Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH KONSEP TEKNOLOGI

Nama Dosen : Dr. I Gede Puja Astawa S.T., M.T.


NIP : 196702271994031001

TUGAS – 1
“ PENEMUAN SILK SCREEN PRINTING (1901) DAN
PHOTO ELECTRIC CELL (1902)”

Oleh:
Nama : NATIJATUL HABIBAH
NRP : 2222612207
Email : natijatulhabibah@te.student.pens.ac.id

D4 PJJ – TEKNIK TELEKOMUNIKASI


POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA
Konsep Teknologi
D4 PJJ - Teknik Telekomunikasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
____________________________________________________________________
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

1. SILK SCREEN PRINTING (1901)


a) Apa Itu Silk Screen Printing?
Silk Screen Printing atau biasa yang kita
kenal sebagai cetak saring / sablon adalah salah satu
teknik cetak dalam keilmuan printmaking yang
mereproduksi sebuah citra visual menggunakan
proses pembuatan film afdruk pada sebuah screen
sebagai master cetakan. Teknik ini sering
memanfaatkan kertas dan kain untuk dijadikan medium dalam eksplorasinya seperti karya-
karya poster, produk packaging dan t-shirt.

Dikatakan sebagai teknik cetak saring, karena tinta cetak disaring melewati papan
screen yang telah melaui proses afdruk film dengan cairan emulsion (peka cahaya) sehingga
visual dapat berpindah pada media gambar sepeti kertas dan kain dibagian bawahnya
dibutuhkan squeegee (rakel) untuk menarik tinta sablon keseluruh
permukan screen sehingga lebih merata dan menghasilkan reproduksi visual yang sempurna.
Setelah memahami definisi dan sistem kerja dari Silk Screen Printing maka kita akan masuk
ke sejarah lahirnya teknik cetak tersebut.

_____________________________________________________________________________________
NATIJATUL HABIBAH 1
NRP. 2222612207
Konsep Teknologi
D4 PJJ - Teknik Telekomunikasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
____________________________________________________________________
b) Sejarah & Perkembangan Silk Screen Printing
Teknik sablon ditemukan
pertama kali di negara Tiongkok,
yaitu pada zaman Dinasti Song pada
tahun 960-1279 Masehi. Kemudian
dikembangkan oleh Yuzenzai
Miyazaki pada tahun 1654-1736 dan
Zikukeo Hirose pada tahun 1822-
1890 yang merupakan tokoh
berkebangsaan Jepang. Pada awalnya cetak sablon dikembangkan untuk kebutuhan
pencetakan kimono yang merupakan pakaian khas Jepang yang memiliki banyak motif.
Teknik sablon pada kimono itu dilatarbelakangi oleh kaisar Jepang yang melarang
pembuatan motif kimono yang dibuat dengan tulisan tangan, karena ketika kimono ditulis
dengan tangan menjadi sangat mahal harganya.
Selanjutnya teknik cetak sablon kemudian mulai berkembang dari Jepang hingga ke
daratan Eropa pada tahun 1851-1862. Pada tahun 1868 Joseph Swan mendirikan atau
menemukan produk autotype.
Kemudian ada tanggal 11 juli 1907 Samuel Simmon yang berkebangsaan Inggris
mendapatkan hak patennya untuk teknik cetak sablon menggunakan papan screen
berkain chiffon. Chiffon merupakan bahan rajut yang terbuat dari kassa atau kain saring.
Gambar yang tercetak akan mengikuti pola gambar yang ada pada kain kassa.
Itu sebabnya teknik ini dikenal dengan sebutan silk screen printing yang berarti
mencetak dengan menggunakan kain saring sutra. Sebelum dipatenkan oleh Samuel Simon,
teknik sablon kaos ini digunakan oleh seniman asal Amerika Serikan Andy Warhol disaat
membuat karya seni sablon dengan menggunakan model Marilyn Monroe yang
mengguankan berbagai warna mencolok.
Perkembangan teknik cetak sablon ini kemudian juga mulai merambah ke negara
Amerika Serikat, sehingga di tahun 1924 untuk kali pertamanya teknik cetak sablon dipakai
di atas pada bahan tekstil lalu pada tahun 1946 Mc Kornick dan Penney menciptakan mesin
untuk membuat cetak sablon.

