkan kondisi
perekonomian pada umumnya dan keuangan perusahaan pada saat
ini.

Dengan pertimbangan itu, maka perbandingan antara ekuitas dan


hutang untuk mendanai proyek investasi penambangan Bijih Besi ini
masih dapat diharapkan sebesar 40% ekuitas dan 60% hutang.
Peminjaman modal dari bank ini akan dilakukan pada tahap awal
investasi untuk membeli peralatan utama dan membangun infrastruktur
tambang. Kredit Investasi yang dipinjam pada tahap tersebut akan
digunakan selama jangka waktu sekitar 15 tahun (masa penggunaan
kredit investasi), dan bank membebankan bunga pinjaman sebesar
12% per tahun yang bersifat tetap. Pembayaran kembali hutang pokok
berikut bunga diatur sebagai berikut:

 Kredit investasi bank yang diambil tersebut akan dikembalikan


dalam jangka waktu 15 tahun, mulai tahun ke-1 setelah masa
peminjaman.
 Jumlah angsuran pokok bersifat tetap, sedangkan bunga pinjaman
diperhitungkan dari sisa pokok (besarnya bunga pinjaman menurun
sesuai dengan waktu).

Total pinjaman yang diperlukan adalah sebesar US $ 6.270.325,84


dan dana sendiri yang harus dikeluarkan adalah sebesar
US $ 4.180.217,22.

57
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

6.2 Analisis Kelayakan


6.2.1 Biaya Investasi

Perhitungan biaya investasi adalah perkiraan dana yang dikeluarkan


untuk membiayai kegiatan dalam masa pra-penambangan dan masa
penambangan.
Adapun biaya-biaya investasi ini dikelompokkan dalam:

A. Biaya investasi peralatan, terdiri atas:

1. Investasi peralatan operasi penambangan


2. Investasi peralatan pendukung operasi penambangan
3. Investasi peralatan operasi pengolahan dan stockpile Bijih Besi

B. Biaya investasi studi, yang terdiri atas:

1. Biaya eksplorasi
2. Biaya studi kelayakan
3. Biaya studi UKL-UPL
4. Biaya studi geoteknik dan hidrologi

C. Biaya investasi pengembangan (development), terdiri atas:

1. Biaya pembersihan lahan


2. Biaya sarana dan prasarana ban dan jalan angkut tanah
penutup, jalan angkut Bijih Besi crushing plant

6.2.2 Biaya Produksi

Biaya produksi (production cost) adalah besarnya dana yang harus


dikeluarkan untuk membiayai semua kegiatan operasi dalam rangka
memproduksi Bijih Besi dari lokasi tambang hingga siap untuk dijual.
Biaya produksi langsung, digunakan untuk membiayai semua kegiatan
yang langsung berhubungan dengan operasi untuk menghasilkan
produk Bijih Besi. Sedangkan biaya produksi tidak langsung digunakan

58
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

untuk membiayai semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan


dengan proses produksi.

Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi Bijih Besi mencakup


biaya operasi penambangan, biaya operasi pengolahan dan stockpile
Bijih Besi dan biaya pengangkutan Bijih Besi dari tambang ke
pelabuhan muat. Maka untuk itu, beberapa komponen operasi yang
perlu dimasukkan dalam perhitungan biaya atau ongkos produksi antar
lain adalah:

A. Ongkos operasi penambangan Bijih Besi, terdiri dari:

 Ongkos pembersihan lahan


 Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil
 Ongkos pembongkaran dan pemindahan overburden
 Ongkos pemuatan dan pengangkutan Bijih Besi ke stockpile
 Ongkos operasi pendukung penambangan (mine support)

B. Ongkos operasi pengolahan Bijih Besi dan stockpile, terdiri


dari:

 Ongkos pemindahan Bijih Besi dari raw iron ore stockpile ke unit
crushing plant
 Ongkos reduksi ukuran di unit crushing plant
 Ongkos pemindahan Bijih Besi ke product iron ore stockpile siap
untuk dijual. Biaya produksi langsung digunakan untuk
membiayai semua kegiatan yang langsung berhubungan
dengan operasi untuk menghasilkan produk Bijih Besi.
Sedangkan biaya produksi tidak langsung, digunakan untuk
membiayai semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan
dengan proses produksi.

