Anda di halaman 1dari 13

4

BAB II
TINJAUAN UMUM

2.1 Lokasi dan Kesampaian Daerah


Secara administrasi, daerah penelitian (PT Vale Indonesia Tbk.) berada di
Desa Sorowako, Kecamatan Nuha, Kabupaten Luwu Timur, Provinsi Sulawesi
Selatan (Gambar 2.1).
Lokasi ini dapat dicapai dengan rute sebagai berikut :
 Dari Jakarta menggunakan pesawat terbang menuju Makassar (Ujung
Pandang) selama ± 2 jam 55 menit penerbangan.
 Dari Makasar (Ujung Pandang) menggunakan jalan darat ke Sorowako
(Kecamatan Nuha) selama 12 jam 30 menit.
 Dari Sorowako menuju daerah penelitian dapat ditempuh dengan
menggunakan kendaraan roda 4 maupun roda 2 (akan tetapi semua
karyawan diharapkan naik bus yang telah disiapkan perusahaan) selama
±15 menit.
PT VALE Indonesia Tbk. mempunyai wilayah kontrak karya seluas
218.528,99 ha, terletak pada koordinat 121o18’57’’ – 121o26’50’’ BT dan 2o32’59’’
LS. Secara umum wilayah kontrak karya PT VALE dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
a. Lokasi Soroako Project Area (SPA), luas sekitar 10.010,22 ha
b. Lokasi Soroako Outer Area (SOA), luas sekitar 108.377,25 ha, meliputi
daerah Lingke, Lengkobale, Lasobonti, Lambatu, Tanamalia, Lingkona,
Lampenisu, Lampesue, Petea, Topemanu, Tanah Merah, Nuha, Matano,
Larona, dan Malili
c. Lokasi Sulawesi Coastal Deposite (SCD), luas sekitar 100.141,54 ha,
meliputi daerah Bahodopi, Kolonedale (Sulawesi Tengah) dan daerah Latao,
Sua-Sua, Pao-Pao, Pomalaa, Malapulu, Torobulu, Lasolo serta Matarape
(Sultra).

4
5

Gambar 2.1
Peta Kesampaian Daerah dan Lokasi Penelitian

5
6

Daerah Sorowako Project Area (SPA) yang terdiri dari daerah East Block
dan West Block, lokasinya dipisahkan oleh pabrik (Plant Site) dan secara umum
berbatasan dengan:
a. Bagian Utara dengan Desa Nuha dan Danau Matano
b. Bagian Timur dengan Danau Mahalona
c. Bagian Selatan dengan Desa Wawondula Kecamatan Towuti
d. Bagian Barat dengan Desa Wasuponda Kecamatan Nuha

2.2 Flora dan Fauna


Soroako, Sulawesi Selatan umumnya ditumbuhi oleh vegetasi berupa
hutan tropis basah bahkan banyak tempat berupa hutan rawa basah yang selalu
tergenang air. Tumbuhan di sini beraneka ragam yaitu ; antara lain pohon
kelapa, kelapa sawit, serta terdapatpohon dengen yang merupakan buah khas
dari Soroako, dan sebagainya.
Fauna yang terdapat di Soroako adalah babi hutan, ular, monyet, rusa,
sedangkan binatang peliharaan penduduk umumnya adalah kerbau, sapi,
kambing, serta ikan botini khas Soroako dan lain sebagainya. (Gambar 2.2).

