Anda di halaman 1dari 228

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini berbagai proyek konstruksi dan infrastruktur sedang berlangsung, mulai
dari pembangunan tol, hingga mega proyek Ibu Kota Negara. Untuk menjalankan
berbagai proyek konstruksi dan infrastruktur tentunya dibutuhkan berbagai bahan
konstruksi, salah satunya baja. Tidak dapat dipungkiri baja banyak digunakan
dalam proyek konstruksi karena daya tahannya dan ekonomis. Hal ini yang
menyebabkan permintaan pasar akan baja semakin meningkat.

Perlu diketahui bahwa mangan merupakan salah satu bahan galian yang
dibutuhkan dalam industri baja, mangan merupakan bahan baku pembuatan baja
Dalam pemanfaatan mangan global, 85% mangan digunakan untuk paduan baja
(manganese alloy). Bahkan sejak tahun 2020, permintaan mangan global terus
meningkat seiring dengan meningkatnya produksi baja. Dalam setiap ton baja,
konsumsi mangan mengalami peningkatan dari 0,69% menjadi 0,75% pada
periode 2010 – 2015, sedangkan setiap tahun permintaan baja meningkat ±5,2%,
sehingga pada tahun 2030 diproyeksikan permintaan mangan untuk paduan baja
mencapai 23 juta ton. (Kementrian ESDM 2020)

Pada tahun 2021, terdapat 99 IUP operasi produksi pertambangan mangan, 1


IUP eksploasi, dan 2 IUP pemasok smelter. Namun, produksi bijih mangan dalam
negeri belum mencukupi bahan baku pabrik pengolahan dan pemurnian, sehingga
masih dilakukan impor bijih. Untuk dapat memenuhi permintaan mangan dalam
negeri perlu dibuka pertambangan mangan baru. Terkait hal tersebut, PT
McMangan melakukan penelitian di Dusun Kliripan, Kel Hargorejo, Kec Kokap,
Kab Kulonprogo, DIY karena terdapat sumberdaya dan cadangan mangan,
sehingga PT McMangan dapat melakukan penambangan mangan yang ada di
Kliripan dengan target produksi 500.000 ton. Adapun mangan yang ditambang
dimanfaatkan untuk paduan baja sebagai bahan baku konstruksi bangunan

1
1.2. Maksud dan Tujuan
1.2.1. Maksud
Adapun maksud dari kegiatan penambangan yang dilakukan PT McMangan
adalah menciptakan manfaat yang dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat, baik
masyarat sekitar maupun masyarakat luas.
1.2.2. Tujuan
Adapun tujuan dari kegiatan pertambangan yang dilakukan PT McMangan adalah
1. Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar daerah penambangan
sehingga meningkatkan taraf hidup masyarakat sekitar.
2. Mengkaji berbagai aspek seperti geologi, estimasi sumberdaya dan cadangan,
geoteknik, hidrologi, hidrogeologi, lingkungan, kelayakan ekonomi.
3. Merencanakan kegiatan penambangan secara teknis, lingkungan, dan
ekonomis agar dapat memenuhi kebutuhan bahan baku industri baja.

1.3. Ruang Lingkup dan Metode Studi


Dasar hukum atau regulasi yang dipakai adalah Keputusan Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral Republik Indonesia Nomor 1806 K/30/MEM/2018, studi
kelayakan yang telah dinyatakan layak dengan metode studi pengumpulan data
sekunder, penelitian lapangan, pengujian laboratorium, pengolahan data, dan
pembuatan laporan, maka ruang lingkup selanjutnya mencakup:
1. Mengolah dan menganalisis data geoteknik.
2. Menguji kualitas dan cara pengolahan untuk dimanfaatkan sebagai bahan
baku kertas.
3. Menentukan rencana penambangan.
4. Menentukan sistem pengangkutan.
5. Menentukan peralatan yang akan digunakan.
6. Menentukan kelayakan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.
7. Menentukan kelayakan organisasi dan tenaga kerja.
8. Menentukan kelayakan pemasaran.
9. Menentukan rencana reklamasi dan pasca tambang.
10. Menentukan kelayakan ekonomi (investasi dan analisis kelayakan).
Metode penyusunan dokumen perencanaan tambang dilaksanakan dengan

2
menggabungkan semua data, baik data primer yang diperoleh secara langsung dari
lapangan, maupun data sekunder, meliputi:
1. Keadaan Umum
Keadaan umum untuk mengetahui gambaran keadaan monografi, fisiografi dan
lokasi kesampaian daerah, serta menelaah dan mengevaluasi data geologi dan data
pengambilan conto sebagai base data untuk kajian selanjutnya, sedangkan ruang
lingkupnya meliputi: peta litologi daerah tersebut, bentuk penampang geologi dan
peta kontur struktur, geologi struktur, peta penyebaran kualitas mangan dan
estimasi cadangan mangan.
2. Geoteknik
Mengkaji data-data geoteknik yang mencakup sifat fisik dan sifat mekanik
mangan yang diperoleh dari pengujian-pengujian geoteknik sebagai data utama
dalam perencanaan tambang terutama dalam penentuan geometri lereng
penggalian yang tergantung dari kestabilan batuan. Ruang lingkup dari geoteknik
yaitu menganalisis rancangan geometri dan kemantapan lereng, baik lereng
produktif maupun lereng non-produktif serta menganalisis bagaimana metode
pembongkaran yang akan digunakan.
3. Rencana Penambangan
Rancangan penambangan, pembongkaran batuan dengan peralatan mekanis dan
peledakan, urutan penambangan, dan jalan angkut tambang. Ruang lingkup
rencana penambangan antara lain:
a. Rencana fasilitas penunjang penambangan dan infrastuktur
b. Metode dan tata cara penambangan
c. Tahapan kegiatan penambangan
d. Rencana produksi
e. Peralatan (jenis, jumlah dan kapasitas)
f. Jadwal rencana produksi dan umur tambang
g. Rencana pemanfaatan mangan
h. Rencana penanganan sisa cadangan dan lokasi bekas penambangan pada
pasca tambang.
4. Hidrologi dan Hidrogeologi
Hidrologi dan hidrogeologi digunakan untuk menelaah data hidrogeologi yang

3
mencakup pola penyaliran pada tambang terbuka akibat pengaruh curah hujan,
infiltrasi terhadap kondisi tambang, dan groundwater serta pola penyaliran yang
sesuai untuk digunakan pada sistem tambang terbuka. Ruang lingkup, mencakup
analisis data hidrogeologi atau kondisi air tanah, penaksiran debit air yang masuk
dalam tambang, dan rancangan penyaliran tambang terbuka
5. Rencana Pengolahan
Rencana pengolahan bertujuan untuk menelaah dan mengevaluasi alternative
metode pengolahan yang digunakan dan proses pengolahan mangan tersebut
berdasarkan kualitas dan kebutuhan/keinginan pasar ataupun konsumen yang
bersangkutan.
6. Pengujian Kualitas Mangan
Pengujian kualitas mangan bertujuan untuk menelaah bahan galian mangan dan
penyebaran kualitas sebagai data penting untuk perencanaan tambang dan kajian
pemanfaatan mangan serta mengevaluasi rencana pengolahan mangan yang
mungkin dapat diterapkan di pertambangan mangan tersebut.
7. Peralatan dan Transportasi Tambang
Mengevaluasi alternatif sarana dan sistem pengangkutan yang digunakan dari
lokasi penambangan ke lokasi pengolahan dan ke pabrik peremukan mangan, dan
peralatan yang beroperasi pada tambang terbuka baik secara teknis maupun
ekonomis.
8. Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Analisis lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk menelaah
dan menilai kelayakan lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja berkaitan
dengan kegiatan penambangan mangan.
9. Organisasi dan Tenaga Kerja
Manajemen organisasi dan ketenagakerjaan bertujuan untuk menelaah dan
mengevaluasi spesialisasi, profesionalisasi tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja
serta alternatif pola hubungan kerja. Ruang lingkupnya mencakup data kebutuhan
tenaga ahli dan keseluruhan tenaga kerja.
10. Pemasaran.
Kegiatan pemasaran bertujuan untuk menelaah pangsa pasar dan kebutuhan
konsumen.

4
11. Reklamasi dan Pasca Tambang
Kegiatan pasca tambang bertujuan untuk mengkaji rencana penutupan lokasi
bekas tambang. Ruang lingkunya mencakup perencanaan pasca tambang,
pengelolaan aset dan lokasi, dan akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang.
12. Investasi dan Analisis Kelayakan
Menelaah dan menilai kelayakan ekonomis dari rencana penambangan mangan.
Adapun ruang lingkup meliputi analisis :
a. Modal tetap
b. Modal kerja
c. Biaya produksi (termasuk pengelolaan, pemantauan lingkungan dan K3)
d. Pendapatan penjualan
e. Cash flow (aliran uang tunai)
f. Perhitungan Discounted Cash Flow Rate of Return/Internal Rate of Return
(DCFROR/IRR)
g. Perhitungan Break Event Point (BEP)
h. Waktu pengembalian modal
i. Perhitungan Net Present Value (NPV)
j. Analisis kepekaan dan risiko

1.4. Pelaksana Studi


1.4.1. Profil Perusahaan
Nama Perusahaan : PT McMangan
Alamat Head Office : Dusun Kliripan, Kalurahan Hargorejo, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, 55653.
Alamat Branch Office : Jalan P.Puger III/46, RT 7 RW4, Maguwoharjo,
Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta, 55281.
Telpon : 0274-773012
Penanggung Jawab : Dr. Tedy Agung Cahyadi, S.T., M.T., IPM
Jabatan : Komisaris
Lokasi : Proyek Dusun Kliripan, Kalurahan Hargorejo,

5
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo,
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 55653.
Bidang Usaha : Penambangan Mangan
1.4.2. Tim Pelaksana Perencanaan
Tim pelaksana perencanaan merupakan Tim Ahli PT McMangan yang terdiri dari:
1. Komisaris : Dr. Tedy Agung C., S.T., M.T.,IPM
2. Direktur Utama : Aditya Agung Pratama Putra
3. Sekretaris : Imelia Rizna Wardani
4. Manajer Eksplorasi : Badai Harish Faza
5. Manajer Geoteknik : Intan Lestari C. Prasetyo
6. Manajer Perencanaan Tambang : Adyaksa Bagas Bimantoro
7. Manajer Hidrogeologi : Aditya Agung Pratama Putra
8. Manajer Peralatan : Muhammad Naufal Asadillah
9. Manajer Pengolahan : Muhammad Naufal Asadillah
10. Manajer K3 dan Lingkungan : R.M. Teja Iswara Rozan Ammar
11. Manajer Organisasi : Rifat Zain Nashrullah
12. Manajer Investasi dan Pemasaran : Adyaksa Bagas Bimantoro
13. Manajer Reklamasi dan Pascatambang : Rosyid Hutama
14. Manajer Analisis Kelayakan Ekonomi : Timoriana Lestari

1.5. Jadwal Studi


Jadwal studi merupakan jadwal kegiatan penyusunan rencana pertambangan.
Jadwal studi yang telah dibuat menjadi acuan dalam melakukan persiapan rencana
pertambangan.

6
Tabel 1.1.
Jadwal Studi Persiapan Rencana Penambangan
Agustus September Oktober November
Kegiatan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pengambilan data di lapangan
Uji pengolahan dan analisis data hasil laboratorium
Perhitungan sumberdaya dan cadangan
Geoteknik dan rancangan peledakan
Rancangan hidrologi dan hidrogeologi
Rancangan penambangan
Rencana pengolahan
Rencana peralatan dan pengangkutan
Observasi lingkungan dan keselamatan kerja
Observasi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat
Observasi organisasi dan tenaga kerja
Observasi pemasaran
Investasi kelayakan
Penulisan laporan dan kesimpulan

7
BAB II
KEADAAN UMUM

2.1 Lokasi dan Luas Wilayah IUP Yang Dimohon


2.1.1 Lokasi
Secara astronomis Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo terletak
pada koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) Zone 49S 401949 mE dan
9129846 mS dengan luas wilayah 1.543,45 Ha. Adapun batas-batas Kapanewon
Nanggulan sebagai berikut :
Batas Utara : Kapanewon Kokap
Batas Selatan : Kapanewon Pengasih
Batas Barat : Kapanewon Temon dan Kapanewon Kokap
Batas Timur : Kapanewon Pengasih
Secara administratif, lokasi PT. McManghan berada di Dusun Kliripan,
Desa Hargorejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Berikut ini merupakan batas-batas wilayah Dusun Kliripan:
Batas Utara : Dusun Pandu dan Dusun Penggung
Batas Selatan : Dusun Kriyan
Batas Barat : Dusuh Selo
Batas Timur : Dusun Krengseng
Kapanewon Kokap merupakan salah satu dari 12 kapanewon yang ada di
wilayah Kabupaten Kulon Progo, berjarak sekitar ± 40 km di sebelah barat kota
Yogyakarta. Kapanewon Kokap terdiri dari 5 Desa yakni Hargorejo, Hargomulyo,
Hargotirto, Hargowilis, dan Kalirejo. Desa Hargorejo memiliki 16 dusun, 37 RW,
dan 126 RT. Adapun aparatur Pemerintahan Desa di Desa Hargorejo tersusun atas
Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan Kepala Dusun.
Sesuai dengan batas IUP Operasi Produksi, maka luas daerah tambang
batuan mangan yang dipetakan di Dusun Kliripan, Desa Hargorejo, Kapanewon
Kokap, Kabupaten Kulon Progo adalah 202,71 ha. Sedangkan luas IUP
PT.McManghan adalah 81,27 ha.

8
Tabel 2.1
Koordinat IUP Operasi Produksi PT. McManghan

No. Easting (m) Northing (m)


1 402062.0000 9131554.6640
2 403025.0187 9131554.6640
3 403025.0187 9131291.9158
4 403335.6640 9131291.9158
5 403335.6640 9131027.3284
6 403025.0187 9131027.3284
7 403025.0000 9130799.0000
8 402062.0000 9130793.0000

Gambar 2.1.
Peta Wilayah Izin Usaha Pertambangan PT. McManghan

2.2. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat


Untuk mencapai daerah penelitian dapat ditempuh dengan rute
Yogyakarta–Wates–Kulon Progo, dengan jarak ±50 km atau sekitar ± 1,5 jam
perjalanan dengan kendaraan bermotor. Tingkat kesampaian daerah cukup baik
karena dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan
kondisi jalan beraspal dan memiliki lebar jalan ±5m untuk di sekitar daerah
penelitan (lihat Gambar 2.2).
Untuk sarana perhubungan antara desa satu dengan desa yang lain maupun
kecamatan yang satu dengan yang lainnya masyarakat sekitar sering

9
menggunakan kendaraan pribadi seperti motor., sedangkan untuk sarana
hubungan komunikasi di Desa Hargorejo cukup memadai.

Sumber: Dokumentasi Kelompok 5 (lima)


Gambar 2.2
Jalan Desa Menuju Tempat Penelitian

Sedangkan dari Dusun Kliripan untuk menuju ke lokasi penambangan batu


mangan tersebut dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda dua dan
roda empat dengan waktu tempuh kira kira 2 menit sampai 4 menit. Orbitan
Dusun Kliripan, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap (jarak dari pusat Pemerintah
Desa) :
a. Jarak dari Pemerintahan Kecamatan Kokap : 6 Km
b. Jarak dari Ibukota Kabupaten Gunungkidul : 12 Km
c. Jarak dari Ibukota D. I. Yogyakarta : 36 Km

10
Rute terdekat yang dapat ditempuh menuju Dusun Kliripan dari Kota Yogyakarta
dapat dilihat pada gambar 2.3

Gambar 2.3
Peta Lokasi dan Kesampaian Daerah Kabupaten Kulonprogo

2.3. Keadaan Lingkungan Daerah


2.3.1. Kependudukan
Berdasarkan Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022 diketahui data penduduk
Kalurahan Hargorejo berjumlah 9.615 jiwa dengan rincian 4.727 berjenis kelamin
laki-laki, 4.888 berjenis kelamin perempuan dan dari data tersebut terdapat 3.460
kepala keluarga. Hargorejo merupakan salah satu dari 5 (lima) kalurahan di
Kapanewon Kokap yang terdiri dari dataran rendah dan dataran sedang, berada di
daerah Pegunungan Menoreh. Data jumlah kepala keluarga Kalurahan Hargorejo
dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2
Data Jumlah Penduduk Berdasar Status Dalam Rumah Tangga

Status Laki-Laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Jumlah (Jiwa)


Kepala Keluarga 2.766 694 3.460
Suami 0 0 0

11
Istri 0 2.397 2.397
Anak 1.848 1.597 3.445
Menantu 2 2 4
Cucu 59 49 108
Orang Tua 7 63 70
Mertua 4 24 28
Famili Lain 38 55 93
Pembantu 0 0 0
Lainnya 3 7 10
Jumlah 4.727 4.888 9.615
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022

2.3.2. Mata Pencaharian


Pencaharian utama warga kalurahan adalah dalam sektor pertanian dan
wiraswasta. Tabel 2.3 menampikan data jumlah penduduk berdasarkan sektor
kegiatan perekonomian yang utama.

Tabel 2.3
Data Jumlah Penduduk Berdasar Pekerjaan Dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP)

Laki-
Perempuan Jumlah
Jenis Pekerjaan Laki
(Jiwa) (Jiwa)
(Jiwa)
Mengurus Rumah Tangga 0 758 758
Bukan Angkatan
Pelajar/Mahasiswa 434 449 883
Kerja
Pensiunan 96 16 112
Belum bekerja 190 159 349
ASN 70 50 120
TNI 8 0 8
Angkatan Kerja Polri 7 0 7
Pejabat Negara 0 1 1
Buruh/Tukang 373 74 447
Sektor Pertanian 980 1.235 2.215

12
Karyawan 10 1 11
Karyawan Swasta 606 518 1.24
Wiraswasta 977 671 1.648
Tenaga Medis 2 9 11
Pekerjaan Lainnya 22 8 30
Jumlah Total 3.775 3.949 7.724
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022

Tingkat pendidikan penduduk Kalurahan Hargorejo mayoritas merupakan lulusan


SMP, SMA atau sederajat, sehingga penduduk setempat hanya dapat bekerja
sebagai petani, pedagang, dan buruh.

2.3.3. Keadaan Flora dan Fauna


Flora yang terdapat di Kalurahan Hargorejo berupa tanaman keras seperti jati,
mahoni, akasia, juga tanaman jenis perkebunan seperti kelapa, kakao, dan
tanaman sela seperti kopi, cengkeh, dan vanili. Untuk hasil pertanian lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4
Komoditas Pertanian Desa Sidorejo
Luas Panen
No Komoditas
(Ha)
1 Padi 24
2 Kelapa 75
3 Empon-emponan 21
4 Umbi-umbian 26
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022

Fauna yang terdapat di Kalurahan Hargorejo sebagian besar adalah hewan ternak..
Peternakan di Kalurahan Hargorejo seperti ayam kampung, domba, lele, dan
kambing. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.5.

13
Tabel 2.5
Jenis Populasi Ternak
No Ternak Jumlah (ekor)
1 Puyuh 2.154
2 Kambing 652
3 Domba 53
4 Ayam 3.126
Sumber : Profil Kalurahan Hargorejo Tahun 2022

14
BAB III
GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

3.1. Geologi Regional


Secara fisiografi Pulau Jawa dibagi menjadi 7 bagian, yakni pusat depresi Jawa dan
Zona Randublatung, antiklinorium Bogor – Serayu utara – Kendeng, dataran aluvial
Jawa utara, pematang dan dome pusat depresi, pegunungan selatan, antiklinorium
Rembang – Madura, dan gunung api kuarter. Secara regional Kulon Progo yang
menjadi daerah penelitian termasuk dalam Jalur Pematang dan Dome pada Pusat
Depresi ini disusun oleh dua kelompok besar batuan yaitu batuan vulkanik dan
batuan karbonat, dengan jurus perlapisan relatif berarah barat-timur dengan
kemiringan ke selatan.

Gambar 3.1.
Peta Geologi Regional menurut Rahardjo, dkk (1995)

15
3.1.1. Topografi/Batimetri
Kabupaten Kulon Progo memiliki topografi yang bervariasi dengan ketinggian
antara 0 - 1000 meter di atas permukaan air laut. Daerah penelitian termasuk dalam
wilayah utara. Bagian utara merupakan dataran tinggi/perbukitan Menoreh dengan
ketinggian antara 500 – 1000 meter di atas permukaan air laut, meliputi Kecamatan
Girimulyo, Kokap, Kalibawang dan Samigaluh. Wilayah ini penggunaan tanah
diperuntukkan sebagai kawasan budidaya konservasi dan merupakan kawasan
rawan bencana tanah longsor.
3.1.2. Litologi
Daerah Pegunungan Kulonprogo dapat dibedakan dalam kelompok batuan sedimen
dan kelompok batuan gunung api. Batuan sedimen sebagai dasar tersusun oleh
dominasi batulempung, batupasir kuarsa, dan batugamping yang disebut Formasi
Nanggulan. Batuan sedimen Formasi Nanggulan sebagai dasar batuan volkanik
Formasi Kebobutak. Formasi Nanggulan dan Kebobutak tersebut diintrusi oleh
batuan intrusi dangkal yang berupa mikrodiorit, andesit dan dasit yang pada
umumnya telah mengalami ubahan. Kelompok gunungapi ini ditutupi secara tidak
selaras oleh endapan laut dangkal Formasi Jonggrangan dan Formasi Sentolo.
1. Batuan Pra-Tersier
Di Bagian utara pegunungan Kulonprogo, di daerah Kali Duren-Kali Sileng
Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, dijumpai keterdapatan batuan
metamorf sebagai fragmen penyusun dari breksi volkanik Formasi Kebobutak.
Berdasarkan asosiasi mineralnya batuan metamorf ini termasuk kedalam fasies
sekis hijau dan fasies amfibolit (Utama dan Sutanto, 2013). Diketemukannya
batuan metamorf sebagai fragmen pada breksi volkanik ini menjadi petunjuk
yang menarik bagi informasi geologi perbukitan Menoreh. Kehadiran batuan
metamorf di perbukitan Kulonprogo ini memunculkan pertanyaan asal-usul
batuan tersebut, sedangkan batuan metamorf tidak pernah menjadi litologi
penyusun stratigrafi daerah Pegunungan Kulonprogo (Utama dan Sutanto,
2013).
2. Formasi Nanggulan
Formasi Nanggulan mempunyai tipe lokasi di daerah Kalisongo, Nanggulan.
Van Bemmelen, 1949, menjelaskan bahwa formasi ini merupakan batuan tertua
di Pegunungan Kulonprogo dengan lingkungan pengendapannya adalah litoral

16
pada fase genang laut. Litologi penyusunnya terdiri-dari batupasir dengan
sisipan lignit, napal pasiran, batulempung dengan konkresi limonit, sisipan
napal dan batugamping, batupasir, tuf kaya akan foraminifera dan moluska,
diperkirakan ketebalannya 350 m. Berdasarkan atas studi foraminifera
planktonik, maka Formasi Nanggulan ini mempunyai kisaran umur antara
Eosen Tengah sampai Oligosen. Formasi ini dijumpai terutama pada sisi timur
Gunung Gajah dan sisi timur Gunung Ijo.
3. Formasi Kebobutak/Andesit Tua
Formasi ini diendapkan secara tidak selaras diatas Formasi Nanggulan.
Litologinya berupa breksi volkanikdengan fragmen andesit, lapilli tuf, tuf,
lapili breksi, sisipan aliran lava andesit, aglomerat, serta batupasir volkanik
yang tersingkap dibanyak lokasi di daerah Kulonprogo. Formasi ini tersingkap
baik di bagian tengah, utara, dan barat daya daerah Pegunungan Kulonprogo
yang membentuk morfologi pegunungan bergelombang sedang hingga terjal.
Ketebalan formasi ini kira-kira mencapai 600 m. Berdasarkan fosil
Foraminifera planktonik yang dijumpai dalam napal dapat ditentukan umur
Formasi Andesit Tua yaitu Oligosen Atas.
4. Formasi Jonggrangan
Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan Formasi Jonggrangan secara tidak
selaras. Formasi ini secara umum, bagian bawah terdiri dari konglomerat, napal
tufan, dan batupasir gampingan dengan kandungan moluska serta batulempung
dengan sisipan lignit. Di bagian atas, komposisi formasi ini berupa
batugamping berlapis dan batugamping koral. Morfologi yang terbentuk dari
batuan penyusun formasi ini berupa pegunungan dan perbukitan kerucut dan
tersebar di bagian tengah dan utara Pegunungan Kulonprogo. Ketebalan batuan
penyusun formasi ini 250- 400meter dan berumur Miosen Bawah- Miosen
Tengah. Formasi ini di bagian bawah menjemari dengan bagian bawah Formasi
Sentolo.
3.1.3. Struktur Geologi
Karakteristik Kabupaten Kulon Progo secara umum berupa kubah atau menyerupai
kubah (Dome), dengan struktur geologi daerah terdiri atas :
1. Struktur Geologi berupa Perlipatan Batuan (Fold), perlipatan batuan di formasi
Sentolo. Perlipatan ini terdapat di bagian perbukitan Formasi Sentolo di daerah
Pengasih, Sentolo, Panjatan, Lendah dan Galur.

17
2. Struktur Geologi Patahan/Sesar (Fault), merupakan bagian dari batuan yang
saling bergerak antara bagian blok batuan satu dengan blok batuan yang lain
yang dipisahkan oleh zona patahan atau dapat diistilahkan pecahan batuan yang
disertai gerakan massa batuan. Patahan di wilayah Kulon Progo dapat
dipisahkan menjadi 2 (dua) bagian yaitu :
a. Patahan regional, merupakan satu kesatuan patahan Yogyakarta. Patahan
ini merupakan Patahan Graben Yogyakarta yang merupakan Patahan Opak
dan Patahan Progo yang menyebabkan wilayah Kulon Progo dan Wonosari
menjadi daerah dataran Tinggi dan di Kota Yogyakarta menjadi dataran
rendah. Patahan Opak berarah barat daya – timur laut, sedangkan patahan
Progo berarah utara selatan. Patahan ini terletak di bagian timur Kulon
Progo meliputi wilayah Kalibawang bagian timur, Nanggulan bagian
Timur, Sentolo, Panjatan, Galur dan Lendah. - Patahan Lokal, merupakan
patahan yang hanya terjadi di Kulon Progo. Patahan ini banyak terjadi di
bagian pegunungan atau kubah di Kulon Progo utara bagian barat, dimana
patahan berbentuk relatif radial yaitu berarah barat laut – tenggara, barat –
timur dan barat daya – timur laut. Patahan ini terdapat di wilayah
Kecamatan Kokap, Temon bagian utara, Pengasih, Nanggulan bagian
barat.
3. Struktur Kekar (joint) yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami pergerakan.
Struktur kekar ini sangat intensif terdapat di formasi batuan andesit dan formasi
andesit tua.
3.1.4. Fisiografi
Kulonprogo merupakan batas barat dari dataran rendah Yogyakarta, sebuah daerah
pegunungan dan perbukitan yang tersusun atas batuan volkanik dan batuan sedimen
yang memiliki rekaman struktur geologi yang panjang. Kehadiran batuan sediman
tua berumur Eosen, batuan volkanik berumur Oligosen-Miosen, batuan sedimen
karbonat berumur Miosen di Kulonprogo kemungkinan di kontrol oleh struktur-
struktur geologi tertentu. Kajian struktur geologi di Pegunungan Kulonprogo
dilakukan guna mengetahui jenis-jenis struktur geologi yang ada dan pengaruhnya
terhadap sebaran batuan. Penelitian dilakukan dengan interpretasi kelurusan
melalui citra DEM, pengukuran data-data kekar, sesar dan lipatan.

18
Gambaran struktur geologi dari data primer dikombinasikan dengan sumber-
sumber sekunder digunakan untuk mejelaskan sebaran batuan yang ada. Sebaran
batuan Eosen di Kulonprogo sangat dikontrol oleh struktur sesar naik yang berarah
timurlaut-baratdaya atau gaya berarah ternggara, batuan ini menjadi alas bagi
batuan vulkanik Oligo-Miosen yang hadir kemudian. Kehadiran 3 gunungapi
berumur Oligosen-Miosen dikontrol oleh kelurusan sesar geser kiri berarah utara
timurlaut dengan gaya berarah Utara-Selatan. Batuan gunung api Oligo-Miosen
Gajah dan Ijo menjadi alas bagi batuan sedimen karbonat Formasi Jonggrangan.
Batuan gunung api Oligo-Miosen Gajah, Ijo serta batuan karbonat Formasi
Jonggrangan menjadi alas bagi gunung api Miosen Akhir Menoreh. Sesar nomal
baratlaut-tenggara hadir memotong batuan-batuan Formasi Kebo-Butak dan
Jonggrangan. Secara fisiografi Pulau Jawa dibagi menjadi 7 bagian:
1. Pusat depresi Jawa dan Zona Randublatung
2. Antiklinorium Bogor – Serayu utara – Kendeng
3. Dataran aluvial Jawa utara
4. Pematang dan Dome pusat depresi
5. Pegunungan Selatan
6. Antiklinorium Rembang – Madura
7. Gunung api Kuarter
Secara regional maka daerah penelitian termasuk dalam Jalur Pematang dan Dome
pada Pusat Depresi. Disebelah timur berbatasan langsung dengan dataran
Purworejo. Pematang dan Dome pada Pusat Depresi ini disusun oleh dua kelompok
besar batuan yaitu batuan vulkanik dan batuan karbonat, dengan jurus perlapisan
relatif berarah barat-timur dengan kemiringan ke selatan. Pegunungan Kulon Progo
terletak di Jawa Tengah bagian selatan termasuk zona Pegunungan Serayu Selatan
bagian timur. Tinggian Kulon Progo dibatasi oleh Sungai Bogowonto yang
memisahkan Dataran Purworejo pada bagian barat dan pada bagian timur dibatasi
oleh Sungai Progo yang memisahkan Dataran Yogyakarta. Bagian selatan dibatasi
oleh Dataran PantaiSelatan Jawa Tengah, sedangkan bagian utara dibatasi oleh
Dataran Magelang dan rangkaian Gunung Api muda Pulau Jawa.

19
Rangkaian Pegunungan Kulon Progo termasuk dalam Zona selatan jawa tengah dan
secara keseluruhan merupakan plateu (Pannekoek,1939). Pegunungan Kulon
Progo merupakan bagian paling timur terdiri dari breksi dan andesit yang berumur
Oligosen. Diatasnya ditutupi oleh batu gamping berumur Miosen. Pegunungan ini
terangkat dan membentuk kubah terpancung (Oblong dome) yang masih terdapat
sisa peneplain lama didaerah yang tersusun oleh batu gamping dan sekitarnya. Pada
sisi utara pegunungan ini terpotong oleh gawir, tetapi perlipatan disisi barat dan
timur lebih kuat sehingga sifat tektonik berubah dan dianggap sebagai transisi ke
zona tengah.
3.1.5. Stratigrafi
Secara regional satuan Litostratigrafi dari umur tua ke muda adalah Formasi
Nanggulan, Formasi Kaligesing, Formasi Dukuh, Formasi Jonggrangan, Formasi
Sentolo serta endapan gunung api Kuarter dan endapan alluvial. Di atas Formasi
Andesit Tua diendapkan secara tidak selaras Formasi Jonggrangan dan Formasi
Sentolo. Formasi Jonggrangan dicirikan oleh napal tufaan dan batupasir gampingan
dengan sisipan lignit. Di bagian atas berubah menjadi batugamping berlapis dan
batugamping terumbu Daerah Kulon Progo merupakan daerah dataran tinggi yang
dibatasi oleh tinggian Kebumen, dataran rendah Purworejo dan dataran rendah
Yogyakarta. Tinggian Kulon Progo dicirikan oleh kompleks gunung api purba yang
tumbuh di atas batuan berumur Paleogen dan ditutupi oleh batuan karbonatan
(batugamping dan napal) yang berumur Neogen.
Aktivitas magmatisme di daerah Kulon Progo terjadi pada Oligosen – Miosen (van
Bemmelen, 1949) dengan penyebaran batuan vulkanik barat – timur. Pada zaman
Tersier daerah Kulon Progo diperkirakan telah mengalami deformasi paling sedikit
dua kali periode fase tektonik (Sopaheluwakan, 1976; Atmadja dkk., 1994) yaitu
pertama terjadi pada Oligosen Akhir – Miosen Awal dan kedua terjadi pada Miosen
Tengah – Miosen Akhir yang menghasilkan busur magmatik.
Adanya sesar-sesar yang berpola regangan, sesar-sesar naik dan pergeseran busur
magmatik dari utara ke selatan kemudian berubah dari selatan ke utara
menunjukkan adanya perkembangan tatanan tektonik. Hal ini gaya yang bersifat
regangan berubah menjadi gaya kompresi. Gejala ini berkaitan pula dengan
perubahan kecepatan lempeng samudera Hindia – Australia terhadap lempeng

20
Eurasia. Evolusi tektonik Jawa selama Tersier menunjukkan jalur subduksi yang
menerus dari lempeng Hindia - Australia menyusup ke bawah Jawa (Hamilton,
1979; Katili, 1975). Sedangkan busur magmatik Tersier sedikit bergeser ke arah
utara dan busur magmatik Kuarter berimpit dengan busur magmatik Miosen
Tengah (Atmadja dkk, 1994) dengan jalur subduksinya bergeser ke selatan.
Kegiatan magmatik busur kepulauan berumur Tersier di Pulau Jawa diawali sejak
40 – 19 juta tahun yang lalu (Eosen Akhir – Miosen Awal) dan menghasilkan
produk berupa jejak sumbu volkanik berarah barat – timur. Produk himpunan
batuan yang terbentuk bersifat andesitis dengan ciri afinitas kalk alkali dan sedikit
toleit. Kegiatan magmatik kedua terjadi antara 11 – 2 juta tahun yang lalu (Miosen
Akhir – Pliosen) dengan himpunan batuan yang bersifat kalk alkali andesitis
(Atmadja, dkk, 1991).
3.1.6. Alterasi
Alterasi dan mineralisasi logam di daerah Kulon Progo termasuk dalam Formasi
Kaligesing/Dukuh dengan litologinya terdiri dari breksi andesit, tuf, tuf lapilli,
aglomerat dan sisipan lava andesit. Formasi Kaligesing/Dukuh ini ciri-ciri
litologinya hampir sama dengan Formasi Kebo-Butak di Pegunungan Selatan
(Rahardjo dkk., 1995). Selain mineralisasi emas di daerah Kulon Progo juga
terdapat mineralisasi bijih, antara lain galena, pirit, kalkopirit, sphalerit, kovelit,
molibdenit, barit, magnetit, dan hematit. Batuannya sebagian besar sudah
mengalami silisifikasi dan terpropilitisasi. Berdasarkan kesamaan litologinya
mineralisasi emas di daerah Kulon Progo kemungkinan ada kemiripannya dengan
cebakan emas di daerah Wonogiri (Jawa Tengah) dan cebakan emas di daerah
kompleks Kubah Bayah (Jawa Barat), karena ketiga lokasi ini termasuk dalam satu
jalur magmatis yang berumur sama (Oligosen – Miosen)

3.2. Geologi Lokal


3.2.1. Topografi/Batimetri
Desa Hargorejo terdiri dari 16 dusun yaitu: Anjir, Gunung Kukusan, Gunung Rego,
Kliripan, Krengseng, Kriyan, Ngaseman, Ngulakan, Pandu, Penggung, Sambeng,
Sangkrek, Selo Barat, Selo Timur, Sindon, dan Tejogan.

21
Secara administrasi daerah telitian terletak di daerah Kliripan dan sekitarnya, Desa
Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo merupakan perbatasan
Kabupaten Kulon Progo, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Letak geografis
daerah telitian 110°10’00” BT - 110°16’02” BT dan 7°40’05” LS – 7°52’10” LS,
dengan luas 6 x 7 km2. Berdasarkan gambar 3.1, Dusun Kliripan sendiri berada
sebelah timur dari Dusun Selo Barat dan Dusun Selo Timur, dan berada di utara
dari Dusun Krengseng.

Gambar 3.2.
Peta Topografi Daerah Penelitian (Kliripan)

Kecamatan Kokap yang menjadi daerah penelitian mempunyai wilayah dengan


kemiringan lereng >40° (daerah pegunungan). Berdasarkan ketinggian lahan,
persentase luas tanah di Kabupaten Kulon Progo menurut ketinggiannya dari
permukaan air laut, meliputi: 17,58% berada pada ketinggian < 7 meter diatas
permukaan laut (dpal), 1,20% berada pada ketinggian 101 – 500 meter dpal, dan
11,37% berada pada ketinggian >500 meter dpal. Sedangkan, Kecamatan Kokap
yang menjadi daerah penelitian memiliki ketinggian lahan 100 – 500 meter dpal.
3.2.2. Litologi
Secara regional satuan Litostratigrafi dari umur tua ke muda adalah Formasi
Nanggulan, Formasi Kaligesing, Formasi Dukuh, Formasi Jonggrangan, Formasi
Sentolo serta endapan gunung api Kuarter dan endapan alluvial.

22
Di atas Formasi Andesit Tua diendapkan secara tidak selaras Formasi Jonggrangan
dan Formasi Sentolo. Formasi Jonggrangan dicirikan oleh napal tufaan dan
batupasir gampingan dengan sisipan lignit. Di bagian atas berubah menjadi
batugamping berlapis dan batugamping terumbu Daerah Kulon Progo merupakan
daerah dataran tinggi yang dibatasi oleh tinggian Kebumen, dataran rendah
Purworejo dan dataran rendah Yogyakarta. Tinggian Kulon Progo dicirikan oleh
kompleks gunung api purba yang tumbuh di atas batuan berumur Paleogen dan
ditutupi oleh batuan karbonatan (batugamping dan napal) yang berumur Neogen.

Gambar 3.3.
Statigrafi daerah penelitian

3.2.3. Struktur Geologi


Struktur ini dapat dikenali dengan adanya kenampakan pegunungan yang
dikelilingi oleh dataran alluvial. Kubah Lonjong adalah struktur yang bekerja pada
pengunungan Kulonprogo dengan diameter 20 km kearah SE-MW dan 32 km
kearah NE-SW. Puncak kubah lonjong ini berupa satu dataran yang luas disebut
jonggrangan plateu. Kubah ini memanjang dari utara ke selatan dan terpotong
dibagian utaranya oleh sesar yang berarah tenggara-barat laut dan tertimbun oleh
dataran magelang, sehingga sering disebut oblong dome (Van Bemellen, 1948).
Secara keseluruhan kompleks pegunungan Kulon Progo terkubahkan selama
pleistosen yang menyebabkan terbentuknya sesar radial yang memotong breksi
gunung ijo dan Formasi Sentolo, serta sesar yang memotong batu gamping

23
Jonggrangan. Pada bagian tenggara kubah terbentuk graben rendah. Peta Geologi
daerah Kliripan dapat dilihat pada Gambar 3.3.

Gambar 3.3.
Peta Geologi Daerah Penelitian

Struktur geologi daerah ini terdiri atas :


a. Struktur Geologi berupa Perlipatan Batuan (Fold), perlipatan batuan di
formasi Sentolo. Perlipatan ini terdapat di bagian perbukitan Formasi
Sentolo di daerah Pengasih, Sentolo, Panjatan, Lendah dan Galur.
b. Struktur Geologi Patahan/Sesar (Fault), merupakan bagian dari batuan yang
saling bergerak antara bagian blok batuan satu dengan blok batuan yang lain
yang dipisahkan oleh zona patahan atau dapat diistilahkan pecahan batuan
yang disertai gerakan massa batuan. Patahan lokal merupakan patahan yang
hanya terjadi di Kulon Progo. Patahan ini banyak terjadi di bagian
pegunungan atau kubah di Kulon Progo utara bagian barat, dimana patahan

24
berbentuk relatif radial yaitu berarah barat laut – tenggara, barat – timur dan
barat daya – timur laut. Patahan ini terdapat di wilayah Kecamatan Kokap,
Temon bagian utara, Pengasih, Nanggulan bagian barat.
c. Struktur Kekar (joint) yaitu pecahan batuan yang tidak mengalami
pergerakan. Struktur kekar ini sangat intensif terdapat di formasi batuan
andesit dan formasi andesit tua.
3.2.4. Alterasi
Alterasi hidrotermal merupakan proses yang terjadi akibat adanya interaksi antara
batuan asal dengan larutan hidrotermal. Interaksi antara larutan hidrotermal
danbatuan yang dilewati akan mengubah sifat fisik dan kimia meliputi tekstur dan
mineralogi (Corbett dan Leach, 1997). Proses alterasi hidrotermal merupakan suatu
bentuk metasomatisme,yaitu pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan
dengan batuan dinding. Proses alterasihidrotermal yang terjadi akibat adanya
interaksi antara batuan dengan larutan hidrotermal dapatmenyebabkan terjadinya
penggantian mineral, pelarutan, dan pengendapan langsung mineraldari larutan
yang mengisi rekahan atau pori batuan (Pirajno, 1992). Vandani, dkk., (2014)
menyatakan bahwa dari mineral-mineral alterasi hidrotermal yang terbentuk dapat
menjadi indikator dalam menentukan temperatur, permeabilitas, dan sifat fluida
hidrotermal yang terdapat pada sumber mata air panas. Pada daerah penelian,
Kecamatan Kokap, tidak ditemukan alterasi mangan, karena genetik mangan di
daerah Hargorejo terbentuk secara sedimenter.

3.3. Mineral Ikutan, Kadar Rendah, dan Cebakan Lain


Mangan sebagai salah satu jenis mineral logam yang terdapat di Indonesia, Dari
data yang dikeluarkan oleh Badan Geologi, potensi cadangan bijih mangan di
Indonesia cukup besar. Mineral ikutan sendiri adalah komponen mineral dari batuan
yang terdapat dalam jumlah kecil sehingga tidak diperhitungkan dalam klasifikasi.
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai jenis mineral ikutan, kadar rendah dan
cebakan lain dari bijih mangan yang diamati pada lokasi pengamatan.

3.3.1. Jenis Mineral Ikutan dan Cebakan Lain


Lokasi endapan biji mangan banyak ditemukan di berbagai provinsi di Indonesia.
Salah satunya yang berlokasi pada daerah Desa Hargorejo, Dusun Kliripan,

25
Kecamatan sKokap, Kulonprogo. Dari pengertiannya sendiri, mangan adalah unsur
kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Mn dan nomor atom 25. Bijih
mangan yang ada didaerah penyelidikan berasosiasi dengan batuan gamping,
batuan gamping sendiri memiliki kandungan mineral utama berupa kalsit (CaCO3),
dolomit CaMg (CO3)2 dan aragonit (CaCO3) sedangkan kandungan mineral ikutan
didalam gamping berupa SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, MgO, K2O, SO3 dan Na2O.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan (mustofa, 2018) yang menggunakan
metode XRF menunjukkan bijih mangan mengandung mangan (Mn), besi (Fe),
aluminium (Al), silikat (Si), kalium (K), barium (Ba), Fosfor (P), magnesium (Mg),
kalsium (Ca), dan titanium (Ti). Mangan sendiri terbentuk dalam cebakan
sedimenter dan residu.

3.3.2. Jumlah/Volume
Endapan mangan di lokasi penyelidikan dibagi menjadi dua berdasarkan ganesa
bahan galian yang mencakup keterdapatan, proses pembentukan, komposisi,
kedudukan dan faktor pengendali lain. Endapan mineral mangan yang muncul
sesuai dengan bentuk asalnya disebut dengan endapan primer, sedangkan mineral
mangan yang telah berubah melalui pelapukan atau proses eksternal disebut dengan
endapan sekunder. Pada Daerah penyelidikan yang berada di Dusun Kliripan,
berdasarkan data eksplorasi yang pernah dilakukan, ditaksir jumlah cadangan untuk
lapisan mangan sekunder sebesar 125.000 metric ton dan untuk lapisan mangan
primer sebesar 200.000 metric ton.

3.3.3. Lokasi dan Sebaran


Penyebaran mineralisasi bijih mangan pada lokasi Desa Hargorejo, Dusun Kliripan,
Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, terdapat 2 lapisan yaitu lapisan mangan
sekunder dan primer. Untuk lapisan mangan sekunder diketahui sebaranya tidak
merata (plonto dan puder mangan) dengan luas areal 8 hektar, ketebalan rata-rata 2
meter dan stripping ratio 1 : 1 . kemudian untuk lapisan mangan primer diketahui
luas areal 10 hektar dengan ketebalan 2 meter serta striping rationya 1 : 4.

