Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sumberdaya alam dalam hal ini adalah minyak dan gas bumi (MIGAS)
merupakan salah satu dari banyak kekayaan alam yang dimiliki oleh Indonesia, yang
tiada lain adalah Anugrah Tuhan yang patut kita syukuri dengan memanfaatkannya
secara optimal untuk membangun bangsa ini.
Sebagaimana yang kita ketahui bahwa cadangan sumberdaya MIGAS di
Indonesia merupakan asset pendapatan Negara yang besar, oleh sebab itu diperlukan
penanganan dan pengembangan yang terstrukur baik sehingga diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan manusia nasional yang semakin meningkat akan sumberdaya
tersebut, dan dapat dimanfaatkan secara maksimal dan tepat guna bagi kemakmuran
dan kelangsungan hidup bangsa ini.
Industri MIGAS di Indonesia mendapatkan tantangan yang cukup serius,
dimana kualitas sumberdaya manusia merupakan salah satu kunci yang cukup
dominan untuk mempertahankan industry ini.Atas dasar tersebut maka diperlukan
sumberdaya manusia yang baik, berwawasan luas terhadap ilmu pengetahuan
dibidang eksploitasi sumberdaya alam dan berpedoman spiritual religious kepada Allah
SWT secara baik, serta terdidik siap untuk menghadapi gejolak persaingan yang ketat
di industry perminyakan dunia.
Pengelolaan cadangan sumberdaya MIGAS di Indonesia belum terlaksana
secara optimal, juga kebanyakan masih ditangani dengan kontrak karya dengan
perusahaan multi nasional yang memakai tenaga kerja asing sebagai mitra usaha PT
rekayasa industri (Persero) di dalam operasinya.Atas dasar hal tersebut maka
merupakan tantangan bagi kita generasi muda penerus bangsa untuk bisa lebih
mengoptimalkan kemampuan kita dalam menguasai berbagai macam teknologi
perminyakan, seperti system pemboran MIGAS baik secara vertical maupun pemboran
berararah (Directional drilling). Sehingga diharapkan dapat menunjang kegiatan
pemanfaatan sumberdaya alam yang sedang dan akan dilaksanakan di Indonesia.

Universitas Islam Bandung Page 1


2

1.2 Perumusan Masalah


Di dalam kegiatan pemboran sumur dalam (Deep Well), biasanya kendala
teknis dapat terjadi baik dari alat mekanisnya maupun alat penunjang lainnya, dari
berbagai faktor yang mempengaruhi baik faktor internal maupun faktor eksternal yang
terdapat pada lokasi penelitian, maka penelitian ini hanya dibatasi pada aktivitas
pemboran sumur dalam secara teknisnya di PT Rekayasa Industri . Sehingga untuk itu
kami melakukan penelitian pada bagian tertentu didalam kegiatan pemboran
diantarnya:

1. Mengetahui teknis pemboran sumur Dalam (Deep Well), metode yang


digunakan dari hasil pemboran tersebut.
2. Mengetahui pemilihan-pemilihan alat mekanis serta alat penunjang yang baik
untuk kegiatan tersebut.

1.3 Tujuan Kerja Praktek


Tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat
kurikulum yang telah ditetapkan oleh jurusan teknik pertambangan, Fakultas Teknik,
Universitas Islam Bandung.
Sedangkan manfaat dari kerja praktek ini adalah diharapkan mahasiswa dapat
melihat dan mengetahui secara langsung mengenai operasi tentang kegiatan-kegiatan
yang dilakukan pada lapangan di PPGM, dimana hal tersebut merupakan kegiatan
visualisasi dari kuliah di kampus.
Selain itu dalam melaksanakan kerja praktek ini dilakukan serangkaian
pengambilan dan pengumpulan informasi atau data-data teknik perusahaan untuk
dijadikan sebagai bahan dalam penyusunan laporan kerja praktek yang akan
dipresentasikan dikampus.

1.4 Metode Pengamatan Lapangan


Dalam pelaksanaan kegiatan Kerja Praktek ini praktikan menggunakan metode
penelitian untuk memperoleh keterangan data lapangan dengan berbagai metode,
yaitu sebagai berikut:
1 Metode Observasi (observasi Method)
2 Metode Penelitian Lapangan (Field Research Method)
3 Metode Interview (interview Method)
3

4 Metode Penelitian Kepustakaan (Libray Research Method)

1.5 Sistematika Penulisan


Adapun sistematika pembuatan laporan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Berisikan tentang latar belakang maksud dan tujuan ruang lingkup


permasalahan, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM

Berisikan tentang sejarah PT Rekayasa Industri sejarah lapangan dan


organisasi PT Rekayasa Industri.Letak geografis dan kesampaian daerah,
kondisi geologi,

BAB III LANDASAN TEORI

Berisikan Mengenai teori dari operasi pengeboran baik pemboran lurus maupun
pemboran berarah serta unit pengeboran yang meliputi: sistem pengankutan
(hoisting System), sistem putar (Rotating System), sistem sirkulasi (circulating
system), sistem tenaga (Power Sytem), sistem pencegahan kebocoran
(blowout preventer system).

BAB IV KEGIATAN LAPANGAN

Berisikan mengenai kegiatan pengeboran sumur Dalam (Deep Well) persiapan,


operasi pengeboran, peralatan dan kegiatan perawatan sumur.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisikan tentang kesimpulan serta saran dari isi laporan ini


4

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Sejarah PT Rekayasa Industri


