Oleh
Yudi Arista Yulanda
NIM. 03042681721006
Dosen
Prof. Dr. Ir. Eddy Ibrahim, MS
FAKULTAS TEKNIK
2018
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
BAB 1
PENDAHULUAN
Bijih Besi mulai dikenal sejak pertama kali ditemukan pada tahun 1843 oleh
Van Wrede. Bijih Besi merupakan salah satu komoditas utama dalam
perdagangan internasional. Hingga saat ini, dalam peradaban manusia yang
sudah jauh lebih maju, kebutuhan akan Bijih Besi semakin meningkat untuk
menunjang industri-industri dunia.
Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan sumber daya mineral yang
melimpah. Diantaranya adalah Batubara, Nickel, Emas, Perak, Timah, Bijih
Besi, dsb. Salah satu pulau di Indonesia yang memiliki cadangan mineral
cukup banyak adalah Pulau Sulawesi.
2
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tujuan kajian adalah untuk mengkaji nilai ekonomis serta layak atau tidaknya
rencana kegiatan penambangan mineral, baik dipandang dari aspek kualitas
dan kuantitas, metode penambangan, peralatan yang digunakan,
penimbunan, transportasi, fasilitas pengolahan, pemasaran, lingkungan dan
K-3, tenaga kerja, sarana dan prasarana penunjang yang diperlukan maupun
biaya investasi.
3
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Ada beberapa hal yang akan diteliti pada kajian ini, yaitu:
1. Kondisi geologi, topografi, kondisi daerah lokasi, keadaan lingkungan,
sarana transportasi dan tenaga kerja
2. Cara atau metode penyelidikan dan peralatan yang digunakan
3. Kondisi endapan mineral Bijih Besi yang meliputi kedudukan dan
penyebarannya, kuantitas dan kualitasnya
Dalam rangka penambangan mineral Bijih Besi ini, maka diperlukan data
tambahan untuk mendukung teknis penambangan. Adapun data tambahan
yang diperlukan adalah data pengamatan lapangan secara langsung dan data
yang berkaitan dengan geologi teknik. Data ini beserta pengolahannya
diperlukan untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi hidrologi,
hidrogeologi dan kestabilan lereng. Untuk kegiatan penyelidikan geologi
teknik (geoteknik), pihak perusahaan telah melakukan pemboran dengan
kedalaman 130m.
Dari data sekunder yang telah tersedia dan tambahan data lapangan beserta
data geoteknik dan hidrogeologi, maka lingkup kajian akan meliputi:
4
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Dari uraian tersebut di atas, maka kegiatan pekerjaan kajian akan berbagai
kondisi kegiatan penambangan yang akan dilakukan adalah sebagai berikut:
A. Geologi Tambang
1. Tujuan
Kajian geologi tambang bertujuan mengevaluasi data geologi yang tersedia
baik yang lama maupun yang baru termasuk data bor sehingga dapat
digunakan untuk desain tambang.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Kajian topografi/morfologi
b. Stratigrafi
c. Struktur geologi
d. Pemetaan penyebaran mineral Bijih Besi
e. Pemetaan ketebalan lapisan penutup di daerah tambang terbuka
f. Kondisi pit
g. Cadangan mineral Bijih Besi
B. Geoteknik
1. Tujuan
Pengujian geoteknik bertujuan untuk menentukan sifat fisik dan mekanik baik
batuan yang menyusun overburden, interburden dan batuan dasar maupun
lapisan mineral Bijih Besi. Hasil pengujian diperlukan untuk lanjutan
perancangan tambang terbuka terutama dalam penentuan geometri lereng.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Pengujian geoteknik
Pengujian sifat fisik
Pengujian ultrasonik
Pengujian kuat tekan uniaxial
Pengujian geser langsung
b. Analisis kestabilan lereng
5
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
1. Tujuan
Kajian hidrologi dan hidrogeologi bertujuan untuk menganalisis pengaruh air
tanah terhadap tambang, mempelajari fluktuasi muka air tanah dan
mempelajari karakteristik aquifer. Data ini dipergunakan sebagai masukan
untuk lanjutan perancangan sistem pengaliran tambang.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Analisis data hidrologi dan hidrogeologi
b. Perancangan sistem pengaliran tambang yang sesuai dengan strategi
dan sistem penambangan yang direncanakan
1. Tujuan
Analisis kualitas mineral Bijih Besi bertujuan untuk menentukan kualitas
lapisan-lapisan mineral Bijih Besi yang potensial untuk pengeboran. Data ini
sangat berguna untuk mengantisipasi permintaan pihak konsumen.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Nilai kadar Fe
b. Kandungan Sulfur
c. Kandungan Aluminium
d. Kandungan Silica
E. Perencanaan Tambang
1. Tujuan
Perencanaan tambang terbuka bertujuan untuk melakukan penambangan
mineral Bijih Besi di batas elevasi yang masih menguntungkan.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Evaluasi geometri lereng
b. Penentuan batas tambang
baik ke arah lateral maupun vertikal
6
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
c. Perhitungan nisbah
pengupasan
d. Perencanaan jadwal produksi
e. Perencanaan pembuangan
tanah penutup
f. Perencanaan peralatan
g. Perencanaan peledakan
1. Tujuan
Kajian pengolahan mineral Bijih Besi bertujuan untuk memisahkan mineral
berharga (Bijih Besi) dari pengotor (impurities) sebagai produk siap jual.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Evaluasi kapasitas crushing plant
b. Jumlah crushing plant yang diperlukan
c. Kapasitas stockpile di crushing plant
d. Kapasitas stockpile siap jual di tujuan akhir atau pelabuhan
H. Kelayakan Ekonomi
1. Tujuan
Kajian kelayakan ekonomi bertujuan untuk menilai kelayakan endapan
mineral Bijih Besi di daerah PT. ISCO Polman Resources secara ekonomi.