3.4. Rencana Eksplorasi Lanjutan


Eksplorasi Lanjutan adalah kegiatan untuk meningkatkan status keyakinan data dan
informasi geologi berupa sumber daya dan/atau cadangan pada tahap operasi

26
produksi. Rencana eksplorasi lanjutan yang pertama kali dilakukan yaitu
menentukan metode penyelidikan bahan galian mangan, metode penyelidikan yang
dilakukan meliputi beberapa metode sebagai berikut :
a. Metode penyelidikan singkapan (reconnaisance)
Metode ini digunakan untuk mengetahui potensi bahan galian mangan di wilayah
Desa Hargorejo, Dusun Kliripan yang nantinya akan dilaksanakan penyelidikan
lebih lanjut. Penyelidikan yang dilaksanakan dengan cara mengamati secara sekilas
keterdapatan bahan galian guna untuk mengetahui cadangan dan kualitasnya.
Penyelidikan dilakukan dengan cara mengamati singkapan yang berada pada alur-
alur sungai atau selokan guna mengetahui apakah dilokasi tersebut terdapat bahan
galian. Lalu data yang didapatkan dari penyelidikan singkapan selanjutnya diolah
sehingga hasilnya dapat digunakan untuk penyelidikan selanjutnya agar lebih baik.
b. Metode penyelidikan geofisika
Metode penyelidikan geofisika yang digunakan yaitu metode geomagnet, metode
ini dilakukan guna mengetahui keterdapatanya bahan galian mangan yang berada
di wilayah Desa Hargorejo, Dusun Kliripan hingga didapatkan data cadangan,
ketebalan, dan penyebaran bahan galianya. Pada kegiatan eksplorasi lanjutan ini
menggunakan metode geomagnet karena metode ini mempunyai akurasi
pengukuran yang relatif tinggi, instrumentasi, dan pengoperasian di lapangan relatif
sederhana, Metode geomagnetik dapat mengidentifikasi anomali medan magnetik
lokal di suatu tempat. Anomali magnetik lokal dipengaruhi oleh suseptibilitas
magnetik dan magnet remanennya baik pada batuan atau mineral. Stuktur bawah
permukaan dan penyebaran mineral mangan dapat didentifikasi berdasarkan
anomali medan magnetik serta suseptibilitasnya.
c. Metode penyelidikan sumur uji (test pit)
Selanjutnya setelah didapatkan data dari reconnaisance serta geomagnet setelah itu
dapat dilaksanakan kegiatan penyelidikan pembuatan sumur uji dengan
mempergunakan data yang akurat dari titik-titik indikasi potensi mangan. Adapun
kedalaman sumuran dapat bervariasi tergantung pendugaan awal pada penyelidikan
reconnaisance maupun geomagnet.
d. Metode penyelidikan pemboran (drilling).

27
Penyelidikan dengan menggunakan pemboran merupakan salah satu penyelidikan
dengan pembiayaan yang sangat mahal, sehingga sebelum metode penyelidikan ini
diterapkan maka perlu dilakukan penelitian pendahuluan dengan sangat akurat atau
detail, sehingga penentuan titik pemboran dapat tepat sasaran.

28
BAB IV
ESTIMASI SUMBERDAYA DAN CADANGAN

4.1. Estimasi Sumberdaya


Menurut SNI 4726:2019, sumberdaya mineral (mineral resource) merupakan suatu
konsentrasi atau keterjadian dari material yang memiliki nilai ekonomi pada atau di
atas kerak bumi, dengan bentuk, kualitas, dan kuantitas tertentu yang memiliki
keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat diekstraksi secara
ekonomis. Klasifikasi sumber daya mineral berdasarkan tingkat penyelidikannya,
terbagi menjadi 4 (empat) sebagai berikut.
1. Sumberdaya hipotetik (hypothetical resource) adalah jumlah bahan galian di
daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
survei tinjau.
2. Sumberdaya tereka (inferred resource) adalah jumlah bahan galian di daerah
penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung berdasarkan
data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap prospeksi.
3. Sumberdaya terunjuk (indicated resource) adalah jumlah bahan galian di
daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
eksplorasi pendahuluan.
4. Sumberdaya terukur (measured resource) adalah jumlah bahan galian di
daerah penyelidikan atau bagian dari daerah penyelidikan yang dihitung
berdasarkan data yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan untuk tahap
eksplorasi rinci.

Estimasi sumberdaya adalah estimasi potensi dari endapan mineral bijih yang
terletak di permukan bumi untuk mengetahui apakah endapan tersebut layak untuk
dilanjutkan ke proses penambangan selanjutnya yaitu perhitungan cadangan.

29
4.1.1. Metoda
Metode estimasi sumber daya yang digunakan yaitu metode Ordinary Kriging.
Metode ini menggunakan semivariogram yang mempresentasikan perbedaan
spasial dan nilai diantara semua pasangan sampel data. Semivariogram juga
menunjukkan bobot (weight) yang digunakan dalam interpolasi. Proses kriging
memberikan nilai-nilai pengestimasi kadar-kadar blok terbaik berdasarkan kadar-
kadar sampel yang sudah dikoreksi. Oleh karena itu metode ini dianggap cocok
untuk mengestimasi sumberdaya mangan karena memperhatikan korelasi spasial
dan kadar sampel. Adapun alur estimasi adalah sebagai berikut.

Gambar 4.1.
Diagram Alir Estimasi Sumberdaya

Pengisian kadar untuk block model ini dilakukan dengan menggunakan metode
estimasi Ordinary Block Kriging. Area pencarian atau search elipsoid didapatkan
dari analisis semivariogram dan fitting. Dilakukan fitting antara semivariogram
teoritis dan eksperimental. Semivariogram teoritis yang digunakan adalah
semiviariogram spherical. Fitting dilakukan untuk mendapat nilai range yang
nantinya digunakan untuk menentukan daerah pengaruh. Berikut merupakan hasil
search ellipsoid yang diperoleh.

30
Gambar 4.2.
Daerah Pencarian Mangan (Tampak Atas)

Gambar 4.3.
Daerah Pencarian Mangan (Tampak Samping)

4.1.2. Parameter Estimasi


4.1.2.1. Analisis Variogram
Variogram merupakan karakteristik dari korelasi spasial, korelasi spasial yaitu
korelasi antara dua buah data menjadi berkurang ataupun tidak berkorelasi sama
sekali. Sedangkan semivariogram adalah setengah dari variogram. Semivariogram
terbagi menjadi dua, yaitu semivariogram eksperimental dan semivariogram
teoritis.

31
Analisis variogram digunakan untuk mengetahui karakteristik korelasi spasial atau
tingkat kemiripan (variabilitas) dari data assay mangan epithermal dan median
tertentu di daerah penelitian. Analisis variogram diawali dengan penentuan
parameter penyusun dari variogram eksperimental yang terdiri dari parameter lags
dan directions. Parameter lags pada arah vertikal dan arah horizontal berbeda.
Parameter lags yang digunakan dalam pencarian data pada arah horizontal
(azimuth) dan perpendicular (tegak lurus azimuth) berdasarkan spasi antar titik
lubang bor, sedangkan pada arah vertikal (downhole) disesuaikan dengan jarak dari
data assay per 1 meter kedalaman. Parameter directions yang digunakan pada
penelitian ini menggunakan empat arah utama (azimuth) yang representatif yaitu
arah 0°, 45°, 90°, 180°, dan 225° dengan sudut toleransi sebesar 22,5° dan bandwith
sebesar 50 meter untuk arah horizontal sedangkan arah vertikal menggunakan
bandwith sebesar 50 meter. Penggunaan nilai sudut toleransi dan bandwith
membantu dalam mentoleransi data sampel terhadap jarak. Hal ini dilakukan
mengingat kondisi topografi yang tidak datar sehingga data sampel tidak
sepenuhnya memiliki jarak antar data sampel yang secara tepat sama.

4.1.2.2. Studi Variogram


Studi variogram menggunakan data assay mangan di daerah penelitian bertujuan
untuk mendapatkan nilai range (a), sill (C) dan nugget effect (Co). Variogram
eksperimental pada arah horizontal menggunakan azimuth 180°. Hasil fitting
variogram eksperimental assay mangan menunjukan tipe model variogram
spherical. Tipe variogram model yang dipilih tersebut berdasarkan perilaku
variogram eksperimental. Hasil fitting dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.1.
Analisis Semivariogram
Model Partial Range Azimuth Plunge
Nugget
fitting sill (m) (⁰) (⁰)
2,325 1,003 91,100 10 0
Spherical 2,325 1,003 80,900 100 10
2,325 1,003 79,900 220 10

32
Tabel 4.2.
Arah Pencarian
Parameter Direction
Strike (⁰) 10
Dip direction (⁰) 100
Dip (⁰) 10
Pitch (⁰) 0
Sense NORTH

4.1.3. Pemodelan
4.1.3.1. Analisis Statistika Database Geologi
Database lubang bor dapat terdiri dari tiga jenis, yaitu data collar, survey, dan
assay. Data collar berisi koordinat 3 dimensi (koordinat X, Y, Z) dan total
kedalaman dari lubang bor. Data survey terdiri dari azimuth dan dip yang akan
menunjukkan kemiringan lubang bor. Sedangkan data assay adalah data yang berisi
kadar pada setiap kedalaman tertentu.

Gambar 4.4.
Penampang Vertikal Lubang Bor

Analisis statistika dilakukan guna mengetahui sebaran data dan sebagai dasar dalam
tahapan estimasi. Analisis statistik dilakukan pada data assay dan data komposit.
Pengkompositan dilakukan untuk menyamakan interval data lubang bor. Adapun
komposit yang digunakan sebesar 1 meter. Berikut adalah histogram dan tabel
statistik dari data assay dan komposit.

33
Gambar 4.5.
Histogram Assay Mangan

Gambar 4.6.
Histogram Komposit Mangan

Tabel 4.3.
Analisis Statistik
Parameter Assay Komposit
N (jumlah data) 157 3118
Minimum Value 55.06 55.06
Maximum Value 60.98 60.98
Mean 58.04 57.99
Variance 3.30 3.32
Standard Deviation 1.82 1.82
Coeff. Of Variation 0.03 0.03
Median 58.07 58.05

34
4.1.3.2. Pemodelan Geologi
Model geologi dibuat untuk mengetahui kondisi geologi didaerah penelitian berupa
litologi, struktur geologi, serta kedalaman dan ketebalan perlapisan batuan.
Pemodelan geologi yang dibuat berupa model geologi bawah permukaan dalam
bentuk dua dimensi dan tiga dimensi menggunakan software Micromine 2021.
Tujuan dari pemodelan geologi adalah untuk mengetahui kondisi geologi bawah
permukaan berdasarkan data dari masing-masing lubang bor.

Adapun setelah dilakukan analisis pada lubang bor, selanjutnya adalah pembuatan
wireframe dengan menghubungkan setiap penampang vertikal yang telah dibuat
pada tahapan sebelumnya. Selanjutnya dari solid model tersebut dapat dihitung
volumenya.

Gambar 4.7.
Wireframe Orebody (Tampak Atas)

Gambar 4.8.
Wireframe Orebody (Tampak Samping)

35
4.1.3.3. Pemodelan Block (Blank Model)
Setelah pemodelan geologi dilakukan, dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu
pembuatan blank model yang kemudian diestimasi sesuai dengan metode yang
ditentukan dan analisis geostatistik. Berikut dimensi block model yang digunakan.
Tabel 4.4.
Dimensi Block Model
Koordinat (m) Ukuran
Arah From To Blok (m)
East (X) 402437.88 402867.88 10
North (Y) 9130883.71 9131443.71 10
Elevation (Z) -11.86 128.13 5

Gambar 4.9.
Blank Model Mangan (Tampak Atas)

Gambar 4.10.
Blank Model Mangan (Tampak Isometrik)

36
4.1.4. Jumlah dan Klasifikasi Sumberdaya
Klasifikasi sumberdaya dibagi menjadi tiga kategori sumberdaya, yaitu measured
(terukur), indicated (tertunjuk), dan inferred (tereka) yang dibagi berdasarkan nilai
Relative Kriging Standard Deviation (Sinclair dan Blackwell, 2005) yang
dituliskan sebagai berikut.

Adapun persamaan rumus dari Relative Kriging Standard Deviation (RKSD)


sebagai berikut.

Keterangan:
σE = Kriging Standard Deviation
Z = Kriging Value (hasil estimasi kadar mangan)
Berikut merupakan hasil estimasi sumberdaya dan klasifikasinya.

Tabel 4.5.
Jumlah dan Klasifikasi Sumberdaya
Volume (m3) Density (ton/m3) Tonase (ton) Klasifikasi
1.696.500 1.7 2.884.050 Tereka
1.710.000 1.7 2.907.000 Tertunjuk
4.340.000 1.7 7.378.000 Terukur
7.746.500 1.7 13.169.050 Total

4.1.5. Pernyataan Competent Person


Di bawah ini saya :
Nama : Dr. Eddy Winarno, S.Si, M.T.
Profesional : Geologist

37
Menyatakan bahwa benar perhitungan sumberdaya endapan mangan tersebut
dibuat dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan
tersebut dibuat sesuai dengan Standar Nasional Inonesia (SNI) 4726:2019.

4.2. Estimasi Cadangan


Cadangan mineral adalah bagian dari sumber daya mineral terukur dan/atau
tertunjuk yang dapat ditambang secara ekonomis. Hal ini termasuk tambahan
material dilusi ataupun material hilang, yang kemungkinan terjadi ketika material
tersebut ditambang. Pada klasifikasi ini pengkajian dan studi yang tepat sudah
dilakukan, dan termasuk pertimbangan dan modifikasi dari asumsi yang realistis
atas faktor-faktor penambangan, pengolahan, pemurnian, ekonomi, pmanganaran,
legal, lingkungan, sarana dan prasarana, sosial, dan peraturan perundang-undangan.
Cadangan mineral dipisahkan berdasarkan naiknya tingkat keyakinan menjadi
cadangan mineral terkira dan cadangan mineral terbukti. Cadangan mineral terkira
merupakan bagian sumber daya mineral tertunjuk yang ekonomis untuk ditambang,
dan dalam beberapa kondisi, juga merupakan bagian dari sumber daya mineral
terukur. Sedangkan cadangan mineral terbukti merupakan bagian dari sumber daya
mineral terukur yang ekonomis untuk ditambang.

Gambar 4.11.
Klasifikasi Sumberdaya dan Cadangan

4.2.1. Metoda
Kriging menggunakan pendekatan bahwa data analisis dianggap sebagai suatu
realisasi dari suatu variabel random, dan keseluruhan variabel random yang

38
dianalisis tersebut akan membentuk suatu fungsi random dengan menggunakan
model struktural variogram. Metode Kriging digunakan untuk mengestimasi
besarnya nilai karakteristik pada titik yang tidak tersampel berdasarkan informasi
dari karakteristik titik tersampel yang berada di sekitarnya dengan
mempertimbangkan korelasi spasial yang ada dalam data tersebut. Metode Kriging
merupakan metode khusus dalam weighted moving average yang meminimalkan
variansi dari hasil estimasi. Blok Kriging merupakan teknik yang memperkirakan
sifat-sifat statis dari suatu blok serta untuk mencari nilai estimasi titik sampel yang
terdapat pada suatu blok.

4.2.2. Parameter Estimasi


Faktor pengubah merupakan pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk
mengkonversi sumberdaya mineral ke cadangan mineral. Ini termasuk, dan tidak
terbatas pada, faktor-faktor penambangan, pengolahan, metalurgi, ekonomi,
pmanganaran, hukum, lingkungan, infrastruktur, sosial, dan pemerintahan. Faktor-
faktor pengubah sumberdaya menjadi cadangan mineral terdiri atas :
1. Pertimbangan penambangan
Seperti geoteknik tambang, hidrologi dan geohidrologi tambang, pemlihan
alat akan sangat berpengaruh terhadap besaran jumlah cadangan. Efisiensi
dalam proses penambangan, selain akan meningkatkan perolehan
penambangan juga akan berimplikasi pada produksi biaya rendah (low cost-
producer). Dengan memperhitungkan (rekayasa) dengan baik faktor-faktor
tersebut, diharapkan akan meningkatkan jumlah sumberdaya yang berubah
menjadi cadangan.
2. Metalurgi atau pengolahan
Bahan tambang akan sangat bergantung pada karakteristik dari mineral dan
batubara yang akan diolah. Peningkatan perolehan (recovery) akan
meningkatkan perolehan produksi. Peningkatan perolehan, berarti proses
pengolahan efisien dan teknologi semakin optimal. Peningkatan recovery
secara teori akan meningkatkan jumlah sumberdaya menjadi cadangan.
Kuantifikasi recovery dalam analisis rantai nilai tambang dan kaitannya

39
dalamusaha meningkatkan/optimasi cadangan merupakan langkah usaha
konservasi. Pembangunan smelter juga diharapkan dapat meningkatkan kadar
dari mineral yang ditambang sehingga nilai jualnya akan bertambah.
3. Ekonomi
Faktor ekonomi yang sangat penting dalam pendefinisian cadangan adalah
harga jual bahan tambang. Harga jual bahan tambang sangat terpengaruh oleh
kondisi sosioekonomi dunia, sehingga harganya bersifat fluktuatif.
4. Pemasaran
Pasar merupakan konsumen yang bersedia membeli mineral dan batubara,
jika permintaan banyak maka akan menimbulkan banyak penawaran juga
sehinggal hal tersebut menyebabkan harga minerba meningkat, sehingga akan
meningkatkan jumlah sumberdaya menjadi cadangan.
5. Hukum
Kebijakan pemerintah dalam bentuk legislasi (undang-undang) dan regulasi
(peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, peraturan daerah), akan
mempengaruhi iklim investasi dan aktivitas penambangan. Kebijakan
pemerintah akan menjadi bagian dari kebijakan operasional pengusahaan
bahan tambang. Hal tersebut akan berpengaruh pada status sumberdaya
menjadi cadangan, dan juga akan berpengaruh pada optimasi cadangan.
Untuk mencari solusi, kebijakan pemerintah perlu dikaji dan
dikuantifikasikan dalam penilaian sumberdaya mineral dan batubara.
6. Lingkungan
Dokumen lingkungan merupakan bagian dari persyaratan untuk mengajukan
Izin Usaha Pertambanagn (IUP) Operasi Produksi. Walaupun seharusnya,
pengusaha tambang memiliki integritas yang tinggi terhadap masalah
lingkungan. Masalah lingkungan merupakan hal yang peka dalam aktivitas
penambangan. Untuk mendapatkan mineral dan batubara, pada umumnya
akan membongkar material yang cukup besar yang nantinya akan merubah
morfologi. Morfologi yang berubah akan mempengaruhi kesetimbangan
lingkungan hidup. Permasalahan lingkungan seperti pembuangan limbah

40
penambangan juga dapat menjadi kendala dalam mendefinisikan cadangan
dan usaha konservasi.
7. Sosial
Dengan adanya permasalahan sosial, boleh jadi mengakibatkan sumberdaya
tidak berubah statusnya menjadi cadangan. Masalah sosial boleh jadi tidak
dapat dikuantifikasikan dalam valuasi mineral dan batubara. Tanggung jawab
sosial terhadap masyarakat dalam bentuk pemberdayaan masyarakat sekitar
tambang, boleh jadi merupakan besaran yang dapat diukur dalam bentuk
finansial.
8. Pemerintah
Kebijakan pemerintah dalam bentuk legislasi (undang-undang) dan regulasi
(peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, peraturan daerah) akan
mempengaruhi iklim investasi dan aktivitas penambangan. Kebijakan
pemerintah adalah akan menjadi bagian dari kebijakan operasional
pengusahaan bahan tambang. Hal tersebut akan berpengaruh pada status
sumberdaya menjadi cadangan, dan juga akan berpengaruhi pada optimasi
cadangan.

4.2.3. Pemodelan
Berikut merupakan block model hasil estimasi sumberdaya dan cadangan. Adapun
yang termasuk sebagai cadangan merupakan sumberdaya tertunjuk dan terukur
yang ditunjukkan oleh warna kuning dan hijau.

Gambar 4.12.
Block Model dan Klasifikasinya

41
4.2.4. Jumlah dan Klasifikasi Cadangan
Adapun pengklasifikasian cadangan disesuaikan dengan SNI 4726:2019 dimana
sumberdaya tertunjuk dikonversi menjadi cadangan terkira, sedangkan sumberdaya
terukur dikonversi menjadi cadangan terbukti. Berikut merupakan tabel jumlah
klasifikasi dan cadangan.
Tabel 4.6.
Jumlah dan Klasifikasi Cadangan
Volume (m3) Density (ton/m3) Tonase (ton) Klasifikasi
1.710.000 1.7 2.907.000 Terkira
4.340.000 1.7 7.378.000 Terbukti
6.050.000 1.7 845.125 Total

4.2.5. Pernyataan Competent Person


Di bawah ini saya :
Nama : Dr. Eddy Winarno, S.Si, M.T.
Profesional : Geologist
Menyatakan bahwa benar perhitungan cadangan endapan mangan tersebut dibuat
dengan sebenar-benarnya dan dapat dipertanggungjawabkan. Perhitungan tersebut
dibuat sesuai dengan Standar Nasional Inonesia (SNI) 4726:2019.

42
BAB V

GEOTEKNIK, HIDROLOGI, DAN HIDROGEOLOGI

5.1. Geoteknik
Kajian geoteknik bertujuan untuk menentukan rancangan geometri lubang bukaan
yang akan digunakan dalam perancangan tambang bawah tanah serta rekomendasi
penggalian dan penggaruan.

5.1.1. Akuisisi Data


Pada pembahasan ini akan dirincikan mengenai data-data yang meliputi jenis,
jumlah, dan sebaran data yang digunakan sebagai parameter analisis geoteknik.

5.1.1.1. Jenis
Kegiatan penyelidikan geoteknik yang dilakukan terdiri dari pengukuran bidang
diskontinu serta melakukan pengujian sifat fisik dan mekanik batuan. Dari
pengukuran bidang diskontinu diolah dengan output didapatkannya nilai RQD
(Rock Quality Designation), jarak spasi kekar, kondisi bidang kekar, dan kondisi
air tanah. Untuk pengujian sifat fisik batuan akan didapatkan nilai bobot isi, berat
jenis, kadar air, derajat kejenuhan, porositas, dan angka pori. Sedangkan pengujian
sifat mekanik yang dilakukan yaitu pengujian kuat tekan (UCS), pengujian kuat
geser langsung, dan pengujian point load index (PLI). Pada pengujian kuat tekan
akan didapatkan nilai UCS, modulus young, poisson ratio, batas plastis, dan closing
crack suatu batuan. Pada pengujian point load index didapatkan data point load
index dengan preparasi batuan dengan bentuk irreguler, serta pada pengujian kuat
geser langsung akan didaptkan nilai tegangan normal, beban geser, nilai kuat geser,
kohesi, dan sudut gesek dalam dalam keadaan residu. Pengujian sifat fisik dan
mekanik batuan ini akan diklasifikasikan menggunakan Rock Mass Rating (RMR)
yang menjadi acuan untuk penyelidikan geoteknik berupa analisis lubang bukaan
seperti rancangan dimensi lubang bukaan dan serta kemampugaruan dan
kemampugalian.

43
5.1.1.2. Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan lapangan telah dilakukan observasi lapangan dan
pengambilan sejumlah sampel untuk diuji di laboratoirum. Bentuk sampel yang
diambil yakni batuan untuk dilakukan pengujian sifat fisik dan mekanik batuan
yang akan mewakilkan kekuatan dari 4 lokasi dengan jumlah sampel yang diuji
sebanyak 4 sampel dan dipilih berdasarkan keterwakilan dalam masing-masing
lokasi penelitian.

5.1.1.3. Sebaran Data


PT. McManghan melakukan pengujian kekar pada 2 lereng yang berbeda.
Selanjutnya, akan dilakukan eliminasi untuk dipilih lereng yang akan digunakan
sebagai lubang bukaan. Selain itu, batuan yang diuji di laboratorium diambil dari 2
lokasi dan kedalaman yang berbeda. Hasilnya diketahui kekuatan batuan pada
lokasi yang akan dijadikan lubang bukaan. Data tersebut sangat penting dalam
analisis geoteknik tambang bawah tanah supaya bisa meminimalisir potensi
terjadinya suatu runtuhan lubang bukaan.

Gambar 5.1.
Peta Sebaran Data Sampel Pengujian
Berdasarkan hasil observasi lapangan dari keempat lereng yang diamati berada di
ketinggian yang berbeda – beda dari keadaan mudah dijangkau hingga elevasi yang
tinggi sehingga membuat akses menuju tambang menjadi cukup sulit, oleh karena
itu perlu dilakukan eliminasi untuk mempermudah penambangan.

44
5.1.1.4. Data Geoteknik
Data geoteknik menjadi dasar analisis geoteknik. Data geoteknik merupakan data
yang diperoleh dari lapangan, hasil pengujian di laboratorium, maupun hasil
pengolahan menggunakan software. Pada pembahasan data geoteknik ini akan
disajikan data-data yang digunakan untuk analisa geoteknik dalam rancangan
lubang bukaan dan kriteria penggalian.

5.1.1.4.1. Struktur Geologi


Pada saat pengambilan data di Dusun Kliripan, Kelurahan Hargorejo, Kecamatan
Kokap, Kabupaten Kulonprogo dijumpai adanya struktur geologi berupa struktur
sekunder yaitu kekar. Selanjutnya, dilakukan pengukuran terhadap kekar pada 2
lokasi untuk mendapatkan nilai ketidak menerusan yang meliputi spasi kekar,
kondisi bidang kekar, kondisi air tanah, dan orientasi kekar. Data yang diperoleh
nantinya diolah untuk dijadikan acuan berapa stand up time batuan dan rekomendasi
penyanggan yang akan digunakan. Hasil pengukurannya dapat dilihat pada tabel
3.1. sampai 3.2 dengan analisis pada pengukuran kekar pada lokasi 1 diperoleh spasi
kekar 0,5226 m dan RQD sebesar 91,82 % yang masuk ke dalam klasifikasi good
rock serta kondisi air tanah completely dry. Pada lokasi 2 diperoleh spasi kekar
0.4817 m dan RQD sebesar 95,5 % yang masuk ke dalam klasifikasi good rock serta
kondisi air tanah completely dry..

Tabel 5.1.
Hasil Pengukuran Kekar pada Lokasi 1
Parameter Nilai

Jarak spasi kekar 0.5226 m

RQD 91,82%

Permukaan agak kasar,


Kondisi bidang kekar pemisahan < 1 mm, dan
lapuk ringan

Kondisi air tanah Completely dry

Orientasi kekar Sangat menguntungkan

45
Tabel 5.2.
Hasil Pengukuran Kekar pada Lokasi 2
Parameter Nilai

Jarak spasi kekar 0.4817 m

RQD 95,5 %

Kondisi bidang Permukaan agak kasar, pemisahan < 1 mm, dan lapuk
kekar ringan

Kondisi air tanah Completely dry

Orientasi kekar Sangat menguntungkan

Data-data di atas dilakukan analisis menggunakan software Dips dan hasil


analisisnya bisa dilihat pada gambar 3.1. sampai 3.2.

Gambar 5.2.
Orientasi Diskontinu Lokasi 1

Gambar 5.3.
Orientasi Diskontinu Lokasi 2

46
5.1.1.4.2. Sifat Fisik
Berdasarkan hasil pengujian percontohan di Laboratorium Mekanika Batuan
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta (Terlampir di Lampiran ), batu
andesit yang diambil di dusun ini mempunyai sifat fisik seperti pada tabel di 3.5.
sampai 3.6, dengan keterwakilan dari setiap tempat dimana terdiri dari 2 lokasi yang
berbrda dimana hasil yang diperoleh hampir mirip untuk karakteristik setiap batuan
di daerah lokasi penelitian, Pengujian ini dilakukan untuk menganalisis
karakteristik dan perilaku batuan yang akan digunakan sebagai salah satu parameter
yang akan digunakan untuk menganalisis lubang bukaan.
Tabel 5.3.
Hasil Pengujian Sifat Fisik Batu Gamping 1
KODE SAMPLE
NO. PARAMETER
A
1 Berat conto asli (Wn), gr 174.00

2 Berat conto kering (Wo), gr 166.30

3 Berat conto jenuh (Ww), gr 187.00

4 Berat conto jenuh tergantung dalam air (Ws), gr 104.50

5 Bobot isi asli (natural density), gr/cm3 2.11

6 Bobot isi kering (dry density), gr/cm3 2.02

7 Bobot isi jenuh (saturated density), gr/cm 3 2.27

8 "Apperent specific gravity" 2.02

9 "True specific gravity" 2.69

10 Kadar air asli (natural water content), % 4.63

11 Kadar air jenuh (absorption), % 12.45

12 Derajat kejenuhan, % 37.20

13 Porositas, % 25.09

14 Void ratio 0.33

47
Tabel 5.4.
Hasil Pengujian Sifat Fisik Batu Gamping 2
KODE SAMPLE
NO. PARAMETER
D
1 Berat conto asli (Wn), gr 158.00

2 Berat conto kering (Wo), gr 155.00

3 Berat conto jenuh (Ww), gr 161.90

4 Berat conto jenuh tergantung dalam air (Ws), gr 96.80

5 Bobot isi asli (natural density), gr/cm3 2.43

6 Bobot isi kering (dry density), gr/cm3 2.38

7 Bobot isi jenuh (saturated density), gr/cm3 2.49

8 "Apperent specific gravity" 2.38

9 "True specific gravity" 2.66

10 Kadar air asli (natural water content), % 1.94

11 Kadar air jenuh (absorption), % 4.45

12 Derajat kejenuhan, % 43.48

13 Porositas, % 10.60

14 Void ratio 0.12

5.1.1.4.3. Sifat Mekanik


Pengujins sifat mekanik dilakukan agar mengetahui sifat mekanik dari batuan.
Pengujian sifat mekanik dilakukan di Laboratorium Mekanika Batuan Program
Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta. Uji sifat mekanik terdiri dari
pengujian kuat geser dan pengujian point load index. Data hasil pengujian dan
perhitungan terlampir pada lampiran C. Data hasil pengujian sifat mekanik batu
gamping dicantumkan pada tabel 3.7 untuk pengujian kuat geser, tabel 3.8. untuk
pengujian point load index, dan grafik 3.1. untuk pengujian kuat tekan uniaksial
batugamping sampel A-B. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan
batuan dalam menaham beban untuk dijadikan parameter rancangan lubang bukaan
dan analisis kemampugaruan .

48
Tabel 5.5.
Pengujian Kuat Geser
Sample Tegangan normal Beban geser, kg Kuat geser, kg/cm2
No. kg/cm2 Puncak Residu Puncak Residu
1 6.93 0.00 49.38 0.00 3.47
2 8.56 0.00 39.50 0.00 2.85
3 8.56 0.00 49.38 0.00 4.70

Berdasarkan hasil pengujian Kuat Geser Langsung diperoleh hasil sampel diperoleh
kohesi 214,08 kPa dan sudut gesek dala sebesar 10,83o.
Tabel 5.6.
Pengujian Point Load Index Batugamping
Interval D W De P (kg) Is(50) UCS
Kode Sample Deskripsi F
m (cm) (cm) (cm) 1 2 3 Rata - Rata kg/cm2 Mpa Mpa
1 - Gamping 5.04 5.00 5.7 1019.72 1070.70 1045.21 0.38 12.23 1.20 27.58
2 - Gamping 4.95 5.00 5.6 917.74 815.77 866.76 0.37 10.28 1.01 23.20

Berdasarkan hasil pengujian Poin Load Index (PLI) diperoleh hasil pengujian
sampel A diperoleh hasil sebesar 27,58 MPa, pada sampel B diperoleh hasil sebesar
23,20 MPa.

Grafik 5.1.
Grafik Kuat Tekan Uniaksial

Berdasarkan hasil pengujian kuat tekan uniaksial dari sampel diperoleh hasil
modulus elastisitas sebesar 3540,19 MPa, pada parameter Poisson Ration diperoleh
nilai 0,15, pada hasil UCS diperoleh nilai 93,71 MPa, pada parameter batas plastis
diperoleh nilai 78,09.

49
5.1.2. Analisis Geoteknik
Pada sub ini akan menjelaskan hasil dari parameter yang telah diperoleh untuk
analisa geoteknik dalam pembuatan lubang bukaan.

5.1.2.1. Kemampugalian dan Kemampugaruan


Batuan di alam merupakan massa batuan yang bersifat heterogen, diskontinyu, dan
anisotrop. Dalam suatu kegiatan penambangan, penggalian merupakan salah satu
kegiatan penting yang digunakan untuk membongkar material yang masih dalam
kondisi asli agar dapat dilakukan proses lebih lanjut. Kemampugaruan (rippability)
merupakan ukuran tingkat kemudahan suatu material untuk digaru diperoleh dari
studi lapangan, geologi maupun geoteknik.
Penentuan merode penggalian didapat dari beberapa pengujian. Pada analisis ini
analisis kemampugaruan ditentukan berdasarkan nilai Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
dan berdasarkan Indeks Kekuatan Batuan. Dalam kegiatan penggalian batuan
tentunya diperlukan kriteria penggalian batuan yang digunakan dalam penentuan
metode penggalian yang tepat. Beberapa kriteria penggalian yang ada antara lain
sebagai berikut.
a. Kriteria Penggalian Menurut Kuat Tekan Uniaksial (UCS)
Kolleth (1990) telah membuat suatu pendekatan untuk menganalisis suatu batuan
dapat digali dengan menngunakan peralatan tertentu berdasarkan pada nilai UCS.
Terdapat empat macam kelompok peralatan yang telah diamati sebagai berikut.

Gambar 5.4.
Kriteria Penggalian Menurut Kolleth (1990)

Dari pengeplotan nilai kuat tekan uniaksial pada Grafik Kriteria Penggalian
Menurut Kolleth, didapatkan kesimpulan bahwa massa batuan pada lokasi

50
pengujian bisa digali menggunakan alat mekanik, yaitu menggunakan Dragline,
Shove, Backhoe dan Surface Miner.
b. Kriteria Penggalian Menurut Indeks Kekuatan Batuan
Franklin dkk (1971) mengusulkan klasifikasi massa batuan menurut dua parameter,
yaitu Fracture Index dan Point Load Index( PLI). Fracture Index dipakai sebagai
ukuran karakteristik diskontinuitas dan didefinisikan sebagai jarak rata-rata fraktur
dalam sepanjang bor inti atau massa batuan. Kedua parameter ini diplot dalam satu
diagram untuk mendugakemampugalian suatu massa batuan, masing-masing
menyatakan Fracfure Index dan PLI.
Diagram klasifikasi dibagi kedalam tiga zona umum yaitu penggalian bebas (free
digging), penggaruan (ripping) dan peledakan (blasting). Massa batuan yang
terkekarkan dan lemah masuk kedalam kategori bagian bawah kiri diagram,
sedangkan massa batuan massif dan kuat diplot dibagian atas kanan. Yang pertama
tentunya sangat mudah untuk digali dan yang terakhir sangat sulit digali dengan alat
mekanis.

Gambar 5.5.
Kriteria Indeks Kekuatan Batu (Franklin, dkk., 1971)

Dari kriteria penggalian menurut Fanklin, 1971, didapatkan kesimpulan bahwa


massa batuan pada lokasi pengujian pembongkarannya dilakukan menggunakan
peledakan retakan.

51
Pettifer dan Fookes (1994) melakukan modifikasi terhadap kriteria penggalian
Franklin dengan menambahkan parameter alat. Metode ini juga menggunakan
hubungan antara point load index dan spasi kekar. Kriteria ini sejenis dengan
kriterianya Franklin. Selanjutnya, mereka menduga bahwa jarak kekar rata-tata
dengan kuat tekan batu merupakan parameter penting dalammenilai
kemampugaruan, yang percontoh batuannya dapat diperoleh dari singkapan atau
bor inti.
Grafik ini bukanlah petunjuk mutlak yang mampu memberikan jawaban
sebenarnya, karena biaya dan faktor lainnya juga ikut menentukan kemampugaruan
suatu massa batuan oleh sebuah bulldozer.

Gambar 5.6.
Kriteria Kemampugaruan (Pettifer & Fookes, 1994)
Dari kriterian penggalian menurut Pettifer and Fookes, 1994, didapatkan
kesimpulan bahwa batuan keras untuk digaru.

5.1.2.2.1. Kestabilan Lereng


Pada analisis lubang bukaan dilakukan dengan beberapa metode analisis untuk
mendapatkan rekomendasi lereng, adapun metode yang digunakan antara lain.

52
5.1.2.0.1. Metode Kinematik
Analisis kinematika merupakan analisis rekonstruksi dari pergerakan yang terjadi
pada saat proses deformasi batuan yang terjadi di semua skala. Analisis kinematika
menggunakan parameter orientasi struktur geologi, orientasi lereng dan sudut geser
batuan yang diproyeksikan dalam analisis stereografis sehingga dapat diketahui tipe
dan arah longsoran. Berbagai jenis longsoran berhubungan dengan struktur-struktur
geologi yang mengakibatkan adanya suatu diskontinuitas pada massa batuan.

a. Analisis Tipe Kelongsoran Lereng Menggunakan Software Dips


DIPS adalah suatu program rancangan untuk menganalisa orientasi secara interaktif
dengan mendasarkan data yang berhubungan dengan data-data geologi. Program ini
adalah suatu alat bantu yang mampu diterapkan pada banyak aplikasi yang berbeda
dan dirancang untuk dapat digunakan baik bagi pemula, maupun bagi pengguna
yang mengharapkan analisis proyeksi stereograpik untuk data-data geologi
(Ikhwan,2016). Sehingga dapat disimpulkan untuk longsoran yang berpotensi pada
ke 2 lereng yakni longsoran guling memiliki potensi lebih besar daripada jenis
longsoran lainnya. Lokasi 1 akan dijadikan sebagai pembuatan lereng maka akan
dilanjutkan analisis menggunakan software Hyrcan untuk dapat mengetahui faktor
keamanan pada lokasi 1 tersebut.

5.1.2.0.2. Metode Empirik


Metode Empirik adalah rancangan berdasarkan analisis statistik, yaitu melakukan
pendekatan empirik dari banyak pekerjaan serupa sebelumnya. Pendekatan empirik
yang paling baik adalah klasifikasi massa batuan, contohnya adalah Klasifikasi
Rock Mass Rating (RMR).
a. Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR)
Sistem klasifikasi Rock Mass Rating (1989). Modifikasi selalu dengan data yang
baru agar dapat digunakan untuk berbagai kepentingan dan disesuaikan dengan
standar internasional.
Berdasarkan hasil pembobotan Klasifikasi Rock Mass Rating. Dari hasil
pembobotan klasifikasi Rock Mass Rating (RMR) didapat kelas pe,bobotan massa
batuan dengan hasil nomor kelas II (Baik).

53
Tabel 5.7.
Klasifikasi Rock Mass Rating (RMR)

5.1.2.0.3. Metode Numerik


Metode numerik merupakan teknik penyelesaian permsalahan yang diformulasikan
secara matematis dengan menggunakan operasi hitungan (aritmatik) yaitu operasi
tambah, kurang, kali, dan bagi. Metode ini digunakan karena banyak permasalahan
matematis tidak dapat diselesaikan menggunakan metode analitik. Dilakukan
analisis menggunakan software hyrcan :

54
Gambar 5.7
Analisis FK Single Slope

Gambar 5.8
Analisis FK Overall Slope
Berdasarkam analisis menggunakan software hyrcan, didapatkan faktor keamanan
lereng single slope sebesar 1,341 sedangkan untuk overall slope didapatkan faktor
keamanan sebesar 1,261.

55
5.1.3. Rekomendasi Geoteknik
Rekomendasi geoteknik bertujuan untuk memberikan berbagai rekomendasi
geoteknik yang meliputi rekomendasi penggalian dan penggaruan, rekomendasi
geometri dan dimensi lubang bukaan, rekomendasi faktor keamanan statis dan
dinamis, probabilitas longsoran, dan tingkat keparahan longsor, dan rekomendasi
pemantauan geoteknik.
5.1.3.1. Rekomendasi Penggalian dan Penggaruan
Dilakukan berbagai kajian mengenai kriteria penggalian dan penggaruan yang
meliputi kriteria penggalian berdasarkan grafik kolleth berdasarkan nilai UCS,
kriteria penggalian berdasarkan indeks kekuatan batuan, dan kriteria penggalian
berdasarkan indeks kekuatan batuan termodifikasi. Berikut merupakan hasil
pengeplotan dengan berbagai kriteria penggalian tersebut :

Gambar 5.9.
Kriteria Penggalian Menurut Kolleth (1990)

Gambar 5.10.
Kriteria Indeks Kekuatan Batu (Franklin, dkk., 1971)

56
Gambar 5.11.
Kriteria Kemampugaruan (Pettifer & Fookes, 1994)
Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa menurut kriteria penggalian berdasarkan
grafik kolleth berdasarkan nilai UCS, dengan nilai UCS sebesar 36,98 Mpa, masih
memungkinkan dilakukan penggalian dan penggaruan dengan alat mekanis beupa
dragline, shovel, backhoe, dan surface miner. Sedangkan menurut kriteria
penggalian berdasarkan indeks penggalian berdasarkan indeks kekuatan batuan
(Franklin, 1971), perlu diadakan peledakan karena penggalian bebas dan
penggaruan dengan alat mekanis sulit untuk dilakukan. Selain itu argumen bahwa
penggalian dan penggaruan sulit untuk dilakukan juga diperkuat dengan hasil dari
kajian indeks kekuatan batuan termodifikasi (Pettifer & Fookes, 1994), menurut
kajian tersebut, batuan keras untuk dilakukan untuk penggaruan. Sehingga
rekomendasi penggalian dan penggaruan yang diberikan adalah melakukan
penggalian dan penggaruan dengan peledakan.
5.1.3.2. Rekomendasi Geometri dan Dimensi Lereng
Kajian geoteknik yang dilakukan untuk mennetukan rekomendasi geomteri dan
dimensi lubang bukaan, dari kajian tersebut, maka PT McManghan menggunakan
sistem penambangan tambang terbuka dengan rekomendasi dimensi lereng 2 meter
dengan sudut kemiringan lereng single slope 29 derajat. Selain itu agar faktor
keamanan dapat dinyatakan layak maka perlu dilakukan support pada lereng

57
dengan menggunakan end anchore support sepanjang 5 meter dengan arah
horizontal.
5.1.3.3. Rekomendasi Faktor Keamanan Statis dan Dinamis, Probabilitas
Longsoran, dan Tingkat Keparahan Longsor
Berikut adalah tabel nilai faktor keamanan dan probabilitas longsor lereng tambang:
Tabel 5.8.
Nilai Faktor Keamanan Dan Probabilitas Longsor Lereng

Hasil analisis faktor keamanan statis dan dinamis didapatkan nilai faktor keamanan
lereng single slope sebesar 1,341 sedangkan untuk overall slope didapatkan faktor
keamanan sebesar 1,261 dengan arah kelongsoran dari kiri ke kanan. Untuk
meningkatkan nilai faktor keamanan, diperlukan support pada lereng dengan
menggunakan end anchore support sepanjang 2 meter dengan arah -45 derajar dari
surface lereng.

Hasil analisis data menggunakan software Dips untuk mengetahui potensi jenis
longsoran yang akan terjadi di lereng penambangan. Berikut ini hasil analisis
longsoran dengan software Dips :

58
Gambar 5.13.
Hasil Analisis Longsoran Lereng 1

Gambar 5.14.
Hasil Analisis Longsoran Leremg 2

Dari gambar di atas terlihat adanya potensi longsoran guling, dimana longsoran ini
sering terjadi pada jenis batan yang keras dan pada batuan tersebut banyak
ditemukan bidang lemah yang relatif sejajar satu sama lain. Longsoran ini sering
dijumpai di area pertambangan terlebih pada lereng tambang terbuka.
5.1.3.4. Rekomendasi Pemantauan Geoteknik
Pemantauan lereng dilakukan untuk memahami prilaku massa batuan dan
mendeteksi adanya kondisi dinding lereng yang tidak stabil serta berpotensi longsor

59
sebagai akibat dari kegiatan penambangan atau pengaruh dari kondisi lingkungan.
Pada tambang terbuka, hal-hal yang berhubungan dengan perancangan serta
kestabilan lereng yang akan dipantau selama tahap operasi, yakni pemantauan
pergerakan lereng (displacement). Pergeseran lereng yang besar saat terjadimya
longsor atau runtuhan selalu diawali dengan pergerakan yang kecil. Pergerakan
tersebut dapat dideteksi dengan bantuan alat yang sensitive. Karena terkait langsung
dengan masalah stabilitas, pengukuran pergeseran lereng sangat penting dilakukan
dalam kegiatan pemantauan.

