Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH LAPORAN

MATA KULIAH BAHAN KONSTRUKSI DAN KOROSI


“KOROSI PADA LOGAM”

Disusun Oleh :

Choirur Roziqin (2031510040)

Celvin Dicky Wahyudi (2031710022)

Meliya Rizqi Miyono (2031710029)

Dosen Pembimbing :

Anni Rahmat, S.T., M.T.

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI DAN AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS INTERNASIONAL SEMEN INDONESIA
GRESIK
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Korosi atau perkaratan sangat lazim terjadi pada besi. Besi merupakan
logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi,
yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia
dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat.
Dampak dari peristiwa korosi bersifat sangat merugikan. Contoh nyata adalah keroposnya
jembatan, bodi mobil, ataupun berbagai konstruksi dari besi lainnya. (salmanhadi, 2013).

Korosi disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, terjadi akibat reaksi kimia atau
elektrokimia. Lingkungan yang di maksud adalah larutan dalam air, logam, garam gas atau
uap. Korosi pada logam terjadi akibat reaksi elektrokimia, sedangkan korosi pada non logam
disebabkan karena degradasi atau pelapukan. Contoh pada non logam adalah kayu terjadi
pelapukan, plastik atau polimer terjadinya degradasi ikatan kimia dan menjadikan getas. Salah satu
faktor penyebab korosi adalah pH dimana pH dapat mempercepat laju korosi bila pH tinggi.

Natrium Hidroksida ( NaOH ) merupakan salah satu senyawa ion yang bersifat basa kuat,
kaustik dan memiliki sifat korosif dan higroskopik ( suka menyerap air ). Dalam kehidupan sehari-
hari, senyawa ini biasanya sebut dengan nama "soda api" atau "kaustik soda", namun untuk nama
resmi atau nama perdagangannya senyawa ini biasa disebut dengan nama "Sodium Hidroksida".
Tingkat kelarutan senyawa natrium hidroksida di dalam air cukup tinggi

1.2 Rumusan Masalah

a. Apakah yang dimaksud dengan korosi?

b. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya proses korosi?

c. Bagaimana proses terjadinya korosi pada uang koin Rp.500 (alumunium)?

d. Apa saja cara yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya korosi?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui pengertian dari korosi

b. Untuk mengetahui apa saja faktor penyebab korosi

c. Untuk mengetahui proses terjadinya korosi pada alumunium

d. Untuk mengetahui cara pencegahan terjadinya korosi


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Korosi

Korosi berasal dari bahasa latin “Corrodere” yang artinya perusakan logam atau berkarat.
Definisi korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang terjadi disebabkan
oleh lingkungan sekelilingnya. Beberapa pakar bersikeras definisi hanya berlaku pada logam saja,
tetapi para insinyur korosi juga ada yang mendefinisikan istilah korosi berlaku juga untuk material
non logam, seperti keramik, plastik, karet. Sebagai contoh rusaknya cat karet karena sinar matahari
atau terkena bahan kimia, mencairnya lapisan tungku pembuatan baja, serangan logam yang solid
oleh logam yang cair ( liquid metal corrosion)(Anonim, 2013).

Korosi dapat berjalan secara cepat ataupun lambat tergantung dari material bahan,
lingkungan, temperatur dan lain sebagainya. Dalam dunia teknik, material korosi yang sering
disinggung adalah korosi pada logam. Ilustrasi dari proses pengkorosian pada material logam pada
dimana besi yang dibentuk sesuai kegunaannya dapat terkorosi akibat lingkungan yang dihadapi
pada aplikasinya (Anonim,2013).

2.2 Jenis-Jenis Korosi

Adapun beberapa jenis korosi yang umum terjadi pada logam menurut Anonim (2013),
sebagai berikut:

1. Korosi merata

Korosi merata adalah bentuk korosi yang pada umumnya sering terjadi. Hal ini biasanya
ditandai dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia yang terjadi pada permukaan yang bereaksi.
Logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada logam tersebut. Sebagai contoh,
potongan baja atau seng dicelupkan pada asam sulfat encer, biasanya akan terlarut secara seragam
pada seluruh permukaannya. Contoh lain dari korosi merata adalah pada pelat baja atau profil,
permukaannya bersih dan logamnya homogen, bila dibiarkan di udara biasa beberapa bulan maka
akan terbentuk korosi merata pada seluruh permukaanya.