2. Lingkup Pekerjaan
a. Perencanaan organisasi dan tenaga kerja
b. Analisis pasar mineral Bijih Besi
c. Analisis ekonomi
d. Analisis finansial
e. Analisis ekonomi pasca penambangan dan reklamasi
Metode studi yang digunakan dalam pekerjaan ini adalah sebagai berikut:
7
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Studi kelayakan ini disusun sebagai salah satu syarat pengajuan permohonan
izin eksploitasi. Diharapkan hasil studi ini mendapat respon positif dari pihak
yang berwenang sehingga dapat melanjutkan ke tahap eksploitasi (operasi
produksi) sekaligus dapat menciptakan tambahan tenaga kerja baru, serta
akan berperan meningkatkan dukungan terhadap perekonomian. Khususnya
kepada masyarakat di sekitar lokasi tambang, perekonomian daerah serta
perekonomian negara pada umumnya.
8
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
BAB 2
GEOLOGI & ENDAPAN BIJIH BESI
Geologi daerah penelitian termasuk dalam Lembar Majene dan bagian barat
Lembar Palopo. Secara geologi regional, tersusun oleh batuan Terobosan
(Tmpi) pada bagian timur, yang litologi umumnya batuan beku bersusun asam
sampai menengah, seperti Granit, Granodiorit, Diorit, Syenit, Monzonit,
Kwarsa, dan Rhytolit. Umurnya diduga Pliosen karena menerobos batuan
gunung api Waylimbong yang berumur Mio-Pliosen. Sedangkan bagian barat
daya disusun oleh satuan alluvium (Qa) berupa Lempung, Lanau, Pasir dan
Kerikil. Umurnya diperkirakan Holosen.
Bagian utara, selatan sampai timur disusun oleh batuan gunung api
Waylimbong (Tmpv), berupa lava bersusunan basalt sampai andesit,
sebagian Lava Bantal, Breksi Andasit Trachit, mengandung Feldspatoid di
beberapa tempat, diperkirakan diendapkan di lingkungan laut, diduga
berumur Mio-Pliosen karena menjemari dengan formasi skala yang berumur
Miosen tengah – Pliosen, tebalnya ratusan meter. Umur diperkirakan Pliosen
awal sampai Miosen akhir.
9
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Survei lapangan dilakukan oleh PT. ISCO Polman Resources. Pada beberapa
singkapan batuan yang dijumpai, terdapat beberapa lokasi ditemukannya
endapan lepas magnetit baik berupa stockworks maupun lepas-lepas
berukuran gravel hingga boulder. Bijih Besi yang ditemukan berwarna segar
hitam, pucat, warna lapuk hitam kecoklatan, kilap kusam, padat,
belahan/fracture concoidal, walaupun masih terdapat rekahan yang tupis,
streak/goresan hitam, sifat magnet sedang hingga kuat.
10
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
2.3 Stratigrafi
1. Satuan Meta-sedimen
2. Satuan Vulkanik
3. Satuan Granit
Satuan ini menempati sekitar 20% di bagian timur-laut sampai utara daerah
penelitian dan membentuk morfologi perbukitan terjal. Umumnya tersingkap di
lereng-lereng bukit terjal dan terganggu oleh adanya struktur. Satuan ini
disusun oleh serpih yang termetamorfisme lemah dan setempat dijumpai
adanya sufficed rock.
11
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Setempat dijumpai proses silisifikasi dan proses backing effect terutama pada
zona kontak dengan batuan intrusi granit yang ada di daerah penelitian.