Adapun alat pemantauan pergeseran di permukaan meliputi :


1. Alat Pengukur Rekahan (crack gages)
Adanya rekahan tarik menjadi ciri yang hamper selalu ada pada lereng yang
bergerak. Oleh karena itu, pengukuran lebar rekahan menjadi cara yang dapat
diandalkan dalam pemantaun lereng. Dengan mengetahui pola rekahan tarik yang
terbentuk pada bagian atas lereng, dapat diperoleh informasi mengenai mekanisme
dan arah pergerakan lereng.
2. Theodolit dan Total Station
Teknik pemetaan konvensional merupakan cara yang paling sedrhana dan sering
kali menjadi cara yang paling dapat diandalkan, baik untuk mengukur pergeseran
lereng maupun penurunan permukaan tanah di atas terowongan (Hedley, 1972;
Davis dkk, 1981). Metode ini dapat mencakup area yang luas walaupun tingkat
akurasinya biasanya berbatas hanya hingga 1-2 mm. tingkat akurasi pada metode
konvensional ini sangat dipengaruhi oleh variasi temperature dan tekanan pada area
tersebut, terutama jika titik tempat alat berada dan daerah yang diamati terpaut
cukup jauh.
Selain teknik pemetaan konvensional, kini berkembang juga teknik pengukuran
jarak dengan menggunakan alat ukur jarak elektrooptik (Electro-Optic Distance
Measuring (EDM) Instrument). Alat ini bekerja dengan memancarkan sinar laser
yang diproyeksikan pada prisma reflector yang dipasang pada muka lereng. Jarak
anata alat dan titik yang diamati dapat dihitung dari waktu yang dibutuhkan oleh
sinar laser untuk menempuh perjalan bolak-balik dari alat hingga titik target.
Keunggulan metode ini ialah waktu yang dibutuhkan untuk observasi lebih singkat
dibandingkan metode pengukuran konvensional.

60
3. Kamera Fotogrmetri
Metode fotogrametri merupakan salah satu cara dalam menghasilkan pencitraan
3D. metode ini digunakan untuk memetakan suatu area dengan bantuan kamera
khusus. Walaupun umumnya kurang akurat dibandingkan metode survei, metode
ini memiliki kelebihan karena dapat memantau area yang luas secara menyeluruh,
bukan hanya sejumlah titik seperti pada metode survei. Pada metode ini daerah yang
diamati difoto minimal dari dua titik yang berbeda, sesuai dengan konsep trigulasi.
Dengan demikian, metode fotogrametri dapat memberikan hasil berupa koordinat 3
dimensi (x,y,z) yang tepat dari titik yang dipantau. Disamping fotogrametri,
pencitraan dengan laser juga dapat menghasilkan peta 3D permukaan bumi dengan
tepat (special data services, 2002). Tahapan metode ini adalah mengarahkan sinar
laser ke lereng yang akan dipantau, memilih luas area yang akan diperiksa,
kemudian laser tadi akan secara otomatis melakukan pemeriksaan yang mencakup
seluruh area yang telah ditetapkan sebelumnya. Hasil yang diperoleh berupa
koordinat 3D yang akurat dan rapat sehingga dapat diolah menjadi peta kontur.
4. Slope Stability Radar (SSR)
Dalam kegiatan penambangan diperlukan suatu Early Warning System (EWS)
untuk mendeteksi kestabilan lereng sehingga kecelakan dapat dihindari.
Ketidakstabilan lereng ditandai adanya pergerakan batuan pendukung lereng dalam
skala yang sangat kecil yang hamper tidak bias dilihat oleh mata biasa. Oleh karena
itu, radar dapat digunakan untuk memantau area tambang.

5.2. Hidrologi – Hidrogeologi


Setiap usaha pertambangan, tentunya membuat perencanaan berdasarkan Good
Mining Practice. Salah satu aspek yang perlu direncankan yaitu adanya kajian
hidrologi dan hidrogeologi untuk menunjang kegiatan penambangan sesuai sistem
penambangan yang ditentukan. Sistem penambangan yang banyak digunakan saat
ini ada tiga, meliputi sistem tambang terbuka, tambang bawah tanah, dan tambang
bawah air. Pemilihan metode penambangan ini didasarkan pada kondisi topografi,
geologi, endapan bahan galian, dan nilai ekonominya. Sistem penambangan yang
digunakan oleh PT McManghan di dukuh Kliripan, Desa Hargorejo, Kec. Kokap,
Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta 55653, yaitu sistem
tambang terbuka dan metode open pit dengan target produksi 500.000 ton/tahun.

61
Terdapat indikasi bahwa pada kondisi tertentu kehadiran air tambang kadang-
kadang juga dapat menimbulkan gangguan terhadap kegiatan penambangan, yaitu
pada saat hujan lebat. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi kemajuan tambang ke
arah lebih luas, masalah sistem penyaliran tambang seharusnya tetap diperhatikan.

5.2.1. Akuisisi Data


Pada pembahasan ini akan dirincikan mengenai data-data yang meliputi jenis,
jumlah, dan sebaran data untuk parameter analisis hidrologi – hidrogeologi.

5.2.1.1. Jenis
Kegiatan penyelidikan hidrologi – hidrogeologi yang dilakukan terdiri dari kajian
hidrologi dan kajian hidrogeologi.

5.2.1.1.1. Iklim dan Curah Hujan


Iklim merupakan kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang dalam
suatu tempat. Iklim diukur berdasarkan suhu, kelembapan, tekanan atmosfer, curah
hujan dan arah angin. Namun, tidak hanya itu saja, perlu diketahui bahwa iklim
dipengaruhi oleh garis lintang, medan, ketinggian dan perairan di dekatnya. Ilmu
yang mempelajari tentang iklim suatu wilayah disebut sebagai klimatologi.

Gambar 5.15.
Grafik Suhu Rata-Rata

Gambar 5.16.
Grafik Kelembaban Rata-Rata

62
Gambar 5.17.
Grafik Penyinaran Rata-Rata

Curah hujan merupakan jumlah air hujan yang jatuh per satuan luas wilayah,
dinyatakan dalam satuan mm yang berarti jumlah air yang jatuh pada satu satuan
luas tertentu. Jadi 1 mm berarti pada luas 1 m2 jumlah air yang jatuh sebanyak 1
liter atau sedalam air 1 mm pada luas 1 m2. Curah hujan yang relatif tinggi pada
wilayah Indonesia berakibat pentingnya penanganan air hujan yang baik agar
produktifitas tambang tidak menurun.

Curah hujan sangat berpengaruh terhadap sistem penyaliran tambang, karena besar
kecilnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah air yang harus ditampung di
bukaan tambang. Data curah hujan diperoleh dari situs
www.worldweatheronline.com, dengan data mulai dari tahun 2012 sampai tahun
2021. Data hujan Desa Hargorejo dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Tabel 5.9.
Tabel DataCurah Hujan Desa Hargorejo

63
Berdasarkan data di atas maka dapat didapatkan data curah hujan harian maksium,
curah hujan bulanan rata-rata yang didapatkan dari hasil penjumlahan curah hujan
pada bulan yang sama pada setiap tahun lalu dirata-ratakan, dan curah hujan
tahunan. Data tersebut dapat ditampilkan dalam bentuk grafik :

Gambar 5.18.
Grafik Curah Hujan Harian Maksimum

Gambar 5.19.
Grafik Curah Hujan Bulanan Rata-Rata

Gambar 5.20.
Grafik Curah Hujan Tahunan

64
5.2.1.1.2. Pengujian Kualitas Air
Sampel air yang telah didapat kemudian diuji di laboratorium. Pengujian kualitas
air dilakukan untuk mengetahui kondisi awal air di daerah penelitian. Pengujian
kualitas air yang dilakukan meliputi pengujian mikrobiologi dan pengujian kimia.
Pengujian mikrobiologi adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mendeteksi
adanya mikroorganisme yang terdapat pada air.
Tabel 5.10.
Hasil Uji Mikrobiologi AIr
No Parameter Satuan Hasil Baku Metode
Uji Mutu

1 Gol. MPN/100 ml 350 * 50 IKM/5.4.1.M/BLK-Y


Coliform

Tabel 5.11.
Hasil Uji Kimia Air

Dari hasil uji mikrobiologi, sampel air yang diperoleh memiliki kandungan
klorofom yang tinggi, jauh dari nilai baku mutu. Hal tersebut disebabkan karena
letak sumur warga dengan saptic tan terlalu dekat sehingga sumur warga

65
tekontaminasi. Sedangkan dari uji kimia air tidak menunjukkan hasil yang melebihi
dari standar baku mutu yang telah ditetapkan.

5.2.1.1.3. Watertable
Watertable atau muka air tanah adalah batas bawah tanah antara permukaan tanah
dan daerah di mana air tanah menjenuhkan ruang antara sedimen dan retakan pada
batuan dalam tanah, Pada zona jenuh dibatasi di bagian bawah oleh bebatuan padat
yang tidak dapat ditembus oleh air. Bentuk dan tinggi watertable dipengaruhi oleh
permukaan tanah. Bisa saja permukaan tanah melengkung pada dipermukaan yang
lebih tinggi, dan turun pada permukaan yang lebih rendah. Bisa jadi mengikuti
bentuk topografi daerah, bukit dan lembah, serta kantong-kantong air pada satu
daerah. Air tanah yang terdapat di bawah watertable berasal dari presipitasi atau
perembesan air di permukaan tanah.
Tabel 5.12.
Muka Air Tanah Sumur Warga

5.2.1.1.4. Data Hidrostratigrafi


Hidrostratigrafi adalah suatu model untuk menggambarkan stratum geologis
penyusun akuifer, yang di dalamnya berisi informasi tentang karakteristik air tanah.
Dengan kata lain, hidrostratigrafi merupakan suatu model untuk menggambarkan
stratum geologis penyusun akuifer, yang di dalamnya berisi informasi tentang
karakteristik air tanah.

66
Gambar 5.21.
Hidrostratigrafi Daerah Penelitian
Data hidrostratigrafi didapatkan dari parameter hidraulik, dimana endapan gamping
merupakan akuifer, sedangkan mangan dan andesit merupakan akuifug.

5.2.1.2. Jumlah
Pada pelaksanaan kegiatan lapangan telah dilakukan pengambilan data yang
meliputi kondisi hidrologi daerah, data curah hujan harian dalam kurun waktu 10
tahun terakhir, kondisi air permukaan, dan pengambilan satu sampel air.

5.2.1.3. Sebaran Data


PT. McManghan melakukan pengambilan sampel air di WIUP. Dilakukan juga
pengambilan sampel air di beberapa lokasi sumur warga. Sampel air tersebut
diambil dari sumber mata air.

Gambar 5.22.
Peta Sebaran Data Sumur

67
5.2.2. Analisis Hidrologi - Hidrogeologi
Pada bagian analisis hidrologi -hidrogeologi dibahas mengenai hasil pengolahan
data atau analisis dari parameter yang telah diperoleh.

5.2.2.1. Hidrologi
Analisis hidrologi yang dilakukan mencakup analisis siklus hidrologi, parameter
curah hujan, intensitas curah hujan, dan daerah tangkapan hujan.

Pengolahan data curah hujan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data curah hujan
yang siap pakai untuk suatu sistem penyaliran dan besarnya nilai curah hujan
rencana dan intensitas curah hujan di Dusun Kliripan. Pengolahan data ini dapat
dilakukan dengan beberapa metode, salah satunya adalah metode Gumbell
modifikasi, yaitu suatu metode yang didasarkan atas distribusi normal (distribusi
harga ekstrim).

5.2.2.1.1. Curah Hujan Desa Hargorejo


Pengolahan data curah hujan menggunakan beberapa rumus sebagai berikut :
1. Perhitungan Curah Hujan Harian Maksimum Rata-Rata
𝑋𝑖
𝑋=
𝑛

𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
X = Rata-rata tinggi hujan maksimum (mm/24 jam)
Xi = Jumlah hujan maksimum n data (mm/24 jam)
N = Jumlah data
2. Perhitungan Standar Deviasi

𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
S = Standar deviasi
Xi = Curah hujan maksimum
X = Curah hujan rata-rata
n = Jumlah data

68
3. Perhitungan Reduce Variate
𝑌𝑡 = −𝑙𝑛[−𝑙𝑛
[𝑇−1]
]
𝐾𝑒𝑡𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ∶
Yt = Reduce variate
T = Tahun curah hujan
4. Perhitungan Reduce Mean

𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑌𝑛,

Keterangan :
Yn = Reduce mean
n = Jumlah data
m = Urutan data
YN= Rata-rata reduce mean
5. Perhitungan koreksi simpangan

Keterangan :
Sn = Koreksi simpangan
Yn = Reduce mean
YN= Rata-rata reduce mean
N = jumlah data
6. Penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan “Distribusi Gumbell”,
yaitu penentuan curah hujan rencana dengan menggunakan cara partial (partial
series anality). Cara ini dilakukan dengan menentukan ambang batas curah
hujan harian maksimum. Perhitungannya dapat dilakukan dengan persamaan
berikut :

Keterangan :
CHR = Hujan harian rencana maksimum (mm/24 jam)

69
X = Curah hujan rata-rata
S = Standar deviasi
Sn = Koreksi simpangan
Yt = Reduce variate
YN = Rata-rata reduce mean
7. Perhitungan resiko hidrologi

Keterangan :
PR = Resiko hidrologi
TR = Periode ulang
TL = Umur tambang
8. Penentuan periode ulang
Curah hujan akan menunjukkan suatu kecendrungan pengulangan. Hal ini
terlihat data yang analisis mencakup suatu jangka panjang. Sehubungan dengan
hal tersebut dalam analisis curah hujan dikenal istilah periode kemungkinan
ulang (return period), yang berarti kemungkinan atau probabilitas periode
terulangnya suatu tingkatan curah hujan tertentu. Dalam perancangan bangunan
air atau dalam hal ini sarana penyaliran tambang salah satu kriteria perancangan
adalah hujan rencana, yaitu curah hujan dengan periode ulang tertentu atau
kemungkinan akan terjadi sekali dalam suatu jangka waktu tertentu. Dari
perhitungan resiko hidrologi diketahui bahwa nilai probabilitas resiko hidrologi
67% dan dengan curah hujan rencana terbesar terdapat pada tahun ke lima (5).
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh nilai curah hujan harian rencana 171,7
mm/hari dan intensitas curah hujan sebesar 92,8 mm/jam (hasil perhitungan
dapat dilihat pada Lampiran, dengan Periode Ulang Hujan 5 Tahun.

5.2.2.1.2. Intensitas Curah Hujan di Desa Hargorejo


Intensitas curah hujan adalah jumlah hujan per satuan waktu, yang dinyatakan
dalam mm/jam. Intensitas curah hujan diperoleh dari perhitungan dengan
menggunakan rumus Mononobe. Penentuan intensitas curah hujan dimaksudkan
untuk mendapatkan kurva durasi yang nantinya dapat dipakai sebagai dasar
perhitungan debit air limpasan hujan daerah penelitian.

70
Klasifikasi curah hujan dapat diketahui berdasarkan dari nilai intensitas hujannya.
Menurut Sosrodarsono dan Takaeda (1983), keadaan curah hujan berdasarkan nilai
intensitas hujan sebesar 92,8 mm/jam yaitu hujan lebat. Keadaan curah hujan
berdasarkan intensitas hujan dapat dilihat pada Tabel 5.9.

I= (mm/jam)

Keterangan :
I = Intensitas curah hujan (mm/jam)
t = Waktu (jam)

Tabel 5.9.
Keadaan Curah Hujan dan Intensitas Curah Hujan

5.2.2.1.3. Daerah Catchment Area


Daerah tangkapan hujan adalah daerah yang merupakan batas dimana curah hujan
yang jatuh pada daerah tersebut akan terkumpul di tempat terendah pada daerah
tersebut. Penentuan daerah tangkapan hujan didasarkan pada peta topografi daerah
Hargorejo, daerah tangkapan hujan dibatasi oleh punggungan-punggungan bukit
yang memiliki ketinggian tinggi diantara daerah sekelilingnya. Air yang jatuh
kepermukaan sebagian meresap kedalam tanah sebagian ditahan oleh tumbuhan dan
sebagian lagi akan mengisi liku-liku permukaan bumi kemudian mengalir ketempat
yang lebih rendah. Semua air yang mengalir dipermukaan belum tentu menjadi
sumber air dari suatu sistem penyaliran. Kondisi ini tergantung dari daerah

71
tangkapan hujan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain kondisi
topografi, rapat tidaknya vegetasi serta keadaan geologi.
Tabel 5.13.
Tabel Daerah Tangkapan Hujan

Gambar 5.23.
Peta Sebaran Catchment Area

Dalam pembagian daerah tangkapan hujan dilakukan dengan pengamatan langsung


di lapangan dan pengamatan pada peta topografi daerah penambangan. Pengamatan
langsung di lapangan bertujuan untuk mengetahui arah aliran limpasan air dan
permasalahan yang ditimbulkan oleh adanya aliran limpasan, sehingga nantinya
dapat didesain suatu sistem penyaliran yang dapat mengatasi permasalahan yang
ada. Pengamatan pada peta topografi dimaksudkan untuk menentukan area yang
lebih tinggi dan memiliki kemungkinan untuk menampung air hujan yang akan
mengalir ke lokasi tambang.

72
5.2.2.1.4. Penentuan Nilai Koefisien Air Limpasan di Desa Hargorejo
Koefisien limpasan merupakan bilangan yang menunjukkan perbandingan
besarnya limpasan permukaan dengan intensitas curah hujan yang terjadi pada
daerah tangkapan hujan. Koefisien limpasan tiap-tiap daerah berbeda, tergantung
pada sifat fisik batuan, topografi, daerah dan tata guna lahan. Penentuan koefisien
limpasan di daerah penambangan dipengaruhi oleh macam permukaannya, dimana
tiap permukaan mempunyai koefisien limpasan yang berbeda.
Tabel 5.14.
Tabel Koefisien Air Limpasan

5.2.2.1.5. Arah dan Debit Limpasan Air


Arah debit limpasan air didapatkan dari hasil penentuan DTH, setelah DTH dibuat
maka arah limpasan dapat dimodelkan.

Gambar 5.23.
Arah Limpasan Air

73
Arah limpasan menjauhi lubang bukaan, serta air limpasan mengalir dari ketinggian
tinggi ke tempat yang memiliki ketinggian lebih rendah.
Tabel 5.15.
Tabel Debit Limpasan Air

Luas DTH dari tabel tersebut merupakan output dari software Arcgis yang
digunakan. Dengan melakukan perhitungan maka besar debit air limpasan pada
setiap DTH dapat diketahui.

5.2.2.1.6. Pemodelan Genangan


Pemodelan genangan dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai genangan
yang mungkin terjadi apabila terjadi hujan terus menerus dalam jangka waktu
tertentu. Pada penelitian, digunakan jangka waktu 5 tahun dan 10 tahun.

Gambar 5.24.
Pemodelan Genangan

74
Pemodelan genangan dilakukan dengan membuat sayatan pada titik sungai yang
dianggap represntatif, pada penelitian digunakan reach 3.

Gambar 5.25.
Penampang Sungai Tahun 5

Gambar 5.26.
Penampang Sungai Tahun 10

Gambar di atas merupakan penampang sungai apabila terjadi hujan dalam kurun
waktu 5 tahun dan 10 tahun. Penampang sungai tersebut diambil dari penampang
suna reach 3. Pada penampang sungai reach 3 apabila dibandingkan, permukaan
air sungai tidak terlalu berbeda. Pada tahun 10 permukaan air hanya naik sedikit
saja.

75
Gambar 5.27.
Kedalaman Genangan Tahun 5

Gambar 5.28.
Kedalaman Genangan Tahun 10

Gambar di atas merupakan hasil dari pemodelan kedalaman genangan. Dimana


diasumsikan tidak dilakukan pemompaan pada lubang bukaan. Hasil pemodelan

76
kedalaman genangan pada tahun 5 dan tahun 10 menunjukkan hasil yang tidak
signifikan.

5.2.2.2. Hidrogeologi
5.2.2.2.1. Topologi Sistem Akuifer
Kondisi dan distribusi sistem akuifer dalam sistem geologi dikontrol oleh faktor
litologi, stratigrafi dan struktur dari endapan-endapan geologi. Litologi adalah
penyusun secara fisik meliputi komposisi mineral, ukuran butir dan kemas dari
endapan-endapan atau batuan yang membentuk sistem geologi. Stratigrafi
menggambarkan kondisi geometri dan hubungan umur antar lapisan atau satuan
batuan dalam sistem geologi. Sedangkan struktur geologi menunjukkan bentuk/sifat
geometri dari sistem geologi yang diakibatkan dari deformasi yang terjadi setelah
batuan terbentuk. Pada sedimen yang belum terkonsolidasi/kompak, kontrol yang
berperan adalah litologi dan stratigrafi. Pengetahuan akan ketiga faktor di atas
memberikan arahan kepada pemahaman karakteristik dan distribusi sistem akifer
(Freeze dan Cherry, 1979)

5.2.2.2.2. Sistem Akifer Batuan Karbonat atau Batugamping (AkuiferKarstik)


Daerah Kecamatan Kokap merupakan daerah pegunungan yang batuanya terdiri
dari batugamping dan memperlihatkan morfologi yang khas berupa kumpulan
bukit-bukit membulat serta kehadiran sungai-sungai bawah tanah. Pada dasarnya,
karena merupakan batuan kompak, batugamping bersifat impermeabel. Adanya
sistem rekahan atau rongga-rongga pelarutan di dalamnya, menyebabkan
batugamping dapat bertindak sebagai akuifer yang cukup baik tetapi tinjauan
hidrogeologinya berlainan dengan daerah airtanah pada media porus. Batu gamping
mempunyai sifat yang khas yaitu dapat melarut dalam air sehingga dengan adanya
sifat ini porositas pada batugamping berupa porositas sekunder. Dengan adanya
kondisi ini, penyaluran bawah permukaan umumnya lebih menonjol dibandingkan
penyaluran air permukaan. Maka, jarang sekali ditemukan sungai yang berair terus
sepanjang tahun, karena air lebih banyak mengalir sebagai aliran bawah permukaan
melalui sistem rongga-rongga pelarut yang bercabang-cabang dan bertingkat-
tingkat sesuai dengan sejarah pelarutan batugamping yang akhirnya dapat
membentuk suatu jaringan sistem aliran sungai bawah tanah. Kondisi sistem akifer

77
pada batugamping dapat dilihat pada Gambar 5.3 dan tampilan lapisan akuifer pada
Gambar 5.4. Proses penambangan suatu komoditas tambang harus memperhatikan
kondisi air tanah, sehingga diperlukan analisis pemodelan air tanah.

Gambar 5.29.
Sistem Akifer Media Rekahan pada Batugamping (Puradimaja, 1993)

Gambar 5.30.
Lapisan Akuifer

5.2.2.2.3. Kondisi Air Tanah dan Pemodelan Air Tanah


Analisis kondisi air tanah di daerah penambangan didasarkan pada pengamatan
langsung dilapangan dan peta hidrogeologi. Secara umum arah dan pola aliran air
tanah didaerah penyelidikan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Arah dan pola aliran air tanah bebas sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi
daerah penyelidikan.
b. Arah dan pola aliran air tanah tertekan lebih ditentukan oleh kondisi tekanan
pisometrik daerah tersebut.

78
Menurut Kruseman, G.P. and de Ridder, J.M. (1990). Berdasarkan sifat fisik dan
kedudukannya dalam kerak bumi, akifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Akifer bebas, yaitu akifer tak tertekan (unconfined aquifer) dan merupakan
airtanah dangkal (umumnya <20 m), umum dijumpai pada daerah endapan
aluvial. Airtanah dangkal adalah airtanah yang paling umum dipergunakan
sebagai sumber air bersih oleh penduduk di sekitarnya.
b. Akifer setengah tertekan, disebut juga akifer bocor (leaky aquifer),
merupakan akifer yang ditutupi oleh lapisan akitard (lapisan setengah
kedap) di bagian atasnya, dapat dijumpai pada daerah volkanik (daerah
batuan tuf).
c. Akifer tertekan (confined aquifer), yaitu akifer yang terletak di antara
lapisan kedap air (akuiklud), umumnya merupakan airtanah dalam
(umumnya > 40 m) dan terletak di bawah akifer bebas. Airtanah dalam
adalah airtanah yang kualitas dan kuantitasnya lebih baik daripada airtanah
dangkal, oleh karenanya umum dipergunakan oleh kalangan industri
termasuk di dalamnya kawasan pertambangan

(Sumber : Krussman dan Ridder,1970)


Gambar 5.31.
Jenis-jenis Akuifer

5.2.2.2.3. Jenis – Jenis Akuifer


Kegiatan pertambangan telah dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdampak
pada kerusakan lingkungan. Kerusakan tersebut tidak hanya berupa perubahan pada
bentang alam, tetapi mencakup juga dampak pada komponen lingkungan lainya.
Salah satunya yang cukup signifikan adalah dampak pada kondisi air tanah, baik
dari segi kualitas maupun kuantitas. Untuk mengetahui kondisi air tanah diperlukan
adanya pemodelan air tanah.

79
Pemodelan airtanah pada suatu tambang merupakan kajian secara menyeluruh
tentang kondisi morfologi, hidrologi, geologi, dan hidrogeologi yang diaplikasikan
secara konseptual dalam sebuah model, dengan tujuan untuk mengetahui
perubahan-perubahan airtanah, seperti pola aliran, head, dan arah aliran. Pada
pemodelan air tanah, PT. McManghan bekerjasama dengan U.S. Geological Survey
untuk melakukan survey lapangan dan menganalisis pemodelan air tanah
menggunakan software MODFLOW. Data parameter inputan untuk dapat
melakukan komputasi pada software tersebut yaitu data hidrologi dan data
hidrogeologi.

Kondisi air tanah Dusun Kiringan setelah dilakukan pemodelan diketahui bahwa
elevasi terendah pada proses penambangan PT. McManghan tidak lebih dalam dari
elevasi air tanah, sehingga keberadaan air tanah tidak mengganggu kegiatan
penambangan. Oleh karenanya dalam perhitungan jumlah air tambang, air tanah
tidak ikut dihitung dan kondisi akuifer pada daerah penambangan tergolong akuifer
bebas. Karena dekat permukaan tanah dan tidak ada lapisan impermeabel.

5.2.2.2.4. Calculated vs Observed Head


Simulasi perbandingan dilakukan terhadap 13 data hasil komputasi nilai head
komputasi dengan nilai head yang didapat di lapangan, hasil menunjukan bahwa
nilai Correlation Coefficient sebesar 0.88.

Gambar 5.32.
Perbandingan Calculated vs Observed Heads

80
5.2.2.2.5. Perubahan Ketinggian MAT
Dalam proses penambangan, aliran air dianalisis untuk mengetahui karakteristik
hidrogeologi di tambang dan sekeliling tambang yang bisa berubah-ubah sewaktu-
waktu selama proses penambangan, pada gambar dibawah ini dapat disimpulkan
bahwa perubahan ketinggian MAT terjadi hanya di sekeliling Pit.

Gambar 5.33.
MAT sebelum penambangan

Gambar 5.34.
MAT setelah penambangan

81
Selama 5 proses penambangan, kondisi MAT harus selalu dipantau agar proses
penambangan dapat berjalan dengan baik, karena perubahan muka air tanah dapat
berpengaruh terhadap beberapa aspek yaitu masalah sosial, dan masalah dalam
geoteknik pertambangan. Dapat dilihat dibawah ini bahwa selama 5 tahun proses
penambangan dilakukan, disimpulkan bahwa tidak ada MAT yang berubah di
sekeliling tambang, dikarenakan titik initial heads yang jauh berada di luar Pit
penambangan, namun hal tersebut tidak bermasalah karena MAT yang tidak
menurun di sekeliling tambang dapat memberi dampak positif ke warga karena
sumur yang ada di sekeliling IUP tidak mengalami kekeringan.

Gambar 5.35.
Perubahan MAT selama 5 Tahun

5.2.3. Rekomendasi Hidrologi-Hidrogeologi


5.2.3.1. Hidrologi
5.2.3.1.1. Rekomendasi Paritan
Pembuatan parit ini bertujuan untuk menampung air limpasan yang menuju lokasi
penambangan. Air limpasan akan masuk ke saluran-saluran yang kemudian
dialirkan ke suatu kolam penampung atau dibuang langsung ke tempat pembuangan
dengan memanfaatkan gaya gravitasi. Paritan yang direkomendasikan merupakan
paritan dengan geometri :

82
Gambar 5.36.
Dimensi Paritan

5.2.3.1.2. Rekomendasi Sump


Sump adalah tempat penampungan air sementara pada area penambangan sebelum
air di pompa menuju settling pond (Zanni et al, 2014). Sump berfungsi untuk
mengendalikan air yang masuk ke area penambangan (Hermawan, 2017). Luas
sump didapatkan dengan melakukan optimasi air yang masuk kedalam tambang
dikurang dengan air yang mampu dipompa keluar sump.

Gambar 5.37.
Grafik Volumen Pompa dan Air terhadap Waktu

Dari grafik tersebut dapat dilihat selisih terbesar antara volume pompa dan volume
air. Selisih tersebut merupakan volume sump, yakni 28269,3 m3.

83
Gambar 5.38.
Geometri Sump
Maka untuk dapat menampung air, direkomendasikan geometri sump dengan
ukuran 70 m 41,5 m dengan kedalaman sump 10 m.

5.2.3.1.3. Rekomendasi Pompa


Pompa tambang dapat digunakan sebagai media penunjang untuk menjaga front
kerjaan agar operasi pada penambangan dapat bekerja sebaik mungkin. Untuk cara
yang bisa dilakukan yaitu mengalirkan air yang terdapat pada bagian tampungan air
tambang atau sump ke sungai supaya tidak mengganggu ketika penambangan
sedang beroperasi. Dari perhitungan yang dilakukan direkomendasikan untuk
menggunakan pompa sebanyak 1 buah pada tahun 1, 2, dan 3, serta pompa sebanyak
2 buah pada tahun 4 dan 5.

Gambar 5.39.
Pompa Multiflo

84
Pompa yangdirekomendasikan adalah pompa Multiflo seri MF 420 yang memiliki
daya hisap 0,18 m3/detik dengan jam kerja pompa selama 22 jam/hari.

5.2.3.1.4. Rekomendasi Settling Pond


Settling pond merupakan kolan penampungan yang berfungsi sebagai tempat
menampung air tambang sekaligus untuk mengendapkan partikel-partikel padatan
yang ikut bersama air dari lokasi pertambangan.

Gambar 5.40.
Geometri Sump

Dari hasil perhitungan direkomendasikan settling pond dengan ukuran geometri


diameter sebesar 100 m dengan tinggi 15 m.
5.2.3.1.5. Letak Paritan, Sump, Settling Pond, dan Pipa
Direkomendasikan letak paritan, sump, settling pond, dan pipa, rekomendasi
digambarkan pada gambar di bwah ini :

Gambar 5.41.
Letak Paritan, Sump, Settling Pond, dan Pipa

85
Letak sump yang direkomendasikan berada di dalam lubang bukaan tambang. Pada
pit bottom dibuat sump yang dilengkapi dengan pompa dan pipa yang
menghubungkan dengan settling pond di luar lubang bukaan. Pipa yang
direkomendasikan sepanjang 188 meter.

5.2.3.1.6. Baku Mutu Limbah Mangan


Baku mutu limbah adalah ukuran kadar atau batas dari partikel pencemar yang
terdapat dalam limbah yang dihasilkan oleh perusahaan yang memiliki sisa hasil
produksi yang akan dilepaskan atau dibuang ke wilayah perairan. Sebelum limbah
dibuang perlu dilakukan pemantauan limbah agar limbah yang dibuang tidak
melebihi baku mutu yang ditetapkan.
Tabel 5.16.
Tabel Baku Mutu Limbah Mangan

Limbah yang dibuang harus sesuai dengan batu mutu yang ditampilkan oleh tabel
di atas. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan penambangan dan pengolahan tidak
boleh mengandung Mn lebih dari 1 mg/l, Zn lebih dari 5 mg/l, Cu lebih dari 1 mg/l,
dan Fe lebih dari 5 mg/l. Apabila dalam pemantauannya, limbah memiliki kadar
maksimum yang melebihi baku mutu, maka perlu dilakukan treatment agar limbah
dari kegiatan penambangan dan pengolahan sesuai dengan baku mutu yang
ditetapkan. Treatment bisa dilakukan dengan melakukan misalnya penambahan
zeolit.

Pemantauan limbah juga bertujuan agar limbah yang dibuang tidak mencemari
sumber air warga, baik itu sungai, sumur, maupun air tanah. Selama kegiatan
pertambangan berlangsung hingga kegiatan pertambangan selesai, kualitas air harus
minimum sama dengan pengujian kualitas air pada saat tambang belum dibuka.

86
5.2.3.2. Hidrogeologi
5.2.3.2.1. Rekomendasi Sumur Pantau MAT

Gambar 5.42.
Lapisan Akuifer

Dalam pelaksanaan penambangan, muka air tanah akan berangsur menurun seiring
berjalannya penambangan karena proses pengambilan komoditas tambang, hal
tersebut akan mempengaruhi muka air tanah di sekeliling area penambangan yang
akan berdampak pada masyarakat sekitar apabila terjadi penurunan MAT, maka
dari itu PT. McManghan membuat 8 sumur pemantauan untuk memantau
ketinggian MAT selama proses penambangan.

87
BAB VI
RENCANA PENAMBANGAN

6.1. Sistem/Metoda dan Tata Cara Penambangan


Dalam menentukan suatu sistem/metoda penambangan perlu diperhatikan faktor-
faktor yang berpengaruh. Faktor-faktor yang berpengaruh tersebut antara lain :
a. Kondisi endapan mangan
Endapan mangan di Dusun Kliripan secara umum tersebar merata di daerah
tersebut. Endapan mangan yang mendapat prioritas utama untuk ditambang.
Endapan mangan di daerah penelitian terbentuk secara sedimenter, dari proses
pengendapan. Endapan mangan yang berada di daerah ini memiliki bentuk yang
masif.
b. Kondisi material penutup
Material penutup di daerah tersebut berupa tanah yang rata-rata ketebalannya 50
cm. Di atas lapisan tanah penutup terdapat batu kapur yang berada di atas lapisan
mangan.
c. Nisbah pengupasan
Endapan mangan dengan tanh penutup yang dapat dikatakan tidak terlalu tebal
membuat nilai stripping ratio yang menguntungkan sehingga memberikan
keuntungan pada kegiatan penambangan. Dengan begitu akan menguntungan
apabila dilakukan penambangan terbuka dengan open pit.

PT. Mc Manghan memiliki sistem penambangan terbuka yang kegiatan


penambangannya meliputi pembongkaran, pemuatan dan pengangkutan, yang
bertujuan memenuhi permintaan perusahaan dengan umur tambang diperkirakan
selama 5 tahun. Tambang terbuka/open pit mining juga disebut dengan open mining
adalah metoda penambangan yang dipakai untuk menggalimineral deposit yang ada
pada suatu batuan yang berada atau dekatdengan permukaan. Metoda ini cocok
dipakai untuk deposit yang berbentuk horizontal yang memungkinkan produksi
tinggi dengan ongkos rendah karena endapan mangan dekat dengan permukaan.

88
Open pit mining bertujuan untuk mengambil bijih dan akan dibiarkan tetap terbuka
(tidak ditimbun kembali) selama pengambilan bijih masih berlangsung. Untuk
mencapai badan bijih yang umumnya terletak di kedalaman, diperlukan pengupasan
tanah/batuan penutup (waste rock) dalam jumlah yang besar. Tujuan utama dari
operasi penambangan adalah menambang dengan biaya serendah mungkin
sehingga dicapai keuntungan yang maksimal.

Pemilihan berbagai parameter desain dan penjadwalan dalam pengambilan bijih


dan pengupasan batuan penutup melibatkan pertimbangan teknik dan ekonomi yang
rumit. Mesti diambil kompromi yang optimal antara memaksimalkan perhitungan
ekonomis dan adanya parameter pembatas karena faktor geologi dan pertimbangan
teknik lain. Dengan berkembangnya teknologi dan teknik pertambangan, cadangan
yang dulunya dinilai tidak ekonomis, sekarang dapat berubah menjadi sumber yang
layak tambang.

Hal ini juga didorong oleh meningkatnya permintaan akan bahan tambang seiring
dengan peningkatan konsumsi per kapita.Secara umum, tambang terbuka dinilai
lebih menguntungkan dibanding metode tambang bawah tanah dalam hal recovery
(mineral yang dapat ditambang dibanding dengan banyak cadangan), grade control
(pengendalian kadar), keluwesan operasi, keselamatan, dan lingkungan kerja.

Namun, dalam situasi dimana deposit terlalu kecil, berbentuk tak teratur, atau
terletak terlalu dalam di bawah tanah, metode tambang bawah tanah akan lebih
menguntungkan. Suatu tambang terbuka pada satu titik mungkin saja perlu diubah
menjadi tambang bawah tanah ketika batuan penutup (waste rock) yang perlu
dikupas menjadi terlalu besar. Ini biasanya terjadi jika cadangan bijih berlanjut
hingga sangat dalam.

6.2. Rencana Produksi


Rencana produksi merupakan suatu tahapan yang bertujuan untuk membuat
rencana produksi tambang untuk mengetahui besar produksi. Didasarkan atas

89
perhitungan cadangan mangan, target penambangan dan target produksi tiap tahun
sesuai permintaan konsumen sebagai pembeli komoditas mangan.

6.2.1. Jadwal Rencana Produksi


Jadwal rencana produksi disusun untuk mencapat target produksi yang diinginkan.
PT. Mc Manghan akan melakukan penambangan selama 5 tahun, dengan rencana
produksi sebagai berikut :
1. Kemajuan Tambang Tahun ke 1
Target produksi pada kemajuan tambang tahun 1 sebesar 512.230 ton/tahun.
2. Kemajuan Tambang Tahun ke 2
Target produksi pada kemajuan tambang tahun 2 sebesar 509.012 ton/tahun.
3. Kemajuan Tambang Tahun ke 3
Target produksi pada kemajuan tambang tahun 3 sebesar 517.672 ton/tahun.
4. Kemajuan Tambang Tahun ke 4
Target produksi pada kemajuan tambang tahun 4 sebesar 501.145 ton/tahun..
5. Kemajuan Tambang Tahun ke 5
Target produksi pada kemajuan tambang tahun 5 sebesar 562.926 ton/tahun.

6.2.2. Sekuen Penambangan dan Penimbunan


Bentuk dari perecanaan tambang salah satunya adalah rancangan bentuk
penambangan. Rancangan atau design berperan sebagai penentu persyaratan,
spesifikasi, dan kriteria teknik untuk mencapai sasaran serta urutan teknis
pengerjaannya. Salah satu hasil rancangan pada perencanaan tambang adalah batas
akhir penambangan (pit limit). Pit limit yang dirancang selanjutnya akan dibagi
kedalam unit-unit yang lebih kecil (sequence). Sequence penambangan merupakan
bentuk-bentuk penambangan yang menunjukkan bagaimana suatu pit akan
ditambang dari tahap awal hingga tahap akhir rancangan tambang (pit limit). Tujuan
dari pembuatan sequence yaitu untuk membagi seluruh volume yang ada dalam pit
limit ke dalam unit-unit perencanaan yang lebih kecil sehingga lebih mudah
ditangani.

Rancangan sequence penambangan menentukan lokasi awal penambangan hingga


batas akhir dari kegiatan penambangan. Perancangan sequence atau tahap-tahap

90
penambangan ini membagi pit limit menjadi unit-unit perencanaan yang lebih kecil
dan lebih mudah dikelola. Perancangan sequence untuk memenuhi target produksi
membutuhkan yang rinci mengenai lokasi aktual dan arah persebaran batubara.
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu peta geologi regional
perusahaan, peta IUP perusahaan, topografi, boundary LOM,

PT McManghan berupaya meminimalkan lubang bukaan bekas tambang. Upaya


dalam meminimalkan lubang bukaan bekas tambang tertuang dalam peraturan
perundang-undangan yaitu UU Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara dan PP Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan
Pascatambang. Salah satu cara yang cocok dalam penerapan hal tersebut adalah
dengan penimbunan kembali mine out penambangan pit sebelumnya. Penerapan ini
dapat menjadi solusi dalam penggalian overburden sampai final pit pada kegiatan
operasional penambangan pit. Kegiatan penimbunan mine out pit juga sebagai
bagian dalam rangka mempersiapkan lahan untuk kegiatan reklamasi. Upaya
perusahaan dalam menutup mine out pit diperlukan suatu rencana penimbunan
sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan tidak menimbulkan
masalah pada masa mendatang. Rencana penimbunan pada mine out pit perlu
memperhatikan jumlah overburden yang ditimbun pada mine out pit, desain
penimbunan pada mine out pit, rencana sequence penimbunan pada kegiatan
operasional penimbunan pada mine out pit.

Penimbunan sebagai penanganan, pengangkutan, dan penempatan limbah tambang


(mine waste) yang berfungsi untuk memenuhi stabilitas dan tujuan lingkungan.
Prinsip dasar perhitungan kapasitas volume timbunan adalah dengan perhitungan
volume piramida terpancung. Lokasi penimbunan dapat dilakukan didalam pit
maupun diluar operasi penambangan. Desain dapat dirancang dari elevasi terendah
sampai elevasi tertinggi pada area penimbunan. Hubungan kondisi insitu dengan
kondisi loose disebut swell factor dan hubungan kondisi insitu dengan pemadatan
disebut shrinkage factor. Kapasitas timbunan disesuaikan dengan overburden
dalam kondisi pemadatan.

91
6.2.4. Rencana Pengangkutan Material
Hal pertama yang dilakukan adalah proses land clearing, yakni dapat diartikan
sebagai suatu aktivitas pembersihan lahan tambang dari material hutan yang
meliputi pepohonan, hutan belukar sampai alang-alang. Umumnya kegiatan
penambangan selalu diawali dengan pembersihan lahan konsesi yang akan
ditambang. Variabel yang mempengaruhi pekerjaan land clearing yaitu enis
pepohonan yang tumbuh, kondisi dan daya dukung tanah, topografi hujan dan juga
perubahan cuaca. Proses land clearing menggunakan bulldozer, lahan
pertambangan dibersihkan dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran
besar. Secara umum membutuhkan waktu sesuai luas lahan yang akan ditambang.

Tahap selanjutnya adalah pemindahan lahan (tanah) ini dimaksudkan untuk


menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai unsur
tanah yang masih asli, sehingga tanah ini dapat diguanakan dan ditanami kembali
pada saat kegiatan reklamasi atau penghijauan kembali. Tanah penutup dapat
ditimbun dengan dua cara yaitu backfilling dan penimbunan langsung. Tanah
penutup yang akan dijadikan material backfilling biasanya akan ditimbun ke
penimbunan sementara pada saat tambang baru dibuka dan akan diangkut kembali
ke daerah yang telah tertambang (mined out). Kegiatan ini dimaksudkan agar pit
bekas tambang tidak meninggalkan lubang yang besar dan dapat digunakan untuk
rehabilitasi lahan pasca tambang.

Menggunakan sistem tambang terbuka, pengupasan lapisan tanah penutup


merupakan kegiatan yang mutlak harus dikerjakan pada pertambangan. Kegiatan
pengupasan lapisan tanah penutup ditentukan oleh rencana target produksi, semakin
baik rancangan pada pengupasan lapisan tanah penutup maka rencana target
produksi semakin baik. Untuk mewujudkan kondisi tersebut diperlukan metode dan
alat yang mendukung pengupasan lapisan tanah penutup. Menerapkan proses
penambangan yang ramah lingkungan dan efisien, perseroan senantiasa menekan
angka stripping ratio melalui proses perencanaan yang matang dan eksekusi yang
terukur.

