Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA-400)

PERHITUNGAN REMAINING SERVICE LIFE PADA PIPA PT


REKAYASA INDUSTRI, DESA DONGIN, KABUPATEN
BANGGAI, SULAWESI TENGAH

Diajukan Oleh :

Shulhan Fasya Wibawa


100.701.11.014

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1438 H / 2017 M

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
PROPOSAL TUGAS AKHIR (TTA-400 )

I. RENCANA JUDUL
Dalam pelaksanaan tugas akhir ini, judul yang direncanakan oleh penulis
adalah “ Perhitungan Remaining Service Life Pada Pipa PT Rekayasa
Industri Di Desa Dongin Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah ” yang
berlokasi di PT Rekayasa Industri Di Desa Dongin, Kabupaten Banggai,
Sulawesi Tengah. Judul yang penulis ajukan diatas dapat disesuaikan dengan
situasi dan kondisi yang ada di lapangan.

II. LATAR BELAKANG


Penggunaan logam dalam perkembangan teknologi dan industri sebagai
salah satu material penunjang sangat besar peranannya, akan tetapi dalam
kehidupan sehari-hari banyak faktor yang menyebabkan daya guna logam ini
menurun. Salah satu penyebab hal tersebut adalah terjadinya korosi pada logam.
Korosi merupakan kerusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan atau sekelilingnya. Adapun proses korosi yang terjadi disamping oleh
reaksi kimia juga diakibatkan oleh proses elektrokimia. Di sini yang dimaksud
dengan lingkungan sekelilingnya dapat berupa lingkungan asam, udara, embun,
air tawar, air laut, air danau, air sungai dan air tanah.(Chamberlain, 1991).
Korosi yang merupakan salah satu masalah yang sedang dihadapi oleh
ahli teknik walaupun tidak termasuk produk orang-orang teknik. Berbagai usaha
terhadap pengendalian korosi yang sekarang gencar dilakukan adalah untuk
mengendalikan kerusakan material yang diakibatkannya, agar laju korosi yang
terjadi dapat ditekan serendah mungkin dan dapat melampaui nilai ekonominya,
atau jangan sampai logam menjadi rusak sebelum waktunya.
Di industri minyak, gas, dan panas bumi (geothermal) yang keseluruhan
proses pruduksi dan transportasinya menggunakan pipa yang berbahan dasar
logam, tentunya merupakan masalah dan tantangan yang besar untuk mengatasi
masalah korosi pada pipa. Sehingga penulis sangat berminat untuk melakukan

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
penelitian tentang korosi pada pipa, khususnya laju korosi pada pipa produksi,
sebab pipa produksi merupakan jalur pipa transportasi uap panas bumi yang
sering mengalami korosi internal dan eksternal karena pipa tersebut
berhubungan langsung dengan media lingkungan korosif dalam dan di luar pipa.
III. MAKSUD DAN TUJUAN
3.1 Maksud
Maksud dari proposal tugas akhir ini adalah melakukan penelitian
remaining service life pada pipa PT Rekayasa Industri Kabupaten Banggai
Sulawesi Tengah.

3.2 Tujuan
1. Mengetahui laju korosi internal pada jalur pipa produksi minyak atau gas
PT Rekayasa Industri Kabupaten Banggai,Sulawesi Tengah .
2. Mengetahui jangka waktu umur (Remaining Service Life) pada jalur pipa
produksi minyak atau gas di PT PT Rekayasa Industri Area Dongin.
3. Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi laju korosi pada jaringan
pipa produksi di PT PT Rekayasa Industri Area Dongin.

IV. BATASAN MASALAH


Adapun batasan masalah dalam penelitian tugas akhir ini yaitu penulis
hanya membatasi pada masalah yang menyangkut tentang remaining service life
pada pipa PT Rekayasa Industri

V. METODE PENELITIAN
Metodologi Penelitian Dalam rangka penyusunan laporan ini, ada
tahapan-tahapan yang perlu dilaksanakan, tahapan-tahapan tersebut antara lain
adalah:
1. Melakukan peninjauan secara langsung ke lokasi PT Rekayasa Industri
Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, untuk memperoleh data-data yang
diperlukan.
2. Melakukan observasi lapangan di area aliran pipa PLTP PT Rekayasa
Industri Kabupaten Banggai Sulawesi Tengah.
3. Melakukan pengambilan data. Dalam proses ini data yang diambil
berupa:

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
 Data Primer : Ketebalan pipa dan laju korosi pada daerah daerah
tertentu.
 Data Sekunder : Pengendalian laju korosi dan metode
pengendalian laju korosi pada pipa, serta komposisi produk yang
dihasilkan oleh sumur produksi tersebut.
4. Melakukan pengolahan data yang mengacu kepada Standar Internasional
API 510 yang berupa perhitungan Corrosion Rate, Thickness Required,
Maximum Allowable Work Pressure (MAWP), dan Remaining Service Life
(RSL).

