TINJAUAN PUSTAKA
II- 1
Bab II Tinjauan
Pustaka
534w
mpy = DAT
Keterangan :
mpy = seper seribu inchi pertahun
g
( 3)
D = Density cm
A = luas (in2)
T = waktu (jam)
W = Berat yang hilang (mg)
*534 didapatkan dari penurunan satuan (dapat dilihat di apendiks)
(Fontana, 1987)
Metode ini adalah mengukur kembali berat awal dari benda uji (objek yang ingin
diketahui laju korosi yang terjadi padanya), kekurangan berat dari pada berat awal
merupakan nilai kehilangan berat. Kekurangan berat dikembalikan kedalam rumus untuk
mendapatkan laju kehilangan beratnya.
LABORATORIUM TEKNIK KOROSI II - 6
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK
KIMIA
FTI-ITS
Bab II Tinjauan
Pustaka
Metode ini bila dijalankan dengan waktu yang lama dan suistinable dapat
dijadikan acuan terhadap kondisi tempat objek diletakkan (dapat diketahui seberapa
korosif daerah tersebut) juga dapat dijadikan referensi untuk treatment yang harus
diterapkan pada daerah dan kondisi tempat objek tersebut.
b. Metode Elektrokimia
Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju korosi dengan mengukur beda
potensial objek hingga didapat laju korosi yang terjadi, metode ini mengukur laju korosi
pada saat diukur saja dimana memperkirakan laju tersebut dengan waktu yang panjang
(memperkirakan walaupun hasil yang terjadi antara satu waktu dengan waktu lainnya
berbeda).
Kelemahan metode ini adalah tidak dapat menggambarkan secara pasti laju korosi
yang terjadi secara akurat karena hanya dapat mengukur laju korosi hanya pada waktu
tertentu saja, hingga secara umur pemakaian maupun kondisi untuk dapat ditreatmen
tidak dapat diketahui. Kelebihan metode ini adalah kita langsung dapat mengetahui laju
korosi pada saat di ukur, hingga waktu pengukuran tidak memakan waktu yang lama.
Metode elektrokimia ini meggunakan rumus yang didasari pada Hukum Faraday
yaitu menggunakan rumus sebagai berikut :
ai
k
Laju penetrasi korosi = nD
Keterangan :
α = berat atom
μα
( 3
)
i = arus densitas cm
n = jumlah elektron yang hilang
(Fontana, 1987).
Metode ini menggunakan pembanding dengan meletakkan salah satu material
dengan sifat korosif yang sangat baik dengan bahan yang akan diuji hingga beda potensial
yang terjadi dapat diperhatikan dengan adanya pembanding tersebut.
Perhitungan kehilangan berat (weight loss) dilakukan dengan melakukan
perhitungan selisih antara berat awal dan berat akhir terlihat pada rumus perhitungan
berikut :
DW = WO – WA
dimana :
DW = Selisih berat (gram)
WO = Berat sebelum uji
WA = Berat setelah uji
Perhitungan laju korosi dapat dilakukan dengan melihat rumus laju korosi secara umum.
Laju korosi = (K x W) / (A x T x D)
LABORATORIUM TEKNIK KOROSI II - 7
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK
KIMIA
FTI-ITS
Bab II Tinjauan
Pustaka
dimana :
K = Konstanta (2,40 x 106 x D)
T = Waktu ekspos (jam)
A = Luas permukaan logam (cm2)
W = Kehilangan berat (gram)
D = Densitas logam (gram/cm2)
Arus korosi dan laju korosi memiliki hubungan yang linear. Pada saat benda uji
dimasukkan pada larutan elektrolit maka akan terjadi aliran elektron dari anoda ke
katoda. Semakin banyak aliran elektron dari anoda ke katoda maka arus yang dihasilkan
menjadi lebih tinggi. Semakin tinggi arus yang dihasilkan maka laju korosi juga semakin
tinggi.