92
6.3. Asumsi Perhitungan Jam Kerja
Dalam menentukan perhiungan jam kerja, hal ini telah diatur oleh pemerintah dan
tercantum pada undang-undang nomor 13 tahun 2013 tentang ketenagakerjaan yaitu
pasal 77 ayat (1) dan (2) UU 13/2013. Berdasarkan pasal 21 ayat (1) dan (2)
Peraturan Pemerintah No. 35/2021 diatur maksimal jam kerja per hari adalah 7 jam
untuk 6 hari kerja dan 8 jam untuk 5 hari kerja. Jika perusahaan mempekerjakan
pekerjanya hingga 12 jam sehari dan jam kerja normal adalah 8 jam sehari , maka
perusahaan wajib membayar 4 jam upah Kerja Lembur (pasal 27 ayat (1) dengan
mempertimbangkan target produksi sebesar 500.000 ton/tahun maka waktu kerja
tambang dirincikan pada tabel.
Tabel 6.
Asumsi Perhitungan Jam kerja
Jumlah hari/tahun 365
Jumlah hari minggu/tahun 52
6 hari kerja Senin-Sabtu
Cuti dan Libur 92
Total hari kerja/tahun 273
Jumlah shift/hari 1 shift
Jumlah jam kerja/shift 9 jam (1 jam istirahat)
Total jam kerja/tahun = (9-1) × 273 2184 Jam

6.3.1. Jumlah Hari Kerja Efektif


Jam kerja efektif adalah waktu kerja yang sesungguhnya yang digunakan pada
operasi penambangan, yaitu :
Tabel 6.
Jumlah hari kerja

1 Tahun 365 hari

Hari minggu 52 hari

Hari libur lain 14 hari

Cuti tahunan 12 hari

Cuti 8 : 2 14 hari

93
Hari kerja efektif 365 hari – 92 hari

Total hari kerja efektif 273 hari

6.3.2. Jumlah Gilir Kerja


Adapun jumlah gilir kerja adalah sebanyak 1 shift per harinya dengan
rincian seperti sebagai berikut

Tabel 6.
Jam kerja PT Tra8s Studio
Shift Waktu (WIB) Keterangan

08.00-12.00 Kerja
1
12.00-13.00 Istirahat

13.00-17.00 Kerja

17.00-17.05 Persiapan pulamg

6.3.3. Standby./Delay dan Iddle Alat


Delay time merupakan besar waktu hambatan yang terjadi selama satu siklus
pengangkutan. Waktu delay ini disebabkan oleh faktor material, faktor manusia,
dan faktor lingkungan. Waktu delay sangat penting pengaruhnya terhadap efisiensi
kerja alat karena waktu delay menjadi variabel dalam perhitungan total waktu kerja
yang dapat dilakukan selama alat tersebut beroperasi. Semakin kecil waktu delay
maka akan semakin besar efisiensi alat tersebut. Delay time merupakan besar waktu
hambatan yang terjadi selama satu siklus pengangkutan. Delay time juga dianggap
operating cost dan digunakan dalam perhitungan produktivitas alat, masuknya
Delay time ini kedalam hours worked. Selain itu terdapat waktu–waktu yang harus
diperhitungkan seperti waktu alat antri ataupun waktu yang digunakan untuk
merapikan dan menyiapkan front, operator minum, operator makan, operator sholat
dan waktu hambatan lainnya. Sehingga total waktu delay adalah jumlah seluruh
waktu hambatan yang terjadi selama alat tersebut bekerja (Yanto, 2014). Waktu
delay sangat penting pengaruhnya terhadap efisiensi kerja alat karena waktu delay

94
menjadi variabel dalam perhitungan total waktu kerja yang dapat dilakukan selama
alat tersebut beroperasi. Semakin kecil waktu delay maka akan semakin besar
efisiensi alat tersebut. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya delay time
sebagai berikut:
1. Faktor material
Perbedaan kekerasan material yang akan digali sangat bervariasi semakin keras
material maka waktu yang diperlukan untuk menggali material juga lama
(Yanto, 2014). Dan hal ini bisa menyebabkan terjadinya antian pada front
kerja.
2. Faktor manusia
Merupakan faktor manusia yang, nenggerakan alat-alat tersebut, waktu delay
bisa terjadi karna kelalaian dari operator tersebut dalam bekerja. Delay time
yang terjadi karena disebabkan oleh faktor ini bisa kita hindari dengan cara
meningkatkan kedisiplinan dari operator alat angkut tersebut.
3. Faktor lingkungan
Dimana pada faktor ini yang mempengaruhi adalah lingkungan jika lingkungan
kerja buruk maka akan terjadi waktu hambatan untuk alat tersebut beroperasi.
Contohnya jika terjadi penyampitan pada satu sisi jalan saja maka akan terjadi
antrian pada alat angkut tersebut.
Waktu tidak produktif (Idle time) merupakan kondisi dimana alat mekanis yang
hidup (menyala mesin) namun tidak menghasilkan produksi baik overburden
ataupun batubara. Terjadinya idle time ini menyebabkan produksi pengupasan
overburden menjadi tidak maksimal, dimana meskipun waktu tidak produktif ini
tidak terlalu lama namun sering terjadi.

6.3.4. Jam Kerja Efektif Alat


Waktu kerja efektif merupakan waktu kerja sesungguhnya yang digunakan untuk
melakukan operasi penambangan batubara, karena pada nyatanya tidak semua
waktu kerja yang telah disediakan oleh perusahaan benar-benar digunakan secara
optimal oleh para operator dan alatnya untuk beroperasi. Hal ini disebabkan karena
adanya hambatan-hambatan yang berpotensi mengurangi waktu kerja yang tersedia.

95
Sehingga perlu dilakukan optimasi terhadap waktu kerja efektif tersebut. Berikut
ini rumus yang digunakan untuk menentukan waktu kerja efektif :
𝑊𝑒
% 𝑊𝑒 = × 100%
𝑊𝑜𝑝
Dimana :
We = Waktu kerja efektif
% We = Persentase persentase waktu kerja efektif efektif (%)
Wop = Waktu kerja yang tersedia tersedia (menit)

6.4. Peralatan Penambangan


Dasar pemilihan dari peralatan mekanis adalah :
1. Adanya jaminan keselamatan kerja (safety).
2. Ongkos gali dan muat seminimum mungkin.
3. Sinkronisasi dengan alat mekanis lain (utamanya keserasian kerja antara alat
gali-muat dan alat angkut).
4. Penyesuaian dengan kondisi kerja.
Berikut ini merupakan alat mekanis yang digunakan
1. Bulldozer
Produksi buldozer dihitung saat bulldozer melakukan pekerjaan mendorong tanah
dengan gerakan-gerakan yang teratur, misalnya pada penggalian selokan,
pembuatan jalan raya, penimbunan kemabali (back filling), penumpukkan, dan
pembersihan/pembukaan lahan baru, adapun data yang diperlukan untuk
perhiungan :
a) Waktu tetap, seperti memindahkan gigi dan berhenti
b) Waktu mendorong muatan
c) Waktu kembali ke belakang
d) Jalan lintasan
e) Kapasitas bilah (blade capacity)
f) Faktor pengembangan (swell factor)
g) Efisiensi kerja
2. Dump truck
Perhitungan produksi dump truck secara teoritis memerlukan data baik dari alat
maupun data mengenai keadaan lapangan. Data teknis dump truck meliputi:

96
a) Kapasitas mujung
b) Berat kosong
c) Kekuatan mesin
d) Efisiensi kerja kecepatan maksimum tiap-tiap gear
Sedangkan keadaan lapangan, meliputi :
a) Jarak yang ditempuh
b) Lokasi tempat kerja
c) Rilling resistance
d) Swell factor
e) Bobot isi
3. Backhoe
Faktor-faktor teknis yang mempengaruhi produktivitas backhoe di area pemuatan,
diantaranya dimensi area pemuatan, metode pemuatan, manajemen area pemuatan,
karakteristik overburden, sudut ayunan (swing angle), faktor pengembangan (swell
factor), faktor pengisian bucket (bucket fill factor), tipe dan kapasitas bucket,
ketersediaan alat (equipment utilization and availability), gangguan mekanik/mesin
(mechanical issue), waktu edar (cycle time) dan waktu pemuatan (loading time)
backhoe, waktu posisi (spotting time) dumptruck, dan skill operator, serta faktor
keserasian alat.
6.4.1. Jenis dan Spesifikasi Alat
Berikut ini merupakan alat yang digunakan oleh PT McManghan untuk menunjang
kegiatan penambangan :.
Tabel 6.
Spesifikasi Alat
Dumptruck
Merk HINO
Type Hino dutro 130 HD
Kapasitas 29,6 m3
Panjang 6,026 m
Tinggi 2,165 m
Lebar 2m
Backhoe

97
Merk Komatsu
Type PC 200-6
Tinggi 2,985 m
Lebar 2,8 m
Panjang 6,27
Kapasitas 7,5 m3
Ukuran Bucket 0,76 m3
Bulldozer
Type Caterpillar CS-573 D
Berat Overall 9,71 Ton
Lapisan Perkerasan 20 cm
Lebar Efektif Drum 1,70 meter
Dimension
Panjang 4,56 meter
Lebar 2,34 meter
Tinggi 3,07 meter

Gambar 6.
Dump Truck

Gambar 6.
Backhoe

98
Gambar 6.
Bulldozer

6.4.2. Jumlah Alat


Banyaknya alat yang digunakan menyesuaikan dengan target produksi yang ingin
dicapai.
6.4.3. Unjuk Kerja Alat (Availability dan Utilization) dan Produktivitas Alat
6.5. Rencana Penanganan/Perlakuan Bijih yang Belum Terpasarkan
Penanganan/perlakuan bijih yang belum terpasarkan apabila telah melewati proses
pengolahan dan pemurnian, maka pemegang IUP Operasi Produksi, IUPK Operasi
Produksi dan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian
yang memiliki sisa hasil pengolahan dan pemurnian mineral dan batubara
melakukan pendataan dan mencantumkan dalam laporan Konservasi yang terdiri
atas:
1. pendataan volume dan kualitas batubara serta pendataan volume, unsur dan
kadar mineral sisa hasil pengolahan dan pemurnian di lokasi penempatan
khusus;
2. pendataan sisa hasil pengolahan dan pemurnian yang dapat dimanfaatkan
kembali menjadi bentuk lain; dan/atau
3. pendataan sisa hasil pengolahan dan pemurnian yang dapat diolah kembali.

6.6. Rencana Penanganan/Perlakukan Sisa Sumber Daya pada


Pascatambang
Pendataan cadangan mineral dan Batubara yang tidak tertambang dan sisa hasil
pengolahan dan pemurnian dilakukan sebagai upaya penerapan aspek konservasi
mineral dan batubara oleh Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi
Produksi.

99
1. Pendataan cadangan mineral dan batubara tidak tertambang oleh Pemegang
IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi, dilakukan dengan:
a) Mendata volume, kedalaman, dan kualitas batubara atau kadar mineral
pada lokasi penambangan yang ditinggalkan paling lama 30 (tiga puluh)
hari, termasuk penjelasan mengenai kendala teknis dan ekonomis sehingga
kegiatan penambangan ditinggalkan
b) Mendata volume, kedalaman, dan kualitas batubara atau kadar mineral
pada lokasi yang direncanakan kegiatan penambangan tetapi tidak
direalisasikan sesuai dengan rencana kerja penambangan yang disetujui,
termasuk penjelasan mengenai kendala teknis dan ekonomis sehingga
rencana kegiatan penambangan tidak dapat direalisasikan.
2. Pendataan cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang oleh
Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi dapat dilakukan
dalam bentuk peta konservasi mineral dan batubara sebagai bagian dari laporan
konservasi.
3. Pendataan potensi cadangan mineral dan batubara yang tidak tertambang
sepanjang batas antara WIUP dan WIUPK dengan WIUP dan WIUPK lainnya
oleh Pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi.

100
BAB VII
RENCANA PENGOLAHAN

7.1. Tata Cara Pengolahan

Mangan adalah unsur dengan simbol, Mn. Nama mangan berasal dari Bahasa latin,
magnes, yang memperlihatkan sifat magnetik dari pyrolusit. Berwarna keabu-abuan
dan bersifat getas. Sifatnya hampir sama dengan besi namun mangan lebih ringan
dan lebih keras. Mangan memiliki empat bentuk alotropi, yaitu Alpha mangan, beta
mangan, gamma mangan, dan delta mangan. Logam ini akan menguap pada
temperatur 2061oC. (Cardarelli, 2008).
Di alam, mangan ditemukan dalam bentuk mineral, seperti alabandit (MnS),
pirolusit (MnO2), haussmanit (Mn3O4), Jacobsit (MnFe2O4) dll. Proses pemurnian
mangan ada dua macam, yaitu electrowinning dan electrothermall. Mangan
biasanya diproduksi dalam bentuk ferromangan dan silikomangan. Ferromangan
(Fe-Mn-C) mengandung lebih dari 76% Mn dan 7,5% C untuk karbon tinggi, 1-
1,5% C untuk karbon menengah, dan kurang dari 1% untuk karbon rendah.
Sedangkan silikomangan (Si-Mn-C) mengandung 65-85% Mn, 14-16% Si, dan 2%
C. (Cardarelli, 2008)).
Pada temperatur kamar, mangan murni tidak diserang oleh oksigen, nitrogen, atau
hydrogen. Namun, pada temperatur tinggi mangan sangat bereaksi dengan oksigen,
sulfur, dan fosfor. Oleh karena itu, mangan digunakan pada industri pembuatan besi
dan baja sebagai agen reduksi, desulfurisasi, dan defosforisasi. Mangan larut
dengan cepat pada kondisi asam. (Cardarelli, 2008) Perusahaan baja melaporkan
bahwa penggunaan mangan sekitar 90%. Baja karbon dengan 70% konsumsi
mangan. 30% penggunaan mangan untuk agen desulfurisasi dan deoksidasdi, dan
70% digunakan dalam bentuk murni sebagai unsur paduan. Mangan adalah unsur
penstabil austenit dengan dikombinasikan dengan nitrogen, sebagai pengganti nikel
yang harganya lebih mahal. Logam paduan bahan baja yang banyak digunakan
adalah feromangan dan silikon mangan.

101
Tabel 7.1.
Komposisi baja AISI 201 (ASTM International, 2004)
Unsur Presentase, max (%)
Karbon (C) 0,15
Mangan (Mn) 5,5 – 7,5
Fosfor (P) 0,060
Sulfur (S) 0,030
Silikon (Si) 1,00
Kromium (Cr) 16 – 18
Nikel (Ni) 3,5 – 5,5
Nitrogen 0,25

Sebelum dilakukan pengolahan, mangan yang telah ditambang akan diangkut


menuju stockyard menggunakan dump truck untuk diremukan terlebih dahulu.
Setelah diremukan maka akan dilakukan proses pengeringan. Dalam proses ini
perlu mempertimbangkan kadar air yang terkadung dalam batu gamping pada saat
dilakukan penambangan yaitu sebesar 4%. Selanjutnya mangan yang telah
dikeringkan akan diangkut menggunakan Loader menuju Hooper dan akan
melewati feeder.

Setelah itu, material umpan akan melalui proses menggunakan alat grizzly feeder..
Hasil dari grizzly feeder, kemudian akan dibawa menuju menuju tahapan Single
Deck Vibration Screen. Setelah itu dari single deck vibration screen, akan
menghasilkan 2 (dua) produk, yaitu lolos 5 mm dan produk dengan ukuran 50 – 5
mm. . Setelah itu proses dilanjutka dengan alat jaw crusher. Setelah iu dilanjutkan
dengan alat double deck vibration screen. Selanjutkan produk akan diproses lagi
menggunakan alat triple deck vibration screen, dari alat ini dihasilkan 4 (empat)
produk dengan ukuran berbeda. Produk selanjutkan akan diangkut dan diletakan
didalam gudang. Adapun alur pengolahan PT Mc Manghan dapat dilihat pada
gambar 7.1.

102
Stockyard

ROM
Umpan masuk : 238,1 ton/jam
Umpan terbesar :350 mm

HOPPER HOPPER

-50 -50
GRIZZLY FEEDER I
Single Deck GRIZZLY FEEDER II
Vibrating Screen
Umpan masuk : 11,9 ton/jam
Opening :50 mm
Eff : 95%

Umpan masuk : 11,9 ton/jam


Opening :50 mm
Eff : 95%
-5 -50+5

JAW CRUSHER I JAW CRUSHER II

Double Deck
Vibrating Screen
Deck I opening : 90 mm, Ef : 90%
Deck II opening : 90 mm, Ef : 95%
-180+90
-90+50
71,4 ton/jam 71,4 ton/jam
Triple Deck
Vibrating Screen

-50+25 -25+10 -10+5 -5


35,7 ton/jam 23,8 ton/jam 11,9 ton/jam 23,8 ton/jam

Gambar 7.1
Diagram Alur Pengolahan PT Mc Manghan

Dengan target produksi 238,1 ton tiap jam. Maka berdasarkan hal tersebut, berikut
merupakan berbagai peralatan yang digunakan oleh PT Mc Manghan.

103
1. Stockyard
Stockyard berfungsi sebagai tempat penjemuran mangan hasil dari tambang.
Stockyard dirancang untuk menampung produksi per yakni 238,1 ton tiap jam.

2. ROM
ROM merupakan singkatan dari Run Off Mine. ROM adalah tempat penumpukan
sementara mangan hasil penambangan dari pit.

3. Wheel Loader
Wheel Loader merupakan jenis alat berat yang sering dipakai untuk mengangkut
material yang akan di muat ke dalam dumptruck atau memindahkan material ke
tempat lain. Alat berat seperti Wheel Loader ini mirip dengan shovel dozer, akan
tetapi terdapat perbedaan yaitu Wheel Loader beroda karet (ban) sedangkan shovel
dozer beroda rantai/(track loader) sehingga dalam segi kemampuan ataupun
kegunaannya sedikit berbeda. PT Mc Manghan menggunakan alat ini untuk
memindahkan material dari stockyard akan diangkut menggunakan wheel loader ke
hopper.

Gambar 7.2
Wheel Loader

4. Hooper
Hopper adalah bejana atau wadah yang saluran masuknya berada di atas dan
mempunyai lubang di bagian bawah untuk saluran keluar. Alat mempunyai
kegunaan sebagai tempat penampungan sementara dari material umpan, yang
selanjutnya material tersebut dimasukkan ke alat peremuk oleh alat pengumpan.
Pada bagian atasnya, hopper dapat dibuat berbentuk limas segiempat terpancung,

104
sedangkan bagian bawah disesuaikan dengan feeder (reciprocating plate feeder).
Hopper terbuat dari lembaran-lembaran baja pada dindingnya, dengan tujuan agar
kuat dan terhindar dari kerusakan akibat benturan dengan material mangan. Adapun
umpan yang masuk ke dalam hopper berasal dari Stockyard.

Gambar 7.3
Hopper

5. Grizzly Feeder
Grizzly feeder yang digunakan untuk mengumpankan material dari hopper ke jaw
crusher. Pemilihan alat grizzly feeder didasarkan pada:
a. Ukuran terbesar produk tambang
b. Ukuran lubang keluaran Hopper,
c. Ukuran bukaan jaw crusher.

Gambar 7.4
Grizzly Feeder

6. Jaw Crusher
Jaw crusher adalah mesin pemecah atau peremuk yang mengandalkan gaya
tekanan yang berasal dari jaw plate sehingga batu yang dimasukkan dapat
dihancurkan. Jaw plate jaw crusher yang bergerak akan menekan batu-batuan yang
dimasukkan ke dalam mesin jaw crusher ke sisi jaw plate yang dalam posisi tetap
sehingga batu-batuan tersebut dapat hancur sesuai dengan ukuran agregat yang kita

105
inginkan. Pergerakan dari jaw plate jaw crusher yang dapat bergerak mampu untuk
membuka lebar pada bagian atas sebagai tempat masuk batu agregat, sedangkan
untuk bagian bawahnya hanya dapat bergerak sedikit.Pemilihan alat peremuk
didasarkan pada :
a. Ukuran terbesar produk tambang,
b. Target produksi yang ingin dicapai,
c. Jenis material yang akan di remuk.

Gambar 7.5
Jaw Crusher

7. Vibration Screen
Vibration Screen merupakan tahapan yang bertujuan untuk mengklasifikasikan
ukuran material sesuai dengan yang dibutuhkan. Adapun dalam kegiatan
pengolahan PT Mc Manghan, vibration yang digunakan adalah single deck
vibration screen, double deck vibration screen, dan triple deck vibration screen.

Gambar 7.6
Vibration Screen

106
8. Belt Conveyor
Conveyor merupakan alat angkut material. Prinsip kerja belt conveyor adalah
mentransport material yang ada di atas belt, dimana umpan atau inlet pada sisi tail
dengan menggunakan chute dan setelah sampai di head material ditumpahkan
akibat belt berbalik arah. Belt digerakkan oleh drive/head pulley dengan
menggunakan motor penggerak.

Gambar 7.7
Belt Conveyor

7.2.1. Jenis Peralatan


1. Wheel Loader
Adapun spesifikasi Loader sebagai berikut :
Merk : CATERPILLAR
Model : 986K
Kapasitas Bucket : 10.3 m3

107
2. Grizzly Feeder
Adapun spesifikasi alat sebagai berikut :

3. Jaw Crusher (SBM C6X125)


Adapun spesifikasi alat sebagai berikut :

108
Gambar 7.8
Jaw Crusher

4. Belt Conveyor (Slat Conveyor DT1000)


Belt conveyor ini mempunyai spesifikasi alat sebagai berikut :

7.2.2. Jumlah
Berikut merupakan jumlah atau kebutuhan alat yang digunakan dalam kegiatan
pengolahan PT Mc Manghan :
1. Stockyard
Stockyard yang dibuat mampu menampung target produksi. Adapun jumlah
stockyard yang digunakan sebanyak 1 buah.

2. Wheel Loader
Adapun alat loader yang digunakan sebanyak 1 buah, yang didasarkan pada
perhitungan berikut :
a. Densitas Mangan = 1.7 ton/m3
b. Kapasitas Bucket = 8.2 m3

109
c. Banyak pengangkutan dalam 1 jam = 15 kali
d. Cycle Time = 4 menit/bucket
e. Jumlah Pengambilan Material = 12 kali

3. Grizzly Feeder
Grizzly feeder yang digunakan untuk mengumpankan material dari hopper ke jaw
crusher (Lampiran G.3) yaitu :
Merk : Henan Pingyuan
Model : 911MPEZSW
Maximum Feeding Size : 630 mm
Power : 15 kW
Capacity : 400 ton/hour

4. Hooper
Hopper yang akan digunakan adalah 2 unit dengan dimensi yang sama. Dimensi
hopper didasarkan pada lebar bucket wheel loader dan dimensi grizzly feeder.

5. Single Deck Vibration Screen


Adapun jumlah alat SDVS yang dibutuhkan sebanyak 1 buah.

6. Double Deck Vibration Screen


Adapun jumlah alat SDVS yang dibutuhkan sebanyak 1 buah.

7. Triple Deck Vibration Screen


Adapun jumlah alat SDVS yang dibutuhkan sebanyak 1 buah.

8. Belt Conveyor
Pada pengolahan komoditas mangan, PT. Mc Manghan menggunakan Belt
Conveyor dengan pembagian sebagai berikut :
a. Belt conveyor I dan II dari feeder ke screen I (impact crusher I)
b. Belt conveyor III dari feeder ke jaw crusher
c. Belt conveyor IV dari screen I ke jaw crusher

110
d. Belt conveyor V dan VI dari feeder ke jaw crusher
e. Belt conveyor VII dan VI II dari jaw crusher ke double deck
f. Belt conveyor IX dari triple deck ke stockpile produk 1
g. Belt conveyor X dari triple deck ke stockpile produk 2
h. Belt conveyor XI dari triple deck ke stockpile produk 3
i. Belt conveyor XII dari triple deck ke stockpile produk 4
j. Belt conveyor XIII dari triple deck ke stockpile produk 5
k. Belt conveyor XIV dari triple deck ke stockpile produk 6

7.2.3. Kapasitas

Berikut merupakan perhitungan kapasitas peralatan yang digunakan dalam kegiatan


pengolahan PT Mc Manghan.
1. Stockyard
Stockyard dirancang untuk menampung hasil penambangan selama 1 hari
dikarenakan kadar air tidak melebihi 4%.
a. Waktu kerja = 1 shift = 7 jam / hari
b. Target Produksi Per Jam = 238 ton / jam
c. Penjemuran = 1 hari
d. Kapasitas Mangan dalam Stockyard
= Waktu Kerja x Target Produksi/Jam x Penjemuran
= 238 ton/jam x 1 hari x 7 jam/hari
= 1666 ton
e. Volume Stockyard
= Kapasitas mangan : Massa jenis
= 1666 ton : 1.7 ton/m3
= 1363,9 m3 = 1364 m3

2. Wheel Loader
Berdasarkan spesifikasi alat loader, untuk kapasitas bucket yang dapat digunakan
sebesar 8,2 m3 dengan kapasitas cycle time sebesar 4 menit. Adapun diketahui
densitas mangan adalah 1.7 ton/m3.

111
3. Hooper
Hopper yang akan digunakan adalah 2 unit dengan dimensi yang sama. Dimensi
hopper didasarkan pada lebar bucket wheel loader dan dimensi grizzly feeder.
Lebar wheel loader : 3,81 m
Lebar grizzly feeder : 1,8 m
Panjang grizzly feeder: 4,9 m
Luas Atas Hopper (La) : 7,3 x 3,81 m = 27,81 m2
Luas Bawah Hopper (Lb) : 3,4 x 1,8 = 6,12 m2
Tinggi total Hopper (T) :7m
Tebal Plat : 0,05 mm
Volume hopper : 338,85 ton
ϴ : 65,22 ̊

4. Feeder
Adapun kapasitas pada alat feeder sebesar 400 ton./jam hal ini disesuaikan dengan
target produksi PT Mc Manghan.

5. Belt Conveyor I
Belt conveyor yang digunakan adalah sebanyak 15 unit.
a. 2 buah Belt Conveyor (Grizzly Feeder → Vibrating Screen Single Deck I)
Panjang belt conveyor = 10 m
b. 2 buah Belt Conveyor (Grizzly feeder → Jaw crusher I dan II)
Panjang belt conveyor = 10 m
c. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Single Deck → Stockpile tanah)
Tinggi : 4,5 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,5 mtan 18 = 13,85 m
Panjang belt conveyor : 4,5 msin 18 = 14,56 m
d. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Single Deck → Jaw Crusher II)
Tinggi : 2.78 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 2,78 mtan 18 = 8,55 m

112
Panjang belt conveyor : 2,78 msin 18 = 8,99 m
e. 2 buah Belt Conveyor (Jaw Crusher → Vibrating Screen Double Deck)
Tinggi : 4,1 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,1 mtan 18 = 12,61 m
Panjang belt conveyor : 4,1 msin 18 = 13,2 m
f. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Double Deck → Tripe Deck)
Tinggi : 4,1 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,1 mtan 18 = 12,61 m
Panjang belt conveyor : 4,1 msin 18 = 13,2 m
g. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk I)
Tinggi : 7,5 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 7,5 mtan 18 = 23,08 m
Panjang belt conveyor : 7,5 msin 18 = 24,27 m
h. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk II)
Tinggi : 6,9 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 6,9 mtan 18 = 21,24 m
Panjang belt conveyor : 6,9 msin 18 = 22,33 m
i. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk III)
Tinggi : 5,9 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 5,9 mtan 18 = 18,16 m
Panjang belt conveyor : 5,9 msin 18 = 19,09 m
j. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk IV)
Tinggi : 4,8 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,8 mtan 18 = 14,77 m
Panjang belt conveyor : 4,8 msin 18 = 15,53 m
k. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk V)

113
Tinggi : 2,9 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 2,9 mtan 18 = 8,93 m
Panjang belt conveyor : 2,9 msin 18 = 9,38 m
l. 1 buah Belt Conveyor (Vibrating Screen Tripel Deck → Stockpile Produk VI)
Tinggi : 4,1 m
Sudut : 180
Panjang horizontal : 4,1 mtan 18 = 12,62 m
Panjang belt conveyor : 4,1 msin 18 = 13,27 m

6. Single Deck Vibrating Screen


Berdasarkan perhitungan distribusi produk yang dihasilkan pada alat maka dapat
diketahui bahwa luas ayakan teoritis sebesar 1,6 m2 dan luas ayakan yang digunakan
2 m2 .

7. Double Deck Vibrating Screen


Berdasarkan perhitungan distribusi produk yang dihasilkan pada alat maka dapat
diketahui bahwa pada deck I luas ayakan teoritis sebesar 4.5 m2 dan luas ayakan
yang digunakan sebesar 5,4 m2. Sedangkan pada deck II, luas ayakan teoritis
sebesar 4,7 m2 dan luas ayakan yang digunakan sebesar 4,5 m2.

8. Triple Deck Vibrating Screen


Berdasarkan perhitungan distribusi produk yang dihasilkan pada alat maka dapat
diketahui bahawa pada deck I dibutuhkan deck dengan luas ayakan teoritis sebesar
2,3 m2 dan luas ayakan yang digunakan sebesar 2,8 m2. Sedangkan pada deck II,
luas ayakan teoritis sebesar 4,7 m2 dan luas ayakan yang digunakan sebesar 4,5 m2.
Pada deck III, luas ayakan teoritis sebesar 1,1 m2 dan luas ayakan yang digunakan
sebesar 1,4 m2.

7.2. Ketersediaan (Availability)


Ketersedian alat pengolahan diasumsikan sebesar 100%, namun dikarenakan tidak
ada faktor kehilangan pada proses pengolahan maka produksi yang terpenuhi
sebesar 100%.

114
7.3. Jenis dan Jumlah Produk Pengolahan

Berdasarkan rencana tahapan pengolahan PT Mc Manghan, menghasilkan produk


akhir mangan berukuran -180 + 90 mm, -90 + 50 mm, -50 + 25 mm, -25 + 10 mm,
-10 + 5 mm, dan -5 mm untuk memenuhi permintaan sebagai bahan baku paduan
baja.Produk yang dihasilkan PT Mc Manghan sebanyak 238,1 ton/jam, produksi
tersebut disesuaikan dengan permintaan pasar.

7.3.1. Grizzly Feeder I


Dengan openng sebesar 50 mm dengan efisiensi 95%, dihasilkan distribusi ukuran
oleh alat :
Tabel 7.2
Distribusi Ukuran Produk Grizzly Feeder I
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-350+300 17,85714286 17,85714286
-300+200 11,9047619 11,9047619
-200+100 23,80952381 23,80952381
-100+50 35,71428571 35,71428571
-50+5 1,488095238 16,36904762 17,85714286
-5 11,9047619 11,9047619
Total 90,77380952 28,27380952 119,047619

7.3.2. Grizzly Feeder II


Dengan openng sebesar 50 mm dengan efisiensi 95%, dihasilkan distribusi ukuran
oleh alat :
Tabel 7.3
Distribusi Ukuran Produk Grizzly Feeder II
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-350+300 17,85714286 17,85714286
-300+200 11,9047619 11,9047619
-200+100 23,80952381 23,80952381
-100+50 35,71428571 35,71428571
-50+5 1,488095238 16,36904762 17,85714286
-5 11,9047619 11,9047619
Total 90,77380952 28,27380952 119,047619

7.3.3. Single Deck Vibration Screen


Pada tahap ini, dengan openng sebesar 5 mm dengan efisiensi 95%, dihasilkan
distribusi ukuran oleh alat

115
Tabel 7.4
Distribusi Ukuran Umpan Single Deck Vibration Screen
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-50+5 32,73809524 32,73809524
-5 1,19047619 22,61904762 23,80952381
Total 33,92857143 22,61904762 56,54761905

7.3.4. Jaw Crusher I


Pada tahap ini, dengan umpan terbesar 250 mm, setting 100 mm, efektivitas 90%,
dihasilkan distribusi ukuran oleh alat.
Tabel 7.5
Distribusi Ukuran Produk Jaw Crusher I
Ukuran Persentase Distribusi (ton/jam)
-180+190 27% 24,50892857
-90+50 32% 29,04761905
-50+25 15% 13,61607143
-25+10 14% 12,70833333
-10+5 2% 1,81547619
-5 10% 9,077380952
Total 100% 90,77380952

7.3.5. Jaw Crusher II


Pada tahap ini, dengan umpan terbesar 250 mm, setting 100 mm, efektivitas 90%,
dihasilkan distribusi ukuran oleh alat.
Tabel 7.6
Distribusi Ukuran Produk Jaw Crusher II
Ukuran Persentase Distribusi (ton/jam)
-180+190 27% 33,66964286
-90+50 32% 39,9047619
-50+25 15% 18,70535714
-25+10 14% 17,45833333
-10+5 2% 2,494047619
-5 10% 12,4702381
Total 100% 124,702381

7.3.6. Double Deck Vibrating Screen


Pada deck I , dengan opening sebesar 90 mm dan efisiensi 90%, dihasilkan distribusi
ukuran oleh alat.

116
Tabel 7.7
Distribusi Ukuran Produk Double Deck Vibrating Screen Deck I
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-180 +50 4,30952381 4,30952381
-150+125 4,30952381 4,30952381
-125+115 15,08333333 15,08333333
-115+100 8,619047619 8,619047619
-100+90 25,85714286 25,85714286
-90+75 15,7297619 7,972619048 23,70238095
-75+65 19,39285714 19,39285714
-65+50 25,85714286 25,85714286
-50+45 10,77380952 10,77380952
-45+40 6,464285714 6,464285714
-40+30 6,464285714 6,464285714
-30+25 8,619047619 8,619047619
-25+20 12,92857143 12,92857143
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 4,30952381 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 73,90833333 141,5678571 215,4761905

Sedangkan pada deck II, dengan opening sebesar 50 mm dan efisiensi 90%,
dihasilkan distribusi ukuran oleh alat.
Tabel 7.8
Distribusi Ukuran Produk Double Deck Vibrating Screen Deck II
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-90+75 7,972619048 7,972619048
-75+65 19,39285714 19,39285714
-65+50 25,85714286 25,85714286
-50+45 7,078392857 3,695416667 10,77380952
-45+40 6,464285714 6,464285714
-40+30 6,464285714 6,464285714
-30+25 8,619047619 8,619047619
-25+20 12,92857143 12,92857143
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 4,30952381 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 60,3010119 81,26684524 141,5678571

117
7.3.7. Triple Deck Vibrating Screen
Pada deck I , dengan opening sebesar 25 mm dan efisiensi 85%, dihasilkan distribusi
ukuran oleh alat.
Tabel 7.9
Distribusi Ukuran Produk Triple Deck Vibrating Screen Deck I
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-50+45 3,695416667 3,695416667
-45+40 6,464285714 6,464285714
-40+30 6,464285714 6,464285714
-30+25 8,619047619 8,619047619
-25+20 12,19002679 0,7385446429 12,92857143
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 4,30952381 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 37,4330625 43,83378274 81,26684524

Sedangkan pada deck II, dengan opening sebesar 10 mm dan efisiensi 92%,
dihasilkan distribusi ukuran oleh alat.
Tabel 7.10
Distribusi Ukuran Produk Triple Deck Vibrating Screen Deck II
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-25+20 0,7385446429 0,7385446429
-20+15 12,92857143 12,92857143
-15+10 4,30952381 4,30952381
-10+5 3,506702619 0,8028211905 4,30952381
-5 21,54761905 21,54761905
Total 21,4833425 22,35044024 43,83378274

Pada deck III, dengan opening sebesar 5 mm dan efisiensi 80%, dihasilkan distribusi
ukuran oleh alat.
Tabel 7.10
Distribusi Ukuran Produk Triple Deck Vibrating Screen Deck II
Ukuran Oversize Undersize Distribusi (ton/jam)
-10+5 0,8028211905 0,8028211905
-5 4,470088048 17,077531 21,54761905
Total 5,272909238 17,077531 22,35044024

118
Sehingga didapatkan sejumlah 6 produk, denga distribusi hasil :
Tabel 7.11
Distribusi Hasil
Produk Ukuran Distribusi Persen Persen
(ton/jam) Dihasilkan Keinginan
I -180+90 73,90833333 34,3 30%
II -90+50 60,3010119 27,985 30%
III -50+25 37,4330625 17,37225 15%
IV -25+10 21,4833425 9,97017 10%
V -10+5 5,272909238 2,447096 5%
VI -5 17,077531 7,925484 10%
Total 215,4761905 100 100%

7.4.Rencana Pengangkutan Produk Pengolahan

Rencana pengangkutan didasarkan pada hasil pengolahan yang dilakukan, PT Mc


Manghan menghasilkan 6 jenis ukuran produk akhir. Produk tersebut akan dikemas
untuk kemudian diangkut dari tempat pengolahan menuju gudang penyimpanan.
Selanjutnya produk yang telah disimpan di gudang penyimpanan inilah yang akan
didistribusikan untuk konsumen.

119
BAB VIII

INFRASTRUKTUR PERTAMBANGAN

8.1. Jenis dan Spesifikasi Infrastruktur


Pengertian infrastruktur dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) adalah
sebagai sarana dan prasarana umum. Maksud dari arti Sarana secara umum
diketahui sebagai fasilitas publik contohnya rumah sakit, jalan, jembatan, sanitasi,
telpon, dan sebagainya. Menurut peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 38
Tahun 2015, bahwa definisi infrastruktur adalah fasilitas teknis, fisik, sistem,
perangkat keras, dan lunak yang diperlukan untuk melakukan pelayanan kepada
masyarakat dan mendukung jaringan struktur agar pertumbuhan ekonomi dan sosial
masyarakat dapat berjalan dengan baik.

Jenis-jenis infrastruktur yaitu :


1. Infrastuktur Keras
Infrastruktur keras merupakan infrastruktur yang bisa kita lihat dari segi
fisiknya yang berupa bentuk secara nyata. Contoh dari infrastruktur keras
yaitu kantor, masjid, kantin, tempat parker karyawan, bengkel, lapangan,
lapangan parkir alat berat, stockyard, pabrik pengolahan, stockpile, settling
pond, waste dump, dan pos keamanan.
2. Infrastruktur keras non fisik
Jika menurut pada jenis infrastruktur keras non fisik, hal itu mencakup
berbagai upaya yang dilakukan untuk mendukung sarana dan prasarana
secara umum yang berguna untuk mendukung berbagai kegiatan sosial serta
ekonomi masyarakat umum. Contohnya adalah pengadaan air bersih,
jaringan telekomunikasi, dan penyediaan pasokan listrik, serta upaya yang
berhubungan dengan pengadaan sumber pasokan energi

120
3. Infrastruktur lunak
Infrastruktur lunak merupakan semua hal yang berperan sebagai penunjang
kelancaran berbagai kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat. Dimana hal
itu tidak terlihat bentuk fisik dan wujudnya secara kasat mata. Umumnya,
hal tersebut bergerak di dalam suatu aturan, sistem, dan juga norma yang
disediakan oleh pihak pemerintah maupun pihak NGO lain. Contohnya
yaitu penerapan etika kerja yang baik dan benar, layanan publik, peraturan
yang dibuat oleh pemerintah mencakup undang-undang yang berisi
mengenai aturan hukum perdagangan dan lainnya.
Infrastruktur dibagi menjadi 2 jenis yaitu infrastruktur utama dan infrastruktur
pendukung. Infrastruktur utama adalah infrastruktur yang menjadi bagian pokok
dalam suatu proses industry pertambangan yang apabila tidak ada infrastruktur
pokok, proses kegiatan penambangan tidak dapat berjalan. Infrastruktur utama juga
memerlukan infrastruktur pendukung dimana infrastruktur pendukung adalah
infrastruktur yang mendukung infrastruktur utama agar suatu proses kegiatan
industri pertambangan berjalan dengan maksimal.
Tabel 8.1.
Spesifikasi Infrastruktur

Dimensi Infrastruktur
No Infrastruktur
Panjang Lebar Tinggi
1 Pos Keamanan 3m 3m 3m
2 Parkir Alat Berat 25 m 20 m 8m
3 Parkir Karyawan 50 m 30 m 5m
4 Kantor 35 m 14 m 4m
5 Masjid 14 m 8m 3.5 m
6 Kantin 20 m 10 m 5m
7 Poliklinik 20 m 20 m 3.5 m
8 Bengkel 25 m 20 m 8m
9 Settling Pond 30 m 10 m 5m
10 Pabrik Pengolahan 90 m 40 m -
12 Lapangan 30 m 20 m -
Fasilitas Penyediaan
13
Bahan Bakar Minyak
Fasilitas Instalasi Air
14
Bersih

121
8.1.1 Infrastruktur Utama
Infrastruktur utama adalah infrastruktur yang menjadi bagian pokok
dalam suatu proses industri pertambangan yang apabila tidak ada
infrastruktur pokok, proses kegiatan penambangan tidak dapat berjalan.
1. Kantor
Bangunan kantor tambang merupakan bagian dari infrastruktur tambang
utama yang dibuat untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
organisasi PT McManghan, yang mencakup tugas dan fungsi perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi dari organisasi penambangan
Breksi Andesite. Konstruksi bangunan kantor ini dibuat dari kayu/bahan
lain dengan atap asbes, dengan fasilitas antara lain fasilitas jaringan listrik;
Fasilitas jaringan air; fasilitas jaringan komunikasi (internal menggunakan
intercom, eksternal menggunakan telepon dan komunikasi radio frekuensi),
fasilitas jaringan komputer LAN, fasilitas administrasi, fasilitas kantin dan
ruang makan, dan Fasilitas parkir kendaraan. Spesifikasi dari kantor
perusahaan McManghan yaitu panjang 35 m, lebar 14 m dan tinggi 4m.
Kantor perusahaan McManghan memiliki 1 lobi, 1 ruang pertemuan, 2
toilet, 1 gudang dan beberapa ruang kerja.

Gambar 8.1.
Layout kantor
Keterangan :
1 = parkir
2 = lobi
3 = gudang
4 = ruang kerja
5 = toilet
6 = ruang rapat

122
2. Parkir alat berat
Parkir alat berat berfungsi sebagai tempat parkir alat bongkar, alat
muat, dan alat angkut.Spesifikasi tempat parkiralat berat memiliki
panjang 35 m, lebar 20 m, dan tinggi 8 m sehingga parkir alat berat ini
dapat menampung 8 alat bongkar, alat muat, dan alat angkut.

Gambar 8.2.
Layout Parkir Alat Berat
3. Parkir karyawan
Parkir karyawan berfungsi untuk tempat parkir kendaraan milik pekerja
tambang perusahaan McManghan. Spesifikasi tempat parkir karyawan
memiliki panjang 50 m, lebar 30 m dan tinggi 5 m. sehingga dapat
menampung motor sekitar 120 buah dan mobil 17 buah.

Gambar 8.3.
Layout Parkiran Karyawan
Keterangan
A = Parkiran Motor
B = Parkiran Mobil
4. Bengkel
Bengkel berfungsi untuk merawat dan memperbaiki alat bongkar, alat
muat, dan alat angkut yang digunakan di perusahaan McManghan.

123
Bengkel memiliki spesifikasi panjang 23 m, lebar 18 m, dan tiggi 8 m.
Bengkel tersebut memiliki kapasitas menampung 4 alat muat ataupun alat
angkut.

Gambar 8.4.
Layout Bengkel
Keterangan
1 = maintenance area
2 = tempat perkakas
5. Settling Pond
Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk kolam yang berfungsi
sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang, baik air tanah
maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar ke
perairan umum. Settling pond tersebut dibagi menjadi 3 kompartemen
dengan output yang dibuat zig-zag agar air yang mengalir mengalami
perlambatan dengan harapan memberi waktu partikel – partikel yang
terkandung di air buangan akan mengendap. Pada settling pond ini air dari
tambang akan dilakukan treatment dengan cara memberi tawas (alum)
untuk menjernihkan dan diberi kapur untuk mengurangi keasaman air.
Pada outlet akhir akan ditentukan sebagai titik pantau yang dengan periode
waktu dilakukan pengambilan sampel untuk mengetahui kualitas air yang
akan dilepas ke perairan umum. Spesifikasi dari settling pond memiliki
panjang 30 m, lebar 10 m, dan kedalaman 5 m.

