Anda di halaman 1dari 30

TUGAS KOROSI

KOROSI PADA PIPA CARBON STEEL BAGIAN DALAM SEBELUM DI


INSTALASI

Disusun oleh :

Nenny Fatmawati 2016710450174

Yogie Saputra 2016710450153

TEKNIK KIMIA LANJUTAN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS JAYABAYA

2016

KOROSI Page 1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ............................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................... 2
1.3 Tujuan ..................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORI...................................................................... 4


2.1 Pengertian Korosi .................................................................... 4
2.2 Jenis-Jenis Korosi ................................................................... 4
2.3 Bakteri Penyebab Korosi....................................................... 15
2.4 Hal yang mempengaruhi terjadinya korosi ........................... 16
2.5 Upaya untuk mencegah terjadinya korosi ............................. 16
2.6 Sistem proteksi korosi ........................................................... 17
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................ 19
3.1 Pipa Carbon Steel .................................................................. 19
3.2 Korosi pada pipa carbon steel bagian dalam ......................... 19
3.3 Cara penanggulangan korosi ................................................. 20

BAB IV KESIMPULAN .......................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA

KOROSI Page i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “KOROSI
PADA PIPA CARBON STEEL BAGIAN DALAM SEBELUM DI INSTALASI”. Tujuan
disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah BKTK & Korosi.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian laporan ini di antaranya:
1. Ibu Ir. Lubena, M.T, selaku dosen mata kuliah BKTK & Korosi.
2. Teman-teman Teknik Kimia PLS-1 Universitas Jayabaya.
3. Keluarga yang selalu memberikan dukungan.
Kritik dan saran yang membangun sangat penyusun harapkan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Jakarta, Oktober 2016

Penyusun

KOROSI Page ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Korosi merupakan salah satu musuh besar dalam dunia industri, beberapa contoh kerugaian
yang ditimbulkan korosi adalah terjadinya penurunan kekuatan material dan biaya perbaikan akan
naik jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Sehingga diperlukan suatu usaha pencegahan-
pencegahan terhadap serangan korosi. Peristiwa korosi juga bisa dikatakan proses elektrokimia,
yaitu proses (perubahan / reaksi kimia) yang melibatkan adanya aliran listrik. Bagian tertentu dari
besi berlaku sebagai kutub negatif (elektroda negatif, anoda), sementara bagian yang lain sebagai
kutub positif (elektroda positif, katoda). Elektron mengalir dari anoda ke katoda, sehingga
terjadilah peristiwa korosi.
Korosi merupakan masalah rumit dalam pertambangan minyak dan gas bumi. Selain
mengandung air, minyak mentah dan gas alam juga dapat mengandung CO2, asam organik,
misalnya asam asetat, serta senyawa sulfida dan garam-garam klorida yang bersifat korosif
terhadap bagian dalam pipa baja pengalirnya (Hong and Jepson 2001; Cruz dkk., 2005). Korosi
baja karbon bergantung pada komposisi anion-anion dalam larutan elektrolit. Dalam larutan yang
mengandung ion Cl– (klorida) dan CO2 terlarut, perilaku korosi baja karbon dipengaruhi oleh pH,
konsentrasi ion dan suhu yang dapat mempengaruhi potensial korosi (Jones 1992; Kuznetsov 2002;
Perez 2004). Korosi pada permukaan luar pipa dapat dihambat dengan pengecatan dan
perlindungan katoda, tetapi korosi pada permukaan bagian dalam pipa hanya dapat dilakukan
menggunakan inhibitor korosi. Ada dua macam inhibitor korosi, yaitu inhibitor anorganik dan
organik. Inhibitor anorganik memiliki inhibisi yang baik terhadap laju korosi namun menimbulkan
masalah bagi lingkungan bila terakumulasi, sehingga penggunaan inhibitor organik menjadi pilihan
alternatif karena lebih ramah lingkungan (Bentiss dkk., 2004; Lopez dkk., 2004). Senyawa organic
yang mengandung satu atau lebih atom nitrogen, oksigen, sulfur, fosfor, ikatan rangkap atau cincin
aromatik pada molekulnya dapat digunakan sebagai inhibitor korosi, karena dapat teradsorpsi
dengan baik pada permukaan logam. Senyawa organik yang mengandung gugus amina dan
karboksilat seperti asam amino juga dapat digunakan sebagai inhibitor korosi (Srhiri dkk., 1996;
Heeg dkk., 1998; Rajendran dkk., 2001; Stupnisek-Lisac dkk., 2002). Hal ini disebabkan oleh
adanya gugus amina, gugus karboksilat, dan gugus samping yang mengandung gugus fungsi
belerang, senyawa aromatik dan heterosiklik nitrogen, yang berpotensi untuk dapat berinteraksi
dengan permukaan logam dan membentuk lapisan pelindung terhadap lingkungan.

