Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Tabel IV.1 Hasil percobaan pada sampel
No Gambar Keterangan

Metode streak 1
3 2 Pada zona 1,2,dan 3 telah diberi
bakteri dan tumbuh bakteri, namun
4 masih ada yang tidak mengikuti
1 arah zig-zag. Pada zona 4 (yang
tidak diberi bakteri) terkena
bakterinya

Metode streak 2

2 Pada zona 1,2,dan 3 telah diberi


bakteri dan tumbuh bakteri,
3 1 namun masih ada yang tidak
mengikuti arah zig-zag. Pada zona
4 4 (yang tidak diberi bakteri)
terkena bakterinya

Metode streak 3
Pada zona 1,dan 3 telah diberi
bakteri dan tumbuh bakteri, pada
2 zona 2 tidak terlihat gerakan
zigzag yang diberikan. namun
3 1 masih ada yang tidak mengikuti
arah zig-zag. Pada zona 4 (yang
4 tidak diberi bakteri) terkena
bakterinya

Agar Tegak
Metode agar tegak ini dilakukan
dengan cara menusukkan “ose” yang
terdapat bakteri, setelah di inkubasi
terdapat bintik-bintik polkadot yang
menandakan bahwa bakterinya
tumbuh.
Agar Cair
Metode agar cair ini dilakukan
dengan cara memasukkan
pengenceran sesuai variabel dengan
media cair. Setelah diinkubasi,
terdpat gumppalan dan larutan
sedikit keruh.

Perhitunngan bakteri pada mikroskop dilakukan dengan penganceran dari hasil inkubasi
media cair dengan variabel 10-3,10-5, dan 10-7 . Dimana penganceran ini dibuat dengan diambil dari 1
ml dan menambahkan aquadest. 9 ml (pengenceran 1 (10-1 )), pada pengenceran 2 (10-2 ) 1 ml
diambil dari pengenceran 1 dan ditambah 9 ml aquadest. Selanjutnya dilakukan pengenceran sesuai
dengan variabel.
Setelah dilakukan pengenceran dilakukan penelitian bakteri dengan menggunakan
mikroskop dengan Hemacynometer untuk dapat menghitung bakteri secara tepat karena ada batas-
batas yang dapat mempermudah perhitungan. Setelah memasukkan 2-3 tetes variabel pengenceran
dapat dilihat bakteri yang ada di kolom-kolom pada Hemacynometer.
Berikut adalah gambar dari bakteri setelah di encerkan sesuai dengan variabel dengan
mikroskop dan Hemacynometer :

Tabel IV.2 Gambar dan penjelasan pada pengamatan bakteri pada media cair yang diencerkan

sesuai variabel Pada pengenceran 10-3


pebamatan pertama :
No. Gambar Keterangan
Pada kotak A terdapat 8
bakteri, pada kotak B
terdapat 6 bakteri, pada
kotak C terdapat 3 bakteri,
pada D terdapat 1 bakteri
dan pada kotak E terdapat
2 bakteri
Pada pengenceran 10-3
pengamatan kedua :

Pada kotak A terdapat 6


bakteri, pada kotak B
terdapat 7 bakteri, pada
kotak C terdapat 3 bakteri,
pada kotak D terdapat 4
bakteri pada kotak E
terdapat 4 bakteri

Pada pengenceran 10-3


pengamatan ketiga :

Pada kotak A terdapat 7


bakteri, pada kotak B
terdapat 5 bakteri, pada
kotak C terdapat 6 bakteri,
pada D terdapat 4 bakteri
dan pada kotak E terdapat
3 bakteri

Pada pengenceran 10-5


pengamatan pertama :

Pada kotak A terdapat 16


bakteri, pada kotak B
terdapat 13 bakteri, pada
kotak C terdapat 32
bakteri, pada D terdapat
27 bakteri dan pada kotak
E terdapat 32 bakteri

Pada pengenceran 10-5


pengamatan kedua :

Pada kotak A terdapat 13


bakteri, pada kotak B
terdapat 12 bakteri, pada
kotak C terdapat 2 bakteri,
pada D terdapat 10 bakteri
dan pada kotak E terdapat
1 bakteri
Pada pengenceran 10-5
pengamatan ketiga :