124
Gambar 8.5.
Layout Settling Pond
6. Pabrik Pengolahan
Pabrik pengolahan berfungsi untuk mengolah mangan yang masih
dalam bentuk batu menjadi ukuran yang diinginkan pasar. Pabrik
pengolahan memiliki luas sebesar 360 m. Di dalam pabrik pengolahan
terdapat stockyard dan stockpile. Stockyard adalah tumpukan
material/bahan galian yang belum melalui suatu proses pengolahan
sedangkan stockpile adalah tumpukan material/bahan galian yang sudah
melalui proses pengolahan.

Gambar 8.6.
Layout Pabrik Pengolahan
Keterangan
1 = stockyard
2 = wheel loader
3 = Hopper
4 = grizzly feeder

125
5 = jaw crusher
6 = vibrating screen
7 = belt conveyor
8 = stockpile
7. Poliklinik
Poliklinik berada di sebelah kantor. Poliklinik berfungsi sebagai penyedia
penanganan pertolongan pertama apabila terjadi kecelakaan, selain itu
sebagai fasilitas karyawan apabila membutuhkan obat-obatan.

Gambar 8.7.
Layout Peta Poliklinik
Keterangan
1. Ruang Observasi
2. Ruang Poli Umum
3. Ruang Obat
4. Meja Registrasi
5. Kamar Mandi
6. Ruang Laboratorium

8.1.2 Infrastruktur Pendukung


Infrastruktur pendukung adalah infrastruktur yang mendukung infrastruktur
utama agar suatu proses kegiatan industri pertambangan berjalan dengan
maksimal.
1. Pos Keamanan
Pos Keamanan berfungsi untuk menjaga pintu masuk ke perusahaan dan
untuk meningkatkan keamanan di lingkungan perusahaan. Pos

126
Keamanan ditempatkan pada area pintu masuk daerah penambangan
dan tempat-tempat strategis. Pos kemanan disini memiliki spesifikasi
panjang 3 m, lebar 3 m dan tinggi 3 m. Pos keamanan cukup untuk
menampung 3 orang keamanan.

Gambar 8.8.
Layout dari Pos Keamanan
2. Masjid
Masjid McManghan berfungsi sebagai tempat ibadah bagi para pekerja
dan para staff kantor perusahaan yang beragama islam. Masjid
McManghan memiliki spesifikasi dengan panjang 14 m, lebar 8 m dan
tinggi 3.5 m sehingga dapat memuat sekitar 85 orang.

Gambar 8.9.
Layout Masjid
Keterangan
1 = ruang imam
2 = tempat wudlu dan toilet pria
3 = tempat wudlu dan toilet wanita

127
3. Kantin
Kantin berfungsi sebagai tempat makan pekerja yang menyediakan
berbagai makanan dan minuman. Kantin memiliki spesifikasi panjang
20 m, lebar 10 m dan tinggi 3.5 m sehingga dapat memuat sekitar 40
orang.

Gambar 8.10.
Layout Kantin
Keterangan
1 = meja makan
2 = prasmanan
3 = kursi
4. Lapangan
Lapangan perusahan berfungsi sebagai tempat upacara hari besar dan
juga tempat untuk briefing pagi para pekerja di perusahaan
McManghan. Lapangan perusahaan memiliki spesifikasi panjang 50 m
dan lebar 30 m.

Gambar 8.11.
Layout Lapangan Perusahaan
Keterangan
1 = tiang bendera

128
5. Fasilitas Penyediaan Bahan Bakar Minyak
Fasilitas penyediaan bahan bakar minyak dibangun untuk mencukupi
bahan bakar operasi penambangan baik berupa solar maupun bensin
maka dibangun stasiun bahan bakar dengan tujuan untuk mengontrol
pendistribusian ataupun pemakaian bahan bakar oleh peralatan utama
maupun peralatan pendukung operasi pertambangan.
Persediaan bahan bakar ini disimpan di 1 (satu) stasiun bahan bakar
minyak, dekat lokasi peralatan dan bengkel dengan kapasitas 200.000
ton. Untuk penyaluran bahan bakar minyak dari stasiun bahan bakar
dipergunakan pompa dengan kapasitas sebesar 650 liter/jam, untuk
dipindahkan ke truk solar (fuel truck) yang selanjutnya akan
mendistribusikannya ke peralatan–peralatan yang beroperasi di
tambang.
Untuk menjaga keamanan tangki bahan bakar, maka tangki tersebut
diletakkan di atas pondasi beton, sehingga tidak langsung menyentuh
tanah. Selanjutnya, untuk menjaga keamanan stasiun BBM tersebut,
dipasang papan larangan untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran.

6. Fasilitas Instalasi Air Bersih


Air bersih didapatkan dengan membangun Stasiun pompa air bersih. Air
bersih digunakan untuk mensuplai kebutuhan air bersih dan sehat yang
digunakan untuk kebutuhan hidup sehari – hari termasuk untuk minum,
masak, mandi, cuci, dan lain sebagainya. Air bersih selanjutnya
ditampung dalam tandon air terlebih dahulu untuk kemudian disalurkan
ke seluruh ruangan yang membutuhkan keterediaan air bersih seperti
kantor, mess, musholla, toilet dan bangunan penunjang lainnya.

7. Fasilitas Instalasi Listrik 10.000 VA


Listrik didapatkan dari layanan pemerintah. Listrik digunakan untuk
mensuplai kebutuhan pekerja termasuk penerangan, pengisian daya alat,
dan lain sebagainya. Penerangan juga tersebar di segala penjuru WIUP
agar memudahkan pekerja apabila memasuki waktu malam hari atau
cuaca tidak mendukung.

129
7.2.Jadwal Konstruksi
Rencana konstruksi sarana penunjang penambangan PT McManghan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 8.2.
Jadwal Kontruksi

130
7.3.Rincian Biaya Konstruksi
Biaya konstruksi yang direncanakan PT McManghan sebesar Rp. 838.000.000,-
dengan rincian biaya konstruksi adalah sebagai berikut:

Tabel 8.3
Rincian Biaya Kontruksi

131
BAB IX
LINGKUNGAN KESELAMATAN DAN PERTAMBANGAN

9.1 Perlindungan Lingkungan


Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu
yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan,
pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Pada
pekerjaan tambang baik secara langsung maupun tidak langsung sangat
membahayakan sehingga bisa mengakibatkan berbagai dampak negatif salah satunya
kerusakan terhadap lingkungan sebab sudah merubah rona lingkungan awal, jika hal
tadi tidak diantisipasi maka akan menyebabkan gangguan terhadap keseimbangan asal
ekosistem yang ada di daerah penambangan tersebut. Namun pada lain sisi tidak hanya
akibat negatif saja yang ditimbulkan, kegiatan penambangan juga mempunyai akibat
positif yang lebih banyak.

Adapun dasar hukum yang mengacu pada peraturan yaitu :


1. PP No 22 Tahun 2021 Tentang Perlindungan Lingkungan Hidup.
2. UU No. 11 tahun 2020 pasal 3 tentang Cipta Kerja.
3. UU No. 3 tahun 2020 tentang Perubahan atas UU No 4 Tahun 2009 Tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara.
4. Kepmen ESDM Republik Indonesia No. 1827 K/30/MEM/2018 Lampiran V dan
VI tentang: Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang Baik.
5. Permen ESDM No 26/2018 tentang Pelaksanaan kaidah pertambangan yang baik
dan pengawasan pertambangan mineral dan batubara.
6. PP No 78/2010 Tentang Reklamasi dan Pascatambang

132
7. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

9.1.1 Dampak Kegiatan


Dampak adalah suatu perubahan terhadap komponen lingkungan akibat dari suatu
aktivitas pada suatu kegiatan (Liu, 1999). Kegiatan pertambangan memiliki dampak
baik positif maupun negatif terhadap lingkungan. Dampak kegiatan terhadap
lingkungan dilihat dari (3) jenis komponen lingkungan hidup yaitu komponen Abiotik,
Biotik, dan Kultur. Dampak pada masing-masing komponen lingkungan tersebut dapat
dilihat pada setiap tahapan kegiatan yang terdiri dari tahapan lingkungan yang akan
dijelaskan dalam dokumen lingkungan. Ringkasan dampak kegiatan pada setiap
tahapan rencana kegiatan pertambangan bijih mangan PT McMangan dapat dilihat
pada Tabel IX.1. Deskripsi kegiatan dan dampak terhadap komponen lingkungan
dapat pada masing-masing tehapan kegiatan dijelaskan seperti dibawah ini.
A. Tahap Pra Konstruksi
1. Sosialisasi Rencana Kegiatan
Sosialisasi rencana kegiatan kegiatan dilakukan untuk memberikan informasi
kepada masyarakat di sekitar lokasi rencana kegiatan terkait adanya rencana
usaha pertambangan PT MCMANGAN. Dampak yang dapat muncul adalah
dampak sosial terkait sikap dan persepsi masyarakat.
2. Penyelidikan Umum dan Eksplorasi
Penyelidikan Umum dan Ekplorasi dilakukan kegiatan pencarian sumberdaya
mineral dan dilakukan pembuktian sumberdaya mineral yang dilakukan
dengan cara pemboran. Dampak yang muncul adalah kebisingan akibat dari
alat bor.
3. Pembebasan Lahan
Lokasi kegiatan pertambangan PT MCMANGAN masuk dalam Kawasan
pemukiman dan perkebunan berdasarkan rencana tata ruang wilayah
(RTRW). Oleh karena itu, perlu adanya pembebasan lahan kepada masyarakat
yang lahannya terkena dampak rencana kegiatan pertambangan. Dampak yang

133
muncul adalah dampak terhadap komponen sosial ekonomi seperti perubahan
sikap dan persepsi, penurunan kesempatan kerja, serta penurunan pendapatan
masyarakat.
B. Tahap Konstruksi
1. Penerimaan Tenaga Kerja Konstruksi
Penerimaan tenaga kerja konstruksi dapat menimbulkan dampak terhadap
komponen sosial ekonomi dan kesehatan dan keselamatan pertambangan.
2. Mobilisasi Material dan Peralatan
Selama development akan ada alat berat berat yang akan keluar masuk yang
berakibat polusi udara dari asap kendaraan, kebisingan, kerusakan jalan.
3. Pengoprasian Bengkel/Gudang
Dari pengoperasian bengkel ini dapat menimbulkan polusi udara, suara
kebisingan alat, tanah dan air yang tercemar dari limbah bengkel.
4. Pembukaan Lahan
Kegiatan pembukaan lahan pada tahap konstruksi ditujukan untuk
mempersiapkan infrastruktur tambang seperti jalan akses, fasilitas pengolahan
dan benefisiasi serta fasilitas terminal khusus di luar wilayah IUP PT
MCMANGAN. Komponen lingkungan yang akan terkena dampak seperti
hutan menjadi gundul sehingga siklus hidrologi tergganggu, erosi permukaan,
dan top soil hilang dan juga fauna yang mulai punah yang termasuk dalam
komponen geo-fisik-kimia (Abiotik), komponen biologis (Biotik), komponen
sosial-ekonomi, serta komponen komponen Kesehatan dan keselamatan
pertambangan (Culture).
5. Pembangunan Infrastruktur dan fasilitas pengolahan
Pembangunan infrastruktur seperti mess dan akses jalan serta fasilitas
pengolahan yang terdiri dari pembangunan rancangan pabrik peremuk dan
tempat parkir excavator untuk penambangan. Komponen lingkungan yang
terkena dampak kegiatan ini adalah komponen geo-fisik-kimia (Abiotik),
komponen biologis (Biotik), komponen sosial-ekonomi, serta komponen
komponen Kesehatan dan keselamatan pertambangan (Culture).

134
C. Tahap Operasi
1. Penerimaan Tenaga Kerja
Penerimaan tenaga kerja untuk tahap operasi difokuskan pada tenaga kerja
terampil dan terdidik dari masyarakat lokal yang memiliki kualifikasi dan
kompetensi. Komponen lingkungan terkena dampak adalah komponen sosial
– ekonomi serta komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan.
2. Pengupasan Tanah Penutup
Berakibat hilangnya biodiversitas spesies tertentu, perubahan iklim, hilangnya
SDA potesial, dan polusi udara yang termasuk dalam komponen lingkungan
geo-fisik-kimia (Abiotik), komponen biologis (Biotik), komponen sosial-
ekonomi, serta komponen komponen Kesehatan dan keselamatan
pertambangan (Culture).
3. Penggalian Bijih Mangan
Penggalian bijih mangan adalah kegiatan utama dari rencana penambangan
bijih mangan PT MCMANGAN. Penggalian bijih mangan dilakukan di
Dusun Kliripan, Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo
selama umur tambang 5 Tahun ini dilakukan dengan menggunakan alat
mekanis excavator dan rock breaker. Komponen lingkungan yang terkena
dampak pada kegiatan ini adalah komponen geo-fisik-kimja (abiotik),
komponen sosial – ekonomi, serta komponen komponen kesehatan dan
keselamatan pertambangan.
4. Pengangkutan Bijih Mangan
Pengangkutan bijih mangan dilakukan dari lokasi penambangan menuju
lokasi pengolahan untuk peningkatan nilai tambah atau nilai jual material
tersebut. Komponen lingkungan yang terkena dampak pada kegiatan ini
adalah komponen geo-fisik-kimja (abiotik), komponen sosial – ekonomi, serta
komponen komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan
5. Pengolahan Bijih Mangan
Pengolahan bijih mangan dari stockyard diolah dipabrik peremuk untuk
menghasilkan ukuran sesuai permintaan konsumen. Komponen lingkungan

135
yang terkena dampak pada kegiatan ini adalah komponen geo-fisik-kimja
(abiotik), komponen sosial – ekonomi, serta komponen komponen kesehatan
dan keselamatan pertambangan.
6. Pengoprasian Dan Pemeliharaan Utilitas
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang operasional pertambangan di PT
MCMANGAN. Kegiatan yang dilakukan antara lain adalah penyediaan air,
penyediaan listrik, penyediaan pelumas, operasional laboratorium dan quality
control, pengoperasian workshop, tangka BBM, TPS dan fasilitas pengolahan
limbah cair dan B3. Komponen lingkungan terkena dampak pada kegiatan ini
adalah kegiatan ini adalah komponen geo – fisik – kimia serta komponen
komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan
7. Reklamasi dan Revegetasi
Reklamasi dan revegetasi merupakan kegiatan yang dilakukan selama masa
operasional tambang. Kegiatan ini memiliki dampak terhadap komponen
lingkungan seperti komponen geo – fisik – kimia, komponen biologis,
komponen sosial serta komponen kesehatan dan keselamatan pertambangan.
D. Tahap Pasca Operasi
1. Pekerjaan Rencana Pasca Tambang
Kegiatan rencana pasca tambang dilakukan untuk rehabilitasi lingkungan
setelah masa operasional pertambangan selesai. Pekerjaan pasca tambang juga
dilakukan seperti pemanfaatan lahan bekas tambang, penanganan
infrastruktur pertambangan seperti jalan tambang, bengkel, gudang, unit
pencucian dan benefisiasi dan lainnya. Kegiatan ini memiliki dampak
terhadap komponen lingkungan seperti komponen geo – fisik – kimia,
komponen biologis, komponen sosial serta komponen kesehatan dan
keselamatan pertambangan.
2. Pelepasan Tenaga Kerja Operasi
Pelapasan tenaga kerja operasi akan dilakukan secara bertahap seiring dengan
selesainya kegiatan operasi pertambangan di PT MCMANGAN. Komponen

136
lingkungan terkena dampak pada kegiatan ini adalah komponen sosial –
ekonomi.
3. Demobilisasi Peralatan
Peralatan akan dilakukan demobilisasi setelah kegiatan operasional
pertambangan dan pasca tambang selesai dilakukan secara bertahap.
Demobilisasi peralatan dilakukan dari lokasi IUP PT MCMANGAN menuju
ke luar daerah menggunakan jalur darat dan jalur laut. Kegiatan ini memiliki
dampak terhadap komponen lingkungan seperti komponen geo – fisik – kimia,
komponen biologis, komponen sosial serta komponen kesehatan dan
keselamatan pertambangan.

9.1.2 Pengelolaan Lingkungan


Pengelolaan lingkungan hidup didefinisikan sebagai upaya terpadu untuk melestarikan
fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan,
pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan dan pengendalian lingkungan
hidup. Dalam konteks kegiatan pertambangan, pelaksanaan pengelolaan lingkungan
dilakukan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan memperhatikan keterpaduan
perencanaan dan kebijakan nasional pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan
lingkungan hidup kegiatan pertambangan pasir PT MCMANGAN mempunyai tujuan
yang selaras dengan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Pasal 3), yaitu:
a. Melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran
dan/atau kerusakan lingkungan hidup;
b. Menjamin keselamatan, kesehatan, dan kehidupan manusia;
c. Menjamin kelangsungan kehidupan makhluk hidup dan kelestarian ekosistem;
d. Menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup;
e. Mencapai keserasian, keselarasan, dan keseimbangan lingkungan hidup
f. Menjamin terpenuhinya keadilan generasi masa kini dan generasi masa depan;
g. Menjamin pemenuhan dan perlindungan hak atas lingkungan hidup sebagai
bagian dari hak asasi manusia;
h. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana;

137
i. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan; dan
j. Mengantisipasi isu lingkungan global.
Secara umum terdapat 4 lingkup kegiatan penting dalam pengelolaan lingkungan
pertambangan, yaitu :
1. Pengelolaan dan pemantauan Kualitas air
2. Pengelolaan dan pemantauan kualitas udara
3. Pengelolaan tanah, reklamasi, dan keanekaragaman hayati
4. Pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan beracun (B3), dan Limbah B3
Seiring berjalannya waktu perusahaan kami terus memfokuskan pada system
manajemen lingkungan dan praktek pertambangan yang baik, dimana dari kedua
kegiatan ini dapat saling membantu untuk memastikan keseluruhan upaya operasional
berjalan dengan baik. sehingga perusahaan kami dapat menetapkan target pencapaian
seperti PROPER “Hijau” dan “Emas” dan sertifikasi system manajemen lingkungan
ISO 14001. Sehingga dari hasil pencapaian tersebut akan memudahkan proses
perizinan lingkungan yang diperlukan, baik izin baru,perpanjangan,atau revisi yang
kerap kali terjadi pada kegiatan pertambangan, seiring dengan terjadinya
perubahan/temuan cadangan atau adanya kegiatan lain.

9.1.2.1 Pengelolaan Limbah


Pengelolaan limbah adalah kegiatan terpadu yang meliputi kegiatan pengurangan
(minimization), segregasi (segregation), penanganan (handling), pemanfaatan dan
pengolahan limbah. Dengan demikian untuk mencapai hasil yang optimal, kegiatan-
kegiatan yang melingkupi pengelolaan limbah perlu dilakukan dan bukan hanya
mengandalkan kegiatan pengolahan limbah saja. Apabila pengelolaan limbah hanya
diarahkan pada kegiatan pengolahan limbah maka beban kegiatan di Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) akan sangat berat, membutuhkan lahan yang lebih luas,
peralatan lebih banyak, teknologi dan biaya yang tinggi. Oleh karena itu, kegiatan
pendahuluan pada pengelolaan limbah (pengurangan, segregasi dan penanganan
limbah) akan sangat membantu mengurangi beban pengolahan limbah di IPAL.
Kegiatan pengelolaan limbah di industri tambang adalah menjalankan secara

138
terintergrasi kegiatan pengurangan, segregasi dan handling limbah sehingga menekan
biaya dan menghasilkan output limbah yang lebih sedikit serta minim tingkat
pencemarnya. Integrasi dalam pengelolaan limbah tersebut kemudian dibuat menjadi
berbagai konsep seperti: produksi bersih (cleaner production), atau minimasi limbah
(waste minimization).
A. Tambang
Secara umum, dampak yang harus dikelola akibat aktivitas tambang secara langsung
adalah pengelolaan debu dan emisi gas serta kebisingan. Upaya pengelolaan dampak
lingkungan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kualitas udara dan menurunkan
tingkat kebisingan adalah:
1. Pemadatan jalan utama dan jalan penghubung dengan menggunakan pasir atau
material padat lainnya;
2. Melakukan penyiraman secara berkala sepanjang jalan tersebut, khususnya pada
saat musim kemarau atau pada saat musim kering untuk mengurangi kondisi debu;
3. Memasang rambu batas kecepatan pada jalan tambang;
4. Penggunaan sarana K3 berupa masker bagi karyawan khususnya yang terkena
dampak langsung seperti operator dan supir atau mewajibkan semua truk
menggunakan AC;
5. Penggunaan peralatan dan permesinan yang memenuhi standard emisi yang
berlaku;
6. Mengatur dan memperlambat laju kendaraan angkut tidak lebih dari 30 km/jam
untuk mengurangi kebisingan.
B. Unit Pengolahan
Secara umum, dampak negatif yang ditimbulkan dari unit pengolahan yaitu penurunan
kualitas udara akibat debu dan kebisingan. Pengelolaan lingkungan untuk
mengendalikan dampak negatif akibat aktivitas pengolahan akan dilakukan dalam
beberapa bentuk pekerjaan, diantaranya adalah:
1. Mengharuskan penggunaan APD (Alat Pelindung Diri), khususnya kepada para
pengawas stockpile dan operator unit pengolahan.
2. Mengharuskan penggunaan masker dan alat penutup telinga.

139
C. Sarana Penunjang
Pengelolaan lingkungan untuk mengendalikan dampak negatif akibat aktivitas sarana
penunjang kegiatan penambangan dilakukan melalui program pengurangan (reduce),
penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle). Kegiatan ini dapat dilakukan
dalam beberapa bentuk, diantaranya adalah:
1. Pemisahan limbah domestik sesuai dengan sifatnya. Sampah domestik dapat
dipisahkan dengan klasifikasi organik, non-organik dan sampah bahan berbahaya
dan beracun (B3). Pemisahan sampah ini dimulai dari saat pembuangan sampah di
tempat sampah. Tempat untuk masing-masing jenis sampah dipisah untuk
kemudian dikelola berdasarkan sifatnya masing-masing.
2. Sampah organik dapat dijadikan kompos, sebagai pupuk tanaman. Sisa dari
sampah organik yang tidak bisa diolah kemudian dibuang ke tempat penimbunan
sampah (landfill).
3. Sampah non-organik, seperti plastik bekas dan kemasan kemudian dikumpul dan
dibuang ke tempat pembuangan sampah yang telah ditentukan.
4. Limbah B3 berupa oli bekas akan dilakukan penyimpana didalam drum.
Selanjutnya, limbah B3 ini akan di serahkan ke pihak ketiga untuk dikelola.

9.1.2.2 Rencana Reklamasi


Reklamasi dapat diperuntukkan untuk penatagunaan lahan, revegetasi, penanganan air
asam tambang, dan sosial, ekonomi, dan budaya. Rencana reklamasi pada
penambangan di PT MCMANGAN yang dilakukan adalah penatagunaan lahan dan
revegetasi. Sedangkan penanganan air asam tambang tidak dilakukan karena sifat bijih
mangan yang tidak menimbulkan reaksi kimia yang menghasilkan air asam tambang
pada proses penambangan maupun pengolahannya. Program reklamasi PT
MCMANGAN mulai dari Tahun ke 6 setelah produksi selesai. Pada tahun ke 1 hingga
tahun ke 5 dilakukan revegetasi yakni penanaman bibit tanaman cover crops, bibit
pohon jati dan sengon.

140
a. Penatagunaan Lahan
Proses penambangan merubah bentang alam yang dulunya perbukitan menjadi
tebing.rencana reklamasi yang dilakukan PT MCMANGAN.dengan menebar tanah
pucuk yang ditempatkan menggunakan dump truck dan bulldozer untuk perataannya.
Jalan tambang tetap dipertahankan agar dapat digunakan sebagai jalan masuk menuju
kawasan penanaman pohon jati (Anthocephalus cadamba Miq) dan pohon sengon.
Tabel 9.1
Luas Lahan yang akan Direklamasi

Tahun Tahun ke Luas (m2) Luas (Ha)

2022 1 194.848,8 19.4848


2023 2 111.564 11.1564
2024 3 94.916 9.4916
2025 4 82.430 8.243
2026 5 72.441,2 7.24412
2027 Pasca tambang 323.800 32,38
Total 880.000 88

b. Revegetasi
PT MCMANGAN melakukan reklamasi pada bagian bekas tambang dan sarana,
dengan revegetasi dan tanaman yang dilipih adalah pohon jati dan sengon.
Penanaman bibit pohon jati dan sengon di lahan ini dimulai pada saat area sudah
tidak dilakukan penambangan, jarak penanaman bibit pohon jati 3 x 3 meter dan
pohon sengon 6 x 6 meter untuk tiap tanaman
c. Penyelesaian Akhir
Pada tahap ini meliputi penutupan tajuk dan pemeliharaan tanaman pada lahan
bekas tambang yang sudah direvegetasi. Pemeliharaan meliputi pemberian pupuk
dan pencegahan hama penyakit yang menyerang tanaman dengan menggunakan
pestisida untuk melindunginya.

141
PT Anugerah Mangan Anjir memiliki umur tambang sebesar 5 tahun
mengagendakan jadwal kegiatan reklamasi dari tahun 2022 hingga 2027.

9.1.2.3 Studi Geokimia Mengenai Potensi Air Asam


Air asam tambang atau acid mine drainage adalah istilah umum yang digunakan untuk
menyebutkan air lindian (leachate), rembesan (seepage) atau aliran (drainage). Air ini
terjadi akibat pengaruh oksidasi alamiah mineral sulfida (mineral belerang) yang
terkandung dalam batuan yang terpapar selama penambangan. Proses ini menghasilkan
air yang mempunyai pH rendah yang berpotensi melarutkan logam-logam berat dari
batuan yang dilaluinya. Namun dalam kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh PT
MCMANGAN berdasarkan studi geokimia tidak berpotensi menimbulkan PAF
(Potensial Acid Forming).

9.1.2.4 Penanganan Air Asam Tambang


Untuk penanganan air asam tambang tidak dilakukan karena sifat bijih mangan tidak
menimbulkan reaksi kimia yang menghasilkan air asam tambang pada proses
penambangan maupun pengolahannya.

9.1.2.5 Pengelolaan Lubang Bekas Tambang (Void)


Pengelolaan lubang bekas tambang (void) dimanfaatkan sebagai tempat penampungan
air untuk kebutuhan irigasi pertanian daerah sekitar. Sehingga lubang bekas tersebut
hanya perlu diberi sedikit sarana pendukung untuk mengalirkan air. Selain itu juga
perlu dilakukan pengecekan kualitas air secara berkala.

9.1.3 Pemantauan Lingkungan


Terhadap dampak negatif yang akan timbul, Perusahaan menyusun program
pemantauan lingkungan. Pemantauan lingkungan dilakukan untuk menilai efektivitas
kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan dan sebagai sarana untuk terus
meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan dalam rangka menciptakan
penambangan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

142
Program pemantauan lingkungan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga dan
mempertahankan keseimbangan komponen lingkungan di wilayah penambangan,
sehingga kegiatan penambangan dapat dilakukan secara optimal dengan tetap menjaga
daya dukung lingkungan. Kegiatan pemantauan dilakukan pada lokasi kegiatan
tambang, pengolahan, dan sarana penunjang kegiatan tambang, di mana aktivitas pada
lokasi-lokasi tersebut telah diuraikan berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan.
1. Tambang
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak negatif penting pada
lokasi penambangan adalah kualitas udara.
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah mengetahui tingkat penurunan kualitas
udara dan kadar emisi.
c. Parameter lingkungan yang dipantau adalah kadar debu, karbon monoksida
(CO), sulfur dioksida (SO2), dan oksida nitrogen (NOx).
d. Frekuensi pemantauan adalah tiga bulan sekali selama tahap operasi
penambangan.
2. Pengolahan
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak negatif penting pada
tahap pegolahan adalah kualitas udara.
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah mengetahui tingkat penurunan kualitas
udara.
c. Parameter lingkungan yang dipantau adalah kadar debu, kebisingan, polutan
gas yang terdiri dari karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), dan oksida
nitrogen (NOx).
d. Frekuensi pemantauan adalah tiga bulan sekali selama tahap operasi
pengolahan
3. Sarana Penunjang
a. Komponen lingkungan yang diperkirakan terkena dampak negatif penting pada
lokasi sarana penunjang adalah kualitas air.

143
b. Tujuan dari pemantauan ini adalah menekan penurunan kualitas air sumur
penduduk.
c. Parameter lingkungan yang dipantau meliputi PH, Temperatur, Kekeruhan,
Daya Hantar, sifat Fisik air, kimia organik air dan kimia anorganik air.
Frekuensi pemantauan adalah tiga bulan sekali selama ada aktivitas penunjang.

9.1.4 Organisasi Pemantauan Lingkungan


Organisasi perlindungan lingkungan tergabung dalam biro Kesehatan Keselamatan
Kerja dan Lingkungan (K3L -HSE Health Safety Environment) yang dikepalai oleh
seorang manajer. Biro K3L terdiri dari dua departemen yaitu departemen K3 dan
departemen lingkungan pertambangan. Secara khusus, perlindungan limgkungan
menjadi tanggung jawab departemen lingkungan pertambangan. Departemen ini
memiliki dua supervisor yaitu supervisor pengelolaan lingkungan dan supervisor
pemantauan lingkungan. Kedua supervisor dibantu oleh field environment officer.

9.1.5 Kegiatan Pascatambang


Kegiatan Pasca Tambang dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan reklamasi pada
tahun 2022 hingga tahun 2028. Program Pasca tambang PT MCMANGAN dibagi
menjadi 3, yaitu program Pascatambang sarana, prasarana Tambang dan Program
Pascatambang tenaga kerja, serta program pemantauan pascatambang. Program ini
didasarkan oleh keadaan sosial ekonomi daerah setempat dengan analisis S.W.O.T dan
berkoordinasi dengan stakeholder setempat. Secara garis besar, program ini mengubah
tata kelola fasilitas sarana dan prasarana untuk dapat dipergunakan untuk masyarakat
desa setempat.

144
Tabel 9.2
Program Pasca Tambang

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1. Reklamasi dan Pasca 1 Tahun Mereklamasikan dengan luasan


Tambang wilayah total m2 , dengan
melakukan penatagunaan lahan
berupa pengaturan lahan dan
penebaran tanah pucuk serta
revegetasi pohon
2. Revegetasi : 1 Tahun a. Jenis pohon yang digunakan
a. Pohon Jati dan adalah pohon jati dan sengon
Pohon Sengon sebab perawatan yang mudah dan
cocok dengan segala jenis macam
tanah.
b. Perawatan b. Perawatan dilakukan dengan
memberikan pupuk organik dan
kimia, pengendalian hama dan
penyakit dengan menyemprotkan
pestisida.
3. Fasilitas 1 Tahun a. Bangunan dirubah fungsikan
a. Bangunan menjadi kantor desa dan fasilitas
b. Lahan desa seperti gedung pertemuan, dll
b. Lahan kemudian dirubah
fungsikan menjadi perkebunan.

a. Reklamasi dan Pasca Tambang


Sesuai dengan Kepmen ESDM Republik Indonesia No. 1827 K/30/MEM/2018 yang
menyatakan bahwa program reklamasi dapat dilakukan dengan revegetasi dan/atau
peruntukan lainnya, dengan demikian program pascatambang PT MCMANGAN
dilakukan dengan merevegetasi lahan bekas penambangan.

b. Sarana dan Prasarana


Sesuai dengan Permen ESDM No. 7 Tahun 2014 Pasal 12 Ayat 4 yang menyatakan
bahwa program reklamasi dapat dilakukan dengan revegetasi dan/atau peruntukan
lainnya, dengan demikian program pascatambang yang dilakukan untuk sarana dan
prasarana adalah dengan mengalih fungsikan fasilitas pengolahan menjadi sesuatu

145
yang berguna untuk masyarakat sekitar sehingga PT MCMANGAN berencana
membangun beberapa fasilitas sebagai berikut:
Tabel 9.3
Rencana Program Pasca Tambang Pengelolaan Fasilitas Sipil

Fasilitas Pertambangan Dialih fungsikan Menjadi


Jalan Tambang Jalan Desa

Kantor Balai Dusun

Bengkel Gedung Paud

Pabrik Pengolahan Gedung Olahraga

Pos Satpam Pos Kamling

Mess Karyawan Tempat Serbaguna

Tempat Parkir Alat Berat Gedung Serbaguna/Gedung kesenian

Kantin Warung Desa

Masjid Mushola Desa

c. Tenaga Kerja
Dengan berhentinya kegiatan produksi semua tenaga kerja disesuaikan sesuai dengan
kebutuhan perusahaan. Para pekerja yang masih diperlukan di kegiatan pascatambang,
untuk tingkatan sarjana ialah kepala bagian dan sub bagian organisasi pascatambang,
staff organisasi pascatambang, sedangkan untuk tingkatan pendidikan SMP – SMA
ditempatkan pada bagian pengelola daerah lahan bekas tambang. Untuk tenaga kerja
yang tidak lagi dibutuhkan perusahaan akan dilakukan PHK dan pekerja yang memiliki
kualitas baik akan direkomendasikan ke perusahaan lain untuk bekerja kembali.
PT MCMANGAN mengadakan pemantauan lingkungan di sekitar bekas area
penambangan setiap tahunnya untuk mengetahui keadaan lingkungan setelah
penutupan tambang.
Pemantauan dilakukan terhadap beberapa hal antara lain :

146
1. Pemantauan terhadap bekas area penambangan Pemantauan pasca penambangan
dilakukan terhadap kualitas air, udara, serta tanah, pemantauan terhadap kualitas
air dilakukan setiap 4 bulan sekali, udara 3 bulan sekali, sedangkan pemantauan
tanah dilakukan 2 bulan sekali, dengan mengambil beberapa sampel. Untuk
pemantauan terhadap air di sekitar bekas area penambangan akan diambil 3 sampel
(termasuk di kolam bekas kolam pengendapan), untuk udara diambil 2 sampel, dan
untuk tanah diambil 2 sampel. Biaya pemantauan kualitas air, udara, dan tanah
dapat dilihat di lampiran.
2. Pemantauan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat sekitar.
Pemantauan dilakukan dengan mengamati keadaan masyarakat di sekitar bekas
area penambangan, apakah yang telah dilakukan perusahaan bermanfaat bagi
masyarakat atau tidak. Pemantauan juga dilakukan terhadap kesehatan masyarakat
untuk mengantisipasi adanya dampak negatif yang ditimbulkan akibat pekerjaan
mereka di PT MCMANGAN

Tabel 9.4
Rekapitulasi Biaya Pemantauan Air, Tanah, dan Udara Per Tahun

No Kegiatan Biaya

1 Pemantauan Air Rp. 5.328.000

2 Pemantauan Tanah Rp. 1.783.000

3 Pemantauan Udara Rp. 1.131.000

Total Rp. 8.242.000

d. Analisis Dampak Lingkungan dan Sosial Pascatambang


Berakhirnya kegiatan pertambangan di PT MCMANGAN akan sangat berpengaruh
pada Masyarakat dan lingkungan sekitar. PT MCMANGAN melakukan beberapa
kegiatan guna untuk mengantisipasi dampak tersebut. Mulai dari lingkungan hidup
sekitar tambang hingga karyawan PT MCMANGAN yang nantinya akan di PHK.

147
9.1.5.1 Pemanfaatan Lahan Pascatambang
Perencanaan pascatambang sesungguhnya adalah suatu proses panjang dan kompleks.
Dalam beberapa hal bahkan sama kompleksnya dengan proses uji kelayakan. Waktu
perencanaan terentang dalam jangka panjang. Perencana harus berhadapan dengan
perubahan perubahan sosial, ekonomi, dan lingkungan selama bertahun-tahun. Karena
itu, perencanaan pascatambang yang sesuai kiranya adalah sebuah perencanaan yang
berkelanjutan, yaitu suatu proses perencanaan yang meluas seiring dengan masa hidup
tambang. Dari segi pemanfaatan lahan, pertambangan adalah pemanfaatan lahan
sementara. Sebanyak apapun sumberdaya atau cadangan tertambang yang tersedia di
suatu tempat, pada suatu waktu tambang tetap harus ditutup
Program pemanfaatan lahan pascatambang di wilayah IUP disusun berdasarkan
ketentuan dalam peraturan pascatambang (PP No. 78 tahun 2010 tentang Reklamasi
dan Pascatambang; Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 26
Tahun 2018 tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan
Pertambangan Mineral dan Batubara, dan Keputusan Mesteri Energi dan Sumber Daya
Mineral Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah
Pertambangan yang Baik dan hasil konsultasi dengan pemangku kepentingan. Hasil
konsultasi dengan pemangku kepentingan terutama mengatur penatagunaan lahan
pasca tambang dan pengalihan fasilitas tambang.
Pendekatan yang digunakan dalam penyusunan program pasca tambang adalah
pembangunan berkelanjutan. Tiga aspek yang sekaligus dipertimbangkan dalam
pengembangan program ini adalah keberlanjutan lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Uraian mengenai pemanfaatan lahan pascatambang secara lengkap akan dijabarkan
pada dokumen Rencana Pasca tambang. Secara umum program pengelolaan
lingkungan pada kegiatan penambangan pasir akan dibahas pada dokumen lingkungan.

9.1.5.2 Jadwal Pelaksanaan Pascatambang


Program pascatambang dilaksanakan mulai Tahun 2028 dan berlangsung selama tiga
tahun hingga tahun 2030. Dalam tiga tahun diharapkan seluruh program pascatambang

148
dapat terlaksana dengan baik dan telah dilaporkan kepada pihak terkait. Jadwal
pelaksanaan pascatambang PT MCMANGAN dapat dilihat pada Tabel IX-7.

Tabel 9.5
Jadwal Rencana Pelaksanaan Pascatambang
Tahun
No Tahap
2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030

Persiapan
1 Pascatamban
g

Pelaksanaan
2 Pascatamban
g

Pemeliharaan
3 dan
Perawatan

4 Pemantauan

5 Pelaporan

9.1.5.3 Rencana Biaya Pascatambang


Tabel 9.6
Rincian Biaya Pascatambang
No Kegiatan Biaya
1 Biaya Langsung
A. Penatagunaan Lahan dan revegetasi Rp 414,893,834
1. Pengaturan permukaan lahan dan penebaran Rp 282,345,965
tanah pucuk Rp 132,547,869
2. Biaya Revegetasi

149
No Kegiatan Biaya
B. Aspek Fisik Rp 350,000,000
1). Perbaikan jalan tambang menjadi jalan desa Rp 200,000,000
2). Pengalih fungsi bangunan Rp 150,000,000
C. Sosial dan Ekonomi Rp 295,000,000
1. Pelatihan Bagi Bekas karyawan yang di Rp 120,000,000
rumahkan
2. pelatihan bagi masyarakat sekitar sebagai Rp 100,000,000
pengganti usaha
3. Biaya Penyelenggara Rp 75,000,000
D. Pemantauan/Non Fisik Rp. 8.242.000
1. Pemantauan Air Rp. 5.328.000
2. Pemantauan Tanah Rp. 1.783.000
3. Pemantauan Udara Rp. 1.131.000
Sub total Rp 1,068,135,834
2.
Biaya Tidak Langsung
a. Biaya Mobilisasi dan demobilisasi alat (2.5%) Rp 23,988,396
Rp 67,167,508
b. Biaya perencanaan dan kegiatan (7%)

c. Biaya administrasi dan keuntungan kontraktor Rp 86,358,225


(9%)
Rp 19,190,717
d. Biaya supervise (2%)

Sub Total 2 Rp 196,704,846


Total Rp 1,264,840,680

Tabel 9.6
Biaya Jaminan Rencana Pascatambang
Presentase pembayaran
Tahun Biaya pasca tambang Total pembayaran
jaminan pasca tambang
2027 0,111 Rp1,264,840,680 Rp140,397,315.48
2028 0,333 Rp1,264,840,680 Rp421,191,946.44
2029 0,556 Rp1,264,840,680 Rp703,251,418.08
TOTAL Rp1,264,840,680

150
9.2 Keselamatan Pertambangan
Masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada industri pertambangan akhir-
akhir ini terus berkembang seiring dengan teknologi dalam bidang industri
pertambangan. Kemajuan tersebut telah mengakibatkan munculnya berbagai persoalan
dan dampak industri pertambangan yang semakin kompleks dan telah mengundang
perhatian banyak orang. Hal ini terbukti dari banyaknya tekanan yang datang dari
masyarakat luas terhadap pengelolaan dan kehadiran industri pertambangan di tengah-
tengah kehidupan mereka. Munculnya persaingan yang ketat antar industri
pertambangan, sering dikaitkan dengan berbagai isu masalah keselamatan dan
kesehatan kerja yang dapat digunakan sebagai alat dalam memasuki pasar dunia. Maka
dari itu PT MCMANGAN menerapkan pola Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
dengan tujuan dapat meminimalkan tingkat kecelakaan dan sakit akibat hubungan kerja
dengan cara yang paling efektif dan efisien sehingga pada akhirnya meningkatkan
produktivitas kegiatan penambangan.
Adapun dasar hukum sesuai peraturan mengacu pada:
1. UU RI No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja. Pada Bab III mengenai
syarat-syarat keselamatan kerja. Pada pasal 5 mengenai Pengawasan. Pada pasal 9
mengenai pembinaan. Pada pasal 11 mengenai kecelakaan. Pada pasal 12 mengenai
kewajiban bila memasuki tempat kerja, dan pada pasal 14 mengenai kewajiban
pengurus
2. UU RI No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. Pada Bab VI tentang
penempatan tenaga kerja pasal 35. Pada Bab X tentang perlindungan, pengupasan,
dan kesejahteraan pasal 69, pasal 70, pasal 74, pasal 76, pasal 86, pasal 87. Pada
Bab XI tentang hubungan industrial pasal 139, pasal 147. Pada Bab XII tentang
pemutusan hubungan kerja 169.
3. UU RI No. 3 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 4 Tahun
2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Pada Pasal 70 tentang
kewajiban pemegang IPR, pada pasal 73 ayat 2 tentang Menteri bertanggungjawab
terhadap pelaksanaan kaidah teknis pada IPR. Pada pasal 86E tentang hak
pemegang SIPB. Pada pasal 86F tentang kewajiban pemegang SIPB. Pada pasal 91

151
ayat 4 tentang pemberian akses ke masyarakat untuk mengakses jalan tambang.
Pada pasal 141 tentang pengawasan atas kegiatan usaha pertambangan.
4. Peraturan Menteri No. 26 Tahun 2018 Tentang Pelaksanaan Kaidah Pertambangan
yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral dan Batubara. Pada Bab I
tentang ketentuan umum pasal 3, pasa 4, pasal 5. Pada Bab II tentang pelaksanaan
kaidah Teknik pertambangan yang baik dalam pasal 13, pasal 14, pasal 15, pasal
16, pasal 17, pasal 18, pasal 19. Pada Bab V tentang pengawasan terhadap kegiatan
usaha pertambangan dalam pasal 46. Pada Bab IX tentang ketentuan penutup dalam
pasal 60.
5. PERMEN Tenaga Kerja dan Transmigrasi No: PER. 03/MEN/1982 Tentang
Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja.
6. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No.1827
K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan
yang Baik. Pada lampiran III tentang pedoman pelaksanaan keselamatan
pengolahan dan/atau pemurnian mineral dan batubara, dan pada lampiran IV
tentang penerapan system manajemen keselamatan pertambangan mineral dan
batubara.
7. Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara No.185.K.37.04/DJB Tahun
2019 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan dan
Pelaksanaan, Penilaian, dan Pelaporan Sistem Manajemen Keselamatan
Pertambangan Mineral dan Batubara.
8. PERMEN ESDM No 38 Tahun 2014 mengenai penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara.