_____________________________________________________________________________________
NATIJATUL HABIBAH 2
NRP. 2222612207
Konsep Teknologi
D4 PJJ - Teknik Telekomunikasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
____________________________________________________________________
Setelah ramai dengan karya seninya yang terkenal ini, membuat investor asal Amerika
bernama Michael Vasilantone ingin mengembangkan mesin penyablonan yang dapat
memberikan lebih dari satu warna serta mematenkannya di tahun 1960. Mesin sablon rotary
ini digunakan untuk mencetak sablon yang lebih dari satu warna. Kemudian pada tahun yang
sama Michael Vasilantone memasarkan mesin sablon rotary tersebut.
Michael Vasilantone tidak membutuhkan waktu yang lama untuk memasarkan
mesinnya tersebut dan mulai digunakan orang-orang di Amerika. Hanya dalam waktu
kurang dari 5 tahun, pelan-pelan mesin sablon dengan teknik rotary yang dibuat Michael
Vasilantone ini mulai dikenal oleh para pengusaha dari berbagai jenis industri di Amerika
Serikat. Tidak hanya itu saja, mesin sablon kaos pun mulai menjadi mesin yang populer di
dalam dunia industri sablon hingga saat ini.
Di Indonesia sendiri Teknik cetak saring/sablon mulai masuk ke Nusantara saat masa
penjajahan oleh Belanda dan Jepang. Kehadiran yang diawali untuk alat komunikasi
propaganda politik oleh para penjajah berupa poster dan sepanduk tersebut mulai terus
berkembang dan dieksplorasi menjadi sebuah teknis mereproduki motif pada kain-kain dan
karya seni sampai saat ini.

2. PHOTO ELECTRIC CELL (1902)


a) Apa itu Photo Electric Cell?
Photo Electric Cell atau biasa yang disebut sel
fotolistrik atau fotosel adalah perangkat yang
karakteristik listriknya (misalnya, arus, tegangan, atau
hambatan) bervariasi ketika cahaya mengenainya.
Jenis yang paling umum terdiri dari dua elektroda
yang dipisahkan oleh bahan semikonduktor peka
cahaya. Baterai atau sumber tegangan lain yang
terhubung ke elektroda menghasilkan arus meskipun
tidak ada cahaya; ketika cahaya mengenai bagian
semikonduktor fotosel, arus dalam rangkaian
meningkat dengan jumlah yang sebanding dengan
intensitas cahaya. Dalam tabung foto, jenis fotosel yang lebih tua, dua elektroda tertutup
_____________________________________________________________________________________
NATIJATUL HABIBAH 3
NRP. 2222612207
Konsep Teknologi
D4 PJJ - Teknik Telekomunikasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
____________________________________________________________________
dalam tabung kaca—anoda dan katoda peka cahaya, yaitu logam yang memancarkan
elektron sesuai dengan efek fotolistrik. Meskipun tabung foto itu sendiri sekarang sudah
usang, prinsipnya bertahan dalam tabung pengganda foto, yang dapat digunakan untuk
mendeteksi dan memperkuat jumlah cahaya yang redup. Dalam tabung ini, elektron yang
dikeluarkan dari katoda fotosensitif oleh cahaya tertarik ke arah dan menyerang elektroda
positif, membebaskan hujan elektron sekunder; ini ditarik ke elektroda yang lebih positif,
menghasilkan lebih banyak elektron sekunder dan seterusnya, melalui beberapa tahap,
sampai pulsa arus yang besar dihasilkan. Selain digunakan dalam mengukur intensitas
cahaya, sebuah photomultiplier dapat dibangun ke dalam tabung kamera televisi,
membuatnya cukup sensitif untuk menangkap gambar visual sebuah bintang yang terlalu
redup untuk dilihat oleh mata manusia. Jenis sel fotolistrik fotovoltaik, ketika terkena
cahaya, dapat menghasilkan dan mendukung arus listrik tanpa terikat pada sumber tegangan
eksternal apa pun. Sel seperti itu biasanya terdiri dari semikonduktor dengan dua zona yang
terdiri dari bahan yang berbeda. Ketika cahaya menyinari semikonduktor, tegangan diatur
melintasi persimpangan antara dua zona. Sebuah fototransistor, yang merupakan jenis sel
fotovoltaik, dapat menghasilkan arus kecil yang bertindak seperti arus input dalam transistor
konvensional dan mengontrol arus yang lebih besar di rangkaian output. Sel fotovoltaik juga
digunakan untuk membuat baterai surya. Karena arus dari fotosel dapat dengan mudah
digunakan untuk mengoperasikan sakelar atau relai, arus ini sering digunakan pada
penghitung yang digerakkan cahaya, pembuka pintu otomatis, dan alarm intrusi. Fotosel
dalam perangkat semacam itu dikenal sebagai mata listrik.