Pohon
Dengen Ikan Botini

Gambar 2.2
Flora dan Fauna khas Soroako

2.3 Morfologi
7

Tinjauan mengenai morfologi yang meliputi daerah penelitiandan


sekitarnya didasari pada laporan hasil pemetaan geologi lembar Malili
Sulawesiyang disusun oleh Simanjuntak (1991).Morfologi daerah ini terbagi atas
daerah pegunungan, daerah perbukitan, daerah karst, dan daerah dataran
rendah.
Daerah pegunungan menempati bagian Barat dan Tenggara. Di bagian
barat terdapat dua rangkaian pegunungan yakni Pegunungan Tineba dan
Pegunungan Koroue ( 700 - 3.016 m ) yang memanjang dari baratlaut-
tenggara dibentuk oleh batuan granit dan malihan. Sedang bagian tenggara
ditempati Pegunungan Verbeck dengan ketinggian 800 - 1.346 meter di atas
permukaan laut yang tersusun oleh batuan basa, ultrabasa dan batugamping
(Gambar 2.3).
Daerah perbukitan menempati bagian tenggara dan timurlaut
dengan ketinggian 200 - 700 meter dan merupakan perbukitan agak landai
yang terletak di antara daerah pegunungan dan daerah pedataran.Perbukitan
ini dibentuk oleh batuan vulkanik, ultramafik dan batupasir. Dengan puncak
tertinggi adalah Bukit Bukila (645m).
Daerah karst menempati bagian timurlaut dengan ketinggian 800–1700
m dan dibentuk oleh batugamping. Daerah ini dicirikan oleh adanya dolina dan
sungai bawah permukaan. Puncak tertinggi adalah Bukit Wasupute ( 1.768 m ).
Daerah dataran menempati daerah selatan dan dibentuk oleh endapan
aluvial seperti Pantai Utara Palopo dan Pantai Malili sebelah timur. Pola aliran
sungai sebagian besar berupa pola rektangular dan pola dendritik. Sungai -
sungai besar yang mengalir di daerah ini antara lain Sungai Larona dan Sungai
Malili yang mengalir dari timur ke barat serta Sungai Kalaena yang mengalir dari
utara ke selatan. Secara umum sungai-sungai yang mengalir di daerah ini
bermuara ke Teluk Bone.
8

Gambar 2.3
Peta Topografi Daerah Penelitian
9

2.4 Iklim
Daerah penelitian termasuk dalam daerah berhujan tropis dengan ciri-ciri
intensitas hujan sangat bervariasi dari rendah sampai lebat dan mempunyai dua
musim, yaitu musim hujan dan kemarau akibat bertiupnya muson barat (bulan
November – April) dan musim kemarau akibat bertiupnya angin muson timur
(bulan Mei – Oktober).
Iklim di daerah penyelidikan, secara umum adalah iklim tropis basah
dengan suhu rata-rata 30ºC. Berdasarkan data curah hujan dari Stasiun Rain Fall
Harapan PTVI, kriteria penilaian bulan basah (>200 mm), bulan lembab ( 100 –
200 mm) dan bulan kering (<200 mm) selama periode 1 tahun 8 bulan (Tahun
2013-2014), maka diperoleh nilai antara perbandingan rata-rata bulan kering
dengan rata-rata bulan basah, yaitu = 0.331567 (Tabel 2.1).
Dan menurut Schmidt, Ferguson dan Tjasyono B., (1999) klasifikasi iklim
di wilayah studi termasuk dalam tipe B (basah), dimana nilai Q nya berkisar
antara 0.143  Q < 0.333.
Hal ini sangat wajar karena letaknya yang hampirmendekatigaris
khatulistiwa dan termasuk daerah hujan tropis.Curah hujan rata-rata pada setiap
tahunnya (periode tahun 2013 – 2014) adalah sebesar 2907.85 mm, sedangkan
curah hujan bulan tertinggi terjadi pada Bulan April, yaitu 459.35mm.
Hal ini dikarenakan pada bulan tersebutmerupakan puncak terjadinya
hujan, sedangkan rata-rata curah hujan bulanan terendah terjadi pada Bulan
Agustus, yakni sebesar 108.2mm.
Tabel 2.1
Data Curah Hujan dari Bulan Januari 2013 – Agustus 2014
Curah Hujan (mm) Jml
Thn Jun Ags Sep Ok De
Jan Peb Mar Apr Mei Juli Nop
i t t t s
201 225. 325. 378. 514. 478. 354. 458. 108. 152. 91. 208. 22
3519
3 3 4 3 2 7 8 1 2 3 4 3 4
201 171. 203. 410. 404. 431. 359. 207. 108. 2296.
0 0 0 0
4 6 1 5 5 3 6 9 2 7
396. 528. 788. 918. 714. 216. 152. 91. 208. 22 5815.
Jml 910 666
9 5 8 7 4 4 3 4 3 4 7
Rata 198. 264. 394. 459. 357. 108. 76.1 45. 104. 11 2907.
455 333
2 45 25 4 35 2 2 5 7 15 2 85
Mak 225. 325. 410. 514. 478. 359. 458. 108. 152. 91. 208. 22
3556
s. 3 4 5 2 7 6 1 2 3 4 3 4
Sumber :Data Rain Fall Harapan 2013 & 2014
10