KOROSI Page 1
1.2 TUJUAN
1.2.1 Mengetahui pengertian dari korosi.
1.2.2 Mengetahui apa saja faktor penyebab korosi.
1.2.3 Mengetahui jenis-jenis korosi.
1.2.4 Mengetahui proses terjadinya korosi pada besi.
1.2.5 Mengetahui cara pencegahan terjadinya korosi.
1.2.6 Mengetahui jenis korosi yang terjadi pipa carbon steel bagian dalam.

1.3 Rumusan Masalah


1.3.1 Apakah yang dimaksud dengan korosi?
1.3.2 Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya proses korosi?
1.3.3 Apa saja jenis-jenis korosi?
1.3.4 Bagaimana proses terjadinya korosi pada besi?
1.3.5 Apa saja cara yang bisa dilakukan untuk mencegah korosi?
1.3.6 Korosi jenis apa yang terjadi pada pipa carbon steel bagian dalam?

KOROSI Page 2
BAB II

DASAR TEORI

2.1 PENGERTIAN KOROSI


Korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh
lingkungan dan sekitarnya. Ada pengertian dari pakar lain, yaitu :
a. Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan material
b. Korosi adalah kebalikan dari metalurgi ekstraktif
c. Korosi adalah system thermodinamika logam dengan lingkungan (udara, air, tanah), yang
berusaha mencapai kesetimbangan.

2.2 JENIS-JENIS KOROSI YANG TERJADI PADA PIPA


2.2.1 Uniform Attack (Korosi Seragam)

Gambar 2.1 Korosi Seragam pada pipa ballast


Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena pH
air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam makin menipis.
Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen. Korosi jenis ini bisa
dicegah dengan cara Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk.
a. Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk
b. Untuk lambung kapal diberi proteksi katodik
c. Pemeliharaan material yang tepat
d. Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4%
e. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodic

KOROSI Page 3
f. Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection)
2.2.2 Pitting Corrosion (Korosi Sumur)
Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada satu
titik atau area kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu
bentuk yang paling merusak dari korosi, karena sulit terlihat kerusakaanya jika tanpa alat
bantu.
Mekanisme Korosi Sumur : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran
disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti
klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada
dudukan oksida. Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada
permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air).
Adalah korosi yang disebabkan karena komposisi logam yang tidak homogen yang dimana
pada daerah batas timbul korosi yang berbentuk sumur. Korosi jenis ini dapat dicegah
dengan cara :
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberikan inhibitor
c. Diberikan coating dari zat agresif
d. Hindari permukaan logam dari goresan.
e. Perhalus permukaan logam
f. Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam.

Gambar 2.2 Pitting Coorsion

KOROSI Page 4
Gambar 2.3 Mekanisme pitting corrosion
2.2.3 Errosion Corrosion (Korosi Erosi)
Korosi yang terjadi karena keausan dan menimbulkan bagian – bagian yang tajam
dan kasar, bagian – bagian inilah yang mudah terjadi korosi dan juga diakibatkan karena
fluida yang sangat deras dan dapat mengkikis film pelindung pada logam. Korosi ini
biasanya terjadi pada pipa dan propeller. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Pilih bahan yang homogen
b. Diberi coating dari zat agresif
c. Diberikan inhibotor
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras
e. Menghindari partikel abrasive pada fluida.

Gambar 2.4 Sebuah blade akibat korosi erosi

KOROSI Page 5
Gambar 2.5 Mekanisme korosi erosi

Gambar 2.6 Errosion Corrosion

Gambar 2.7 Lobang karena Erossion Corrosion

KOROSI Page 6
2.2.4 Galvanis Corrosion (Korosi Galvanis)
Korosi yang terjadi karena adanya 2 logam yang berbeda dalam satu elektrolit
sehingga logam yang lebih anodic akan terkorosi. Korosi ini dapat dicegah dengan cara:
a. Beri isolator yang cukup tebal hingga tidak ada aliran elektolit
b. Pasang proteksi katodik
c. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan
Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam
logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif.
Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua
macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama.
Dimana electron mengalir dari metal kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih
mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion – ion positif
karena kehilangan electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada
di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda
kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur karat (Surface Attack) atau
serangan karat permukaan.