b) Sejarah dan Perkembangan Photo Electric Cell


Sebuah sel fotolistrik,
juga disebut kadang-kadang
phototube, tabung elektron, atau
mata listrik, adalah perangkat
elektronik yang sensitif terhadap
radiasi insiden, terutama cahaya
tampak, yang digunakan untuk
menghasilkan atau mengontrol

_____________________________________________________________________________________
NATIJATUL HABIBAH 4
NRP. 2222612207
Konsep Teknologi
D4 PJJ - Teknik Telekomunikasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
____________________________________________________________________
output arus listrik. Selama paruh kedua abad kesembilan belas, banyak ilmuwan dan insinyur
secara bersamaan mengamati fenomena aneh: perangkat listrik yang dibangun dari logam
tertentu tampaknya menghantarkan listrik lebih efisien di siang hari daripada di malam hari.
Fenomena ini, yang disebut efek fotolistrik, telah dicatat bertahun-tahun sebelumnya oleh
fisikawan Prancis Alexandre-Edmond Becquerel (1820–1891), yang telah menemukan alat
yang sangat primitif untuk mengukur intensitas cahaya dengan mengukur arus listrik yang
dihasilkan oleh reaksi fotokimia.
Efek fotolistrik adalah proses di mana radiasi elektromagnetik seperti cahaya tampak,
sinar x, atau sinar gamma menyerang materi dan menyebabkan elektron dikeluarkan.
Elektron yang dikeluarkan disebut fotoelektron. Pada saat Becquerel melakukan
eksperimennya, menjadi jelas bahwa satu logam khususnya—selenium—jauh lebih reaktif
bila terkena cahaya daripada zat lainnya. Menggunakan selenium sebagai dasar, beberapa
ilmuwan mulai mengembangkan perangkat praktis untuk mengukur intensitas cahaya.
Beberapa di antaranya berhasil. Pada tahun 1883, penemu Amerika Charles Fritts
menciptakan sel fotolistrik yang berfungsi; pada tahun yang sama insinyur Jerman Paul
Nipkow menggunakan sel fotolistrik di piringan Nipkow-nya—perangkat yang dapat
mengambil gambar dengan mengukur area yang lebih terang dan lebih gelap pada suatu objek
dan menerjemahkannya menjadi impuls listrik. Prekursor sel fotolistrik modern ditemukan
oleh fisikawan Jerman Hans Geitel (1855–923) dan Julius Elster (1859–1920) dengan
memodifikasi tabung sinar katoda (CRT). Anehnya, penjelasan mengapa selenium dan logam
lain menghasilkan arus listrik tidak datang sampai tahun 1902, ketika fisikawan Jerman
Phillip Lenard (1862–1947) menunjukkan bahwa radiasi dalam spektrum tampak
menyebabkan logam-logam ini melepaskan elektron. Ini tidak terlalu mengejutkan, karena
telah diketahui bahwa gelombang radio yang lebih panjang dan sinar x yang lebih pendek
mempengaruhi elektron. Pada tahun 1905, fisikawan Jerman-Amerika Albert Einstein
(1879–1955) menerapkan teori kuantum untuk menunjukkan bahwa arus yang dihasilkan
dalam sel fotolistrik bergantung pada intensitas cahaya, bukan panjang gelombang; ini
membuktikan sel menjadi alat yang ideal untuk mengukur cahaya. Sel fotolistrik Elster-
Geitel yang terjangkau memungkinkan banyak industri mengembangkan teknologi
fotolistrik. Mungkin yang paling penting adalah penemuan gambar yang dapat
ditransmisikan, atau televisi. Menggunakan konsep yang mirip dengan yang digunakan
