PENDAHULUAN
Perlu diketahui bahwa mangan merupakan salah satu bahan galian yang
dibutuhkan dalam industri baja, mangan merupakan bahan baku pembuatan baja
Dalam pemanfaatan mangan global, 85% mangan digunakan untuk paduan baja
(manganese alloy). Bahkan sejak tahun 2020, permintaan mangan global terus
meningkat seiring dengan meningkatnya produksi baja. Dalam setiap ton baja,
konsumsi mangan mengalami peningkatan dari 0,69% menjadi 0,75% pada
periode 2010 – 2015, sedangkan setiap tahun permintaan baja meningkat ±5,2%,
sehingga pada tahun 2030 diproyeksikan permintaan mangan untuk paduan baja
mencapai 23 juta ton. (Kementrian ESDM 2020)
1
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari kegiatan penambangan yang dilakukan PT McMangan
adalah menciptakan manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, baik
masyarat sekitar maupun masyarakat luas.
1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan pertambangan yang dilakukan PT McMangan adalah
1. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar daerah penambangan
sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.
2. Mengkaji berbagai aspek seperti geologi, estimasi sumberdaya dan cadangan,
geoteknik, hidrologi, hidrogeologi, lingkungan, kelayakan ekonomi.
3. Merencanakan kegiatan penambangan secara teknis, lingkungan, dan
ekonomis agar dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja.
2
menggabungkan semua data, baik data primer yang diperoleh secara langsung dari
lapangan, maupun data sekunder, meliputi:
1. Keadaan Umum
Keadaan umum untuk mengetahui gambaran keadaan monografi, fisiografi dan
lokasi kesampaian daerah, serta menelaah dan mengevaluasi data geologi dan data
pengambilan conto sebagai base data untuk kajian selanjutnya, sedangkan ruang
lingkupnya meliputi: peta litologi daerah tersebut, bentuk penampang geologi dan
peta kontur struktur, geologi struktur, peta penyebaran kualitas mangan dan
estimasi cadangan mangan.
2. Geoteknik
Mengkaji data-data geoteknik yang mencakup sifat fisik dan sifat mekanik
mangan yang diperoleh dari pengujian-pengujian geoteknik sebagai data utama
dalam perencanaan tambang terutama dalam penentuan geometri lereng
penggalian yang tergantung dari kestabilan batuan. Ruang lingkup dari geoteknik
yaitu menganalisis rancangan geometri dan kemantapan lereng, baik lereng
produktif maupun lereng non-produktif serta menganalisis bagaimana metode
pembongkaran yang akan digunakan.
3. Rencana Penambangan
Rancangan penambangan, pembongkaran batuan dengan peralatan mekanis dan
peledakan, urutan penambangan, dan jalan angkut tambang. Ruang lingkup
rencana penambangan antara lain:
a. Rencana fasilitas penunjang penambangan dan infrastuktur
b. Metode dan tata cara penambangan
c. Tahapan kegiatan penambangan
d. Rencana produksi
e. Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas)
f. Jadwal rencana produksi dan umur tambang
g. Rencana pemanfaatan mangan
h. Rencana penanganan sisa cadangan dan lokasi bekas penambangan pada
pasca tambang.
4. Hidrologi dan Hidrogeologi
Hidrologi dan hidrogeologi digunakan untuk menelaah data hidrogeologi yang
3
mencakup pola penyaliran pada tambang terbuka akibat pengaruh curah hujan,
infiltrasi terhadap kondisi tambang, dan groundwater serta pola penyaliran yang
sesuai untuk digunakan pada sistem tambang terbuka. Ruang lingkup, mencakup
analisis data hidrogeologi atau kondisi air tanah, penaksiran debit air yang masuk
dalam tambang, dan rancangan penyaliran tambang terbuka
5. Rencana Pengolahan
Rencana pengolahan bertujuan untuk menelaah dan mengevaluasi alternative
metode pengolahan yang digunakan dan proses pengolahan mangan tersebut
berdasarkan kualitas dan kebutuhan/keinginan pasar ataupun konsumen yang
bersangkutan.
6. Pengujian Kualitas Mangan
Pengujian kualitas mangan bertujuan untuk menelaah bahan galian mangan dan
penyebaran kualitas sebagai data penting untuk perencanaan tambang dan kajian
pemanfaatan mangan serta mengevaluasi rencana pengolahan mangan yang
mungkin dapat diterapkan di pertambangan mangan tersebut.
7. Peralatan dan Transportasi Tambang
Mengevaluasi alternatif sarana dan sistem pengangkutan yang digunakan dari
lokasi penambangan ke lokasi pengolahan dan ke pabrik peremukan mangan, dan
peralatan yang beroperasi pada tambang terbuka baik secara teknis maupun
ekonomis.
8. Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Analisis lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk menelaah
dan menilai kelayakan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan
dengan kegiatan penambangan mangan.
9. Organisasi dan Tenaga Kerja
Manajemen organisasi dan ketenagakerjaan bertujuan untuk menelaah dan
mengevaluasi spesialisasi, profesionalisasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja
serta alternatif pola hubungan kerja. Ruang lingkupnya mencakup data kebutuhan
tenaga ahli dan keseluruhan tenaga kerja.
10. Pemasaran.
Kegiatan pemasaran bertujuan untuk menelaah pangsa pasar dan kebutuhan
konsumen.
4
11. Reklamasi dan Pasca Tambang
Kegiatan pasca tambang bertujuan untuk mengkaji rencana penutupan lokasi
bekas tambang. Ruang lingkunya mencakup perencanaan pasca tambang,
pengelolaan aset dan lokasi, dan akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang.
12. Investasi dan Analisis Kelayakan
Menelaah dan menilai kelayakan ekonomis dari rencana penambangan mangan.
Adapun ruang lingkup meliputi analisis :
a. Modal tetap
b. Modal kerja
c. Biaya produksi (termasuk pengelolaan, pemantauan lingkungan dan K3)
d. Pendapatan penjualan
e. Cash flow (aliran uang tunai)
f. Perhitungan Discounted Cash Flow Rate of Return/Internal Rate of Return
(DCFROR/IRR)
g. Perhitungan Break Event Point (BEP)
h. Waktu pengembalian modal
i. Perhitungan Net Present Value (NPV)
j. Analisis kepekaan dan risiko
5
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 55653.
Bidang Usaha : Penambangan Mangan
1.4.2. Tim Pelaksana Perencanaan
Tim pelaksana perencanaan merupakan Tim Ahli PT McMangan yang terdiri dari:
1. Komisaris : Dr. Tedy Agung C., S.T., M.T.,IPM
2. Direktur Utama : Aditya Agung Pratama Putra
3. Sekretaris : Imelia Rizna Wardani
4. Manajer Eksplorasi : Badai Harish Faza
5. Manajer Geoteknik : Intan Lestari C. Prasetyo
6. Manajer Perencanaan Tambang : Adyaksa Bagas Bimantoro
7. Manajer Hidrogeologi : Aditya Agung Pratama Putra
8. Manajer Peralatan : Muhammad Naufal Asadillah
9. Manajer Pengolahan : Muhammad Naufal Asadillah
10. Manajer K3 dan Lingkungan : R.M. Teja Iswara Rozan Ammar
11. Manajer Organisasi : Rifat Zain Nashrullah
12. Manajer Investasi dan Pemasaran : Adyaksa Bagas Bimantoro
13. Manajer Reklamasi dan Pascatambang : Rosyid Hutama
14. Manajer Analisis Kelayakan Ekonomi : Timoriana Lestari
6
Tabel 1.1.
Jadwal Studi Persiapan Rencana Penambangan
Agustus September Oktober November
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan data di lapangan
Uji pengolahan dan analisis data hasil laboratorium
Perhitungan sumberdaya dan cadangan
Geoteknik dan rancangan peledakan
Rancangan hidrologi dan hidrogeologi
Rancangan penambangan
Rencana pengolahan
Rencana peralatan dan pengangkutan
Observasi lingkungan dan keselamatan kerja
Observasi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
Observasi organisasi dan tenaga kerja
Observasi pemasaran
Investasi kelayakan
Penulisan laporan dan kesimpulan
7
BAB II
KEADAAN UMUM
8
Tabel 2.1
Koordinat IUP Operasi Produksi PT. McManghan
Gambar 2.1.
Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. McManghan
9
menggunakan kendaraan pribadi seperti motor., sedangkan untuk sarana
hubungan komunikasi di Desa Hargorejo cukup memadai.
10
Rute terdekat yang dapat ditempuh menuju Dusun Kliripan dari Kota Yogyakarta
dapat dilihat pada gambar 2.3
Gambar 2.3
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Kabupaten Kulonprogo
11
Istri 0 2.397 2.397
Anak 1.848 1.597 3.445
Menantu 2 2 4
Cucu 59 49 108
Orang Tua 7 63 70
Mertua 4 24 28
Famili Lain 38 55 93
Pembantu 0 0 0
Lainnya 3 7 10
Jumlah 4.727 4.888 9.615
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022
Tabel 2.3
Data Jumlah Penduduk Berdasar Pekerjaan Dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Laki-
Perempuan Jumlah
Jenis Pekerjaan Laki
(Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa)
Mengurus Rumah Tangga 0 758 758
Bukan Angkatan
Pelajar/Mahasiswa 434 449 883
Kerja
Pensiunan 96 16 112
Belum bekerja 190 159 349
ASN 70 50 120
TNI 8 0 8
Angkatan Kerja Polri 7 0 7
Pejabat Negara 0 1 1
Buruh/Tukang 373 74 447
Sektor Pertanian 980 1.235 2.215
12
Karyawan 10 1 11
Karyawan Swasta 606 518 1.24
Wiraswasta 977 671 1.648
Tenaga Medis 2 9 11
Pekerjaan Lainnya 22 8 30
Jumlah Total 3.775 3.949 7.724
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022
Tabel 2.4
Komoditas Pertanian Desa Sidorejo
Luas Panen
No Komoditas
(Ha)
1 Padi 24
2 Kelapa 75
3 Empon-emponan 21
4 Umbi-umbian 26
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022
Fauna yang terdapat di Kalurahan Hargorejo sebagian besar adalah hewan ternak..
Peternakan di Kalurahan Hargorejo seperti ayam kampung, domba, lele, dan
kambing. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5.
13
Tabel 2.5
Jenis Populasi Ternak
No Ternak Jumlah (ekor)
1 Puyuh 2.154
2 Kambing 652
3 Domba 53
4 Ayam 3.126
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022
14
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Gambar 3.1.
Peta Geologi Regional menurut Rahardjo, dkk (1995)
15
3.1.1. Topografi/Batimetri
Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian
antara 0 - 1000 meter di atas permukaan air laut. Daerah penelitian termasuk dalam
wilayah utara. Bagian utara merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan
ketinggian antara 500 – 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan
Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah ini penggunaan tanah
diperuntukkan sebagai kawasan budidaya konservasi dan merupakan kawasan
rawan bencana tanah longsor.
3.1.2. Litologi
Daerah Pegunungan Kulonprogo dapat dibedakan dalam kelompok batuan sedimen
dan kelompok batuan gunung api. Batuan sedimen sebagai dasar tersusun oleh
dominasi batulempung, batupasir kuarsa, dan batugamping yang disebut Formasi
Nanggulan. Batuan sedimen Formasi Nanggulan sebagai dasar batuan volkanik
Formasi Kebobutak. Formasi Nanggulan dan Kebobutak tersebut diintrusi oleh
batuan intrusi dangkal yang berupa mikrodiorit, andesit dan dasit yang pada
umumnya telah mengalami ubahan. Kelompok gunungapi ini ditutupi secara tidak
selaras oleh endapan laut dangkal Formasi Jonggrangan dan Formasi Sentolo.
1. Batuan Pra-Tersier
Di Bagian utara pegunungan Kulonprogo, di daerah Kali Duren-Kali Sileng
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, dijumpai keterdapatan batuan
metamorf sebagai fragmen penyusun dari breksi volkanik Formasi Kebobutak.
Berdasarkan asosiasi mineralnya batuan metamorf ini termasuk kedalam fasies
sekis hijau dan fasies amfibolit (Utama dan Sutanto, 2013). Diketemukannya
batuan metamorf sebagai fragmen pada breksi volkanik ini menjadi petunjuk
yang menarik bagi informasi geologi perbukitan Menoreh. Kehadiran batuan
metamorf di perbukitan Kulonprogo ini memunculkan pertanyaan asal-usul
batuan tersebut, sedangkan batuan metamorf tidak pernah menjadi litologi
penyusun stratigrafi daerah Pegunungan Kulonprogo (Utama dan Sutanto,
2013).
2. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo, Nanggulan.
Van Bemmelen, 1949, menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan tertua
di Pegunungan Kulonprogo dengan lingkungan pengendapannya adalah litoral
16
pada fase genang laut. Litologi penyusunnya terdiri-dari batupasir dengan
sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan
napal dan batugamping, batupasir, tuf kaya akan foraminifera dan moluska,
diperkirakan ketebalannya 350 m. Berdasarkan atas studi foraminifera
planktonik, maka Formasi Nanggulan ini mempunyai kisaran umur antara
Eosen Tengah sampai Oligosen. Formasi ini dijumpai terutama pada sisi timur
Gunung Gajah dan sisi timur Gunung Ijo.
3. Formasi Kebobutak/Andesit Tua
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Nanggulan.
Litologinya berupa breksi volkanikdengan fragmen andesit, lapilli tuf, tuf,
lapili breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta batupasir volkanik
yang tersingkap dibanyak lokasi di daerah Kulonprogo. Formasi ini tersingkap
baik di bagian tengah, utara, dan barat daya daerah Pegunungan Kulonprogo
yang membentuk morfologi pegunungan bergelombang sedang hingga terjal.
Ketebalan formasi ini kira-kira mencapai 600 m. Berdasarkan fosil
Foraminifera planktonik yang dijumpai dalam napal dapat ditentukan umur
Formasi Andesit Tua yaitu Oligosen Atas.
4. Formasi Jonggrangan
Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara tidak
selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri dari konglomerat, napal
tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan moluska serta batulempung
dengan sisipan lignit. Di bagian atas, komposisi formasi ini berupa
batugamping berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari
batuan penyusun formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan
tersebar di bagian tengah dan utara Pegunungan Kulonprogo. Ketebalan batuan
penyusun formasi ini 250- 400meter dan berumur Miosen Bawah- Miosen
Tengah. Formasi ini di bagian bawah menjemari dengan bagian bawah Formasi
Sentolo.
3.1.3. Struktur Geologi
Karakteristik Kabupaten Kulon Progo secara umum berupa kubah atau menyerupai
kubah (Dome), dengan struktur geologi daerah terdiri atas :
1. Struktur Geologi berupa Perlipatan Batuan (Fold), perlipatan batuan di formasi
Sentolo. Perlipatan ini terdapat di bagian perbukitan Formasi Sentolo di daerah
Pengasih, Sentolo, Panjatan, Lendah dan Galur.
17
2. Struktur Geologi Patahan/Sesar (Fault), merupakan bagian dari batuan yang
saling bergerak antara bagian blok batuan satu dengan blok batuan yang lain
yang dipisahkan oleh zona patahan atau dapat diistilahkan pecahan batuan yang
disertai gerakan massa batuan. Patahan di wilayah Kulon Progo dapat
dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a. Patahan regional, merupakan satu kesatuan patahan Yogyakarta. Patahan
ini merupakan Patahan Graben Yogyakarta yang merupakan Patahan Opak
dan Patahan Progo yang menyebabkan wilayah Kulon Progo dan Wonosari
menjadi daerah dataran Tinggi dan di Kota Yogyakarta menjadi dataran
rendah. Patahan Opak berarah barat daya – timur laut, sedangkan patahan
Progo berarah utara selatan. Patahan ini terletak di bagian timur Kulon
Progo meliputi wilayah Kalibawang bagian timur, Nanggulan bagian
Timur, Sentolo, Panjatan, Galur dan Lendah. - Patahan Lokal, merupakan
patahan yang hanya terjadi di Kulon Progo. Patahan ini banyak terjadi di
bagian pegunungan atau kubah di Kulon Progo utara bagian barat, dimana
patahan berbentuk relatif radial yaitu berarah barat laut – tenggara, barat –
timur dan barat daya – timur laut. Patahan ini terdapat di wilayah
Kecamatan Kokap, Temon bagian utara, Pengasih, Nanggulan bagian
barat.
3. Struktur Kekar (joint) yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami pergerakan.
Struktur kekar ini sangat intensif terdapat di formasi batuan andesit dan formasi
andesit tua.
3.1.4. Fisiografi
Kulonprogo merupakan batas barat dari dataran rendah Yogyakarta, sebuah daerah
pegunungan dan perbukitan yang tersusun atas batuan volkanik dan batuan sedimen
yang memiliki rekaman struktur geologi yang panjang. Kehadiran batuan sediman
tua berumur Eosen, batuan volkanik berumur Oligosen-Miosen, batuan sedimen
karbonat berumur Miosen di Kulonprogo kemungkinan di kontrol oleh struktur-
struktur geologi tertentu. Kajian struktur geologi di Pegunungan Kulonprogo
dilakukan guna mengetahui jenis-jenis struktur geologi yang ada dan pengaruhnya
terhadap sebaran batuan. Penelitian dilakukan dengan interpretasi kelurusan
melalui citra DEM, pengukuran data-data kekar, sesar dan lipatan.
18
Gambaran struktur geologi dari data primer dikombinasikan dengan sumber-
sumber sekunder digunakan untuk mejelaskan sebaran batuan yang ada. Sebaran
batuan Eosen di Kulonprogo sangat dikontrol oleh struktur sesar naik yang berarah
timurlaut-baratdaya atau gaya berarah ternggara, batuan ini menjadi alas bagi
batuan vulkanik Oligo-Miosen yang hadir kemudian. Kehadiran 3 gunungapi
berumur Oligosen-Miosen dikontrol oleh kelurusan sesar geser kiri berarah utara
timurlaut dengan gaya berarah Utara-Selatan. Batuan gunung api Oligo-Miosen
Gajah dan Ijo menjadi alas bagi batuan sedimen karbonat Formasi Jonggrangan.
Batuan gunung api Oligo-Miosen Gajah, Ijo serta batuan karbonat Formasi
Jonggrangan menjadi alas bagi gunung api Miosen Akhir Menoreh. Sesar nomal
baratlaut-tenggara hadir memotong batuan-batuan Formasi Kebo-Butak dan
Jonggrangan. Secara fisiografi Pulau Jawa dibagi menjadi 7 bagian:
1. Pusat depresi Jawa dan Zona Randublatung
2. Antiklinorium Bogor – Serayu utara – Kendeng
3. Dataran aluvial Jawa utara
4. Pematang dan Dome pusat depresi
5. Pegunungan Selatan
6. Antiklinorium Rembang – Madura
7. Gunung api Kuarter
Secara regional maka daerah penelitian termasuk dalam Jalur Pematang dan Dome
pada Pusat Depresi. Disebelah timur berbatasan langsung dengan dataran
Purworejo. Pematang dan Dome pada Pusat Depresi ini disusun oleh dua kelompok
besar batuan yaitu batuan vulkanik dan batuan karbonat, dengan jurus perlapisan
relatif berarah barat-timur dengan kemiringan ke selatan. Pegunungan Kulon Progo
terletak di Jawa Tengah bagian selatan termasuk zona Pegunungan Serayu Selatan
bagian timur. Tinggian Kulon Progo dibatasi oleh Sungai Bogowonto yang
memisahkan Dataran Purworejo pada bagian barat dan pada bagian timur dibatasi
oleh Sungai Progo yang memisahkan Dataran Yogyakarta. Bagian selatan dibatasi
oleh Dataran PantaiSelatan Jawa Tengah, sedangkan bagian utara dibatasi oleh
Dataran Magelang dan rangkaian Gunung Api muda Pulau Jawa.
19
Rangkaian Pegunungan Kulon Progo termasuk dalam Zona selatan jawa tengah dan
secara keseluruhan merupakan plateu (Pannekoek,1939). Pegunungan Kulon
Progo merupakan bagian paling timur terdiri dari breksi dan andesit yang berumur
Oligosen. Diatasnya ditutupi oleh batu gamping berumur Miosen. Pegunungan ini
terangkat dan membentuk kubah terpancung (Oblong dome) yang masih terdapat
sisa peneplain lama didaerah yang tersusun oleh batu gamping dan sekitarnya. Pada
sisi utara pegunungan ini terpotong oleh gawir, tetapi perlipatan disisi barat dan
timur lebih kuat sehingga sifat tektonik berubah dan dianggap sebagai transisi ke
zona tengah.
3.1.5. Stratigrafi
Secara regional satuan Litostratigrafi dari umur tua ke muda adalah Formasi
Nanggulan, Formasi Kaligesing, Formasi Dukuh, Formasi Jonggrangan, Formasi
Sentolo serta endapan gunung api Kuarter dan endapan alluvial. Di atas Formasi
Andesit Tua diendapkan secara tidak selaras Formasi Jonggrangan dan Formasi
Sentolo. Formasi Jonggrangan dicirikan oleh napal tufaan dan batupasir gampingan
dengan sisipan lignit. Di bagian atas berubah menjadi batugamping berlapis dan
batugamping terumbu Daerah Kulon Progo merupakan daerah dataran tinggi yang
dibatasi oleh tinggian Kebumen, dataran rendah Purworejo dan dataran rendah
Yogyakarta. Tinggian Kulon Progo dicirikan oleh kompleks gunung api purba yang
tumbuh di atas batuan berumur Paleogen dan ditutupi oleh batuan karbonatan
(batugamping dan napal) yang berumur Neogen.
Aktivitas magmatisme di daerah Kulon Progo terjadi pada Oligosen – Miosen (van
Bemmelen, 1949) dengan penyebaran batuan vulkanik barat – timur. Pada zaman
Tersier daerah Kulon Progo diperkirakan telah mengalami deformasi paling sedikit
dua kali periode fase tektonik (Sopaheluwakan, 1976; Atmadja dkk., 1994) yaitu
pertama terjadi pada Oligosen Akhir – Miosen Awal dan kedua terjadi pada Miosen
Tengah – Miosen Akhir yang menghasilkan busur magmatik.
Adanya sesar-sesar yang berpola regangan, sesar-sesar naik dan pergeseran busur
magmatik dari utara ke selatan kemudian berubah dari selatan ke utara
menunjukkan adanya perkembangan tatanan tektonik. Hal ini gaya yang bersifat
regangan berubah menjadi gaya kompresi. Gejala ini berkaitan pula dengan
perubahan kecepatan lempeng samudera Hindia – Australia terhadap lempeng
20
Eurasia. Evolusi tektonik Jawa selama Tersier menunjukkan jalur subduksi yang
menerus dari lempeng Hindia - Australia menyusup ke bawah Jawa (Hamilton,
1979; Katili, 1975). Sedangkan busur magmatik Tersier sedikit bergeser ke arah
utara dan busur magmatik Kuarter berimpit dengan busur magmatik Miosen
Tengah (Atmadja dkk, 1994) dengan jalur subduksinya bergeser ke selatan.
Kegiatan magmatik busur kepulauan berumur Tersier di Pulau Jawa diawali sejak
40 – 19 juta tahun yang lalu (Eosen Akhir – Miosen Awal) dan menghasilkan
produk berupa jejak sumbu volkanik berarah barat – timur. Produk himpunan
batuan yang terbentuk bersifat andesitis dengan ciri afinitas kalk alkali dan sedikit
toleit. Kegiatan magmatik kedua terjadi antara 11 – 2 juta tahun yang lalu (Miosen
Akhir – Pliosen) dengan himpunan batuan yang bersifat kalk alkali andesitis
(Atmadja, dkk, 1991).
3.1.6. Alterasi
Alterasi dan mineralisasi logam di daerah Kulon Progo termasuk dalam Formasi
Kaligesing/Dukuh dengan litologinya terdiri dari breksi andesit, tuf, tuf lapilli,
aglomerat dan sisipan lava andesit. Formasi Kaligesing/Dukuh ini ciri-ciri
litologinya hampir sama dengan Formasi Kebo-Butak di Pegunungan Selatan
(Rahardjo dkk., 1995). Selain mineralisasi emas di daerah Kulon Progo juga
terdapat mineralisasi bijih, antara lain galena, pirit, kalkopirit, sphalerit, kovelit,
molibdenit, barit, magnetit, dan hematit. Batuannya sebagian besar sudah
mengalami silisifikasi dan terpropilitisasi. Berdasarkan kesamaan litologinya
mineralisasi emas di daerah Kulon Progo kemungkinan ada kemiripannya dengan
cebakan emas di daerah Wonogiri (Jawa Tengah) dan cebakan emas di daerah
kompleks Kubah Bayah (Jawa Barat), karena ketiga lokasi ini termasuk dalam satu
jalur magmatis yang berumur sama (Oligosen – Miosen)
21
Secara administrasi daerah telitian terletak di daerah Kliripan dan sekitarnya, Desa
Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo merupakan perbatasan
Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak geografis
daerah telitian 110°10’00” BT - 110°16’02” BT dan 7°40’05” LS – 7°52’10” LS,
dengan luas 6 x 7 km2. Berdasarkan gambar 3.1, Dusun Kliripan sendiri berada
sebelah timur dari Dusun Selo Barat dan Dusun Selo Timur, dan berada di utara
dari Dusun Krengseng.
Gambar 3.2.
Peta Topografi Daerah Penelitian (Kliripan)
22
Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan secara tidak selaras Formasi Jonggrangan
dan Formasi Sentolo. Formasi Jonggrangan dicirikan oleh napal tufaan dan
batupasir gampingan dengan sisipan lignit. Di bagian atas berubah menjadi
batugamping berlapis dan batugamping terumbu Daerah Kulon Progo merupakan
daerah dataran tinggi yang dibatasi oleh tinggian Kebumen, dataran rendah
Purworejo dan dataran rendah Yogyakarta. Tinggian Kulon Progo dicirikan oleh
kompleks gunung api purba yang tumbuh di atas batuan berumur Paleogen dan
ditutupi oleh batuan karbonatan (batugamping dan napal) yang berumur Neogen.
Gambar 3.3.
Statigrafi daerah penelitian
23
Jonggrangan. Pada bagian tenggara kubah terbentuk graben rendah. Peta Geologi
daerah Kliripan dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3.