Gambar 2.8 Mekanisme Korosi Galvanis


Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah:
a. Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda
b. Mengisolasi logam yang cukup tebal dari lingkungannya sehingga tidak terjadi aliran
elektrolit
c. Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi
d. Mengurangi oksigen yang larut dalam air
e. Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis
f. Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan
g. Mencegah celah atau menutup celah

KOROSI Page 7
h. Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan.
i. Pasang proteksi katodik
j. Penambahan anti korosi inhibitor pada cairan

Gambar 2.9 Galvanic Corrosion

Gambar 2.10 Korosi Galvanic pada Sambungan Baut


2.2.5 Stress Corrosion (Korosi Tegangan)
Terjadi karena butiran logam yang berubah bentuk yang diakibatkan karena logam
mengalami perlakuan khusus ( seperti diregang, ditekuk dll.) sehingga butiran menjadi
tegang dan butiran ini sangat mudah bereaksi dengan lingkungan. Korosi jenis ini dapat
dicegah dengan cara :
a. Diberi inhibitor
b. Apabila ada logam yang mengalami streses maka logam harus direlaksasi.

KOROSI Page 8
Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara
bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak
termasuk pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga
termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan
tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi
dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen.
Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu
(1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya
tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja
ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

Gambar 2.11 Mekanisme korosi SCC


Cara pengendalian korosi tegangan adalah:
a. Turunkan besarnya tegangan
b. Turunkan tegangan sisa termal
c. Kurangi beban luar atau perbesar area potongan
d. Penggunaan inhibitor.

Gambar 2.12 Stress Corrosion

KOROSI Page 9
Gambar 2.13 Korosi SCC pada sebuah logam
2.2.6 Crevice Corrosion (Korosi Celah)
Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain diantaranya
ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi O2 pada mulut kaya
disbanding pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodic dan bagian mulut jadi
katodik Korosi ini dapat dicegah dengan cara :
a. Isolator
b. Dikeringkan bagian yang basah
c. Dibersihkan kotoran yang ada
Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan
konsentrasi zat asam . Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam
lain diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air sehingga kosentrasi O2
pada mulut kaya dibanding pada bagian dalam, sehingga bagian dalam lebih anodic dan
bagian mulut jadi katodik
Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa
kandungan kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia
(perbedaan sel aerasi dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen
dan pH lebih tinggi - tetapi klorida lebih rendah. Cara pengendalian korosi celah adalah
sebagai berikut:
a. Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan las.
b. Gunakan gasket non absorbing.
c. Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara.
d. Dikeringkan bagian yang basah
e. Dibersihkan kotoran yang ada

KOROSI Page 10
Gambar 2.14 Mekanisme korosi celah Gambar 2.15 korosi celah pada sambungan
pipa

Gambar 2.16 Crevice Corrotion


2.2.7 Microbiology Corrosion (Korosi Mikrobiologi)
Korosi yang terjadi karena mikroba Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi
antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap
degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area,
mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel
pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau
biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 – 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan
ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan. Korosi jenis ini
dapat dicegah dengan cara :
a. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-kondisinya
b. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari lingkungannya
c. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif
d. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.
e. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat korosif lainnya.

KOROSI Page 11
Gambar 2.17 Korosi Mikrobiologi
2.2.8 Fatigue Corrosion (Korosi Lelah)
Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus berulang
sehingga smakin lama logam akan mengalami patah karena terjadi kelelahan logam.
Korosi ini biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan propeller kapal.
Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara :
a. Menggunakan inhibitor
b. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.
c. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi.

Gambar 2.18 Fatigue Corrotion


2.2.9 Selective Leaching Corrosion
Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen dari
paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau serangan

KOROSI Page 12
selektif. Contoh dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification,
denickelification, dezincification, dan korosi graphitic.
Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki
potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan modern
mengandung sejumlah unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang
berbeda. Beda potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk
serangan preferensial yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan tersebut.
Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari paduan tembaga-
seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan rapuh.