Pada kotak A terdapat 16


bakteri, pada kotak B
terdapat 13 bakteri, pada
kotak C terdapat 32
bakteri, pada D terdapat
27 bakteri dan pada kotak
E terdapat 32 bakteri

Pada pengenceran 10-7


pengamatan pertama :

Pada kotak A terdapat 7


bakteri, pada kotak B
terdapat 10 bakteri, pada
kotak C terdapat 10
bakteri, pada D terdapat 6
bakteri dan pada kotak E
terdapat 9 bakteri

Pada pengenceran 10-7


pengamatan kedua :

Pada kotak A terdapat 13


bakteri, pada kotak B
terdapat 10 bakteri, pada
kotak C terdapat 3 bakteri,
pada D terdapat 13 bakteri
dan pada kotak E terdapat
15 bakteri

Pada pengenceran 10-7


pengamatan ketiga :

Pada kotak A terdapat 19


bakteri, pada kotak B
terdapat 15 bakteri, pada
kotak C terdapat 14
bakteri, pada D terdapat
33 bakteri dan pada kotak
E terdapat 27 bakteri
III.2 Pembahasan
Pada percobaan counting chamber, pertama-tama yang dilakukan adalah mensterilkan alat-
alat yang akan digunakan. Sterilisasi ini dilakukan agar bakteri yang ada pada alat akan mati.
Sterilisasi ini dilakukan dengan menggunakan autoklaf, Alat ini dijalankan dengan tekanan 1,5 atm
dan temperatur 121°C. Waktu yang diperlukan adalah 15 menit setelah suhu autoklaf konstan.
(Dwidjosaputro,D.Prof.Dr,”Dasar-dasar Mikrobiologi.Djambatan”, Malang 1989)
Setelah mensterilisasi alat, sampel yang akan digunakan pada percobaan harus diencerkan
dengan air terlebih dulu. Variabel pengencerannya 10-3,10-5, dan 10-7. Pengenceran pada sampel
dilakukan untuk memecah koloni yang terbentuk atau yang berada dalam kultur campuran dari
masing-masing sampel dan juga akan terbentuk biakan kultur yang murni dari campuran bakteri
pada sampel (Hari Purnomo, Adiono.” Ilmu Pangan “, UI Press Jakarta,1987)
Dalam percobaan counting chamber sampel harus diencerkan terlebih dahulu. Jika tidak
diencerkan maka akan sulit dalam perhitungan bakteri karena sangat banyak jumlah bakterinya.
Tujuan dari pengenceran itu sendiri adalah mempermudah proses perhitungan bakteri.
(Madigan, “Brock Biology of Microorganism”)
Hal ini juga sesuai dengan literatur semakin encer suatu media, maka koloni bakterinya
akan semakin terpisah dan bakteri dalam media semakin menyebar sehingga jumlah bakteri di tiap
cc-nya semakin berkurang.
(Aquatic Microbiology, John Willey and..., Germany, 1980)
Metode counting chamber ini digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme per-
mililiter yang akan dihitung total mokroorganisme yang hidup dan yang mati. Metode ini
digunakan pada suspensi dari partikel yang sangat kecil.
(Frobiser, Grabfee, Good Heart “Fundamental of Microbiology”, London, Toronto)
Kekurangan-kekurangan dari perhitungan jumlah sel bakteri dengan menggunakan
mikroskop adalah sebagai berikut:
1. Sel-sel yang mati tidak dapat dibedakan dengan sel-sel yang hidup.
2. Sel-sel ukuran kecil sangat sulit untuk dilihat dan mungkin terlampaui dalam menghitung
sehingga memberi perhitungan jumlah sel bakteri dibawah jumlah sebenarnya.
3. Kurang pekatnya suspensi sampel, karena suspensi sampel harus paling sedikit mengandung
106sel/cc sebelum sel dapat dilihat dalam satu ruang pandang mikroskop. Yang berarti
bahwa larutan yang berisi < 106sel/cc tidak dapat dihitung.
4. Ketepatan dalam perhitungan sulit diperoleh.
5. Pemeriksaan mikroskopis yang terus menerus menjemukan.
6. Suspensi sampel harus bebas dari zat-zat partikulat lain karena hal ini menutupi sel pada saat
dihitung.
(Hari Purnomo, Adiono.” Ilmu Pangan “, UI Press Jakarta,1987)

Anda mungkin juga menyukai