Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Percobaan


Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut :

Tabel IV.1 Hasil Pengujian pada air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia dengan
SNI Nomor 7268 Tahun 2009 dan Standar JIS B8224
Air PDAM
Setelah Treatment JIS
Parameter Sebelum SNI Keterangan
B8224
treatment Softener Demin
Tidak
pH 7,63 6,92 11,53 7,0-9,0 7,0-9,0 memenuhi
standar

TDS (ppm) 27,2 19,6 30,7 - - -

Tidak
Total Hardness
95,855 50,45 60,54 - < 60 memenuhi
(mg CaCO3/l)
standar
Silika (ppm) 40 30 20 - - -

IV.2 Pembahasan
Dari hasil analisa demineralisasi air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia
FTI-ITS didapatkan hasil analisa dengan parameter pH, TDS, dan Total Hardnes. Hasil
percobaan didapatkan nilai pH air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia, softener
dan demineralisasi memiliki pH masing-masing sebesar 7.63, 6.92, dan 11.53. Hasil
analisa TDS air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia, air softener, dan air demin
berturut-turut sebesar 27.2 ppm, 19.6 ppm, dan 30.7 ppm. Dari percobaan yang telah
dilakukan, didapatkan nilai total hardness air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik
Kimia, air softener, dan air demin berturut-turut sebesar 95.855 mg CaCO3/L, 50.45 mg
CaCO3/L, dan 60.54 mg CaCO3/L. Sedangkan nilai silika yang telah didapatkan dari air
PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia, softener dan demineralisasi memiliki kadar
silika sebesar 40 ppm, 30 ppm, dan 20 ppm.

IV-1
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

IV.2.1 pH
Berdasarkan Tabel IV.1, didapatkan nilai pH air PDAM Laboratorium PAIK D3
Teknik Kimia FTI-ITS, softener, dan demineralisasi memiliki pH masing-masing sebesar
7.63, 6.92, dan 11.53. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, hasil yang diperoleh
pada kation (Softener) sesuai dengan literatur karena terjadi penurunan pH dari 7,63
menjadi 6,92 dan pada penukar kation sistem ini dapat menurunkan pH air yang diproses
(<4). Sedangkan pada air demineralisasi pH naik dari 6,92 menjadi 11,53; pada penukar
anion sistem ini dapat menaikkan pH air yang diproses (>8). Hal ini menunjukkan bahwa
air dari proses demineralisasi yang dihasilkan tidak sesuai dengan syarat air pengisi ketel
menurut JIS B:8223-2006 yang mempunyai pH pada kisaran 7 sampai 9.
Hal ini dapat disebabkan karena alat yang digunakan beroperasi secara batch,
sehingga masih terdapat sisa air yang tertinggal didalam tangki dan menimbulkan
akumulasi ion Ca2+ dan Mg+ pada kolom anion yang menyebabkan ion Ca2+ dan Mg+
terikut oleh air yang melewati kolom anion tersebut.
Dalam keadaan kerja dari ketel uap, konsentrasi ion H + akan bertambah. pH dari air
pengisi ketel harus dinaikkan antara 7-9. Untuk ketel uap tekanan rendah diambil pH
antara 11-11,5 dan untuk ketel uap tekanan tinggi antara 10,5-11. Pengukuran pH pada air
pengisi ketel uap diperlukan untuk mengontrol korosi atau kerak. Pada pH rendah dapat
terjadi korosi dan pada pH tinggi akan terjadi kerak. Selain itu pH tinggi dapat
menimbulkan busa, sehingga akan menyebabkan carry over (Mulianti, 2008).

IV.2.2 TDS (Total Dissolve Solid)


Dari percobaan yang telah dilakukan, didapatkan nilai TDS air PDAM
Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia FTI-ITS, softener, dan demineralisasi berturut-
turut sebesar 27.2 ppm, 19.6 ppm, dan 30.7 ppm. Pada air proses softener dan
demineralisasi menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah padatan terlarut dari
sebelum dan sesudah treatment. TDS air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia
FTI-ITS setelah diproses dengan softener mengalami kenaikan dari 19,6 ppm dan setelah
diproses dengan demineralisasi menjadi 30,7 ppm. Hal ini tidak sesuai dengan literatur
yang menyatakan bahwa nilai TDS akan mengalami penurunan setelah proses
demineralisasi. Hal ini dikarenakan adanya kontaminasi antara sampel yang satu dengan

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3–Teknik Kimia
IV -2
Fakultas Teknologi Industri - ITS
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

yang lain dan disebabkan karena alat yang digunakan beroperasi secara batch, sehingga
masih terdapat sisa air yang tertinggal didalam tangki.