2.1.1 Sejarah PT Rekayasa Industri
Rekind didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
7 Tahun 1981, tentang Penyertaan Modal Republik Indonesia untuk Pendirian
Perusahaan Perseroan dalam Bidang Usaha Perencanaan Perekayasaan dan
Konstruksi Industri, Lembaran Berita Negara Republik Indonesia Nomor 41 Tahun
1987. Berawal dari penguasaan pembangunan proyek-proyek yang berkaitan dengan
Refinery dan Petrochemical (Proyek Blue Sky Balongan, Bioethanol, pabrik Kaltim 4,
Pabrik Pupuk Kujang 1B,Pabrik Pupuk NPK Malaysia, serta proyek-proyek lainnya).
Rekind juga terus mengembangkan potensi pasar dalam bidang gas (proyek CO2
Removal Subang Proyek Gas Booster Station, Pipeline System for gas production,
Facility Jambi Merang, SSWJ Phase 2 Offshore Pipeline). Setelah berhasil
mengembangkan kompetensi untuk merambah segmen Mineral, Environment,
Infrastructure, Rekind mampu meningkatkan pangsa pasar dalam segmen pasar ini
(pabril semen Kupang, pabrik semen Tuban, pabrik Ferronickel Smelting,elting, Power
Plant Semen Tonasa, PLTU Suralaya 1 x 600 MW, Pabrik Ammonium Nitrate Prill
Plant). Melalui konsistensi pengembangan ekspertise yang dimilikinya, Rekind
memimpin pembangunan fasilitas industri Geothermal di tanah air.Hal ini dapat dilihat
dengan pembangunan serta operasionalisasi PLTP – PLTP di tanah air. PLTP
tersebut antara lain : Kamojang 4 (kapasitas 60 MW), Lahendong 2,3, dan 4 (masing-
masing dengan kapasitas 20 MW serta Wayang Windu 1 dan 2, yang merupakan
PLTP dengan kapasitas terbesar di dunia(total kapasitas 220 MW). Berbagai
pencapaian akan berhasilnya operasional fasilitas produksi di atas, merupakan hasil
kerja keras serta komitmen akan kesungguhan inovasi untuk memberikan yang terbaik
bagi klien serta memposisikan Rekind sebagai perusahaan EPC Nasional terdepan
dalam lingkup regional.
5

2.1.2 Struktur Organisasi PT Rekayasa (Persero)


Sesuai dengan restrukturisasi organisasi yang diterapkan baru-baru ini susunan
organisasi PT Rekayasa Industri telah mengalami perubahan
Struktur organisasi di daerah PPGM-DONGGI terdiri dari 2 fungsi yaitu fungsi
penunjang dengan pimpinan tertinggi adalah general manager. General manager
membawahi beberapa manager yang brtanggung jawab langsung terhadap kegiatan –
kegiatan di bawah fungsinya.
Salah satu fungsi yang oprasional adalah bagian eksploitasi yang dipimpin oleh
seorang manager ekspoitasi yang memegang peranan sangat penting terhadap maju
dan mundurnya perusahaan. Bagian eksploitasi dapat di sebut sebagai inti dari
perusahaan (Engineering) yang meliputi :
1. teknik geologi dan geofisika bertugas menggambarkan kondisi geologi
perlapisan batuan tanah
2. teknik reservoir bertugas menentukan karakteristik lapisan yang mengandung
hidrokarbon dan beberapa jumlah cadangan yang dapat di produksikan.
3. teknik oprasi bertugas membuat dan mengebor sumur-sumur eksplorasi dan
melakukan perawatan terhadap sumur – sumur.
2.2 Lokasi dan Kesampaian Daerah
2.2.1 Lokasi Penelitian
Secara geografis PT Rekayasa Industri terletak pada koordinat 418379 mE dan
9832735 mN.Dengan iklim tropis (musim hujan dan musim kemarau). Dan Secara
administrasi, Kabupaten Dongin terdiri dari 10 Kecamatan dan 81 Desa/Kelurahan
dengan luas wilayah 13.925,72 km2 dengan jumlah penduduk 150.997 jiwa.
secara batas wilayah SP PGD-12 terletak pada batas kecamatan sebagai berikut :
(Gambar 2.1)
 Utara : Kecamatan Pamanukan
 Selatan : Kecamatan Pagaden
 Barat : Kecamatan Compreng
 Timur : Kecamatan Ciasem
6

Gambar 2.1
Batas kecamatan sumur PGD 12
Untuk menempuh ke lokasi penyelidikan dapat ditempuh dengan
menggunakan:
1. Bandung - Bandara Soekarno Hatta
Menggunakan kendaraan roda empat selama ± 3 jam melewati jalan tol
Cipularang.
2. Bandara Soekarno Hatta - Bandara Hasanudin Makassar .Menggunakan
pesawat terbang selama ± 2 jam.
3. Bandara Hasanudin Makassar – Bandara Syukran Aminudin
Menggunakan pesawat terbang selama ± 55 menit.
4. Bandara Syukran Aminudin - Kantor PT Rekayasa Industri di Dongin
menggunakan kendaraan roda empat selama ± 3 jam
.
Gambar 2.2
Peta Kesampaian Daerah Sumur PGD 12

Sumur SP PGD 12 Page 7


2.3 Kondisi geologi

Gambar 2.3
Peta Geologi Regional Sumur PGD 12

Sumur SP PGD 12 Page 8


Qaf : Endapan Sungai,yang terdiri dari pasir dan lempung serta batuan
dari Satuan Batupasir Tufan dan Konglomeratan.

Qa : Aluvium – lempung, lanau, pasir, kerikil, terutama endapan


sungai sekarang.

2.3.1 Tektonik Regional


Posisi saat ini cekungan jawa barat bagian utara merupakan back are
basin, namun pada periode terjadi rifting yang bukan merupakan back are.
Selama fase peregangan pada eosin sampai oligosen arah peregangan adalah
timur laut – barat daya. Bukti pendukung yang menyatakan bahwa cekungan
tersebut pada awalnya bukan merupakan back arc adalah :
 Arah peregangan dari rifting di jawa barat bagian utara hampir tegak lurus
dengan arah zona tumbukan saat ini.
 Melibatkan kerak benua yang cukup tebal. (Hamilton,1979)
Pada cekungan jawa barat utara terdapat 6 peristiwa tektonik utama,
yaitu :
1. Pratersier (late cretaceous) sampai eosin (100-56 M)
Metamorfosa regional dihasilkan dari peristiwa tumbukan dan
perkembangan busur meratus, pengangkutan, erosi penurunan tempratur
tejadi pada paleosen. Peristiwa magmatisme terjadi di hampir seluruh on
shore dan off shore di seluruh jawa, disebabkan oleh proses yang
berhubungan dengan normal subduction dimana magmatisme berlanjut
hingga awal eosin. Peristiwa metamorfosa sedimen karbonat dan serpih
dari sunda continental passive margine terjadi pada akhir kapur,
metamorfosa derajat sedang – rendah juga terjadi peristiwa intrusi
andesitic di hampir cekungan jawa barat utara.
2. Eosen (50 – 40 M)
Ditandai dengan adanya peristiwa tumbukan antara lempeng india dan
lempeng eurasia yang mengakibatkan sesar mendatar utama ( dextral
kraton Sunday), (Daly et al, 1987, 1991). Periode tektonik eosin terjadi
pada fase pertama rifting cekungan jawa barat utara disebut rifting 1
(early fill phase). Sedimen yang diendapkan pada fase ini disebut
sedimen synrif 1. Cekungan awal ini terbentuk akibat fragmentasi , rotasi