9.2.1 Manajemen Risiko Keselamatan Pertambangan


Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko merupakan salah satu
syarat elemen Sistem Manajemen Keselamatan Kerja. Identifikasi bahaya dilakukan
terhadap seluruh aktivitas operasional perusahaan di tempat kerja meliputi:
1. Aktivitas kerja rutin maupun non-rutin di tempat kerja;

152
2. Aktivitas semua pihak yang memasuki tempat kerja termasuk kontraktor, sub
kontraktor dan tamu;
3. Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya;
4. Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan
kesehatan kerja, tenaga kerja yang berada di tempat kerja;
5. Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang
disediakan perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan perusahaan;
6. Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun
bahan/material yang digunakan;
7. Perubahan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan termasuk perubahan
yang bersifat sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja;
8. Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain yang berlaku;
9. Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional,
struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia;
PT MCMANGAN yang menerapkan sistem tambang terbuka untuk kegiatan
eksploitasi komoditas bijih mangan tentu terdapat faktor-faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Berdasarkan kegiatan pemantauan di
lapangan, adapun sebab – sebab kecelakaan kerja yang mungkin terjadi terbagi menjadi
tiga faktor, yaitu faktor tindakan tidak aman oleh pekerja (unsafe act), faktor kondisi
kerja yang tidak aman (unsafe condition), serta faktor diluar kemampuan manusia atau
faktor kehendak Tuhan (act of God). Berikut disajikan dalam bentuk tabel 9.7

153
Tabel 9.7
Sebab Kecelakaan Kerja PT McMangan
No. Spesifikasi Penyebab Kecelakaan
1. Tindakan tidak aman yang a. Tidak menggunakan alat pelindung
dilakukan oleh pekerja di PT diri (helm, sarung tangan, masker, dll)
McMangan meliputi. pada site kerja (front penambangan,
processing unit, bengkel, gudang dan
tempat kerja lainnya).
b. Penggunaan alat pelindung diri yang
tidak benar.
c. Penggunaan peralatan tambang yang
tidak sesuai standar operasional
prosedur.
d. Jarak antar penambang yang
berdekatan pada saat sedang
menambang mangan, sehingga dapat
menimbulkan kecelakaan.
e. Faktor kelelahan pekerja.
f. Konsentrasi pekerja dalam
melakukan kegiatan penambangan.
g. Kecerobohan pekerja (human error).
h. Kurangnya kegiatan pengawasan
kerja.
2. Kondisi kerja yang tidak aman a. Peralatan pengaman yang dipakai
(unsafe condition) pada PT sudah tidak layak. Seperti masker
McMangan meliputi: yang sudah sobek dan helm yang
sudah retak
b. Kondisi permukaan kerja yang licin
pada saat hujan karena karakteristik
mangan.
c. Bahan bakar dan oli mesin-mesin
tambang yang digunakan tidak tertata.
d. Kondisi permuka kerja yang berdebu.
e. Runtuhan mangan yang terlepas dari
sumbernya.

Diluar kemampuan manusia


a. Terjadinya bencana alam seperti
3. atau Faktor Kehendak Tuhan
tanah longsor.
(act of God) meliputi:

154
Penilaian risiko dilakukan menggunakan pendekatan metode matriks risiko yang relatif
sederhana dan mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di
dalamnya. Pengendalian risiko didasarkan pada hirarki sebagai berikut:

1. Eliminasi (menghilangkan sumber/aktivitas bahaya);


2. Substitusi (mengganti sumber/alat/mesin/bahan/material/aktivitas/area yang lebih
aman);
3. Perancangan (modifikasi / instalasi sumber / alat / mesin / bahan / material /
aktivitas / area supaya menjadi aman);
4. Administrasi (penerapan prosedur/aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual
di tempat kerja);
5. Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan
paparan bahaya/risiko tinggi).

Penilaian risiko dilakukan berdasarkan tingkat probabilitas (probability) dan


konsekuensi (consequence) yang dinyatakan dalam skala angka (1 – 5). Penilaian risiko
dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝑅𝑖𝑠𝑘 = 𝑃𝑟𝑜𝑏𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝐶𝑜𝑛𝑠𝑒𝑞𝑢𝑒𝑛𝑐𝑒

Penjelasan skala angka dalam penilaian probabilitas, konsekuensi, dan kategori risiko
disajikan pada tabel 9.8 s.d. tabel 9.10

Tabel 9.8 Nilai Probabilitas Risiko

Nilai Probabilitas Keterangan


1 Hanya terjadi pada keadaan tertentu (contoh 1 kali
Rare/Jarang Sekali
dalam waktu lebih dari 6 bulan)
2 Unlikely/Hampir Tidak Mungkin terjadi sewaktu-watku (contoh 1 kali
Mungkin dalam waktu 6 bulan)

3 Dapat terjadi sewaktu-waktu (contoh 1 kali dalam 1


Possible/Mungkin
bulan)

155
Nilai Probabilitas Keterangan
4 Sangat mungkin terjadi (contoh 1 kali dalam 1
Likely/Sangat mungkin terjadi
minggu)
5 Terhadi hampir pada semua keadaan (contoh lebih
Almost certain/Hampir Pasti
dari 1 kali dalam 1 hari)

Tabel 9.9 Nilai Konsekuensi Risiko

Nilai Konsekuensi Keterangan


1 Insignificant/Sangat Kecil 1. Kejadian tidak menimbulkan kerugian atau cidera
pada manusia
2. Tidak mengakibatkan kehilangan hari kerja
3. Kerugian material kecil
2 Minor/Kecil 1. Kejadian dapat menimbulkan cidera ringan yang
memerlukan perawatan P3K
2. Masih dapat bekerja pada hari dan shift yang sama
3. Kerugian material kecil
3 Moderate/Sedang 1. Kejadian dapat menimbulkan cidera ringan yang
memerlukan perawatan medis
2. Kehilangan hari kerja di bawah 3 hari
3. Kerugian material sedang
4 Major/Besar 1. Kejadian dapat menimbulkan cidera berat, cidera
parah, atau cacat.
2. Kehilangan hari kerja di atas 3 hari atau lebih
3. Kerugian material besar
5 Catastrophic/Sangat Besar 1. Kejadian dapat menimbulkan meninggal
2. Kehilangan hari kerja selamanya
3. Kerugian material sangat beesar

156
Tabel 9.10 Nilai Risiko

Konsekuensi
Probabilitas 1 2 3 4 5
Insignificant Minor Moderate Major Catastrophic
1
1VL 2L 3M 4M 5VH
Rare
2
2VL 4L 6M 8H 10VH
Unlikely
3
3L 6M 9H 12VH 15VH
Possible
4
4M 8H 9H 16VH 20VH
Likely
5
Almost 5H 10H 15VH 20VH 25VH
Certain

Keterangan :
VL = Very Low Risk
L = Low Risk
M = Medium Risk
H = High Risk
VR = Very High Risk
Keseluruhan identifikasi bahaya, penilaian dan penetapan pengendalian risiko
didokumentasikan dan diperbarui sebagai acuan rencana penerapan Keselamatan
Pertambangan di lingkungan perusahaan

9.2.2 Pengelolaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan


Sistem pengelolaan keselamatan kerja dimulai dengan melaksanakan identifikasi
bahaya untuk mengetahui faktor dan potensi bahaya yang ada yang hasilnya nanti
sebagai bahan untuk dianalisa, pelaksanaan identifikasi bahaya dimulai dengan
membuat standard operational procedure (SOP). Kemudian sebagai langkah analisa

157
dilakukanlah observasi dan inspeksi. Setelah dianalisa, tindakan selanjutnya yang perlu
dilakukan adalah evaluasi risiko untuk menilai seberapa besar tingkat risikonya yang
selanjutnya untuk dilakukan kontrol atau pengendalian risiko. Kegiatan pengendalian
risiko ini ditandai dengan menyediakan alat deteksi, penyediaan APD, pemasangan
rambu-rambu dan penunjukan personel yang bertanggung jawab sebagai pengawas.
Setelah dilakukan pengendalian risiko untuk tindakan pengawasan adalah dengan
melakukan monitoring dan peninjauan ulang bahaya atau risiko.

Sistem Pengelolaan Keselamatan Kerja


Identifikasi Bahaya

Analisis Bahaya

Penerapan Identifikasi Bahaya

Evaluasi Resiko

Kontrol/Pengendalian
Resiko

Gambar 9.1
Sistem Pengelolaan Keselamatan Kerja

Hirarki pengendalian resiko menurut OHSAS 18001, terdiri dari lima hirarki
pengendalian resiko pengendalian yaitu eliminasi, engineering control, administrative
control, dan alat pelindung diri (APD). Potensi kecelakaan kerja yang mungkin terjadi
pada lingkungan Land Of Mangane Mines dan langkah yang diambil adalah menyusun

158
suatu standar sistem pencegahan untuk menghindari terjadinya kecelakaan kerja.
Adapun upaya yang dilakukan disajikan dalam tabulasi seperti pada Tabel 9.11
Tabel 9.11
Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja PT. McMangan

No Spesifik Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja


1. Tindakan tidak aman oleh a. Memberikan dan menyiapkan Alat
pekerja (unsafe act) pada PT Pelindung Diri (APD) standar
McMangan. keselamatan bagi pekerja tambang di
setiap tempat kerja.
b. Memberikan pelatihan kepada para
pekerja.
c. Menetapkan standar operasional
prosedur setiap peralatan dan kegiatan
tambang.
d. Memberikan instruksi tentang
keselamatan tata cara bekerja dan
motivasi kepada pekerja setiap sebelum
memulai kerja.
e. Membagi waktu kerja dengan
pembatasan waktu (shift).
f. Memberikan kepada para pekerja,
pemasangan rambu serta pemasangan
spanduk keselamatan dan kesehatan
kerja di workshop dan jalan tambang.
g. Melakukan safety talk dan safety
induction sebelum para pekerja mulai
bekerja.
h. Membentuk tim safety patrol dan safety
supervisor tambang.
2. Kondisi kerja yang tidak aman a. Menyediakan alat pelindung diri yang
(unsafe condition) pada PT sesuai dengan standar operasional
McMangan kerja.
b. Menggunakan peralatan pengaman
tambahan pada peralatan dan pekerja,
monitoring peralatan yang akan
digunakan..
c. Menggunakan peralatan pengaman
tambahan sewaktu hujan.

159
No Spesifik Upaya Pencegahan Kecelakaan Kerja
d. Mengawasi penggunaan bahan bakar
dan oli pada mesin.
e. Menyemprotkan air pada jalan
tambang secara berkala.
f. Pemantauan dan evaluasi kestabilan
lereng pada tambang mangan yang
digunakan.
3. Diluar kemampuan manusia a. Memasang alat pemantau tanah longsor
atau Faktor Kehendak Tuhan di daerah sekitar tambang.
(act of God)

Adapun diagram alir factor bahaya di lingkungan kerja seperti terlihat pada Gambar
9.2

Gambar 9.2
Faktor Bahaya di Lingkungan Kerja

Tabulasi diatas menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) bagi pekerja tambang, adapun
peralatan keselamatan yang digunakan ditabulasikan berdasarkan tempat kerja seperti
pada Tabel IX.15

160
Tabel 9.12
Peralatan Keselamatan Kerja PT MCMANGAN

No. Lokasi Peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


1. a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Kacamata pelindung
d. Sarung tangan
e. Masker debu dan earplug
f. Reflector vest
g. Alat pemadam api dan perlengkapan K-3
Kuari Mangan h. Bendera merah atau kuning (tinggi 2m)
untuk kendaraan pengangkutan personil
dan pengawas
i. Rambu lalu lintas batas
kecepatan truk ≤ 40 km/jam
dan kendaraan personil ≤ 60
km/jam
2 a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan
d. Masker debu dan earplug
Mangan Processing Unit
e. Kacamata pelindung
f. Alat pemadam kebakaran
g. Perlengkapan P3K
Ban pinggang pengaman
3. a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan kulit
Bengkel
d. Masker debu
e. Perlengkapan P3K
Alat pemadam kebakaran
4. a. Helm pengaman
b. Sepatu pengaman
c. Sarung tangan
d. Masker debu dan earplug
Gudang e. Kacamata pelindung
f. Alat pemadam kebakaran
g. Perlengkapan P3K
h. Ban pinggang pengaman

161
Berikut ini merupakan beberapa peralatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang
digunakan oleh karyawan di PT McMangan.

Gambar 9.3 Gambar 9.4


Helm Pengaman (Safety Helmet) Sepatu Pengaman (Safety Shoes)

Gambar 9.5 Gambar 9.6


Kacamata Pelindung Sarung Tangan

Gambar 9.7 Gambar 9.8


Masker Debu Ear Muff

162
Gambar 9.9 Gambar 9.10
Alat Pemadam Kebakaran Perlengkapan P3K

Gambar 9.11 Gambar 9.12


Rompi Keselamatan Rambu Keselamatan

Rencana dari sistem manajemen keselamatan PT MCMANGAN harus diaktualisasikan


melalui kegiatan riil di lapangan, untuk Langkah dan pelaksanaan keslamatan
pertambangan PT MCMANGAN dapat dilihat seperti pada Tabel IX.16.

Tabel 9.13
Langkah dan Pelaksanaan Keselamatan Pertambangan PT MCMANGAN

No Kegiatan Uraian

1. Patroli a. Implementasi peninjauan/pengecekan


keamanan b. Melakukan tindakan pencegahan dengan
pemberhentian dan peringatan jika terdapat hal-hal
yang bertentangan dengan peraturan K-3
c. Melaporkan secara lisan/tertulis ke supervisor dari
pelanggar peraturan

163
No Kegiatan Uraian

2. Inspeksi a. Cek kondisi dari alat pemadam api


keamanan b. Cek kondisi dari fasilitas transportasi
c. Cek kondisi dari fasilitas bengkel
d. Cek kondisi dan penataan dari gedung
e. Cek kondisi dan penataan dari camp. utama dan
lokasi kerja
3. Diskusi a. Diskusi masalah keselamatan pada saat jam kerja
masalah b. Diskusi pagi dengan karyawan, membantu dan
keselamatan memonitor realisasi dari diskusi pagi
4. Kampanye a. Implementasi pengutamaan keselamatan kerja pada
keselamatan setiap tingkat pekerjaan yang dilakukan dengan
sistem pendekatan pribadi, pemberian pelajaran dan
slogan yang diedarkan
5. Pelindung a. Inventarisasi alat pencegahan sendiri
Keamanan b. Melengkapi kekurangan alat k3
c. Memonitor pemakaian
d. Cek dan lengkapi pelindungan keselamatan pada alat
dan rambu
6. Pemilihan a. Cek jenis peralatan
operator b. Cek kesehatan operator
c. Cek mental para operator
7. Laporan a. Laporan kecelakaan
keselamatan b. Laporan bulanan
kerja c. Laporan pelatihan

9.2.3 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan

Penerapan SMKP ( Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan ) diatur dalam


KEPMEN 1827 K/30/MEM/2018 Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang baik, dan pada PERMEN ESDM NO 38 Tahun 2014. SMKP ini
bersifat Mandotary/Wajib di jalankan untuk semua perusahaan pertambangan atau
perusahaan jasa pertambangan. SMKP merupakan sistem manajemen yang menjadi
bagian dari sistem manajemen perusahaan dalam rangka untuk mengendalikan risiko

164
keselamatan pertambangan yang terdiri dari K3 Pertambangan dan Keselamatan
Operasi Pertambangan (K3 Pertambangan dan KO Pertambangan). SMKP merupakan
bagian dari Sistem Manajemen PT MCMANGAN dalam rangka mengendalikan resiko
keselamatan pertambangan. SMKP wajib dilaksanakan dan menjadi acuan bagi
perusahaan, walaupun sudah menerapkan system manajemen keselamatan yang sudah
ada baik dalam/luar negeri.
Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja yang merupakan bagian dari proses
manajemen keseluruhan mempunyai peranan penting dalam pencapaian tujuan PT
MCMANGAN, mengingat penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam suatu
perusahaan bertujuan mencegah, mengurangi dan menanggulangi setiap bentuk
kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian yang tidak dikehendaki.
Keberhasilan penerapan kesehatan dan keselamatan kerja dalam industri pertambangan
mangan PT MCMANGAN sangat bergantung pada pandangan manajemen terhadap
kesehatan dan keselamatan kerja itu sendiri. Ungkapan ini didasarkan pada kenyataan
bahwa masih banyak perusahaan yang berpandangan penerapan kesehatan dan
keselamatan kerja dalam kegiatannya akan mengurangi perolehan keuntungan
perusahaan
Pandangan ini sama sekali tidak dapat dibenarkan, karena pada hakekatnya penerapan
kesehatan dan keselamatan kerja justru akan melipat gandakan keuntungan melalui
pencegahan kecelakaan yang dapat menimbulkan kerugian dan peningkatan
produktifitas kerja pada perusahaan. Dalam rangka memaksimalkan sistem menejemen
K3 perusahaan, PT MCMANGAN mengadakan rapat rutin mingguan divisi K3 untuk
mengevaluasi pelaksanaan K3 di perusahaan sekaligus memperbaiki dan
menyempurnakan sistem menejeman K3 perusahaan melalui tindakan perbaikan dan
penataan kembali sistem berdasarkan hasil evalusi dari rapat mingguan tersebut.

165
Sumber : Manaaf, dkk.
Gambar 9.13
Organisasi Manajemen Keselamatan Kerja

Berikut ini merupakan Elemen – elemen SMKP meliputi :


1. Kebijakan
2. Perencanaan
3. Organisasi dan personel
4. Implementasi
5. Evaluasi dan Tindak Lanjut
6. Dokumentasi
7. Tinjauan manajemen

Manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dapat disusun sebagai berikut:


1. Fungsi utama manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan
masalah keselamatan dan kesehatan kerja. Contoh dari kelima fungsi ini ditentukan
oleh konsep dasar keselamatan dan kesehatan kerja yang dianut industri
pertambangan mangan PT MCMANGAN.
2. Kegiatan utama manajemen yang meliputi pembiayaan dan pelaporannya,
pengoperasian, produk pemasaran, dan penjualan serta sistem komunikasi dan
informasi. Kegiatan-kegiatan ini merupakan sasaran dan tujuan yang ingin dicapai
oleh PT MCMANGAN.
3. Sumberdaya dan pembatas yang meliputi manusia, materialisme dan peralatan,
kebutuhan konsumen, kondisi ekonomi, masyarakat, dan lingkungan kerja serta

166
peraturan pemerintah dapat merupakan masukan kegiatan manajemen dan fungsi
manajemen.

Berlandaskan pada kerangka dasar manajemen keselamatan dan kesehatan kerja


tersebut di atas, maka tujuan manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah
melakukan pencegahan kecelakaan atau kerugian PT MCMANGAN dengan
merealisasikan setiap fungsi manajemen dalam melaksanakan kegiatan yang dibatasi
oleh sumber atau masukan yang dimiliki.
Dalam melaksanakan kegiatan penambangan mangan, PT MCMANGAN
mengimplementasikan Sistem Manajemen K3 sesuai OHSAS 18001:2007 agar seluruh
kegiatan pertambangan berjalan sesuai dengan kaidah-kaidah teknik penambangan
yang baik, benar, dan ramah terhadap lingkungan sesuai yang ditetapkan dalam
kebijakan K3L dan peraturan pemerintah serta persyaratan lainnya.

Sumber : OHSAS 18001:2007


Gambar 9.14
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai OHSAS 18001:2007

Implementasi Sistem Manajemen K3 sesuai OHSAS 18001:2007 antara lain


mengutamakan keselamatan dan kesehatan di tempat kerja, mencegah dan mengurangi
kecelakaan dan penyakit, siap dan tanggap akan terjadinya kecelakaan kerja,
menciptakan tempat dan suasana kerja yang aman, efisien, dan produktif, serta selalu
menggunakan alat pelindung diri ketika berada di lingkungan kerja. Implementasi

167
Sistem Manajemen K3 sesuai OHSAS 18001:2007 akan didukung oleh program-
program keselamatan dan kesehatan kerja seperti berikut:

1. Memberikan Alat Pelindung Diri (APD) bagi semua pekerja disesuaikan dengan
tingkat resiko pekerjaan dan menekankan pemakaian APD pada saat bekerja.
2. Menyiapkan fasilitas peralatan keselamatan kerja dan memasang tanda-tanda lalu
lintas serta tanda peringatan lainnya di tempat-tempat tertentu.
3. Melaksanakan safety campaign dengan memasang slogan-slogan mengenai
keselamatan kerja dan pembagian brosur K3.
4. Melaksanakan safety patrol secara rutin.
5. Melaksanakan safety talk dikalangan karyawan sesuai jadwal dan topik.
Beberapa kegiatan terkait dengan aspek kesehatan kerja diantaranya adalah:

1) House Keeping

Penataan stasiun kerja atau housekeeping pada beberapa stasiun kerja di Perusahaan
juga menjadi perhatian khusus, misalnya di laboratorium, area workshop. Penataan ini
lebih ditekankan untuk penyimpanan alat-alat dan bahan yang digunakan.

2) Monitoring Lingkungan Kerja

Monitoring lingkungan kerja sebagai upaya pemantauan terhadap higene lingkungan


kerja juga telah dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan Monitoring ini ada yang
dilakukan langsung oleh safety department dan environment department dan ada juga
yang dilakukan oleh pihak independen yaitu Balai Teknik Kesehatan Lingkungan.
Beberapa faktor fisik yang telah dilakukan monitoring adalah debu, kebisingan untuk
lingkungan sekitar, kebisingan untuk lingkungan kerja, suhu, kelembaban, kecepatan
angin dan arah angin.
3) Pelayanan Kesehatan

Kinerja program kesehatan kerja dinilai dari tingkat absen karyawan karena sakit.
Perusahaan memberikan pelayanan kesehatan berupa pemeriksaan di klinik yang
berada dalam satu kompleks dengan camp karyawan. Tiap klinik dikelola oleh satu
tenaga paramedis dengan obat-obatan serta perlengkapan pengobatan untuk

168
penanganan kecelakaan ringan. Fasilitas olahraga untuk menunjang kesehatan
karyawan juga telah disediakan oleh pihak manajemen. Perhatian terhadap monitoring
lingkungan dan sanitasi juga merupakan wujud pelayanan kesehatan yang berupa usaha
preventif. Usaha preventif lain yang ditempuh manajemen adalah dengan memberikan
vaksinasi dan medical checkup untuk semua karyawan. Selain usaha preventif, usaha
pemantauan kesehatan serta konsultasi kesehatan yang ditangani oleh tenaga paramedis
di klinik juga ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan derajat kesehatan
karyawannya.

4) Fasilitas Kesehatan

Kerja Fasilitas kesehatan yang disediakan oleh Perusahaan adalah dengan


disediakannya klinik dengan satu paramedis dan satu dokter berstatus kontrak yang
didatangkan dari RSUD terdekat. Fasilitas yang ada di klinik perusahaa berupa ruang
pemeriksaan, obatobatan dan perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan.
Untuk perawatan lanjutan pihak manajemen juga menyediakan rumah sakit rujukan
yang bekerjasama dengan RSUD terdekat.

5) Pengujian Kesehatan

Pengujian Kesehatan yang dilaksanakan oleh PT MCMANGAN adalah pengujian


Kesehatan berkala yaitu dengan mengadakan medical checkup yang dilaksanakan
secara rutin dan secara bergilir yang bekerjasama dengan laboratorium klinik yang
ditunjuk oleh perusahaan .

9.2.4 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan

A. Audit dan Inspeksi Keselamatan Kerja


Untuk melengkapi pelaksanaan program keselamatan kerja, dilakukan aktivitas
aktivitas seperti audit dan inspeksi keselamatan kerja. Dua program ini merupakan
program program penunjang untuk kelancaran dan efektivitas pengimplementasian
Keselamatan Pertambangan.
Audit dan inspeksi direncanakan dan dilakukan secara reguler. Audit dan inspeksi
dilaporkan dan digunakan untuk tindakan korektif dan preventif, yang dikelola dengan

169
cara yang sama seperti yang dilakukan saat analisa suatu cidera. Inspeksi dan audit ini
dilakukan oleh manajemen tingkat lini yang dilatih untuk tujuan tersebut, mencakup
juga tingkat Management Atas. Personil dilibatkan sebanyak mungkin dalam audit dan
inspeksi ini.

1) Tahap Pelatihan Auditor


Sebelum menjalankan audit, tentu saja harus memilih auditor-auditor yang
berkompeten sehingga hasil yang diperoleh dari audit juga merupakan hasil yang baik
dan mencerminkan keadaan Keselamatan Pertambangan di perusahaan yang
sebenarnya. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan memberikan Pendidikan terlebih
dahulu kepada calon auditor mengenai sistem audit yang berlaku di Perusahaan.
Selanjutnya, calon-calon auditor tersebut akan mengikuti magang selama 4-6 bulan
untuk lebih mengenal dokumen Keselamatan Pertambangan, teknik audit, dan praktik-
praktiknya. Calon auditor juga diberi kesempatan untuk belajar mengaudit tempat
kerjanya dengan menunjukkan 3 peluang peningkatan yang dapat dilakukan yang
nantinya akan dipresentasikan kepada setiap General Manager langsung.
2) Pelaksanaan audit
Adapun kegiatan yang dilakukan ialah:
a. Mengidentifikasi kemungkinan penyebab terjadinya kecelakaan dan kemudian
melakukan tindakan pencegahannya sebelum insiden terjadi dengan
menghilangkan kondisi yang berbahaya atau mengkoreksi tindakan-tindakan yang
tidak aman unsafe actions.
b. Meningkatkan standard Keselamatan Pertambangan.
d. Menunjukkan komitmen.
e. Mempengengaruhi secara positif dengan mengubah perilaku dan sikap karyawan.
Setiap lokasi harus melaksanakan audit internal secara periodik pada fasilitas dan
Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan yang dijalankan. Audit yang
dilaksanakan mencakup:
a. Perilaku karyawan tetap dan kontraktual.
b. Kondisi fasilitas dan peralatan.

170
c. Hal-hal khusus seperti pencegahan kebakaran, ijin kerja atau prosedur kerja, aturan
dan prosedur Keselamatan Pertambangan.

B. Penanganan Kecelakaan Kerja


PT MCMANGAN berencana membuat dan menetapkan standar operasional prosedur
(SOP) dalam penanganan kecelakaan kerja pertambangan. PT MCMANGAN juga
akan mendirikan klinik dengan satu orang tenaga medis yang terlatih untuk
memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan. SOP penanganan kecelakaan kerja
yang akan diterapkan di PT MCMANGAN adalah sebagai berikut:
1. Melaporkan kejadian kecelakaan kerja pada atasan masing - masing.
2. Petugas safety (Emergency Response Team) memiliki kewajiban untuk menolong
dan mengumpulkan data serta pelaporan dalam waktu kurang dari 48 jam.
3. Pertolongan pertama dilakukan di klinik PT MCMANGAN, apabila terjadi
peningkatan risiko maka akan dirujuk ke Polindes Desa Marok Kecil.
4. Apabila kondisi kecelakan termasuk dalam kategori fatality maka operasi kegiatan
disekitar lokasi kecelakaan akan dihentikan selama maksimal 12 jam untuk
dilakukan investigasi secara menyeluruh.
5. Hasil dari kajian tersebut akan dilaporkan dan sebagai dasar pembuatan action plan
untuk menghindari kejadian serupa di lain kesempatan.
C. Pertemuan Keselamatan Pertambangan
Pertemuaan Keselamatan Pertambangan dilaksanakan untuk mengevaluasi dan
meningkatkan kualitas program-program yang sudah ada. Pertemuaan ini dilakukan
melalui diskusi dimana seluruh divisi Perusahaan menyiapkan topik dan materi yang
dapat disosialisasikan, sehingga semua mempunyai kesempatan untuk menyalurkan
opininya. Pertemuaan Keselamatan Pertambangan ini merupakan kerjasama dari
beberapa pihak, baik pihak internal maupun kontraktor. Adapun kegiatan yang
dilakukan seperti safety meeting setiap minggu, dan safety meeting general yang
dilakukan tiap sebulan sekali.
D. Kampanye Keselamatan Pertambangan
PT MCMANGAN akan melakukan kegiatan aktif dalam kampanye tentang
keselamatan pertambangan antara lain, ditekankannya setiap departemen untuk

171
melaksanakan safety talk sebagai agenda rutin, membagikan buku manual
Keselamatan Pertambangan sebagai petunjuk dalam melaksanakan pekerjaannya,
banyaknya poster-poster dan spanduk untuk mengingatkan seluruh karyawan untuk
mengutamakan kesehatan dan keselamatan kerja serta diadakannya lomba dan reward
untuk mengajak semua karyawan berperan aktif dalam mengkampanyekan
Keselamatan Pertambangan.
E. Kesiapsiagaan dan Tanggap Darurat
Prosedur tanggap darurat disusun dan disosialisasikan kepada seluruh karyawan. Tim
pengelola keadaan darurat atau emergency response team (ERT) dan tim pendukung
lainnya dibentuk sebagai penjabaran dari prosedur tanggap darurat tersebut di atas.
Sarana pendukung dalam pelaksanaan tanggap darurat tersedia dan dalam kondisi siap
digunakan.
Rencana Pengelolaan Keadaan Darurat atau Emergency Management Plan (EMP):
a. Dibuat di setiap lokasi tambang dan disetujui oleh KTT atau mine manager yang
bersangkutan.
b. Menjelaskan minimal mengenai pendahuluan, prosedur tanggap darurat,
organisasi dan tugasnya, panduan rapat dan pelaksanaan, formulir-formulir dan
daftar anggota tanggap darurat.
d. Bagan komunikasi dan prosedur umum pengelolaan keadaan darurat harus
terpampang di ruang pusat tanggap darurat.
Keadaan darurat ini dikelola oleh organisasi yang terdiri dari:
a. Tim Manajemen Pengelola Keadaan Darurat atau Emergency Management Team
(EMT) yang dipimpin oleh KTT dan beranggotakan kepala departemen dan
supervisor terkait.
b. Tim Manajemen Pengelola Keadaan Krisis atau Crisis Management Team (CMT)
yang dipimpin oleh pimpinan tertinggi perusahaan dan beranggotakan semua
manajer terkait.
Fasilitas pendukung pengelolaan keadaan darurat disediakan dan dalam kondisi siap
pakai, seperti alat komunikasi, peralatan penyelamatan, fasilitas transportasi yang
memadai atau ambulance, ruang pusat tanggap darurat, tempat berkumpul, peralatan

172
medis dan alat penanggulangan dampak lingkungan. Emergency Management Plan
(EMP) disosialisasikan kepada semua anggota tim, diberikan pelatihan dan dilakukan
simulasi minimal satu tahun sekali. Setiap keadaan darurat segera dilaporkan kepada
ketua EMT dan CMT untuk selanjutnya segera dilaporkan ke Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral di Jakarta. Ketua EMT atau CMT sesegera mungkin melakukan
rapat koordinasi dan upaya penanggulangan. Keadaan darurat selain bencana alam
diinvestigasi yang dilakukan oleh sebuah tim khusus. Tim investigasi ini diangkat dan
ditunjuk oleh GMO dan diketuai minimal seorang manajer.
Tim pemadam kebakaran dan penyelamatan (fire and rescue team) dibentuk di setiap
lokasi tambang minimal satu regu pada setiap giliran kerja.
a. Keanggotaan tim pemadam kebakaran dan penyelamatan bersifat sukarela dan
disahkan oleh Kepala Teknik Tambang.
c. Anggota tim pemadam kebakaran dan penyelamatan mengikuti pelatihan dan
simulasi minimal satu kali dalam enam bulan.
d. Setiap kejadian tanggap darurat segera dikomunikasikan ke pihak pihak terkait

9.2.5 Organisasi dan Personil Keselamatan Pertambangan

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan yang selanjutnya yang digunakan


mengacu kepada Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2018 Tentang
Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik dan Pengawasan Pertambangan Mineral
dan Batubara serta Keputusan Menteri ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 Tentang
Pedoman Pelaksanaan Kaidah Pertambangan yang Baik.

Oleh karena itu, perusahaan akan membentuk SHE Department yang memiliki
komitmen untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman serta mencapai
dan mempertahankan target zero accident.

Untuk itu, SHE Department menyusun job description sebagai upaya untuk
merealisasikan komitmen tersebut. Selain itu, program keselamatan kerja juga disusun
per satu bulan sebagai implementasi dari job description yang telah disusun. Sedangkan
untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan dari job description maka disusun pula

173
quality objective sehingga nantinya performance safety bisa dilihat dari pencapaian
quality objective tersebut.

(1) Kegiatan Pokok

SHE Department sebagai departemen yang bertanggung jawab untuk memfasilitasi


dilaksanakannya kesehatan dan keselamatan di lingkungan kerja memiliki kegiatan
pokok sebagai berikut:

a. Memfasilitasi semua karyawan untuk berdiskusi masalah keadaan tempat kerja,


aktor dan potensi yang ada serta kelengkapan alat pelindung diri (APD) yang
dibutuhkan baik internal departemen maupun eksternal departemen.
b. Melakukan pencegahan kecelakaan atau ketidaktahuan akan kondisi yang tidak
aman (unsafe condition) dan tindakan yang tidak aman (unsafe act) setiap
karyawan atau orang lain yang berada ditempat kerja.
c. Mengadakan inspeksi terhadap bangunan dan peralatan keselamatan kerja mulai
dari konstruksi, letak, penyusunan dan penyimpanan barang, alat keselamatan
yang harus tersedia serta rambu-rambu yang harus dipasang.
e. Meningkatkan sumberdaya manusia baik dari segi pengetahuan tentang
Keselamatan Pertambangan ataupun dari segi pemahaman tentang Keselamatan
Pertambangan dengan mengadakan training.
f. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang bisa meningkatkan kesadaran tentang
Keselamatan Pertambangan serta mengajak karyawan turut berperan aktif dalam
mengkampanyekan Keselamatan Pertambangan.
g. Melaksanakan statistik kecelakaan kerja yaitu berupa perhitungan tentang ratarata
frekuensi waktu kerja yang hilang, tingkat rata-rata keparahan waktu kerja yang
hilang, besarnya kerusakan peralatan yang dikonversikan kedalam mata uang dan
memperhitungkan kerugian dari setiap kecelakaan yang terjadi dalam hitungan
mata uang.
h. Melakukan kegiatan inisiatif yang dilakukan berdasarkan faktor dan potensi
bahaya yang diamati sebagai langkah preventif atas kecelakaan kerja dan penyakit
akibat kerja.

174
i. Memberlakukan surat-surat izin mengenai segala sesuatu aktivitas berbahaya yang
ada.
(2) Komitmen SHE Departement Komitmen dari SHE Departement adalah
menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman serta mencapai dan
mempertahankan target “zero accident”.
(3) Program Keselamatan Pertambangan Untuk mewujudkan kegiatan pokoknya SHE
Departement memiliki beberapa program keselamatan kerja yang pelaksanaannya
diagendakan per satu tahun. Kegiatan tersebut antara lain:
a. Memfasilitasi setiap departemen untuk melakukan safety talk menjadi agenda
rutin yang dilaksanakan satu minggu sekali.
b. Melaksanakan safety meeting yang dilaksanakan satu bulan sekali.
c. Melaksanakan inspeksi pada workshop, jalan hauling, area pabrik pengolahan,
camp dan kantin, alat keselamatan kerja dan inspeksi internal.
d. Pelaksanaan training mengenai materi-materi Keselamatan Pertambangan.
e. Mengadakan lomba dan reward yang melibatkan semua karyawan untuk
mengkampanyekan Keselamatan Pertambangan.
Kegiatan inisiatif yaitu pemasangan rambu-rambu Keselamatan Pertambangan,
pemasangan APAR dan alat-alat keselamatan lainnya.

175
BAB X

PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

10.1. Program Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

PT Mc Manghan memiliki tanggung jawab sosial dalam rangka pengembangan


dan pemberdayaan masyarakat (PPM) sekitar. Pelaksanaan kewajiban PPM oleh
PT Mc Manghan didasari oleh amanat peraturan perundangan seperti Permen
ESDM No 25 tahun 2018 tentang Pengusahaan Pertambangan Mineral dan
Batubara, dan Kepmen ESDM No 1824K/30/MEM/2018 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat.

PT Mc Manghan sejak masa operasi tahun 2021 telah menyusun suatu visi,
misi, dan tujuan program PPM sebagai berikut:

• Visi
Mewujudkan pengembangan dan pemberdayaan masyarakat yang tangguh,
terampil, dan sejahtera.
• Misi
Kegiatan yang dilakukan secara terencana dan sistematis akan diarahkan
untuk memperbesar akses masyarakat dalam mencapai kondisi sosial,
ekonomi, dan budaya yang lebih baik sehingga masyarakat di tempat
tersebut menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan
kesejahteraaan yang lebih baik.
• Tujuan
Tujuan dari program PPM PT Mc Manghan adalah sebagai berikut:
1. Mendorong komunitas lingkar tambang untuk ikut berkembang
bersama perusahaan.
2. Melaksanakan kegiatan pengembangan masyarakat bersama pemerintah
setempat dan komunitas lingkar tambang.
3. Mewujudkan konsep pengembangan masyarakat berdasarkan
pengembangan berkelanjutan.
4. Mencegah terjadinya disharmonisasi hubungan dengan komunitas
lingkar tambang.
5. Merencanakan, melaksanakan, memantau, dan mengembangkan
kinerja pengembangan masyarakat secara terus menerus

177
Dalam rangka penyusunan program sesuai dengan visi dan misi PPM, PT Mc
Manghan telah melakukan pemetaan sosial (social mapping). Hal tersebut
dilakukan untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan persepsi
masyarakat pada penambangan batubara yang bermukim di sekitar kosesi PT Mc
Manghan. PT Mc Manghan juga telah melakukan konsultasi dengan pemerintah
daerah setempat yaitu Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
sebagai salah satu pemangku kepentingan (stakeholder) dalam melakukan
penyusunan cetak biru (blueprint) program PPM yang telah ditetapkan. Rencana 5
tahunan yang telah disusun akan didetailkan menjadi rencana kerja tahunan.
Program PPM PT Mc Manghan dilakukan dalam beberapa tahapan, mulai dari
tahap persiapan sampai pelepasan sebagai tahap akhir dari program PPM.
Penyusunan program PPM juga telah dilakukan dalam proses yang baik dengan
melibatkan pemerintah daerah (dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kulonprogo)
agar visi, misi, dan tujuan program PPM bisa tercapai. Strategi penyusunan dan
diagram alir pelaksanaan program PPM diringkas pada Gambar 10.1.

Gambar 10.1. Strategi Penyusunan Program PPM

178
Program PPM PT Mc Manghan telah dilakukan sejak masa awal operasi
produksi. Program PPM yang telah dilakukan oleh PT Mc Manghan antara lain
adalah pemberian beasiswa, pelatihan keterampilan dasar, pembangunan
infrastruktur (jalan dan gedung), perbaikan temapt ibadah, pembuatan fasilitas air
bersih. Kegiatan – kegiatan tersebut dilakukan atas dasar tanggung jawab dan
kepedulian PT Mc Manghan terhadap lingkungan sosial di sekitarnya. Program
PPM PT Mc Manghan periode tahun 2021 - 2023 secara lengkap beserta target
lokasi kegiatan tahunan dapat dilihat pada Tabel 10.1.

Tabel 10.1. Program PPM PT Mc Manghan 2021 - 2023

Program Utama PPM Rincian Kegiatan PPM Waktu Pelaksanaan


No Lokasi Kegiatan
Tahunan Tahunan PPM

1 Pendidikan
Program Peningkatan
Pendidikan dan Maret, Juni, September,
A Beasiswa Desember
Pengembangan SDM
Melalui Beasiswa
Pendidikan, pelatihan Program Peningkatan
B ketrampilan, dan Mutu Pendidik dan Desa di wilayah Januari – Desember
keahlian dasar Tenaga Kependidikan Kliripan, Kel.
Hargorejo, dan Kec.
Program Peningkatan Kokap
C Bantuan tenaga pendidik Mutu Pendidik dan Januari – Desember
Tenaga Kependidikan
Peningkatan Kualitas
Bantuan sarana atau
D Penyelenggaraan Januari – Desember
prasarana pendidikan
Pendidikan
2 Kesehatan
Program Pelayanan
Kesehatan Masyarakat
A Kesehatan penduduk Januari – Desember
Sekitar Tambang Desa di wilayah
miskin
Kliripan, Kel.
Peningkatan Kualitas Hargorejo dan Kec.
B Tenaga Kesehatan Januari – Desember
Pelayanan Kesehatan
Kokap
Sarana dan/atau Prasarana
C Bantuan alat kesehatan Januari, Juli, Agustus
Kesehatan
Tingkat Pendapatan
3 Riil/Pekerjaan
Kegiatan ekonomi menurut
A profesi yang dimiliki,
seperti:

Desa di wilayah
i Perdagangan Kliripan, Kel.
Hargorejo dan Kec.
Kokap
Januari, Februari,
Program Penerapan
Oktober
ii Pertanian Mekanisasi dan Teknologi
Pertanian

179
Program Utama PPM Rincian Kegiatan PPM Waktu Pelaksanaan
No Lokasi Kegiatan
Tahunan Tahunan PPM

iii Peternakan

iv Perikanan
v Kewirausahaan
Pengutamaa penggunaan
tenaga kerja Masyarakat Kabupaten
B
Sekitar Tambang sesuai Kulonprogo
dengan kompetensi
4 Kemandirian Ekonomi
Peningkatan kapasitas dan
akses masyarakat setempat
A
dalam usaha kecil dan
Januari - Desember
menengah
Pengembangan Usaha kecil
Pengembangan Ekonomi Desa di wilayah
B dan menengah masyarakat
Kerakyatan
Januari - Desember
sekitar tambang Kliripan, Kel.
Pemberian kesempatan Hargorejo dan Kec.
kepada masyarakat sekitar Kokap
tambang untuk ikut
C berpartisipasi dalam Januari - Desember
pengembangan usaha kecil
dan menengah sesuai
dengan profesinya
5 Sosial Budaya
Bantuan pembangunan Bantuan pembangunan
sarana dan/atau prasarana sarana dan/atau prasarana
A
ibadah dan hubungan di ibadah dan hubungan
bidang keagamaan dibidang keagamaan Desa di wilayah
Bantuan bencana alam dan Kliripan, Kel.
B Januari - Desember
bantuan sosial lainnya Hargorejo dan Kec.
Komunitas Adat Terpencil Kokap
Partisipasi dalam
(KAT) dan Penyandang
C pelestarian budaya dan
Masalah Kesejahteraan
kearifan lokal setempat
Sosial

Pemberian kesempatan
kepada masyarakat
setempat untuk ikut
6 berpartisipasi dalam Januari - Desember
pengelolaan lingkungan
kehidupan masyarakat
sekitar tambang yang
Desa di wilayah
berkelanjutan Kliripan, Kel.
Pemberian kesempatan Hargorejo dan Kec.
kepada masyarakat Kokap
setempat untuk ikut
berpartisipasi dalam
7 pengelolaan lingkungan
Januari - Desember
kehidupan masyarakat
sekitar tambang yang
berkelanjutan

180
Program Utama PPM Rincian Kegiatan PPM Waktu Pelaksanaan
No Lokasi Kegiatan
Tahunan Tahunan PPM

Pembangunan
8 infrastruktur yang Januari - Desember
menunjang PPM

Rincian program PPM PT Mc Manghan dijelaskan sebagai berikut:

10.1.1. Pendidikan
PT Mc Manghan memiliki komitmen untuk berperan aktif dalam program
pendidikan di sekitar wilayah IUP. Pendidikan yang bermutu disadari dapat
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berdaya saing. Komitmen
perusahaan dalam bidang pendidikan ditunjukkan dengan program – program
sebagai berikut:

1. Pemberian program beasiswa bagi siswa berprestasi yang kurang


mampu.
2. Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan
3. Peningkatan kapasitas tenaga pendidik dalam bentuk pendidikan,
pelatihan, dan keahlian dasar.
4. Peningkatan mutu bagi pendidik dan tenaga kependidikan

Dokumentasi kegiatan program PPM bidang pendidikan dapat dilihat pada


Gambar 10.2.

Gambar 10.2. Pelaksanaan Program PPM Bidang Pendidikan


10.1.2. Kesehatan

Kesehatan merupakan modal utama untuk membentuk suatu sumber daya


manusia yang memiliki daya saing. PT Mc Manghan berkomitmen dalam
pengembangan bidang kesehatan di sekitar wilayah IUP dalam bentuk sebagai
berikut:

1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan

181
2. Peningkatan program perbaikan gizi masyarakat
3. Bantuan peningkatan kapasitas bagi tenaga kesehatan
4. Bantuan program pelayanan kesehatan dalam bentuk sarana dan/atau
prasarana kesehatan.