IV.2.3 Total Hardness


Bila kesadahan total pada air umpan boiler lebih dari 5 mg/l maka akan
menyebabkan terbentuknya kerak pada boiler yang di sebabkan garam–garam sadah yang
mengendap pada permukaan pipa. Apabila di ketahui boiler telah mengandung lapisan
kerak yang tebal akan mendapat masalah dalam pembersihannya. Pembersihan yang
memuaskan adalah dengan memakai bahan kimia: proses ini dengan menggunakan asam
dengan hati–hati sehingga tidak menimbulkan masalah pada boiler (Alfian, 2004).
Penentuan kesadahan dalam air ketel yaitu untuk dasar perhitungan jumlah bahan
kimia yang dibutuhkan pada internal treatment (senyawa fosfat). Karena akibat kesadahan
ini dapat terbentukn kerak, maka air ketel sebaiknya mempunyai kesadahan nol (Mulianti,
2008).
Berdasarkan analisa softener terhadap kadar Total Hardness air PDAM
Labroratorium PAIK terjadi penurunan dari 95.855 mg CaCO3/L, 50.45 mg CaCO3/L, dan
60.54 mg CaCO3/L. Hal ini disebabkan karena pada tangki softener diisi resin kation R-
(SO3Na)2 yang berfungsi menukar ion Ca+ dan Mg+ (kesadahan) yang terdapat pada air,
sehingga air menjadi soft (lunak). Sedangkan pada analisa demineralisasi terhadap kadar
Total Hardness air PDAM Laboratorium PAIK terjadi kenaikan dari 50.45 mg CaCO3/L
menjadi 60.54 mg CaCO3/L. Hal ini dapat disebabkan karena alat yang digunakan
beroperasi secara batch, sehingga masih terdapat sisa air yang tertinggal didalam tangki
dan menimbulkan akumulasi ion Ca2+ dan Mg+ pada kolom anion yang menyebabkan ion
Ca2+ dan Mg+ terikut oleh air yang melewati kolom anion tersebut.
Hal ini menunjukkan bahwa air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia
FTI-ITS tidak memenuhi standar yang diperbolehkan untuk air pengisi ketel menurut JIS
B:8223-2006 yang menyebutkan bahwa kadar Total Hardness yang diperbolehkan untuk
air pengisi ketel adalah sebesar 60 mg CaCO3/L.

IV.2.4 Silika

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3–Teknik Kimia
IV -3
Fakultas Teknologi Industri - ITS
BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil uji terhadap silika air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia FTI-ITS,
softener, dan demineralisasi didapatkan hasil berturut-turut sebesar 40 ppm, 30 ppm, dan
20 ppm. Setelah mengalami proses softener kadar silika yang terkandung di dalam air
PDAM sama, yaitu 30 ppm. Hal ini disebabkan karena pada proses softener hanya terjadi
pengikatan ion-ion positif saja oleh resin kation sehingga silika (SiO 2-) tidak ikut terikat.
Namun, setelah mengalami proses demineralisasi, kadar silika dalam air berkurang
menjadi 20 ppm. Hal ini disebabkan karena pada proses demineralisasi, air melewati
kolom anion sehingga partikel-partikel silika (SiO2-) diikat oleh resin anion.
Hal ini menunjukkan bahwa air PDAM Laboratorium PAIK D3 Teknik Kimia FTI-
ITS masih belum memenuhi standar yang diperbolehkan untuk air pengisi ketel menurut
SNI 7268:2009. Dalam SNI 7268:2009 disebutkan bahwa kadar silika yang diperbolehkan
untuk air pengisi ketel adalah 0 ppm. Hal ini dapat disebabkan oleh resin anion di dalam
demin plant yang sudah mulai jenuh sehingga perlu untuk diregenerasi kembali.

Laboratorium Pengolahan Air Industri Kimia


Program Studi D3–Teknik Kimia
IV -4
Fakultas Teknologi Industri - ITS

Anda mungkin juga menyukai