Gambar 6.1
Diagram Alir Metode Penelitian

VI. LANDASAN TEORI


6.1 Korosi

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
Korosi memiliki arti proses perusakan atau degradasi material logam
akibat terjadinya reaksi kimia antara panduan logam dengan lingkungannya.
Proses perusakan material logam tersebut tentu sangat merugikan, karena dapat
mengakibatkan penurunan sifat fisik mekanik material logam terhadap lingkunan
kerja logam, ditempat material logam tersebut berada. Korosi atau karat juga
dapat terjadi dikarenakan adanya linkungan yang korosif pada logam, yaitu suatu
lingkungan yang dapat mempercepat proses korosi yang terjadi pada logam.
Lingkungan korosif dapat tercipta jika tersedianya senyawa – senyawa korosif
pada kandungan air maupun uap air yang berada ditempat material tersebut
berada di tempat material tersebut berada. Selain faktor suhu dan tekanan yang
tinggi juga dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa korosif pada logam. Oleh
karena itu hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan masa umur pakai logam
adalah dengan melakukan penerapan sistem pencegahan korosi maupun sistem
perawatan korosi terhadap material logam tersebut maupun lingkungan tempat
material logam tersebut berada sehingga usia pakai material logam tersebut
dapat bertahan dengan jangka waktu yang cukup lama.
6.2 Jenis – Jenis Korosi dan Pencegahannya
6.2.1 Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)
Korosi sumuran merupakan korosi lokal yang terjadi pada permukaan
yang terbuka akibat terjadinya perusakan lapisan pasif. Proses terjadinya korosi
sumuran ini diawali dengan pembentukan suatu deposit diatas
Permukaan bahan antara permukan lapisan pasif dan elektrolit, sehingga
terjadi penurunan pH atau tingkat keasaman logam tersebut, dan mengakibatkan
terjadinya pelarutan lapisan pasif tersebut menjadi pecah dan terjadi korosi
sumuran. Jenis korosi sumuran atau pitting corrosion ini sangat berbahaya
karena lokasi terjadinya tidak mudah diketahui dan sangat kecil tetapi sangat
dalam, pada operasi Goethermal dengan tekanan operasi tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya kondisi pipa patah atau meledak karena terjadinya
lubang pada pipa. Cara mencegah terjadinya korosi sumuran ini adalah dengan:
 Melatakkan pipa dengan posisi barada diatas permukaan tanah
sehingga tidak terjadi genangan air yang membasahi pipa.
 Melapisi permukaan pipa dengan lapisan pelindung yang berupa
coating. Lapisan ini digunakan sebagai pelindung material pipa

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
terhadap lingkungan luar pipa, sehingga material pipa lebih kuat
terhadap terjadinya peristiwa korosi.
 Penambahan inhibitor yang sesuai dengan lingkungan internal tempat
material pipa tersebut berada.
 Merekayasa lingkungan tempat pipa tersebut agar material pipa bisa
lebih tahan terhadap tingginya laju korosi.
 Melindungi pipa dengan menggunakan anoda karbon magnesium dan
alumuium agar material pipa bias lebih terjaga.

VI.2.2 Korosi Celah (Crevice Corrosion)