Gambar 2.19 Mekanisme selective leaching corrosion


Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah dengan menghindari
komposisi yang berbeda dari material penyusun
2.2.10 Intergranular Corrosion

Gambar 2.20 Korosi batas butir pada pipa

KOROSI Page 13
Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau
"korosi interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas
butir dan jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau
hanya "intergranular stress corrosion cracking".
Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial
dalam komposisi, seperti sampel inti “coring” biasa ditemui dalam paduan casting.
Pengendapan pada batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat,
merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

Gambar mekanisme korosi batas butir


Cara pengendalian korosi batas butir adalah:
a. Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%.
b. Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon.
c. Pendinginan cepat dari temperatur tinggi.
d. Pelarutan karbida melalui pemanasan.
e. Hindari pengelasan.

2.3 BAKTERI PENYEBAB KOROSI


Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis
bakteri yang berkembang yaitu :
1. Bakteri reduksi sulfat
Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen
atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan
oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini
tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah
air tenang tergantung pada lingkungannya.

KOROSI Page 14
Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar
H2S atau Besi sulfida.Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter
menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan
CO2, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen.
2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida
Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit
atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan
nilai pH menjadi 1. Bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan
menyebabkan drainase tambang menjadi asam.
3. Bakteri besi mangan oksida
Bakteri memperoleh energi dari osidasi Fe2+ Fe3+ dimana deposit berhubungan
dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan
Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi
ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang.

2.4 HAL – HAL YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA KOROSI


Hal-hal yang mempengaruhi terjadinya korosi, yaitu :
1. Temperatur, semakin tinggi temperatur maka reaksi kimia akan semakin cepat maka korosi
akan semakin cepat terjadi
2. Kecepatan aliran, jika kecepatan aliran semakin cepat maka akan merusak lapisan film pada
logam maka akan mempercepat korosi karena logam akan kehilangan lapisan.
3. pH, pada pH yang optimal maka korosi akan semakin cepat ( mikroba ).
4. Kadar Oksigen, semakin tinggi kadar oksigen pada suatu tempat maka reaksi oksidasi akan
mudah terjadi sehingga akan mempengaruhi laju reaksi korosi.

2.5 UPAYA – UPAYA UNTUK MENCEGAH TERJADINYA KOROSI


Upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah korosi, yaitu :
1. Memilih logam yang tepat untuk suatu lingkungan dengan kondisi-kondisinya
2. Memberi lapisan pelindung agar lapisan logam terlindung dari lingkungannya
3. Memperbaiki lingkungan supaya tidak korosif
4. Perlindungan secara elektrokimia dengan anoda korban atau arus tandingan.
5. Memperbaiki konstruksi agar tidak menyimpan air,lumpur dan zat korosif lainnya.

2.6 SISTEM PROTEKSI KOROSI

KOROSI Page 15
Ada beberapa prinsip pencegahan korosi yang penggunaannya disesuaikan dengan jenis
peralatan, tempat, serta jenis lingkungan yang korosif. Adapun prinsip-prinsip pencegahan korosi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prinsip perbaikan lingkungan yang korosif
2. Prinsip netralisasi zat koroden sedemikian rupa sehingga tidak berbahaya lagi
3. Prinsip penggunaan bahan yang sama dengan yang tahan terhadap jenis korosi tertentu
4. Penggunaan zat pelambat korosi (corrosion inhibitor)
5. Perlindungan katodik dan perlindungan anodik
6. Prinsip perlindungan permukaan dengan cara :
a. Pelapisan dengan cat (organic coating)
b. Pelapisan metal coating, lining, overlay, dan clodding
c. Pelapisan anorganik
d. pembalutan (wrapping)
Proses pelapisan secara umum bertujuan untuk perlindungan (protektif), hiasan(dekoratif)
atau memperbaiki sifat permukaan lainnya, misalnya sifat tahan panas, tahan cuaca, tahan korosi,
tahan goresan (abrasi), penghantar panas dan sebagainya. Pelapisan terdiri dari bermacam-macam,
seperti pelapisan dengan cat (coating), pelapisan dengan logam, pelapisan anorganik dan lain-lain.
Jenis-jenis proses pelapisan logam sering digunakan antara lain :
1. Elektroplating
Elektroplating atau yang lebih dikenal dengan pelapisan listrik adalah suatu pelapisan
logam dengan mengendapkan suatu logam pelapis terhadap logam lain yang akan di lapisi
melalui elektrolisis. Dengan kata lain elektroplating adalah proses mengendapkan bahan logam
pelapis terhadap bahan yang akan dilapisi melalui pertukaran elektron secara konduktif melalui
proses oksidasi-reduksi.
Proses pelapisan listrik ini telah memberikan dampak yang cukup besar pada
penghematan pemakaian logam, serta dapat memberikan alternatif pemakaian bahan yang
lebih murah.
2. Galvanisasi
Proses galvanisasi sebenarnya hampir sama dengan proses elektroplating, hanya saja
pada proses galvanisasi tidak terjadi perpindahan elektron tapi terjadi penempelan atau
pembekuan logam pelapis terhadap logam yang dilapisi. Mekanismenya berlangsung pada
suhu tinggi sehingga mengakibatkan difusi yang akan menyebabkan transisi karena banyak
fasa, sehingga adhesinya lebih kuat dibanding elektroplating. Proses galvanisasi relatif singkat.
Cara ini disebut galvanisasi karena pelindungnya adalah seng (zinc) dan berfungsi sebagai