Universitas Islam Bandung Page 9


dan pergerakan dari kraton sunda. Cekungan yang kaya akan material
vulkanik terkonsentrasi sepanjang jalur sub – cekungan jatibarang, sub –
cekungan cipunegara, sub – cekungan ciputat, bagian selatan dan tengah
sub cekungan arjuna, dua trend sesar normal yang diakibatkan oleh
perkembangan rifting 1( early fill).
3. Oligosen ( 34 – 30 M)
Rifting di laut cina selatan dan akresi di bagian utara Kalimantan , di
tepian lempeng Australia menabrak beberapa komplek busur (Daly et al,
1987, 1991).
4. Miosen tengah (17 – 10 M)
Rifting di laut cina selatan dihentikan oleh peristiwa tumbukan fragmen –
fragmen benua yang dihasilkan oleh gondawana (northem Australia dan
irian jaya) dengan bagian timur dari tepian lempeng mikro sunda Daly et
al, 1987, 1991).
5. Miosen akhir (7 – 5 M)
Bagian barat laut lempeng Australia menumbuk dengan sunda trench
Daly et al, 1987, 1991).
6. Plio Pleistosen (5 – 0 M)
Bagian utara dari Australia passive margin dengan sunda trench dan
busur depan banda, peristiwa inverse minor terjadi di cekungan jawa
barat bagian utara.
2.3.2 Stratigrafi
Seperti hal nya didaerah lain, stratigrafi di daerah bagian jawa barat
perkembangannya sangat dipengaruhi oleh tatanan tektonik daerah tersebut.
Elmen tektonik yang mempengaaruhi proses sedimentasi daerah ini adalah
keberadaan pegunungan di pamanukan – tanggerang dan dalam ciputat dengan
pola relative utara – selatan. Pasangan half graben ciputat yang di apit oleh
rangkaian pegunungan di rengasdengklok ini mengontrol proses sedimentasi
batuan syin rift dan post rift oligon-miosen baik yang berfungsi sebagai reservoir
maupun berpoensi menggenerasikan hidrokarbon, di bagian paling bawah
sekaligus berfungsi sebagai alas cekungan sedimentasi.

Universitas Islam Bandung Page 10


BAB III
LANDASAN TEORI

3.1 Teknik Pemboran


Pemboran merupakan suatu rangkain kegiatan keteknikan yang ada
dalam industri perminyakan yang dilakukan oleh bidang bor (toolpusher)
bekerjasama dengan Wellsite Geologist agar dapat mengambil contoh batuan
sesuai dengan kedalam yang dikehendaki, dimana secara garis besar pemboran
ini bertujuan untuk membuat sebuah lubang kedalam tanah sampai menembus
ke dalam formasi batuan reservoir yang mengandung minyak /gas yang
berpotensi baik.
Setelah sebuah lubang selesai di bor sampai ke kedalaman yang
diinginkan, lalu diturunkan casing dan diadakan penyemenan sehingga
terbentuklah hubungan antara formasi, dimana cadangan minyak dan gas itu
berada dekat dengan permukaan.Dengan demikian terbukalah kemungkinan
untuk dapat mengalirkan minyak dan gas ke permukaan setelah formasi yang
produktif itu di perforasi.
Ditinjau dari arahnya, metode pemboran dapat dibedakan dalam 2 metode yaitu:
3.1.1 Pemboran Lurus (Vertical Drilling)
Pemboran lurus adalah metoda pemboran dimana lubang bor yang
diinginkan adalah vertical dari permukaan sampai sasaran ke kedalaman yang
direncanakan.Kenyataannya lubang yang benar – benar vertical sampai ke
kedalaman yang direncanakan sulit di capai hal ini disebabkan oleh berbagai
macam hambatan yang ditimbulkan oleh faktor formasi maupun faktor mekanis.
3.1.2 Pemboran Berarah (Directional Drilling)
Pelaksanaan pemboran berarah di lapangan berdasarkan korelasi dari
sumur yang ada di dekatnya yang sudaktidak berproduksi lagi.Pemboran berarah
yang lancar akan memperkecil biaya pemboran suatu sumur. Keberhasilan
pemboran berarah ini tergantung dari perencanaan yang baik. Contohnya lubang
bor yang di buat direncanakan pada suatu bidang datar dengan sudut arah dan
perubahan sudut kemirinagn tertentu dengan bantuan alat kick of point (KOP).

Universitas Islam Bandung Page 11


Deflecting tool, K-Moneel Collar, dan Stabilizer.Agar pemboran berarah ini tidak
menyimpang dari arah sasran setiap kali mencapai kedalaman tertentu dilakukan
survey untuk mengetahui posisi lubang terakhir untuk koreksi dengan posisi yang
telah direncanakan.
Alas an dilakukan pemboran berarah adalah :
a. Faktor Topogratis
Pada tahap ini seringkali ditemui kesulitan-kesulitan untuk membuat
lokasi pengeboran vertikal dari Iapisan yang di produksi karena :
 Lapisan produktif terietak di bawah sungai, rawa-rawa, tebing yang cukup
curam dan Iokasi yang terletak di bawah perumahan/perkotaan serta
tempat-tempat yang sangat penting sehingga sutit dilakukan pemboran
seperti taman margasatwa, lokasi hiburan dan lain sebagainya.
 Lapisan produktif yang terletak di bawah pantai.
b. Faktor Geologis
Reservoir minyak bumi, gas bumi dan panas bumi terdapat pada
Iapisandengan formasi yang kuat sehingga pemboran tegak tidak
dapatdilakukan.Lapisan tersebut biasanya berupa gafam, lapisan
pasir,Iapisan bertekanan tinggi dan lapisan berongga.