Korosi merata merupakan keadaan kerusakan yang sangat besar terhadap material. Namun
demikian korosi ini kurang diperhatikan karena umur dari peralatan dapat diperkirakan secara
akurat dengan pengujian lain yang lebih sederhana. Korosi merata dapat dilakukan pencegahan
dengan cara pelapisan, inhibitor dan proteksi katodik. Usaha pengendaliannya:

a. Diberi lapisan pelindung yang mengandung inhibitor seperti minyak.


b. Bila sudah berbentuk barang jadi dilindungi dengan pengecatan.
c. Untuk dinding kapal laut yang luas diberi proteksi katodik.
d. Untuk jangka panjang pemakaian yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4
%.
(Fontana, 1987).
2. Korosi Dwi Logam (Galvanic Corrosion)

Jenis korosi yang terjadi antara dua buah logam dengan nilai potensial berbeda saat dua
buah logam bersatu dalam suatu elektrolit yang korosif. Contohnya bila besi kontak langsung
dengan tembaga dimana tembaga lebih mulia, maka besi akan bersifat anodik dan akan
mengorbankan diri sehingga akan terjadi korosi yang berat pada besi, sedangkan tembaganya tetap
utuh. Usaha pengendaliannya dengan cara memberi isolator yang cukup tebal hingga tidak ada
aliran elektron.

3. Korosi Celah (Crevice Corrosion)

Korosi yang terjadi pada logam yang berdempetan dengan logam lain atau non logam dan
diantaranya ada celah yang dapat menahan kotoran dan air yang menjadi sumber korosi.
Konsentrasi O2 pada mulut lebih kaya dibandingkan pada bagian dalam, sehingga bagian dalam
lebih anodik dan bagian mulut jadi katodik, maka akan timbul arah arus dari dalam ke mulut.
Usaha pengendaliannya adalah:

a. Memberi isolator pada celah.


b. Mengeringkan celah.
c. Bersihkan dari kotoran.Korosi Sumuran

4. Korosi Sumuran (Pitting Corrosion)

Korosi sumuran merupakan jenis korosi yang menyerang secara lokal selektif yang
menghasilkan bentuk-bentuk permukaan lubang-lubang di logam. Terjadinya korosi jenis ini
disebabkan komposisi logam tidak homogen dan dapat menimbulkan korosi yang dalam pada
beberapa tempat. Dapat juga karena ada kontak antara logam yang berlainan dan logam kurang
mulia, maka pada daerah batas timbul korosi berbentuk sumur. Usaha pengendaliannya antara lain
:

a. Pilih bahan yang homogen.


b. Melindungi dari zat agresif.
c. Memberikan inhibitor.
5. Korosi Erosi (Erosion Corrosion)

Korosi erosi merupakan jenis korosi yang menggunakan proses mekanik melalui
pergerakan relatif antara aliran gas atau cairan korosif dengan logam. Dalam hal ini perusakan
karena erosi dan korosi saling mendukung. Logam yang telah terkena erosi akibat terjadi keausan
dan menimbulkan bagian-bagian yang tajam dan kasar. Bagian-bagian inilah yang mudah
terserang korosi dan bila ada gesekan akan menimbulkan abrasi lebih berat lagi dan seterusnya.
Korosi erosi dapat juga disebabkan karena impingment corrosion, yaitu akibat fluida sangat deras
dan dapat mengikis film pelindung pada logam yang mengakibatkan korosi pada logam. Usaha
pengendaliannya adalah:

a. Memberi pelindung dari zat yang agresif.


b. Memberi inhibitor.
c. Permukaan dies dihaluskan.
d. Hindari aliran fluida yang terlalu deras.
e. Mengurangi belokan fluida.

6. Korosi Retak Tegang (Stress Corrosion Cracking)

Korosi retak tegang merupakan jenis korosi yang disebabkan kehadiran secara simultan
tegangan tarik (tensile stress) dan media korosif yang menyebabkan terjadi penampakan retak di
dalam logam. Usaha pengendaliannya adalah:

a. Turunkan beban.
b. Lindungi dari senyawa yang korosif.
c. Memberi inhibitor.
d. Pada bagian yang terdapat streses harus direlaksasi

7. Korosi Batas Butir (Intergranular Corrosion)

Korosi batas butir merupakan korosi yang menyerang secara lokal menyerang batas butir-
butir logam sehingga butir-butir logam akan hilang atau kekuatan mekanik dari logam akan
berkurang, Korosi ini disebabkan adanya kotoran (impurity) batas butir, adanya unsur yang
berlebih pada sistem perpaduan atau penghilangan salah satu unsur pada daerah batas butir. Untuk
pengendalianya dapat dilakukan dengan cara menghindari terbentuknya karbida pada batas butir .