Dokumentasi kegiatan program PPM bidang kesehatan ditampilkan pada


Gambar 10.3.

Gambar 10.3. Pelaksanaan Program PPM Bidang Kesehatan

10.1.3. Tingkat Pendapatan Riil atau Pekerjaan

Masyarakat sekitar wilayah IUP PT Mc Manghan memiliki berbagai macam


profesi, akan tetapi profesi yang paling dominan adalah petani. Program PPM PT
Mc Manghan difokuskan untuk meningkatkan pendapatan dari masyarakat yang
berprofesi sebagai petani. Kegiatan yang diutamakan adalah program peningkatan
produksi pangan dan penerapan teknologi pertanian secara tepat guna.

10.1.4. Kemandirian Ekonomi

Kemandirian ekonomi masyarakat dapat dicapai dengan wirausaha. PT Mc


Manghan menyadari bahwa usaha mikro kecil menengah (UMKM) merupakan
denyut nadi perekonomian masyarat sekitar IUP. Oleh karena itu, PT Mc Manghan
melakukan kegiatan – kegiatan sebagai berikut:

1. Peningkatan kapasitas dalam akses modal usaha bagi UMKM.


2. Peningkatan kapasitas dalam hal kewirausahaan
3. Pengembangan UMKM di sekitar IUP PT Mc Manghan

10.1.5. Sosial dan Budaya

PT Mc Manghan akan senantiasa untuk melestarikan budaya dan aktif


dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. PT Mc Manghan aktif berpartisipasi dalam
kegiatan keagamaan, olahraga, dan kebudayaan oleh organisasi – organisasi

182
kemasyarakatan setempat. Sebagai contoh di bidang olahraga, PT Mc Manghan
menjadi sponsor pada acara perlombaan tahunan seperti perlombaan sepakbola.
Pada bidang keagamaan, PT Mc Manghan aktif dalam kegiatan pembangunan dan
renovasi tempat ibadah di sekitar IUP. Program PPM di bidang sosial dan budaya
merupakan program tahunan yang rutin dilakukan oleh PT Mc Manghan.

10.1.6. Pemberian Kesempatan Masyarakat dalam Pengelolaan


Lingkungan

Kepedulian masyarakat dalam pengelolaan lingkungan perlu diarahkan oleh


PT Mc Manghan yang telah menerapkan prinsip pertambangan yang baik (Good
Mining Practices). Pengelolaan lingkungan yang dilakukan dalam lingkup
masyarakat diutamakan dalam pengelolaan sampah serta menjaga kebersihan
lingkungan khususnya rumah tangga dan desa.

10.1.7. Pembentukan Kelembagaan Komunitas Masyarakat Dalam


Menunjang Kemandirian PPM

Kelembagaan merupakan sarana organisasi bagi komunitas masyarakat. Di


daerah sekitar IUP PT Mc Manghan telah terbentuk beberapa organisasi komunitas
dalam lingkup masyarakat. Oleh karena itu, dalam hal pembentukan kelembagaan
tidak menjadi program prioritas utama pada program PPM PT Mc Manghan.

10.1.8. Pembangunan Infrastruktur yang Menunjang PPM

Infrastruktur adalah sarana yang vital dalam pemberdayaan masyarakat. PT


Mc Manghan telah dan akan terus memberikan bantuan program pembangunan
infrastruktur khususnya jalan di wilayah sekitar IUP. Dokumentasi pembangunan
infrastruktur dapat dilihat pada Gambar 10..

Gambar 10.4 Dokumentasi Program PPM Bidang Pembangunan


Infrastruktur

183
Biaya Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat

Pelaksanaan program – program PPM tersebut akan memerlukan biaya.


Alokasi biaya PPM Pada periode operasi penambangan yaitu tahun 2021 – 2023
ditunjukkan pada Tabel 10.2. Biaya PPM yang dialokasikan untuk tiga (3) tahun
adalah sebesar Rp 1.056.906,00. Biaya PPM pada periode pasca tambang (2024 –
2026) termasuk dalam biaya sosial, ekonomi, dan budaya adalah Rp
1.815.000.000,00. Rincian alokasi biaya PPM pada periode pasca tambang dapat
dilihat pada Tabel 10.3.

Tabel 10.2. Rencana Biaya PPM 2021 – 2023


Waktu Biaya PPM (Rp)
Program Utama Rincian Kegiatan Lokasi
No Pelaksanaan
PPM Tahunan PPM Tahunan Kegiatan 2021 2022 2023
PPM
1 Pendidikan
Program Peningkatan
Maret. Juni.
Pendidikan dan
A Beasiswa September. 7.000.000 3,527,093
Pengembangan SDM 3,124,802
Desember
Melalui Beasiswa
Pendidikan, Program Peningkatan
pelatihan Mutu Pendidik dan Desa di Januari –
B 8.000.000 4,030,964
ketrampilan, dan Tenaga wilayah Desember 3,571,202
keahlian dasar Kependidikan Kliripan Kel.
Program Peningkatan Hargorejo dan
Bantuan tenaga Mutu Pendidik dan Kec. Kokap Januari –
C 24.000.000 12,092,891
pendidik Tenaga Desember 10,713,607
Kependidikan
Bantuan sarana atau Peningkatan Kualitas
Januari –
D prasarana Penyelenggaraan 14.000.000 7,054,187
Desember 6,249,604
pendidikan Pendidikan
2 Kesehatan
Kesehatan Program Pelayanan
Januari –
A Masyarakat Sekitar Kesehatan Desa di 203.528.000 102,551,749 90,854,959
Desember
Tambang penduduk miskin wilayah
Peningkatan Kualitas Kliripan Kel. Januari –
B Tenaga Kesehatan Hargorejo dan
Pelayanan Kesehatan Desember
Sarana dan/atau Bantuan alat Kec. Kokap Januari. Juli.
C 28.500.000 14,360,308 12,722,408
Prasarana Kesehatan kesehatan Agustus
Tingkat
3 Pendapatan
Riil/Pekerjaan
Kegiatan ekonomi
menurut profesi
A
yang dimiliki,
seperti: Desa di
i Perdagangan wilayah
Program Penerapan Kliripan Kel.
Januari. Februari.
ii Pertanian Mekanisasi dan Hargorejo dan 74.000.000 37,286,415 33,033,622
Oktober
Teknologi Pertanian Kec. Kokap
iii Peternakan
iv Perikanan
v Kewirausahaan
Pengutamaa
penggunaan tenaga
kerja Masyarakat Kabupaten
B
Sekitar Tambang Kulonprogo
sesuai dengan
kompetensi
Kemandirian
4
Ekonomi
Peningkatan
Desa di
kapasitas dan akses
wilayah
masyarakat Januari -
A Kliripan Kel. 12.500.000 6,298,381 5,580,004
setempat dalam Desember
Hargorejo dan
usaha kecil dan
Kec. Kokap
menengah

184
Waktu Biaya PPM (Rp)
Program Utama Rincian Kegiatan Lokasi
No Pelaksanaan
PPM Tahunan PPM Tahunan Kegiatan 2021 2022 2023
PPM
Pengembangan
Usaha kecil dan
Pengembangan Januari -
B menengah 3.000.000 1,511,611 1,339,201
Ekonomi Kerakyatan Desember
masyarakat sekitar
tambang
Pemberian
kesempatan kepada
masyarakat sekitar
tambang untuk ikut
Januari -
C berpartisipasi dalam 6.000.000 3,023,223 2,678,402
Desember
pengembangan
usaha kecil dan
menengah sesuai
dengan profesinya
5 Sosial Budaya
Bantuan
Bantuan
pembangunan
pembangunan sarana
sarana dan/atau
A dan/atau prasarana 60.900.000 30,685,711 27,185,778
prasarana ibadah
ibadah dan hubungan
dan hubungan di Desa di
dibidang keagamaan
bidang keagamaan wilayah
Januari -
Bantuan bencana Kliripan Kel.
Desember
B alam dan bantuan Hargorejo dan
sosial lainnya Kec. Kokap
Partisipasi dalam Komunitas Adat
pelestarian budaya Terpencil (KAT) dan
C 31.500.000 15,871,920 14,061,609
dan kearifan lokal Penyandang Masalah
setempat Kesejahteraan Sosial
Pemberian
kesempatan
kepada
masyarakat
setempat untuk
ikut berpartisipasi Januari -
6 30.000.000 15,116,114 13,392,009
dalam pengelolaan Desember
lingkungan
kehidupan
masyarakat sekitar
tambang yang
berkelanjutan Desa di
Pemberian wilayah
kesempatan Kliripan Kel.
kepada Hargorejo dan
masyarakat Kec. Kokap
setempat untuk
ikut berpartisipasi Januari -
7 5.000.000 2,519,352 2,232,001
dalam pengelolaan Desember
lingkungan
kehidupan
masyarakat sekitar
tambang yang
berkelanjutan
Pembangunan
Januari -
8 infrastruktur yang 34.000.000 17,131,596 15,177,610
Desember
menunjang PPM
Total 541,928,000 273,061,515 241,916,817

185
Tabel 10.3. Rencana Biaya PPM 2024 - 2026
Waktu Biaya PPM (Rp)
Program Utama Rincian Kegiatan
No Lokasi Kegiatan Pelaksanaan
PPM Tahunan PPM Tahunan 2024 2025 2026
PPM
1 Pendidikan 60,500,000 60,500,000 60,500,000
Program
Peningkatan
Maret, Juni,
Pendidikan dan
A Beasiswa September, 6,050,000 6,050,000 6,050,000
Pengembangan
Desember
SDM Melalui
Beasiswa
Program
Pendidikan,
Peningkatan Mutu
pelatihan Januari –
B Pendidik dan Desa di wilayah 12,100,000 12,100,000 12,100,000
ketrampilan, dan Desember
Tenaga Kliripan Kel.
keahlian dasar
Kependidikan Hargorejo dan
Program Kec. Kokap
Peningkatan Mutu
Bantuan tenaga Januari –
C Pendidik dan 27,225,000 27,225,000 27,225,000
pendidik Desember
Tenaga
Kependidikan
Peningkatan
Bantuan sarana
Kualitas Januari –
D atau prasarana 15,125,000 15,125,000 15,125,000
Penyelenggaraan Desember
pendidikan
Pendidikan
2 Kesehatan 90,750,000 90,750,000 90,750,000

Program
Kesehatan
Pelayanan Januari –
A Masyarakat 63,525,000 63,525,000 63,525,000
Kesehatan Desember
Sekitar Tambang
penduduk miskin
Desa di wilayah
Kliripan Kel.
Peningkatan
Hargorejo dan
Tenaga Kualitas Januari –
B Kec. Kokap 27,225,000 27,225,000 27,225,000
Kesehatan Pelayanan Desember
Kesehatan
Sarana dan/atau
Bantuan alat Januari, Juli,
C Prasarana
kesehatan Agustus
Kesehatan
Tingkat
3 Pendapatan 90,750,000 90,750,000 90,750,000
Riil/Pekerjaan
Kegiatan
ekonomi menurut
A
profesi yang
dimiliki, seperti:
i Perdagangan
Program
Penerapan Desa di wilayah Januari,
ii Pertanian Mekanisasi dan Kliripan Kel. Februari, 54,450,000 54,450,000 54,450,000
Teknologi Hargorejo dan Oktober
Pertanian Kec. Kokap

iii Peternakan

iv Perikanan
v Kewirausahaan 36,300,000 36,300,000 36,300,000
Pengutamaa
penggunaan
tenaga kerja
Kabupaten
B Masyarakat
Kulonprogo
Sekitar Tambang
sesuai dengan
kompetensi
Kemandirian
4 211,750,000 211,750,000 211,750,000
Ekonomi
Peningkatan
kapasitas dan Desa di wilayah
akses masyarakat Kliripan Kel. Januari -
A 148,225,000 148,225,000 148,225,000
setempat dalam Hargorejo dan Desember
usaha kecil dan Kec. Kokap
menengah

186
Waktu Biaya PPM (Rp)
Program Utama Rincian Kegiatan
No Lokasi Kegiatan Pelaksanaan
PPM Tahunan PPM Tahunan 2024 2025 2026
PPM
Pengembangan
Usaha kecil dan Pengembangan
Januari -
B menengah Ekonomi 31,762,500 31,762,500 31,762,500
Desember
masyarakat Kerakyatan
sekitar tambang
Pemberian
kesempatan
kepada
masyarakat
sekitar tambang
untuk ikut
Januari -
C berpartisipasi 31,762,500 31,762,500 31,762,500
Desember
dalam
pengembangan
usaha kecil dan
menengah sesuai
dengan
profesinya
5 Sosial Budaya 121,000,000 121,000,000 121,000,000
Bantuan Bantuan
pembangunan pembangunan
sarana dan/atau sarana dan/atau
A prasarana ibadah prasarana ibadah 60,500,000 60,500,000 60,500,000
dan hubungan di dan hubungan
bidang dibidang
keagamaan keagamaan Desa di wilayah
Bantuan bencana Kliripan Kel. Januari -
B alam dan bantuan Hargorejo dan Desember
sosial lainnya Kec. Kokap
Komunitas Adat
Partisipasi dalam
Terpencil (KAT)
pelestarian
dan Penyandang
C budaya dan 60,500,000 60,500,000 60,500,000
Masalah
kearifan lokal
Kesejahteraan
setempat
Sosial
Pemberian
kesempatan
kepada
masyarakat
setempat untuk
ikut
berpartisipasi
Januari -
6 dalam
Desember
pengelolaan
lingkungan
kehidupan
masyarakat
sekitar tambang
yang
berkelanjutan
Pemberian
kesempatan Desa di wilayah
kepada Kliripan Kel.
masyarakat Hargorejo dan
setempat untuk Kec. Kokap
ikut
berpartisipasi
Januari -
7 dalam
Desember
pengelolaan
lingkungan
kehidupan
masyarakat
sekitar tambang
yang
berkelanjutan

Pembangunan
infrastruktur Januari -
8 30,250,000 30,250,000 30,250,000
yang menunjang Desember
PPM

Total 605,000,000 605,000,000 605,000,000

187
Fokus utama dari program PPM (termasuk anggaran yang disiapkan) adalah
untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat di lingkar tambang pertama (≥80%),
kemudian baru dikembangkan untuk masyarakat lingkar tambang kedua dan ketiga
sebesar ≤20%. Target atau penerima manfaat yang diutamakan adalah untuk
masyarakat rentan.

Beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian dalam pelaksanaan program


Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat adalah sebagai berikut:
• Program-program yang dilakukan oleh perusahaan harus tetap di bawah
koordinasi dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah yang
bersangkutan (dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kulonprogo),
• Partisipasi perusahaan harus tetap dijaga sesuai dengan kemampuan
finansialnya agar investor tidak merasa mendapat beban yang berlebihan,
• Program-program pengembangan masyarakat di sekitar wilayah tambang
harus diimbangi dengan program-program pengembangan yang setara oleh
pemerintah daerah sekitarnya. Jika tidak, maka akan berakibat terjadinya
kecemburuan antar-wilayah,
• Kalangan Pemerintah Daerah sekitar perlu menyadarkan masyarakat untuk
menghindarkan protes terhadap perusahaan atas hal-hal yang kurang
memuaskan terkait dengan program-program pengembangan masyarakat,
melainkan menyalurkan aspirasinya kepada pemerintah setempat,
• Sebaliknya, perusahaan secara proaktif perlu berkoordinasi dengan
Pemerintah Kabupaten Kulonprogo apabila melihat gejala timbulnya
permasalahan sosial di sekitar wilayah operasi yang disebabkan oleh masalah
kecemburuan sosial atau lainnya.
PT Mc Manghan akan melaksanakan kegiatan program pengembangan
masyarakat sebagai tanggungjawab perusahaan dan harus harus mendukung
Program Pemerintah Kabupaten Kulonprogo. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan
kualitas hidup masyarakat, terutama di sekitar lokasi penambangan. PT Mc
Manghan akan melaksanakan kegiatan program pengembangan masyarakat dengan
memberdayakan potensi yang ada, sehingga diharapkan masyarakat setempat dapat
meningkatkan kemandiriannya, serta merasakan manfaat dari keberadaan usaha
pertambangan batubara di wilayah tersebut.

Sinergitas perencanaan program pengembangan masyarakat harus tercapai di


antara kebutuhan PT Mc Manghan, Pemerintah Kabupaten Kulonprogo, dan
masyarakat setempat. Perencanaan perlu menghindarkan beberapa hal yang dapat
menimbulkan beban tambahan secara berlebihan terhadap perusahaan, sehingga
dapat mencapai tujuan untuk memaksimalkan manfaat sosial ekonomi regional dan

188
meminimalkan dampak negatif dari usaha pertambangan selama operasi produksi
maupun pasca-tambang. Adapun rencana program kegiatan pengembangan
masyarakat terdiri dari dua bagian yaitu, program pertama berupa bantuan atau
hibah dan program kedua berupa beberapa kegiatan yang mendatangkan aspek
pengembangan daerah yang saling menguntungkan, baik bagi perusahaan maupun
masyarakat setempat.

189
BAB XI
ORGANISASI DAN TENAGA KERJA

Pola kerja pelaksanaan operasi penambangan yang dapat diterapkan pada


umumya ada 3 (tiga) alternatif pola kerja yang akan dikaji, yaitu: seluruh kegiatan
penambangan dikerjakan sendiri (alternatif pola kerja I), sebagian kegiatan
penambangan dikerjakan sendiri, sebagian dikerjakan kontraktor (alternatif pola
kerja II), dan seluruh kegiatan penambangan dikerjakan kontraktor (alternatif pola
kerja III). Pelaksanaan operasi penambangan Mangan pada PT. McMangan hanya
menggunakan alternatif pola kerja I, yaitu seluruh kegiatan penambangan
dikerjakan sendiri oleh perusahaan.
PT. McManghan memiliki visi menjadi perusahaan mangan yang
berkomitmen untuk menyediakan produk berkualitas sekaligus peduli lingkungan
dan juga memiliki misi yaitu:
1. Menciptakan nilai perusahaan yang berkelanjutan melalui good mining
practice
2. Meningkatkan pasokan mangan yang berkualitas
3. Memberikan manfaat yang optimal bagi karyawan dan masyarakat serta
kepedulian terhadap lingkungan

11.1. Bagan Organisasi


Pelaksanaan kegiatan penambangan akan dirancang secara sederhana,
namun setiap divisi memiliki wewenang untuk menjamin kelancaran kegiatan
penambangan secara teknis dan non teknis.
Rekomendasi pengorganisasian dan tenaga kerja yang disarankan untuk PT.
McMangan adalah sistem organisasi sentralisasi ke pusat, dengan setiap divisi
memegang penuh bagiannya. Tambang dipimpin oleh seorang Kepala Teknik
Tambang. Pengambilan tenaga kerja diharapkan melibatkan tenaga kerja local.

190
Organisasi penambangan mangan PT. McMangan dipimpin oleh seorang
Direktur Utama yang bertanggung jawab kepada Komisaris. Kepala Teknik
Tambang merupakan pimpinan tertinggi di lokasi penambangan yang membawahi
6 (enam) divisi utama, yaitu : Divisi Perencanaan, Divisi Operasional, Divisi
Pengolahan, Divisi Pemasaran, Divisi K3, Lingkungan & Comdev, dan Divisi
Administrasi dan Keuangan. Setiap Divisi akan didukung oleh beberapa staf untuk
kelancaran pekerjaan yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Teknik
Tambang. Struktur Organisasi pada PT. McMangan dapat dilihat pada Gambar
11.1.
Fungsi tiap bagian secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Komisaris
Komisaris berperan dalam memberikan pertanggungjawaban kepada para
stakeholder (pemangku kepentingan) dan shareholder (pemegang saham).
Berfungsi sebagai pengawas, komisaris akan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban atas pengelolaan oleh direktur sesuai dengan kepentingan
dan tujuan perusahaan.

2. Direktur Utama
Direktur utama berwenang merumuskan dan menetapkan suatu kebijakan dan
program umum perusahaan sesuai dengan batas wewenang yang diberikan.
Selain itu Direktur Utama bertugas dalam menyetujui anggaran tahunan
perusahaan dan melaporkan kepada pemegang saham atas kinerja perusahaan.

3. Sekretaris
Sekretaris membantu Direktur Utama sebagai penghubung dalam komunikasi
dengan pemegang saham, menyusun laporan manajemen, serta kegiatan yang
berhubungan dengan kesekretariatan.

4. Kepala Teknik Tambang


KTT memiliki posisi tertinggi dalam struktur organisasi lapangan
pertambangan yang memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya
operasional pertambangan sesuai dengan kaidak teknik pertambangan yang
baik dan tercapainya tujuan dari perusahaan.

184
5. Divisi Perencanaan
Divisi perencanaan membantu tugas-tugas manajer dan bertanggung jawab
terhadap perencanaan tambang, laporan produksi harian/mingguan/bulanan,
penentuan sasaran produksi, kualitas produk. Divisi ini bertanggung jawab
pada perencanaan tambang baik jangka pendek maupun jangka panjang.

6. Divisi Operasi Tambang


Divisi ini terbagi menjadi 2 (dua) bagian yaitu bagian eksplorasi dan bagian
penambangan
- Bagian Eksplorasi
Geologist dan Surveyor, membantu menentukan batas-batas
penambangan, pengukuran penggalian baik tanah maupun pasirbatu serta
pengukuran batas-batas daerah penambangan selanjutnya.
- Bagian Penambangan
Penambangan, menangani pekerjaan di daerah tambang yang meliputi
penggalian dan penimbunan tanah penutup serta pembongkaran,
pemuatan, dan pengangkutan mangan.

7. Divisi Pengolahan
Divisi ini dikepalai oleh Kabag Pengolahan dan dibantu oleh staff.
Bertanggung jawab terhadap proses pengolahan sehingga menjadi produk yang
memiliki nilai jual tinggi, yang mana dilokasi pengolahan kualitas dari mangan
yang akan dijadikan produk akan diawasi oleh Quality Control pada
pengolahan.

8. Divisi Pemasaran
Divisi ini bertugas untuk mengurusi pemasaran produk kaolin dan mineral
ikutan lain yang ikut terpisahkan. Divisi ini akan memenuhi permintaan
konsumen, memberikan informasi produk mangan kepada konsumen, prospek
perdagangan mangan, memprediksi pasar, dan mengetahui harga produk
mangan. Hingga mengatur pengiriman produk agar dapat sampai dengan cepat
ke tangan konsumen.

185
9. Divisi K3, Lingkungan, dan Comdev
Divisi K-3, Lingkungan, dan Comdev bertanggung jawab terhadap:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja (K-3)
b. Lingkungan, mencegah dampak negatif yang timbul karena operasi
tambang, mengontrol, reklamasi dan penghijauan daerah tambang
c. Perawatan kendaraan ringan dan alat-alat berat
d. Sarana penerangan daerah tambang
e. Bangunan kantor dan pabrik pengolahan
Divisi K-3, Lingkungan, dan Comdev terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian K3
yang terdiri dari staff listrik dan mekanik, bagian comdev, dan bagian
lingkungan.
Comdev menangani masalah sosialisasi dengan lingkungan, masyarakat
setempat. Memperhatikan SDM masyarakat, serta sosialisai-sosialisasi yang
lain yang menyangkut kepentingan bersama.

2. Divisi Administrasi dan Keuangan


Divisi Administrasi dan Keuangan terdiri dari empat bagian yaitu bagian
pemasaran, bagian keuangan, bagian umum, dan bagian personalia. Divisi ini
membantu manajer dan bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan yang
mendukung operasi tambang, antara lain:
a. Keuangan dan pembayaran gaji (payroll)
b. Administrasi dan surat menyurat
c. Personalia dan umum
d. Security/satpam
e. Hubungan kepada masyarakat dan pemerintah setempat
f. Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

186
KOMISARIS

DIREKTUR UTAMA

SEKRETARIS

KEPALA TEKNIK TAMBANG

DIVISI DIVISI OPERASI DIVISI DIVISI DIVISI K3, DIVISI ADMIN


PERENCANAAN PENGOLAHAN PEMASARAN LINGKUNGAN, DAN DAN
COMDEV KEUANGAN

STAFF STAFF STAFF


BAGIAN BAGIAN - STAFF. KEUANGAN
EKSPLORAS PENAMBANGAN - STAFF. UMUM DAN
I
PERSONALIA
BAGIAN K3 BAG COMDEV BAG
STAFF LINGKUNGAN

STAFF
SUB BAGIAN SUB BAGIAN STAFF
PEMUATAN DAN PEMBONGKARAN
PENGANGKUTAN STAFF LISTRIK STAFF. MEKANIK

STAFF
STAFF

Gambar 11.1
Struktur Organisasi PT. McMangan

187
11.2. Tabel Tenaga Kerja
Pembagian pekerjaan dan penempatan tenaga kerja diperusahaan kami
dibagi menjadi 2 (dua) yaitu tenaga kerja tetap dan tenaga kerja tidak
tetap di mana pembagiannya dapat dilihat pada Tabel 11.1 dan Tabel
11.2.

Tabel 11.1
Distribusi Tingkat Pendidikan dan Jumlah Tenaga Kerja
Pendidikan Jumlah Tenaga Kerja
Sarjana 22
D3 55
SMA 26
Umum 4
Total 107

Tabel 11.2
Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja
Pekerjaan Pendidikan Pengalaman Total Status
Komisaris S3 Tambang ≥ 10 th 1 Tetap
Direktur Utama S3 Tambang ≥ 10 th 1 Tetap
Sekretaris S2 Tambang ≥ 7 th 1 Tetap
Kepala Teknik Tambang S3 Tambang ≥ 2th 1 Tetap
Sub Total 4
Divisi Perencanaan
Kadiv. Perencanaan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff perencanaan D3 Tambang ≥ 1 th 3 Tetap
Sub Total 4
Divisi Operasi Tambang
Kadiv. Operasi Tambang S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. Eksplorasi S1 Geologi ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Penambangan S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kasubag Pemuatan dan Pengangkutan S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kasubag Pembongkaran S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Staff Eksplorasi D3 Tambang/D3 Geologi ≥ 1 th 3 Tetap
Staff Pemuatan dan Pengangkutan D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Staff Pembongkaran D3 Tambang ≥ 1 th 3 Tetap
Surveyor STM ≥ 1 th 1 Tidak tetap
D3 Tambang + STM ≥ 1 th Tidak tetap
Operator Bulldozer 1
D3 Tambang + STM ≥ 1 th Tidak tetap
Operator Back Hoe 3
D3 Tambang + STM ≥ 1 th Tidak tetap
Operator Dump Truck 6

188
Sopir SMA ≥ 0 th 4 Tidak tetap
≥ 0 th
Mekanik D3 Mesin 4 Tidak tetap
≥ 0 th
Helper SMA 4 Tidak tetap
Sub Total 36
Divisi Geoteknik
Kadiv. Geoteknik S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Geoteknik D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Sub Total 3
Divisi Hidrologi dan Hidrogeologi
Kadiv. Hidrologi dan Hidrogeologi S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Hidrologi dan Hidrogeologi D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Sub Total 3
Divisi Pengolahan
Kadiv. Pengolahan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Pengolahan D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Quality Control STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Pengawas stockpile SMA ≥ 0 th 3 Tidak tetap
Pengawas stockyard SMA ≥ 0 th 1 Tidak tetap
Mekanik STM Mesin+D3 Mesin ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Sub Total 13
Divisi Pemasaran
Kadiv. Pemasaran S1 Manajemen ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Pemasaran D3 Manajemen ≥ 1 th 3 Tetap
Sub Total 4
Divisi K3, Lingkungan, dan Comdev
Kadiv. K3, Lingkungan, dan Comdev S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. K3 S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Comdev S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tidak tetap
Kabag. Lingkungan S1 Lingkungan ≥ 1 th 1 Tetap
Staff Kelistrikan D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Mekanik D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Comdev D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Lingkungan D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Dokter S1 Kedokteran ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Tenaga medis D3 Perawat ≥ 0 th 2 Tidak tetap
Satpam SMU ≥ 1 th 4 Tidak tetap
Juru Masak D3 Tata Boga ≥ 2 th 2 Tidak tetap
Cleaning service SMU + Umum ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Helper SMU + Umum ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Sub Total 30
Divisi Administrasi dan Keuangan
Kadiv. Administrasi dan Keuangan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. Administrasi S1 Ekonomi ≥ 1 th 1 Tetap

189
Kabag. Akuntansi dan Keuangan S1 Ekonomi ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Personalia S1 Manajemen + S1 Hukum ≥ 3 th 1 Tetap
Staff administrasi D3 Ekonomi ≥ 1 th 2 Tetap
Staff Akuntansi dan Keuangan D3 Ekonomi ≥ 1 th 2 Tetap
Staff Personalia D3 Manajemen + S1 Hukum ≥ 1 th 2 Tetap
Sub total 10
Total 107

11.3. Program Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kerja


Dalam organisasi terdapat paling sedikitnya tujuh manfaat yang dapat
diperoleh melalui penyelenggaraan program pendidikan dan pelatihan yaitu :
Peningkatan produktivitas kerja organisasi, diantaranya tidak terjadinya
pemborosan kerja, mampu bekerja sama antara berbagai satuan kerja, mampu
melaksanakan kegiatan yang berbeda bahkan spesifik, meningkatnya sasaran
yang telah ditetapkan serta lancarnya koordinasi sehingga organisasi bergerak
sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh. Terwujudnya hubungan yang
selaras antara atasan dengan bawahan karena adanya pendelegasian
wewenang. Interaksi yang didasarkan pada sikap dewasa baik secara teknikal
maupun intelektual saling menghargai dan adanya kesempatan bagi bawahan
untuk berfikir dan bertindak secara inovatif. Terjadi proses pengambilan
keputusan yang lebih cepat dan tepat karena melibatkan para pegawai yang
bertanggung jawab menyelenggarakan kegiatan operasional. Meningkatkan
semangat kerja seluruh tenaga kerja dalam organisasi dengan komite
organisasi yang lebih tinggi. Mendorong sikap keterbukaan manajemen
melalui penerapan manajerial yang partisipatif. Memperlancarnya
komunikasi yang efektif pada gilirannya memperlancar proses perumusan
kebijakan organisasi dan operasionalisasinya. Program pendidikan dan
pelatihan yang telah direncanakan berdasarkan analisis kebutuhan pendidikan
dan pelatihan (training need analysis) terbagi menjadi:
a. on the job
Pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan di area kerjanya sendiri, tanpa
meninggalkan pekerjaan rutinnya. Pengawas yang sudah memiliki
kompetensi di bidangnya dapat menjadi trainer pendidikan dan pelatihan on
the job.

190
b. off the job
Pekerja diberikan pendidikan dan pelatihan di luar area kerjanya sendiri.
Pendidikan dan pelatihan diberikan oleh lembaga Pemerintah atau swasta
yang telah memiliki kualifikasi dan akreditasi yang sesuai. Trainer memiliki
kompetensi sesuai dengan materi yang akan diberikan. KTT atau PTL
melaksanakan dan mendokumentasikan pendidikan dan pelatihan sesuai
dengan jadwal program pendidikan dan pelatihan yang telah ditetapkan.
Dokumentasi dilengkapi dengan rekaman hasil kegiatan pendidikan dan
pelatihan berupa antara lain rekaman audio, video, absensi, dan/atau foto.
Dalam proses pelatihan di PT. McMangan yang diselengarakan ketika
perusahaan sudah mendata calon karyawan yang telah lulus melewati
rangkaian ujian tahapan proses rekrutmen dan seleksi. Setelah disaring dan
diseleksi, diumumkan hasil siapa saja yang telah lulus. Bagi karyawan yang
lulus dan melengkapi berkas selanjutnya menjadi peserta pelatihan yang
diselenggarakan oleh PT. McMangan. Metode yang digunakan on the job
training melalui bimbingan, pengarahan, dan penjelasan dari setiap utusan
perwakilan satuan kerja. Tahap proses terakhir pelatihan yaitu evaluasi yang
dilakukan setelah peserta mengikuti proses rangkaian pelatihan di lakukan
evaluasi secara dua tahap dengan menggunakan kuesioner. Tahap pertama
setelah mengikuti pelatihan yaitu pasca pelatihan dan tahap kedua selama tiga
bulan setelah mengikuti pelatihan lalu mengisi kuisioner yaitu efektivitas
pelatihan yang diisi oleh peserta. Selain itu juga proses pengembangan
karyawan PT. McMangan dilakukan dengan metode penilaian yang
dilakukan oleh atasan atau supervisor di satuan kerja masing-masing. Ada
empat proses tahapan untuk pengembangan karyawan, yaitu training need
analysis (analisis penentu kebutuhan) yang ditentukan berdasarkan dari faktor
hasil asesmen, kebutuhan pengembangan perusahaan, dan lainnya. Langkah
selanjutnya penyusunan jadwal yang bertujuan untuk memetakan program
pengembangan karyawan yang dibutuhkan dan menentukan waktu
pengembangan dari satuan kerja masing- masing. Di tahap realisasi setelah di
analisis kebutuhan dan disusun jadwal maka dieksekusi pengembangan
karyawan apa yang sudah di programkan tadi oleh manajemen talenta sesuai

191
kebutuhan satuan kerja dan perusahaan. Berikut merupakan Pendidikan dan
pelatihan yang diadakan oleh PT. McMangan :
1. Diklat Pengawas Operasional
Sesuai dengan Permen 26 mengenai kaidah pertambangan pasal 14 yang
menerangkan bahwa pemegang IUP / IUPK wajib melaksakan ketentuan
keselamatan pertambangan diatur dalam ayat 4 salah satunya adalah
Pendidikan dan pelatihan keselamatan kerja. Oleh karena itu, PT Prima
Abadi Limestone bekerja sama dengan badan yang menaungi jasa
pembinaan dan pelatihan yang telah memiliki izin dari Kementrian
ESDM. Terdapat beberapa pelatihan yang diselenggarakan oleh PT Prima
Abadi Limestone, antara lain:
a) Diklat Pengawas Operasional Pertama (POP)
b) Diklat Pengawas Operasional Madya (POM)
c) Diklat Pengawas Operasional Utama (POU)
2. Training Geotechnical in Surface Mining
Pelatihan ini diadakan oleh PT. McMangan untuk karyawan terkhusus
pada bagian geoteknik agar dapat meningkatkan kemampuan di dunia
pertambangan dan kualitas sumber daya manusia yang berkompeten di
bidang geoteknik. Adapun materi pelatihan yang akan disampaikan antara
lain mengenai pengenalan geoteknik, batuan dan kondisi geologi umum
tambang terbuka, kekuatan batuan dan massa batuan, uji laboratorium,
metode analisis kestabilan lereng, pemantauan lereng dan perkuatan
lereng, metode kesetimbangan batas, metode elemen hingga, studi kasus
geoteknik, dan pengenalan software geoteknik.
3. Training Perencanaan dan Design Tambang
Perencanaan tambang merupakan hal yang penting karena memuat
rencana penambangan dari awal hingga akhir produksi dan penutupan
tambang. Maka, PT. McMangan bekerja sama dengan perusahaan yang
memberikan jasa training untuk mengadakan pelatihan terkait perencanaan
dan desain tambang. Materi yang disampaikan pada pelatihan terkait
dengan validasi data, model geologi, optimum pit limit, penentuan metode
penambangan, pembuatan layout tambang dan desain, perhitungan blok

192
cadangan, pembuatan jadwal produksi, pemilihan alat dan tipe alat,
penentuan urutan tambang, pembuatan sistem drainase, dan Analisa
lingkungan dan rencana rehabilitasi.
4. Training Produktivitas Alat Berat dalam Kegiatan Penatagunaan Lahan
Pascatambang
Pertambangan sangat erat sekali ketergantungannya dengan alat berat.
Kegiatan utama dalam dunia pertambangan adalah gali-muat-angkut
dimana pada kegiatan tersebut menggunakan alat berat yang memiliki
spesifikasi maupun harga yang bervariasi. Pemilihan alat berat
mempengaruhi efisiensi dan profitabilitas pada pekerjaan. Tingkat
efektivitas alat berat dinilai berdasarkan produktivitas alat. Maka
perhitungan akan produktivitas alat merupakan modal penting dalam
manajemen suatu proyek pertambangan. Dalam penatagunaan Lahan
Pascatambang juga tentunya memerlukanalat-alat berat yang akan
mempermudah kegiatan tersebut
Perhitungan produktifitas suatu alat adalah untuk mengetahui seberapa
efektif alat tersebut bekerja di tambang. Produktivitas digunakan sebagai
pedoman dalam menentukan durasi pelaksanaan setiap pekerjaan dan
jumlah alat berat yang diperlukan. Dengan begini kita bisa menentukan
berapa target produksi yang ingin dicapai suatu perusahaanpertambangan
dari alat-alat yang tersedia di dalamnya. Jika target produksi sudah
ditentukan dan ternyata tidak memenuhi target tersebut, maka dapat
ditelaah faktor apa saja yang menyebabkan target produksi tidak tercapai,
yaitu apakah faktor produktifitas alat atau faktor lain. PT. McMangan
mengadakan pelatihan produktivitas alat berat agar target produksi dapat
tercapai semaksimal mungkin.
11.4. Tenaga Kerja Subkontraktor
Subkontraktor adalah badan hukum atau orang yang mampu memborong
pekerjaan pada bidang atau spesialisasi tertentu pada sebuah perusahaan
kontraktor utama. Tugas dan wewenang subkontraktor adalah sebagai
berikut:

193
1. Melaksanakan pekerjaan yang dibebankan oleh kontraktor utama sesuai
dengan gambar rencana, peraturan-peraturan, dan syarat-syarat yang
ditetapkan.
2. Bertanggung jawab langsung terhadap kontraktor utama mengenai hasil
pekerjaan yang telah dilaksanakannya.
3. Menyerahkan hasil pekerjaan kepada kontraktor utama sesuai dengan batas
waktu yang telah ditetapkan.
4. Menerima sejumlah biaya pelaksanaan biaya pelaksanaan pekerjaan dari
kontraktor utama berdasarkan perjanjian yang telah disepakati.
Tenaga Kerja subkontraktor memiliki status tidak tetap yang terdiri dari juru
masak, helper, cleaning service dan satpam.

194
BAB XII
PEMASARAN

12.1. Pemasaran
Kegiatan pertambangan oleh PT. McManghan dilaksanakan didalam satu
kabupaten yaitu kabupaten Kulon Progo, sehingga Izin Usaha Pertambangan
Operasi Produksi yang mencakup kegiatan Pengangkutan dan Penjualan
berdasarkan UU No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
diberikan oleh Bupati daerah Kulon Progo dan diatur sepenuhnya didalam
Peraturan daerah Kabupaten Kulon Progo No. 2 Tahun 2014 tentang Usaha
Pertambangan dan mineral.
PT. McManghan merupakan suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang
pertambangan dan pengolahan logam mangan. Kondisi endapan mangan di area
IUP PT. McManghan bersifat masif dan tidak merata di seluruh area IUP, dengan
metode penambangan open pit yang kemudian akan dilanjutkan ke crushing lalu,

Gambar 10.1
Mangan Ukuran 5 mm

195
Kualitas dari produk mangan PT. McManghan dapat dilihat pada Tabel 10.1
berikut :

Tabel 10.1
Kualitas Produk PT. McManghan

Parameter Nilai
Ukuran Ukuran 1 mm
Warna Abu-abu
Kandungan Mangan 57,23%

Data tersebut merupakan keunggulan dari produk PT. McManghan yang akan
dipasarkan dan siap untuk bersaing dengan perusahaan lain.
Produk yang dihasilkan oleh PT. McManghan memiliki kualitas yang unggul
untuk digunakan sebagai campuran pembuatan baja, dengan densitas sebesar 7,43
gr/cm3 (SNI 6989.5:2009) mangan sangat bagus untuk digunakan sebagai
campuran dalam pembuatan baja.
Sembilan puluh persen dari seluruh Mn di dunia digunakan dalam industri baja,
Mangan yang terdapat dilokasi penambangan pada PT. McManghan dengan
kualitas yang sesuai dengan SNI dan SII ini nantinya dapat dijadikan sebagai
reagen untuk mereduksi oksigen dan sulfur, yaitu feromangan sebagai oksidan
dalam proses pembuatan baja, PT. McManghan nantinya akan melakukan kerja
sama dengan konsorsium PT. Anugrah Nusantara Sejahtera, PT. Nusa
Purbalingga, PT. Mencari Mangan Sejati dan PT. Rungkut Industri.

12.1.1. Keunggulan Produk


Produk yang dimiliki PT. McManghan memiliki beberapa keunggulan dalam
bersaing dengan produk yang dimiliki perusahaan lain. Keunggulan yang dimiliki
antara lain :
1. Kualitas mangan yang dihasilkan
Kualitas mangan yang diproduksi oleh PT. McManghan memiliki
beberapa keunggulan, antara lain :

196
a) Ukuran yang kecil sehingga bisa langsung digunakan untuk pembuatan
baja
b) Hasil pengujian yang mendapatkan hasil kandungan 57,23%
2. Kontinuitas produksi dari tambang
PT. McManghan berkomitmen untuk terus untuk terus memberikan
yang terbaik untuk konsumen, hal ini ditunjukkan dengan kegiatan
produksi yang berusaha mencukupi kebutuhan konsumen akan
mangan. Sehingga kontinuitas produksi PT. McManghan
berlangsung hingga saat ini. Target produksi produksi PT.
McManghan adalah 500.000 ton/tahun.
3. Harga mangan
Harga produk mangan tergantung ukuran dari mangan yaitu, mangan
dengan ukuran 1 mm ditawarkan dengan harga Rp 80.000,00/ton.
PT. McManghan ingin selalu memberikan pelayanan yang baik kepada
konsumen dengan mematok harga sesuai dengan pasar, berikut grafik
harga mangan dari tahun 2018 hingga 2022 sebagai acuan harga yang telah
ditetapkan oleh PT. McManghan. (Kepmen 1806)

2018 2019 2020 2021 2022

Gambar 10.2
Grafik Harga Mineral Mangan USD/dmt

197
4. Teknologi pengolahan
Teknologi pengolahan yang digunakan oleh PT. McManghan
menggunakan dua tahapan peremukan, yaitu Primary
Crushing menggunakan Jaw Crusher. Selain itu produk ini juga
melalui tahap pemilahan untuk memperoleh logam mangan yang
telah dipisahkan berdasarkan ukuran. Sehingga hasil yang
diharapkan dari pengolahan tersebut dapat tercapai dan dapat pula
memuaskan target hasil produksi yang diinginkan oleh para
konsumen dan pasar.

12.1.2. Prospek Pemasaran


Mangan merupakan salah satu jenis komoditas mineral logam yang banyak
dipergunakan dalam industri metalurgi, kimia dan baterai. Permintaan untuk
tujuan ekspor maupun pasokan dalam negeri yang selalu meningkat memberikan
dampak kegiatan eksplorasi semakin intensif dilakukan dalam upaya menemukan
sumberdaya/cadangan baru. Genesa cebakan mangan meliputi tipe hidrotermal,
sedimenter dan pengayaan supergen. Cadangan bijih mangan dunia berasal dari
cebakan mangan tipe sedimenter. Cebakan mangan di Indonesia mempunyai tiga
tipe tersebut. Namun karena kondisi geologi Indonesia bukan merupakan craton,
maka cebakan mangan tipe sedimenter yang terbentuk umumnya hanya berupa
lapisan-lapisan tipis dengan sekala cebakan yang relatif lebih kecil dibandingkan
cebakan mangan kelas dunia. Pengembangan smelter berbasis bahan baku dalam
negeri mengalami kekurangan pasokan sehingga dilakukan impor dari luar negeri.
Prospek mangan di Indonesia dan untuk pasar internasional sangat menjanjikan,
hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti:
1. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang mengalami
pertumbuhan berpengaruh berpengaruh pada pembangunan-pembangunan
infrastruktur yang membutuhkan baja meningkat.
2. Jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak menyebabkan kebutuhan
akan pembangunan rumah tinggal meningkat.
3. Mangan hanya sedikit ditemukan di dunia yaitu pada pegunungan mangan
di Afrika Selatan, China dan Australia sehingga tidak menutup

198
kemungkinan bagi PT. McManghan untuk melakukan pemasaran hingga
ke luar negeri.
4. Untuk pemasaran mangan, PT. McManghan Juga membuka kesempatan
yang seluas-luasnya kepada pihak investor asing untuk bekerjasama
dalam mengembangkan usaha mangan di dalam maupun luar negeri.
12.1.3. Bagan Alir Pemasaran
Bagan alir pemasaran PT. McManghan dapat dilihat pada bagan 10.1. dimana
akan digunakan sebagai alur penjualan dan pendistribusian kepada konsumen.