KOROSI Page 16
logam yang bersifat anodik terhadap baja yang dilindungi, biasa disebut juga proses
pencelupan panas (hot dipping).
3. Semprotan Logam (Metal spray)
Menurut Ir. Wahyudin dalam “Metal Spray “ (metallizing proces, Puslitbang
Metalurgi-LIPI:1) dikatakan bahwa semprotan logam adalah proses metalisasi (metallizing
proces),di mana logam leleh atau cair disemprotkan pada suatu permukaan dan membentuk
lapisan. Logam yang disemprotkan baik murni ataupun paduan dicairkan oleh sumber arus dan
diatomisasikan oleh udara membentuk butir-butir yang sangat halus dan disemprotkan pada
permukaan benda kerja membentuk lapisan logam padat.
Prinsip dari proses ini adalah bahwa semprotan gas tekan tinggi dapat membuat logam
menjadi butiran-butiran halus, kecepatan gas tersebut kira-kira 200-270 m/s. Butiran-butiran
leleh tersebut kemudian melekat pada permukaan logam yang akan dilindungi melalui proses
pendingin cepat seperti pada casting. Bahannya berasal dari bentuk kawat atau serbuk yang
kemudian meleleh karena semprotan gas panas yang terbakar (misalnyaOxy- acetylene) atau
dengan busur listrik (electric arc).
4. Sementasi (cementation)
Caranya adalah dengan mengguling-gulingkan peralatan yang akan dilindungi ke
dalam campuran serbuk logam pelindung atau fluks yang tepat pada suhu tinggi, sehingga
menyebabkan logam pelindung tadi terdifusi pada permukaan logam yang dilindungi. Selain
dengan serbuk logam dapat juga dilakukan dengan mencelupkan bahan yang akan dilindungi
ke dalam kalsium yang mencair dan mengandung salah satu bahan yang dipergunakan sebagai
pelindung dengan regangan yang inert.
5. Penggunaan Zat Pelambat Pengkorosian (Inhibitor)
Inhibitor adalah suatu zat kimia yang apabila ditambahkan dalam jumlah sedikit ke
dalam suatu zat koroden (lingkungan yang korosif), dapat secara efektif memperlambat atau
mengurangi laju pengkorosian yang ada. Ada beberapa jenis inhibitor, yaitu:
a. Inhibitor pemasif (passivating inhibitor)
b. Inhibitor katodik (catodic inhibitor)
c. Inhibitor organis (organic inhibitor)
d. Inhibitor penyebab pengendapan (preccipitate inducing inhibitor)
e. Inhibitor berbentuk uap (Vapor phase inhibitor).

Cara pemakaian inhibitor ada beberapa teknik, diantaranya adalah :