Korosi celah adalah korosi yang terjadi pada celah antara dua bagian
komponen logam. Proses terjadinya korosi celah ini adalah dengan terjadinya
korosi secara merata di seluruh bagian luar dan dalam pipa, sehingga terjadi
peristiwa oksidasi logam dan proses reduksi oksigen. Apabila oksigen yang
berada di dalam celah telah habis sedangkan oksigen yang berada pada bagian
luar celah masih banyak, maka akan mengakibatkan permukaan logam yang
berhubungan dengan bagian luar pipa akan menjadi katoda dan permukaan
logam dalam celah pipa menjadi anoda, sehingga akan terjadi korosi di dalam
celah tersebut. Jenis korosi ini tidak tampak dari luar pipa dan sangat merusak
pada pipa. Jenis korosi ini sering didapati pada sambungan pipa yang kurang
kedap. Salah satu penyebabnya adalah dikarenakan adanya lubang yang bocor
yang berada pada gasket, lap joint, serta endapan yang berada pada pipa. Cara
mencegah terjadinya korosi celah ini adalah:
 Menggunakan sistem sambungan butt joint dengan pengelasn
dibanding dengan sambungan keliling untuk peralatan dan
pemasangan pipa baru.
 Celah atau sambungan ditutup dengan proses pengelasan yang baik
dan tidak terdapat lubang.
 Proses pemeriksaan sambungan pipa harus diperiksa dan dibersihkan
secara teratur, terutama pada sambungan – sambungan pipa dengan
kondisi yang rawan.  Hindari pemakaian packing yang bersifat
higroskopis.
 Mengubah gasket dan absorbent berbahan telfon jika memungkinkan.

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
 Pada desain saluran pipa perlu dihindari adanya lekungan – lekungan
dengan belokan yang sangat tajam.
6.2.3 Korosi Galvanik (Galvanic Corrosion)
Korosi galvanik akan terjadi apabila terdapat dua logam yang berbeda
yang dihubungkan dan berada di lingkungan yang korosif. Korosi ini terjadi
karena dua logam yang memiliki perbedaan potensial antara logam yang satu
dengan logam yang lainnya, sehingga akan menimbulkan aliran electron diantara
kedua logam tersebut, sehingga akan menimbulkan salah satu dari logam yang
memiliki beda potensial yang lebih rendah atau kurang mulia akan mengalami
korosi, sedangkan logam lainnya yang memiliki beda potensial lebih tinggi atau
mulia akan terlindungi dari serangan korosi.
6.2.4 Korosi Karena Suhu Tinggi (High temperature Corrosion)
Korosi jenis ini terjadi karena logam berada dalam suatu keadaan
lingkungan dengan temperatur yang tinggi yang dapat mengakibatkan reaksi
oksidasi dan reduksi antara logam dengan oksigen berlangsung dengan cepat
dan mengakibatkan terjadi perubahan susunan kimiawi awal pada logam
sehingga mengakibatkan logam terkorosi. Korosi jenis ini banyak terjadi pada
pipa – pipa baja karbon karena pada paduannya banyak dipakai unsur besi dan
karbon. Pipa jenis ini bila diberikan perlakuan panas pada suhu 500ºC - 1000ºC
akan mengaibatkan timbulnya krom karbida pada lapisan luar dan dalam pipa.
Cara menghindari korosi akibat suhu tinggi ini adalah:  Memilih material pipa
yang tahan terhadap suhu operasi dengan temperature yang tinggi. 
Menggunakan lapisan pelindung atau coating yang dibuat secara khusus untuk
melapisi pipa dengan suhu operasi yang tinggi.