2.5 Keadaan Geologi


2.5.1 Geologi lokal
Geologi daerah Sorowako dan sekitarnya sudah dideskripsikan
sebelumnya secara umum oleh Brouwer (1934), van Bemmelen (1949), Soeria
Atmadja et al (1974) dan Ahmad (1977). Namun yang secara spesifik membahas
tentang geologi deposit nikel laterit adalah Golightly (1979), dan Golightly
membagi geologi daerah Soroako menjadi tiga bagian, yaitu :
 Satuan batuan sedimen yang berumur kapur; terdiri dari batugamping laut
dalam dan rijang. Terdapat di bagian barat Sorowako dan dibatasi oleh
sesar naik dengan kemiringan ke arah barat.
 Satuan batuan ultrabasa yang berumur awal tersier; umumnya terdiri dari
jenis peridotit, sebagian mengalami serpentinisasi dengan derajat yang
bervariasi dan umumnya terdapat di bagian timur. Pada satuan ini juga
terdapat terdapat intrusi-intrusi pegmatit yang bersifat gabroik dan
terdapat di bagian utara..
 Satuan aluvial dan sedimen danau (lacustrine)yang berumur kuarter,
umumnya terdapat di bagian utara dekat desa
Bijih nikel yang terdapat di bagian Tengah dan Timur Sulawesi tepatnya
didaerah Sorowako termasuk ke dalam jenis nikel laterit dan bijih nikel silikat
(garnierit).Bijih nikel tersebut akibat pelapukan dan pelindihan (leaching) batuan
ultrabasa seperti peridotit dan serpentinit dari rombakan batuan ultrabasa.
11
12

Gambar 2.3
Peta geologi Daerah Penelitian
13

Penampang Lapisan bijih laterit nikel daerah Sorowako dapat


digambarkan sebagai berikut (Gambar 2.4):
1. Lapisan Tanah Penutup (Overburden)
Lapisan ini terletak di bagian atas permukaan, lunak dan berwarna coklat
kemerahan hingga gelap dengan kadar air antara 25% sampai 35%, kadar nikel
maksimal 1,3% dan di permukaan atas dijumpai lapisan iron capping. Lapisan ini
mempunyai ketebalan berkisar antara 1 - 12 meter.
2. Lapisan Limonit berkadar menengah (Medium Grade Limonit)
Lapisan ini terletak di bawah lapisan tanah penutup, berwarna coklat
kemerahan, agak lunak, berkadar air antara 30% - 40%, lapisan ini mempunyai
ketebalan rata-rata 3 meter.
3. Lapisan Bijih (Ore)
Lapisan ini merupakan hasil pelapukan batuan peridotit, berwarna coklat
kekuningan, terletak di bagian bawah dari MGL, dengan ketebalan ratarata 7
meter (min 2 m).Lapisan ini terdapat bersama batuan yang keras atau rapuh
sebagian saprolite. Kadar Ni > 1,5%, Fe = 14 s/d 26%, dan Silica-Magnesium
Ratio (S/M = kadar Si / kadar Mg) = 1,5 – 2,5. Lapisan ini merupakan lapisan
yang bernilai ekonomis untuk ditambang sebagai bijih.
4. Lapisan Batuan Dasar (Bed Rock/Blue Zone)
Lapisan ini merupakan batuan peridotit sesar yang tidak atau belum
mengalami pelapukan dengan kadar Ni < 1,5%. Pada umumnya batuan ini
berupa bongkah-bongkah massive, berwarna kuning pucat sampai abu-abu
kehijauan.Secara lokal batuan dasar ini disebut Blue Zone.Ketebalan dari
masing-masing lapisan tidak merata, tergantung dari morfologi dan relief,
umumnya endapan laterit terakumulasi banyak pada bagian bawah bukit dengan
relief yang landai.Sedang relief yang terjal endapan semakin menipis, di samping
adanya kecenderungan akumulasi mineral yang berkadar tinggi dijumpai pada
zona-zona retakan, zona sesar dan rekahan pada batuan.
Perkembangan dari zona saprolite tergantung dari physical dan
mineralogical batuan asalnya. Di Soroako, setidaknya ada tiga tipe utama
saprolite berdasarkan bedrock :
 Type (A). Saprolite yang terbentuk dari “Fine grained, unserperntinized
harzburgite”, tersusun dari sisa-sisa batuan yang fresh di dalam matrix
dari limonite dan silica garnierite sekunder. Dalam beberapa kasus
14