3.2 Program Rencana Kerja


 Program Kerja Sumur Eksplorasi
Tujuan dari program sumur eksplorasi adalah membuat rencana kerja
sumur eksplorasi sesuai dengan tujuan dari pemboran eksplorasi, yaitu
untuk membuktikan ada atau tidaknya hidrokarbon yang terjebak dalam
perangkap Reservoir berdasarkan data yang diperoleh dari :
- Korelasi sumur terdekat.
- Data stratigraf lapisan.
- Data geoseismik dan geolistrik
 Program Kerja Sumur Eksploitasi
Program ini bertujuan untuk membuat rencana kerja pembuatan sumur
eksploitasi yang dimaksudkan untuk memproduksi hidrokarbon seoptimal
mungkin.
 Program kerja sumur reparasi

Universitas Islam Bandung Page 12


Program sumur reparasi bertujuan untuk membuat rencana kerja
perbaikan sumur yang sudah berproduksi untuk meningkatkan produksi.

3.3 Tahap – Tahap Pemboran


Tahapan yang dilakukan untuk operasi pemboran yaitu :
a. Persiapan sebelum pemboran
 Penentuan titik lokasi, yaitu penentuan daerah yang akan dijadikan area
pemboran oleh bagian topografi yang sesuai dengan koordinat titik lokasi
tersebut.
 Pembebasan tanah lokasi, yaitu pembebasan tanah dengan pihak ketiga
yang ditangani oleh bagian hukum guna membicarakan masalah
penentuan harga tanah atau tanam tanaman yang ada di atas tanah
lokasi yang akan dibor.
 Pembuatan sarana transportasi, yaitu pembuatan jalan menuju lokasi
untuk pengangkutan peralatan dan pekerja
 Pembuatan kolam cadangan atau mud pit yang digunakan untuk
menampung cutting pemboran dan lumpur yang keluar dari lubang
pemboran selama proses pemboran berlangsung.
 Pembuatan pondasi sumur dan cellar, pondasi dimaksudkan untuk
landasan berdirinya rig. Sedangkan cellar adalah kolam kecil di tengah
pondasi dimaksudkan untuk lubang pemboran awal.
 Persiapan sumber air, dengan tujuan untuk mempersiapkan kebutuhan
air baik bagi pekerja maupun untuk keperluan selama proses pemboran
berlangsung.
b. Pengadaan peralatan disesuaikan dengan teknis pemasangan peralatan
agar tidak terjadi penumpukan peralatan pada lokasi pemboran.
c. Persiapan rig dan pendiriannya. Kedatangan rig menggunakan alat berat,
rig didirikan dengan menggunakan Derek, tahap ini disebut dengan
rigging updan umumnya terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama,
memasang sub-struktur, setelah itu prime mover dan draw work di
pasang pada posisinya kemudian di coba di jalankan dan digunakan.
d. Pemasangan peralatan penunjang. Dengan selesainya pendirian rig,
tahap beriktnya memasang peralatan – peralatan penunjang. Setelah
peralatan penunjang siap, personel-personel pemboran dengan tugasnya

Universitas Islam Bandung Page 13


yang berbeda-beda mulai merangkai bagian-bagian yang nantinya akan
merupakan suatu system dari rotary drilling yang telah siap dioprasikan.
e. Persiapan akhir. Biasanya terdiri dari persiapan lumpur pengeboran,
lumpur pengeboran disiapkan oleh derrick men yaitu mulai dari
pemeliharaan sumur dan perubahan komposisi dari lumpur pemboran
yang tergantung dari kondisi di bawah permukaan. Setelah lumpur
pemboran di siapkan , para personel pemboran memeriksa peralatan-
peralatan sirkulasi dan memastikan bahwa pompa lumpur dapat beroprasi
denag baik. Apabila semua dicek telah berfungsi degan baik maka
circulating system dapat segera dioprasikan.

3.4 Pelaksanaan Pemboran


Sebelum oprasi pemboran dilakukan terlebih yang dilakukan adalah
setting alat pemboran. Penyetelan alat di sini adalah pemasangan alat-alat yang
dipakai selama proses kegiatan pemboran berlangsung.
3.4.1 Alat Utama Pemboran
 Menara Bor
 Tenaga penggerak, biasanya terdiri dari 3 unit generator DC (arus
searah) untuk menggerakan draw works dan pompa sirkulasi lumpur (2
unit) dan 2 unit generator AC (arus bolak balik) untuk menggunakan
electromotor pompa air, pengaduk lumpur, mud screen, dan penerangan
listrik di lokasi.
 Stang persegi (Kelly), biasanya yang dipakai Kelly segi enam dengan
diameter 5 ¼” OD dan panjang 12 meter yang terdiri dari 1 pc upper Kelly
stop cock dan pc lower Kelly stop cock yang berfungsi meneruskan
putaran dari meja putar (rotary table) ke rangkaian pipa bor dengan
perantara kelly bushing.
 Pipa bor (drill pipe), biasanya yang dipakai berdiameter 5” OD dan 3 ½”
OD yang berfungsi untuk memutar pahatdan sebagai jalannya lumpur
pemboran dengan bantuan Kelly dan meja putar.
 Pipa berat (drill collar), biasanya yang dipakai pipa berdiameter 8” OD, 6
½” OD atau 4 ¾” OD yang berfungsi memberikan kekuatan pada
rangkaian pipa bor agar selalu dalam keadaan tegang sehingga
kemiringan lubang dapat dicegah dan memberikan beban pada pahat (bit)