Peta Geologi Daerah Penelitian
24
berbentuk relatif radial yaitu berarah barat laut – tenggara, barat – timur dan
barat daya – timur laut. Patahan ini terdapat di wilayah Kecamatan Kokap,
Temon bagian utara, Pengasih, Nanggulan bagian barat.
c. Struktur Kekar (joint) yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami
pergerakan. Struktur kekar ini sangat intensif terdapat di formasi batuan
andesit dan formasi andesit tua.
3.2.4. Alterasi
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya interaksi antara
batuan asal dengan larutan hidrotermal. Interaksi antara larutan hidrotermal
danbatuan yang dilewati akan mengubah sifat fisik dan kimia meliputi tekstur dan
mineralogi (Corbett dan Leach, 1997). Proses alterasi hidrotermal merupakan suatu
bentuk metasomatisme,yaitu pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan
dengan batuan dinding. Proses alterasihidrotermal yang terjadi akibat adanya
interaksi antara batuan dengan larutan hidrotermal dapatmenyebabkan terjadinya
penggantian mineral, pelarutan, dan pengendapan langsung mineraldari larutan
yang mengisi rekahan atau pori batuan (Pirajno, 1992). Vandani, dkk., (2014)
menyatakan bahwa dari mineral-mineral alterasi hidrotermal yang terbentuk dapat
menjadi indikator dalam menentukan temperatur, permeabilitas, dan sifat fluida
hidrotermal yang terdapat pada sumber mata air panas. Pada daerah penelian,
Kecamatan Kokap, tidak ditemukan alterasi mangan, karena genetik mangan di
daerah Hargorejo terbentuk secara sedimenter.
25
Kecamatan sKokap, Kulonprogo. Dari pengertiannya sendiri, mangan adalah unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mn dan nomor atom 25. Bijih
mangan yang ada didaerah penyelidikan berasosiasi dengan batuan gamping,
batuan gamping sendiri memiliki kandungan mineral utama berupa kalsit (CaCO3),
dolomit CaMg (CO3)2 dan aragonit (CaCO3) sedangkan kandungan mineral ikutan
didalam gamping berupa SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, SO3 dan Na2O.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (mustofa, 2018) yang menggunakan
metode XRF menunjukkan bijih mangan mengandung mangan (Mn), besi (Fe),
aluminium (Al), silikat (Si), kalium (K), barium (Ba), Fosfor (P), magnesium (Mg),
kalsium (Ca), dan titanium (Ti). Mangan sendiri terbentuk dalam cebakan
sedimenter dan residu.
3.3.2. Jumlah/Volume
Endapan mangan di lokasi penyelidikan dibagi menjadi dua berdasarkan ganesa
bahan galian yang mencakup keterdapatan, proses pembentukan, komposisi,
kedudukan dan faktor pengendali lain. Endapan mineral mangan yang muncul
sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan endapan primer, sedangkan mineral
mangan yang telah berubah melalui pelapukan atau proses eksternal disebut dengan
endapan sekunder. Pada Daerah penyelidikan yang berada di Dusun Kliripan,
berdasarkan data eksplorasi yang pernah dilakukan, ditaksir jumlah cadangan untuk
lapisan mangan sekunder sebesar 125.000 metric ton dan untuk lapisan mangan
primer sebesar 200.000 metric ton.
26
produksi. Rencana eksplorasi lanjutan yang pertama kali dilakukan yaitu
menentukan metode penyelidikan bahan galian mangan, metode penyelidikan yang
dilakukan meliputi beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode penyelidikan singkapan (reconnaisance)
Metode ini digunakan untuk mengetahui potensi bahan galian mangan di wilayah
Desa Hargorejo, Dusun Kliripan yang nantinya akan dilaksanakan penyelidikan
lebih lanjut. Penyelidikan yang dilaksanakan dengan cara mengamati secara sekilas
keterdapatan bahan galian guna untuk mengetahui cadangan dan kualitasnya.
Penyelidikan dilakukan dengan cara mengamati singkapan yang berada pada alur-
alur sungai atau selokan guna mengetahui apakah dilokasi tersebut terdapat bahan
galian. Lalu data yang didapatkan dari penyelidikan singkapan selanjutnya diolah
sehingga hasilnya dapat digunakan untuk penyelidikan selanjutnya agar lebih baik.
b. Metode penyelidikan geofisika
Metode penyelidikan geofisika yang digunakan yaitu metode geomagnet, metode
ini dilakukan guna mengetahui keterdapatanya bahan galian mangan yang berada
di wilayah Desa Hargorejo, Dusun Kliripan hingga didapatkan data cadangan,
ketebalan, dan penyebaran bahan galianya. Pada kegiatan eksplorasi lanjutan ini
menggunakan metode geomagnet karena metode ini mempunyai akurasi
pengukuran yang relatif tinggi, instrumentasi, dan pengoperasian di lapangan relatif
sederhana, Metode geomagnetik dapat mengidentifikasi anomali medan magnetik
lokal di suatu tempat. Anomali magnetik lokal dipengaruhi oleh suseptibilitas
magnetik dan magnet remanennya baik pada batuan atau mineral. Stuktur bawah
permukaan dan penyebaran mineral mangan dapat didentifikasi berdasarkan
anomali medan magnetik serta suseptibilitasnya.
c. Metode penyelidikan sumur uji (test pit)
Selanjutnya setelah didapatkan data dari reconnaisance serta geomagnet setelah itu
dapat dilaksanakan kegiatan penyelidikan pembuatan sumur uji dengan
mempergunakan data yang akurat dari titik-titik indikasi potensi mangan. Adapun
kedalaman sumuran dapat bervariasi tergantung pendugaan awal pada penyelidikan
reconnaisance maupun geomagnet.
d. Metode penyelidikan pemboran (drilling).
27
Penyelidikan dengan menggunakan pemboran merupakan salah satu penyelidikan
dengan pembiayaan yang sangat mahal, sehingga sebelum metode penyelidikan ini
diterapkan maka perlu dilakukan penelitian pendahuluan dengan sangat akurat atau
detail, sehingga penentuan titik pemboran dapat tepat sasaran.
28
BAB IV
ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN
Estimasi sumberdaya adalah estimasi potensi dari endapan mineral bijih yang
terletak di permukan bumi untuk mengetahui apakah endapan tersebut layak untuk
dilanjutkan ke proses penambangan selanjutnya yaitu perhitungan cadangan.
29
4.1.1. Metoda
Metode estimasi sumber daya yang digunakan yaitu metode Ordinary Kriging.
Metode ini menggunakan semivariogram yang mempresentasikan perbedaan
spasial dan nilai diantara semua pasangan sampel data. Semivariogram juga
menunjukkan bobot (weight) yang digunakan dalam interpolasi. Proses kriging
memberikan nilai-nilai pengestimasi kadar-kadar blok terbaik berdasarkan kadar-
kadar sampel yang sudah dikoreksi. Oleh karena itu metode ini dianggap cocok
untuk mengestimasi sumberdaya mangan karena memperhatikan korelasi spasial
dan kadar sampel. Adapun alur estimasi adalah sebagai berikut.
Gambar 4.1.
Diagram Alir Estimasi Sumberdaya
Pengisian kadar untuk block model ini dilakukan dengan menggunakan metode
estimasi Ordinary Block Kriging. Area pencarian atau search elipsoid didapatkan
dari analisis semivariogram dan fitting. Dilakukan fitting antara semivariogram
teoritis dan eksperimental. Semivariogram teoritis yang digunakan adalah
semiviariogram spherical. Fitting dilakukan untuk mendapat nilai range yang
nantinya digunakan untuk menentukan daerah pengaruh. Berikut merupakan hasil
search ellipsoid yang diperoleh.
30
Gambar 4.2.
Daerah Pencarian Mangan (Tampak Atas)
Gambar 4.3.
Daerah Pencarian Mangan (Tampak Samping)
31
Analisis variogram digunakan untuk mengetahui karakteristik korelasi spasial atau
tingkat kemiripan (variabilitas) dari data assay mangan epithermal dan median
tertentu di daerah penelitian. Analisis variogram diawali dengan penentuan
parameter penyusun dari variogram eksperimental yang terdiri dari parameter lags
dan directions. Parameter lags pada arah vertikal dan arah horizontal berbeda.
Parameter lags yang digunakan dalam pencarian data pada arah horizontal
(azimuth) dan perpendicular (tegak lurus azimuth) berdasarkan spasi antar titik
lubang bor, sedangkan pada arah vertikal (downhole) disesuaikan dengan jarak dari
data assay per 1 meter kedalaman. Parameter directions yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan empat arah utama (azimuth) yang representatif yaitu
arah 0°, 45°, 90°, 180°, dan 225° dengan sudut toleransi sebesar 22,5° dan bandwith
sebesar 50 meter untuk arah horizontal sedangkan arah vertikal menggunakan
bandwith sebesar 50 meter. Penggunaan nilai sudut toleransi dan bandwith
membantu dalam mentoleransi data sampel terhadap jarak. Hal ini dilakukan
mengingat kondisi topografi yang tidak datar sehingga data sampel tidak
sepenuhnya memiliki jarak antar data sampel yang secara tepat sama.
32
Tabel 4.2.
Arah Pencarian
Parameter Direction
Strike (⁰) 10
Dip direction (⁰) 100
Dip (⁰) 10
Pitch (⁰) 0
Sense NORTH
4.1.3. Pemodelan
4.1.3.1. Analisis Statistika Database Geologi
Database lubang bor dapat terdiri dari tiga jenis, yaitu data collar, survey, dan
assay. Data collar berisi koordinat 3 dimensi (koordinat X, Y, Z) dan total
kedalaman dari lubang bor. Data survey terdiri dari azimuth dan dip yang akan
menunjukkan kemiringan lubang bor. Sedangkan data assay adalah data yang berisi
kadar pada setiap kedalaman tertentu.
Gambar 4.4.
Penampang Vertikal Lubang Bor
Analisis statistika dilakukan guna mengetahui sebaran data dan sebagai dasar dalam
tahapan estimasi. Analisis statistik dilakukan pada data assay dan data komposit.
Pengkompositan dilakukan untuk menyamakan interval data lubang bor. Adapun
komposit yang digunakan sebesar 1 meter. Berikut adalah histogram dan tabel
statistik dari data assay dan komposit.
33
Gambar 4.5.
Histogram Assay Mangan
Gambar 4.6.
Histogram Komposit Mangan
Tabel 4.3.
Analisis Statistik
Parameter Assay Komposit
N (jumlah data) 157 3118
Minimum Value 55.06 55.06
Maximum Value 60.98 60.98
Mean 58.04 57.99
Variance 3.30 3.32
Standard Deviation 1.82 1.82
Coeff. Of Variation 0.03 0.03
Median 58.07 58.05
34
4.1.3.2. Pemodelan Geologi
Model geologi dibuat untuk mengetahui kondisi geologi didaerah penelitian berupa
litologi, struktur geologi, serta kedalaman dan ketebalan perlapisan batuan.
Pemodelan geologi yang dibuat berupa model geologi bawah permukaan dalam
bentuk dua dimensi dan tiga dimensi menggunakan software Micromine 2021.
Tujuan dari pemodelan geologi adalah untuk mengetahui kondisi geologi bawah
permukaan berdasarkan data dari masing-masing lubang bor.
Adapun setelah dilakukan analisis pada lubang bor, selanjutnya adalah pembuatan
wireframe dengan menghubungkan setiap penampang vertikal yang telah dibuat
pada tahapan sebelumnya. Selanjutnya dari solid model tersebut dapat dihitung
volumenya.
Gambar 4.7.
Wireframe Orebody (Tampak Atas)
Gambar 4.8.
Wireframe Orebody (Tampak Samping)
35
4.1.3.3. Pemodelan Block (Blank Model)
Setelah pemodelan geologi dilakukan, dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu
pembuatan blank model yang kemudian diestimasi sesuai dengan metode yang
ditentukan dan analisis geostatistik. Berikut dimensi block model yang digunakan.
Tabel 4.4.
Dimensi Block Model
Koordinat (m) Ukuran
Arah From To Blok (m)
East (X) 402437.88 402867.88 10
North (Y) 9130883.71 9131443.71 10
Elevation (Z) -11.86 128.13 5
Gambar 4.9.
Blank Model Mangan (Tampak Atas)
Gambar 4.10.
Blank Model Mangan (Tampak Isometrik)
36
4.1.4. Jumlah dan Klasifikasi Sumberdaya
Klasifikasi sumberdaya dibagi menjadi tiga kategori sumberdaya, yaitu measured
(terukur), indicated (tertunjuk), dan inferred (tereka) yang dibagi berdasarkan nilai
Relative Kriging Standard Deviation (Sinclair dan Blackwell, 2005) yang
dituliskan sebagai berikut.
Keterangan:
σE = Kriging Standard Deviation
Z = Kriging Value (hasil estimasi kadar mangan)
Berikut merupakan hasil estimasi sumberdaya dan klasifikasinya.
Tabel 4.5.
Jumlah dan Klasifikasi Sumberdaya
Volume (m3) Density (ton/m3) Tonase (ton) Klasifikasi
1.696.500 1.7 2.884.050 Tereka
1.710.000 1.7 2.907.000 Tertunjuk
4.340.000 1.7 7.378.000 Terukur
7.746.500 1.7 13.169.050 Total
37
Menyatakan bahwa benar perhitungan sumberdaya endapan mangan tersebut
dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan
tersebut dibuat sesuai dengan Standar Nasional Inonesia (SNI) 4726:2019.
Gambar 4.11.
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan
4.2.1. Metoda
Kriging menggunakan pendekatan bahwa data analisis dianggap sebagai suatu
realisasi dari suatu variabel random, dan keseluruhan variabel random yang
38
dianalisis tersebut akan membentuk suatu fungsi random dengan menggunakan
model struktural variogram. Metode Kriging digunakan untuk mengestimasi
besarnya nilai karakteristik pada titik yang tidak tersampel berdasarkan informasi
dari karakteristik titik tersampel yang berada di sekitarnya dengan
mempertimbangkan korelasi spasial yang ada dalam data tersebut. Metode Kriging
merupakan metode khusus dalam weighted moving average yang meminimalkan
variansi dari hasil estimasi. Blok Kriging merupakan teknik yang memperkirakan
sifat-sifat statis dari suatu blok serta untuk mencari nilai estimasi titik sampel yang
terdapat pada suatu blok.
39
dalamusaha meningkatkan/optimasi cadangan merupakan langkah usaha
konservasi. Pembangunan smelter juga diharapkan dapat meningkatkan kadar
dari mineral yang ditambang sehingga nilai jualnya akan bertambah.
3. Ekonomi
Faktor ekonomi yang sangat penting dalam pendefinisian cadangan adalah
harga jual bahan tambang. Harga jual bahan tambang sangat terpengaruh oleh
kondisi sosioekonomi dunia, sehingga harganya bersifat fluktuatif.
4. Pemasaran
Pasar merupakan konsumen yang bersedia membeli mineral dan batubara,
jika permintaan banyak maka akan menimbulkan banyak penawaran juga
sehinggal hal tersebut menyebabkan harga minerba meningkat, sehingga akan
meningkatkan jumlah sumberdaya menjadi cadangan.
5. Hukum
Kebijakan pemerintah dalam bentuk legislasi (undang-undang) dan regulasi
(peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, peraturan daerah), akan
mempengaruhi iklim investasi dan aktivitas penambangan. Kebijakan
pemerintah akan menjadi bagian dari kebijakan operasional pengusahaan
bahan tambang. Hal tersebut akan berpengaruh pada status sumberdaya
menjadi cadangan, dan juga akan berpengaruh pada optimasi cadangan.
Untuk mencari solusi, kebijakan pemerintah perlu dikaji dan
dikuantifikasikan dalam penilaian sumberdaya mineral dan batubara.
6. Lingkungan
Dokumen lingkungan merupakan bagian dari persyaratan untuk mengajukan
Izin Usaha Pertambanagn (IUP) Operasi Produksi. Walaupun seharusnya,
pengusaha tambang memiliki integritas yang tinggi terhadap masalah
lingkungan. Masalah lingkungan merupakan hal yang peka dalam aktivitas
penambangan. Untuk mendapatkan mineral dan batubara, pada umumnya
akan membongkar material yang cukup besar yang nantinya akan merubah
morfologi. Morfologi yang berubah akan mempengaruhi kesetimbangan
lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan seperti pembuangan limbah
40
penambangan juga dapat menjadi kendala dalam mendefinisikan cadangan
dan usaha konservasi.
7. Sosial
Dengan adanya permasalahan sosial, boleh jadi mengakibatkan sumberdaya
tidak berubah statusnya menjadi cadangan. Masalah sosial boleh jadi tidak
dapat dikuantifikasikan dalam valuasi mineral dan batubara. Tanggung jawab
sosial terhadap masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar
tambang, boleh jadi merupakan besaran yang dapat diukur dalam bentuk
finansial.
8. Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam bentuk legislasi (undang-undang) dan regulasi
(peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, peraturan daerah) akan
mempengaruhi iklim investasi dan aktivitas penambangan. Kebijakan
pemerintah adalah akan menjadi bagian dari kebijakan operasional
pengusahaan bahan tambang. Hal tersebut akan berpengaruh pada status
sumberdaya menjadi cadangan, dan juga akan berpengaruhi pada optimasi
cadangan.
4.2.3. Pemodelan
Berikut merupakan block model hasil estimasi sumberdaya dan cadangan. Adapun
yang termasuk sebagai cadangan merupakan sumberdaya tertunjuk dan terukur
yang ditunjukkan oleh warna kuning dan hijau.
Gambar 4.12.
Block Model dan Klasifikasinya
41
4.2.4. Jumlah dan Klasifikasi Cadangan
Adapun pengklasifikasian cadangan disesuaikan dengan SNI 4726:2019 dimana
sumberdaya tertunjuk dikonversi menjadi cadangan terkira, sedangkan sumberdaya
terukur dikonversi menjadi cadangan terbukti. Berikut merupakan tabel jumlah
klasifikasi dan cadangan.
Tabel 4.6.
Jumlah dan Klasifikasi Cadangan
Volume (m3) Density (ton/m3) Tonase (ton) Klasifikasi
1.710.000 1.7 2.907.000 Terkira
4.340.000 1.7 7.378.000 Terbukti
6.050.000 1.7 845.125 Total
42
BAB V
5.1. Geoteknik
Kajian geoteknik bertujuan untuk menentukan rancangan geometri lubang bukaan
yang akan digunakan dalam perancangan tambang bawah tanah serta rekomendasi
penggalian dan penggaruan.
5.1.1.1. Jenis
Kegiatan penyelidikan geoteknik yang dilakukan terdiri dari pengukuran bidang
diskontinu serta melakukan pengujian sifat fisik dan mekanik batuan. Dari
pengukuran bidang diskontinu diolah dengan output didapatkannya nilai RQD
(Rock Quality Designation), jarak spasi kekar, kondisi bidang kekar, dan kondisi
air tanah. Untuk pengujian sifat fisik batuan akan didapatkan nilai bobot isi, berat
jenis, kadar air, derajat kejenuhan, porositas, dan angka pori. Sedangkan pengujian
sifat mekanik yang dilakukan yaitu pengujian kuat tekan (UCS), pengujian kuat
geser langsung, dan pengujian point load index (PLI). Pada pengujian kuat tekan
akan didapatkan nilai UCS, modulus young, poisson ratio, batas plastis, dan closing
crack suatu batuan. Pada pengujian point load index didapatkan data point load
index dengan preparasi batuan dengan bentuk irreguler, serta pada pengujian kuat
geser langsung akan didaptkan nilai tegangan normal, beban geser, nilai kuat geser,
kohesi, dan sudut gesek dalam dalam keadaan residu. Pengujian sifat fisik dan
mekanik batuan ini akan diklasifikasikan menggunakan Rock Mass Rating (RMR)
yang menjadi acuan untuk penyelidikan geoteknik berupa analisis lubang bukaan
seperti rancangan dimensi lubang bukaan dan serta kemampugaruan dan
kemampugalian.
43
5.1.1.2. Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan lapangan telah dilakukan observasi lapangan dan
pengambilan sejumlah sampel untuk diuji di laboratoirum. Bentuk sampel yang
diambil yakni batuan untuk dilakukan pengujian sifat fisik dan mekanik batuan
yang akan mewakilkan kekuatan dari 4 lokasi dengan jumlah sampel yang diuji
sebanyak 4 sampel dan dipilih berdasarkan keterwakilan dalam masing-masing
lokasi penelitian.
Gambar 5.1.
Peta Sebaran Data Sampel Pengujian
Berdasarkan hasil observasi lapangan dari keempat lereng yang diamati berada di
ketinggian yang berbeda – beda dari keadaan mudah dijangkau hingga elevasi yang
tinggi sehingga membuat akses menuju tambang menjadi cukup sulit, oleh karena
itu perlu dilakukan eliminasi untuk mempermudah penambangan.
44
5.1.1.4. Data Geoteknik
Data geoteknik menjadi dasar analisis geoteknik. Data geoteknik merupakan data
yang diperoleh dari lapangan, hasil pengujian di laboratorium, maupun hasil
pengolahan menggunakan software. Pada pembahasan data geoteknik ini akan
disajikan data-data yang digunakan untuk analisa geoteknik dalam rancangan
lubang bukaan dan kriteria penggalian.
Tabel 5.1.
Hasil Pengukuran Kekar pada Lokasi 1
Parameter Nilai
RQD 91,82%
45
Tabel 5.2.
Hasil Pengukuran Kekar pada Lokasi 2
Parameter Nilai
RQD 95,5 %
Kondisi bidang Permukaan agak kasar, pemisahan < 1 mm, dan lapuk
kekar ringan
Gambar 5.2.
Orientasi Diskontinu Lokasi 1
Gambar 5.3.
Orientasi Diskontinu Lokasi 2
46
5.1.1.4.2. Sifat Fisik
Berdasarkan hasil pengujian percontohan di Laboratorium Mekanika Batuan
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (Terlampir di Lampiran ), batu
andesit yang diambil di dusun ini mempunyai sifat fisik seperti pada tabel di 3.5.
sampai 3.6, dengan keterwakilan dari setiap tempat dimana terdiri dari 2 lokasi yang
berbrda dimana hasil yang diperoleh hampir mirip untuk karakteristik setiap batuan
di daerah lokasi penelitian, Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis
karakteristik dan perilaku batuan yang akan digunakan sebagai salah satu parameter
yang akan digunakan untuk menganalisis lubang bukaan.
Tabel 5.3.
Hasil Pengujian Sifat Fisik Batu Gamping 1
KODE SAMPLE
NO. PARAMETER
A
1 Berat conto asli (Wn), gr 174.00
13 Porositas, % 25.09
47
Tabel 5.4.
Hasil Pengujian Sifat Fisik Batu Gamping 2
KODE SAMPLE
NO. PARAMETER
D
1 Berat conto asli (Wn), gr 158.00
13 Porositas, % 10.60
48
Tabel 5.5.
Pengujian Kuat Geser
Sample Tegangan normal Beban geser, kg Kuat geser, kg/cm2
No. kg/cm2 Puncak Residu Puncak Residu
1 6.93 0.00 49.38 0.00 3.47
2 8.56 0.00 39.50 0.00 2.85
3 8.56 0.00 49.38 0.00 4.70
Berdasarkan hasil pengujian Kuat Geser Langsung diperoleh hasil sampel diperoleh
kohesi 214,08 kPa dan sudut gesek dala sebesar 10,83o.
Tabel 5.6.
Pengujian Point Load Index Batugamping
Interval D W De P (kg) Is(50) UCS
Kode Sample Deskripsi F
m (cm) (cm) (cm) 1 2 3 Rata - Rata kg/cm2 Mpa Mpa
1 - Gamping 5.04 5.00 5.7 1019.72 1070.70 1045.21 0.38 12.23 1.20 27.58
2 - Gamping 4.95 5.00 5.6 917.74 815.77 866.76 0.37 10.28 1.01 23.20
Berdasarkan hasil pengujian Poin Load Index (PLI) diperoleh hasil pengujian
sampel A diperoleh hasil sebesar 27,58 MPa, pada sampel B diperoleh hasil sebesar
23,20 MPa.
Grafik 5.1.
Grafik Kuat Tekan Uniaksial
Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan uniaksial dari sampel diperoleh hasil
modulus elastisitas sebesar 3540,19 MPa, pada parameter Poisson Ration diperoleh
nilai 0,15, pada hasil UCS diperoleh nilai 93,71 MPa, pada parameter batas plastis
diperoleh nilai 78,09.
49
5.1.2. Analisis Geoteknik
Pada sub ini akan menjelaskan hasil dari parameter yang telah diperoleh untuk
analisa geoteknik dalam pembuatan lubang bukaan.
Gambar 5.4.
Kriteria Penggalian Menurut Kolleth (1990)
Dari pengeplotan nilai kuat tekan uniaksial pada Grafik Kriteria Penggalian
Menurut Kolleth, didapatkan kesimpulan bahwa massa batuan pada lokasi
50
pengujian bisa digali menggunakan alat mekanik, yaitu menggunakan Dragline,
Shove, Backhoe dan Surface Miner.
b. Kriteria Penggalian Menurut Indeks Kekuatan Batuan
Franklin dkk (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan menurut dua parameter,
yaitu Fracture Index dan Point Load Index( PLI). Fracture Index dipakai sebagai
ukuran karakteristik diskontinuitas dan didefinisikan sebagai jarak rata-rata fraktur
dalam sepanjang bor inti atau massa batuan. Kedua parameter ini diplot dalam satu
diagram untuk mendugakemampugalian suatu massa batuan, masing-masing
menyatakan Fracfure Index dan PLI.
Diagram klasifikasi dibagi kedalam tiga zona umum yaitu penggalian bebas (free
digging), penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa batuan yang
terkekarkan dan lemah masuk kedalam kategori bagian bawah kiri diagram,
sedangkan massa batuan massif dan kuat diplot dibagian atas kanan. Yang pertama
tentunya sangat mudah untuk digali dan yang terakhir sangat sulit digali dengan alat
mekanis.
Gambar 5.5.
Kriteria Indeks Kekuatan Batu (Franklin, dkk., 1971)
51
Pettifer dan Fookes (1994) melakukan modifikasi terhadap kriteria penggalian
Franklin dengan menambahkan parameter alat. Metode ini juga menggunakan
hubungan antara point load index dan spasi kekar. Kriteria ini sejenis dengan
kriterianya Franklin. Selanjutnya, mereka menduga bahwa jarak kekar rata-tata
dengan kuat tekan batu merupakan parameter penting dalammenilai
kemampugaruan, yang percontoh batuannya dapat diperoleh dari singkapan atau
bor inti.