8. Hilangnya Unsur Paduan (Dealloying)

Peluluhan selektif atau dealloying merupakan penghilangan salah satu unsur dari paduan
logam oleh proses korosi.

9. Korosi Mikrobiologis (Microbial Corrosion)

Korosi mikroba adalah Korosi yang terjadi akibat aktivitas mikroba sebagai penyedia
lingkungan yang korosif. Dalam hal ini biasanya terjadi pada pipa logam dalam tanah yang
dibungkus oleh kain aspal yang terbuka dan menjadi koloni tempat bakteri sulfat. Bentuk
korosinya pun sering menyerupai bekas lilitan kain pada pipa. Untuk Pengendalianya dapat
dilakukan dengan :

a. Khlorinasi supaya bakterinya mati.


b. Diberi cat anti fouling.

10. Korosi Kavitasi (Cavitation)

Peronggaan terjadi saat tekanan operasional cairan turun di bawah tekanan uap gelembung-
gelembung gas yang dapat merusak permukaan logam dasar Pengendalianya dapat dilakukan
dengan :

a. Surface finish yang bagus dan dibuat licin.


b. Diberi pelapis atau pelindung.
c. Memperkecil tekanan hidrolik.
d. Menurunkan fibrasi.

2.3 Faktor Penyebab Terjadinya Korosi

Faktor penyebab terjadinya korosi dapat dibagimenjadi 3 bagian yaitu sifat dari material,
faktor lingkungan dan adanya reaksi

1. Sifat material
a. Pengaruh susunan kimia material.
Semua logam termasuk baja tahan karat, alumunium, dan sebagainya cenderung
akan akan mengalami pengkaratan oleh media korosif.
b. Pengaruh struktur kristal.
Kurangnya homogenitas struktur dapat menimbulkan efek-efek galvanis mikro
pada material yang menyebabkan pengkaratan. Perbedaan potensial akan
mneyebabkan terjadinya aliran elektron bila baja dimasukkan kedalam larutan
elektrolit. Pada material yang mengalami deformasi akan lebih mudah terjadik
korosi, karena butiran dalam material mengalami perubahan bentuk dan
susunannya.
c. Pengaruh beda potensial.
Pengaruh beda potensial bila dua logam mempunyai beda potensial tidak sama
digabungkan dan dimasukkan dalam larutan elektrolit maka akan terjadi
pengkaratan.
d. Pengaruh bentuk permukaan material.
Permukaan logam yang mempunyai bentuk sendiri akan menyebabkan terjadinya
korosi. Adanya kotoran pada permukaan material akan menyebabkan korosi karena
terperangkapnya oksigen dalam material (Nurfanani, 2012).

2. Variabel Lingkungan yang Berpengaruh Terhadap Laju Korosi:

1. Pengaruh dari potensial ini adalah :

✓ Bila potensial logam semakin tinggi atau di buat lebih tinggi, maka kecendrungan
terkorosi semakin rendah.
✓ Penaikan potensial dapat mengakibatkan pasivasi pada baja karbon atau paduannya.
✓ Dapat menjadi acuan untuk metoda anodisasi atau proteksi anodik. Dan proteksi
katodik adalah membuat logam yang di lindungi berada pada posisi nobel dan
berpotensial tinggi.

Laju Korosi adalah kecepatan perambatan atau kecepatanpenurunan kualitas bahan ter
hadap waktu. Laju korosi sendiri dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
sebagai berikut :
534 𝑊
Laju Korosi (mpy)= 𝐷𝐴𝑇

Keterangan :

W = berat yang hilang (mg)

D = density spesifk (gr/cm³)/

A = luas spesifk (in2) %

T = waktu spesifk (jam)

(Fontana, 1987)

2. Pengaruh Temperatur

Laju korosi di pengaruhi oleh temperatur mengikuti teori Arhenius

r= A exp (-E/RT)

dimana :

r = laju korosi
E = energi aktivasi

R = Konstanta

T = Temperatur absolut

Pada kasus baja, sebagai contoh pada larutan dingin dan panas, bila larutan
bertemperatur tinggi dapat menyebabkan tingkat ke asaman yang tinggi pula dan bila
temperatur yang tinggi mengakibatkan difusi oksigen yang tinggi dalam larutan, maka
korosi dapat menjadi cepat.