Universitas Islam Bandung Page 14


 Pahat (bit), jenis dan ukuran yang dipakai tergantung pada kedalaman
dan formasi batuan yang akan di tembus, bit ini berfugsi sebagia alat
untuk menghancurkan serta menyekop lapisan batuan kemudian
disemprot oleh lumpur melalui nozzle pahat agar batuan yang telah
hancur dapat di angkat ke permukaan oleh lumpur tersebut.
3.4.2 Alat Pengangkat (Hoisting system)
Alat pengangkat ini berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan, juga
menggantungkan beban yang sangat berat dari system alat-alat pemutar terdiri
dari :
 Crown block, yitu tempat menggantungkan kabel “travelling block”
 Travelling block, berfungsi untuk menaikan dan menurunkan rangkaina
pipa bor dan lain-lainnya dengan bantuan draw works
 Hock, yaitu tempat menggantungkan rangkaian pipa bor dan lain-lainnya
 Swivel, berfungsi menghubungkan bagian yang tetap dengan bagian
yang bergerak juga untuk menggantungkan/menahan rangkaian pipa bor
pada saat mengebor serta jalan masuk lumpur.
 Draw works, merupakan pusat pengontrolan Driller dalam oprasi
pemboran dan tempat gulungan drilling line untuk mengangkat atau
menurunkan travelling block dan beban-beban lainnya.
 Wire line, yaitu kabel-kabel untuk mengangkat atau menurunkan
peralatan-peralatan bor dari tempatnya ke lantai bor atau sebaliknya,
system pemutar yaitu meja putar yang digerakan oleh rantai melalui draw
works yang berfungsi meneruskan gaya putar ke rangkaian pipa bor
dengan memutar Kelly melalui Kelly bushing, menahan berat beban pada
saat menyambung rangkaian pipa bor dan pemasangan selubung.
3.4.3 Alat Sirkulasi (Circulation System)
 Pompa lumpur, berfungsi untuk sirkulasi lumpur untuk tekanan dan
volume yang diinginkan
 Stand pipe/hose, yaitu pipa tegak yang berfungsi sebagai saluran lumpur
atau cairan yang mengalir dari discharge line ke hose sebagai selang
penghubung stand pipe dengan swivel untuk sirkulasi lumpur.
 Mup pit, berfungsi sebagai tempat persediaan lumpur pemboran,
pengaduk lumpur terutama lumpur yang telah di campur bahan-bahan

Universitas Islam Bandung Page 15


kimia dan tempat pemisahan lumpur dengan pasir (desander), lanau
(desiter), dan dengan gas (degasser). Untuk menampung lumpur yang
terbuang dibuat ground pit sebanyak 4 buah dimana satu sama lain
dihubungkan dengan pipa.
 Mud screen, yaitu suatu alat yang berfungsi sebagai alat pemisahan
lumpur dengan sebuk bor.
3.4.4 Alat Kontrol
 Wight indicator, berfungsi untuk mengetahui berat beban yang tergantung
pada travelling block dan juga berat beban pada pahat.
 Manometer, berfungsi untuk mengetahui tekanan pompa dan naik
turunnya tekanan pada saat di bop, slubung, dan mud test.
 Geolograph, yaitu alat yang digunakan untuk mengetahui atau
mengontrol kemajuan pengeboran.
 Deviation survey, dilapangan alat ini lebih umum disebut TOTCO, yaitu
suatu alat yang dipakai untuk mengukur atau mengetahui sudut
kemiringan lubang bor.
 Blow out preventer (BOP), yaitu suatu alat untuk mencegah atau
mengatasi terjadinya semburan liar pada saat pemboran berlangsung,
alat ini terdiri dari anular type BOP yang dipakai bersama-sama pada saat
mengebor terjadi semburan liar, pipe ram type BOP yang dipakai bila saat
mengebor terjadi semburan liar, dan blind ram type BOP yang dipakai jika
dalam sumur tidak ada rangkaian pipa bor.

3.5 Kegiatan Pemboran


Pada proses ini ada 2 lubang yang diperlukan :
 Lubang bor untuk logging biasanya menggunakan bit 12 ¼” kecuali
lubang bor itu lebih dari 12 ¼”
 Lubang bor untuk pemasangan casing merupakan pelebaran lubang bor
untuk logging sesuai untuk casing yang akan dipasang kecuali casing nya
sudah sama atau lebih kecil dari 12 ¼”
Untuk melakukan pemboran miring (directional hole drilling) banyak alat
dan istilah yang tidak dijumpai pada pemboran biasa, diantaranya :
 Kick of point (KOP), yaitu tempat kedudukan atau kedalaman lubang bor,
dimana lubang bor pertama-tama dibelokan dari arahvertikal ke miring.

Universitas Islam Bandung Page 16


Deflecting tool, yaitu alat-alat yang digunakan untuk memiringkan lubang,
misalnya : whipstock, dyana drill knuckle joint.
 Target, yaitu titik kedalam lubang bor yang merupakan tempat prospek
minyak yang merupakan tujuan akhir lubang bor yang dimiringkan.
 Interval, yaitu jarak atau panjang lubang bor yang terletak antara dua
penyelidikan.
 Drift angel, yaitu sudut deviasi atau sudut yang terbentuk dengan garis
vertical lubang bor.
 Dog leg, yaitu sudut yang terletak antara dua seksi lubang bor atau setiap
perubahan sudut dari lubang bor tersebut. Dog leg ini disebabkan oleh
perubahan sudut atau perubahan arah dan mungkin juga oleh kedua-
duanya dalam waktu bersamaan.
 Allowable target, yaitu batas maxsimum penyimpanan yang diizinkan.
 Rate of build up, yaitu pertambahan jumlah derajat sudut pada suatu
interval kedalaman lubang bor.
 Vertical section, yaitu keadaan lubang bor yang bentuknya kembali
vertical dan langsung menuju target.
 Horizontal deflection, yaitu jarak antara lubang bor vertical dengan dasar
lubang yang miring.
 Direction, yaitu arah lubang bor yang terjadi.
 Survey, yaitu suatu pekejaan yang dilakukan untuk mengetahui posisi
lubang bor, baik arah maupun kemiringannya.
 K-moonel coller, yaitu pipa yang terbuat dari baja, anti magnet dan
korosif.
 Stabilizer, yaitu suatu alat untuk menstabilkan suatu lubang bor.

3.6 Pemasangan Casing


Untuk melakukan oprasi dalam mencapai formasi produktif, diantaranya
diperlukan setting casing (perencanaan casing) untuk mencegah loss pada
sirculation sehingga perlu disoalasi bawah permukaannya, dan mencegah air
tanah bercampur dengan mud (permukaan). Tujuan dari casing design ini
adalah mendapatkan rangkaian casing yang cukup kuat melindungi sumur baik
selama pemboran mapun produksi dengan biaya yang termurah.