Grafik ini bukanlah petunjuk mutlak yang mampu memberikan jawaban
sebenarnya, karena biaya dan faktor lainnya juga ikut menentukan kemampugaruan
suatu massa batuan oleh sebuah bulldozer.
Gambar 5.6.
Kriteria Kemampugaruan (Pettifer & Fookes, 1994)
Dari kriterian penggalian menurut Pettifer and Fookes, 1994, didapatkan
kesimpulan bahwa batuan keras untuk digaru.
52
5.1.2.0.1. Metode Kinematik
Analisis kinematika merupakan analisis rekonstruksi dari pergerakan yang terjadi
pada saat proses deformasi batuan yang terjadi di semua skala. Analisis kinematika
menggunakan parameter orientasi struktur geologi, orientasi lereng dan sudut geser
batuan yang diproyeksikan dalam analisis stereografis sehingga dapat diketahui tipe
dan arah longsoran. Berbagai jenis longsoran berhubungan dengan struktur-struktur
geologi yang mengakibatkan adanya suatu diskontinuitas pada massa batuan.
53
Tabel 5.7.
Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR)
54
Gambar 5.7
Analisis FK Single Slope
Gambar 5.8
Analisis FK Overall Slope
Berdasarkam analisis menggunakan software hyrcan, didapatkan faktor keamanan
lereng single slope sebesar 1,341 sedangkan untuk overall slope didapatkan faktor
keamanan sebesar 1,261.
55
5.1.3. Rekomendasi Geoteknik
Rekomendasi geoteknik bertujuan untuk memberikan berbagai rekomendasi
geoteknik yang meliputi rekomendasi penggalian dan penggaruan, rekomendasi
geometri dan dimensi lubang bukaan, rekomendasi faktor keamanan statis dan
dinamis, probabilitas longsoran, dan tingkat keparahan longsor, dan rekomendasi
pemantauan geoteknik.
5.1.3.1. Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan
Dilakukan berbagai kajian mengenai kriteria penggalian dan penggaruan yang
meliputi kriteria penggalian berdasarkan grafik kolleth berdasarkan nilai UCS,
kriteria penggalian berdasarkan indeks kekuatan batuan, dan kriteria penggalian
berdasarkan indeks kekuatan batuan termodifikasi. Berikut merupakan hasil
pengeplotan dengan berbagai kriteria penggalian tersebut :
Gambar 5.9.
Kriteria Penggalian Menurut Kolleth (1990)
Gambar 5.10.
Kriteria Indeks Kekuatan Batu (Franklin, dkk., 1971)
56
Gambar 5.11.
Kriteria Kemampugaruan (Pettifer & Fookes, 1994)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa menurut kriteria penggalian berdasarkan
grafik kolleth berdasarkan nilai UCS, dengan nilai UCS sebesar 36,98 Mpa, masih
memungkinkan dilakukan penggalian dan penggaruan dengan alat mekanis beupa
dragline, shovel, backhoe, dan surface miner. Sedangkan menurut kriteria
penggalian berdasarkan indeks penggalian berdasarkan indeks kekuatan batuan
(Franklin, 1971), perlu diadakan peledakan karena penggalian bebas dan
penggaruan dengan alat mekanis sulit untuk dilakukan. Selain itu argumen bahwa
penggalian dan penggaruan sulit untuk dilakukan juga diperkuat dengan hasil dari
kajian indeks kekuatan batuan termodifikasi (Pettifer & Fookes, 1994), menurut
kajian tersebut, batuan keras untuk dilakukan untuk penggaruan. Sehingga
rekomendasi penggalian dan penggaruan yang diberikan adalah melakukan
penggalian dan penggaruan dengan peledakan.
5.1.3.2. Rekomendasi Geometri dan Dimensi Lereng
Kajian geoteknik yang dilakukan untuk mennetukan rekomendasi geomteri dan
dimensi lubang bukaan, dari kajian tersebut, maka PT McManghan menggunakan
sistem penambangan tambang terbuka dengan rekomendasi dimensi lereng 2 meter
dengan sudut kemiringan lereng single slope 29 derajat. Selain itu agar faktor
keamanan dapat dinyatakan layak maka perlu dilakukan support pada lereng
57
dengan menggunakan end anchore support sepanjang 5 meter dengan arah
horizontal.
5.1.3.3. Rekomendasi Faktor Keamanan Statis dan Dinamis, Probabilitas
Longsoran, dan Tingkat Keparahan Longsor
Berikut adalah tabel nilai faktor keamanan dan probabilitas longsor lereng tambang:
Tabel 5.8.
Nilai Faktor Keamanan Dan Probabilitas Longsor Lereng
Hasil analisis faktor keamanan statis dan dinamis didapatkan nilai faktor keamanan
lereng single slope sebesar 1,341 sedangkan untuk overall slope didapatkan faktor
keamanan sebesar 1,261 dengan arah kelongsoran dari kiri ke kanan. Untuk
meningkatkan nilai faktor keamanan, diperlukan support pada lereng dengan
menggunakan end anchore support sepanjang 2 meter dengan arah -45 derajar dari
surface lereng.
Hasil analisis data menggunakan software Dips untuk mengetahui potensi jenis
longsoran yang akan terjadi di lereng penambangan. Berikut ini hasil analisis
longsoran dengan software Dips :
58
Gambar 5.13.
Hasil Analisis Longsoran Lereng 1
Gambar 5.14.
Hasil Analisis Longsoran Leremg 2
Dari gambar di atas terlihat adanya potensi longsoran guling, dimana longsoran ini
sering terjadi pada jenis batan yang keras dan pada batuan tersebut banyak
ditemukan bidang lemah yang relatif sejajar satu sama lain. Longsoran ini sering
dijumpai di area pertambangan terlebih pada lereng tambang terbuka.
5.1.3.4. Rekomendasi Pemantauan Geoteknik
Pemantauan lereng dilakukan untuk memahami prilaku massa batuan dan
mendeteksi adanya kondisi dinding lereng yang tidak stabil serta berpotensi longsor
59
sebagai akibat dari kegiatan penambangan atau pengaruh dari kondisi lingkungan.
Pada tambang terbuka, hal-hal yang berhubungan dengan perancangan serta
kestabilan lereng yang akan dipantau selama tahap operasi, yakni pemantauan
pergerakan lereng (displacement). Pergeseran lereng yang besar saat terjadimya
longsor atau runtuhan selalu diawali dengan pergerakan yang kecil. Pergerakan
tersebut dapat dideteksi dengan bantuan alat yang sensitive. Karena terkait langsung
dengan masalah stabilitas, pengukuran pergeseran lereng sangat penting dilakukan
dalam kegiatan pemantauan.
60
3. Kamera Fotogrmetri
Metode fotogrametri merupakan salah satu cara dalam menghasilkan pencitraan
3D. metode ini digunakan untuk memetakan suatu area dengan bantuan kamera
khusus. Walaupun umumnya kurang akurat dibandingkan metode survei, metode
ini memiliki kelebihan karena dapat memantau area yang luas secara menyeluruh,
bukan hanya sejumlah titik seperti pada metode survei. Pada metode ini daerah yang
diamati difoto minimal dari dua titik yang berbeda, sesuai dengan konsep trigulasi.
Dengan demikian, metode fotogrametri dapat memberikan hasil berupa koordinat 3
dimensi (x,y,z) yang tepat dari titik yang dipantau. Disamping fotogrametri,
pencitraan dengan laser juga dapat menghasilkan peta 3D permukaan bumi dengan
tepat (special data services, 2002). Tahapan metode ini adalah mengarahkan sinar
laser ke lereng yang akan dipantau, memilih luas area yang akan diperiksa,
kemudian laser tadi akan secara otomatis melakukan pemeriksaan yang mencakup
seluruh area yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil yang diperoleh berupa
koordinat 3D yang akurat dan rapat sehingga dapat diolah menjadi peta kontur.
4. Slope Stability Radar (SSR)
Dalam kegiatan penambangan diperlukan suatu Early Warning System (EWS)
untuk mendeteksi kestabilan lereng sehingga kecelakan dapat dihindari.
Ketidakstabilan lereng ditandai adanya pergerakan batuan pendukung lereng dalam
skala yang sangat kecil yang hamper tidak bias dilihat oleh mata biasa. Oleh karena
itu, radar dapat digunakan untuk memantau area tambang.
61
Terdapat indikasi bahwa pada kondisi tertentu kehadiran air tambang kadang-
kadang juga dapat menimbulkan gangguan terhadap kegiatan penambangan, yaitu
pada saat hujan lebat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemajuan tambang ke
arah lebih luas, masalah sistem penyaliran tambang seharusnya tetap diperhatikan.
5.2.1.1. Jenis
Kegiatan penyelidikan hidrologi – hidrogeologi yang dilakukan terdiri dari kajian
hidrologi dan kajian hidrogeologi.
Gambar 5.15.
Grafik Suhu Rata-Rata
Gambar 5.16.
Grafik Kelembaban Rata-Rata
62
Gambar 5.17.
Grafik Penyinaran Rata-Rata
Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh per satuan luas wilayah,
dinyatakan dalam satuan mm yang berarti jumlah air yang jatuh pada satu satuan
luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m2 jumlah air yang jatuh sebanyak 1
liter atau sedalam air 1 mm pada luas 1 m2. Curah hujan yang relatif tinggi pada
wilayah Indonesia berakibat pentingnya penanganan air hujan yang baik agar
produktifitas tambang tidak menurun.
Curah hujan sangat berpengaruh terhadap sistem penyaliran tambang, karena besar
kecilnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang harus ditampung di
bukaan tambang. Data curah hujan diperoleh dari situs
www.worldweatheronline.com, dengan data mulai dari tahun 2012 sampai tahun
2021. Data hujan Desa Hargorejo dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Tabel 5.9.
Tabel DataCurah Hujan Desa Hargorejo
63
Berdasarkan data di atas maka dapat didapatkan data curah hujan harian maksium,
curah hujan bulanan rata-rata yang didapatkan dari hasil penjumlahan curah hujan
pada bulan yang sama pada setiap tahun lalu dirata-ratakan, dan curah hujan
tahunan. Data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik :
Gambar 5.18.
Grafik Curah Hujan Harian Maksimum
Gambar 5.19.
Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata
Gambar 5.20.
Grafik Curah Hujan Tahunan
64
5.2.1.1.2. Pengujian Kualitas Air
Sampel air yang telah didapat kemudian diuji di laboratorium. Pengujian kualitas
air dilakukan untuk mengetahui kondisi awal air di daerah penelitian. Pengujian
kualitas air yang dilakukan meliputi pengujian mikrobiologi dan pengujian kimia.
Pengujian mikrobiologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi
adanya mikroorganisme yang terdapat pada air.
Tabel 5.10.
Hasil Uji Mikrobiologi AIr
No Parameter Satuan Hasil Baku Metode
Uji Mutu
Tabel 5.11.
Hasil Uji Kimia Air
Dari hasil uji mikrobiologi, sampel air yang diperoleh memiliki kandungan
klorofom yang tinggi, jauh dari nilai baku mutu. Hal tersebut disebabkan karena
letak sumur warga dengan saptic tan terlalu dekat sehingga sumur warga
65
tekontaminasi. Sedangkan dari uji kimia air tidak menunjukkan hasil yang melebihi
dari standar baku mutu yang telah ditetapkan.
5.2.1.1.3. Watertable
Watertable atau muka air tanah adalah batas bawah tanah antara permukaan tanah
dan daerah di mana air tanah menjenuhkan ruang antara sedimen dan retakan pada
batuan dalam tanah, Pada zona jenuh dibatasi di bagian bawah oleh bebatuan padat
yang tidak dapat ditembus oleh air. Bentuk dan tinggi watertable dipengaruhi oleh
permukaan tanah. Bisa saja permukaan tanah melengkung pada dipermukaan yang
lebih tinggi, dan turun pada permukaan yang lebih rendah. Bisa jadi mengikuti
bentuk topografi daerah, bukit dan lembah, serta kantong-kantong air pada satu
daerah. Air tanah yang terdapat di bawah watertable berasal dari presipitasi atau
perembesan air di permukaan tanah.
Tabel 5.12.
Muka Air Tanah Sumur Warga
66
Gambar 5.21.
Hidrostratigrafi Daerah Penelitian
Data hidrostratigrafi didapatkan dari parameter hidraulik, dimana endapan gamping
merupakan akuifer, sedangkan mangan dan andesit merupakan akuifug.
5.2.1.2. Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan lapangan telah dilakukan pengambilan data yang
meliputi kondisi hidrologi daerah, data curah hujan harian dalam kurun waktu 10
tahun terakhir, kondisi air permukaan, dan pengambilan satu sampel air.
Gambar 5.22.
Peta Sebaran Data Sumur
67
5.2.2. Analisis Hidrologi - Hidrogeologi
Pada bagian analisis hidrologi -hidrogeologi dibahas mengenai hasil pengolahan
data atau analisis dari parameter yang telah diperoleh.
5.2.2.1. Hidrologi
Analisis hidrologi yang dilakukan mencakup analisis siklus hidrologi, parameter
curah hujan, intensitas curah hujan, dan daerah tangkapan hujan.
Pengolahan data curah hujan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data curah hujan
yang siap pakai untuk suatu sistem penyaliran dan besarnya nilai curah hujan
rencana dan intensitas curah hujan di Dusun Kliripan. Pengolahan data ini dapat
dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Gumbell
modifikasi, yaitu suatu metode yang didasarkan atas distribusi normal (distribusi
harga ekstrim).
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
X = Rata-rata tinggi hujan maksimum (mm/24 jam)
Xi = Jumlah hujan maksimum n data (mm/24 jam)
N = Jumlah data
2. Perhitungan Standar Deviasi
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
S = Standar deviasi
Xi = Curah hujan maksimum
X = Curah hujan rata-rata
n = Jumlah data
68
3. Perhitungan Reduce Variate
𝑌𝑡 = −𝑙𝑛[−𝑙𝑛
[𝑇−1]
]
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
Yt = Reduce variate
T = Tahun curah hujan
4. Perhitungan Reduce Mean
Keterangan :
Yn = Reduce mean
n = Jumlah data
m = Urutan data
YN= Rata-rata reduce mean
5. Perhitungan koreksi simpangan
Keterangan :
Sn = Koreksi simpangan
Yn = Reduce mean
YN= Rata-rata reduce mean
N = jumlah data
6. Penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan “Distribusi Gumbell”,
yaitu penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan cara partial (partial
series anality). Cara ini dilakukan dengan menentukan ambang batas curah
hujan harian maksimum. Perhitungannya dapat dilakukan dengan persamaan
berikut :
Keterangan :
CHR = Hujan harian rencana maksimum (mm/24 jam)
69
X = Curah hujan rata-rata
S = Standar deviasi
Sn = Koreksi simpangan
Yt = Reduce variate
YN = Rata-rata reduce mean
7. Perhitungan resiko hidrologi
Keterangan :
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur tambang
8. Penentuan periode ulang
Curah hujan akan menunjukkan suatu kecendrungan pengulangan. Hal ini
terlihat data yang analisis mencakup suatu jangka panjang. Sehubungan dengan
hal tersebut dalam analisis curah hujan dikenal istilah periode kemungkinan
ulang (return period), yang berarti kemungkinan atau probabilitas periode
terulangnya suatu tingkatan curah hujan tertentu. Dalam perancangan bangunan
air atau dalam hal ini sarana penyaliran tambang salah satu kriteria perancangan
adalah hujan rencana, yaitu curah hujan dengan periode ulang tertentu atau
kemungkinan akan terjadi sekali dalam suatu jangka waktu tertentu. Dari
perhitungan resiko hidrologi diketahui bahwa nilai probabilitas resiko hidrologi
67% dan dengan curah hujan rencana terbesar terdapat pada tahun ke lima (5).
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai curah hujan harian rencana 171,7
mm/hari dan intensitas curah hujan sebesar 92,8 mm/jam (hasil perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran, dengan Periode Ulang Hujan 5 Tahun.
70
Klasifikasi curah hujan dapat diketahui berdasarkan dari nilai intensitas hujannya.
Menurut Sosrodarsono dan Takaeda (1983), keadaan curah hujan berdasarkan nilai
intensitas hujan sebesar 92,8 mm/jam yaitu hujan lebat. Keadaan curah hujan
berdasarkan intensitas hujan dapat dilihat pada Tabel 5.9.
I= (mm/jam)
Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu (jam)
Tabel 5.9.
Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan
71
tangkapan hujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi
topografi, rapat tidaknya vegetasi serta keadaan geologi.
Tabel 5.13.
Tabel Daerah Tangkapan Hujan
Gambar 5.23.
Peta Sebaran Catchment Area
72
5.2.2.1.4. Penentuan Nilai Koefisien Air Limpasan di Desa Hargorejo
Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan
besarnya limpasan permukaan dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada
daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda, tergantung
pada sifat fisik batuan, topografi, daerah dan tata guna lahan. Penentuan koefisien
limpasan di daerah penambangan dipengaruhi oleh macam permukaannya, dimana
tiap permukaan mempunyai koefisien limpasan yang berbeda.
Tabel 5.14.
Tabel Koefisien Air Limpasan
Gambar 5.23.
Arah Limpasan Air
73
Arah limpasan menjauhi lubang bukaan, serta air limpasan mengalir dari ketinggian
tinggi ke tempat yang memiliki ketinggian lebih rendah.
Tabel 5.15.
Tabel Debit Limpasan Air
Luas DTH dari tabel tersebut merupakan output dari software Arcgis yang
digunakan. Dengan melakukan perhitungan maka besar debit air limpasan pada
setiap DTH dapat diketahui.
Gambar 5.24.
Pemodelan Genangan
74
Pemodelan genangan dilakukan dengan membuat sayatan pada titik sungai yang
dianggap represntatif, pada penelitian digunakan reach 3.
Gambar 5.25.
Penampang Sungai Tahun 5
Gambar 5.26.
Penampang Sungai Tahun 10
Gambar di atas merupakan penampang sungai apabila terjadi hujan dalam kurun
waktu 5 tahun dan 10 tahun. Penampang sungai tersebut diambil dari penampang
suna reach 3. Pada penampang sungai reach 3 apabila dibandingkan, permukaan
air sungai tidak terlalu berbeda. Pada tahun 10 permukaan air hanya naik sedikit
saja.
75
Gambar 5.27.
Kedalaman Genangan Tahun 5
Gambar 5.28.
Kedalaman Genangan Tahun 10
76
kedalaman genangan pada tahun 5 dan tahun 10 menunjukkan hasil yang tidak
signifikan.
5.2.2.2. Hidrogeologi
5.2.2.2.1. Topologi Sistem Akuifer
Kondisi dan distribusi sistem akuifer dalam sistem geologi dikontrol oleh faktor
litologi, stratigrafi dan struktur dari endapan-endapan geologi. Litologi adalah
penyusun secara fisik meliputi komposisi mineral, ukuran butir dan kemas dari
endapan-endapan atau batuan yang membentuk sistem geologi. Stratigrafi
menggambarkan kondisi geometri dan hubungan umur antar lapisan atau satuan
batuan dalam sistem geologi. Sedangkan struktur geologi menunjukkan bentuk/sifat
geometri dari sistem geologi yang diakibatkan dari deformasi yang terjadi setelah
batuan terbentuk. Pada sedimen yang belum terkonsolidasi/kompak, kontrol yang
berperan adalah litologi dan stratigrafi. Pengetahuan akan ketiga faktor di atas
memberikan arahan kepada pemahaman karakteristik dan distribusi sistem akifer
(Freeze dan Cherry, 1979)
77
pada batugamping dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan tampilan lapisan akuifer pada
Gambar 5.4. Proses penambangan suatu komoditas tambang harus memperhatikan
kondisi air tanah, sehingga diperlukan analisis pemodelan air tanah.
Gambar 5.29.
Sistem Akifer Media Rekahan pada Batugamping (Puradimaja, 1993)
Gambar 5.30.
Lapisan Akuifer
78
Menurut Kruseman, G.P. and de Ridder, J.M. (1990). Berdasarkan sifat fisik dan
kedudukannya dalam kerak bumi, akifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan
airtanah dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan
aluvial. Airtanah dangkal adalah airtanah yang paling umum dipergunakan
sebagai sumber air bersih oleh penduduk di sekitarnya.
b. Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer),
merupakan akifer yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah
kedap) di bagian atasnya, dapat dijumpai pada daerah volkanik (daerah
batuan tuf).
c. Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara
lapisan kedap air (akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam
(umumnya > 40 m) dan terletak di bawah akifer bebas. Airtanah dalam
adalah airtanah yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik daripada airtanah
dangkal, oleh karenanya umum dipergunakan oleh kalangan industri
termasuk di dalamnya kawasan pertambangan
79
Pemodelan airtanah pada suatu tambang merupakan kajian secara menyeluruh
tentang kondisi morfologi, hidrologi, geologi, dan hidrogeologi yang diaplikasikan
secara konseptual dalam sebuah model, dengan tujuan untuk mengetahui
perubahan-perubahan airtanah, seperti pola aliran, head, dan arah aliran. Pada
pemodelan air tanah, PT. McManghan bekerjasama dengan U.S. Geological Survey
untuk melakukan survey lapangan dan menganalisis pemodelan air tanah
menggunakan software MODFLOW. Data parameter inputan untuk dapat
melakukan komputasi pada software tersebut yaitu data hidrologi dan data
hidrogeologi.
Kondisi air tanah Dusun Kiringan setelah dilakukan pemodelan diketahui bahwa
elevasi terendah pada proses penambangan PT. McManghan tidak lebih dalam dari
elevasi air tanah, sehingga keberadaan air tanah tidak mengganggu kegiatan
penambangan. Oleh karenanya dalam perhitungan jumlah air tambang, air tanah
tidak ikut dihitung dan kondisi akuifer pada daerah penambangan tergolong akuifer
bebas. Karena dekat permukaan tanah dan tidak ada lapisan impermeabel.
Gambar 5.32.
Perbandingan Calculated vs Observed Heads
80
5.2.2.2.5. Perubahan Ketinggian MAT
Dalam proses penambangan, aliran air dianalisis untuk mengetahui karakteristik
hidrogeologi di tambang dan sekeliling tambang yang bisa berubah-ubah sewaktu-
waktu selama proses penambangan, pada gambar dibawah ini dapat disimpulkan
bahwa perubahan ketinggian MAT terjadi hanya di sekeliling Pit.
Gambar 5.33.
MAT sebelum penambangan
Gambar 5.34.
MAT setelah penambangan
81
Selama 5 proses penambangan, kondisi MAT harus selalu dipantau agar proses
penambangan dapat berjalan dengan baik, karena perubahan muka air tanah dapat
berpengaruh terhadap beberapa aspek yaitu masalah sosial, dan masalah dalam
geoteknik pertambangan. Dapat dilihat dibawah ini bahwa selama 5 tahun proses
penambangan dilakukan, disimpulkan bahwa tidak ada MAT yang berubah di
sekeliling tambang, dikarenakan titik initial heads yang jauh berada di luar Pit
penambangan, namun hal tersebut tidak bermasalah karena MAT yang tidak
menurun di sekeliling tambang dapat memberi dampak positif ke warga karena
sumur yang ada di sekeliling IUP tidak mengalami kekeringan.
Gambar 5.35.
Perubahan MAT selama 5 Tahun
82
Gambar 5.36.
Dimensi Paritan
Gambar 5.37.
Grafik Volumen Pompa dan Air terhadap Waktu
Dari grafik tersebut dapat dilihat selisih terbesar antara volume pompa dan volume
air. Selisih tersebut merupakan volume sump, yakni 28269,3 m3.
83
Gambar 5.38.
Geometri Sump
Maka untuk dapat menampung air, direkomendasikan geometri sump dengan
ukuran 70 m 41,5 m dengan kedalaman sump 10 m.
Gambar 5.39.
Pompa Multiflo
84
Pompa yangdirekomendasikan adalah pompa Multiflo seri MF 420 yang memiliki
daya hisap 0,18 m3/detik dengan jam kerja pompa selama 22 jam/hari.
Gambar 5.40.
Geometri Sump
Gambar 5.41.
Letak Paritan, Sump, Settling Pond, dan Pipa
85
Letak sump yang direkomendasikan berada di dalam lubang bukaan tambang. Pada
pit bottom dibuat sump yang dilengkapi dengan pompa dan pipa yang
menghubungkan dengan settling pond di luar lubang bukaan. Pipa yang
direkomendasikan sepanjang 188 meter.
Limbah yang dibuang harus sesuai dengan batu mutu yang ditampilkan oleh tabel
di atas. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dan pengolahan tidak
boleh mengandung Mn lebih dari 1 mg/l, Zn lebih dari 5 mg/l, Cu lebih dari 1 mg/l,
dan Fe lebih dari 5 mg/l. Apabila dalam pemantauannya, limbah memiliki kadar
maksimum yang melebihi baku mutu, maka perlu dilakukan treatment agar limbah
dari kegiatan penambangan dan pengolahan sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan. Treatment bisa dilakukan dengan melakukan misalnya penambahan
zeolit.
Pemantauan limbah juga bertujuan agar limbah yang dibuang tidak mencemari
sumber air warga, baik itu sungai, sumur, maupun air tanah. Selama kegiatan
pertambangan berlangsung hingga kegiatan pertambangan selesai, kualitas air harus
minimum sama dengan pengujian kualitas air pada saat tambang belum dibuka.
86
5.2.3.2. Hidrogeologi
5.2.3.2.1. Rekomendasi Sumur Pantau MAT
Gambar 5.42.
Lapisan Akuifer
Dalam pelaksanaan penambangan, muka air tanah akan berangsur menurun seiring
berjalannya penambangan karena proses pengambilan komoditas tambang, hal
tersebut akan mempengaruhi muka air tanah di sekeliling area penambangan yang
akan berdampak pada masyarakat sekitar apabila terjadi penurunan MAT, maka
dari itu PT. McManghan membuat 8 sumur pemantauan untuk memantau
ketinggian MAT selama proses penambangan.
87
BAB VI
RENCANA PENAMBANGAN
88
Open pit mining bertujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka
(tidak ditimbun kembali) selama pengambilan bijih masih berlangsung. Untuk
mencapai badan bijih yang umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan
tanah/batuan penutup (waste rock) dalam jumlah yang besar. Tujuan utama dari
operasi penambangan adalah menambang dengan biaya serendah mungkin
sehingga dicapai keuntungan yang maksimal.