a. Injeksi terus menerus

KOROSI Page 17
b. Pemasokan secara setakar-setakar (batch)
c. Cara pengecatan (squeeze treatment)
d. Valetilasi (dengan ketel uap dan kontainer tertutup)
e. Pelapisan (coating).
Penggunaan inhibitor selain untuk mencegah terjadinya pengkaratan juga dapat
menimbulkan beberapa masalah, seperti di bawah ini :
a. Pembuihan (foaming) akibat pengaruh organic inhibitor
b. Terjadinya emulsi karena fase-fase gas dan cair bercampur disertai gerakan agitasi
c. Penyumbatan (plugging) karena adanya lapisan oksidasi dan kerak terkelupas, sehingga
ikut aliran dan menyumbat pada filter, turbin dan lain-lain.
d. Terciptanya karat baru, karena ada beberapa inhibitor dapat bereaksi dan menghasilkan
produk yang dapat merusak
e. Masalah heat transfer, karena adanya endapan fosfat, silikat atau sulfat yang berlebihan
f. Pengaruh beracun
g. Kehilangan inhibitor karena pengendapan (presipitation), proses adsorpsi atau terlalu
mudah atau lambat larut.
Penggunaan inhibitor bertujuan untuk melindungi permukaan logam dari serangan
korosi, diantaranya yaitu:
a. Memperpanjang usia pakai peralatan
b. Mencegah penghentian pabrik (shut down)
c. Mencegah kecelakaan karena rusaknya peralatan
d. Mencegah kehilangan pertukaran panas (heat transfer)
e. Mempertahankan rupa permukaan yang menarik (attractive appearance)

KOROSI Page 18
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 PIPA CARBON STEEL


Baja diklasifikasikan menurut komposisi kimia yang terkandung di dalamnya. Pipa baja
dan fitting merupakan paduan dari besi (Fe) dan karbon (C), dan mengandung karbon kurang dari
1,7%. Klasifikasi baja dalam tiga kelompok, yaitu: Carbon steel, low alloy steel dan high alloy
steel.

Gambar 3.1 Carbon Steel Pipe


Carbon Steel terdiri dari besi, karbon kurang dari 1,7%, mangan kurang dari 1,65%,
sejumlah silikon (Si), aluminium (Al), dan batas kontaminan seperti belerang (S), oksigen (O),
nitrogen (N), dan tidak ada batas minimal yang ditentukan untuk elemen seperti Al, Cr, Co, Ni,
Mo, Ni [ASM, ASTM A 941].
Carbon Steel adalah bahan pipa yang paling umum dalam industri power plant, kimia,
proses, hidrokarbon dan pipa industri. Spesifikasi pipa Carbon Steel umum digunakan dalam steam
operation, air atau udara termasuk ASTM A106 dan ASTM A53. Carbon Steel yang umum untuk
apliaksi pipeline adalah pipa API 5L. Baja ringan adalah baja karbon dengan kandungan karbon
kurang dari 0,30%. Baja karbon menengah memiliki 0,30% sampai 0,60% karbon. Baja karbon
tinggi memiliki karbon diatas 0,6%.

3.2 KOROSI PADA PIPA CARBON STEEL BAGIAN DALAM


Korosi merupakan faktor yang berpotensi besar menyebabkan kerusakan pada pipa,
terlebih pipa berada pada lingkungan yang korosif dan membawa material yang korosif. Semakin
rendah jumlah oksigen yang di serap air, laju korosi semakin rendah. Korosi atmosferic bersifat
galvanic, base metal merupakan anode (pensuplai elektron), oksida akan menjadi katode (penerima
elektron) dan air yang di dalam siklus korosi merupakan elektrolit.

KOROSI Page 19
Reaksi Elektrokimia :
Besi yang terkorosi dalam lingkungan yang mengandung air dan oksigen :
4Fe + 6H+ + (OH)- + 3O2 4Fe3+ + 12(OH)-
Reaksi di Anoda :
4Fe 4Fe3+ + 12e-
Reaksi di Katoda :
3O2 + 6H2O + 12e- 12(OH)-
Adanya oksigen dalam reaksi ini menghasilkan ion-ion hidroksil (OH)- yang bereaksi
dengan Fe3+ sehingga menaikkan laju korosi.

Gambar 3.2 Korosi pada pipa


Pada pipa carbon steel bagian dalam biasanya terjadi korosi karena faktor lingkungan,
yaitu adanya kontak terhadap oksigen yang mengandung air, meskipun sudah di tutup dengan
plastik untuk mengurangi laju korosi yang cepat, saat setelah welding biasanya pipa tidak di tutup
kembali dan muncul korosi.