Universitas Islam Bandung Page 17


Fungsi casing antara lain adalah mencegah ggugurnya dinding casing,
mencegah terkontaminasinya air tanah oleh lumpur pemboran, menutup zona
bertekanan abnormal dan zona lost, membuat diameter lubangtetap dan
mencegah hubungan langsung dengan formasi.
Dalam perencanaan casing terkadang perlu dilakukan pemasangan dengan liner,
hal ini dimaksudkan untuk menghemat casing serta lebih ekonomis. Liner pada
dasarnya mempunyai fungsi yang sama dengan production casing, tetapi tidak
dipasang hingga permukaan. Pemasangan liner dapat juga digunakan apabila
pada akhir pemboran diperoleh lubang sumur dengan ukuran yang sangat kecil
sementara itu sumur tidak terlalu dalam, sehingga ukuran casing tidak toleransi
yang sangat kecil dapat digantikan dengan liner.
Casing dapat dibedakan kedalam 4 jenis casing :
a. Conductor casing
Casing ini pada umumnya berdiameter besar, yaitu 16” sampai 18” dan
dipasanag dengan cara dipancangkan biasa oleh vibrating hammer, pada
offshore, casing ini digunakan untuk melindungi drillstring dari air laut,
dipasang dari platform hingga dasar laut, sedangkan di onshore, casing
ini digunakan untuk melindungi apabila air tanah tersebut dekat dengan
permukaan tidak cukup kuat atau mudah gugur, seperti rawa-rawa
gambut dan sebagainya.
b. Surface casing
Casing 20” denga bit 26” dipasang stope pipe agar lumpur dapat
dipompakan ke dalam mud separator untuk memudahkan sirkulasi
lumpur. Selain itu juga casing ini juga berfungsi untuk melindungi air
tanah dari kontaminasi oleh lumpur pemboran, tempat kedudukan BOP
well head dan menyangga seluruh berat rangkaian casing berikutnya
yang telah dimasukan kedalam sumur.
c. Intermediate casing
Casing ini berfungsi untuk menutup formasi-formasi yang dapat
menimbulkan masalah atau kesulitan selama pemboran berlangsung,
seperti soughing shale, lost sirkulation, tekanan abnormal, kontaminasi
lumpur dan sebagainya. Suatu sumur dapat mempunyai lebih dari
intermediate casing, hal ini tergantung dari kondisi yang dialami pada
proses pemboran.

Universitas Islam Bandung Page 18


d. Production casing
Casing ini disebut juga dengan oil string, apabila di pasang sampai
tempat diatas formasi produktif maka hal ini disebut open hole
completion, sedangkan apabila dipasang sampai kedasai formasi
produktif maka hal ini dinamakan performated casing completion. Fungsi
dari casing ini adalah untuk memisahkan lapisan-lapisan yang
mengadung minyak dari lapisan-lapisan yang lain dan melindungi alat-alat
produksi yang dapat di bawah permukaan.
Dalam pemasanagn casing harus pula diperhatikan bener-benar yang
dapat berpengaruh pada casing seperti beban yang ditimbulkan oleh berat
rangkaian casing. Setelah casing dipasang maka selanjutnya dengan kegiatan
penyelesaian sumur (well completion), yaitu meliputi :
A. Penyemenan
Tujuan dari penyemenan itu adalah melekatkan casing dengan bidang
formasi dan melindungi dari pengaruh formasi sekitarnya yang dapat
menyebabkan kerusakan pada casing. Pada prinsipnya penyemenan adalah
proses pencampuran air dan bubuk semen dengan kadar tertentu, ditambah
additive sesuai dengan kebutuhan tertentu, kemudian mendorong campuran
semen kedalam casing dan naik kedalam annulus diluar casing kemudian
didiamkan agar mongering formasi dan pipa tersebut. Adapun fungsi dari
penyemenan tersebut adalah :
a. Melekatkan casing dengan dinding formasi agar kokoh/kuat.
b. Melindungi casing dari pengaruh lingkungannya sekitarnya yang
merusak.
c. Menutup zona lost sirkulation, fluida formasi, dan zona blow out.
d. Mengisolasi zona di belakang casing
e. Mencegah penyusupan gas atau fluida formasi bertekanan tinggi.
f. Memperkecil gas oil ratio, water oil ratio, dan water gas ratio.
g. Mempebaiki casing yang pecah.

Penyemenan ini dapat dibagi ke dalam 2 bagian :


a. Primary cementing, proses penyemenan casing dengan formasi yang
dilakukan pada saat pertama kali casing dimasukan kedalam tanah .
penyemenan ini bertujuan untuk :

Universitas Islam Bandung Page 19


 Memperbaiki primary cementing yang tidak baik ikatannya (pada
rekahan).
 Menutupi daerah loss.
 Mengurangi gas-oil dan water-oil.
b. Secondary cementing, proses penyemenan yang dimaksudkan untuk :
 Memperbaiki cementing yang merekah.
 Menutupi casing.
 Menutupi lapisan yang diinginkan.
 Menutupi daerah loss circulating.
Pelaksanaan penyemenan selubung adalah :
a. Cement slurry dari hopper yang diaduk oleh unit zat mixer dipompakan
oleh mobil cementing unit kedalam casing sampai plug container akan
mendesak bottom plug yang ada dibawahnya.
b. Setelah cement slurry semuanya habis dipompakan dilanjutkan dengan
memompakan lumpur pemboran.
c. Saat lumpur pada plug countainer maka akan mendesak top plug.
d. Pada saat bottom plug sampai diplat collar selama beberapa detik aliran
di annulus berhenti dimana manometer cementing unit menunjukan
kenaikan tekanan, dikarenakan terjadinya pemecahan selaput pada
bottom plug.
e. Kemudian keadaan kembali normal, top plug akan turun dan cemen akan
mengalir melalui bottom plug dan terus akan mengalir melalui guide shoe,
lau menuju keatas mengisi lubang annulus.
f. Setelah top plug sampai pada bottom plug terjadi kenaikan tekanan pada
dynamometer pada cementing unit. Proses penyemenan yang dilakukan
dianggap selesai, setelah semen itu keras.
B. Pemasangan BOP dan BP
Pemasangan BOP (Blow out preventer) adalah stove pipe dipasang dan
di semen yang dipasang di atas BP (bottom plug) yang telah dipasang terlebih
dahulu di atas stove pipe.
C. Pemasangan tubbing
Tubbing (pipa produksi) dipasang pada saat sumur setelah mencapai
kedalaman maximum yang telah ditentukan dan telah dipasang casing. Pada

Universitas Islam Bandung Page 20


pemasangan tubing juga di set packer pada kedalaman kedalaman tertentu yang
direncanakan.
D. Pemasangan well head dan X-mast tree
Pemasangan ini merupakan tahap akhir dari proses oprasi pemboran,
setelah BOP dibongkar sumur siap di produksi.