Hal ini juga didorong oleh meningkatnya permintaan akan bahan tambang seiring
dengan peningkatan konsumsi per kapita.Secara umum, tambang terbuka dinilai
lebih menguntungkan dibanding metode tambang bawah tanah dalam hal recovery
(mineral yang dapat ditambang dibanding dengan banyak cadangan), grade control
(pengendalian kadar), keluwesan operasi, keselamatan, dan lingkungan kerja.
Namun, dalam situasi dimana deposit terlalu kecil, berbentuk tak teratur, atau
terletak terlalu dalam di bawah tanah, metode tambang bawah tanah akan lebih
menguntungkan. Suatu tambang terbuka pada satu titik mungkin saja perlu diubah
menjadi tambang bawah tanah ketika batuan penutup (waste rock) yang perlu
dikupas menjadi terlalu besar. Ini biasanya terjadi jika cadangan bijih berlanjut
hingga sangat dalam.
89
perhitungan cadangan mangan, target penambangan dan target produksi tiap tahun
sesuai permintaan konsumen sebagai pembeli komoditas mangan.
90
penambangan ini membagi pit limit menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil
dan lebih mudah dikelola. Perancangan sequence untuk memenuhi target produksi
membutuhkan yang rinci mengenai lokasi aktual dan arah persebaran batubara.
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu peta geologi regional
perusahaan, peta IUP perusahaan, topografi, boundary LOM,
91
6.2.4. Rencana Pengangkutan Material
Hal pertama yang dilakukan adalah proses land clearing, yakni dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas pembersihan lahan tambang dari material hutan yang
meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang. Umumnya kegiatan
penambangan selalu diawali dengan pembersihan lahan konsesi yang akan
ditambang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu enis
pepohonan yang tumbuh, kondisi dan daya dukung tanah, topografi hujan dan juga
perubahan cuaca. Proses land clearing menggunakan bulldozer, lahan
pertambangan dibersihkan dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran
besar. Secara umum membutuhkan waktu sesuai luas lahan yang akan ditambang.
92
6.3. Asumsi Perhitungan Jam Kerja
Dalam menentukan perhiungan jam kerja, hal ini telah diatur oleh pemerintah dan
tercantum pada undang-undang nomor 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan yaitu
pasal 77 ayat (1) dan (2) UU 13/2013. Berdasarkan pasal 21 ayat (1) dan (2)
Peraturan Pemerintah No. 35/2021 diatur maksimal jam kerja per hari adalah 7 jam
untuk 6 hari kerja dan 8 jam untuk 5 hari kerja. Jika perusahaan mempekerjakan
pekerjanya hingga 12 jam sehari dan jam kerja normal adalah 8 jam sehari , maka
perusahaan wajib membayar 4 jam upah Kerja Lembur (pasal 27 ayat (1) dengan
mempertimbangkan target produksi sebesar 500.000 ton/tahun maka waktu kerja
tambang dirincikan pada tabel.
Tabel 6.
Asumsi Perhitungan Jam kerja
Jumlah hari/tahun 365
Jumlah hari minggu/tahun 52
6 hari kerja Senin-Sabtu
Cuti dan Libur 92
Total hari kerja/tahun 273
Jumlah shift/hari 1 shift
Jumlah jam kerja/shift 9 jam (1 jam istirahat)
Total jam kerja/tahun = (9-1) × 273 2184 Jam
Cuti 8 : 2 14 hari
93
Hari kerja efektif 365 hari – 92 hari
Tabel 6.
Jam kerja PT Tra8s Studio
Shift Waktu (WIB) Keterangan
08.00-12.00 Kerja
1
12.00-13.00 Istirahat
13.00-17.00 Kerja
94
menjadi variabel dalam perhitungan total waktu kerja yang dapat dilakukan selama
alat tersebut beroperasi. Semakin kecil waktu delay maka akan semakin besar
efisiensi alat tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya delay time
sebagai berikut:
1. Faktor material
Perbedaan kekerasan material yang akan digali sangat bervariasi semakin keras
material maka waktu yang diperlukan untuk menggali material juga lama
(Yanto, 2014). Dan hal ini bisa menyebabkan terjadinya antian pada front
kerja.
2. Faktor manusia
Merupakan faktor manusia yang, nenggerakan alat-alat tersebut, waktu delay
bisa terjadi karna kelalaian dari operator tersebut dalam bekerja. Delay time
yang terjadi karena disebabkan oleh faktor ini bisa kita hindari dengan cara
meningkatkan kedisiplinan dari operator alat angkut tersebut.
3. Faktor lingkungan
Dimana pada faktor ini yang mempengaruhi adalah lingkungan jika lingkungan
kerja buruk maka akan terjadi waktu hambatan untuk alat tersebut beroperasi.
Contohnya jika terjadi penyampitan pada satu sisi jalan saja maka akan terjadi
antrian pada alat angkut tersebut.
Waktu tidak produktif (Idle time) merupakan kondisi dimana alat mekanis yang
hidup (menyala mesin) namun tidak menghasilkan produksi baik overburden
ataupun batubara. Terjadinya idle time ini menyebabkan produksi pengupasan
overburden menjadi tidak maksimal, dimana meskipun waktu tidak produktif ini
tidak terlalu lama namun sering terjadi.
95
Sehingga perlu dilakukan optimasi terhadap waktu kerja efektif tersebut. Berikut
ini rumus yang digunakan untuk menentukan waktu kerja efektif :
𝑊𝑒
% 𝑊𝑒 = × 100%
𝑊𝑜𝑝
Dimana :
We = Waktu kerja efektif
% We = Persentase persentase waktu kerja efektif efektif (%)
Wop = Waktu kerja yang tersedia tersedia (menit)
96
a) Kapasitas mujung
b) Berat kosong
c) Kekuatan mesin
d) Efisiensi kerja kecepatan maksimum tiap-tiap gear
Sedangkan keadaan lapangan, meliputi :
a) Jarak yang ditempuh
b) Lokasi tempat kerja
c) Rilling resistance
d) Swell factor
e) Bobot isi
3. Backhoe
Faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produktivitas backhoe di area pemuatan,
diantaranya dimensi area pemuatan, metode pemuatan, manajemen area pemuatan,
karakteristik overburden, sudut ayunan (swing angle), faktor pengembangan (swell
factor), faktor pengisian bucket (bucket fill factor), tipe dan kapasitas bucket,
ketersediaan alat (equipment utilization and availability), gangguan mekanik/mesin
(mechanical issue), waktu edar (cycle time) dan waktu pemuatan (loading time)
backhoe, waktu posisi (spotting time) dumptruck, dan skill operator, serta faktor
keserasian alat.
6.4.1. Jenis dan Spesifikasi Alat
Berikut ini merupakan alat yang digunakan oleh PT McManghan untuk menunjang
kegiatan penambangan :.
Tabel 6.
Spesifikasi Alat
Dumptruck
Merk HINO
Type Hino dutro 130 HD
Kapasitas 29,6 m3
Panjang 6,026 m
Tinggi 2,165 m
Lebar 2m
Backhoe
97
Merk Komatsu
Type PC 200-6
Tinggi 2,985 m
Lebar 2,8 m
Panjang 6,27
Kapasitas 7,5 m3
Ukuran Bucket 0,76 m3
Bulldozer
Type Caterpillar CS-573 D
Berat Overall 9,71 Ton
Lapisan Perkerasan 20 cm
Lebar Efektif Drum 1,70 meter
Dimension
Panjang 4,56 meter
Lebar 2,34 meter
Tinggi 3,07 meter
Gambar 6.
Dump Truck
Gambar 6.
Backhoe
98
Gambar 6.
Bulldozer
99
1. Pendataan cadangan mineral dan batubara tidak tertambang oleh Pemegang
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi, dilakukan dengan:
a) Mendata volume, kedalaman, dan kualitas batubara atau kadar mineral
pada lokasi penambangan yang ditinggalkan paling lama 30 (tiga puluh)
hari, termasuk penjelasan mengenai kendala teknis dan ekonomis sehingga
kegiatan penambangan ditinggalkan
b) Mendata volume, kedalaman, dan kualitas batubara atau kadar mineral
pada lokasi yang direncanakan kegiatan penambangan tetapi tidak
direalisasikan sesuai dengan rencana kerja penambangan yang disetujui,
termasuk penjelasan mengenai kendala teknis dan ekonomis sehingga
rencana kegiatan penambangan tidak dapat direalisasikan.
2. Pendataan cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang oleh
Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat dilakukan
dalam bentuk peta konservasi mineral dan batubara sebagai bagian dari laporan
konservasi.
3. Pendataan potensi cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang
sepanjang batas antara WIUP dan WIUPK dengan WIUP dan WIUPK lainnya
oleh Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi.
100
BAB VII
RENCANA PENGOLAHAN
Mangan adalah unsur dengan simbol, Mn. Nama mangan berasal dari Bahasa latin,
magnes, yang memperlihatkan sifat magnetik dari pyrolusit. Berwarna keabu-abuan
dan bersifat getas. Sifatnya hampir sama dengan besi namun mangan lebih ringan
dan lebih keras. Mangan memiliki empat bentuk alotropi, yaitu Alpha mangan, beta
mangan, gamma mangan, dan delta mangan. Logam ini akan menguap pada
temperatur 2061oC. (Cardarelli, 2008).
Di alam, mangan ditemukan dalam bentuk mineral, seperti alabandit (MnS),
pirolusit (MnO2), haussmanit (Mn3O4), Jacobsit (MnFe2O4) dll. Proses pemurnian
mangan ada dua macam, yaitu electrowinning dan electrothermall. Mangan
biasanya diproduksi dalam bentuk ferromangan dan silikomangan. Ferromangan
(Fe-Mn-C) mengandung lebih dari 76% Mn dan 7,5% C untuk karbon tinggi, 1-
1,5% C untuk karbon menengah, dan kurang dari 1% untuk karbon rendah.
Sedangkan silikomangan (Si-Mn-C) mengandung 65-85% Mn, 14-16% Si, dan 2%
C. (Cardarelli, 2008)).
Pada temperatur kamar, mangan murni tidak diserang oleh oksigen, nitrogen, atau
hydrogen. Namun, pada temperatur tinggi mangan sangat bereaksi dengan oksigen,
sulfur, dan fosfor. Oleh karena itu, mangan digunakan pada industri pembuatan besi
dan baja sebagai agen reduksi, desulfurisasi, dan defosforisasi. Mangan larut
dengan cepat pada kondisi asam. (Cardarelli, 2008) Perusahaan baja melaporkan
bahwa penggunaan mangan sekitar 90%. Baja karbon dengan 70% konsumsi
mangan. 30% penggunaan mangan untuk agen desulfurisasi dan deoksidasdi, dan
70% digunakan dalam bentuk murni sebagai unsur paduan. Mangan adalah unsur
penstabil austenit dengan dikombinasikan dengan nitrogen, sebagai pengganti nikel
yang harganya lebih mahal. Logam paduan bahan baja yang banyak digunakan
adalah feromangan dan silikon mangan.
101
Tabel 7.1.
Komposisi baja AISI 201 (ASTM International, 2004)
Unsur Presentase, max (%)
Karbon (C) 0,15
Mangan (Mn) 5,5 – 7,5
Fosfor (P) 0,060
Sulfur (S) 0,030
Silikon (Si) 1,00
Kromium (Cr) 16 – 18
Nikel (Ni) 3,5 – 5,5
Nitrogen 0,25
Setelah itu, material umpan akan melalui proses menggunakan alat grizzly feeder..
Hasil dari grizzly feeder, kemudian akan dibawa menuju menuju tahapan Single
Deck Vibration Screen. Setelah itu dari single deck vibration screen, akan
menghasilkan 2 (dua) produk, yaitu lolos 5 mm dan produk dengan ukuran 50 – 5
mm. . Setelah itu proses dilanjutka dengan alat jaw crusher. Setelah iu dilanjutkan
dengan alat double deck vibration screen. Selanjutkan produk akan diproses lagi
menggunakan alat triple deck vibration screen, dari alat ini dihasilkan 4 (empat)
produk dengan ukuran berbeda. Produk selanjutkan akan diangkut dan diletakan
didalam gudang. Adapun alur pengolahan PT Mc Manghan dapat dilihat pada
gambar 7.1.
102
Stockyard
ROM
Umpan masuk : 238,1 ton/jam
Umpan terbesar :350 mm
HOPPER HOPPER
-50 -50
GRIZZLY FEEDER I
Single Deck GRIZZLY FEEDER II
Vibrating Screen
Umpan masuk : 11,9 ton/jam
Opening :50 mm
Eff : 95%
Double Deck
Vibrating Screen
Deck I opening : 90 mm, Ef : 90%
Deck II opening : 90 mm, Ef : 95%
-180+90
-90+50
71,4 ton/jam 71,4 ton/jam
Triple Deck
Vibrating Screen
Gambar 7.1
Diagram Alur Pengolahan PT Mc Manghan
Dengan target produksi 238,1 ton tiap jam. Maka berdasarkan hal tersebut, berikut
merupakan berbagai peralatan yang digunakan oleh PT Mc Manghan.
103
1. Stockyard
Stockyard berfungsi sebagai tempat penjemuran mangan hasil dari tambang.
Stockyard dirancang untuk menampung produksi per yakni 238,1 ton tiap jam.
2. ROM
ROM merupakan singkatan dari Run Off Mine. ROM adalah tempat penumpukan
sementara mangan hasil penambangan dari pit.
3. Wheel Loader
Wheel Loader merupakan jenis alat berat yang sering dipakai untuk mengangkut
material yang akan di muat ke dalam dumptruck atau memindahkan material ke
tempat lain. Alat berat seperti Wheel Loader ini mirip dengan shovel dozer, akan
tetapi terdapat perbedaan yaitu Wheel Loader beroda karet (ban) sedangkan shovel
dozer beroda rantai/(track loader) sehingga dalam segi kemampuan ataupun
kegunaannya sedikit berbeda. PT Mc Manghan menggunakan alat ini untuk
memindahkan material dari stockyard akan diangkut menggunakan wheel loader ke
hopper.
Gambar 7.2
Wheel Loader
4. Hooper
Hopper adalah bejana atau wadah yang saluran masuknya berada di atas dan
mempunyai lubang di bagian bawah untuk saluran keluar. Alat mempunyai
kegunaan sebagai tempat penampungan sementara dari material umpan, yang
selanjutnya material tersebut dimasukkan ke alat peremuk oleh alat pengumpan.
Pada bagian atasnya, hopper dapat dibuat berbentuk limas segiempat terpancung,
104
sedangkan bagian bawah disesuaikan dengan feeder (reciprocating plate feeder).
Hopper terbuat dari lembaran-lembaran baja pada dindingnya, dengan tujuan agar
kuat dan terhindar dari kerusakan akibat benturan dengan material mangan. Adapun
umpan yang masuk ke dalam hopper berasal dari Stockyard.
Gambar 7.3
Hopper
5. Grizzly Feeder
Grizzly feeder yang digunakan untuk mengumpankan material dari hopper ke jaw
crusher. Pemilihan alat grizzly feeder didasarkan pada:
a. Ukuran terbesar produk tambang
b. Ukuran lubang keluaran Hopper,
c. Ukuran bukaan jaw crusher.
Gambar 7.4
Grizzly Feeder
6. Jaw Crusher
Jaw crusher adalah mesin pemecah atau peremuk yang mengandalkan gaya
tekanan yang berasal dari jaw plate sehingga batu yang dimasukkan dapat
dihancurkan. Jaw plate jaw crusher yang bergerak akan menekan batu-batuan yang
dimasukkan ke dalam mesin jaw crusher ke sisi jaw plate yang dalam posisi tetap
sehingga batu-batuan tersebut dapat hancur sesuai dengan ukuran agregat yang kita
105
inginkan. Pergerakan dari jaw plate jaw crusher yang dapat bergerak mampu untuk
membuka lebar pada bagian atas sebagai tempat masuk batu agregat, sedangkan
untuk bagian bawahnya hanya dapat bergerak sedikit.Pemilihan alat peremuk
didasarkan pada :
a. Ukuran terbesar produk tambang,
b. Target produksi yang ingin dicapai,
c. Jenis material yang akan di remuk.
Gambar 7.5
Jaw Crusher
7. Vibration Screen
Vibration Screen merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengklasifikasikan
ukuran material sesuai dengan yang dibutuhkan. Adapun dalam kegiatan
pengolahan PT Mc Manghan, vibration yang digunakan adalah single deck
vibration screen, double deck vibration screen, dan triple deck vibration screen.
Gambar 7.6
Vibration Screen
106
8. Belt Conveyor
Conveyor merupakan alat angkut material. Prinsip kerja belt conveyor adalah
mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan atau inlet pada sisi tail
dengan menggunakan chute dan setelah sampai di head material ditumpahkan
akibat belt berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive/head pulley dengan
menggunakan motor penggerak.
Gambar 7.7
Belt Conveyor
107
2. Grizzly Feeder
Adapun spesifikasi alat sebagai berikut :
108
Gambar 7.8
Jaw Crusher
7.2.2. Jumlah
Berikut merupakan jumlah atau kebutuhan alat yang digunakan dalam kegiatan
pengolahan PT Mc Manghan :
1. Stockyard
Stockyard yang dibuat mampu menampung target produksi. Adapun jumlah
stockyard yang digunakan sebanyak 1 buah.
2. Wheel Loader
Adapun alat loader yang digunakan sebanyak 1 buah, yang didasarkan pada
perhitungan berikut :
a. Densitas Mangan = 1.7 ton/m3
b. Kapasitas Bucket = 8.2 m3
109
c. Banyak pengangkutan dalam 1 jam = 15 kali
d. Cycle Time = 4 menit/bucket
e. Jumlah Pengambilan Material = 12 kali
3. Grizzly Feeder
Grizzly feeder yang digunakan untuk mengumpankan material dari hopper ke jaw
crusher (Lampiran G.3) yaitu :
Merk : Henan Pingyuan
Model : 911MPEZSW
Maximum Feeding Size : 630 mm
Power : 15 kW
Capacity : 400 ton/hour
4. Hooper
Hopper yang akan digunakan adalah 2 unit dengan dimensi yang sama. Dimensi
hopper didasarkan pada lebar bucket wheel loader dan dimensi grizzly feeder.
8. Belt Conveyor
Pada pengolahan komoditas mangan, PT. Mc Manghan menggunakan Belt
Conveyor dengan pembagian sebagai berikut :
a. Belt conveyor I dan II dari feeder ke screen I (impact crusher I)
b. Belt conveyor III dari feeder ke jaw crusher
c. Belt conveyor IV dari screen I ke jaw crusher
110
d. Belt conveyor V dan VI dari feeder ke jaw crusher
e. Belt conveyor VII dan VI II dari jaw crusher ke double deck
f. Belt conveyor IX dari triple deck ke stockpile produk 1
g. Belt conveyor X dari triple deck ke stockpile produk 2
h. Belt conveyor XI dari triple deck ke stockpile produk 3
i. Belt conveyor XII dari triple deck ke stockpile produk 4
j. Belt conveyor XIII dari triple deck ke stockpile produk 5
k. Belt conveyor XIV dari triple deck ke stockpile produk 6
7.2.3. Kapasitas
2. Wheel Loader
Berdasarkan spesifikasi alat loader, untuk kapasitas bucket yang dapat digunakan
sebesar 8,2 m3 dengan kapasitas cycle time sebesar 4 menit. Adapun diketahui
densitas mangan adalah 1.7 ton/m3.
111
3. Hooper
Hopper yang akan digunakan adalah 2 unit dengan dimensi yang sama. Dimensi
hopper didasarkan pada lebar bucket wheel loader dan dimensi grizzly feeder.
Lebar wheel loader : 3,81 m
Lebar grizzly feeder : 1,8 m
Panjang grizzly feeder: 4,9 m
Luas Atas Hopper (La) : 7,3 x 3,81 m = 27,81 m2
Luas Bawah Hopper (Lb) : 3,4 x 1,8 = 6,12 m2
Tinggi total Hopper (T) :7m
Tebal Plat : 0,05 mm
Volume hopper : 338,85 ton
ϴ : 65,22 ̊
4. Feeder
Adapun kapasitas pada alat feeder sebesar 400 ton./jam hal ini disesuaikan dengan
target produksi PT Mc Manghan.
5. Belt Conveyor I
Belt conveyor yang digunakan adalah sebanyak 15 unit.
a. 2 buah Belt Conveyor (Grizzly Feeder → Vibrating Screen Single Deck I)
Panjang belt conveyor = 10 m
b. 2 buah Belt Conveyor (Grizzly feeder → Jaw crusher I dan II)
Panjang belt conveyor = 10 m
c. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Single Deck → Stockpile tanah)
Tinggi : 4,5 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,5 mtan 18 = 13,85 m
Panjang belt conveyor : 4,5 msin 18 = 14,56 m
d. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Single Deck → Jaw Crusher II)
Tinggi : 2.78 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 2,78 mtan 18 = 8,55 m
112
Panjang belt conveyor : 2,78 msin 18 = 8,99 m
e. 2 buah Belt Conveyor (Jaw Crusher → Vibrating Screen Double Deck)
Tinggi : 4,1 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,1 mtan 18 = 12,61 m
Panjang belt conveyor : 4,1 msin 18 = 13,2 m
f. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Double Deck → Tripe Deck)
Tinggi : 4,1 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,1 mtan 18 = 12,61 m
Panjang belt conveyor : 4,1 msin 18 = 13,2 m
g. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk I)
Tinggi : 7,5 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 7,5 mtan 18 = 23,08 m
Panjang belt conveyor : 7,5 msin 18 = 24,27 m
h. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk II)
Tinggi : 6,9 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 6,9 mtan 18 = 21,24 m
Panjang belt conveyor : 6,9 msin 18 = 22,33 m
i. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk III)
Tinggi : 5,9 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 5,9 mtan 18 = 18,16 m
Panjang belt conveyor : 5,9 msin 18 = 19,09 m
j. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk IV)
Tinggi : 4,8 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,8 mtan 18 = 14,77 m
Panjang belt conveyor : 4,8 msin 18 = 15,53 m
k. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk V)
113
Tinggi : 2,9 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 2,9 mtan 18 = 8,93 m
Panjang belt conveyor : 2,9 msin 18 = 9,38 m
l. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk VI)
Tinggi : 4,1 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,1 mtan 18 = 12,62 m
Panjang belt conveyor : 4,1 msin 18 = 13,27 m
114
7.3. Jenis dan Jumlah Produk Pengolahan
115
Tabel 7.4
Distribusi Ukuran Umpan Single Deck Vibration Screen
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-50+5 32,73809524 32,73809524
-5 1,19047619 22,61904762 23,80952381
Total 33,92857143 22,61904762 56,54761905
116
Tabel 7.7
Distribusi Ukuran Produk Double Deck Vibrating Screen Deck I
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-180 +50 4,30952381 4,30952381
-150+125 4,30952381 4,30952381
-125+115 15,08333333 15,08333333
-115+100 8,619047619 8,619047619
-100+90 25,85714286 25,85714286
-90+75 15,7297619 7,972619048 23,70238095
-75+65 19,39285714 19,39285714
-65+50 25,85714286 25,85714286
-50+45 10,77380952 10,77380952
-45+40 6,464285714 6,464285714
-40+30 6,464285714 6,464285714
-30+25 8,619047619 8,619047619
-25+20 12,92857143 12,92857143
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 4,30952381 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 73,90833333 141,5678571 215,4761905
Sedangkan pada deck II, dengan opening sebesar 50 mm dan efisiensi 90%,
dihasilkan distribusi ukuran oleh alat.
Tabel 7.8
Distribusi Ukuran Produk Double Deck Vibrating Screen Deck II
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-90+75 7,972619048 7,972619048
-75+65 19,39285714 19,39285714
-65+50 25,85714286 25,85714286
-50+45 7,078392857 3,695416667 10,77380952
-45+40 6,464285714 6,464285714
-40+30 6,464285714 6,464285714
-30+25 8,619047619 8,619047619
-25+20 12,92857143 12,92857143
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 4,30952381 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 60,3010119 81,26684524 141,5678571
117
7.3.7. Triple Deck Vibrating Screen
Pada deck I , dengan opening sebesar 25 mm dan efisiensi 85%, dihasilkan distribusi
ukuran oleh alat.
Tabel 7.9
Distribusi Ukuran Produk Triple Deck Vibrating Screen Deck I
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-50+45 3,695416667 3,695416667
-45+40 6,464285714 6,464285714
-40+30 6,464285714 6,464285714
-30+25 8,619047619 8,619047619
-25+20 12,19002679 0,7385446429 12,92857143
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 4,30952381 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 37,4330625 43,83378274 81,26684524
Sedangkan pada deck II, dengan opening sebesar 10 mm dan efisiensi 92%,
dihasilkan distribusi ukuran oleh alat.
Tabel 7.10
Distribusi Ukuran Produk Triple Deck Vibrating Screen Deck II
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-25+20 0,7385446429 0,7385446429
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 3,506702619 0,8028211905 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 21,4833425 22,35044024 43,83378274
Pada deck III, dengan opening sebesar 5 mm dan efisiensi 80%, dihasilkan distribusi
ukuran oleh alat.
Tabel 7.10
Distribusi Ukuran Produk Triple Deck Vibrating Screen Deck II
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-10+5 0,8028211905 0,8028211905
-5 4,470088048 17,077531 21,54761905
Total 5,272909238 17,077531 22,35044024
118
Sehingga didapatkan sejumlah 6 produk, denga distribusi hasil :
Tabel 7.11
Distribusi Hasil
Produk Ukuran Distribusi Persen Persen
(ton/jam) Dihasilkan Keinginan
I -180+90 73,90833333 34,3 30%
II -90+50 60,3010119 27,985 30%
III -50+25 37,4330625 17,37225 15%
IV -25+10 21,4833425 9,97017 10%
V -10+5 5,272909238 2,447096 5%
VI -5 17,077531 7,925484 10%
Total 215,4761905 100 100%
119
BAB VIII
INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN
120
3. Infrastruktur lunak
Infrastruktur lunak merupakan semua hal yang berperan sebagai penunjang
kelancaran berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Dimana hal
itu tidak terlihat bentuk fisik dan wujudnya secara kasat mata. Umumnya,
hal tersebut bergerak di dalam suatu aturan, sistem, dan juga norma yang
disediakan oleh pihak pemerintah maupun pihak NGO lain. Contohnya
yaitu penerapan etika kerja yang baik dan benar, layanan publik, peraturan
yang dibuat oleh pemerintah mencakup undang-undang yang berisi
mengenai aturan hukum perdagangan dan lainnya.