r=
m
dimana i sebagai densitas arus, nilainya ia
= sama dengan I / A dan a / nF merupakan
konstanta kesebandingan. Persamaan tA nF2 menunjukkan kesebandingan antara massa
per satuan luas per satuan waktu. Jika persamaan 2 dibagi dengan densitas
bahan, D maka untuk laju korosi dalam mil per tahun (mils per year, mpy), maka
persamaan menjadi (Triastuti, 2013) :
ai
r = 0,129 (mpy)
nD
2 3
satuan i yaitu µA/ cm dan D yaitu g / cm . Konstanta kesebandingan 0,129
menjadi 0,00327 dalam mm/tahun dan 3,27 dalam µm / tahun (Triastuti, 2013).
Sebagai contoh Kandungan garam yang terlarut dalam air laut dan temperatur
sangat menentukan penghantaran listrik pada air laut, yang merupakan salah satu
faktor mempercepat terjadinya proses korosi. Pada kadar garam yang sama, kenaikan
temperatur air laut menyebabkan daya hantar listrik air laut meningkat, sedangkan
pada temperatur air laut yang sama dengan kadar garam yang meningkat menyebabkan
hantaran listrik air laut naik (Sasono, 2010).
Dalam industri nuklir, paduan zirkaloy telah digunakan cukup luas. Zry-2
misalnya digunakan untuk reaktor air mendidih (BWR) dan Zry-4 untuk air bertekanan
(PWR) dengan temperature kelongsong masing-masing 349°C untuk PWR dan 390°C
untuk BWR.
Zirkaloi saat ini masih dikembangkan sebagai bahan struktur dan ke1ongsong
pada reaktor air bertekanan (PWR). Pengembangan bahan struktur dan kelongsong
bertujuan untuk mendapatkan bahan dengan ketahanan korosi dan kekuatan mekanik
yang tetap baik pada saat iradiasi di reactor.
Zirkonium memiliki tampang lintang serapan netron termal yang rendah yaitu
0,180 barn, titik lebur tinggi (1850°C, kekuatan mekanik tinggi pada suhu tinggi, daya
tahan korosi terhadap air dan uap air serta keberadaan dan kelimpahan di alam cukup
besar.
Telah disintesa paduan Zr-Sn-Nb-Fe dan diperoleh hasil haduan yang baik yaitu
tidak ada porositas, mampu quenching dan mampu rol. Paduan multi komponen Zr-Sn-
Nb-Fe dikembangkan untuk bahan kelongsong dan bejana bertekanan yang tahan korosi.
Ditimbang Zr seberat 29,4 gr. Ditambahkan berturut-turut nb 0,3000 gr, Sn 0,1500
gr, Fe 0,1500 gr lalu dihomogenisasi dengan cara mencampur dan mengaduk selama 2 x
30 menit lalu dikompaksi pada tekanan 1,2 ton/cm2. Pelet yang diperoleh dilebur dengan
menggunakan tungku peleburan (tungku busur listrik tunggal). Kemudian dilakukan
pendinginan cepat (quenching dalam air, suhu pemanasan 1050°C) sampel kemudian
dipotong dengan pisau intan (diamond blade) dengan ukuran 5x2xl0 mm. Selanjutnya
sampel dipanaskan selama 2 jam pada suhu 500°C, 600 °C, 700°C dan 800°C. Uji korosi
dilakukan dengan metode potensiodinamik menggunakan alat potensiostat. Benda uji
yang telah diamplas sampai halus dengan amplas grid 550 diexposure selama 3 menit.
Elektroda pembantu yang terbuat dari karbon yang tidak terkontaminasi ion-ion dalam
elektrolit dipasang disusul dengan memasukkan elektroda reference.
Ke dalam sel korosi yang berisi air demin. Sel korosi kemudian dihubungkan
dengan potensiostat dan pengolah data. Laju dan arus korosi baik dengan metode plot
tafel maupun dengan polarisasi resistens dapat diketahui.