59
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

Biaya-biaya yang berhubungan dengan produksi Bijih Besi


mencakup biaya operasi penambangan, biaya operasi pengolahan
dan stockpile Bijih Besi, dan biaya pengangkutan Bijih Besi dari
tambang ke pelabuhan muat. Untuk itu beberapa komponen
operasi yang perlu dimasukkan dalam perhitungan biaya atau
ongkos produksi antara lain adalah:

1. Ongkos operasi penambangan Bijih Besi, terdiri dari:

 Ongkos pembersihan lahan


 Ongkos pengupasan dan pemindahan top soil
 Ongkos pembongkaran dan pemindahan overburden
 Ongkos pemuatan dan pengangkutan Bijih Besi ke stockpile
 Ongkos operasi pendukung penambangan (mine support)

2. Ongkos operasi pengolahan Bijih Besi dan stockpile, terdiri


dari:

 Ongkos pemindahan Bijih Besi dan raw iron ore stockpile ke


unit crushing plant
 Ongkos reduksi ukuran di unit crushing plant
 Ongkos pemindahan Bijih Besi ke product iron ore stockpile

3. Ongkos operasi pengangkutan Bijih Besi di dermaga, terdiri


dari:

 Ongkos pemindahan Bijih Besi produk dari stockpile ke


pelabuhan
 Ongkos operasi "barge loading system" di dermaga
 Ongkos stockpile di pelabuhan

Untuk menghitung ongkos produksi dari setiap operasi yang


dilakukan pada satu periode produksi, maka beberapa
parameter yang menjadi pertimbangan adalah:

60
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

 Target produksi yang direncanakan (ton produksi Bijih Besi


atau BCM tanah)
 Peralatan utama yang dioperasikan (jenis, spesifikasi teknis,
jumlah, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat dan lain
sebagainya)
 Peralatan pendukung yang dioperasikan (jenis, spesifikasi
teknis, jumlah, jam kerja operasi, nilai ekonomis alat dan lain
sebagainya)
 Tenaga kerja untuk melakukan operasi (kualifikasi, jumlah,
standar gaji)
 Pengaruh faktor ekskalasi

6.2.3 Pendapatan Penjualan

Pendapatan penjualan (sales revenue) pada suatu periode adalah


besarnya dana yang diterima dari hasil penjualan Bijih Besi bersih
pada periode itu, berdasarkan harga pasar yang berlaku pada saat itu.
Untuk melakukan perhitungan pendapatan penjualan Bijih Besi, maka
produk Bijih Besi dijual dengan harga US $ 700 per ton sesuai dengan
harga pasaran dunia saat ini untuk produk Bijih Besi kualitas
menengah (medium rank iron ore).

Hasil penjualan Bijih Besi per tahun rata-rata sebesar US $


42.000.000,- dimana total pendapatan selama 18 tahun adalah
sebesar US $ 756.000.000,-

6.2.4 Aliran Uang Tunai (Cash Flow)

Pengertian kas dalam rencana investasi proyek penambangan Bijih


Besi adalah nilai uang kontan yang ada dalam perusahaan yang dalam
jangka waktu dekat dapat dipakai sebagai alat pembayaran kebutuhan
finansial dan mempunyai sifat paling tinggi tingkat likuiditasnya. Kas

61
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

bagi kepentingan proyek penambangan Bijih Besi ini dapat


dimanfaatkan untuk kepentingan:

 Pembiayaan proses produksi Bijih Besi


 Pembaharuan barang-barang aktiva atau aset tetap pada kegiatan
investasi
 Pembayaran cicilan dan bunga pinjaman, aneka pajak, iuran,
pungutan dan lain-lain

Selama umur investasi proyek (± 20 tahun) akan terjadi aliran kas


(cash flow). Aliran kas ini akan terdiri dari aliran kas masuk (cash
inflow) dan aliran kas keluar (cash outflow).

Besarnya aliran kas masuk akan sangat ditentukan oleh beberapa


faktor di bawah ini:

 Laba bersih yang diterima oleh perusahaan, baik untung ataupun


rugi
 Pinjaman utang dari bank untuk investasi (60%)
 Penanaman modal investasi dari perusahaan sendiri (40%) atau
dari pemegang saham, dan lain-lain

Sedangkan laba bersih yang diterima oleh perusahaan merupakan


fungsi dari pendapatan yang diterima dan biaya yang harus
dikeluarkan pada kegiatan produksi Bijih Besi. Selisih pendapatan dan
biaya tersebut adalah laba bagi perusahaan. Komponen-komponen
yang menentukan pendapatan dari perusahaan antara lain:

 Nilai penjualan Bijih Besi bersih perusahaan


 Nilai pendapatan bunga atas simpanan bank

Sedangkan komponen-komponen yang menentukan biaya dari


perusahaan antara lain adalah:

 Biaya produksi Bijih Besi sampai dengan siap jual

62
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

 Biaya umum dan administrasi


 Pembayaran bunga pinjaman ke bank
 Pembayaran pajak, iuran, dan lain-lain

Besarnya aliran kas keluar dipengaruhi oleh beberapa komponen di


bawah ini:

 Pembayaran untuk biaya investasi dan modal kerja


 Pembayaran cicilan pokok atas pinjaman ke bank
 Pembayaran kembali investasi dari perusahaan sendiri, dan lain-
lain

Selama masa umur investasi (± 20 tahun), dalam aliran kas proyek


setiap tahunnya akan ditemukan salah satu dari dua macam kondisi,
yaitu kondisi dimana aliran kas masuk lebih besar daripada aliran kas
keluar, sehingga akan terjadi saldo kas (proceeds), dan kondisi dimana
aliran kas masuk lebih kecil dari pada aliran kas keluar sehingga akan
terjadi kekurangan kas (defisit).

A. Nilai Sekarang Bersih Net Present Value atau NPV

Tidak semua aliran kas yang positif akan memberikan gambaran


yang menguntungkan bagi perusahaan, karena ada faktor nilai
waktu dan uang (time value of money), sehingga diperlukan suatu
perhitungan yang dapat menghasilkan gambaran jumlah uang pada
satu titik waktu tertentu yang disebut nilai sekarang bersih (Net
Present Value).

Urutan-urutan yang dilakukan dalam perhitungan Net Present Value


(NPV) dalam proyek penambangan Bijih Besi adalah sebagai
berikut :

63
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

 Menghitung jumlah nilai sekarang bersih (Net Present Value)


dari aliran kas proyek selama 20 tahun pada tingkat diskonto
(discount rate) yang ditetapkan yaitu 12,59%.
 Menghitung jumlah nilai sekarang bersih dari biaya investasi
perusahaan selama 20 tahun dan modal kerja pada tingkat
diskonto yang ditetapkan yaitu 12,59%.
 Hasil perhitungan ini disebut Present Value dari initial outlays
(PV of initial outlays).
 Menghitung selisih antara PV of proceeds dengan PV of initial
outlays yang hasilnya disebut nilai sekarang bersih atau Net
Present Value.

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan maka diperoleh harga Net


Present Value sebesar US $ 4.489,83 (positif) untuk alternatif I
dikerjakan sendiri oleh PT. ISCO Polman Resources, sedangkan
untuk alternatif II dikontrakan dan diperoleh harga Net Present
Value sebesar US $ 10.041,75 (positif) sedangkan pajak yang
harus dikeluarkan oleh PT. ISCO Polman Resources adalah
sebesar US $ 11.451.417,60 untuk alternatif I dan
US $ 18.341.022,90 untuk alternatif II.

6.2.5 Laju Pengembalian Internal (IRR)

Laju pengembalian internal (Internal Rate of Return) adalah laju


pengembalian yang menghasilkan NPV aliran kas masuk - NPV aliran
kas keluar. Penentuan laju pengembalian internal atau IRR ini
dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error).

Pada metode NPV, analisis dilakukan dengan menentukan terlebih


dahulu besarnya laju pengembalian kemudian dihitung nilai sekarang
bersih (NPV) dari aliran kas keluar dan aliran kas masuk. Sedangkan
pada metode IRR, besarnya IRR atau laju pengembalian [diskonto (i)]

64
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

yang dicari adalah yang memberikan kondisi NPV = US $ 4.489,83


(positif).

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka laju


pengembalian internal (IRR) yang memberikan NPV = US $ 4.489,83
(positif) adalah 12,59% untuk alternatif I dan 28,16% untuk alternatif II.
Nilai laju pengembalian internal (IRR) sebesar 12,59% dan 28,16% ini
memberikan gambaran bahwa usulan investasi proyek penambangan
Bijih Besi di wilayah penelitian (± 20 tahun) lebih menarik untuk
dilakukan bila dibandingkan dengan kegiatan menyimpan modal di
bank dengan laju pengembalian yang lebih kecil, sekitar 6%. Artinya,
menanam modal investasi pada proyek penambangan Bijih Besi ini
akan lebih menguntungkan bila dibandingkan dengan menanam modal
di bank.

6.2.6 Waktu Pengembalian Modal

Waktu pengembalian modal (payback period) menunjukkan periode


waktu yang digunakan untuk menutupi kembali modal yang telah
diinvestasikan dengan hasil yang akan diperoleh dari aliran kas bersih
dari investasi tersebut.
Metode ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

 Tidak memberikan gambaran bagaimana situasi aliran kas sesudah


periode pengembalian selesai.
 Tidak mempertimbangkan nilai waktu dan uang, berarti tidak
mengikuti prinsip dasar analisis aspek ekonomi-finansial dalam
mengkaji kelayakan suatu proyek (investasi).
 Tidak memberikan indikasi probabilitas dari unit usaha hasil proyek.