3. Pengaruh pH (keasaman)

Pada keasaman yang tinggi dimana pH<5:

➢ Korosi besi pada larutan asam selain di pengaruhi oleh pH, juga di pengaruhi oleh
konsentrasi ion dalam larutan. Dalam Asam sulfat dengan pH =0-4, laju korosi di pengaruhi
oleh konsentrasi Fe2SO4.
➢ Pada larutan HCL, konsentrasi ion tidak berpengaruh.
➢ Penambahan unsur Ni pada baja paduan akan memperbaiki ketahanan korosi dalam larutan
asam sulfat. Pada kondisi mendekati netral (5<pH<9):
1. Lapisan hidroksida di permukaan besi lebih tahan melekat dibandingkan pada
kondisi yang lebih asam
2. Pengaruh kandungan Chlor dan oksigen lebih dominan. Pada kondisi ke asaman
rendah (pH<9)
3. Baja terkorosi pada kandungan (Fe(OH)3)¯ dan (Fe(OH)4)¯ .
4. pH dan temperatur yang lebih tinggi dapat menyebabkan SCC (stress corrosion
cracking).

(Atmadja, 2010).

4. Pengaruh kecepatan fluida

Kecepatan aliran fluida berpengaruh terhadap laju korosi, karena mempengaruhi


pertukaran ion dan elektron di permukaan logam.

✓ Fluida yang mengalir dengan lambat atau stagnant, dapat mengakibatkan korosi setempat.
✓ Untuk menghindari korosi ada kecepatan tertentu yang harus di penuhi.
✓ Bila fluida bersifat agresif dan mempunyai kecepatan yang cukup, maka dapat terjadi
korosi erosi.
✓ Semakin tinggi kecepatan fluida, maka faktor perusakan mekanik menjadi dominan di
banding kerusakan akibat korosi.

5. Pengaruh Konsentrasi

a. Konsentrasi oksigen dalam larutan dapat mempercepat reaksi.


b. Kandungan unsur reakstif dalam jumlah terrbatas, dapat menciptakan pasivasi.
c. Tetapi dalam konsentrasi yang lebih besar, maka lapisan pasif dapat mengalami
kerusakan.
d. Klasifikasi menurut Yusril (2011), proses korosi dapat dilihat lebih rinci dari segi
kondisi dan jenis reaksi utama dari proses korosi, antara lain :
• Reaksi kimia tanpa lapisan yang terbentuk. Reaksi ini adalah reaksi kimia
langsung antara logam dan lingkungan, tanpa terbentuk lapisan dan tanpa
perpindahan muatan (elektron) misal antara logam dengan logam cair,
lelehan garam, atau bukan larutan dalam air.
• Reaksi elektrokimia dengan melibatkan perpindahan muatan (elektron)
melalui pertemuan dua permukaan, reaksi ini di bedakan oleh;
1. Adanya anoda dan katoda, tapi tidak jelas secara fisik terpisah
keberadaannya.
2. Adanya anoda dan katoda yang jelas keberadaannya, terukur jarak
dan perpindahan muatan melalui logam antara anoda dan katoda.
3. Jenis anoda dan katoda yang terjadi pada masing-masing pertemuan
permukaan yang berbeda, misalnya pada reaksi oksidasi antara
logam dengan gas oksigen tanpa melibatkan komponen air (diatas
temperatur kamar) yang menghasilkan lapisan oksida, sehingga
antar muka logam- oksida sebagai anoda dan antarmuka oksida-
oksigen sebagai katoda.

3. Lingkungan Korosi

Adapun beberapa pengaruh lingkungan korosi secara umum sebagai berikut.