Infrastruktur dibagi menjadi 2 jenis yaitu infrastruktur utama dan infrastruktur
pendukung. Infrastruktur utama adalah infrastruktur yang menjadi bagian pokok
dalam suatu proses industry pertambangan yang apabila tidak ada infrastruktur
pokok, proses kegiatan penambangan tidak dapat berjalan. Infrastruktur utama juga
memerlukan infrastruktur pendukung dimana infrastruktur pendukung adalah
infrastruktur yang mendukung infrastruktur utama agar suatu proses kegiatan
industri pertambangan berjalan dengan maksimal.
Tabel 8.1.
Spesifikasi Infrastruktur
Dimensi Infrastruktur
No Infrastruktur
Panjang Lebar Tinggi
1 Pos Keamanan 3m 3m 3m
2 Parkir Alat Berat 25 m 20 m 8m
3 Parkir Karyawan 50 m 30 m 5m
4 Kantor 35 m 14 m 4m
5 Masjid 14 m 8m 3.5 m
6 Kantin 20 m 10 m 5m
7 Poliklinik 20 m 20 m 3.5 m
8 Bengkel 25 m 20 m 8m
9 Settling Pond 30 m 10 m 5m
10 Pabrik Pengolahan 90 m 40 m -
12 Lapangan 30 m 20 m -
Fasilitas Penyediaan
13
Bahan Bakar Minyak
Fasilitas Instalasi Air
14
Bersih
121
8.1.1 Infrastruktur Utama
Infrastruktur utama adalah infrastruktur yang menjadi bagian pokok
dalam suatu proses industri pertambangan yang apabila tidak ada
infrastruktur pokok, proses kegiatan penambangan tidak dapat berjalan.
1. Kantor
Bangunan kantor tambang merupakan bagian dari infrastruktur tambang
utama yang dibuat untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi PT McManghan, yang mencakup tugas dan fungsi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dari organisasi penambangan
Breksi Andesite. Konstruksi bangunan kantor ini dibuat dari kayu/bahan
lain dengan atap asbes, dengan fasilitas antara lain fasilitas jaringan listrik;
Fasilitas jaringan air; fasilitas jaringan komunikasi (internal menggunakan
intercom, eksternal menggunakan telepon dan komunikasi radio frekuensi),
fasilitas jaringan komputer LAN, fasilitas administrasi, fasilitas kantin dan
ruang makan, dan Fasilitas parkir kendaraan. Spesifikasi dari kantor
perusahaan McManghan yaitu panjang 35 m, lebar 14 m dan tinggi 4m.
Kantor perusahaan McManghan memiliki 1 lobi, 1 ruang pertemuan, 2
toilet, 1 gudang dan beberapa ruang kerja.
Gambar 8.1.
Layout kantor
Keterangan :
1 = parkir
2 = lobi
3 = gudang
4 = ruang kerja
5 = toilet
6 = ruang rapat
122
2. Parkir alat berat
Parkir alat berat berfungsi sebagai tempat parkir alat bongkar, alat
muat, dan alat angkut.Spesifikasi tempat parkiralat berat memiliki
panjang 35 m, lebar 20 m, dan tinggi 8 m sehingga parkir alat berat ini
dapat menampung 8 alat bongkar, alat muat, dan alat angkut.
Gambar 8.2.
Layout Parkir Alat Berat
3. Parkir karyawan
Parkir karyawan berfungsi untuk tempat parkir kendaraan milik pekerja
tambang perusahaan McManghan. Spesifikasi tempat parkir karyawan
memiliki panjang 50 m, lebar 30 m dan tinggi 5 m. sehingga dapat
menampung motor sekitar 120 buah dan mobil 17 buah.
Gambar 8.3.
Layout Parkiran Karyawan
Keterangan
A = Parkiran Motor
B = Parkiran Mobil
4. Bengkel
Bengkel berfungsi untuk merawat dan memperbaiki alat bongkar, alat
muat, dan alat angkut yang digunakan di perusahaan McManghan.
123
Bengkel memiliki spesifikasi panjang 23 m, lebar 18 m, dan tiggi 8 m.
Bengkel tersebut memiliki kapasitas menampung 4 alat muat ataupun alat
angkut.
Gambar 8.4.
Layout Bengkel
Keterangan
1 = maintenance area
2 = tempat perkakas
5. Settling Pond
Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk kolam yang berfungsi
sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang, baik air tanah
maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar ke
perairan umum. Settling pond tersebut dibagi menjadi 3 kompartemen
dengan output yang dibuat zig-zag agar air yang mengalir mengalami
perlambatan dengan harapan memberi waktu partikel – partikel yang
terkandung di air buangan akan mengendap. Pada settling pond ini air dari
tambang akan dilakukan treatment dengan cara memberi tawas (alum)
untuk menjernihkan dan diberi kapur untuk mengurangi keasaman air.
Pada outlet akhir akan ditentukan sebagai titik pantau yang dengan periode
waktu dilakukan pengambilan sampel untuk mengetahui kualitas air yang
akan dilepas ke perairan umum. Spesifikasi dari settling pond memiliki
panjang 30 m, lebar 10 m, dan kedalaman 5 m.
124
Gambar 8.5.
Layout Settling Pond
6. Pabrik Pengolahan
Pabrik pengolahan berfungsi untuk mengolah mangan yang masih
dalam bentuk batu menjadi ukuran yang diinginkan pasar. Pabrik
pengolahan memiliki luas sebesar 360 m. Di dalam pabrik pengolahan
terdapat stockyard dan stockpile. Stockyard adalah tumpukan
material/bahan galian yang belum melalui suatu proses pengolahan
sedangkan stockpile adalah tumpukan material/bahan galian yang sudah
melalui proses pengolahan.
Gambar 8.6.
Layout Pabrik Pengolahan
Keterangan
1 = stockyard
2 = wheel loader
3 = Hopper
4 = grizzly feeder
125
5 = jaw crusher
6 = vibrating screen
7 = belt conveyor
8 = stockpile
7. Poliklinik
Poliklinik berada di sebelah kantor. Poliklinik berfungsi sebagai penyedia
penanganan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan, selain itu
sebagai fasilitas karyawan apabila membutuhkan obat-obatan.
Gambar 8.7.
Layout Peta Poliklinik
Keterangan
1. Ruang Observasi
2. Ruang Poli Umum
3. Ruang Obat
4. Meja Registrasi
5. Kamar Mandi
6. Ruang Laboratorium
126
Keamanan ditempatkan pada area pintu masuk daerah penambangan
dan tempat-tempat strategis. Pos kemanan disini memiliki spesifikasi
panjang 3 m, lebar 3 m dan tinggi 3 m. Pos keamanan cukup untuk
menampung 3 orang keamanan.
Gambar 8.8.
Layout dari Pos Keamanan
2. Masjid
Masjid McManghan berfungsi sebagai tempat ibadah bagi para pekerja
dan para staff kantor perusahaan yang beragama islam. Masjid
McManghan memiliki spesifikasi dengan panjang 14 m, lebar 8 m dan
tinggi 3.5 m sehingga dapat memuat sekitar 85 orang.
Gambar 8.9.
Layout Masjid
Keterangan
1 = ruang imam
2 = tempat wudlu dan toilet pria
3 = tempat wudlu dan toilet wanita
127
3. Kantin
Kantin berfungsi sebagai tempat makan pekerja yang menyediakan
berbagai makanan dan minuman. Kantin memiliki spesifikasi panjang
20 m, lebar 10 m dan tinggi 3.5 m sehingga dapat memuat sekitar 40
orang.
Gambar 8.10.
Layout Kantin
Keterangan
1 = meja makan
2 = prasmanan
3 = kursi
4. Lapangan
Lapangan perusahan berfungsi sebagai tempat upacara hari besar dan
juga tempat untuk briefing pagi para pekerja di perusahaan
McManghan. Lapangan perusahaan memiliki spesifikasi panjang 50 m
dan lebar 30 m.
Gambar 8.11.
Layout Lapangan Perusahaan
Keterangan
1 = tiang bendera
128
5. Fasilitas Penyediaan Bahan Bakar Minyak
Fasilitas penyediaan bahan bakar minyak dibangun untuk mencukupi
bahan bakar operasi penambangan baik berupa solar maupun bensin
maka dibangun stasiun bahan bakar dengan tujuan untuk mengontrol
pendistribusian ataupun pemakaian bahan bakar oleh peralatan utama
maupun peralatan pendukung operasi pertambangan.
Persediaan bahan bakar ini disimpan di 1 (satu) stasiun bahan bakar
minyak, dekat lokasi peralatan dan bengkel dengan kapasitas 200.000
ton. Untuk penyaluran bahan bakar minyak dari stasiun bahan bakar
dipergunakan pompa dengan kapasitas sebesar 650 liter/jam, untuk
dipindahkan ke truk solar (fuel truck) yang selanjutnya akan
mendistribusikannya ke peralatan–peralatan yang beroperasi di
tambang.
Untuk menjaga keamanan tangki bahan bakar, maka tangki tersebut
diletakkan di atas pondasi beton, sehingga tidak langsung menyentuh
tanah. Selanjutnya, untuk menjaga keamanan stasiun BBM tersebut,
dipasang papan larangan untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran.
129
7.2.Jadwal Konstruksi
Rencana konstruksi sarana penunjang penambangan PT McManghan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8.2.
Jadwal Kontruksi
130
7.3.Rincian Biaya Konstruksi
Biaya konstruksi yang direncanakan PT McManghan sebesar Rp. 838.000.000,-
dengan rincian biaya konstruksi adalah sebagai berikut:
Tabel 8.3
Rincian Biaya Kontruksi
131
BAB IX
LINGKUNGAN KESELAMATAN DAN PERTAMBANGAN
132
7. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
133
muncul adalah dampak terhadap komponen sosial ekonomi seperti perubahan
sikap dan persepsi, penurunan kesempatan kerja, serta penurunan pendapatan
masyarakat.
B. Tahap Konstruksi
1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Penerimaan tenaga kerja konstruksi dapat menimbulkan dampak terhadap
komponen sosial ekonomi dan kesehatan dan keselamatan pertambangan.
2. Mobilisasi Material dan Peralatan
Selama development akan ada alat berat berat yang akan keluar masuk yang
berakibat polusi udara dari asap kendaraan, kebisingan, kerusakan jalan.
3. Pengoprasian Bengkel/Gudang
Dari pengoperasian bengkel ini dapat menimbulkan polusi udara, suara
kebisingan alat, tanah dan air yang tercemar dari limbah bengkel.
4. Pembukaan Lahan
Kegiatan pembukaan lahan pada tahap konstruksi ditujukan untuk
mempersiapkan infrastruktur tambang seperti jalan akses, fasilitas pengolahan
dan benefisiasi serta fasilitas terminal khusus di luar wilayah IUP PT
MCMANGAN. Komponen lingkungan yang akan terkena dampak seperti
hutan menjadi gundul sehingga siklus hidrologi tergganggu, erosi permukaan,
dan top soil hilang dan juga fauna yang mulai punah yang termasuk dalam
komponen geo-fisik-kimia (Abiotik), komponen biologis (Biotik), komponen
sosial-ekonomi, serta komponen komponen Kesehatan dan keselamatan
pertambangan (Culture).
5. Pembangunan Infrastruktur dan fasilitas pengolahan
Pembangunan infrastruktur seperti mess dan akses jalan serta fasilitas
pengolahan yang terdiri dari pembangunan rancangan pabrik peremuk dan
tempat parkir excavator untuk penambangan. Komponen lingkungan yang
terkena dampak kegiatan ini adalah komponen geo-fisik-kimia (Abiotik),
komponen biologis (Biotik), komponen sosial-ekonomi, serta komponen
komponen Kesehatan dan keselamatan pertambangan (Culture).
134
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Penerimaan tenaga kerja untuk tahap operasi difokuskan pada tenaga kerja
terampil dan terdidik dari masyarakat lokal yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi. Komponen lingkungan terkena dampak adalah komponen sosial
– ekonomi serta komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan.
2. Pengupasan Tanah Penutup
Berakibat hilangnya biodiversitas spesies tertentu, perubahan iklim, hilangnya
SDA potesial, dan polusi udara yang termasuk dalam komponen lingkungan
geo-fisik-kimia (Abiotik), komponen biologis (Biotik), komponen sosial-
ekonomi, serta komponen komponen Kesehatan dan keselamatan
pertambangan (Culture).
3. Penggalian Bijih Mangan
Penggalian bijih mangan adalah kegiatan utama dari rencana penambangan
bijih mangan PT MCMANGAN. Penggalian bijih mangan dilakukan di
Dusun Kliripan, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo
selama umur tambang 5 Tahun ini dilakukan dengan menggunakan alat
mekanis excavator dan rock breaker. Komponen lingkungan yang terkena
dampak pada kegiatan ini adalah komponen geo-fisik-kimja (abiotik),
komponen sosial – ekonomi, serta komponen komponen kesehatan dan
keselamatan pertambangan.
4. Pengangkutan Bijih Mangan
Pengangkutan bijih mangan dilakukan dari lokasi penambangan menuju
lokasi pengolahan untuk peningkatan nilai tambah atau nilai jual material
tersebut. Komponen lingkungan yang terkena dampak pada kegiatan ini
adalah komponen geo-fisik-kimja (abiotik), komponen sosial – ekonomi, serta
komponen komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan
5. Pengolahan Bijih Mangan
Pengolahan bijih mangan dari stockyard diolah dipabrik peremuk untuk
menghasilkan ukuran sesuai permintaan konsumen. Komponen lingkungan
135
yang terkena dampak pada kegiatan ini adalah komponen geo-fisik-kimja
(abiotik), komponen sosial – ekonomi, serta komponen komponen kesehatan
dan keselamatan pertambangan.
6. Pengoprasian Dan Pemeliharaan Utilitas
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang operasional pertambangan di PT
MCMANGAN. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah penyediaan air,
penyediaan listrik, penyediaan pelumas, operasional laboratorium dan quality
control, pengoperasian workshop, tangka BBM, TPS dan fasilitas pengolahan
limbah cair dan B3. Komponen lingkungan terkena dampak pada kegiatan ini
adalah kegiatan ini adalah komponen geo – fisik – kimia serta komponen
komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan
7. Reklamasi dan Revegetasi
Reklamasi dan revegetasi merupakan kegiatan yang dilakukan selama masa
operasional tambang. Kegiatan ini memiliki dampak terhadap komponen
lingkungan seperti komponen geo – fisik – kimia, komponen biologis,
komponen sosial serta komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan.
D. Tahap Pasca Operasi
1. Pekerjaan Rencana Pasca Tambang
Kegiatan rencana pasca tambang dilakukan untuk rehabilitasi lingkungan
setelah masa operasional pertambangan selesai. Pekerjaan pasca tambang juga
dilakukan seperti pemanfaatan lahan bekas tambang, penanganan
infrastruktur pertambangan seperti jalan tambang, bengkel, gudang, unit
pencucian dan benefisiasi dan lainnya. Kegiatan ini memiliki dampak
terhadap komponen lingkungan seperti komponen geo – fisik – kimia,
komponen biologis, komponen sosial serta komponen kesehatan dan
keselamatan pertambangan.
2. Pelepasan Tenaga Kerja Operasi
Pelapasan tenaga kerja operasi akan dilakukan secara bertahap seiring dengan
selesainya kegiatan operasi pertambangan di PT MCMANGAN. Komponen
136
lingkungan terkena dampak pada kegiatan ini adalah komponen sosial –
ekonomi.
3. Demobilisasi Peralatan
Peralatan akan dilakukan demobilisasi setelah kegiatan operasional
pertambangan dan pasca tambang selesai dilakukan secara bertahap.
Demobilisasi peralatan dilakukan dari lokasi IUP PT MCMANGAN menuju
ke luar daerah menggunakan jalur darat dan jalur laut. Kegiatan ini memiliki
dampak terhadap komponen lingkungan seperti komponen geo – fisik – kimia,
komponen biologis, komponen sosial serta komponen kesehatan dan
keselamatan pertambangan.
137
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Secara umum terdapat 4 lingkup kegiatan penting dalam pengelolaan lingkungan
pertambangan, yaitu :
1. Pengelolaan dan pemantauan Kualitas air
2. Pengelolaan dan pemantauan kualitas udara
3. Pengelolaan tanah, reklamasi, dan keanekaragaman hayati
4. Pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan beracun (B3), dan Limbah B3
Seiring berjalannya waktu perusahaan kami terus memfokuskan pada system
manajemen lingkungan dan praktek pertambangan yang baik, dimana dari kedua
kegiatan ini dapat saling membantu untuk memastikan keseluruhan upaya operasional
berjalan dengan baik. sehingga perusahaan kami dapat menetapkan target pencapaian
seperti PROPER “Hijau” dan “Emas” dan sertifikasi system manajemen lingkungan
ISO 14001. Sehingga dari hasil pencapaian tersebut akan memudahkan proses
perizinan lingkungan yang diperlukan, baik izin baru,perpanjangan,atau revisi yang
kerap kali terjadi pada kegiatan pertambangan, seiring dengan terjadinya
perubahan/temuan cadangan atau adanya kegiatan lain.
138
terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan
biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat
pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi
berbagai konsep seperti: produksi bersih (cleaner production), atau minimasi limbah
(waste minimization).
A. Tambang
Secara umum, dampak yang harus dikelola akibat aktivitas tambang secara langsung
adalah pengelolaan debu dan emisi gas serta kebisingan. Upaya pengelolaan dampak
lingkungan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara dan menurunkan
tingkat kebisingan adalah:
1. Pemadatan jalan utama dan jalan penghubung dengan menggunakan pasir atau
material padat lainnya;
2. Melakukan penyiraman secara berkala sepanjang jalan tersebut, khususnya pada
saat musim kemarau atau pada saat musim kering untuk mengurangi kondisi debu;
3. Memasang rambu batas kecepatan pada jalan tambang;
4. Penggunaan sarana K3 berupa masker bagi karyawan khususnya yang terkena
dampak langsung seperti operator dan supir atau mewajibkan semua truk
menggunakan AC;
5. Penggunaan peralatan dan permesinan yang memenuhi standard emisi yang
berlaku;
6. Mengatur dan memperlambat laju kendaraan angkut tidak lebih dari 30 km/jam
untuk mengurangi kebisingan.
B. Unit Pengolahan
Secara umum, dampak negatif yang ditimbulkan dari unit pengolahan yaitu penurunan
kualitas udara akibat debu dan kebisingan. Pengelolaan lingkungan untuk
mengendalikan dampak negatif akibat aktivitas pengolahan akan dilakukan dalam
beberapa bentuk pekerjaan, diantaranya adalah:
1. Mengharuskan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), khususnya kepada para
pengawas stockpile dan operator unit pengolahan.
2. Mengharuskan penggunaan masker dan alat penutup telinga.
139
C. Sarana Penunjang
Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan dampak negatif akibat aktivitas sarana
penunjang kegiatan penambangan dilakukan melalui program pengurangan (reduce),
penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Kegiatan ini dapat dilakukan
dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Pemisahan limbah domestik sesuai dengan sifatnya. Sampah domestik dapat
dipisahkan dengan klasifikasi organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya
dan beracun (B3). Pemisahan sampah ini dimulai dari saat pembuangan sampah di
tempat sampah. Tempat untuk masing-masing jenis sampah dipisah untuk
kemudian dikelola berdasarkan sifatnya masing-masing.
2. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sebagai pupuk tanaman. Sisa dari
sampah organik yang tidak bisa diolah kemudian dibuang ke tempat penimbunan
sampah (landfill).
3. Sampah non-organik, seperti plastik bekas dan kemasan kemudian dikumpul dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah yang telah ditentukan.
4. Limbah B3 berupa oli bekas akan dilakukan penyimpana didalam drum.
Selanjutnya, limbah B3 ini akan di serahkan ke pihak ketiga untuk dikelola.
140
a. Penatagunaan Lahan
Proses penambangan merubah bentang alam yang dulunya perbukitan menjadi
tebing.rencana reklamasi yang dilakukan PT MCMANGAN.dengan menebar tanah
pucuk yang ditempatkan menggunakan dump truck dan bulldozer untuk perataannya.
Jalan tambang tetap dipertahankan agar dapat digunakan sebagai jalan masuk menuju
kawasan penanaman pohon jati (Anthocephalus cadamba Miq) dan pohon sengon.
Tabel 9.1
Luas Lahan yang akan Direklamasi
b. Revegetasi
PT MCMANGAN melakukan reklamasi pada bagian bekas tambang dan sarana,
dengan revegetasi dan tanaman yang dilipih adalah pohon jati dan sengon.
Penanaman bibit pohon jati dan sengon di lahan ini dimulai pada saat area sudah
tidak dilakukan penambangan, jarak penanaman bibit pohon jati 3 x 3 meter dan
pohon sengon 6 x 6 meter untuk tiap tanaman
c. Penyelesaian Akhir
Pada tahap ini meliputi penutupan tajuk dan pemeliharaan tanaman pada lahan
bekas tambang yang sudah direvegetasi. Pemeliharaan meliputi pemberian pupuk
dan pencegahan hama penyakit yang menyerang tanaman dengan menggunakan
pestisida untuk melindunginya.
141
PT Anugerah Mangan Anjir memiliki umur tambang sebesar 5 tahun
mengagendakan jadwal kegiatan reklamasi dari tahun 2022 hingga 2027.
142
Program pemantauan lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga dan
mempertahankan keseimbangan komponen lingkungan di wilayah penambangan,
sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap menjaga
daya dukung lingkungan. Kegiatan pemantauan dilakukan pada lokasi kegiatan
tambang, pengolahan, dan sarana penunjang kegiatan tambang, di mana aktivitas pada
lokasi-lokasi tersebut telah diuraikan berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan.
1. Tambang
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak negatif penting pada
lokasi penambangan adalah kualitas udara.
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah mengetahui tingkat penurunan kualitas
udara dan kadar emisi.
c. Parameter lingkungan yang dipantau adalah kadar debu, karbon monoksida
(CO), sulfur dioksida (SO2), dan oksida nitrogen (NOx).
d. Frekuensi pemantauan adalah tiga bulan sekali selama tahap operasi
penambangan.
2. Pengolahan
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak negatif penting pada
tahap pegolahan adalah kualitas udara.
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah mengetahui tingkat penurunan kualitas
udara.
c. Parameter lingkungan yang dipantau adalah kadar debu, kebisingan, polutan
gas yang terdiri dari karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan oksida
nitrogen (NOx).
d. Frekuensi pemantauan adalah tiga bulan sekali selama tahap operasi
pengolahan
3. Sarana Penunjang
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak negatif penting pada
lokasi sarana penunjang adalah kualitas air.
143
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah menekan penurunan kualitas air sumur
penduduk.
c. Parameter lingkungan yang dipantau meliputi PH, Temperatur, Kekeruhan,
Daya Hantar, sifat Fisik air, kimia organik air dan kimia anorganik air.
Frekuensi pemantauan adalah tiga bulan sekali selama ada aktivitas penunjang.
144
Tabel 9.2
Program Pasca Tambang
145
yang berguna untuk masyarakat sekitar sehingga PT MCMANGAN berencana
membangun beberapa fasilitas sebagai berikut:
Tabel 9.3
Rencana Program Pasca Tambang Pengelolaan Fasilitas Sipil
c. Tenaga Kerja
Dengan berhentinya kegiatan produksi semua tenaga kerja disesuaikan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Para pekerja yang masih diperlukan di kegiatan pascatambang,
untuk tingkatan sarjana ialah kepala bagian dan sub bagian organisasi pascatambang,
staff organisasi pascatambang, sedangkan untuk tingkatan pendidikan SMP – SMA
ditempatkan pada bagian pengelola daerah lahan bekas tambang. Untuk tenaga kerja
yang tidak lagi dibutuhkan perusahaan akan dilakukan PHK dan pekerja yang memiliki
kualitas baik akan direkomendasikan ke perusahaan lain untuk bekerja kembali.
PT MCMANGAN mengadakan pemantauan lingkungan di sekitar bekas area
penambangan setiap tahunnya untuk mengetahui keadaan lingkungan setelah
penutupan tambang.
Pemantauan dilakukan terhadap beberapa hal antara lain :
146
1. Pemantauan terhadap bekas area penambangan Pemantauan pasca penambangan
dilakukan terhadap kualitas air, udara, serta tanah, pemantauan terhadap kualitas
air dilakukan setiap 4 bulan sekali, udara 3 bulan sekali, sedangkan pemantauan
tanah dilakukan 2 bulan sekali, dengan mengambil beberapa sampel. Untuk
pemantauan terhadap air di sekitar bekas area penambangan akan diambil 3 sampel
(termasuk di kolam bekas kolam pengendapan), untuk udara diambil 2 sampel, dan
untuk tanah diambil 2 sampel. Biaya pemantauan kualitas air, udara, dan tanah
dapat dilihat di lampiran.
2. Pemantauan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar.
Pemantauan dilakukan dengan mengamati keadaan masyarakat di sekitar bekas
area penambangan, apakah yang telah dilakukan perusahaan bermanfaat bagi
masyarakat atau tidak. Pemantauan juga dilakukan terhadap kesehatan masyarakat
untuk mengantisipasi adanya dampak negatif yang ditimbulkan akibat pekerjaan
mereka di PT MCMANGAN
Tabel 9.4
Rekapitulasi Biaya Pemantauan Air, Tanah, dan Udara Per Tahun
No Kegiatan Biaya
147
9.1.5.1 Pemanfaatan Lahan Pascatambang
Perencanaan pascatambang sesungguhnya adalah suatu proses panjang dan kompleks.