3.7 Lumpur Pemboran


Lumpur bor merupakan cairan yang berbentuk lumpur yang terbuat dari
campuran zat cair, zat padat, dan zat kimia (aditif).Dimana zat cair digunakan
agar nantinya lumpur dapat dipompakan untuk kegiatan sirkulasi pemboran.
Sedangkan zat padat digunakan sebagai media agar lumpur memimiliki kenaikan
berat jenis dan kekentalan tertentu, dan zat kimia sendiri digunakan untuk
mengontrol sifat-sifat lumpur yang masuk dan keluar dari dalam sumur agar
sesuai dengan keinginan yang disesuaikan dengan keinginan kondisi lubang dan
jenis batuan yang akan dib or. Peranan lumpur dalam setiap pemboran sangat
menentukan kemajuan pemboran itu sendiri.
3.7.1 Fungsi Lumpur Pemboran
Ada berbagai macam fungsi lumpur pemboran yang penting untuk
diketahui, karena nantinya akan berengaruh terhadap jenis lumpur yang akan
digunakan beserta sifat-sifatnya. Fungsi tersebut adalah :
a. Mengangkat cutting dari dasar lubang ke permukaan.
Adanya penumpukan cutting di dasar lubang karena tidak terangkat di
permukaan dapat menyebabkan masalah dalam oprasi pemboran seperti
pipa terjepit , semburan liar, lambatnya laju pemboran dan lainnya. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi pengangkatan cutting.
 Kecepatan lumpur di annulus. Tergantung pada kapasitas pompa,
diameter lubang dan pipa bor.
 Viskositas lumpur. Semakin kental lumpur semakin bagus
pengangkatan cutting. Akan tetapi harus disesuaikan dengan formasi
batuan.
 Berat jenis. Semakin tinggi berat jenis lumpur maka semakin tinggi
kemampuan pengangkatan cutting, karena kecepatan dari bahan
padat lumpur akan berkurang dengan adanya lelisih antara kecepatan
annulus dengan kecepatan putaran maka cutting akan terangkat.

Universitas Islam Bandung Page 21


 Aliran lumpur. Berpengaruh terhadap pengangkatan cutting, dimana
laju pengangkatan akan maximum ketika lumpur akan memiliki aliran
transisi yang merupakan jenis aliran antara laminar dan turbulen.
b. Menahan dinding lubang agar tidak runtuh selama pemboran
berlangsung. Adanya mud cake dari lumpur akan membuat dinding
lubang pemboran menjadi kuat serta menghalangi masuknya fluida
formasi kedalam lubang pemboran. Sehingga bersama-sama dengan
tekanan hidrostatik bisa mengimbangi tekanan formasi.
c. Melumasi dan mendinginkan bit dan rangkaian pipa bor. Dalam kegiatan
pemboran, bit dengan pipa bor akan mengalami gesekan dengan cutting
atau formasi sehingga menyebabkan timbulnya panas dan akan
menyebabkan kerusakan pada bit dan pipa bor, maka dengan adanya
lumpur yang disirkulasikan terus menerus pipa bor dan juga bit akan tetap
dingin, sehingga kerusakan dan umur alat pun akan panjang.
d. Mengontrol tekanan formasi. Adanya tekanan hidrostatis dari lumpur
dapat memberikan keseimbangan tekanan yang diberikan oleh formasi
terhadap alat bor. Dimana jika tekanan formasi lebih besar dari tekanan
hodrostatis lumpur maka fluida formasi akan masuk kedalam sumur dan
jika tidak terkontrol akan mengakibatkan semburan liar, oleh karena itu
perlunya penambahan berat lumpur sebagai penyeimbang penambahan
tekanan formasi.
e. Menahan cutting dan material pemberat selama sirkulasi berhenti agar
tidak turun. Adanya sifat mengagar dari lumpur pemboran dapat menahan
cutting juga material pemberat tetap melayang meskipun sirkulasi
dihentikan, dan jika tidak ada sifat tersebut maka akan menimbulkan
masalah seperti terjepitnya rangkaian bor.
f. Media logging. Artinya bahwa lumpur bor memiliki sifat untuk
menghantarkan listrik karena kebanyakan alat-alat logging memerlukan
media penghantar arus ke formasi untuk memperoleh interpretasi data
dari formasi yang ditemui.
g. Media informasi. Artinya dengan fungsi lumpur sebagai pengangkat
cutting dari dasar ke permukaan , maka cutting yang terangkat dapat
memberikan informasi tentang keadaan lubang bor.

Universitas Islam Bandung Page 22


h. Pengantar daya hidrolik ke bit. Karena dengan adanya daya hidrolik dari
lumpur maka cutting yang berada di dalam lubang dapat membersihkan
dan terangkat ke permukaan.
i. Menunjang berat rangkaian alat bor dan selubung. Berdasarkan hukum
Archimedes, berat benda akan berkurang di dalam zat cair seberat zat
cair yang dipindahkan .jadi lumpur akan mengurangi beban yang ditahan
oleh alat-alat permukaan (rig).
3.7.2 Jenis Lumpur Pemboran
 Water based mud
Merupakan lumpur yang menggunakan air sebagai bahan dasar
pencampur fluida dengan kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm
= 1% berat gram) kelebihan dari jenis lumpur ini adalah dapat digunakan
untuk segala kondisi batuan dan juga berbagai tekanan formasi. Berbaha
dasar : air + clay. Dan yang termasuk water based mud adalah:
-fresh water mud, dipakai dalam pemboran pertama
- salt water mud, bahan dasar garam yang dipakai saat menembus
lapisan garam.
- oil emultion mud, lumpur dasar yang dicampur solar sehingga terbentuk
lumpur emulsi.
 Oil based mud
Bahan dasar solar.Dipakai untuk tempratur lebih tinggi dari 300o F, shale
problem yaitu mengatasi adanya swelling, stickening selama pemboran
berlangsung dan kondisi viskositas.
3.7.3 Tempat Pembuatan Lumpur
Peralatannya antara lain :
 Gudang bahannya.
 Tangki lumpur.
 Corong pencampur.
 Tabung bahan kimia dan tangki air.
3.7.4 Peralatan Sirkulasi
Peralatan sirkulasi ini merupakan peralatan utama yang mutlak harus ada
pada unit pemboran dan telah dijelaskan di atas, peralatan sirkulasi yang penting
antara lain :