VI.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Laju Korosi


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi laju korosi suatu pipa, suatu
pipa logam yang sama belum tentu mengalami kasus korosi yang sama pada
ingkungan yang berbeda. Begitu juga dengan pipa logam pada kondisi
lingkungan yang sama tetapi jenis material pipa tersebut berbeda, belum tentu
material pipa tersebut mengalami peristiwa korosi yag sama. Maka, hal tersebut
dapat disimpulkan, bahwa terdapat dua faktor utama yang sangat mempengaruhi
laju korosi pada suatu pipa logam, yaitu faktor metalurgi dan factor lingkungan.
6.4.1 Faktor Metalurgi
Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung
Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
Faktor ini merupakan faktor komposisi paduan logam yang berada dalam
pipa tersebut dikarenakan setiap bahan logam dan paduan logam memiliki sifat
dan karakteristik baik secara kimia maupun fisika yang berbeda dalam kondisi
lingkungan kerja tertentu.
Yang termasuk dalam faktor metalurgi adalah jenis logam dan paduannya
yang digunakan dalam pipa pada lingkungan tertentu dimana suatu pipa logam
dapat bertahan terhadap korosi. Contoh, pipa alumunium yang dapat membentuk
suatu lapisan pasif pada lingkungan tanah dan air biasa. Sedangkan pipa
dengan komposisi logam Fe, Zn dapat dengan mudah terkena korosi pada
lingkungan ini. 6.4.2 Faktor Lingkungan
Faktor ini sangat mempengaruhi laju korosi, dimana faktor lingkungan ini
dimana suatu lingkungan dapat digolongkan lingkungan yang baik dalam arti
lingkungan dengan laju korosi yang lambat maupun lingkungan yang korosif
dimana suatu kedaan lingkungan yang korosif itu dengan laju korosi yang sangat
tinggi. Adapun beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi laju korosi ini,
yaitu:
 Faktor lingkungan air dengan meterial pipa komposisi ion – ion tertentu
yang terlarut dalam air, seperti air laut dan air tanah dapat
mengakibatkan jenis korosi yang berbeda beda. Pada lingkungan air
laut, ,material pipa dapat dengan mudah korosif, dikarenakan dalam
lingkungan air laut mengandung ion klor yang sangat reaktif, sehingga
mengakibatkan tingginya laju korosi, dan berbeda dengan lingkungan
air tanah yang relative tahan terhadap korosi.
 Jenis material yang dialirkan mengandung gas asam, maka korosi akan
mudah terjadi, karena gas asam bersifat korosif.
6.5 Ketahanan Laju Korosi Relatif
Ketahanan suatu material pipa dalam menghadapi peristiwa korosi pada
suatu kondisi tertentu dapat menghasilkan laju korosi yang berbeda – beda, oleh
sebab itu perlu digolongkan kedalam suatu pembagian berdasarkan nilai laju
korosi yang terjadi pada material pipa tersebut. Proses pembagian tersebut
dapat mempermudah dalam mengetahui kondisi material pipa yang sebenarnya
dilapangan

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
Tabel 3.1
Corrosion Of MPY With Equivalent Metric-Rate Expression
Relative Mpy mm/yr µm/yr Nm/h Pm/s
Corrosion
Resistance
Outstanding <1 <0.02 <25 <2 <1
Excelent 1–5 0.02 – 25 – 100 02 - 10 1-5
0.1
Good 1-5 0.1 – 0.5 100 - 500 10 - 50 20 - 50
Fair 20 – 50 0.5 – 1 500 – 1000 50 – 150 20 – 50
Poor 50 – 200 01 – 5 1000 – 5000 150 – 50 –
500 200
Unacceptable 200+ 5+ 5000+ 500+ 200+
Sumber: MG Fontana,Rekayasa Korosi, McGraw-Hill, 3rd ed, hal 172, 1996 Dicetak Ulang Dengan
Izin, McGraw-Hill Book Co

6.6 Perhitungan CR, Tr, MAWP, dan RSL


Untuk perhitungan CR, Tr, MAWP, dan RSL ini mengacu pada standar
API 570, dimana standar ini digunakan untuk menentukan sisa usia pipa
tersebut.
6.6.1 Perhitungan Corrosion Rate (CR)
Perhitungan corrosion rate (laju korosi) adalah suatu perhitungan yang
digunakan untuk mengukur tingginya laju korosi pada material pipa baja yang
hilang. Dalam standar API 570 rumus yang digunakan untuk menghitung laju
korosi ini adalah:

CR =
Dimana: CR = corrosion rate (laju korosi) (mpy)

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
tnominal = tebal pipa pada inspeksi sebelumnya (mm)

tactual = tebal pipa pada inspeksi saat ini (mm)


time = waktu dari inspeksi sebelumnya hingga inspeksi saat ini
6.6.2 Perhitungan Thickness Required (Tr)
Perhitungan Thickness Required diperlukan untuk menentukan tebal
minimal dari pipa, agar pipa dapat beroperasi dengan aman, perhitungan ini
sangat diperlukan untuk menentukan sisa umur pakai (Remaining Service Life)
pada pipa tersebut. Rumus yang digunakan dalam menentukan Thickness
required ini adalah: a. Straight pipe

b. Bend Pipe

Dimana: Tr = Thickness Required (inch)


P = Internal Design Pressure (psi)
D = Diameter Pipa (inch)
S = Specification Minimum Yield Strength (psi)
E = Joint Factor y = Coefficient
Having Value I = Specified Wall Thickness
(mm)
CA = Corrosion Allowance (mm)
6.6.3 Perhitungan MAWP (Maximum Allowable Working Pressure)
MAWP (maximum allowable working pressure) adalah tegangan izin dari
material yang digunakan merupakan parameter penting dalam analisis tegangan
sistem perpipaan. Tegangan kerja dalam sistem perpipaan tidak boleh melebihi
tegangan yang diijinkan berdasarkan kode dan standar material tersebut. Dalam
sistem perpipaan, rasio stress umumnya digunakan.
Stress ratio adalah perbandingan antara tekanan kerja yang sebenarnya dalam
sistem perpipaan dan stress yang diijinkan berdasarkan kode dan standar.
Rumus yang dipakai dalam perhitungan MAWP ini adalah:

Dimana: MAWP = Maximum Allowable Working Pressure (psi)

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
S = Specification Minimum Yield Strength (psi)
E = Joint Factor
tactual = Tebal hasil pengukuran (mm)
D = Diameter Pipa (mm)
6.6.4 Perhitungan Remaining Service Life (RSL)
Remaining Service Life (RSL) adalah perhitungan yang digunakan untuk
menentukan sisa umur pakai pipa agar pipa dapat beroperasi dengan aman
berdasarkan tebal pipa minimal yang diperbolehkan dipakai. Rumus yang dipakai
dalam perhitungan Remaining Service Life ini adalah:

Dimana: RSL = Sisa Umur Pipa ( Year)


tactual = Tebal hasil pengukuran (mm)
trequired = Thickness Required (mm)
CR = Corrosion Rate (mm per year)

VII WAKTU DAN RENCANA KEGIATAN DAN PELAPORAN


Sesuai dengan proposal yang kami ajukan, maka waktu pelaksanaan
penelitian tugas akhir yaitu ± 2 bulan yang dimulai pada bulan Maret 2017 hingga
bulan April 2017. Perincian jadwal rencana tugas akhir adalah sebagai berikut :
Tabel 7.1

Jadwal Kegiatan Tugas Akhir


Bulan Ke-1 Bulan Ke-2
Jenis Kegiatan Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4
Penetapan
Pembimbing
               
Studi Pendahuluan                
Studi lapangan                
Pengolahan Data                
Pembuatan Laporan                
Lain-lain                

: Jadwal Kegiatan

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
VIII PERMOHONAN FASILITAS
Untuk dapat mendukung terlaksananya kegiatan penelitian (Tugas Akhir)
ini, saya sangat mengharapkan sekali sekiranya dari pihak yang bersangkutan
dapat menyediakan fasilitas berupa:
1. Penginapan selama berada di lokasi;
2. Peralatan, perlengkapan dan akomodasi penunjang dalam kegiatan
Tugas Akhir;
3. Transportasi menuju lokasi selama kegiatan berlangsung;
4. Konsumsi;
5. Sarana dan prasarana sebagai penunjang dalam kegiatan Tugas Akhir.

IX PESERTA TUGAS AKHIR


Adapun data peserta kegiatan tugas akhir adalah sebagai berikut :
Nama : Shulhan Fasya Wibawa
NPM : 100.701.11.014
Email : shulhanfasya@gmail.com
No. Telp. : 082216676688
Program Studi : Teknik Pertambangan
Universitas : Universitas Islam Bandung (UNISBA)

X PENUTUP
Demikianlah proposal ini saya buat sebagai acuan dalam melaksanakan
Tugas Akhir ini. Besar harapan saya akan bantuan pembimbing dan pihak yang
bersangkutan, demi kelancaran serta suksesnya pelaksanaan Tugas Akhir yang
akan penulis laksanakan.

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116
DAFTAR PUSTAKA

Agung, 2012. “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Korosi”


agungfirdausi.my.id/2012/04/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-
korosi.html. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016

Furqan, Muhammad, 2013 “Perhitungan Laju Korosi”.


m10mechanicalengineering.blogspot.co.id/2013/11/laju-korosi.html.
Diakses pada tanggal 7 Maret 2016

Jonnes, Danny A. 1991. “Principles and Prevention of Corrosion”. New York.


Macmillan Publishing Company. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016

Trethewey, Kenneth R dan Chamberlain, Jhon.1991. “Korosi”. Jakarta. Gramedia


Pustaka Utama. Diakses pada tanggal 7 Maret 2016

Jurusan Teknik Pertambangan Universitas Islam Bandung


Jl. Tamansari No. 1 PO.BOX 1357 (022) 4203368 - 4264065 (Hunting) Pesawat 128 FAX (022) 4263895
Bandung 40116

Anda mungkin juga menyukai