Dalam beberapa hal bahkan sama kompleksnya dengan proses uji kelayakan. Waktu
perencanaan terentang dalam jangka panjang. Perencana harus berhadapan dengan
perubahan perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan selama bertahun-tahun. Karena
itu, perencanaan pascatambang yang sesuai kiranya adalah sebuah perencanaan yang
berkelanjutan, yaitu suatu proses perencanaan yang meluas seiring dengan masa hidup
tambang. Dari segi pemanfaatan lahan, pertambangan adalah pemanfaatan lahan
sementara. Sebanyak apapun sumberdaya atau cadangan tertambang yang tersedia di
suatu tempat, pada suatu waktu tambang tetap harus ditutup
Program pemanfaatan lahan pascatambang di wilayah IUP disusun berdasarkan
ketentuan dalam peraturan pascatambang (PP No. 78 tahun 2010 tentang Reklamasi
dan Pascatambang; Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26
Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Keputusan Mesteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan. Hasil
konsultasi dengan pemangku kepentingan terutama mengatur penatagunaan lahan
pasca tambang dan pengalihan fasilitas tambang.
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan program pasca tambang adalah
pembangunan berkelanjutan. Tiga aspek yang sekaligus dipertimbangkan dalam
pengembangan program ini adalah keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Uraian mengenai pemanfaatan lahan pascatambang secara lengkap akan dijabarkan
pada dokumen Rencana Pasca tambang. Secara umum program pengelolaan
lingkungan pada kegiatan penambangan pasir akan dibahas pada dokumen lingkungan.
148
dapat terlaksana dengan baik dan telah dilaporkan kepada pihak terkait. Jadwal
pelaksanaan pascatambang PT MCMANGAN dapat dilihat pada Tabel IX-7.
Tabel 9.5
Jadwal Rencana Pelaksanaan Pascatambang
Tahun
No Tahap
2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030
Persiapan
1 Pascatamban
g
Pelaksanaan
2 Pascatamban
g
Pemeliharaan
3 dan
Perawatan
4 Pemantauan
5 Pelaporan
149
No Kegiatan Biaya
B. Aspek Fisik Rp 350,000,000
1). Perbaikan jalan tambang menjadi jalan desa Rp 200,000,000
2). Pengalih fungsi bangunan Rp 150,000,000
C. Sosial dan Ekonomi Rp 295,000,000
1. Pelatihan Bagi Bekas karyawan yang di Rp 120,000,000
rumahkan
2. pelatihan bagi masyarakat sekitar sebagai Rp 100,000,000
pengganti usaha
3. Biaya Penyelenggara Rp 75,000,000
D. Pemantauan/Non Fisik Rp. 8.242.000
1. Pemantauan Air Rp. 5.328.000
2. Pemantauan Tanah Rp. 1.783.000
3. Pemantauan Udara Rp. 1.131.000
Sub total Rp 1,068,135,834
2.
Biaya Tidak Langsung
a. Biaya Mobilisasi dan demobilisasi alat (2.5%) Rp 23,988,396
Rp 67,167,508
b. Biaya perencanaan dan kegiatan (7%)
Tabel 9.6
Biaya Jaminan Rencana Pascatambang
Presentase pembayaran
Tahun Biaya pasca tambang Total pembayaran
jaminan pasca tambang
2027 0,111 Rp1,264,840,680 Rp140,397,315.48
2028 0,333 Rp1,264,840,680 Rp421,191,946.44
2029 0,556 Rp1,264,840,680 Rp703,251,418.08
TOTAL Rp1,264,840,680
150
9.2 Keselamatan Pertambangan
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri pertambangan akhir-
akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri
pertambangan. Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai persoalan
dan dampak industri pertambangan yang semakin kompleks dan telah mengundang
perhatian banyak orang. Hal ini terbukti dari banyaknya tekanan yang datang dari
masyarakat luas terhadap pengelolaan dan kehadiran industri pertambangan di tengah-
tengah kehidupan mereka. Munculnya persaingan yang ketat antar industri
pertambangan, sering dikaitkan dengan berbagai isu masalah keselamatan dan
kesehatan kerja yang dapat digunakan sebagai alat dalam memasuki pasar dunia. Maka
dari itu PT MCMANGAN menerapkan pola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan tujuan dapat meminimalkan tingkat kecelakaan dan sakit akibat hubungan kerja
dengan cara yang paling efektif dan efisien sehingga pada akhirnya meningkatkan
produktivitas kegiatan penambangan.
Adapun dasar hukum sesuai peraturan mengacu pada:
1. UU RI No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Pada Bab III mengenai
syarat-syarat keselamatan kerja. Pada pasal 5 mengenai Pengawasan. Pada pasal 9
mengenai pembinaan. Pada pasal 11 mengenai kecelakaan. Pada pasal 12 mengenai
kewajiban bila memasuki tempat kerja, dan pada pasal 14 mengenai kewajiban
pengurus
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pada Bab VI tentang
penempatan tenaga kerja pasal 35. Pada Bab X tentang perlindungan, pengupasan,
dan kesejahteraan pasal 69, pasal 70, pasal 74, pasal 76, pasal 86, pasal 87. Pada
Bab XI tentang hubungan industrial pasal 139, pasal 147. Pada Bab XII tentang
pemutusan hubungan kerja 169.
3. UU RI No. 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pada Pasal 70 tentang
kewajiban pemegang IPR, pada pasal 73 ayat 2 tentang Menteri bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan kaidah teknis pada IPR. Pada pasal 86E tentang hak
pemegang SIPB. Pada pasal 86F tentang kewajiban pemegang SIPB. Pada pasal 91
151
ayat 4 tentang pemberian akses ke masyarakat untuk mengakses jalan tambang.
Pada pasal 141 tentang pengawasan atas kegiatan usaha pertambangan.
4. Peraturan Menteri No. 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara. Pada Bab I
tentang ketentuan umum pasal 3, pasa 4, pasal 5. Pada Bab II tentang pelaksanaan
kaidah Teknik pertambangan yang baik dalam pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal
16, pasal 17, pasal 18, pasal 19. Pada Bab V tentang pengawasan terhadap kegiatan
usaha pertambangan dalam pasal 46. Pada Bab IX tentang ketentuan penutup dalam
pasal 60.
5. PERMEN Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER. 03/MEN/1982 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
6. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.1827
K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
yang Baik. Pada lampiran III tentang pedoman pelaksanaan keselamatan
pengolahan dan/atau pemurnian mineral dan batubara, dan pada lampiran IV
tentang penerapan system manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara.
7. Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No.185.K.37.04/DJB Tahun
2019 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan
Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
8. PERMEN ESDM No 38 Tahun 2014 mengenai penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara.
152
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor, sub
kontraktor dan tamu;
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya;
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja, tenaga kerja yang berada di tempat kerja;
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan;
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan;
7. Perubahan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan termasuk perubahan
yang bersifat sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja;
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku;
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia;
PT MCMANGAN yang menerapkan sistem tambang terbuka untuk kegiatan
eksploitasi komoditas bijih mangan tentu terdapat faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan kegiatan pemantauan di
lapangan, adapun sebab – sebab kecelakaan kerja yang mungkin terjadi terbagi menjadi
tiga faktor, yaitu faktor tindakan tidak aman oleh pekerja (unsafe act), faktor kondisi
kerja yang tidak aman (unsafe condition), serta faktor diluar kemampuan manusia atau
faktor kehendak Tuhan (act of God). Berikut disajikan dalam bentuk tabel 9.7
153
Tabel 9.7
Sebab Kecelakaan Kerja PT McMangan
No. Spesifikasi Penyebab Kecelakaan
1. Tindakan tidak aman yang a. Tidak menggunakan alat pelindung
dilakukan oleh pekerja di PT diri (helm, sarung tangan, masker, dll)
McMangan meliputi. pada site kerja (front penambangan,
processing unit, bengkel, gudang dan
tempat kerja lainnya).
b. Penggunaan alat pelindung diri yang
tidak benar.
c. Penggunaan peralatan tambang yang
tidak sesuai standar operasional
prosedur.
d. Jarak antar penambang yang
berdekatan pada saat sedang
menambang mangan, sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan.
e. Faktor kelelahan pekerja.
f. Konsentrasi pekerja dalam
melakukan kegiatan penambangan.
g. Kecerobohan pekerja (human error).
h. Kurangnya kegiatan pengawasan
kerja.
2. Kondisi kerja yang tidak aman a. Peralatan pengaman yang dipakai
(unsafe condition) pada PT sudah tidak layak. Seperti masker
McMangan meliputi: yang sudah sobek dan helm yang
sudah retak
b. Kondisi permukaan kerja yang licin
pada saat hujan karena karakteristik
mangan.
c. Bahan bakar dan oli mesin-mesin
tambang yang digunakan tidak tertata.
d. Kondisi permuka kerja yang berdebu.
e. Runtuhan mangan yang terlepas dari
sumbernya.
154
Penilaian risiko dilakukan menggunakan pendekatan metode matriks risiko yang relatif
sederhana dan mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di
dalamnya. Pengendalian risiko didasarkan pada hirarki sebagai berikut:
Penjelasan skala angka dalam penilaian probabilitas, konsekuensi, dan kategori risiko
disajikan pada tabel 9.8 s.d. tabel 9.10
155
Nilai Probabilitas Keterangan
4 Sangat mungkin terjadi (contoh 1 kali dalam 1
Likely/Sangat mungkin terjadi
minggu)
5 Terhadi hampir pada semua keadaan (contoh lebih
Almost certain/Hampir Pasti
dari 1 kali dalam 1 hari)
156
Tabel 9.10 Nilai Risiko
Konsekuensi
Probabilitas 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1
1VL 2L 3M 4M 5VH
Rare
2
2VL 4L 6M 8H 10VH
Unlikely
3
3L 6M 9H 12VH 15VH
Possible
4
4M 8H 9H 16VH 20VH
Likely
5
Almost 5H 10H 15VH 20VH 25VH
Certain
Keterangan :
VL = Very Low Risk
L = Low Risk
M = Medium Risk
H = High Risk
VR = Very High Risk
Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan penetapan pengendalian risiko
didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan Keselamatan
Pertambangan di lingkungan perusahaan
157
dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa, tindakan selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah evaluasi risiko untuk menilai seberapa besar tingkat risikonya yang
selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian risiko. Kegiatan pengendalian
risiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan
rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas.
Setelah dilakukan pengendalian risiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan
melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau risiko.
Analisis Bahaya
Evaluasi Resiko
Kontrol/Pengendalian
Resiko
Gambar 9.1
Sistem Pengelolaan Keselamatan Kerja
Hirarki pengendalian resiko menurut OHSAS 18001, terdiri dari lima hirarki
pengendalian resiko pengendalian yaitu eliminasi, engineering control, administrative
control, dan alat pelindung diri (APD). Potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi
pada lingkungan Land Of Mangane Mines dan langkah yang diambil adalah menyusun
158
suatu standar sistem pencegahan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Adapun upaya yang dilakukan disajikan dalam tabulasi seperti pada Tabel 9.11
Tabel 9.11
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja PT. McMangan
159
No Spesifik Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
d. Mengawasi penggunaan bahan bakar
dan oli pada mesin.
e. Menyemprotkan air pada jalan
tambang secara berkala.
f. Pemantauan dan evaluasi kestabilan
lereng pada tambang mangan yang
digunakan.
3. Diluar kemampuan manusia a. Memasang alat pemantau tanah longsor
atau Faktor Kehendak Tuhan di daerah sekitar tambang.
(act of God)
Adapun diagram alir factor bahaya di lingkungan kerja seperti terlihat pada Gambar
9.2
Gambar 9.2
Faktor Bahaya di Lingkungan Kerja
Tabulasi diatas menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja tambang, adapun
peralatan keselamatan yang digunakan ditabulasikan berdasarkan tempat kerja seperti
pada Tabel IX.15
160
Tabel 9.12
Peralatan Keselamatan Kerja PT MCMANGAN
161
Berikut ini merupakan beberapa peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
digunakan oleh karyawan di PT McMangan.
162
Gambar 9.9 Gambar 9.10
Alat Pemadam Kebakaran Perlengkapan P3K
Tabel 9.13
Langkah dan Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan PT MCMANGAN
No Kegiatan Uraian
163
No Kegiatan Uraian
164
keselamatan pertambangan yang terdiri dari K3 Pertambangan dan Keselamatan
Operasi Pertambangan (K3 Pertambangan dan KO Pertambangan). SMKP merupakan
bagian dari Sistem Manajemen PT MCMANGAN dalam rangka mengendalikan resiko
keselamatan pertambangan. SMKP wajib dilaksanakan dan menjadi acuan bagi
perusahaan, walaupun sudah menerapkan system manajemen keselamatan yang sudah
ada baik dalam/luar negeri.
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang merupakan bagian dari proses
manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan PT
MCMANGAN, mengingat penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam suatu
perusahaan bertujuan mencegah, mengurangi dan menanggulangi setiap bentuk
kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak dikehendaki.
Keberhasilan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri pertambangan
mangan PT MCMANGAN sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri. Ungkapan ini didasarkan pada kenyataan
bahwa masih banyak perusahaan yang berpandangan penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan keuntungan
perusahaan
Pandangan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena pada hakekatnya penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja justru akan melipat gandakan keuntungan melalui
pencegahan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian dan peningkatan
produktifitas kerja pada perusahaan. Dalam rangka memaksimalkan sistem menejemen
K3 perusahaan, PT MCMANGAN mengadakan rapat rutin mingguan divisi K3 untuk
mengevaluasi pelaksanaan K3 di perusahaan sekaligus memperbaiki dan
menyempurnakan sistem menejeman K3 perusahaan melalui tindakan perbaikan dan
penataan kembali sistem berdasarkan hasil evalusi dari rapat mingguan tersebut.
165
Sumber : Manaaf, dkk.
Gambar 9.13
Organisasi Manajemen Keselamatan Kerja
166
peraturan pemerintah dapat merupakan masukan kegiatan manajemen dan fungsi
manajemen.
167
Sistem Manajemen K3 sesuai OHSAS 18001:2007 akan didukung oleh program-
program keselamatan dan kesehatan kerja seperti berikut:
1. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi semua pekerja disesuaikan dengan
tingkat resiko pekerjaan dan menekankan pemakaian APD pada saat bekerja.
2. Menyiapkan fasilitas peralatan keselamatan kerja dan memasang tanda-tanda lalu
lintas serta tanda peringatan lainnya di tempat-tempat tertentu.
3. Melaksanakan safety campaign dengan memasang slogan-slogan mengenai
keselamatan kerja dan pembagian brosur K3.
4. Melaksanakan safety patrol secara rutin.
5. Melaksanakan safety talk dikalangan karyawan sesuai jadwal dan topik.
Beberapa kegiatan terkait dengan aspek kesehatan kerja diantaranya adalah:
1) House Keeping
Penataan stasiun kerja atau housekeeping pada beberapa stasiun kerja di Perusahaan
juga menjadi perhatian khusus, misalnya di laboratorium, area workshop. Penataan ini
lebih ditekankan untuk penyimpanan alat-alat dan bahan yang digunakan.
Kinerja program kesehatan kerja dinilai dari tingkat absen karyawan karena sakit.
Perusahaan memberikan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan di klinik yang
berada dalam satu kompleks dengan camp karyawan. Tiap klinik dikelola oleh satu
tenaga paramedis dengan obat-obatan serta perlengkapan pengobatan untuk
168
penanganan kecelakaan ringan. Fasilitas olahraga untuk menunjang kesehatan
karyawan juga telah disediakan oleh pihak manajemen. Perhatian terhadap monitoring
lingkungan dan sanitasi juga merupakan wujud pelayanan kesehatan yang berupa usaha
preventif. Usaha preventif lain yang ditempuh manajemen adalah dengan memberikan
vaksinasi dan medical checkup untuk semua karyawan. Selain usaha preventif, usaha
pemantauan kesehatan serta konsultasi kesehatan yang ditangani oleh tenaga paramedis
di klinik juga ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan derajat kesehatan
karyawannya.
4) Fasilitas Kesehatan
5) Pengujian Kesehatan
169
cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa suatu cidera. Inspeksi dan audit ini
dilakukan oleh manajemen tingkat lini yang dilatih untuk tujuan tersebut, mencakup
juga tingkat Management Atas. Personil dilibatkan sebanyak mungkin dalam audit dan
inspeksi ini.
170
c. Hal-hal khusus seperti pencegahan kebakaran, ijin kerja atau prosedur kerja, aturan
dan prosedur Keselamatan Pertambangan.
171
melaksanakan safety talk sebagai agenda rutin, membagikan buku manual
Keselamatan Pertambangan sebagai petunjuk dalam melaksanakan pekerjaannya,
banyaknya poster-poster dan spanduk untuk mengingatkan seluruh karyawan untuk
mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja serta diadakannya lomba dan reward
untuk mengajak semua karyawan berperan aktif dalam mengkampanyekan
Keselamatan Pertambangan.
E. Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
Prosedur tanggap darurat disusun dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan. Tim
pengelola keadaan darurat atau emergency response team (ERT) dan tim pendukung
lainnya dibentuk sebagai penjabaran dari prosedur tanggap darurat tersebut di atas.
Sarana pendukung dalam pelaksanaan tanggap darurat tersedia dan dalam kondisi siap
digunakan.
Rencana Pengelolaan Keadaan Darurat atau Emergency Management Plan (EMP):
a. Dibuat di setiap lokasi tambang dan disetujui oleh KTT atau mine manager yang
bersangkutan.
b. Menjelaskan minimal mengenai pendahuluan, prosedur tanggap darurat,
organisasi dan tugasnya, panduan rapat dan pelaksanaan, formulir-formulir dan
daftar anggota tanggap darurat.
d. Bagan komunikasi dan prosedur umum pengelolaan keadaan darurat harus
terpampang di ruang pusat tanggap darurat.
Keadaan darurat ini dikelola oleh organisasi yang terdiri dari:
a. Tim Manajemen Pengelola Keadaan Darurat atau Emergency Management Team
(EMT) yang dipimpin oleh KTT dan beranggotakan kepala departemen dan
supervisor terkait.
b. Tim Manajemen Pengelola Keadaan Krisis atau Crisis Management Team (CMT)
yang dipimpin oleh pimpinan tertinggi perusahaan dan beranggotakan semua
manajer terkait.
Fasilitas pendukung pengelolaan keadaan darurat disediakan dan dalam kondisi siap
pakai, seperti alat komunikasi, peralatan penyelamatan, fasilitas transportasi yang
memadai atau ambulance, ruang pusat tanggap darurat, tempat berkumpul, peralatan
172
medis dan alat penanggulangan dampak lingkungan. Emergency Management Plan
(EMP) disosialisasikan kepada semua anggota tim, diberikan pelatihan dan dilakukan
simulasi minimal satu tahun sekali. Setiap keadaan darurat segera dilaporkan kepada
ketua EMT dan CMT untuk selanjutnya segera dilaporkan ke Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral di Jakarta. Ketua EMT atau CMT sesegera mungkin melakukan
rapat koordinasi dan upaya penanggulangan. Keadaan darurat selain bencana alam
diinvestigasi yang dilakukan oleh sebuah tim khusus. Tim investigasi ini diangkat dan
ditunjuk oleh GMO dan diketuai minimal seorang manajer.
Tim pemadam kebakaran dan penyelamatan (fire and rescue team) dibentuk di setiap
lokasi tambang minimal satu regu pada setiap giliran kerja.
a. Keanggotaan tim pemadam kebakaran dan penyelamatan bersifat sukarela dan
disahkan oleh Kepala Teknik Tambang.
c. Anggota tim pemadam kebakaran dan penyelamatan mengikuti pelatihan dan
simulasi minimal satu kali dalam enam bulan.
d. Setiap kejadian tanggap darurat segera dikomunikasikan ke pihak pihak terkait
Oleh karena itu, perusahaan akan membentuk SHE Department yang memiliki
komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman serta mencapai
dan mempertahankan target zero accident.
Untuk itu, SHE Department menyusun job description sebagai upaya untuk
merealisasikan komitmen tersebut. Selain itu, program keselamatan kerja juga disusun
per satu bulan sebagai implementasi dari job description yang telah disusun. Sedangkan
untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dari job description maka disusun pula
173
quality objective sehingga nantinya performance safety bisa dilihat dari pencapaian
quality objective tersebut.
174
i. Memberlakukan surat-surat izin mengenai segala sesuatu aktivitas berbahaya yang
ada.
(2) Komitmen SHE Departement Komitmen dari SHE Departement adalah
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman serta mencapai dan
mempertahankan target “zero accident”.
(3) Program Keselamatan Pertambangan Untuk mewujudkan kegiatan pokoknya SHE
Departement memiliki beberapa program keselamatan kerja yang pelaksanaannya
diagendakan per satu tahun. Kegiatan tersebut antara lain:
a. Memfasilitasi setiap departemen untuk melakukan safety talk menjadi agenda
rutin yang dilaksanakan satu minggu sekali.
b. Melaksanakan safety meeting yang dilaksanakan satu bulan sekali.
c. Melaksanakan inspeksi pada workshop, jalan hauling, area pabrik pengolahan,
camp dan kantin, alat keselamatan kerja dan inspeksi internal.
d. Pelaksanaan training mengenai materi-materi Keselamatan Pertambangan.
e. Mengadakan lomba dan reward yang melibatkan semua karyawan untuk
mengkampanyekan Keselamatan Pertambangan.
Kegiatan inisiatif yaitu pemasangan rambu-rambu Keselamatan Pertambangan,
pemasangan APAR dan alat-alat keselamatan lainnya.
175
BAB X
PT Mc Manghan sejak masa operasi tahun 2021 telah menyusun suatu visi,
misi, dan tujuan program PPM sebagai berikut:
• Visi
Mewujudkan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang tangguh,
terampil, dan sejahtera.
• Misi
Kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistematis akan diarahkan
untuk memperbesar akses masyarakat dalam mencapai kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang lebih baik sehingga masyarakat di tempat
tersebut menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraaan yang lebih baik.
• Tujuan
Tujuan dari program PPM PT Mc Manghan adalah sebagai berikut:
1. Mendorong komunitas lingkar tambang untuk ikut berkembang
bersama perusahaan.
2. Melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat bersama pemerintah
setempat dan komunitas lingkar tambang.
3. Mewujudkan konsep pengembangan masyarakat berdasarkan
pengembangan berkelanjutan.
4. Mencegah terjadinya disharmonisasi hubungan dengan komunitas
lingkar tambang.
5. Merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengembangkan
kinerja pengembangan masyarakat secara terus menerus
177
Dalam rangka penyusunan program sesuai dengan visi dan misi PPM, PT Mc
Manghan telah melakukan pemetaan sosial (social mapping). Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan persepsi
masyarakat pada penambangan batubara yang bermukim di sekitar kosesi PT Mc
Manghan. PT Mc Manghan juga telah melakukan konsultasi dengan pemerintah
daerah setempat yaitu Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) dalam melakukan
penyusunan cetak biru (blueprint) program PPM yang telah ditetapkan. Rencana 5
tahunan yang telah disusun akan didetailkan menjadi rencana kerja tahunan.
Program PPM PT Mc Manghan dilakukan dalam beberapa tahapan, mulai dari
tahap persiapan sampai pelepasan sebagai tahap akhir dari program PPM.
Penyusunan program PPM juga telah dilakukan dalam proses yang baik dengan
melibatkan pemerintah daerah (dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kulonprogo)
agar visi, misi, dan tujuan program PPM bisa tercapai. Strategi penyusunan dan
diagram alir pelaksanaan program PPM diringkas pada Gambar 10.1.
178
Program PPM PT Mc Manghan telah dilakukan sejak masa awal operasi
produksi. Program PPM yang telah dilakukan oleh PT Mc Manghan antara lain
adalah pemberian beasiswa, pelatihan keterampilan dasar, pembangunan
infrastruktur (jalan dan gedung), perbaikan temapt ibadah, pembuatan fasilitas air
bersih. Kegiatan – kegiatan tersebut dilakukan atas dasar tanggung jawab dan
kepedulian PT Mc Manghan terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Program
PPM PT Mc Manghan periode tahun 2021 - 2023 secara lengkap beserta target
lokasi kegiatan tahunan dapat dilihat pada Tabel 10.1.
1 Pendidikan
Program Peningkatan
Pendidikan dan Maret, Juni, September,
A Beasiswa Desember
Pengembangan SDM
Melalui Beasiswa
Pendidikan, pelatihan Program Peningkatan
B ketrampilan, dan Mutu Pendidik dan Desa di wilayah Januari – Desember
keahlian dasar Tenaga Kependidikan Kliripan, Kel.
Hargorejo, dan Kec.
Program Peningkatan Kokap
C Bantuan tenaga pendidik Mutu Pendidik dan Januari – Desember
Tenaga Kependidikan
Peningkatan Kualitas
Bantuan sarana atau
D Penyelenggaraan Januari – Desember
prasarana pendidikan
Pendidikan
2 Kesehatan
Program Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
A Kesehatan penduduk Januari – Desember
Sekitar Tambang Desa di wilayah
miskin
Kliripan, Kel.
Peningkatan Kualitas Hargorejo dan Kec.
B Tenaga Kesehatan Januari – Desember
Pelayanan Kesehatan
Kokap
Sarana dan/atau Prasarana
C Bantuan alat kesehatan Januari, Juli, Agustus
Kesehatan
Tingkat Pendapatan
3 Riil/Pekerjaan
Kegiatan ekonomi menurut
A profesi yang dimiliki,
seperti:
Desa di wilayah
i Perdagangan Kliripan, Kel.
Hargorejo dan Kec.
Kokap
Januari, Februari,
Program Penerapan
Oktober
ii Pertanian Mekanisasi dan Teknologi
Pertanian
179
Program Utama PPM Rincian Kegiatan PPM Waktu Pelaksanaan
No Lokasi Kegiatan
Tahunan Tahunan PPM
iii Peternakan
iv Perikanan
v Kewirausahaan
Pengutamaa penggunaan
tenaga kerja Masyarakat Kabupaten
B
Sekitar Tambang sesuai Kulonprogo
dengan kompetensi
4 Kemandirian Ekonomi
Peningkatan kapasitas dan
akses masyarakat setempat
A
dalam usaha kecil dan
Januari - Desember
menengah
Pengembangan Usaha kecil
Pengembangan Ekonomi Desa di wilayah
B dan menengah masyarakat
Kerakyatan
Januari - Desember
sekitar tambang Kliripan, Kel.
Pemberian kesempatan Hargorejo dan Kec.
kepada masyarakat sekitar Kokap
tambang untuk ikut
C berpartisipasi dalam Januari - Desember
pengembangan usaha kecil
dan menengah sesuai
dengan profesinya
5 Sosial Budaya
Bantuan pembangunan Bantuan pembangunan
sarana dan/atau prasarana sarana dan/atau prasarana
A
ibadah dan hubungan di ibadah dan hubungan
bidang keagamaan dibidang keagamaan Desa di wilayah
Bantuan bencana alam dan Kliripan, Kel.