1.Lingkungan Air

Air atau uap air dalam jumlah sedikit atau banyak akanmempengaruhi tingkat korosi pada
logam. Reaksinya bukan hanya antara logam dengan oksigen saja, tetapi juga dengan uap
air yang menjadi reaksi elektrokimia. Karena airberfungsi sebagai:

a. Pereaksi.
Misalnya pada besi akan berwarna cokelat karena terjadinya besi hidroksida.
b. Pelarut.
Produk-produk korosi akan larut dalam air seperti besi klorida atau besi sulfat.
c. Katalisator.
Besi akan cepat bereaksi dengan O2 dari udara sekitar bila ada uap air.
d. Elektrolit lemah.
Sebagai penghantar arus yang lemah atau kecil. Korosi pada lingkungan
air bergantung pada pH, kadar oksigen dan temperatur. Misalnya pada baja tahan
karat pada suhu 300-500°C bisa bertahan dari karat. Namun pada suhu yang lebih
tinggi 600-650°C baja tahan karat akan terserang korosi dengan cepat. Demikian
juga dengan penambahan kadar O2 dalam air maka akan mempercepat laju korosi
pada logam.

2.Kadar Oksigen

Oksigen hampir ada dimana-mana, karena potensial redoks sangat tinggi maka oksigen
dalam proses korosi akan terlebih dahulu akan direduksi oleh H+.Potensial redoks reaksi:

O2+H2O + 4e 4OH¯ , E=1,23 V Kelarutan O2

dalam larutan harus dikurangi oleh garam yang terlarut dalam larutan dan kelarutannya
bergantung pada logam yang tercelup dan luasan permukaan logam tercelup serta
temperaturnya. Adapun macam-macam air seperti air suling merupakan air yang paling
bersih dan bebas dari kation dan anion serta terisolir dari udara dan bebas mikroba.
Adapun air hujan atau salju merupakan proses sulingan alam, namun demikian air ini
masih mengandung CO2 dari udara yang dapat membentuk senyawa H2CO3 dan akan
bersifat asam menyebabkan korosif pada baja. Untuk air permukaan komposisi zat
terlarut bergantung pada tanah yang ditempati atau tergenang. Tetapi pada umumnya zat
yang terlarut lebih rendah dari pada air laut. Biasanya airpermukaan mengandung
Ca2+, Mg2+, NH4+, Cl-, dan SO-4 yang agresifitasnya lebih rendah daripada air laut.
Korosi oleh air bersih pada logam yang tidak mulia akan terbentuk reaksi sebagai berikut:

L(OH)2 + H2

Sedangkan untuk air bersih dan adanya O2, akan ada proses oksidasi dari udara sekitarnya.
Hal ini biasanya terjadi pada air dekat permukaan. Reaksinya:

2L + 3H2O+3⁄2O2 2L(OH)3

2. Lingkungan Udara
Temperatur, kelembaban relatif, partikel-partikel abrasif dan ion-ion agresif yang
terkandung dalam udara sekitar, sangat mempengaruhi laju korosi. Dalam udara yang
murni, baja tahan karat akan sangat tahan terhadap korosi. Namun apabila udara mulai
tercemari maka serangan korosi dapat mudah terjadi. Salah satu polusi udara yang
menimbulkan karosi adalah NOX dari pabrik asam nitrat, SO2 dari hasil pembakaran
bahan bakar (Ikhsan, 2008).
3. Lingkungan Asam, Basa dan Garam
Pada lingkungan air laut, dengan konsentrasi garam NaCl atau jenis garam-garam
yang lain seperti KCl akan menyebabkan laju korosi logam cepat. Sama halnya dengan
kecepatan alir dari air laut yang sebanding dengan peningkatan laju korosi, akibat adanya
gesekan, tegangan dan temperatur yang mendukung terjadinya korosi.Pada larutan basa
seperti NaOH (caustic soda), baja karbon akan tahan terhadap serangan korosi pada media
ini dengan suhu larutan 75°F (24°C) dan konsentrasi 45% berat. Pada larutan asam seperti
asam kromat (CrO3), dengan konsentrasi asam kromat 10% pada suhu 60°C, tidak akan
menyerang baja tahan karat. Dan tingkat korosi akan naik sebanding dengan temperatur
dan konsentrasi yang juga meningkat. Sedangkan pada larutan asam seperti H2SO4, proses
terjadinya perkaratan pada permukaan baja yang terbuka keseluruhannya terhadap hujan
lebih baik dari pada sebagian saja terkena hujan atau sebagian terlindungi. Penggunaan
larutan garam natrium kromat atau sodium kromat (Na2CrO4) dengan kadar tertentu
mampu menghambat laju korosi. Karena natrium kromat sebagai inhibitor kimia, yaitu
suatu zat kimia yang dapat menghambat atau memperlambat suatu reaksi kimia. Secara
khusus, inhibitor korosi merupakan suatu zat kimia yang bila ditambahkan ke dalam suatu
lingkungan tertentu, dapat menurunkan laju penyerangan lingkungan itu terhadap suatu
logam.