Meskipun banyak kelemahan, tetapi dalam kenyataannya periode


pengembalian masih digunakan secara luas terutama disebabkan oleh

65
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

perhitungannya yang mudah dan cepat untuk menggali informasi


perihal resiko yang kebanyakan investor ingin segera mendapatkan
jawabannya.

Kriteria ini memberikan indikasi atau petunjuk bahwa proyek investasi


dengan periode pengembalian yang lebih cepat akan lebih dipilih.
Dalam memakai kriteria ini, proses yang bersangkutan perlu
menentukan batasan maksimum waktu pengembalian, berarti lewat
waktu tersebut proyek investasi tidak dipertimbangkan.

Untuk pengambilan keputusan pada sebuah investasi dilakukan


perbandingan antara payback yang ditetapkan dengan payback yang
dilaksanakan. Apabila payback period maksimum yang akan investasi,
akan dilaksanakan lebih singkat waktunya dibandingkan dengan
payback period maksimum yang diuraikan, maka investasi itu akan
dilaksanakan. Akan tetapi apabila sebaliknya, maka investasi itu akan
ditolak.

66
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Studi kelayakan ini dilaksanakan dalam kaitannya dengan rencana


permohonan izin eksploitasi Bijih Besi di Kabupaten Polewali Mandar.
Hal-hal yang dikaji ditujukan kepada kondisi teknis dan non-teknis
penambangan, dengan kata lain apakah persyaratan untuk
memperoleh izin tersebut dapat memadai dengan kondisi yang ada
pada saat sekarang.

Kajian ini meliputi keadaan geologi, cadangan dan kualitas,


hidrogeologi, geoteknik, pengolahan, rencana pengangkutan,
lingkungan hidup dan K-3, organisasi dan tenaga kerja, pemasaran
dan investasi serta analisis kelayakan. Adapun hasil studi dapat
disimpulkan sebagai berikut:

1. Wilayah Permohonan

Wilayah yang dieksploitasi seluas ± 1.501Ha terletak di Desa


Tapango, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar,
Provinsi Sulawesi Barat dengan batas koordinat 119° 14' 45" BT -
119° 19' 00" BT dan 003° 18' 59" LS - 003° 19' 59" LS.

2. Geologi dan Endapan Bijih Besi

Hasil analisis geologi bahwa endapan Bijih Besi di daerah sangat


dipengaruhi oleh proses diferensiasi dan segregasi selama

67
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

terjadinya injeksi larutan sisa magma pada stadium pegmatitis-


pneumatolitis atau metasomatis kontak.
Perhitungan cadangan terukur berjumlah 2.916.160,52ton.
Sedangkan tertambang 2.558.341,40ton, dan cadangan
tertambang dengan recovery 90% sebanyak 2.485.738,44ton.

3. Kualitas Bijih Besi

Dari hasil kajian yang berkaitan dengan berbagai analisis dari


contoh-contoh Bijih Besi, maka dapat dikemukakan hal-hal sebagai
berikut:

Keseluruhan kualitas Bijih Besi tertambang mengandung total


belerang (TS) rata-rata 3%, kadar SiO2 7% dan kadar Fe total
rata-rata 45%.

1) Kajian Hidrogeologi dan Hidrologi

 Curah hujan rencana untuk keperluan perhitungan


peralatan penyaliran adalah 60mm.

2) Geoteknik

a) Lereng Tunggal

Berdasarkan analisis kemantapan lereng tunggal dengan


melihat nilai faktor keamanannya serta pertimbangan
teknis penggunaan alat, maka untuk lereng tunggal dapat
direkomendasikan, tinggi lereng (H) 10 m dan sudut lereng
60° dengan Faktor Keamanan > 1,200.

b) Lereng Keseluruhan (Total)

Berdasarkan hasil analisis kemantapan lereng total dengan


melihat faktor keamanannya, maka direkomendasikan
untuk sudut lereng rata-rata adalah 39,5° dengan tinggi (H)

68
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

50 m, memiliki FK > 1,200.

c) Lereng Timbunan

Lereng timbunan yang direkomendasikan adalah dimensi


lereng keseluruhan dengan tinggi lereng (H) 25m dengan
sudut 150, memiliki FK 1,200.

4. Rencana Penambangan
a. Rencana penambangan meliputi:

 Nisbah pengupasan, dilakukan dengan dasar rumus BESR


dengan asumsi harga jual dengan biaya penambangan.
Nilai yang diperoleh adalah BESR = 11,56
 Metode penambangan dilakukan dengan open pit/open
cash dengan pertimbangan faktor-faktor model geologi,
kondisi lapisan Bijih Besi, kondisi lapisan tanah penutup
dan jumlah sumber daya
 Penggalian dikerjakan dengan membentuk jenjang-jenjang

b. Desain Tambang

 Desain tambang mengacu pada potensi sumber daya Bijih


Besi
 Kualitas Bijih Besi
 Harga dan kualitas produk Bijih Besi yang dipasarkan
 Geometri lereng
 Air dalam tambang

c.Analisis Desain

Analisis desain tambang didasarkan atas parameter-parameter


berupa model geologi, sumber daya mineral, aspek
penyebaran Bijih Besi, dan kemantapan lereng.

69
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

d. Bukaan Tambang
Bukaan tambang ada 8 block

e. Sistem dan Tata Cara Penambangan:

 Penambangan dilakukan dengan sistem jenjang-jenjang


dengan mengikuti geometri lereng yang telah ditentukan.
 Persentase perolehan penambangan (recovery) adalah
90%.

f. Tahapan Kegiatan Penambangan

 Operasi pembersihan lahan penambangan


 Operasi penggalian tanah penutup, berupa overburden dan
interburden dilakukan dengan menggunakan excavator dan
bulldozer

g. Penggalian dan pengangkutan Bijih Besi

 Penggalian overburden dilakukan dengan excavator dan


bulldozer
 ROM Bijih Besi diangkut ke crushing plant dan stockpile

h. Penanganan Air Tambang

 Penanganan di tambang dilakukan dengan sistem


penirisan
 Dibuat dump untuk penampungan air dan air di pompa
keluar

i. Jadwal Produksi

Rencana penjualan Bijih Besi pada tahun pertama sebesar


60.000ton dan tahun kedua sebesar 60.000ton. Selanjutnya
pada tahun ketiga 120.000ton dan tahun keempat 120.000ton.
Mengingat faktor kehilangan Bijih Besi pada waktu proses

70
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

penggalian, pemuatan, dan pengolahan, maka produksi Bijih


Besi pada tahun pertama, kedua, ketiga, dan keempat berturut-
turut adalah sebesar 88.571,40ton, 89.083,90ton,
178.167,80ton, dan 177.142,80ton.

j. Umur Tambang
Umur tambang, sesuai dengan kontrak 20 tahun.

5. Pengolahan Bijih Besi


 Bijih Besi produksi operasi penambangan (ROM) dilakukan
proses peremukan untuk mereduksi ukuran di crushing plant
dan produk akhir yang akan di peroleh adalah ukuran ± 22mm
 Proses pengolahan memerlukan pencucian untuk memisahkan
antara tanah yang masih menempel di material Bijih Besi.
Reduction Ratio (RRJ) crusher antara 4 sampai 6 dan
kapasitas produksi sekitar 60.000ton/thn yang terdiri atas 1 unit
crusher : @120ton per jam tonase Bijih Besi ROM yang dapat
diolah per tahun 1.800 jam/tahun x 33,33 ton/jam =
60.000ton/thn.

6. Transportasi dan penimbunan Bijih Besi


 Jalan angkut untuk OB dan ROM masing-masing untuk dump
area dan crushing plant belum dan akan dibuat pada saat
pengerjaan penambangan tersedia. Jalan angkut Bijih Besi ke
crushing plant ini berasal dari tanah dasar yang diperkeras
dengan Iebar 20-30m
 Jarak bukaan tambang ke waste dump berkisar antara 300m
sampai 1200m. Sedangkan jarak angkutan ROM dari bukaan
tambang ke crushing plant antara 720m-525m
 Jalan angkut hasil pengolahan Bijih Besi ke pelabuhan muat
Bijih Besi dengan jarak 40km

71
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi

7. Pemasaran

 Produk Bijih Besi Indonesia yang memenuhi persyaratan yang


diminta konsumen yaitu memiliki kadar Fe total di atas 45%.
Harga Bijih Besi akan tergantung dari situasi dan kondisi
supply-demand.

 Keseluruhan kualitas Bijih Besi tertambang mengandung total


belerang (TS) rata-rata 3%, dan Fe total rata-rata 45%.
7.2 Saran
1. Sebelum masa produksi tahun 2011, disarankan untuk eksplorasi
lanjutan untuk meningkatkan cadangan terukur.
2. Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja agar diperhatikan
dalam kegiatan penambangan.

72

Anda mungkin juga menyukai