Pengolahan Mangan
sesuai kebutuhan
konsumen

Ukuran 1 mm = Ukuran 1 mm = Ukuran 1 mm = Ukuran 1 mm =


150.000 ton/tahun 175.000 ton/tahun 100.000 ton/tahun 75.000 ton/tahun

PT. Anugrah
PT. Nusa PT. Mencari PT. Rungkut
Nusantara
Sejahtera
Purbalingga Mangan Sejati Industri

Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli Kontrak Jual Beli

Produksi Mangan
500.000 ton/tahun

Bagan 10.1
Bagan Alir Pemasaran

199
PT. McManghan menjual produknya ke pasar diwilayah Jawa Barat, Jawa
Tengah, dan Jawa Timur serta dapat dipesan oleh berbagai wilayah di Indonesia
melalui website perusahaan.

12.1.4. Jalinan Kerja Sama dengan Perusahaan Terkait Pemasaran Produk


Logam Mangan
PT. McManghan bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang
Produksi baja. Daftar Perusahaan yang bekerjasama dengan PT. McManghan
dalam pemasaran produk logam mangan antara lain:
1. PT. Anugrah Nusantara Sejahtera (Produsen Baja)
Jl. Letjend Sutoyo 241 Medaeng, Sidoarjo, Jawa Timur
Telp. 031 – 853258
Permintaan produk logam mangan untuk Ukuran 1 mm = 150.000 ton/thn
Lama kontrak : 4 tahun
2. PT. Nusa Purbalingga (Produsen Baja)
Dusun III, Tegalpingen, Kec. Pengadegan, Kabupaten Purbalingga, Jawa
Tengah 53393 Telp (0219) 798079
Permintaan produk logam mangan untuk Ukuran 1 mm = 175.000 ton/thn
Lama kontrak : 4 tahun
3. PT. Mencari Mangan Sejati (Produsen Baja)
FGJ8+6FF, Jalan Kadaka, Mekarjaya, Kec. Cigudeg, Kabupaten Bogor,
Jawa Barat 16660 Telp : (0212) 235689
Permintaan produk logam mangan untuk Ukuran 1 mm = 100.000 ton/thn
Lama kontrak : 4 tahun
4. PT. Rungkut Industri (Produsen Baja)
72W8+888, Jl. Rinjani, Perumahan Pertamina, Sidanegara, Kec. Cilacap
Tengah, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah 53224 Telp. (021 – 969696)
Permintaan produk logam mangan untuk Ukuran 1 mm = 75.000 ton/thn
Lama kontrak : 4 tahun

12.1.5. Cadangan Produk


Target Produksi untuk PT. McManghan yaitu sebanyak 500.000 ton/tahun yang

200
diolah menjadi produk ukuran 1 mm. Cadangan ini diperuntukkan bagi keempat
perusahaan yang bekerja sama dengan PT. McManghan, dengan demikian
perusahaan dapat mencukupi permintaan dari pasar.

12.1.6. Sistem Pemasaran


Dalam menjalankan perusahaan, strategi pemasaran sangat penting diterapkan
untuk memperoleh hasil yang maksimal dalam segi penjualan. PT. McManghan
dalam proses pemasaran awalnya menggunakan Analisis SWOT dan Bauran
Pemasaran (Marketing Mix).
a. Analisis SWOT
Analisis SWOT (Strength, Weaknes, Opportunity, Threat) merupakan
identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi
(Rangkuti, 2005). Analisis SWOT berfungsi untuk mengetahui atau
melihat kondisi sebuah kegiatan secara sistematik berdasarkan faktor-
faktor kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) yang merupakan
faktor internal serta peluang/kesempatan (Opportunity) dan ancaman
(Threat) yang merupakan faktor eksternal yang dihadapi. Strategi yang
efektif diasumsikan dapat tercapai dengan memaksimalkan kekuatan yang
dimiliki dan kesempatan yang ada serta meminimalkan kelemahan yang
dimiliki dan ancaman yang dihadapi. Analisa data secara kualitatif yang
dilakukan terhadap faktor-faktor internal dan eksternal dan secara
kuantitatif melalui pembobotan dan pemberian rating.
1) Strength (Kekuatan)
PT. McManghan memiliki beberapa keunggulan untuk bersaing
dengan produk yang dimiliki oleh perusahaan lain. Kualitas mangan
yang dihasilkan memenuhi standar pemasaran mineral mangan dengan
nilai kandungan mangan sebesar 57,23%
2) Weaknesses (Kelemahan)
PT. McManghan merupakan perusahaan baru yang bergerak dibidang
penambangan mangan, sebagai perusahaan baru PT. McManghan
memiliki kelemahan yaitu sumber daya manusia nya yang masih
kurang berpengalaman serta jaringan informasi dan pemasaran yang

201
masih kurang karenanya PT. McManghan terus berkomitmen untuk
terus meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya
manusia serta terus meningkat jaringan informasi dan perluasan
jaringan pemasaran.
3) Opportunities (Peluang)
Banyaknya proyek pembuatan baja menggunakan campuran
Ferromangan memberikan peluang bagi PT. McManghan untuk
memasarkan produknya, perusahaan yang tertarik untuk bekerja sama
dengan PT. McManghan di Indonesia cukup banyak dan sangat
berpotensi untuk berkembang kedepannya .
4) Threats (Ancaman)
Faktor utama dari Threats (Ancaman) dari PT. McManghan yaitu
banyaknya perusahaan kompetitor atau pesaing yang bergerak
dibidang tambang mangan. Sampai saat ini ada 5 perusahan tambang
mangan di Indonesia (Sumber: https://www.minerba.esdm.go.id/).

Faktor Internal Strength : Weaknesses :


1. Sistem di 1. Produk hanya satu
perusahaan yang jenis
Faktor Eksternal tersusun dengan 2. Sumber daya
baik manusia yang
2. Produk yang masih kurang
dapat bersaing merata
3. Bekerjasama
dengan
perusahaan
besar
Opportunities : S-O : W-O :
1. Pertumbukan 1. Meningkatkan 1. Meningkatkan
ekonomi kualitas produk jaringan informasi
2. Perkembangan dan teknologi 2. Memanfaatkan
industri 2. Membuat perkembangan
3. Teknologi produk yang media informasi
produksi bervariasi lebih 3. Peningkatan
3. Perluasan kualitas Sumber
jaringan daya manusia
pemasaran

202
Threats : S-T : W-T :
1. Kondisi ekonomi 1. Menjaga 1. Mengembangkan
masyarakat kualitas produk kualitas SDA
sekitar 2. Pelayanan yang 2. Terus
2. Banyaknya baik terhadap berkomunikasi
perusahaan konsumen dengan baik
kompetitor 3. Merekrut SDM kepada konsumen
3. Produk logam dari masyarakat untuk
lain sekitar untuk mempertahankan
terlibat kerjasama

Dari tabel di atas, maka dapat ditentukan langkah yang akan diambil
oleh perusahaan untuk mencapai target pemasaran dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang ada.

b. Bauran Pemasaran (Marketing Mix).


Strategi marketing mix atau bauran pemasaran adalah landasan dan modal
utama untuk bisnis dapat mencapai tujuan yang diinginkannya.
1) Produk
Dalam produk sendiri PT. McManghan hanya menjual produk Mangan
saja dengan membaginya menjadi satu jenis yaitu mangan halus
berukuran 1 mm.
2) Harga
Penentuan harga Mangan yang PT. McManghan jual didasarkan pada
perbandingan dengan perusahaan lain serta kualitas yang ada pada
produk.
Parameter Nilai
Ukuran 1 mm Rp 80.000,00/ton
Warna Abu-abu
Kandungan Mangan 57,23%

3) Promosi
Promosi yang dilakukan PT. McManghan ada 3 cara, yaitu melalui
website, partnership, dan call center. Website yang dimiliki PT.
McManghan akan sering di perbarui supaya konsumen juga
mengetahui perkembangan yang ada di PT. McMangan. Adapula

203
website yang dapat dikunjungi untuk mengetahui informasi produk
yang dimiliki PT. McManghan yaitu: www.mcmanghan.com./product
Partnership merupakan cara promosi yang paling efektif dan efisien
yang dilakukan untuk produk ekspor. Partnership memiliki network
yang banyak, jadi nantinya network tersebut yang dimanfaatkan oleh
perusahaan untuk menggait banyak kerjasama dengan pihak-pihak
luar. Partnership merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk
digunakan karena tidak memungkinkan perusahaan untuk melakukan
promosi langsung ke konsumen.
4) Distribusi
Distribusi yang dilakukan PT. McManghan dilakukan dengan
distribusi langsung dan distribusi tak langsung. Distribusi langsung
dilakukan dengan produsen menyalurkan produk langsung kepada
konsumen. Artinya produsen disini berperan sebagai distributor, proses
distribusinya pun tidak melalui pihak ketiga atau perantara. Sedangkan
distribusi tak langsung dilakukan menyalurkan barang dari produsen ke
konsumen melalui pihak ketiga.

12.1.6 Evaluasi Pemasaran


Untuk meningkatkan nilai penjualan dan kepuasan konsumen, PT. McManghan
melakukan evaluasi Bulanan untuk meningkatkan kualitas produk penjualan. Dari
evaluasi yang dilakukan ini, diharapkan perusahaan semakin berkembang dan
memberikan kebermanfaatan maupun kepuasan kepada seluruh pihak yang sudah
melakukan kerjasama baik itu mitra kerja maupun yanag ingin melakukan
kerjasama diawal dengan perusahaan.

204
205
BAB XIII
INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

13.1. Parameter Analisis Keekonomian

Dalam melakukan analisis keekonomian PT. McMangan menggunakan


beberapa parameter-parameter keekonomian yang digunakan meliputi asumsi
harga jual, tingkat suku bunga pinjaman dan sumber pendanaan perusahaan.
Berdasarkan keputusan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta No. 328/kep/2019
tentang Harga Patokan Penjualan Mineral Bukan Logam dan Batuan di Daerah
Istimewa Yogyakarta, untuk komoditas mangan di kabupaten Kulonprogo memiliki
harga patokan sebesar Rp. 25.000,-/m3. Berdasarkan data yang dikumpulkan harga
penjualan mangan disekitar lokasi IUP adalah sebesar Rp. 30.000,-/m3, dengan
mempertimbangkan harga jual komoditas dan biaya pengolahan komoditas maka
PT. McMangan menggunakan asumsi harga jual sebesar Rp. 135.000,-/m3. PT
McMangan dalam melakukan analisis keekonomian perusahaan menggunakan
beberapa asumsi, antara lain:

1. Tingkat Suku Bunga Pinjaman = 8% per tahun


2. Sumber Pendanaan Pribadi = 60%
3. Sumber Pendanaan Pinjaman = 40%
4. Harga Jual Trass = Rp. 135.000,-/m3
5. Eskalasi Harga = 2,6% (didapatkan dari rata-rata
eskalasi 5 tahun terakhir)
6. Penambangan dilakukan sendiri

13.2. Investasi

Dalam industri bahan galian, yang dimaksud dengan biaya investasi adalah
modal awal yang merupakan sejumlah uang yang dipergunakan untuk menjalankan

206
suatu usaha, dalam hal ini usaha yang dimaksud ialah usaha pertambangan. Dalam
investasi dikenal dengan adanya tingkat suku bunga. Tingkat suku bunga adalah
harga dari penggunaan dana pinjaman (loanable funds). Tingkat suku bunga
merupakan salah satu indikator dalam menentukan apakah seseorang akan
melakukan invesatasi atau menabung (Boediono, 1994 :76). Total biaya investasi
terdiri dari dua komponen, yakni modal tetap dan modal kerja.

13.2.1. Modal Tetap

Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membiayai
kegiatan pra-produksi, yaitu :

a. Biaya Persiapan yang terdiri dari Biaya Eksplorasi, Pembebasan Lahan, dan
Biaya Perijinan dengan total biaya Rp. 39.572.000.000,-
b. Biaya Konstruksi dan Rekayasa yang terdiri dari : Biaya bangunan, Biaya
Infrastruktur dan biaya inventaris dengan total biaya Rp. 5. 744.000.000,-
c. Peralatan (Penambangan, Pengangkutan, dan Pengolahan dengan total
biaya Rp. 18.737.138.052,-
d. Biaya Pendukung kegiatan Operasional dengan total biaya Rp.
439.576.745,-

Jadi total keseluruhan modal tetap adalah sebesar Rp. 64.053.138.052,-

13.2.2. Modal Kerja

Modal kerja adalah dana yang diperlukan untuk menjalankan operasi


perusahaan berdasarkan kebijaksanaan dan rencana-rencana perusahaan yang
ditetapkan hingga perusahaan tersebut mampu membiayai biaya operasinya. Dalam
hal ini modal tersebut disebut modal kerja awal. Besarnya modal kerja diperoleh
dari 3 bulan dari biaya operasi tahun pertama produksi sebesar Rp.10.730.858.034,-

13.2.3. Sumber Dana

Sumber pembiayaan dibutuhkan bagi keperluan seluruh investasi dan modal


kerja yang berjumlah Rp.74.783.996.086,- direncanakan diperoleh dari :

207
a. Modal sendiri
Modal sendiri (ekuitas) adalah dana yang dimiliki dari pihak pendiri
perusahaan PT. McMangan jumlah total modal sendiri yang disiapkan
sebesar 60% dari total investasi sebesar Rp.44.870.397.652,-
b. Pinjaman
Sedangkan 40% dari total investasi merupakan pinjaman dari Bank BNI
Cabang Yogyakarta sebesar Rp. 29.913.598.435,- dengan bunga pinjaman
sebesar 8% pertahun

13.3. Biaya Produksi

Biaya produksi terdiri atas biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variable
ialah biaya yang terpengaruh oleh volume produksi, sedangkan biaya tetap ialah
biaya yang tidak terpengaruh oleh volume produksi dari perusahaan. Biaya
produksi PT. Mcmangan dapat dilihat pada tabel 13.2.

Tabel 13.2.
Biaya Produksi
Biaya Produksi Pertahun (Dalam Rupiah)
Deskripsi Cost (Rp/m3)
2022 2023 2024 2025 2026 2027 2028 2029 2030 2031
Biaya Variable
Produksi
a. Penambangan
- Biaya BBM 36,827 18,413,550,000 18,892,302,300 19,383,502,160 19,887,473,216 20,404,547,520 20,935,065,755 21,479,377,465 22,037,841,279 22,610,825,152 23,198,706,606
- Biaya Pelumas 2,664 1,332,000,000 1,366,632,000 1,402,164,432 1,438,620,707 1,476,024,846 1,514,401,492 1,553,775,930 1,594,174,105 1,635,622,631 1,678,148,820
- Biaya Pemakaian Listrik 153 76,341,447 78,326,324 80,362,809 82,452,242 84,596,000 86,795,496 89,052,179 91,367,535 93,743,091 96,180,412
b. Perawatan 2,867 1,433,255,448 1,470,520,090 1,508,753,612 1,547,981,206 1,588,228,718 1,629,522,664 1,671,890,253 1,715,359,400 1,759,958,744 1,805,717,672
d. K3, Lingkungan dan Pengembangan Masyarakat 4,134 2,067,000,001 1,202,000,002 1,202,000,003 1,202,000,004 1,582,000,005 1,202,000,006 1,202,000,007 1,202,000,008 1,202,000,009 1,582,000,010
e. Gaji Operator 11,928 5,963,880,000 6,118,940,880 6,278,033,343 6,441,262,210 6,608,735,027 6,780,562,138 6,956,856,754 7,137,735,029 7,323,316,140 7,513,722,360
sub total 58,572 29,286,026,896 29,128,721,596 29,854,816,359 30,599,789,585 31,744,132,115 32,148,347,551 32,952,952,588 33,778,477,356 34,625,465,768 35,874,475,879
Biaya Tetap
- Gaji Pegawai 16,301 8,150,424,000 8,362,335,024 8,579,755,735 8,802,829,384 9,031,702,948 9,266,527,224 9,507,456,932 9,754,650,812 10,008,271,734 10,268,486,799
- Biaya Pemakaian Air 301 150,600,000 154,515,600 158,533,006 162,654,864 166,883,890 171,222,871 175,674,666 180,242,207 184,928,505 189,736,646
- Biaya Pemakaian Telepon 732 365,904,000 375,417,504 385,178,359 395,192,996 405,468,014 416,010,183 426,826,447 437,923,935 449,309,957 460,992,016
- Biaya PBB 1,149 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000 574,400,000
- Biaya Konsumsi 1,920 960,000,000 984,960,000 1,010,568,960 1,036,843,753 1,063,801,691 1,091,460,534 1,119,838,508 1,148,954,310 1,178,827,122 1,209,476,627
- Depresiasi 6,657 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241 3,328,277,241
- Amortisasi 216 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000 107,800,000
sub total 27,275 13,637,405,241 13,887,705,369 14,144,513,301 14,407,998,238 14,678,333,784 14,955,698,054 15,240,273,795 15,532,248,506 15,831,814,559 16,139,169,329
Total 85,847 42,923,432,137 43,016,426,965 43,999,329,659 45,007,787,823 46,422,465,899 47,104,045,605 48,193,226,383 49,310,725,862 50,457,280,327 52,013,645,208

13.3.1. Gaji Pekerja

PT. McMangan memiliki jumlah pekerja sebanyak 128 orang, para pekerja
di PT. McMangan memiliki besar gaji pada kisaran Rp. 3.628.000,- hingga Rp.
75.000.000,- dengan nilai rata-rata pekerja PT. McMangan sebesar Rp.
12.000.000,-. Gaji pekerja PT. McMangan mengalami eskalasi sebesar 2,6%
pertahun. Adapun rincian gaji pekerja PT. McMangan dapat dilihat pada tabel 13.3.

208
Tabel 13.3
Gaji Pekerja
Tingkat gaji
Pekerjaan Gaji Pokok per Bulan Gaji Tunjangan Total Pekerja Bulan Tahun
(Rp) (Rp)
Komisaris Utama Rp 35,000,000 Rp 40,000,000 1 Rp 75,000,000 Rp 900,000,000
Direktur Utama Rp 25,000,000 Rp 30,000,000 1 Rp 55,000,000 Rp 660,000,000
Sekretaris Rp 9,000,000 Rp 9,810,000 1 Rp 18,810,000 Rp 225,720,000
Sub Total Rp 69,000,000 Rp 79,810,000 3 Rp 148,810,000 Rp 1,785,720,000
Divisi Perencanaan
Manager Perencanaan Rp 10,000,000 Rp 11,700,000 1 Rp 21,700,000 Rp 260,400,000
Staff Perencanaan Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 3 Rp 31,650,000 Rp 379,800,000
Sub Total Rp 15,000,000 Rp 17,250,000 4 Rp 53,350,000 Rp 640,200,000
Divisi Operasi
Manager Eksplorasi dan Penambangan Rp 10,000,000 Rp 11,500,000 2 Rp 43,000,000 Rp 516,000,000
Staff Eksplorasi dan Penambangan Rp 8,000,000 Rp 8,880,000 5 Rp 84,400,000 Rp 1,012,800,000
Staff Pemeliharaan Alat Rp 6,000,000 Rp 6,500,000 2 Rp 25,000,000 Rp 300,000,000
Operator Rp 5,000,000 Rp 5,450,000 28 Rp 292,600,000 Rp 3,511,200,000
Sub Total Rp 29,000,000 Rp 32,330,000 37 Rp 445,000,000 Rp 5,340,000,000
Divisi Pengolahan
Manager Pengolahan Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Stff Pengolahan Rp 7,500,000 Rp 8,250,000 1 Rp 15,750,000 Rp 189,000,000
Staff Pemeliharaan Alat Rp 6,000,000 Rp 6,500,000 2 Rp 25,000,000 Rp 300,000,000
Operator Rp 5,000,000 Rp 5,450,000 15 Rp 156,750,000 Rp 1,881,000,000
Sub Total Rp 28,500,000 Rp 31,600,000 19 Rp 218,900,000 Rp 2,626,800,000
Divisi K3 & Lingkungan
Manager K3, Lingkungan & Humas Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Safety Officer Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 21,100,000 Rp 253,200,000
Tenaga Medis Rp 4,000,000 Rp 4,440,000 2 Rp 16,880,000 Rp 202,560,000
Staff Lingkungan Rp 5,500,000 Rp 6,105,000 2 Rp 23,210,000 Rp 278,520,000
Staff Humas Rp 4,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 19,100,000 Rp 229,200,000
Sub Total Rp 28,500,000 Rp 33,045,000 9 Rp 101,690,000 Rp 1,220,280,000
Divisi Reklamasi dan Pasca Tambang
Manager Reklamasi dan Pasca Tambang Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Staff Reklamasi Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 21,100,000 Rp 253,200,000
Staff Pascatambang Rp 5,000,000 Rp 5,550,000 2 Rp 21,100,000 Rp 253,200,000
Operator Rp 3,500,000 Rp 4,440,000 6 Rp 47,640,000 Rp 571,680,000
Sub Total Rp 23,500,000 Rp 26,940,000 11 Rp 111,240,000 Rp 1,334,880,000
Divisi Pemasaran
Manager Pemasaran Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Staff Pemasaran Rp 5,000,000 Rp 5,525,000 3 Rp 31,575,000 Rp 378,900,000
Personalia Rp 8,000,000 Rp 9,040,000 2 Rp 34,080,000 Rp 408,960,000
Sub Total Rp 23,000,000 Rp 25,965,000 6 Rp 87,055,000 Rp 1,044,660,000
Divisi Administrasi dan Keuangan
Manager Administrasi dan Keuangan Rp 10,000,000 Rp 11,400,000 1 Rp 21,400,000 Rp 256,800,000
Staff Administrasi dan Keuangan Rp 5,000,000 Rp 5,525,000 2 Rp 21,050,000 Rp 252,600,000
Personalia Rp 8,000,000 Rp 9,040,000 2 Rp 34,080,000 Rp 408,960,000
Sub Total Rp 23,000,000 Rp 25,965,000 5 Rp 76,530,000 Rp 918,360,000
Lain-Lain
Satpam Rp 2,000,000 Rp 2,160,000 10 Rp 41,600,000 Rp 499,200,000
Sopir Rp 2,000,000 Rp 2,160,000 5 Rp 20,800,000 Rp 249,600,000
Cleaning Service Rp 1,750,000 Rp 1,878,000 6 Rp 21,768,000 Rp 261,216,000
Juru Masak Rp 1,800,000 Rp 1,944,000 5 Rp 18,720,000 Rp 224,640,000
Buruh Rp 1,750,000 Rp 1,878,000 8 Rp 29,024,000 Rp 348,288,000
Sub Total Rp 9,300,000 Rp 10,020,000 34 Rp 131,912,000 Rp 1,582,944,000
TOTAL Rp 202,300,000 Rp 230,020,000 128 Rp 1,176,192,000 Rp 14,114,304,000

13.3.2. Depresiasi

Depresiasi (Penyusutan) adalah berkurangnya nilai dari suatu benda modal


(aset fisik) berupa : bangunan, mesin, peralatan karena pemakaiannya sepanjang
umur pakai benda modal tersebut. Depresiasi berguna untuk menentukan nilai sisa
dari suatu benda modal. Dalam melakukan analisis keekonomian PT. McMangan
melakukan perhitungan depresiasi yang dapat dilihat pada lampiran L.5. Dari
lampiran tersebut dapat dilihat bahwa benda-benda yang terdepresiasi adalah

209
peralatan tambang, peralatan pengolahan, peralatan bengkel, dan peralatan
pendukung operasional pertambangan.

13.3.3. Amortisasi

Amortisasi adalah pengurangan / penurunan nilai aset tidak berwujud ( hak


cipta / paten, merk dagang, muhibah /goodwill; dan lain-lain secara bertahap dalam
jangka waktu tertentu pada setiap periode akuntansi. Dalam melakukan analisis
keekonomian PT. McMangan melakukan perhitungan amortisasi yang ditunjukan
pada L.6. Dari lampiran tersebut dapat dilihat bahwa hal-hal yang teramortisasi
berupa surat izin, surat usaha perdagangan, dan retribusi WIUP.

13.4. Pendapatan

Pendapatan PT. McMangan berasal dari hasil penjualan mangan dan nilai
sisa alat. Asumsi harga yang digunakan adalah sebesar Rp.135.000,-/m3. Adapun
besarnya pendapatan pertahun PT. McMangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 13.4
Pendapatan Penjualan
No. Tahun Harga Jual (Rp/m3) Harga tereskalasi(Rp/m3) Terjual (m3) Pendapatan/tahun (Dalam Rupiah)
1 2022 135,000
2 2023 135,000 138,510 500,000 69,255,000,000
3 2024 135,000 142,111 500,000 71,055,630,000
4 2025 135,000 145,806 500,000 72,903,076,380
5 2026 135,000 149,597 500,000 74,798,556,366
6 2027 135,000 153,487 500,000 76,743,318,831
7 2028 135,000 157,477 500,000 78,738,645,121
8 2029 135,000 161,572 500,000 80,785,849,894
9 2030 135,000 165,773 500,000 82,886,281,991
10 2031 135,000 170,083 500,000 85,041,325,323
11 2032 135,000 174,505 500,000 87,252,399,782

13.5. Laporan Keuangan

Laporan Keuangan PT. McMangan digunakan untuk melihat keadaan


finansial perusahaan dalam laporan laba-rugi, arus kas, dan posisi keuangan
perusahaan.

13.5.1. Laporan Laba Rugi

210
Laporan laba-rugi menggambarkan kinerja perusahaan PT. McMangan
yang tercermin dari pendapatan dan pengeluaran operasional tahunan selama umur
tambang. Adapun laporan laba-rugi PT. McMangan dapat dilihat pada lampiran
L.19. Dari hasil laporan laba-rugi Pozzolan Mining Corporation mengalami
kerugian diawal proyek sebesar Rp.2.188.473.825,- namun seiring berjalannya
produksi, PT. McMangan pada periode selanjutnya dapat memperoleh laba periode
berjalan berkisar antara Rp.16.777.243.478,- hingga Rp.35.951.139.829,-.

13.5.2. Laporan Arus Kas

Proyeksi aliran uang kas disusun dari aliran dana yang bersumber dari
aktivitas operasional, aktivitas investasi, dan aktivitas pendanaan yang selanjutnya
dipergunakan untuk menentukan penilaian investasi. Skema aliran uang kas dapat
dilihat pada Lampiran L.20. Dari laporan arus kas PT. McMangan diketahui bahwa
cumulative cash flow PT. McMangan memiliki nilai negative hingga akhir periode
ketiga dan pada akhir periode kesepuluh PT. McMangan akan memiliki cumulative
cash flow sebesar Rp.160.527.230.492,-.

13.5.3. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

Neraca keuangan perusahaan PT. McMangan digunakan untuk


menggambarkan kondisi keuangan berupa asset, utang, dan ekuitas (modal)
perusahaan dalam satu periode. Neraca keuangan perusahaan dapat dilihat pada
lampiran L.21. Dari laporan posisi keuangan dapat disimpulkan bahwa keadaan
keuangan PT. McMangan tergolong baik karena nilai kas dalam asset dan nilai
ekuitas selalu meningkat setiap tahun dan nilai utang menurun hingga 0 pada tahun
ke-4.

13.6. Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan investasi adalah suatu penelitian yang dilakukan pada


sebuah proyek (biasanya proyek investasi) apakah dapat dilaksanakan atau tidak
untuk mencapai keberhasilan (Husnan, 1997). Analisis kelayakan investasi perlu
dilakukan sebagai salah satu acuan dalam menjalankan suatu usaha dan mengambil
suatu keputusan agar kegiatan usaha dapat berjalan sesuai dengan rencana dan

211
memperoleh keuntungan yang maksimum. PT. McMangan melakukan analisis
kelayakan investasi dimana NPV,IRR, dan PBP menjadi parameternya.

13.6.1. Perhitungan WACC atau Discount Rate

Discount rate merupakan representasi dari semua resiko yang mungkin


terjadi dan dinyatakan dalam persen. Nilai discount rate dapat ditentukan dengan
menggunakan pendekatan Weighted average cost of capital (WACC). WACC
merupakan perhitungan cost of capital berdasarkan porsi debt (utang) dan equity
(ekuitas) dari perusahaan. WACC dapat dihitung dengan persamaan berikut:

dimana :

• WACC = Weighted Average Cost of Capital • t = Company marginal tax rate


• Cd = Cost of Debt • β = Asset relative volatility
• Ce = Cost of Equity • Tc = Corporate tax rate
• rf = risk-free rate • D = Total debt
• rm = Market Return • E = Total Equity
• rp = risk premium of project
Nilai discount rate PT. McMangan ditentukan berdasarkan hasil perhitungan
WACC yaitu sebesar 15%.

13.6.2. Perhitungan NPV

Net Present Value merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran


bersih yang ditarik ke waktu sekarang, NPV dihitung berdasarkan tingkat bunga
minimum. Nilai NPV dapat ditentukan berdasarkan persamaan berikut:

212
Berdasarkan analisis keuangan yang telah dilakukan didapatkan bahwa nilai NPV
PT. McMangan adalah sebesar Rp. 45.775.611.093,- sehingga proyek ini
menguntungkan dan layak untuk dipertimbangkan lebih lanjut.

13.6.3. Perhitungan IRR

Nilai Internal Rate of Return (IRR) merupakan nilai discount rate yang akan
menyebabkan biaya investasi sama dengan biaya penerimaan atau selisihnya sama
dengan nol (NPV = 0). Dalam menentukan nilai IRR tidak ada rumus baku, namun
nilai IRR dapat dihitung menggunakan persamaan NPV di mana nilai r saat NPV =
0 merupakan nilai IRR.

Berdasarkan hasil perhitungan nilai IRR dari tahun ke-0 hingga ke-10 didapatkan
nilai IRR sebesar 33,2%. Dikarenakan nilai IRR lebih besar dari risk free rate atau
bunga obligasi (3,5%) maka proyek ini layak untuk dijalankan.

13.6.4. Perhitungan PBP

Pay back period (PBP) menunjukan periode waktu yang dibutuhkan untuk
pengembalian modal atau pengeluaran invetasi yang dihitung sejak modal
ditanamkan. PBP dapat ditentukan dari persamaan berikut:

Keterangan :

- t : tahun terakhir Cash Flow negative


- a : Cummulative CF pada tahun ke-t
- b : Cummulative cf pada tahun ke-t+1

Berdasarkan analisis keuangan yang telah dilakukan diketahui bahwa


pengembalian modal diperkirakan selama 3 tahun 4 bulan 17 hari. Oleh karena itu,

213
proyek ini layak dijalankan karena PBP lebih kecil dari umur tambang yaitu 10
tahun (PbP < LoM).

13.7. Analisis Kepekaan

Analisis kepekaan digunakan untuk melihat pengaruh perubahan biaya


operasi, biaya investasi, dan harga trass terhadap nilai NPV, PBP, dan IRR
perusahaan. Dengan melakukan analisis kepekaan maka dampak yang mungkin
terjadi dari perubahan-perubahan tersebut dapat diketahui dan diantisipasi oleh
perusahaan. Analisis kepekaan perubahan biaya operasi, biaya investasi, dan harga
jual mangan PT. McMangan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 13.5
Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Operasi

Kondisi NPV ( Rp ) PBP ( Tahun ) IRR ( % )


30% -6,898,424,393 6Tahun7Bulan28Hari 12%
25% 1,880,581,522 6Tahun0Bulan13Hari 16%
Naik 20% 10,659,587,436 5Tahun6Bulan4Hari 19%
15% 19,438,593,350 5Tahun0Bulan26Hari 23%
10% 28,217,599,264 3Tahun10Bulan22Hari 26%
Normal 0% 45,775,611,093 3Tahun4Bulan17Hari 33%
-5% 54,554,617,007 3Tahun2Bulan1Hari 37%
Turun -10% 63,333,622,921 2Tahun11Bulan20Hari 40%
-15% 72,112,628,836 2Tahun8Bulan9Hari 43%

214
Gambar 13.1
Grafik Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Operasi

Dari tabel 13.5 dapat dilihat bahwa setiap biaya operasi naik 10% perusahaan akan
mengalami penurunan sebesar 38% NPV pada biaya operasi normal dengan PBP
yang lebih lama dan IRR yang lebih rendah, meskipun biaya operasi naik sebesar
25% proyek masih dikatakan aman. Namun, jika biaya operasi naik 30% proyek
sudah tidak layak dijalankan.

Tabel 13.6
Analisis Kepekaan Perubahan Harga Jual
Kondisi NPV ( Rp ) PBP ( Tahun ) IRR ( % )
15% 88,688,924,075 2Tahun3Bulan20Hari 50%
Naik 10% 74,384,486,414 2Tahun7Bulan22Hari 44%
5% 60,080,048,754 3Tahun0Bulan21Hari 39%
Normal 0% 45,775,611,093 3Tahun4Bulan17Hari 33%
-5% 31,471,173,432 3Tahun9Bulan11Hari 28%
-10% 17,166,735,771 5Tahun2Bulan2Hari 22%
Turun
-15% 2,862,298,111 5Tahun11Bulan19Hari 16%
-20% -11,442,139,550 7Tahun0Bulan17Hari 10%

215
Gambar 13.2
Grafik Analisis Kepekaan Perubahan Harga Jual
Pada tabel 13.6 dapat dilihat bahwa perusahaan akan mengalami penurunan NPV
sebesar 31% setiap terdapat penurunan harga jual sebesar 5%, sehingga
menyebabkan PBP yang lebih lama dan IRR yang lebih rendah, proyek tidak
menguntungkan apabila dilanjutkan ketika mengalami penurunan harga jual
sebesar 20% .

Tabel 13.7
Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Investasi

Kondisi NPV ( Rp ) PBP ( Tahun ) IRR ( % )


65% -2,833,986,363 5Tahun11Bulan3Hari 14%
Naik 60% 905,213,441 5Tahun9Bulan12Hari 15%
50% 8,383,613,050 5Tahun6Bulan2Hari 17%
Normal 0% 45,775,611,093 3Tahun4Bulan17Hari 33%
-10% 53,254,010,701 3Tahun1Bulan1Hari 39%
Turun -20% 60,732,410,310 2Tahun7Bulan1Hari 48%
-30% 68,210,809,919 1Tahun11Bulan28Hari 61%

216
Gambar 13.3
Grafik Analisis Kepekaan Perubahan Biaya Investasi

Perubahan biaya investasi yang dapat dilihat dari tabel 13.7 kenaikan biaya
investasi menyebabkan penurunan NPV dan IRR sehingga menyebabkan PBP
menjadi lebih lama, proyek dalam kondisi tidak layak beroperasi apabila biaya
investasi naik lebih dari atau sama dengan 65%.

13.8. Penerimaan Negara

Penerimaan Negara merupakan banyaknya uang yang diterima negara yang


disetorkan oleh PT. McMangan. Penerimaan Negara dapat berupa pajak dan
penerimaan negara bukan pajak. Penerimaan negara pajak yang disetorkan oleh PT.
McMangan diantaranya PPh 21, PPh 23, PPN, Pajak Daerah kabupaten Kulon
Progo, sementara penerimaan negara bukan pajak yang disetorkan berupa royalti
dan PNBP.

PPh 21 adalah pemotongan atas penghasilan yang dibayarkan kepada orang


pribadi sehubungan dengan pekerjaan, jabatan, jasa, dan kegiatan. Besaran PPh 21
yang dibayarkan adalah sebesar 5%. PPh 23 merupakan Pajak Penghasilan yang
dikenakan atas penghasilan berupa bunga, royalti, sewa, jasa dan hadiah selain yang
telah dipotong oleh PPh 21. Besaran PPh 23 yang dibayarkan adalah sebesar 2%.
Pajak Pertambahan Nilai atau PPN adalah pungutan yang dibebankan atas transaksi
jual-beli barang dan jasa yang dilakukan oleh wajib pajak pribadi atau wajib pajak

217
badan yang telah menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP). Besara PPn yang
dibayarkan oleh perusahaan adalah sebesar 11%. Pajak daerah adalah kontribusi
wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara
langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Besaran pajak daerah tercantum pada Perda kab.Kulonprogo
No.1 Tahun 2021 yaitu sebesar 0.15%

Adapun rincian penerimaan negara PT. McMangan dapat dilihat pada tabel
13.8.

Tabel 13.8
Penerimaan Negara
Pendapatan Negara (Dalam Rupiah)
Pajak Besaran Pajak
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PPH 21 5% 705,715,200 724,063,795 742,889,454 762,204,580 782,021,899 802,354,468 823,215,684 844,619,292 866,579,394 889,110,458
PPH 23 2% 478,769,600 564,614,256 560,097,732 594,837,928 618,389,615 628,294,515 644,179,546 662,860,755 680,685,686 691,823,977
PPN 11% 7,618,050,000 8,019,338,402 8,019,338,402 8,227,841,200 8,441,765,071 8,661,250,963 8,886,443,488 9,117,491,019 9,354,545,786 9,597,763,976
Pajak Daerah 0.15% 103,882,500 109,354,615 109,354,615 112,197,835 115,114,978 118,107,968 121,178,775 124,329,423 127,561,988 130,878,600
Total 8,906,417,300 9,417,371,068 9,431,680,202 9,697,081,543 9,957,291,563 10,210,007,914 10,475,017,493 10,749,300,490 11,029,372,854 11,309,577,010

218
BAB XIV
KESIMPULAN

14.1. Luas Wilayah dan Lokasi


Lokasi PT. Mc Manghan secara administratif terletak di Dusun Kliripan,
Desa Hargorejo, Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta. Berikut merupakan batas-batas wilayah Dusun Kliripan:
1. Sebelah Selatan : Desa Tawang Sari, Kecamatan Pengasih.
2. Sebelah Utara : Desa Hargowilis, Kecamatan Kokap.
3. Sebelah Barat : Desa Hargomulyo, Kecamatan Kokap.
4. Sebelah Timur : Desa Karang Sari, Kecamatan Pengasih.
Secara astronomis Kecamatan Kokap, Kabupaten Kulon Progo terletak
pada Koordinat UTM (Universal Transverse Mercator) Zone 49S dengan koordinat
9226133 - 9226134.258 mS dan 389755.48 – 389762.08 mE dengan luas ± 150 Ha.

14.2. Sumberdaya dan Cadangan


Dari lokasi tersebut IUP PT. Mc Manghan didapai komoditas mangan. Berdasarkan
perhitungan sumberdaya mangan terukur memiliki volume 943.224,35 m3 dan
tonase sebesar 2.452.383,31 ton dengan kadar Mn sebesar 56,764%. Dari hasil
perhitungan sumberdaya dilakukan kajian untuk menentukan estimasi cadangan
mangan daerah IUP PT. Mc Manghan yang dapat diketahui sebesar 1.830.656,369
m3 dengan tonase sebesar 4.759.706,56 ton.

14.3. Rencana Penambangan


Sistem penambangan yang akan diterapkan oleh PT. Mc Manghan adalah sistem
tambang terbuka (surface mining), Tambang terbuka adalah metoda penambangan
yang segala aktivitas penambangannya dilakukan diatas atau relatif dekat dengan
permukaan bumi, dan tempat kerjanya berhubungan langsung dengan udara bebas.
Metode yang dilakukan adalah penambangan dengan cara open pit dimana

219
metode ini biasanya dilakukan untuk endapan bijih atau mineral yang terdapat pada
daerah datar atau daerah lembah. Tanah akan digali ke bagian bawah sehingga akan
membentuk cekungan atau pit. Tujuannya adalah untuk mempermudah proses
ekstraksi material dan logam berharga dengan lebih cepat. Secara teknis, metode
ini mampu memberikan efektifitas untuk mendapatkan material tambang lebih
banyak. Dengan mempertimbangkan daerah perbukitan maka PT. Mc Manghan
juga menggabungkan metode open pit dengan type quarry bagi mangan yang
tersingkap pada daerah bukit.

14.4. Rencana Pengolahan dan Pemurnian


Perencanaan pengolahan PT Anugerah Mangan Anjir bertujuan mengolah
pyrolusite dari ROM (Room Of Mine) di Manganese Processing Plant menjadi
produk yang di inginkan sesuai dengan permintaan konsumen.
Berdasarkan besar cadangan mangan, kualitas Mangan, metode penambangan yang
dipilih, dan ukuran mangan sesuai permintaan pasar, proses pengolahan yang
direncanakan PT. Mc Manghan mempunyai proses pengolahan sebagai berikut :
- Reduksi ukuran (size reduction) melalui proses pemecahanan (Crushing).
- Pemisahan mineral dengan pengotornya melalui proses jigging.
- Penumpukan dan pengeringan pyrolusite sesuai ukuran produk yang dihasilkan
(Stockpiling).

14.5. Rencana Produksi dan Umur Tambang


Rencana target produksi PT. Mc Manghan ini adalah 450.000 ton bijih mangan tiap
tahun. Analisis data dan rancangan sequence pada penelitian menggunakan
software Micromine 2021.5. Jumlah cadangan bijih mangan dan siap ditambang
berdasarkan pit limit yang dirancang adalah 4.023.498,15 ton dan material tanah
penutup (overburden) sebesar 8.687.047,59 m3. Dengan mempertimbangkan
rancangan pit limit yang telah dibuat PT Mc Manghan merencanakan kegiatan
operasi produksi selama 5 tahun dengan produksi sebesar 525.876 ton/tahun pada
rentang 2023-2027. Angka target produksi PT Mc Manghan telah
memperhitungkan 5 persen kehilangan dalam kegiatan penambangan.

220
14.6. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja yang direkrut PT. McManghan berjumlah 107 orang, yang
sebagian besar tenaga kerja berasal dari lulusan S1, S2, S3, lulusan D3, SLTA/STM
dan warga di daerah sekitar lokasi tambang.

14.7. Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan


Pemantauan Terhadap dampak negatif yang akan timbul, Perusahaan menyusun
program pemantauan lingkungan. Pemantauan lingkungan dilakukan untuk menilai
efektivitas kegiatan pengelolaan yang telah dilakukan dan sebagai sarana untuk
terus meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan dalam rangka menciptakan
penambangan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pengelolaan
lingkungan hidup kegiatan pertambangan mangan PT. Mc Manghan mempunyai
tujuan yang selaras dengan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (Pasal 3).
Secara umum terdapat 4 lingkup kegiatan penting dalam pengelolaan lingkungan
pertambangan, yaitu :
1. Pengelolaan dan pemantauan Kualitas air
2. Pengelolaan dan pemantauan kualitas udara
3. Pengelolaan tanah, reklamasi, dan keanekaragaman hayati
4. Pengelolaan sampah, bahan berbahaya dan beracun (B3), dan Limbah B3

14.8. Rencana Pemasaran dan Harga Jual


Pemasaran yang direncakanan berdasarkan sasaran produksi, cadangan mangan ini
akan dimanfaatkan untuk baterai – 10 mm sebesar 167 ton/hari. Adapun perusahaan
yang bekerja sama dengan PT. Mc MANGHAN memasok produk Mangan yaitu :
1. PT. Anugrah Nusantara Sejahtera
2. PT. Nusa Purbalingga
3. PT. Mencari Mangan Sejati
4. PT. Rungkut Industri
Berdasarkan data menteri energi dan sumber daya mineral republik indonesia
tentang harga mineral logam acuan dan harga batubara acuan, untuk harga rata-rata
mangan yang dijual dalam bentuk bijih memiliki harga acuan senilai 35 USD per
dry metric ton atau setara dengan Rp. 540.000,00.

221
14.9. Rencana Penanganan/Perlakuan Bijih yang Belum Terpasarkan
Penanganan PT. Mc Manghan pada bijih yang belum terpasarkan akan disimpan
pada stockpile dan akan dipilah berdasarkan kadar mangan dan juga akan dilakukan
pengontrolan secara rutin sehingga ketika bijih mangan terjual akan tetap terjaga
kualitasnya.

222

Anda mungkin juga menyukai