Selain itu, fungsi dari inhibitor adalah mampu memperpanjang umur pakai logam,
melindungi dan memperindah permukaan logam, lebih mengkilap dan terang dengan
warna tertentu yang dihasilkan sesuai inhibitornya. Penggunaannya sebagai berikut:

➢ Na2CrO4 dengan konsentrasi 50 ppm digunakan pada pipa baja.


➢ 2,3 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Cu-Zn-Fe.
➢ 2,4 gr/l Na2CrO4 untuk sambungan galvanik Fe-Al.
➢ 0,1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi logam Fe, Cu, Zn dalam
sistem air pendingin (watercooling) dan pada larutan garam (Brines).
➢ 0,1% - 1% Na2CrO4 digunakan untuk penghambat laju korosi (inhibisi) logam Fe,
Pb, Cu, Zn dalam sistem mesin pendingin (engine coolants)(Nurfanani, 2012).

I.3.5 Pencegahan Korosi

Dengan dasar pengetahuan tentang elektrokimia proses korosi yang dapat menjelaskan
mekanisme dari korosi, dapat dilakukan usaha-usaha untuk pencegahan terbentuknya korosi.
Banyak cara sudah ditemukan untuk pencegahan terjadinya korosi diantaranya adalah dengan cara
proteksi katodik, coating, pembalutan dan penggunaan chemical inhibitor (Nugroho, 2013).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Bahan
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah:
1. NaOH
2. Aquades
3. Uang logam

3.2 Alat
Adapun alat-alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah:
1. Timbangan neraca ohaus
2. Kaca timbang
3. Beaker glass
4. Spatula
5. Gelas ukur

3.3 Prosedur Percobaan


1. Menyiapkan sampel uang logam.
2. Membersihkan permukaan uang logam tersebut.
3. Mengukur diameter uang logam.
4. Menimbang berat uang logam
5. Membuat larutan NaOH dengan perbandingan 1:4
6. Menimbang padatan NaOH sebanyak 100 gram dan melarutkannya dengan aquades
sebanyak 400 ml kedalam beaker glass
7. Memasukkan uang logam tersebut ke dalam larutan NaOH, dengan merendam
seluruh bagian uang logam hingga tenggelam.
8. Mengamati perubahan visual uang logam.
9. Mengangkat uang logam dari larutan NaOH kemudian mengeringkan dan
menimbang beratnya.
10. Melakukan percobaan dengan variable waktu
11. Menghitung MPY dari uang logam tersebut.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisa Data
Dilakukan satu kali percobaan dengan percobaan pertama menggunakan variasi waktu
kelipatan 10 menit menggunakan menggunakan koin 500 perak dan larutan NaOH 1:4. Dari
percobaan yang telah dilakukan didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Analisa Data Percobaan


Tabel 1. Analisa data percobaan

Sampel Massa Lebar Ao Massa Dm Waktu Dm/A


Awal (cm) (cm²) setelah (Mo-Mn) (menit) o
(gram) korosi
(Mn)
1 3,1450 2,7 5,72265 3,0353 0,06491 10 0,011
34

2 3,1220 2,7 5,72265 2,9938 0,10641 20 0,018


59

3 3,1172 2,7 5,72265 2,7826 0,31761 30 0,055


50

4 3,1162 2,7 5,72265 2,5322 0,56801 40 0,099


25

5 3,1059 2,7 5,72265 1,7851 1,31511 50 0,229


80

6 3,1057 2,7 5,72265 1,2172 1,88301 60 0,329


04

7 3,0989 2,7 5,72265 1,2035 1,89671 70 0,331


43

8 3,0841 2,7 5,72265 1,1992 1,90101 80 0,332


19
9 3,0737 2,7 5,72265 1,0233 2,07691 90 0,362
92

10 3,0334 2,7 5,72265 0,5225 2,57771 100 0,450


43

Rata-rata 3,10021
Mo

DM/Ao (gr /cm2)

t (jam)