Oksida besi dan mineral-mineral yang kaya akan ferromagnesium lainnya
hadir akibat adanya proses hidrothermal yang dibawa oleh intrusi batuan
beku pada batuan disekelilingnya. Silicified dijumpai menunjukkan warna
segar coklat kemerahan, umumnya dijumpai pada zona struktur dan kontak
dengan batuan intrusif, struktur non-foliasi, komposisi mineral kwarsa,
umumnya dijumpai dalam bentuk bongkah- bongkah. Satuan ini merupakan
bagian dari Formasi Latimojong (Kls) yang berumur Kapur berdasarkan hasil
penelitian dari Djuri & Sudjatmiko, 1998.
Satuan ini dapat dijumpai di bagian barat memanjang sampai ke barat laut
dan menempati sekitar 30% daerah penelitian. Kondisi singkapan pada
umumnya mengalami pelapukan terutama di bagian permukaan. Disusun
oleh tufa dan intrusi andesit dengan kenampakan lapangan menunjukkan
warna segar coklat kekuningan dan putih keabu-abuan apabila lapuk, tekstur
vulkanikasi, struktur berlapis, komposisi mineral berupa material vulkaniklasi,
feldspar~plagioklas dan biotit. Dijumpai mineralisasi mineral yang bersifat
ferromagnesiun seperti Bijih Besi dan Hematit dalam jumlah sedikit yang
terkandung dalam veins kwarsa terutama di zona-zona kontak batuan intrusif.
Umur satuan batuan ini adalah Miosen - Pliosen yang didasarkan pada peta
geologi regional (Djuri, dkk, 1974).
Satuan Granit menempati hampir sekitar 50% dari luas daerah penelitian,
memanjang di bagian utara sampai selatan dan barat yang membentuk
satuan morfologi perbukitan bergelombang. Bersifat intrusif dengan jenis dike
yang memotong perlapisan batuan sedimen disekitarnya. Kenampakan fisik
berwarna coklat hingga kuning kecoklatan berstruktur non-foliasi. Secara
12
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
petrologi Granit yang dijumpai terbagi menjadi beberapa macam antara lain
granit-biotit dan granit.
Mineral ubahan yang dijumpai setempat berupa mineral lempung dan klorit
yang berasal dari plagioklas serta biotit dan sebagian telah berubah menjadi
oksida besi. Kondisi singkapan Granit umumnya lapuk, terutama pada bagian
selatan. Granit biotit banyak tersebar di daerah selatan dengan warna
umumnya abu-abu, sedangkan untuk Granit dijumpai hampir di semua daerah
penelitian yang menunjukkan variasi warna abu-abu dan abu-abu kemerahan.
13
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Gambar 2.1
Peta Geologi Regional
14
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
15
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
baik pada batuan beku sebagai batuan induknya maupun pada batuan
samping yang ikut terpengaruh karena proses magmatisme tersebut.
16
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Batuan intrusi granit yang tersingkap dan melampar sangat luas pada daerah
eksplorasi dan sekitarnya diperkirakan merupakan sebuah massa plutonik
besar yang keberadaannya juga berhubungan atau merupakan bagian dari
proses pembentukan pegunungan di kawasan ini. Karena proses tektonik dan
erosi yang berlangsung terus-menerus, massa plutonik ini kemudian
tersingkap ke permukaan yang kemudian disebut dengan tubuh batholit
granit.
17
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Indikasi mineralisasi yang dijumpai terutama berupa tubuh bijih (ore body)
yang sangat kompak atau dikenal dengan endapan bijih massif (massive ore).
Endapan ini umumnya dicirikan oleh tekstur yang kasar - sangat kasar,
dimana komposisi mineral utama terdiri dari magnetit yang saling tumbuh
bersama (intergrowth) dengan hematite. Kandungan minor minerals lainnya
yang dijumpai dalam persentasi sangat kecil terutama terdiri dari copper
minerals (malacite dan azurite), serta kwarsa yang umumnya hadir dalam
bentuk urat-urat halus - sangat halus (veinlet dan microveinlet). Bentuk
endapan secara umum memperlihatkan kesan menyerupai lapisan/layer
(stratiform) ataupun bentuk melensa (fensis) dengan ketebalan bervariasi
antara 0,25-2,4meter, kadang-kadang memperlihatkan struktur crustified,
banded dan comb yang umumnya berasosiasi dengan kehadiran mineral
silica.
Kondisi endapan seperti ini secara genetik sangat dipengaruhi oleh proses
segregation, dimana mineralisasi logam terakumulasi dan terkumpul pada
tempat-tempat tertentu, terutama pada zona rekahan maupun zona-zona
lemah lainnya yang terdapat pada tubuh batuan plutonik ataupun pada
batuan samping (country rock). Proses segregation pada mineral-mineral
logam dapat saja terjadi selama differensiasi magma berlangsung atau saat
terjadinya injeksi larutan sisa magma pada kondisi temperatur dan tekanan
cukup tinggi. Kondisi seperti ini sangat mungkin terjadi dimana diferensiasi
magma berada pada stadium pegmatitis-pneumatolitis.
Kehadiran copper minerals dan minor minerals lainnya yang hadir sebagai
gangue dalam tubuh bijih (ore body) dapat disebabkan oleh proses ubahan
(alteration) ataupun proses penggantian/subsitusi mineral (replacement) yang
terjadi selama injeksi larutan sisa magma berlangsung. Pada kondisi tersebut
diperkirakan komposisi larutan sisa magma akan semakin asam dengan
komponen utama terdiri dari unsur-unsur volatil berupa gas dan uap. Unsur-
unsur volatil tersebut akan bergerak menerobos batuan plutonik granit yang
telah ada, serta batuan samping di sekitarnya (Serpih dan Riolitik). Unsur-
unsur tersebut akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi dari
gas dan uap yang dikandungnya atau karena reaksi yang terjadi antara unsur
18
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
volatil tersebut dengan batuan yang diterobosnya, termasuk tubuh bijih (ore
body) yang telah terbentuk sebelumnya. Proses sublimasi ataupun reaksi
yang terjadi bisa saja menyebabkan terjadinya mineralisasi atau
pembentukan jebakan mineral baru yang disertai dengan terjadinya alteration
dan replacement pada mineral-mineral yang telah terbentuk. Jebakan mineral
yang terbentuk oleh proses sublimasi dan reaksi unsur volatil (gas dan uap)
tersebut dikenal dengan endapan pneumatolitis atau metasomatis kontak.
19
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
20
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Zona-1:
Terdiri dari 2 lapisan/layer:
o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 4,5meter
o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter
Perkiraan panjang total adalah ± 900meter membentang dari timur ke
barat
Perkiraan kedalaman > 200meter
Zona-2:
Terdiri dari 2 lapisan/layer:
o Lapisan ke-1 dengan lebar/ketebalan = ± 1,5meter
o Lapisan ke-2 dengan lebar/ketebalan = ± 1,2meter
Metamorphic
Gambar 2.2
Hasil Studi Geologi PT. ISCO Polman Resources
Keterdapatan Zona 1 dan Zona 2
21
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
22
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tabel 2.1
Jumlah Cadangan Tertambang
Tahun Cadangan Tertambang Cadangan Layak Jual
Nisbah
Bijih Besi T. Penutup T. Penutup Pengupasan
Bijih Besi (Ton)
(Ton) (BCM ) (BCM)
2010 88.571,40 207.257,08 60.000 140.400 2,34
2011 89.083,90 327.828,75 60.000 220.800 3,68
2012 178.167,80 538.066,76 120.000 362.400 3,02
2013 177.142,80 543.828,40 120.000 368.400 3,07
23
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
24
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
BAB 3
PENAMBANGAN
Memilih metode penambangan tambang terbuka yaitu dengan open pit mining
untuk melaksanakan penambangan Bijih Besi ini. Metode tambang terbuka
dipilih berdasarkan pertimbangan faktor-faktor teknis yang mencakup model
geologi, kondisi lapisan Bijih Besi (strike, dip, thikness). kondisi lapisan
penutup (overburden) serta pertimbangan jumlah sumber daya Bijih Besi.
Metode penambangan ini menggunakan kombinasi back hoe dan dump truck
serta bulldozer. Sebagai alat bantu, ini memiliki kelebihan dalam fleksibilitas
dan selektivitas penambangan, antara lain seperti:
Open pit merupakan teknik penambangan Bijih Besi yang dinilai cocok dan
sesuai untuk diterapkan. Teknik penambangan open pit mining ini adalah
dengan melakukan penggalian Bijih Besi pada batas-batas penambangan (pit
limit) dari arah singkapan (crop line) menuju ke bawah searah dengan
kemiringan lapisan Bijih Besi (down dip).
25
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Cadangan Bijih Besi tertambang tanpa faktor losses adalah 2.919.079,6 ton
yang terbagi dalam 8 block. Setiap block memiliki kuantitas dan kualitas Bijih
Besi berbeda dengan block lainnya. Keseluruhan kualitas Bijih Besi belerang
mengandung total belerang (TS) rata-rata ± 3%, dengan kadar total rata-rata
± 45%.
26
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Karakteristik Bijih Besi yang akan dijual oleh perusahaan dengan karakteristik
Bijih Besi yang dimiliki oleh perusahaan akan menentukan jenis kegiatan
pengolahan yang dilakukan, untuk memperoleh kualitas produk yang
diinginkan. Beberapa alternatif proses pengolahan di antaranya adalah:
Hasil uji geoteknik dari formasi lapisan penutup Bijih Besi dapat dilihat pada
bab III (Kajian Geoteknik dan Hidrogeologi) dimana batuan pembentuk lereng
tambang didominasi oleh batu Granit.
27
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
28
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
b. Prosedur Pengukuran
1. Tentukan titik patok tetap pada lokasi yang stabil dan menetap
(tidak dipindahkan) selama patok tetap difungsikan. Bila perlu
patok tetap dipasang dudukan (pondasi) agar kuat dan tidak
mudah digeser.
2. Catat rekaman posisi geografis atau diikat dengan titik
triangulasi terdekat atau titik lainnya yang digunakan sebagai
referensi posisi patok tetap.
3. Tentukan dan tanam titik patok gerak, pada posisi lahan/tanah
yang berpotensi longsor. Untuk memperoleh hasil yang lebih
akurat, sebaiknya patok gerak dibuat lebih dari satu, pada lahan
yang sama.
4. Ukur jarak antara patok tetap dengan patok gerak dengan
ketelitian maksimum sesuai dengan spesifikasi teknis alat ukur
yang digunakan.
5. Catat jarak antara patok tetap dengan patok gerak. Lakukan
pengukuran ulang (cek) untuk kepastian data pengukuran awal.
Catatan jarak antara kedua patok tersebut dalam kepekaan ukur
minimal dinyatakan dalam mm.
6. Untuk mendeteksi gerakan tanah, pengukuran dapat dilakukan
selang tiap 3 hari atau lebih selama musim kemarau. Untuk
musim penghujan pengukuran minimal sehari sekali atau bila
perlu dilakukan setiap interval 6 jam (tergantung keperluan dan
keadaan yang dianggap darurat).
7. Bila pengukuran berkala dilakukan pada waktu yang lama,
disarankan kedua patok tersebut terbuat dari logam tahan karat.
8. Jika dalam pengukuran terjadi selisih jarak secara signifikan
(misal > 10mm), segera laporkan kepada penanggung jawab
(Kepala Teknik Tambang) untuk ditindaklanjuti.
29
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Dari hasil uji geoteknik tersebut di atas, maka dapat dihitung Faktor
Keamanan (FK) dari setiap jenjang yang direncanakan pada block
penambangan untuk setiap sudut kemiringan lereng. Dengan sudut lereng
tunggal sebesar 250 dan sudut secara keseluruhan sebesar 15° maka
timbunan tanah penutup masih stabil sampai ketinggian timbunan sebesar
25meter.
Pengaruh sungai dan anak sungai dari segi keberadaannya jelas akan
menjadi faktor pembatas luas daerah yang akan ditambang (block area), dan
perlu diantisipasi sebagai sumber air rembesan (seepage) baik melalui
lapisan aquifer ataupun rekahan yang ada. Hal ini sedikit banyak akan
mengganggu kegiatan penambangan.
Air hujan termasuk air permukaan yang harus diperhitungkan karena air yang
masuk daerah tambang secara langsung ataupun sebagai air limpasan dapat
menimbulkan genangan sehingga mengganggu operasional penambangan,
secara keseluruhan akan menurunkan efisiensi kerja. Disamping itu bila tidak
ditangani dengan baik dapat menjadi sumber pencemaran air (water
pollution).
30
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
31
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Run Of Mine (ROM) ke Iron ore Processing Plant (GPP) berkisar antara 146m
sampai 439m.
- Keterbatasan peralatan
- Kondisi perlapisan pembentuk Bijih Besi
- Struktur geologi
- Morfologi daerah tambang
- Kualitas produk yang diinginkan
32
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
33
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Dump truck sebagai alat angkut akan mengangkut tanah penutup dari
daerah penambangan menuju lokasi penimbunan (dumping area),
yang telah direncanakan di daerah dengan morfologi lembah atau
34
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
datar yang ada di lokasi terdekat. Timbunan tanah penutup ini akan
diatur secara berjenjang dengan menggunakan dozer shovel dan
selanjutnya akan ditutup dengan lapisan tanah subur (top soil) untuk
persiapan proses penanaman bibit pohon (revegetasi).
35
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Besi dan tanah penutup yang keras, maka akan dipergunakan stone
breaker untuk memberaikan material tersebut.
Gambar 3.1
Desain Pit
36
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Di pelabuhan muat Bijih Besi, Bijih Besi siap jual tersebut akan
ditumpuk di area stockpile pelabuhan. Dari sini Bijih Besi akan
diangkut oleh dump truk HT 130 ke atas tongkang.
Sumber air tambang selain berasal dari air tanah, juga terutama dari air
hujan. Dari data curah hujan dan hari hujan yang ada (lihat tabel 2.2), terlihat
bahwa lokasi tambang memiliki curah hujan yang cukup tinggi yaitu
maksimum 28,759mm perhari. Selanjutnya dalam perhitungan untuk drainase
tambang, diambil curah hujan maksimum yang mungkin terjadi yaitu sebesar
60mm per jam, sehingga untuk luas permukaan kerja sebesar 100mx100m,
maka debit air hujan akan mencapai 600m 3 perjam.
37
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tabel 3.1
Debit Air di Lokasi Tambang
Nama Lokasi Tambang Debit Air
Tapango 4,43
Tabel 4.2
Perhitungan Dimensi Settling Pond di Areal Tambang
Mining Block
No. Parameters Remarks
1-5
A. KECEPATAN PENGENDAPAN PARTIKEL
1. Ukuran partikel (lempung - lanauan) ( D ) 9,91E-Q5 m
2. Viskositas kinematik (u) 7,10E-07 m2/s
3. Specific gravity padatan (SG) 1,0127
4. Kecepatan pengendapan partikel (V) 8,95E-Q5 m/s
B. DIMENSI KOLAM PENGENDAPAN
1. Luas areal bukaan tambang (A) 7,8 Ha
2. Debit yang masuk block (Q) 105.479,56 m3/hari
3. Luas minimum kolam pengendapan yang 36 Ha
dibutuhkan
4. Kedalaman kolam pengendapan 7,73 m
38
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tabel 3.3
Pemilihan Jenis Peralatan
No. Nama Peralatan Merk Jumlah
1. Excavator Caterpillar, Komatsu 3 unit
2. Bulldozer Caterpillar 3 unit
3. Wheel Loader Caterpillar 4 unit
4. Road Grader Komatsu 1 unit
5. Dump Truck Hino Jumbo Ranger 10 unit
Jumlah 21 unit
Dari tabel tersebut, dapat dilihat bahwa jenis peralatan utama penambangan
yang mutlak dipergunakan adalah excavator, dump truck dan bulldozer.
A. Excavator
Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut alat gali muat. Pada
operasi penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas
sebagai berikut:
39
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
B. Dump Truck
Alat ini berdasarkan fungsi utamanya sering disebut truk jungkit dan pada
operasi penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas
sebagai berikut:
40
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
C. Bulldozer
Alat ini fungsi utamanya adalah alat gali, dorong dan gusur. Pada operasi
penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai
berikut :
41
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
D. Wheel Loader
Alat ini fungsi utamanya adalah alat muat. Akan tetapi dapat berfungsi
pula sebagai alat dorong dan pada operasi penambangan akan
digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
Jenis atau tipe wheel loader yang akan digunakan adalah Caterpillar LW
220.
Tabel 3.4
Jenis Peralatan Utama Penambangan
Jenis Kegiatan Nama Alat Type
Pembersihan lahan Bulldozer Cat. D 6 G
Pembuatan jenjang, Pendamping Bulldozer Cat. D 6 G
excavator
Penggalian dan Pemuatan Tanah Penutup Excavator ( Back hoe ) PS 125
Penggalian dan Pemuatan Bijih Besi Excavator ( Back hoe ) PC 320
Pengangkutan Tanah Penutup Dump Truck PS 125
Pengangkutan Bijih Besi Produk Dump Truck PS 130
Pemuatan Bijih Besi di stockpile Wheel Loader Cat. LW 220
42
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tabel 3.5
Jumlah Kebutuhan Peralatan Utama Operasi Penambangan Bijih Besi
Jumlah Pemindahan Tanah
Tahun Jumlah Penambangan Bijih
Tanah Penutup
Bijih Bijih Besi
Penutup
Besi (ton)
(BCM) PC 320 D PS 125 t > 7R PC 320 D HT 130
2011 60.000 140.400 1 2 1 1 2
2012 60.000 220.800 1 2 1 1 3
2013 120.000 362.400 1 1 1 1 3
2014 120.000 368.400 1 1 1 1 1
Jumlah hari kerja kalender adalah sebesar 365 hari per tahun
dan jumlah jam kerja kalender adalah sebesar 24 jam per hari,
dan juga memperhitungkan hari hujan.
Jumlah hari tidak efektif dihitung sebagai berikut (lihat tabel 3.6 dan tabel 3.7)
43
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tabel 3.6
Persentase Jam Tidak Bekerja Karena Hari Hujan
Data Cuaca Persentase Keterangan
- Bulan hujan 7,00 bulan/tahun
- Bulan kering 5,00 bulan/tahun
Bila jam kerja/ hari: 24,00 jam/hari
30,00 hari/bulan
720,00 jam/bulan
Maka:
- Jam kerja di bulan hujan (a) 5.040,00 Jam/tahun
- Jam Kerja di bulan kering (b) 3.600,00 jam/tahun
Jam Kerja:
Sehingga:
- Total Jam Kerja (a.2) + (b.2) 6.948,00 jam/tahun
44
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tabel 3.7
Jam Kerja Efektif
No. Deskripsi Quantity Keterangan
1. Hari Kalender / tahun 365.00 hari/tahun
2. Hari Minggu (untuk ganft shift) 26,00 hari/tahun
3. Hari Libur Nasional 6,00 hari/tahun
4. Jumlah hari libur 32,00 hari/tahun
5. Hari kerja / tahun 333,00 hari/tahun
6. Ketersediaan jam kerja / hari 24,00 jam/hari
7. Ketersediaan jam kerja / tahun 7.992,00 jam/hart
8. Waktu hilang yang direncanakan / hari
- Istirahat / makan 2,00 jam/hari
- Ganti shift 1,00 jam/hari
- Persiapan 0,50 jam/hari
- Shift malam (spesial) 1,00 jam/hari
Jumlah 4,50 jam/hari
9. Waktu hilang yang direncanakan / tahun 1.498,50 jam/hari
10. Shalat Jumat (1,5 jam / minggu) 78,00 jam/tahun
11. Waktu hilang yang direncanakan / tahun 1.576,50 jam/tahun
12. Ketersediaan jam / tahun 6.415,50 jam/tahun
13. Waktu hilang tidak direncanakan
a. Faktor Hujan (%) 19,58%
b. Faktor Main (%) 2,00%
c. Jumlah (%) 21,58%
14. Ketersediaan waktu karena waktu yang 78,00%
hilang (tidak direncanakan)
jam kerja /tahun 5.030,82 jam/tahun
15. Ketersediaan Mekanis
a. Faktor pemeliharaan (%) 92,00%
b- Faktor perbaikan (%) 92,00%
c. Total (%) 84,64%
17. Total jam kerja efektif/ tahun 4.258,09 jam/tahun
18. Jam kerja efektif /tahun (dibulatkan) 4.300 jam/tahun
Dengan demikian jumlah hari kerja efektif per tahun adalah sebesar
4.300 jam per tahun.
45
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
BAB 4
PENGOLAHAN BIJIH BESI
Proses penghancuran/pemecahan
Proses klasifikasi ukuran fraksi
Proses penanganan pemindahan Bijih Besi antar lokasi
Pengolahan Bijih Besi secara garis besar adalah proses peremukan Bijih Besi
sampai ukuran ± 22mm.
Untuk gambaran proses reduksi ukuran Bijih Besi dapat dilihat diagram
alir (flow chart) seperti terlihat pada gambar 5.1. Dalam diagram alir
tersebut digambarkan urutan proses-proses yang berlangsung.
46
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
dalam kondisi tertentu ada yang berukuran lebih dari ± 600mm, maka
terlebih dahulu harus dengan manual dengan menggunakan breaker
sampai memiliki ukuran maksimum ± 600mm.
47
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Dari VGF batuan yang berukuran lebih kecil atau sama dengan
400x600mm dimasukan ke dalam jaw crusher PE400x600.
Dari jaw crusher PE400x600 keluar hasil dengan ukuran (rata-rata)
± 100x200mm.
Dari jaw crusher PE400x600 dimasukkan ke dalam jaw crusher
P250x750 dengan feed opening ± 100x200mm, dengan bantuan
belt conveyor.
Dari jaw crusher P250x750 akan menghasilkan ukuran
± 20x30mm, kemudian dibawa ke hammer crusher dengan
bantuan belt conveyor.
Hasil ukuran dari hammer crusher diharapkan ± 2mm.
Tahap berikutnya feed dialirkan ke jigger dengan bantuan belt
conveyor untuk memisahkan mineral Bijih Besi dan pengikutnya
berdasarkan berat jenisnya.
Tabel 4.1
Peralatan Reduksi Ukuran Bijih Besi Pada Unit Pengolahan Bijih Besi
No. Peralatan Spesifikasi Unit
Jaw Crusher PE 400 x 600, 160 t0/jam. 65 KVA,
1. Primary Crusher 1
Feed Opening = (400 x 600 ) mm
Jaw Crusher P 250 x 750,160 ton/jam, 45 KVA,
3. Secondary Crusher 1
Feed Opening = ( 100 x 200 ) mm
5. Hammer Crusher Feed Opening = 20 x 30 mm 1
6. Jigger Feed Opening = 150 mm x 200 mm 1
Belt 60 cm x 4 ply, motor 5 Hp x 3 phase, ban mobil (kijang), spasi
7. Belt Conveyor 10
roller 70 cm, chain RS 100, Gear box type 100 ; 1 : 3.