3.3 CARA PENANGGULANGAN KOROSI


Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan
mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi.
Tabel 3.1 Spesifikasi line cleaning
Cleaning by Kinetic Enenrgy
Hydrauli Chemic
Mechanic Nonn
General c Press. Power Steam Air Oil al Remark
al Convention
Classification Flushing Flushin Blowin Blowin Flushin Cleanin s
Cleaning al Cleaning
/ Drop g g g g g
Flushing
Water X X
Demineralize X X

KOROSI Page 20
d Water
Boiling Feed
X X X(9) X
Water
Cooling water
X X(4) X(7)
– Sea Water
Potable Water X X X(5)
Hot Water X X
Steam
X X
Condensate
Steam X
Chemical X X X(1)
Instrument
X
Air
Nitrogen X
Fuel Gas X
Hydrocarbon X(2) X(1) X
Refrigerant X X
Flare X X
Blow Down /
Waste Water / X X
Closed Drain
Slop Oil X X(1)
Sewer X
Compressor
X X (13) X X
Suction
Seal Oil /
X (10) X (12) X
Lube Oil
Seal Gas X X (11) X
Boiler X (10) X (6)
Hydraulic Oil X
Combustion
X (3) X
Air Duct
Fuel Gas
X
Duct
Large Bore
X (3) X
(>24”)
Cold Service X X
Amine Unit X X
Rundown line
X X X
/

KOROSI Page 21
Interconnecti
ng

Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah :
3.2.1 Blowing
Blowing dilakukan dengan menggunakan udara dengan tekanan max 7 bar, untuk
mengecheck kebersihan pipa tersebut dilakukan visual check akan ada asap putih di end
point dari blowing atau dengan menggunakan solatip kertas yang di tempel pada ujung dan
kotoran akan menempel.
Blowing membutuhkan compressor untuk mensupply air tersebut biasanya
kapasitas 1600 scfm dan dilakukan secara continous flow, sehingga membutuhkan buffer
untuk menyimpan tekanan yang dilengkapi dengan valve, biasanya tipe butterfly yang
quick open atau bisa juga disimpan di pipa yang diameternya lebih besar daripada pipa
yang akan di blowing.
Tahapan untuk melakukan steam blowing pada pipa, yaitu :
A. Heating Up
Dilakukan untuk menghindari hammering dan thermal shock pada pipa.
B. Steam Blowing
Di injeksikan steam sebanyak 10 ton/hour, biasanya temperaturnya sama dengan
temperatur operasi.
C. Cooling Down
Dilakukan untuk menghindari thermal shock pada saat proses.
Pada Blowing, biasanya end point pada pipe yang di cleaning di beri peredam untuk
menurunkan velocity dan juga untuk merubah fase steam.
3.2.2 Flushing
Sebelum melakukan flushing kita harus mengetahui panjang pipa, rating piapa,
bautnya ada berapa, kunci untuk buka bautnya nomer berapa, flushingnya menggunakan
air apa, darimana supply airnya dan waste waternya dibuang kemana. Air yang keluar dari
pipa diusahakan harus fullbore (air yang keluar full memenuhi diameter pipa). Untuk
diamter pipa lebih dari 24 inch dilakukan water flushing secara manual. Untuk mengecek
kebersihan pipa dilakukan visual check dari colour waste water nya.
3.2.3 Chemical Cleaning

KOROSI Page 22
Chemical cleaning bertujuan untuk menghilangkan material, diantaranya debris
(gemuk/lemak) yang biasanya masih tersisa pada saat fabrikasi, sisa welding, krikil halus,
bekas pengelasan dan juga korosi yang timbul pada perpipaan.

Gambar 3.3 Contoh skema chemical cleaning


Chemical Cleaning pada pipa pada saat pre commisioning dan commisioning di
lakukan beberapa tahapan, yaitu :
A. Alkaline Cleaning / Degreasing Cleaning
Untuk membersihkan sisa-sisa oil atau grease yang menempel pada pipa saat
di simpan dan juga untuk menghilangkan material organik yang ada pada saat
fabrikasi. Menggunakan jenis larutan basa yang dicampur dengan demin water, yang
di develop oleh Vendor. Biasanya dilakukan selama 24 jam dengan target pH 7.0 –
8.0.
Berikut adalah chemical yang digunakan dan dosis pada saat alkaline
cleaning, yaitu :
Jenis Chemical Dosis
Alkaline agent with pH buffer 1–2%
Alkaline surfactant agent 0.01 – 0.02 %
Trisodium Phosphate 1–2%
B. Acid Cleaning
Untuk membersihkan korosi yang menempel pada pipa bagian dalam dengan
menggunakan larutan asam yang dicampur dengan demin water. Larutan acid yang
digunakan tidak terlalu kuat. Biasanya dilakukan selama 5-10 jam dengan target pH
2.0 – 3.5.
Berikut adalah chemical yang digunakan dan dosis pada saat acid cleaning,
yaitu :