dalam disk pemindaian Nipkow, kamera televisi menerjemahkan area terang dan gelap dalam
_____________________________________________________________________________________
NATIJATUL HABIBAH 5
NRP. 2222612207
Konsep Teknologi
D4 PJJ - Teknik Telekomunikasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya
____________________________________________________________________
pandangannya (dan, kemudian, warna di dalamnya) menjadi sinyal yang dapat dikirim dan
diterjemahkan ke dalam gambar. Aplikasi lain yang menarik dari sel fotolistrik adalah
penemuan gambar bergerak. Saat film sedang direkam, suara ditangkap oleh mikrofon dan
diubah menjadi impuls listrik. Impuls ini digunakan untuk menggerakkan lampu atau tabung
lampu neon yang menyebabkan flash, dan flash ini direkam pada sisi film sebagai sound
track. Kemudian, ketika film diputar ulang, sel fotolistrik digunakan untuk mengukur
perubahan intensitas dalam soundtrack dan mengubahnya kembali menjadi impuls listrik
yang, ketika dikirim melalui speaker, menjadi suara. Metode ini menggantikan praktik lama
memainkan rekaman gramofon suara aktor bersama dengan film, yang sangat sulit untuk
mengatur waktu aksi di layar. Disimpan di film yang sama, soundtrack selalu disinkronkan
dengan sempurna dengan aksinya.
Sel fotolistrik telah terbukti berguna dalam banyak aplikasi yang berbeda. Di pabrik,
item pada ban berjalan melewati antara seberkas cahaya dan sel fotolistrik; ketika setiap item
melewati itu memotong balok dan dicatat oleh komputer, sehingga jumlah pasti item yang
meninggalkan pabrik dapat diketahui hanya dengan menjumlahkan interupsi ini. Pengukur
cahaya kecil dipasang di lampu jalan untuk menyalakannya secara otomatis saat kegelapan
turun, sementara pengukur cahaya yang lebih presisi digunakan setiap hari oleh fotografer
profesional. Sistem alarm telah dirancang menggunakan sel fotolistrik yang sensitif terhadap
sinar ultraviolet dan diaktifkan ketika gerakan melewati jalur cahaya tak terlihat. Sepupu dari
sel fotolistrik adalah sel fotovoltaik yang bila terkena cahaya dapat menyimpan listrik. Sel
fotovoltaik membentuk dasar untuk baterai surya dan mesin bertenaga surya lainnya.
Sel fotolistrik telah terbukti berguna dalam banyak aplikasi yang berbeda. Di pabrik,
item pada ban berjalan melewati antara seberkas cahaya dan sel fotolistrik; ketika setiap item
melewati itu memotong balok dan dicatat oleh komputer, sehingga jumlah pasti item yang
meninggalkan pabrik dapat diketahui hanya dengan menjumlahkan interupsi ini. Pengukur
cahaya kecil dipasang di lampu jalan untuk menyalakannya secara otomatis saat kegelapan
turun, sementara pengukur cahaya yang lebih presisi digunakan setiap hari oleh fotografer
profesional. Sistem alarm telah dirancang menggunakan sel fotolistrik yang sensitif terhadap
sinar ultraviolet dan diaktifkan ketika gerakan melewati jalur cahaya tak terlihat. Sepupu dari
sel fotolistrik adalah sel fotovoltaik yang bila terkena cahaya dapat menyimpan listrik. Sel
fotovoltaik membentuk dasar untuk baterai surya dan mesin bertenaga surya lainnya.

_____________________________________________________________________________________
NATIJATUL HABIBAH 6
NRP. 2222612207

Anda mungkin juga menyukai