Universitas Islam Bandung Page 23


 Tangki isap.
 Pompa lumpur.
 Saluran tekan.
 Pipa saluran tegak.
3.7.5 Peralatan Perawatan Lumpur
Peralatan ini untuk menjaga agar sifat-sifat lumpur itu tetap baik dan stabil
apabila dikeluarkan dari dalam lubang bor. Peralatan ini terdiri dari :
 Saringan penggetar lumpur (shale sheker)
 Tangki pengendap
 Pemisah lumpur dan gas
 Alat pemisah padatan halus
 Pompa khusus

3.8 Masalah Dalam Pemboran


Masalah-masalah yang berhubungan dengan pemboran sumur migas
sebagian besar disebabkan oleh karena adanya gangguan keseimbangan
terhadap tegangan tanah (earth stress) di sekitar lubang bor yang disebabkan
akibat adanya aktivitas pembuatan lubang bor itu sendiri, dan adanya interaksi
antara lumpur pemboran dengan formasi yang ditembus.
Tegangan tanah bersama dengan tekanan formasi berusaha untuk
mengembalikan keseimbangan yang telah ada sebelumnya, dengan cara
mendorong lapisan batuan untuk bergerak ke arah lubang bor.
Untuk itu, lubang bor harus dijaga stabilitasnya dengan cara
menyeimbangkan tegangan tanah dan tekanan formasi di satu sisi dengan
tekanan lumpur pemboran di sekitar lubang bor serta komposisi kimia lumpur
pada sisi yang lain.
Dalam modul ini akan diuraikan secara singkat tentang masalah-msalah
yang paling sering terjadi pada saat operasi pemboran berlangsung. Sebagian
besar materi modul ini diambil dari beberapa artikel maupun literatur terbaru yang
pada saat ini banyak digunakan dalam industri perminyakan.
Masalah pemboran (hole problems) secara umum dapat diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu :
a. Pipa Terjepit (Pipe Stuck)
b. Sloughing Shale, dan

Universitas Islam Bandung Page 24


c. Hilang sirkulasi (Lost Circulation)

Universitas Islam Bandung Page 25


BAB IV
KEGIATAN LAPANGAN

Dalam praktek kerja lapangan kami yang berlokasi di PT Rekayasa


Industri PPGM disini mengamati beberapa aspek seperti sistem-sistem yang
terdapat dalam satu unit Rig Pemboran serta alat pendukungnya, yaitu tentang
pemboran sumur dalam (Deep Well) dimana maksud dan tujuan dari pembuatan
sumur untuk memenuhi kebutuhan proses produksi CPP Cooling Tower, produce
Water, Fire Water dan Plant Water di dalam lingkungan proyek PPGM-DONGGI
dan kebutuhan air untuk pembangunan fisik sebesar 22 m 3/ Jam didalam proyek
pengembangan Gas Matindok Kabupaten Banggai,Provinsi Sulawesi Tengah

4.1 Persiapan Teknis Dan Peralatan Penunjang Unit Rig


Untuk Rig sendiri didatangkan kelapangan dengan menggunakan mobil
container berkapasitas beban besar, yang mengangkut engine carier serta
peralatan pendukung untuk rig itu sendiri, Rig disini didatangkan dengan kondisi
yang belum siap untuk digunakan,Kegiatan pemasangan rig dan perangkatnya
memakan kurun waktu kurang lebih selama 2-3 hari, dari kedatangan rig dan
seluruh perangkatnya di lokasi. Pemasangan rig dilakukan berdasarkan
konstruksi perangkaian yang benar, dan semuanya dilaksanakan oleh crew bor
yang bertugas pada rig tersebut. Setelah semua peralatan telah siap maka
dilakukan kegiatan penaikan menara (rig up) untuk memulai membangun satu
unit rig yang akan menunjang pekerjaan Deepwell tersebut.

4.2 Rig dan Sistim-sistim Bagiannya


4.2.1 Sistim Pengangkat (Hoisting System)
Fungsi dari hoisting system adalah untuk menyediakan fasilitas untuk
mengangkat, menahan dan menurunkan drillstring, casing string dan
perlengkapan bawah permukaan lainnya dari dalam sumur atau keluar sumur.

Universitas Islam Bandung Page 26


Dalam sistim pengangkat terdiri dari beberapa alat didalamnya,
diantaranya yaitu :
1. Rangka Penunjang (Rig)
Rangka penunjang ini terletak diatas tempat yang telah dipilih dilapangan
pengeboran, biasanya rangka penunjang terdiri dari menara pengeboran,
struktur bawah dan lantai rig.

Sumber : Dokumentasi KP Rekind


Foto 4.2
Menara Pengeboran
Menara pemboran yang dipergunakan pada operasi PPGM adalah tipe
mast, karena menara tipe ini lebih mudah utuk dipindahkan secara efisien dari
lapangan ke lapangan.Tinggi dari menara tersebut krang lebih 25-30m, dengan
kapasitas beban kurang lebih 200 ton.
Dalam struktur menara-menara tersebut terdapat istilah struktur
penunjang seperti:
 Papan Monyet (Monkey Board)
Merupakan lantai tempat kerja yang terletak disamping menara, di atas
lantai rig, dimana petugas yang bekerja pada laintai ini mengatur
rangkaian pipa bor dan drill collar yang tersusun rapi di rak pipa selama
operasi pengeboran berjalan.

Universitas Islam Bandung Page 27


Sumber : Dokumentasi KP Pertamina EP
Foto 4.3
Papan Monyet (Monkey Board)

Universitas Islam Bandung Page 28


BAB V
KESIMPULAN

  Ir. Joko Pamungkas,MT ; DR.Ir.Sudarmoyo, SE,MS ; Hariyadi, ST,MT ; Ir.


Avianto Kabul.P, MT (2004). Buku I. Pengantar Teknik Reservoar Migas dan
Pabum.Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “V”.Yogyakarta.

Universitas Islam Bandung Page 29

Anda mungkin juga menyukai