KOROSI Page 23
Jenis Chemical Dosis
Citric acid and pH buffer 0.01 – 0.02 %
Acid Inhibitor 0.02 – 0.03 %
C. Passivation
Pasivasi adalah proses melapisi atau melindungi pipa bagian dalam setelah
dibersihkan agar tahan lama dan tidak mudah terkorosi atau tidak timbul reaksi jika
digunakan untuk proses dengan dibuat lapisan film oleh chemical tertentu
rekomendasi dari vendor untuk komposisi chemical secara mendetailnya. Pasivasi
generalnya dilakukan selama 16 – 24 jam, tapi kadang dilakukan maksimal selama 7
jam, jika lebih maka akan merusak material pipa. Disarankan untuk pelapisan yang
bagus dilakukan selama 5 jam. Untuk mengetahui kotoran dalam pipa tersebut hilang
dengan 3 parameter, yaitu :
1. Konsentrasi chemical yang mengalami penurunan kemudian pada 3 titik terakhir
cenderung stabil.
2. Corrosion coupon yang diselimuti grease/oil, grease tersebut kemudian hilang,
maka dapat di indikasikan bahwa kotoran juga hilang, berikut contoh corrosion
coupon :

Gambar 3.4 Korosi pada pipa


3. Fe content, kenaikan Fe yang terlarut dalam chemical cenderung stabil pada 3 titik
terakhir.
Berikut adalah chemical yang digunakan dan dosis pada saat passivation,
yaitu :
Jenis Chemical Dosis
Amine 0.4 %
Oxygen Scavenger 0.6 %

KOROSI Page 24
Pada chemical cleaning digunakan temporary tank untuk menampung chemical dan waste
cleaning dan temporary pump, pada temporary tank di inject steam untuk boiling demin
water sampai 60oC, setelah itu baru di masukkan chemical dan mulai di sirlulasi.

Gambar 3.5 Steam Drum setelah dilakukan chemical cleaning

KOROSI Page 25
BAB IV
KESIMPULAN

Korosi adalah proses degradasi/deteorisasi/perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh


lingkungan dan sekitarnya. Pada pipa carbon steel bagian dalam biasanya terjadi korosi karena faktor
lingkungan, yaitu adanya kontak terhadap oksigen yang mengandung air, meskipun sudah di tutup dengan
plastik untuk mengurangi laju korosi yang cepat, saat setelah welding biasanya pipa tidak di tutup
kembali dan muncul korosi, untuk menanggulangi korosi pada pipa tersebut dengan cara Blowing,
Flushing dan cleaning chemical.

KOROSI Page 26
DAFTAR PUSTAKA

Jones, Denny A., (1992), “Principle and Prevention of Corrosion”, Macmillan Publishing
Company, New York.
Marcus P., and Oudar J., 1995. Corrosion Mechanisms in Theory and Practice, Marcel Dekker
Inc.
Purwadaria, Sunara, Ir.,Dr.,(1996), “Mekanisme Proteksi Katodik dan Kriteria Proteksi”, Diklat
Proteksi Katodik, Kelompok Studi Korosi, Lembaga Penelitian ITB, Bandung.
Rozenfeld, I.L., (1981), “Corrosion Inhibitors”, McGraw-Hill Inc., New York.
Toyo Engineering. 2015. Procedure Chemical Cleaning. Toyo Engineering : Jakarta Selatan.
West J.M., 1986. Basic Corrosion and Oxidation, Second Ed., Ellis Horwood Publishers Limited,
England.
http://gadang-e-bookformaterialscience.blogspot.com/2007/10/makalah-ilmiah-ku-korosi-
material-logam.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Korosi
http://kimia123sma.wordpress.com/2010/04/20/korosi-dan-cara-pencegahannya/
http://m10mechanicalengineering.blogspot.com/2013/11/macam-macam-bentuk-korosi.html
http://rhien-article.blogspot.com/2007/07/korosi-atmosferik.html
http://sgu2008.wordpress.com/2008/02/12/korosi/
https://wbsakti.wordpress.com/2012/11/12/deskripsi-material-pipa-yang-sering-digunakan-dalam-
dunia-industri/
https://www.academia.edu/4685891/Korosi_pada_Logam
http://www.corrosion doctor.org
http://www.reindo.co.id/reinfokus/edisi24/korosi.htm
http://www.scribd.com/doc/17226684/Korosi-

KOROSI Page 27

Anda mungkin juga menyukai