B Januari - Desember
bantuan sosial lainnya Hargorejo dan Kec.
Komunitas Adat Terpencil Kokap
Partisipasi dalam
(KAT) dan Penyandang
C pelestarian budaya dan
Masalah Kesejahteraan
kearifan lokal setempat
Sosial
Pemberian kesempatan
kepada masyarakat
setempat untuk ikut
6 berpartisipasi dalam Januari - Desember
pengelolaan lingkungan
kehidupan masyarakat
sekitar tambang yang
Desa di wilayah
berkelanjutan Kliripan, Kel.
Pemberian kesempatan Hargorejo dan Kec.
kepada masyarakat Kokap
setempat untuk ikut
berpartisipasi dalam
7 pengelolaan lingkungan
Januari - Desember
kehidupan masyarakat
sekitar tambang yang
berkelanjutan
180
Program Utama PPM Rincian Kegiatan PPM Waktu Pelaksanaan
No Lokasi Kegiatan
Tahunan Tahunan PPM
Pembangunan
8 infrastruktur yang Januari - Desember
menunjang PPM
10.1.1. Pendidikan
PT Mc Manghan memiliki komitmen untuk berperan aktif dalam program
pendidikan di sekitar wilayah IUP. Pendidikan yang bermutu disadari dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing. Komitmen
perusahaan dalam bidang pendidikan ditunjukkan dengan program – program
sebagai berikut:
181
2. Peningkatan program perbaikan gizi masyarakat
3. Bantuan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan
4. Bantuan program pelayanan kesehatan dalam bentuk sarana dan/atau
prasarana kesehatan.
182
kemasyarakatan setempat. Sebagai contoh di bidang olahraga, PT Mc Manghan
menjadi sponsor pada acara perlombaan tahunan seperti perlombaan sepakbola.
Pada bidang keagamaan, PT Mc Manghan aktif dalam kegiatan pembangunan dan
renovasi tempat ibadah di sekitar IUP. Program PPM di bidang sosial dan budaya
merupakan program tahunan yang rutin dilakukan oleh PT Mc Manghan.
183
Biaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat
184
Waktu Biaya PPM (Rp)
Program Utama Rincian Kegiatan Lokasi
No Pelaksanaan
PPM Tahunan PPM Tahunan Kegiatan 2021 2022 2023
PPM
Pengembangan
Usaha kecil dan
Pengembangan Januari -
B menengah 3.000.000 1,511,611 1,339,201
Ekonomi Kerakyatan Desember
masyarakat sekitar
tambang
Pemberian
kesempatan kepada
masyarakat sekitar
tambang untuk ikut
Januari -
C berpartisipasi dalam 6.000.000 3,023,223 2,678,402
Desember
pengembangan
usaha kecil dan
menengah sesuai
dengan profesinya
5 Sosial Budaya
Bantuan
Bantuan
pembangunan
pembangunan sarana
sarana dan/atau
A dan/atau prasarana 60.900.000 30,685,711 27,185,778
prasarana ibadah
ibadah dan hubungan
dan hubungan di Desa di
dibidang keagamaan
bidang keagamaan wilayah
Januari -
Bantuan bencana Kliripan Kel.
Desember
B alam dan bantuan Hargorejo dan
sosial lainnya Kec. Kokap
Partisipasi dalam Komunitas Adat
pelestarian budaya Terpencil (KAT) dan
C 31.500.000 15,871,920 14,061,609
dan kearifan lokal Penyandang Masalah
setempat Kesejahteraan Sosial
Pemberian
kesempatan
kepada
masyarakat
setempat untuk
ikut berpartisipasi Januari -
6 30.000.000 15,116,114 13,392,009
dalam pengelolaan Desember
lingkungan
kehidupan
masyarakat sekitar
tambang yang
berkelanjutan Desa di
Pemberian wilayah
kesempatan Kliripan Kel.
kepada Hargorejo dan
masyarakat Kec. Kokap
setempat untuk
ikut berpartisipasi Januari -
7 5.000.000 2,519,352 2,232,001
dalam pengelolaan Desember
lingkungan
kehidupan
masyarakat sekitar
tambang yang
berkelanjutan
Pembangunan
Januari -
8 infrastruktur yang 34.000.000 17,131,596 15,177,610
Desember
menunjang PPM
Total 541,928,000 273,061,515 241,916,817
185
Tabel 10.3. Rencana Biaya PPM 2024 - 2026
Waktu Biaya PPM (Rp)
Program Utama Rincian Kegiatan
No Lokasi Kegiatan Pelaksanaan
PPM Tahunan PPM Tahunan 2024 2025 2026
PPM
1 Pendidikan 60,500,000 60,500,000 60,500,000
Program
Peningkatan
Maret, Juni,
Pendidikan dan
A Beasiswa September, 6,050,000 6,050,000 6,050,000
Pengembangan
Desember
SDM Melalui
Beasiswa
Program
Pendidikan,
Peningkatan Mutu
pelatihan Januari –
B Pendidik dan Desa di wilayah 12,100,000 12,100,000 12,100,000
ketrampilan, dan Desember
Tenaga Kliripan Kel.
keahlian dasar
Kependidikan Hargorejo dan
Program Kec. Kokap
Peningkatan Mutu
Bantuan tenaga Januari –
C Pendidik dan 27,225,000 27,225,000 27,225,000
pendidik Desember
Tenaga
Kependidikan
Peningkatan
Bantuan sarana
Kualitas Januari –
D atau prasarana 15,125,000 15,125,000 15,125,000
Penyelenggaraan Desember
pendidikan
Pendidikan
2 Kesehatan 90,750,000 90,750,000 90,750,000
Program
Kesehatan
Pelayanan Januari –
A Masyarakat 63,525,000 63,525,000 63,525,000
Kesehatan Desember
Sekitar Tambang
penduduk miskin
Desa di wilayah
Kliripan Kel.
Peningkatan
Hargorejo dan
Tenaga Kualitas Januari –
B Kec. Kokap 27,225,000 27,225,000 27,225,000
Kesehatan Pelayanan Desember
Kesehatan
Sarana dan/atau
Bantuan alat Januari, Juli,
C Prasarana
kesehatan Agustus
Kesehatan
Tingkat
3 Pendapatan 90,750,000 90,750,000 90,750,000
Riil/Pekerjaan
Kegiatan
ekonomi menurut
A
profesi yang
dimiliki, seperti:
i Perdagangan
Program
Penerapan Desa di wilayah Januari,
ii Pertanian Mekanisasi dan Kliripan Kel. Februari, 54,450,000 54,450,000 54,450,000
Teknologi Hargorejo dan Oktober
Pertanian Kec. Kokap
iii Peternakan
iv Perikanan
v Kewirausahaan 36,300,000 36,300,000 36,300,000
Pengutamaa
penggunaan
tenaga kerja
Kabupaten
B Masyarakat
Kulonprogo
Sekitar Tambang
sesuai dengan
kompetensi
Kemandirian
4 211,750,000 211,750,000 211,750,000
Ekonomi
Peningkatan
kapasitas dan Desa di wilayah
akses masyarakat Kliripan Kel. Januari -
A 148,225,000 148,225,000 148,225,000
setempat dalam Hargorejo dan Desember
usaha kecil dan Kec. Kokap
menengah
186
Waktu Biaya PPM (Rp)
Program Utama Rincian Kegiatan
No Lokasi Kegiatan Pelaksanaan
PPM Tahunan PPM Tahunan 2024 2025 2026
PPM
Pengembangan
Usaha kecil dan Pengembangan
Januari -
B menengah Ekonomi 31,762,500 31,762,500 31,762,500
Desember
masyarakat Kerakyatan
sekitar tambang
Pemberian
kesempatan
kepada
masyarakat
sekitar tambang
untuk ikut
Januari -
C berpartisipasi 31,762,500 31,762,500 31,762,500
Desember
dalam
pengembangan
usaha kecil dan
menengah sesuai
dengan
profesinya
5 Sosial Budaya 121,000,000 121,000,000 121,000,000
Bantuan Bantuan
pembangunan pembangunan
sarana dan/atau sarana dan/atau
A prasarana ibadah prasarana ibadah 60,500,000 60,500,000 60,500,000
dan hubungan di dan hubungan
bidang dibidang
keagamaan keagamaan Desa di wilayah
Bantuan bencana Kliripan Kel. Januari -
B alam dan bantuan Hargorejo dan Desember
sosial lainnya Kec. Kokap
Komunitas Adat
Partisipasi dalam
Terpencil (KAT)
pelestarian
dan Penyandang
C budaya dan 60,500,000 60,500,000 60,500,000
Masalah
kearifan lokal
Kesejahteraan
setempat
Sosial
Pemberian
kesempatan
kepada
masyarakat
setempat untuk
ikut
berpartisipasi
Januari -
6 dalam
Desember
pengelolaan
lingkungan
kehidupan
masyarakat
sekitar tambang
yang
berkelanjutan
Pemberian
kesempatan Desa di wilayah
kepada Kliripan Kel.
masyarakat Hargorejo dan
setempat untuk Kec. Kokap
ikut
berpartisipasi
Januari -
7 dalam
Desember
pengelolaan
lingkungan
kehidupan
masyarakat
sekitar tambang
yang
berkelanjutan
Pembangunan
infrastruktur Januari -
8 30,250,000 30,250,000 30,250,000
yang menunjang Desember
PPM
187
Fokus utama dari program PPM (termasuk anggaran yang disiapkan) adalah
untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di lingkar tambang pertama (≥80%),
kemudian baru dikembangkan untuk masyarakat lingkar tambang kedua dan ketiga
sebesar ≤20%. Target atau penerima manfaat yang diutamakan adalah untuk
masyarakat rentan.
188
meminimalkan dampak negatif dari usaha pertambangan selama operasi produksi
maupun pasca-tambang. Adapun rencana program kegiatan pengembangan
masyarakat terdiri dari dua bagian yaitu, program pertama berupa bantuan atau
hibah dan program kedua berupa beberapa kegiatan yang mendatangkan aspek
pengembangan daerah yang saling menguntungkan, baik bagi perusahaan maupun
masyarakat setempat.
189
BAB XI
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
190
Organisasi penambangan mangan PT. McMangan dipimpin oleh seorang
Direktur Utama yang bertanggung jawab kepada Komisaris. Kepala Teknik
Tambang merupakan pimpinan tertinggi di lokasi penambangan yang membawahi
6 (enam) divisi utama, yaitu : Divisi Perencanaan, Divisi Operasional, Divisi
Pengolahan, Divisi Pemasaran, Divisi K3, Lingkungan & Comdev, dan Divisi
Administrasi dan Keuangan. Setiap Divisi akan didukung oleh beberapa staf untuk
kelancaran pekerjaan yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Teknik
Tambang. Struktur Organisasi pada PT. McMangan dapat dilihat pada Gambar
11.1.
Fungsi tiap bagian secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Komisaris
Komisaris berperan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para
stakeholder (pemangku kepentingan) dan shareholder (pemegang saham).
Berfungsi sebagai pengawas, komisaris akan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban atas pengelolaan oleh direktur sesuai dengan kepentingan
dan tujuan perusahaan.
2. Direktur Utama
Direktur utama berwenang merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan dan
program umum perusahaan sesuai dengan batas wewenang yang diberikan.
Selain itu Direktur Utama bertugas dalam menyetujui anggaran tahunan
perusahaan dan melaporkan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.
3. Sekretaris
Sekretaris membantu Direktur Utama sebagai penghubung dalam komunikasi
dengan pemegang saham, menyusun laporan manajemen, serta kegiatan yang
berhubungan dengan kesekretariatan.
184
5. Divisi Perencanaan
Divisi perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab
terhadap perencanaan tambang, laporan produksi harian/mingguan/bulanan,
penentuan sasaran produksi, kualitas produk. Divisi ini bertanggung jawab
pada perencanaan tambang baik jangka pendek maupun jangka panjang.
7. Divisi Pengolahan
Divisi ini dikepalai oleh Kabag Pengolahan dan dibantu oleh staff.
Bertanggung jawab terhadap proses pengolahan sehingga menjadi produk yang
memiliki nilai jual tinggi, yang mana dilokasi pengolahan kualitas dari mangan
yang akan dijadikan produk akan diawasi oleh Quality Control pada
pengolahan.
8. Divisi Pemasaran
Divisi ini bertugas untuk mengurusi pemasaran produk kaolin dan mineral
ikutan lain yang ikut terpisahkan. Divisi ini akan memenuhi permintaan
konsumen, memberikan informasi produk mangan kepada konsumen, prospek
perdagangan mangan, memprediksi pasar, dan mengetahui harga produk
mangan. Hingga mengatur pengiriman produk agar dapat sampai dengan cepat
ke tangan konsumen.
185
9. Divisi K3, Lingkungan, dan Comdev
Divisi K-3, Lingkungan, dan Comdev bertanggung jawab terhadap:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja (K-3)
b. Lingkungan, mencegah dampak negatif yang timbul karena operasi
tambang, mengontrol, reklamasi dan penghijauan daerah tambang
c. Perawatan kendaraan ringan dan alat-alat berat
d. Sarana penerangan daerah tambang
e. Bangunan kantor dan pabrik pengolahan
Divisi K-3, Lingkungan, dan Comdev terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian K3
yang terdiri dari staff listrik dan mekanik, bagian comdev, dan bagian
lingkungan.
Comdev menangani masalah sosialisasi dengan lingkungan, masyarakat
setempat. Memperhatikan SDM masyarakat, serta sosialisai-sosialisasi yang
lain yang menyangkut kepentingan bersama.
186
KOMISARIS
DIREKTUR UTAMA
SEKRETARIS
STAFF
SUB BAGIAN SUB BAGIAN STAFF
PEMUATAN DAN PEMBONGKARAN
PENGANGKUTAN STAFF LISTRIK STAFF. MEKANIK
STAFF
STAFF
Gambar 11.1
Struktur Organisasi PT. McMangan
187
11.2. Tabel Tenaga Kerja
Pembagian pekerjaan dan penempatan tenaga kerja diperusahaan kami
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak
tetap di mana pembagiannya dapat dilihat pada Tabel 11.1 dan Tabel
11.2.
Tabel 11.1
Distribusi Tingkat Pendidikan dan Jumlah Tenaga Kerja
Pendidikan Jumlah Tenaga Kerja
Sarjana 22
D3 55
SMA 26
Umum 4
Total 107
Tabel 11.2
Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja
Pekerjaan Pendidikan Pengalaman Total Status
Komisaris S3 Tambang ≥ 10 th 1 Tetap
Direktur Utama S3 Tambang ≥ 10 th 1 Tetap
Sekretaris S2 Tambang ≥ 7 th 1 Tetap
Kepala Teknik Tambang S3 Tambang ≥ 2th 1 Tetap
Sub Total 4
Divisi Perencanaan
Kadiv. Perencanaan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff perencanaan D3 Tambang ≥ 1 th 3 Tetap
Sub Total 4
Divisi Operasi Tambang
Kadiv. Operasi Tambang S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. Eksplorasi S1 Geologi ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Penambangan S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kasubag Pemuatan dan Pengangkutan S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kasubag Pembongkaran S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Staff Eksplorasi D3 Tambang/D3 Geologi ≥ 1 th 3 Tetap
Staff Pemuatan dan Pengangkutan D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Staff Pembongkaran D3 Tambang ≥ 1 th 3 Tetap
Surveyor STM ≥ 1 th 1 Tidak tetap
D3 Tambang + STM ≥ 1 th Tidak tetap
Operator Bulldozer 1
D3 Tambang + STM ≥ 1 th Tidak tetap
Operator Back Hoe 3
D3 Tambang + STM ≥ 1 th Tidak tetap
Operator Dump Truck 6
188
Sopir SMA ≥ 0 th 4 Tidak tetap
≥ 0 th
Mekanik D3 Mesin 4 Tidak tetap
≥ 0 th
Helper SMA 4 Tidak tetap
Sub Total 36
Divisi Geoteknik
Kadiv. Geoteknik S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Geoteknik D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Sub Total 3
Divisi Hidrologi dan Hidrogeologi
Kadiv. Hidrologi dan Hidrogeologi S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Hidrologi dan Hidrogeologi D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Sub Total 3
Divisi Pengolahan
Kadiv. Pengolahan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Pengolahan D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Quality Control STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Pengawas stockpile SMA ≥ 0 th 3 Tidak tetap
Pengawas stockyard SMA ≥ 0 th 1 Tidak tetap
Mekanik STM Mesin+D3 Mesin ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Sub Total 13
Divisi Pemasaran
Kadiv. Pemasaran S1 Manajemen ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Pemasaran D3 Manajemen ≥ 1 th 3 Tetap
Sub Total 4
Divisi K3, Lingkungan, dan Comdev
Kadiv. K3, Lingkungan, dan Comdev S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. K3 S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Comdev S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tidak tetap
Kabag. Lingkungan S1 Lingkungan ≥ 1 th 1 Tetap
Staff Kelistrikan D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Mekanik D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Comdev D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Lingkungan D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Dokter S1 Kedokteran ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Tenaga medis D3 Perawat ≥ 0 th 2 Tidak tetap
Satpam SMU ≥ 1 th 4 Tidak tetap
Juru Masak D3 Tata Boga ≥ 2 th 2 Tidak tetap
Cleaning service SMU + Umum ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Helper SMU + Umum ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Sub Total 30
Divisi Administrasi dan Keuangan
Kadiv. Administrasi dan Keuangan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. Administrasi S1 Ekonomi ≥ 1 th 1 Tetap
189
Kabag. Akuntansi dan Keuangan S1 Ekonomi ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Personalia S1 Manajemen + S1 Hukum ≥ 3 th 1 Tetap
Staff administrasi D3 Ekonomi ≥ 1 th 2 Tetap
Staff Akuntansi dan Keuangan D3 Ekonomi ≥ 1 th 2 Tetap
Staff Personalia D3 Manajemen + S1 Hukum ≥ 1 th 2 Tetap
Sub total 10
Total 107
190
b. off the job
Pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan di luar area kerjanya sendiri.
Pendidikan dan pelatihan diberikan oleh lembaga Pemerintah atau swasta
yang telah memiliki kualifikasi dan akreditasi yang sesuai. Trainer memiliki
kompetensi sesuai dengan materi yang akan diberikan. KTT atau PTL
melaksanakan dan mendokumentasikan pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan jadwal program pendidikan dan pelatihan yang telah ditetapkan.
Dokumentasi dilengkapi dengan rekaman hasil kegiatan pendidikan dan
pelatihan berupa antara lain rekaman audio, video, absensi, dan/atau foto.
Dalam proses pelatihan di PT. McMangan yang diselengarakan ketika
perusahaan sudah mendata calon karyawan yang telah lulus melewati
rangkaian ujian tahapan proses rekrutmen dan seleksi. Setelah disaring dan
diseleksi, diumumkan hasil siapa saja yang telah lulus. Bagi karyawan yang
lulus dan melengkapi berkas selanjutnya menjadi peserta pelatihan yang
diselenggarakan oleh PT. McMangan. Metode yang digunakan on the job
training melalui bimbingan, pengarahan, dan penjelasan dari setiap utusan
perwakilan satuan kerja. Tahap proses terakhir pelatihan yaitu evaluasi yang
dilakukan setelah peserta mengikuti proses rangkaian pelatihan di lakukan
evaluasi secara dua tahap dengan menggunakan kuesioner. Tahap pertama
setelah mengikuti pelatihan yaitu pasca pelatihan dan tahap kedua selama tiga
bulan setelah mengikuti pelatihan lalu mengisi kuisioner yaitu efektivitas
pelatihan yang diisi oleh peserta. Selain itu juga proses pengembangan
karyawan PT. McMangan dilakukan dengan metode penilaian yang
dilakukan oleh atasan atau supervisor di satuan kerja masing-masing. Ada
empat proses tahapan untuk pengembangan karyawan, yaitu training need
analysis (analisis penentu kebutuhan) yang ditentukan berdasarkan dari faktor
hasil asesmen, kebutuhan pengembangan perusahaan, dan lainnya. Langkah
selanjutnya penyusunan jadwal yang bertujuan untuk memetakan program
pengembangan karyawan yang dibutuhkan dan menentukan waktu
pengembangan dari satuan kerja masing- masing. Di tahap realisasi setelah di
analisis kebutuhan dan disusun jadwal maka dieksekusi pengembangan
karyawan apa yang sudah di programkan tadi oleh manajemen talenta sesuai
191
kebutuhan satuan kerja dan perusahaan. Berikut merupakan Pendidikan dan
pelatihan yang diadakan oleh PT. McMangan :
1. Diklat Pengawas Operasional
Sesuai dengan Permen 26 mengenai kaidah pertambangan pasal 14 yang
menerangkan bahwa pemegang IUP / IUPK wajib melaksakan ketentuan
keselamatan pertambangan diatur dalam ayat 4 salah satunya adalah
Pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja. Oleh karena itu, PT Prima
Abadi Limestone bekerja sama dengan badan yang menaungi jasa
pembinaan dan pelatihan yang telah memiliki izin dari Kementrian
ESDM. Terdapat beberapa pelatihan yang diselenggarakan oleh PT Prima
Abadi Limestone, antara lain:
a) Diklat Pengawas Operasional Pertama (POP)
b) Diklat Pengawas Operasional Madya (POM)
c) Diklat Pengawas Operasional Utama (POU)
2. Training Geotechnical in Surface Mining
Pelatihan ini diadakan oleh PT. McMangan untuk karyawan terkhusus
pada bagian geoteknik agar dapat meningkatkan kemampuan di dunia
pertambangan dan kualitas sumber daya manusia yang berkompeten di
bidang geoteknik. Adapun materi pelatihan yang akan disampaikan antara
lain mengenai pengenalan geoteknik, batuan dan kondisi geologi umum
tambang terbuka, kekuatan batuan dan massa batuan, uji laboratorium,
metode analisis kestabilan lereng, pemantauan lereng dan perkuatan
lereng, metode kesetimbangan batas, metode elemen hingga, studi kasus
geoteknik, dan pengenalan software geoteknik.
3. Training Perencanaan dan Design Tambang
Perencanaan tambang merupakan hal yang penting karena memuat
rencana penambangan dari awal hingga akhir produksi dan penutupan
tambang. Maka, PT. McMangan bekerja sama dengan perusahaan yang
memberikan jasa training untuk mengadakan pelatihan terkait perencanaan
dan desain tambang. Materi yang disampaikan pada pelatihan terkait
dengan validasi data, model geologi, optimum pit limit, penentuan metode
penambangan, pembuatan layout tambang dan desain, perhitungan blok
192
cadangan, pembuatan jadwal produksi, pemilihan alat dan tipe alat,
penentuan urutan tambang, pembuatan sistem drainase, dan Analisa
lingkungan dan rencana rehabilitasi.
4. Training Produktivitas Alat Berat dalam Kegiatan Penatagunaan Lahan
Pascatambang
Pertambangan sangat erat sekali ketergantungannya dengan alat berat.
Kegiatan utama dalam dunia pertambangan adalah gali-muat-angkut
dimana pada kegiatan tersebut menggunakan alat berat yang memiliki
spesifikasi maupun harga yang bervariasi. Pemilihan alat berat
mempengaruhi efisiensi dan profitabilitas pada pekerjaan. Tingkat
efektivitas alat berat dinilai berdasarkan produktivitas alat. Maka
perhitungan akan produktivitas alat merupakan modal penting dalam
manajemen suatu proyek pertambangan. Dalam penatagunaan Lahan
Pascatambang juga tentunya memerlukanalat-alat berat yang akan
mempermudah kegiatan tersebut
Perhitungan produktifitas suatu alat adalah untuk mengetahui seberapa
efektif alat tersebut bekerja di tambang. Produktivitas digunakan sebagai
pedoman dalam menentukan durasi pelaksanaan setiap pekerjaan dan
jumlah alat berat yang diperlukan. Dengan begini kita bisa menentukan
berapa target produksi yang ingin dicapai suatu perusahaanpertambangan
dari alat-alat yang tersedia di dalamnya. Jika target produksi sudah
ditentukan dan ternyata tidak memenuhi target tersebut, maka dapat
ditelaah faktor apa saja yang menyebabkan target produksi tidak tercapai,
yaitu apakah faktor produktifitas alat atau faktor lain. PT. McMangan
mengadakan pelatihan produktivitas alat berat agar target produksi dapat
tercapai semaksimal mungkin.
11.4. Tenaga Kerja Subkontraktor
Subkontraktor adalah badan hukum atau orang yang mampu memborong
pekerjaan pada bidang atau spesialisasi tertentu pada sebuah perusahaan
kontraktor utama. Tugas dan wewenang subkontraktor adalah sebagai
berikut:
193
1. Melaksanakan pekerjaan yang dibebankan oleh kontraktor utama sesuai
dengan gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat-syarat yang
ditetapkan.
2. Bertanggung jawab langsung terhadap kontraktor utama mengenai hasil
pekerjaan yang telah dilaksanakannya.
3. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kontraktor utama sesuai dengan batas
waktu yang telah ditetapkan.
4. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan biaya pelaksanaan pekerjaan dari
kontraktor utama berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
Tenaga Kerja subkontraktor memiliki status tidak tetap yang terdiri dari juru
masak, helper, cleaning service dan satpam.
194
BAB XII
PEMASARAN
12.1. Pemasaran
Kegiatan pertambangan oleh PT. McManghan dilaksanakan didalam satu
kabupaten yaitu kabupaten Kulon Progo, sehingga Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi yang mencakup kegiatan Pengangkutan dan Penjualan
berdasarkan UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
diberikan oleh Bupati daerah Kulon Progo dan diatur sepenuhnya didalam
Peraturan daerah Kabupaten Kulon Progo No. 2 Tahun 2014 tentang Usaha
Pertambangan dan mineral.
PT. McManghan merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang
pertambangan dan pengolahan logam mangan. Kondisi endapan mangan di area
IUP PT. McManghan bersifat masif dan tidak merata di seluruh area IUP, dengan
metode penambangan open pit yang kemudian akan dilanjutkan ke crushing lalu,
Gambar 10.1
Mangan Ukuran 5 mm
195
Kualitas dari produk mangan PT. McManghan dapat dilihat pada Tabel 10.1
berikut :
Tabel 10.1
Kualitas Produk PT. McManghan
Parameter Nilai
Ukuran Ukuran 1 mm
Warna Abu-abu
Kandungan Mangan 57,23%
Data tersebut merupakan keunggulan dari produk PT. McManghan yang akan
dipasarkan dan siap untuk bersaing dengan perusahaan lain.
Produk yang dihasilkan oleh PT. McManghan memiliki kualitas yang unggul
untuk digunakan sebagai campuran pembuatan baja, dengan densitas sebesar 7,43
gr/cm3 (SNI 6989.5:2009) mangan sangat bagus untuk digunakan sebagai
campuran dalam pembuatan baja.
Sembilan puluh persen dari seluruh Mn di dunia digunakan dalam industri baja,
Mangan yang terdapat dilokasi penambangan pada PT. McManghan dengan
kualitas yang sesuai dengan SNI dan SII ini nantinya dapat dijadikan sebagai
reagen untuk mereduksi oksigen dan sulfur, yaitu feromangan sebagai oksidan
dalam proses pembuatan baja, PT. McManghan nantinya akan melakukan kerja
sama dengan konsorsium PT. Anugrah Nusantara Sejahtera, PT. Nusa
Purbalingga, PT. Mencari Mangan Sejati dan PT. Rungkut Industri.
196
a) Ukuran yang kecil sehingga bisa langsung digunakan untuk pembuatan
baja
b) Hasil pengujian yang mendapatkan hasil kandungan 57,23%
2. Kontinuitas produksi dari tambang
PT. McManghan berkomitmen untuk terus untuk terus memberikan
yang terbaik untuk konsumen, hal ini ditunjukkan dengan kegiatan
produksi yang berusaha mencukupi kebutuhan konsumen akan
mangan. Sehingga kontinuitas produksi PT. McManghan
berlangsung hingga saat ini. Target produksi produksi PT.
McManghan adalah 500.000 ton/tahun.
3. Harga mangan
Harga produk mangan tergantung ukuran dari mangan yaitu, mangan
dengan ukuran 1 mm ditawarkan dengan harga Rp 80.000,00/ton.
PT. McManghan ingin selalu memberikan pelayanan yang baik kepada
konsumen dengan mematok harga sesuai dengan pasar, berikut grafik
harga mangan dari tahun 2018 hingga 2022 sebagai acuan harga yang telah
ditetapkan oleh PT. McManghan. (Kepmen 1806)
Gambar 10.2
Grafik Harga Mineral Mangan USD/dmt
197
4. Teknologi pengolahan
Teknologi pengolahan yang digunakan oleh PT. McManghan
menggunakan dua tahapan peremukan, yaitu Primary
Crushing menggunakan Jaw Crusher. Selain itu produk ini juga
melalui tahap pemilahan untuk memperoleh logam mangan yang
telah dipisahkan berdasarkan ukuran. Sehingga hasil yang
diharapkan dari pengolahan tersebut dapat tercapai dan dapat pula
memuaskan target hasil produksi yang diinginkan oleh para
konsumen dan pasar.
198
kemungkinan bagi PT. McManghan untuk melakukan pemasaran hingga
ke luar negeri.
4. Untuk pemasaran mangan, PT. McManghan Juga membuka kesempatan
yang seluas-luasnya kepada pihak investor asing untuk bekerjasama
dalam mengembangkan usaha mangan di dalam maupun luar negeri.
12.1.3. Bagan Alir Pemasaran
Bagan alir pemasaran PT. McManghan dapat dilihat pada bagan 10.1. dimana
akan digunakan sebagai alur penjualan dan pendistribusian kepada konsumen.
Pengolahan Mangan
sesuai kebutuhan
konsumen
PT. Anugrah
PT. Nusa PT. Mencari PT. Rungkut
Nusantara
Sejahtera
Purbalingga Mangan Sejati Industri
Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli
Produksi Mangan
500.000 ton/tahun
Bagan 10.1
Bagan Alir Pemasaran
199
PT. McManghan menjual produknya ke pasar diwilayah Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur serta dapat dipesan oleh berbagai wilayah di Indonesia
melalui website perusahaan.
200
diolah menjadi produk ukuran 1 mm. Cadangan ini diperuntukkan bagi keempat
perusahaan yang bekerja sama dengan PT. McManghan, dengan demikian
perusahaan dapat mencukupi permintaan dari pasar.
201
masih kurang karenanya PT. McManghan terus berkomitmen untuk
terus meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia serta terus meningkat jaringan informasi dan perluasan
jaringan pemasaran.
3) Opportunities (Peluang)
Banyaknya proyek pembuatan baja menggunakan campuran
Ferromangan memberikan peluang bagi PT. McManghan untuk
memasarkan produknya, perusahaan yang tertarik untuk bekerja sama
dengan PT. McManghan di Indonesia cukup banyak dan sangat
berpotensi untuk berkembang kedepannya .
4) Threats (Ancaman)
Faktor utama dari Threats (Ancaman) dari PT. McManghan yaitu
banyaknya perusahaan kompetitor atau pesaing yang bergerak
dibidang tambang mangan. Sampai saat ini ada 5 perusahan tambang
mangan di Indonesia (Sumber: https://www.minerba.esdm.go.id/).
202
Threats : S-T : W-T :
1. Kondisi ekonomi 1. Menjaga 1. Mengembangkan
masyarakat kualitas produk kualitas SDA
sekitar 2. Pelayanan yang 2. Terus
2. Banyaknya baik terhadap berkomunikasi
perusahaan konsumen dengan baik
kompetitor 3. Merekrut SDM kepada konsumen
3. Produk logam dari masyarakat untuk
lain sekitar untuk mempertahankan
terlibat kerjasama
Dari tabel di atas, maka dapat ditentukan langkah yang akan diambil
oleh perusahaan untuk mencapai target pemasaran dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang ada.
3) Promosi
Promosi yang dilakukan PT. McManghan ada 3 cara, yaitu melalui
website, partnership, dan call center. Website yang dimiliki PT.
McManghan akan sering di perbarui supaya konsumen juga
mengetahui perkembangan yang ada di PT. McMangan. Adapula
203
website yang dapat dikunjungi untuk mengetahui informasi produk
yang dimiliki PT. McManghan yaitu: www.mcmanghan.com./product
Partnership merupakan cara promosi yang paling efektif dan efisien
yang dilakukan untuk produk ekspor. Partnership memiliki network
yang banyak, jadi nantinya network tersebut yang dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk menggait banyak kerjasama dengan pihak-pihak
luar. Partnership merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk
digunakan karena tidak memungkinkan perusahaan untuk melakukan
promosi langsung ke konsumen.
4) Distribusi
Distribusi yang dilakukan PT. McManghan dilakukan dengan
distribusi langsung dan distribusi tak langsung. Distribusi langsung
dilakukan dengan produsen menyalurkan produk langsung kepada
konsumen. Artinya produsen disini berperan sebagai distributor, proses
distribusinya pun tidak melalui pihak ketiga atau perantara. Sedangkan
distribusi tak langsung dilakukan menyalurkan barang dari produsen ke
konsumen melalui pihak ketiga.
204
205
BAB XIII
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
13.2. Investasi
Dalam industri bahan galian, yang dimaksud dengan biaya investasi adalah
modal awal yang merupakan sejumlah uang yang dipergunakan untuk menjalankan
206
suatu usaha, dalam hal ini usaha yang dimaksud ialah usaha pertambangan. Dalam
investasi dikenal dengan adanya tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga adalah
harga dari penggunaan dana pinjaman (loanable funds). Tingkat suku bunga
merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan
melakukan invesatasi atau menabung (Boediono, 1994 :76). Total biaya investasi
terdiri dari dua komponen, yakni modal tetap dan modal kerja.
Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membiayai
kegiatan pra-produksi, yaitu :
a. Biaya Persiapan yang terdiri dari Biaya Eksplorasi, Pembebasan Lahan, dan
Biaya Perijinan dengan total biaya Rp. 39.572.000.000,-
b. Biaya Konstruksi dan Rekayasa yang terdiri dari : Biaya bangunan, Biaya
Infrastruktur dan biaya inventaris dengan total biaya Rp. 5. 744.000.000,-
c. Peralatan (Penambangan, Pengangkutan, dan Pengolahan dengan total
biaya Rp. 18.737.138.052,-
d. Biaya Pendukung kegiatan Operasional dengan total biaya Rp.
439.576.745,-
207
a. Modal sendiri
Modal sendiri (ekuitas) adalah dana yang dimiliki dari pihak pendiri
perusahaan PT. McMangan jumlah total modal sendiri yang disiapkan
sebesar 60% dari total investasi sebesar Rp.44.870.397.652,-
b. Pinjaman
Sedangkan 40% dari total investasi merupakan pinjaman dari Bank BNI
Cabang Yogyakarta sebesar Rp. 29.913.598.435,- dengan bunga pinjaman
sebesar 8% pertahun
Biaya produksi terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variable
ialah biaya yang terpengaruh oleh volume produksi, sedangkan biaya tetap ialah
biaya yang tidak terpengaruh oleh volume produksi dari perusahaan. Biaya
produksi PT. Mcmangan dapat dilihat pada tabel 13.2.
Tabel 13.2.
Biaya Produksi
Biaya Produksi Pertahun (Dalam Rupiah)
Deskripsi Cost (Rp/m3)
2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Biaya Variable
Produksi
a. Penambangan
- Biaya BBM 36,827 18,413,550,000 18,892,302,300 19,383,502,160 19,887,473,216 20,404,547,520 20,935,065,755 21,479,377,465 22,037,841,279 22,610,825,152 23,198,706,606
- Biaya Pelumas 2,664 1,332,000,000 1,366,632,000 1,402,164,432 1,438,620,707 1,476,024,846 1,514,401,492 1,553,775,930 1,594,174,105 1,635,622,631 1,678,148,820
- Biaya Pemakaian Listrik 153 76,341,447 78,326,324 80,362,809 82,452,242 84,596,000 86,795,496 89,052,179 91,367,535 93,743,091 96,180,412
b. Perawatan 2,867 1,433,255,448 1,470,520,090 1,508,753,612 1,547,981,206 1,588,228,718 1,629,522,664 1,671,890,253 1,715,359,400 1,759,958,744 1,805,717,672
d. K3, Lingkungan dan Pengembangan Masyarakat 4,134 2,067,000,001 1,202,000,002 1,202,000,003 1,202,000,004 1,582,000,005 1,202,000,006 1,202,000,007 1,202,000,008 1,202,000,009 1,582,000,010
e. Gaji Operator 11,928 5,963,880,000 6,118,940,880 6,278,033,343 6,441,262,210 6,608,735,027 6,780,562,138 6,956,856,754 7,137,735,029 7,323,316,140 7,513,722,360
sub total 58,572 29,286,026,896 29,128,721,596 29,854,816,359 30,599,789,585 31,744,132,115 32,148,347,551 32,952,952,588 33,778,477,356 34,625,465,768 35,874,475,879
Biaya Tetap
- Gaji Pegawai 16,301 8,150,424,000 8,362,335,024 8,579,755,735 8,802,829,384 9,031,702,948 9,266,527,224 9,507,456,932 9,754,650,812 10,008,271,734 10,268,486,799
- Biaya Pemakaian Air 301 150,600,000 154,515,600 158,533,006 162,654,864 166,883,890 171,222,871 175,674,666 180,242,207 184,928,505 189,736,646
- Biaya Pemakaian Telepon 732 365,904,000 375,417,504 385,178,359 395,192,996 405,468,014 416,010,183 426,826,447 437,923,935 449,309,957 460,992,016
- Biaya PBB 1,149 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000
- Biaya Konsumsi 1,920 960,000,000 984,960,000 1,010,568,960 1,036,843,753 1,063,801,691 1,091,460,534 1,119,838,508 1,148,954,310 1,178,827,122 1,209,476,627
- Depresiasi 6,657 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241
- Amortisasi 216 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000
sub total 27,275 13,637,405,241 13,887,705,369 14,144,513,301 14,407,998,238 14,678,333,784 14,955,698,054 15,240,273,795 15,532,248,506 15,831,814,559 16,139,169,329
Total 85,847 42,923,432,137 43,016,426,965 43,999,329,659 45,007,787,823 46,422,465,899 47,104,045,605 48,193,226,383 49,310,725,862 50,457,280,327 52,013,645,208
PT. McMangan memiliki jumlah pekerja sebanyak 128 orang, para pekerja
di PT. McMangan memiliki besar gaji pada kisaran Rp. 3.628.000,- hingga Rp.
75.000.000,- dengan nilai rata-rata pekerja PT. McMangan sebesar Rp.
12.000.000,-. Gaji pekerja PT. McMangan mengalami eskalasi sebesar 2,6%
pertahun. Adapun rincian gaji pekerja PT. McMangan dapat dilihat pada tabel 13.3.
208
Tabel 13.3
Gaji Pekerja
Tingkat gaji
Pekerjaan Gaji Pokok per Bulan Gaji Tunjangan Total Pekerja Bulan Tahun
(Rp) (Rp)
Komisaris Utama Rp 35,000,000 Rp 40,000,000 1 Rp 75,000,000 Rp 900,000,000
Direktur Utama Rp 25,000,000 Rp 30,000,000 1 Rp 55,000,000 Rp 660,000,000
Sekretaris Rp 9,000,000 Rp 9,810,000 1 Rp 18,810,000 Rp 225,720,000
Sub Total Rp 69,000,000 Rp 79,810,000 3 Rp 148,810,000 Rp 1,785,720,000
Divisi Perencanaan
Manager Perencanaan Rp 10,000,000 Rp 11,700,000 1 Rp 21,700,000 Rp 260,400,000
Staff Perencanaan Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 3 Rp 31,650,000 Rp 379,800,000
Sub Total Rp 15,000,000 Rp 17,250,000 4 Rp 53,350,000 Rp 640,200,000
Divisi Operasi
Manager Eksplorasi dan Penambangan Rp 10,000,000 Rp 11,500,000 2 Rp 43,000,000 Rp 516,000,000
Staff Eksplorasi dan Penambangan Rp 8,000,000 Rp 8,880,000 5 Rp 84,400,000 Rp 1,012,800,000
Staff Pemeliharaan Alat Rp 6,000,000 Rp 6,500,000 2 Rp 25,000,000 Rp 300,000,000
Operator Rp 5,000,000 Rp 5,450,000 28 Rp 292,600,000 Rp 3,511,200,000
Sub Total Rp 29,000,000 Rp 32,330,000 37 Rp 445,000,000 Rp 5,340,000,000
Divisi Pengolahan
Manager Pengolahan Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Stff Pengolahan Rp 7,500,000 Rp 8,250,000 1 Rp 15,750,000 Rp 189,000,000
Staff Pemeliharaan Alat Rp 6,000,000 Rp 6,500,000 2 Rp 25,000,000 Rp 300,000,000
Operator Rp 5,000,000 Rp 5,450,000 15 Rp 156,750,000 Rp 1,881,000,000
Sub Total Rp 28,500,000 Rp 31,600,000 19 Rp 218,900,000 Rp 2,626,800,000
Divisi K3 & Lingkungan
Manager K3, Lingkungan & Humas Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Safety Officer Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 21,100,000 Rp 253,200,000
Tenaga Medis Rp 4,000,000 Rp 4,440,000 2 Rp 16,880,000 Rp 202,560,000
Staff Lingkungan Rp 5,500,000 Rp 6,105,000 2 Rp 23,210,000 Rp 278,520,000
Staff Humas Rp 4,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 19,100,000 Rp 229,200,000
Sub Total Rp 28,500,000 Rp 33,045,000 9 Rp 101,690,000 Rp 1,220,280,000
Divisi Reklamasi dan Pasca Tambang
Manager Reklamasi dan Pasca Tambang Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Staff Reklamasi Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 21,100,000 Rp 253,200,000
Staff Pascatambang Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 21,100,000 Rp 253,200,000
Operator Rp 3,500,000 Rp 4,440,000 6 Rp 47,640,000 Rp 571,680,000
Sub Total Rp 23,500,000 Rp 26,940,000 11 Rp 111,240,000 Rp 1,334,880,000
Divisi Pemasaran
Manager Pemasaran Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Staff Pemasaran Rp 5,000,000 Rp 5,525,000 3 Rp 31,575,000 Rp 378,900,000
Personalia Rp 8,000,000 Rp 9,040,000 2 Rp 34,080,000 Rp 408,960,000
Sub Total Rp 23,000,000 Rp 25,965,000 6 Rp 87,055,000 Rp 1,044,660,000
Divisi Administrasi dan Keuangan
Manager Administrasi dan Keuangan Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Staff Administrasi dan Keuangan Rp 5,000,000 Rp 5,525,000 2 Rp 21,050,000 Rp 252,600,000
Personalia Rp 8,000,000 Rp 9,040,000 2 Rp 34,080,000 Rp 408,960,000
Sub Total Rp 23,000,000 Rp 25,965,000 5 Rp 76,530,000 Rp 918,360,000
Lain-Lain
Satpam Rp 2,000,000 Rp 2,160,000 10 Rp 41,600,000 Rp 499,200,000
Sopir Rp 2,000,000 Rp 2,160,000 5 Rp 20,800,000 Rp 249,600,000
Cleaning Service Rp 1,750,000 Rp 1,878,000 6 Rp 21,768,000 Rp 261,216,000
Juru Masak Rp 1,800,000 Rp 1,944,000 5 Rp 18,720,000 Rp 224,640,000
Buruh Rp 1,750,000 Rp 1,878,000 8 Rp 29,024,000 Rp 348,288,000
Sub Total Rp 9,300,000 Rp 10,020,000 34 Rp 131,912,000 Rp 1,582,944,000
TOTAL Rp 202,300,000 Rp 230,020,000 128 Rp 1,176,192,000 Rp 14,114,304,000
13.3.2. Depresiasi
209
peralatan tambang, peralatan pengolahan, peralatan bengkel, dan peralatan
pendukung operasional pertambangan.
13.3.3. Amortisasi
13.4. Pendapatan
Pendapatan PT. McMangan berasal dari hasil penjualan mangan dan nilai
sisa alat. Asumsi harga yang digunakan adalah sebesar Rp.135.000,-/m3. Adapun
besarnya pendapatan pertahun PT. McMangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 13.4
Pendapatan Penjualan
No. Tahun Harga Jual (Rp/m3) Harga tereskalasi(Rp/m3) Terjual (m3) Pendapatan/tahun (Dalam Rupiah)
1 2022 135,000
2 2023 135,000 138,510 500,000 69,255,000,000
3 2024 135,000 142,111 500,000 71,055,630,000
4 2025 135,000 145,806 500,000 72,903,076,380
5 2026 135,000 149,597 500,000 74,798,556,366
6 2027 135,000 153,487 500,000 76,743,318,831
7 2028 135,000 157,477 500,000 78,738,645,121
8 2029 135,000 161,572 500,000 80,785,849,894
9 2030 135,000 165,773 500,000 82,886,281,991
10 2031 135,000 170,083 500,000 85,041,325,323
11 2032 135,000 174,505 500,000 87,252,399,782
210
Laporan laba-rugi menggambarkan kinerja perusahaan PT. McMangan
yang tercermin dari pendapatan dan pengeluaran operasional tahunan selama umur
tambang. Adapun laporan laba-rugi PT. McMangan dapat dilihat pada lampiran
L.19. Dari hasil laporan laba-rugi Pozzolan Mining Corporation mengalami
kerugian diawal proyek sebesar Rp.2.188.473.825,- namun seiring berjalannya
produksi, PT. McMangan pada periode selanjutnya dapat memperoleh laba periode
berjalan berkisar antara Rp.16.777.243.478,- hingga Rp.35.951.139.829,-.
Proyeksi aliran uang kas disusun dari aliran dana yang bersumber dari
aktivitas operasional, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang selanjutnya
dipergunakan untuk menentukan penilaian investasi. Skema aliran uang kas dapat
dilihat pada Lampiran L.20. Dari laporan arus kas PT. McMangan diketahui bahwa
cumulative cash flow PT. McMangan memiliki nilai negative hingga akhir periode
ketiga dan pada akhir periode kesepuluh PT. McMangan akan memiliki cumulative
cash flow sebesar Rp.160.527.230.492,-.
211
memperoleh keuntungan yang maksimum. PT. McMangan melakukan analisis
kelayakan investasi dimana NPV,IRR, dan PBP menjadi parameternya.
dimana :
212
Berdasarkan analisis keuangan yang telah dilakukan didapatkan bahwa nilai NPV
PT. McMangan adalah sebesar Rp. 45.775.611.093,- sehingga proyek ini
menguntungkan dan layak untuk dipertimbangkan lebih lanjut.
Nilai Internal Rate of Return (IRR) merupakan nilai discount rate yang akan
menyebabkan biaya investasi sama dengan biaya penerimaan atau selisihnya sama
dengan nol (NPV = 0). Dalam menentukan nilai IRR tidak ada rumus baku, namun
nilai IRR dapat dihitung menggunakan persamaan NPV di mana nilai r saat NPV =
0 merupakan nilai IRR.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai IRR dari tahun ke-0 hingga ke-10 didapatkan
nilai IRR sebesar 33,2%. Dikarenakan nilai IRR lebih besar dari risk free rate atau
bunga obligasi (3,5%) maka proyek ini layak untuk dijalankan.
Pay back period (PBP) menunjukan periode waktu yang dibutuhkan untuk
pengembalian modal atau pengeluaran invetasi yang dihitung sejak modal
ditanamkan. PBP dapat ditentukan dari persamaan berikut:
Keterangan :
213
proyek ini layak dijalankan karena PBP lebih kecil dari umur tambang yaitu 10
tahun (PbP < LoM).
Tabel 13.5
Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Operasi
214
Gambar 13.1
Grafik Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Operasi
Dari tabel 13.5 dapat dilihat bahwa setiap biaya operasi naik 10% perusahaan akan
mengalami penurunan sebesar 38% NPV pada biaya operasi normal dengan PBP
yang lebih lama dan IRR yang lebih rendah, meskipun biaya operasi naik sebesar
25% proyek masih dikatakan aman. Namun, jika biaya operasi naik 30% proyek
sudah tidak layak dijalankan.
Tabel 13.6
Analisis Kepekaan Perubahan Harga Jual
Kondisi NPV ( Rp ) PBP ( Tahun ) IRR ( % )
15% 88,688,924,075 2Tahun3Bulan20Hari 50%
Naik 10% 74,384,486,414 2Tahun7Bulan22Hari 44%
5% 60,080,048,754 3Tahun0Bulan21Hari 39%
Normal 0% 45,775,611,093 3Tahun4Bulan17Hari 33%
-5% 31,471,173,432 3Tahun9Bulan11Hari 28%
-10% 17,166,735,771 5Tahun2Bulan2Hari 22%
Turun
-15% 2,862,298,111 5Tahun11Bulan19Hari 16%
-20% -11,442,139,550 7Tahun0Bulan17Hari 10%
215
Gambar 13.2
Grafik Analisis Kepekaan Perubahan Harga Jual
Pada tabel 13.6 dapat dilihat bahwa perusahaan akan mengalami penurunan NPV
sebesar 31% setiap terdapat penurunan harga jual sebesar 5%, sehingga
menyebabkan PBP yang lebih lama dan IRR yang lebih rendah, proyek tidak
menguntungkan apabila dilanjutkan ketika mengalami penurunan harga jual
sebesar 20% .
Tabel 13.7
Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Investasi
216
Gambar 13.3
Grafik Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Investasi
Perubahan biaya investasi yang dapat dilihat dari tabel 13.7 kenaikan biaya
investasi menyebabkan penurunan NPV dan IRR sehingga menyebabkan PBP
menjadi lebih lama, proyek dalam kondisi tidak layak beroperasi apabila biaya
investasi naik lebih dari atau sama dengan 65%.
217
badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Besara PPn yang
dibayarkan oleh perusahaan adalah sebesar 11%. Pajak daerah adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Besaran pajak daerah tercantum pada Perda kab.Kulonprogo
No.1 Tahun 2021 yaitu sebesar 0.15%
Adapun rincian penerimaan negara PT. McMangan dapat dilihat pada tabel
13.8.
Tabel 13.8
Penerimaan Negara
Pendapatan Negara (Dalam Rupiah)
Pajak Besaran Pajak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PPH 21 5% 705,715,200 724,063,795 742,889,454 762,204,580 782,021,899 802,354,468 823,215,684 844,619,292 866,579,394 889,110,458
PPH 23 2% 478,769,600 564,614,256 560,097,732 594,837,928 618,389,615 628,294,515 644,179,546 662,860,755 680,685,686 691,823,977
PPN 11% 7,618,050,000 8,019,338,402 8,019,338,402 8,227,841,200 8,441,765,071 8,661,250,963 8,886,443,488 9,117,491,019 9,354,545,786 9,597,763,976
Pajak Daerah 0.15% 103,882,500 109,354,615 109,354,615 112,197,835 115,114,978 118,107,968 121,178,775 124,329,423 127,561,988 130,878,600
Total 8,906,417,300 9,417,371,068 9,431,680,202 9,697,081,543 9,957,291,563 10,210,007,914 10,475,017,493 10,749,300,490 11,029,372,854 11,309,577,010
218
BAB XIV
KESIMPULAN
219
metode ini biasanya dilakukan untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada
daerah datar atau daerah lembah. Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan
membentuk cekungan atau pit. Tujuannya adalah untuk mempermudah proses
ekstraksi material dan logam berharga dengan lebih cepat. Secara teknis, metode
ini mampu memberikan efektifitas untuk mendapatkan material tambang lebih
banyak. Dengan mempertimbangkan daerah perbukitan maka PT. Mc Manghan
juga menggabungkan metode open pit dengan type quarry bagi mangan yang
tersingkap pada daerah bukit.
220
14.6. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang direkrut PT. McManghan berjumlah 107 orang, yang
sebagian besar tenaga kerja berasal dari lulusan S1, S2, S3, lulusan D3, SLTA/STM
dan warga di daerah sekitar lokasi tambang.
221
14.9. Rencana Penanganan/Perlakuan Bijih yang Belum Terpasarkan
Penanganan PT. Mc Manghan pada bijih yang belum terpasarkan akan disimpan
pada stockpile dan akan dipilah berdasarkan kadar mangan dan juga akan dilakukan
pengontrolan secara rutin sehingga ketika bijih mangan terjual akan tetap terjaga
kualitasnya.
222