48
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Stockpile I
Hopper
Hammer Crusher
Vibrating Screen
Stockpile Stockpile
(kadar tinggi) (kadar rendah)
Jigger
Gambar 4.1
Flow Chart Pengolahan
49
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
BAB 5
PEMASARAN
50
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Tabel 5.1
Konsumsi Baja Perkapita 2005 - 2006
Kawasan Kg/Kapita
Indonesia 26,2
Vietnam 65,9
Thailand 204
Malaysia 278,9
Korea 995,8
Sumber : ICB 2005/2006
Saat PT. Krakatau Steel sebagai salah satu perusahaan yang bergerak
dibidang baja berencana untuk membangun pabrik pengolahan baja di
daerah Kalimantan Timur dengan kapasitas 700.000ton per tahun, dan
hingga PT. ISCO Polman Resources sendiri masih sangat
membutuhkan material dasar untuk menghasil baja tersebut. Dan Bila
dilihat dari kebutuhan baja antara penduduk Indonesia dan negara
Asia lainnya, maka peluang usaha ini masih sangat menjanjikan, saat
ini konsumsi baja masyarakat Indonesia hanya 10 persen dari
konsumsi masyarakat Malaysia.
Saat ini sekitar 70 pabrik baja di Cina yang tergabung dalam asosiasi
pengusaha baja dan importer metal dan kimia, menaikkan kebutuhan
51
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
impor mereka yang pada tahun 2006 hanya sebesar 270 *juta ton
pertahun menjadi 325 juta ton tahun 2007 atau hampir setengah
produksi Bijih Besi dunia, dan diperkirakan tahun depan akan
mengalami peningkatan sebesar 28,89% lagi.
Jumlah Bijih Besi yang akan diekspor sebanyak 100% dari total Bijih
Besi, mengingat saat ini pabrikasi pengolahan Bijih Besi dalam negeri
yang sejogyanya akan dibangun oleh PT. ISCO Polman Resources dan
perusahaan dari Cina ini masih dalam tahap pembangunan.
Harga Bijih Besi per ton FOB bervariasi walaupun kualitas (nilai kadar Pb)
sama. Harga-harga tersebut merupakan harga berdasarkan kontrak yang
memiliki jangka waktu. Harga standar kadar 40%-45% rata-rata sebesar
40 - 43 US dollar FOB.
52
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
BAB 6
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
6.1 Investasi
6.1.1 Modal Tetap
A. Pengurusan Perizinan
B. Peralatan Utama
53
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
1. Pembersihan lahan
2. Pengupasan dan pemindahan tanah atas (top soil)
3. Penggalian dan pemindahan tanah penutup (overburden)
4. Penggalian dan pengangkutan Bijih Besi ke penimbunan
(stockpile)
C. Sarana Penunjang
54
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Motor grader
2. Kegiatan perawatan jalan angkut dan perbengkelan yang
memerlukan:
55
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Kolam pengendap
Kolam pengontrol
Bibit tanaman
Zat Kimia dan additive
Alat deteksi sederhana
56
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
57
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
1. Biaya eksplorasi
2. Biaya studi kelayakan
3. Biaya studi UKL-UPL
4. Biaya studi geoteknik dan hidrologi
58
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
Ongkos pemindahan Bijih Besi dari raw iron ore stockpile ke unit
crushing plant
Ongkos reduksi ukuran di unit crushing plant
Ongkos pemindahan Bijih Besi ke product iron ore stockpile siap
untuk dijual. Biaya produksi langsung digunakan untuk
membiayai semua kegiatan yang langsung berhubungan
dengan operasi untuk menghasilkan produk Bijih Besi.
Sedangkan biaya produksi tidak langsung, digunakan untuk
membiayai semua kegiatan yang tidak langsung berhubungan
dengan proses produksi.
59
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
60
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
61
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
62
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
63
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
64
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
65
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
66
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Wilayah Permohonan
67
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
2) Geoteknik
a) Lereng Tunggal
68
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
c) Lereng Timbunan
4. Rencana Penambangan
a. Rencana penambangan meliputi:
b. Desain Tambang
c.Analisis Desain
69
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
d. Bukaan Tambang
Bukaan tambang ada 8 block
i. Jadwal Produksi
70
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
j. Umur Tambang
Umur tambang, sesuai dengan kontrak 20 tahun.
71
Studi Kelayakan Penambangan Bijih Besi
7. Pemasaran
72