terdapat sedikit serpentine pada dinding fracture. Mineral mineral penting


yang ada pada type ini adalah pimelite (Garnierite), nikel - bearing
saponite dan serpentine, dan nickeliferous goethite (limonite). Ciri khas
pada boulder yang diselimuti oleh lapisan tipis saprolit berwarna kuning-
orange, dan fracture yang diisi oleh mineral garnierit, quartz dan
manganese oxide. Jejak abu-abu gelap pada lapisan saprolit pada
boulder adalah boxworks dari sisa-sisa pyroxene. Garis hitam
mengindikasikan batas dari zona alterasi. Ore type ini ditemukan di
daerah West Block.
 Type(B). Saprolite yang terbentuk dari “Coarse grained, slightly
serpentinized peridotite”. Secara fisik mirip dengan type A tetapi
mengandung lebih sedikit pimelite (Garnierite) dan silica, dan lebih
banyak serpentine.
 Type (C). Saprolite yang terbentuk dari “Coarse grained, highly sheared
serpentinized peridotite” tersusun dari sedikit sisa batuan di dalam masa
dasar coklat – hijau terdiri dari serpentine dan goethite dengan minor
chromite, magnetite, manganese oxide dan talc. Kaya akan shear zone
yang terisi serpentine , dan lensa-lensa “soft unweathered
serpentine”.Type (B) dan (C) saprolite umumnya ada di East Block
(Gambar 2.4).
15

Sumber:Osborne & Waraspati 1986


Gambar 2.4
Penampang umum Ni-Laterit Soroako

2.5.2 Genesa Endapan Bijih Nikel


Pada umumnya bijih nikel laterit dibagi menjadi dua tipe berdasarkan
proses terbentuknya yaitu : bijih nikel sulfida dan bijih nikel oksida atau laterit
yang keduanya berasal dari jenis batuan yang sama. Nikel berasal dari batuan
yang kaya akan besi dan magnesium atau batuan ultrabasa.
Bijih nikel yang terdapat di Sorowako merupakan hasil pelapukan
(lateritisasi) batuan ultrabasa peridotit sehingga disebut bijih nikel laterit. Proses
pelapukan dimulai pada batuan peridotit. Batuan ini banyak mengandung olivin
magnesium silikat (MgFeSiO4) dan besi silikat yang mengandung 0,30% Ni. Air
tanah yang kaya akan CO2 berasal dari udara luar dan tumbuh-tumbuhan
menyebabkan hancurnya olivin. Penguraian olivin, magnesium, besi, nikel dan
silikat ke dalam larutan cenderung membentuk suspensi koloid. Di dalam larutan,
besi akan bersenyawa dengan oksida dan mengendap sebagai ferri hidroksida
(Fe(OH)2). Akhirnya endapan ini akan kehilangan air dengan membentuk
mineral-mineral geotit, FeO(OH), hematite Fe2O3 dan cobalt dalam jumlah kecil.
16

Besi oksida mengendap dekat permukaan tanah, sedangkan magnesium,


nikel silika terbawa di dalam larutan selama air yang membawanya masih dalam
kondisi asam. Tetapi jika ternetralisasi karena adanya reaksi dengan batuan dan
tanah, maka unsur-unsur itu akan cenderung mengendap sebagai hidro silikat.
Adanya erosi tanah asam dan erosi di permukaan bumi akan merusak
mineral–mineral yang telah diendapkan. Unsur-unsur tersebut dibawa ke tempat
yang lebih dalam, yang selanjutnya diendapkan dan terjadi pengkayaan pada
bijih nikel. Kandungan nikel di daerah pengendapan akan semakin banyak dan
selama itu magnesium tersebar pada aliran air tanah, maka membentuk mineral
garnierit dengan rumus kimia (NiMg)3Si4O10(OH)2 n.H2O. Dalam hal ini proses
pengkayaan bersifat kumulatif.
Proses pengayaan dimulai dari suatu batuan yang mengandung 0,25%
Ni, sehingga akan dihasilkan 1,60% bijih nikel. Keadaan ini merupakan suatu
kadar nikel yang sudah menguntungkan dan dapat ditambang.
Bijih nikel pada endapan laterit mempunyai kadar yang paling tinggi
terdapat dekat dengan batuan dasar zone pelapukan dan diendapkan pada
retakan – retakan dibagian atas dari lapisan dasar/bedrock. Pengkayaan besi
dan nikel terjadi melalui pemindahan magnesium dan silika, dimana besi dalam
material ini berupa mineral ferri oksida yang pada umumnya membentuk
gumpalan.Endapan nikel yang bersifat silikat kadang disebut sebagai bijih
serpentin.

Anda mungkin juga menyukai