Grafik 1. Dm/A0 terhadap fungsi t

Dari rumus (Dm/Ao)n = k.t yang dikalikan dengan log, diperoleh :

n. log (Dm/Ao) = log k + log t

log (Dm/Ao) = (1/n) log t + (1/n) log k

Persamaan diatas adalah persamaan garis lurus y = mx + c

Dimana : y = log (Dm/Ao)

m = (1/n)

x = log t
c = (1/n) log k

Semua data (Dm/Ao) dan t yang ada dijadikan log (Dm/Ao) dan log t

Lalu dibuat grafiknya :

Waktu Dm/Ao log Waktu log Dm/Ao

0.1 0.01134 -1 -1.9453


0.2 0.01859 -0.6989 -1.73072061
0.3 0.0555 -0.5228 -1.25570702
0.4 0.09925 -0.3979 -1.00326948
0.5 0.2298 -0.301 -0.63864998
0.6 0.32904 -0.2218 -0.4827513
0.7 0.33143 -0.1549 -0.47960818
0.8 0.33219 -0.0969 -0.47861345
0.9 0.36292 -0.0457 -0.4401891
1 0.45043 0 -0.34637269

Tabel 2. log waktu dan log Dm/Ao


Log t (jam)

Grafik 1. Log Dm/A0 terhadap fungsi log waktu (jam)

log (Dm/Ao) = (1/n) log t + (1/n) log k

Persamaan diatas adalah persamaan garis lurus y = mx + c

Dimana : y = log (Dm/Ao)

m = (1/n)

x = log t

c = (1/n) log k

didapatkan nilai regresi

y = 1.7796x - 0.2679

y = mx + c

Dimana m=1/n
Maka → 1.7796=1/n → n=1/1.7796=0.56192

C=(1/n)log k
-0.2679 = (1/0.56192) log k
-0.2679 = 1.77961 log k
Log k = -0.1505
K= - ln 0.1505
K= -1.8937
Diketahui:

Densitas alumunium= 2,7 gr/𝑐𝑚2


A = 5,72265

CR1= WK/DAT
= (M1-Mo).K/DAT
= (3,0353-3,10021) .(-1,8937 )/ 2,7 . 5,72265 . 10
= 7.9553 x 10-4 gr/𝑐𝑚2 .jam

Korosi adalah penurunan kualitas suatu logam yang disebabkan terjadinya reaksi
elektrokimia antara logam dengan lingkungannya yang mengakibatkan terjadinya penurunan mutu
logam menjadi rapuh, kasar, dan mudah hancur. Proses terjadinya korosi pada logam tidak dapat
dihentikan, tetapi hanya bisa dikendalikan atau diperlambat lajunya sehingga memperlambat
proses perusakannya, salah satu diantaranya adalah dengan pelapisan pada permukaan logam,
perlindungan katodik, penambahan inhibitor korosi dan lain-lain. Dalam percobaan ini sampel
yang digunakan adalah koin sebesar Rp. 500,- sebanyak 10 buah. Dari grafik yang dihasilkan
didapatkan grafik yang linier yang menjelaskan bahwa massa akan berkurang seiring
bertambahnya waktu. Variasi waktu yang dilakukan yaitu tiap 10 menit . Faktor yang
mempengaruhi proses korosi yaitu suhu, kecepatan alir fluida, elektrolit, oksigen,dan waktu kontak
BAB V

KESIMPULAN

1. Diperoleh nilai K sebesar -1.8937 dimana nilai K menunjukkan konstanta laju korosi
2. Semakin lama waktu perendaman maka semakin berkurang massa dan luasan koin serta
laju korosi meningkat
3. Yang bertindak sebagai anoda yaitu koin yang berbahan aluminium yang mengalami
oksidasi dengan melepaskan pelepasan electron sedangkan yang bertindak sebagai katoda
dan larutan elektrolit yaitu NaOH . yang bertindak sebagai kontak metalik yaitu oksigen
yang terperangkap kedalam koin
4. Laju korosi dipengaruhi oleh gas terlarut / oksigen, temperature, larutan elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai