Artikel dikirim : 7 Agustus 2021 Direvisi : 27 September 2021 Diterima : 17 Oktober 2021
ABSTRACT
A phosporic acid industry produced wastewater from some process, which are wastewater from blowdown
activity, washing and condensate. Wastewater will be treated in Wastewater Treament unit by chemical
coagulation flocculation methods. High chemical consumption rate and many mechanical system in
chemical preparation step have high operating cost. Therefore, the industry need methods that could solve
the problems. One of recommended method is electrocoagulation. Researcher use electrocoagulation method
by using a reactor which is has 13,5 liter and the detention time is 30 minutes. Electrode materials that used
are aluminum and iron electrode with interdistance 0,5 cm and 1 cm. The result of the research is COD,
TSS, and fluoride removal efficiency are 87,24%, 84,3%, and 93,4% achieved by use aluminum electrode,
potential 40 Volt and interdistance is 0,5 cm. with benefit cost ratio is 1,039.
Keywords: Chemical Oxygen Demand, Electrocoagulation, Fluoride, Total Suspended Solid
ABSTRAK
Suatu industri asam fosfat menghasilkan air limbah dari berbagai proses. Diantaranya air limbah dari
kegiatan blowdown, pencucian dan kondensat. Air limbah tersebut akan diolah pada unit Waste Water
Treatment (WWT) dengan metode chemical coagulation floculation. Penggunaan bahan kimia yang tinggi
serta perlengkapan mekanik dalam chemical preparation memiliki operating cost yang cukup besar. Oleh
sebab itu, diperlukan suatu metode yang dapat menjawab masalah tersebut. Metode tersebut adalah
elektrokoagulasi. Dalam penelitian ini akan digunakan reaktor uji elektrokoagulasi yang memiliki kapasitas
volume limbah cair sebesar 13,5 liter dengan waktu kontak selama 30 menit. Jenis plat elektroda yang
digunakan adalah aluminium dan besi, nilai tegangan 10 V, 20 V, 30 V, dan 40 V dan jarak plat adalah 0,5
cm dan 1 cm. Hasil dari penelitian ini efisiensi removal COD, TSS, dan Fluoride terbesar adalah 87,24%,
83,3%, dan 93,4% dengan menggunakan tegangan 40 Volt pada plat elektroda aluminium yang berjarak 0,5
cm dengan rasio benefit costnya sebesar 1,039.
Kata kunci: Chemical Oxygen Demand (COD), Elektrokoagulasi, Fluoride, Total Suspended Solid (TSS).
dalam satuan miligram per liter ( ) A = volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk
menandakan jumlah oksigen yang dibutuhkan blanko, dinyatakan dalam mililiter (ml)
per liter larutan. Nilai COD berfungsi untuk B= volume larutan FAS yang dibutuhkan untuk
memantau air limbah influen dan effluen.oleh contoh uji , dinyatakan dalam mililiter (ml)
karena itu pentingnya dilakukan pemantauan M= molaritas larutan FAS
untuk melindungi lingkungan dan sebagai 8000 = berat miliequivalent oksigen x 1000
jaminan ekonomi berkelanjutan dalam
falisitas pengolahan (Alam Tasnim, 2010). Total Suspended Solid
Selain itu, COD dapat digunakan Padatan tersuspensi adalah padatan
sebagai indikator pencemaran dalam suatu air yang menyebabkan kekeruhan air, tidak
limbah. Terdapat berbagai kandungan dalam terlarut dan tidak dapat langsung mengendap,
air yang dapat mempengaruhi nilai dari COD terdiri dari partikel-partikel yang ukuran
seperti material organik biodegradable, maupun beratnya lebih kecil dari sedimen,
material non biodegradable dan material misalnya tanah liat, bahan-bahan organik
anorganik yang dapat teroksidasi (Moreno tertentu, sel-sel mikroorganisme, dan
dkk, 2005). sebagainya (Nasution, 2008) .
Angka COD merupakan ukuran bagi Padatan tersuspensi total (Total
pencemaran air oleh zat-zat organis yang Suspended Solid atau TSS) adalah bahan-
Efisiensi Removal COD, TSS, dan Fluoride Pada .........Herdika Afiant Bimantara 139
bahan tersuspensi (diameter > 1µm) yang yang kemudian diukur dengan
tertahan pada saringan milli-pore dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
daiameter pori 0.45µm (Effendi, 2003). 570 nm. Kadar fluorida dapat dihitung
Berdasarkan SNI 06-6989.3-2004 uji melalui persamaan berikut:
TSS dilakukan dengan metode gravimetri.
Dimana prinsip dalam pengujian ini adalah
contoh uji yang telah homogen disaring
dengan kertas saring yang telah ditimbang.
Residu yang tertahan pada saringan Dengan pengertian :
dikeringkan sampai mencapai berat konstan C adalah kadar yang didapat dari hasil
pada suhu 103°C sampai dengan 105°C. pengukuran
Kenaikan berat saringan mewakili padatan Fp adalah faktor pengenceran
tersuspensi total (TSS). Jika padatan
tersuspensi mmenghambat saringan dan Koagulasi
memperlama penyaringan, diameter pori-pori Koagulasi merupakan proses
saringan perlu diperbesar atau memgurangi destablisasi pada suatu larutan dengan
volume contoh uji. Untuk memperoleh penambahan koagulan yang berfungsi untuk
estimasi TSS, dihitung perbedaan antara mengkontrol faktor stabilitas pada sistem.
padatan terlarut total dan padatan total. Nilai Sedangkan flokulasi merupakan proses
TSS dapat dihitung menggunakan persamaan dimana partikel yang telah terdestabilisasi
berikut ini : terimbas untuk berkumpul, melakukan kontak
dan menjadi bentuk gumpalan yang lebih
besar. Koagulan logam yang umum
dengan pengertian : digunakan adalah alumunium dan besi. Pada
A adalah berat kertas saring + residu kering, koagulan basis alumunium terdapat berbagai
mg macam seperti alumunium sulfat, alumunium
B adalah berat kertas saring, mg klorida, sodium aluminate, dan acid alum.
Sedangkan untuk koagulan basis besi terdapat
Fluoride ferric sulfate, ferrous sulfat, chlorinated
Fluoride dapat berasal dari produksi ferrous sulfat, dan ferric chloride (Bratby,
pupuk fosfat (yang rata-rata mengandung 2006). Pengadukan cepat yang efektif sangat
fluorine sebesar 3,8%), bata, pagar dan penting ketika menggunakan koagulan logam
keramik (WHO 2004). Pada wet process di seperti alum dan ferric chloride, karena proses
industri asam fosfat menghasilkan slurry dan hidrolisnya terjadi dalam hitungan detik dan
limbah lain yang mengandung gypsum, HF, selanjutnya terjadi adsorpsi partikel koloid.
asam fluorosilika, dan sodium potassium Waktu yang dibutukan untuk zat kimia lain
fluorosilika (Weinstein L.H dan Davison A., seperti polimer (polyelectrolites), chlorine,
2004). zat kimia alkali, ozone, dan potassium
Fluoride dengan nilai konsentrasi yang permanganat, tidak optimal karena tidak
tinggi dapat menyebabkan berbagai macam mengalami reaksi hidrolisis
penyakit seperti osteoporosis, arthritis, tulang Menurut Benefield et al. (1982), untuk
rapuh, kanker, kemandulan, serangan sistem merangsang partikel koloid bergabung
otak, syndrome alzheimer, dan gangguan pada membentuk gumpalan yang lebih besar
kelenjar thyroid (Mohammad dan Majumder, diperlukan dua cara, yaitu partikel harus
2014). didestabilisasikan dan dipindahkan.
Berdasarkan SNI 06-6989.29-2005 uji Destabilisasi partikel dapat dicapai melalui
fluorida dilakukan secara spektrofotometri cara penekanan lapisan ganda listrik,
dengan SPADNS. Prinsip dalam metode ini penyerapan untuk netralisasi, penjeratan pada
adalah fluorida akan bereaksi dengan larutan presipitasi, dan pembentukan antar partikel.
campuran SPADNS-asam zirkonil yang Penekanan lapisan ganda listrik dan
menyebabkan berkurangnya warna larutan. penetralan dikategorikan sebagai proses
Pengurangan warna ini sebanding dengan koagulasi, sedangkan penjeratan dan
banyaknya unsur fluorida dalam contoh uji pembentukan antar partikel sebagai flokulasi.
140 INISIASI, Volume 10 Nomor 2 – Desember 2021
Destabilisasi partikel dengan cara penekanan 3. Meningkatkan kinerja secondary-clarifier
dapat dicapai melalui penambahan elektrolit dan proses lumpur aktif.
muatan yang berlawanan dengan muatan 4. Sebagai pretreatment untuk proses
partikel koloid (Benefield et al., 1982). Dasar pembentukan secondary effluent dalam
dari mekanisme ini adalah bahwa interaksi filtrasi.
dari koagulan dengan partikel koloid terjadi
karena efek elektrostatik, ion sejenis dengan Elektrokoagulasi
partikel koloid akan saling tolak menolak, Elektrokoagulasi merupakan teknologi
sedangkan yang muatannya berlawanan akan elektrokimia pada pengolahan air dan air
tarik menarik (Surdia et al., 1981). limbah yang mana pada bentuk paling
Menurut Nathanson (1977), sederhana menggunakan sebuah sel
keberhasilan dari proses koagulasi dan elektrokimia dimana tegangan DC dialirkan
flokulasi tergantung beberapa faktor pada elektroda, biasanya terbuat dari besi atau
diantaranya adalah dosis koagulan yang aluminium, dengan air ataupun air limbah
diberikan, suhu dari limbah, pH dan sebagai elektrolitnya (Moreno dkk, 2005).
alkalinitas. Dosis koagulan yang diberikan Keunggulan yang dimiliki oleh metode
disesuaikan dengan karakteristik dari air elektrokoaglasi dalam mengolah air limbah
limbah yang akan ditangani. Untuk diantaranya adalah kebutuhan perlengkapan
mengetahui dosis optimum koagulan yang simpel, mudah untuk dioperasikan,
dilakukan pengujian dilaboratorium periode maintenance yang lebih panjang, air
menggunakan peralatan yang disebut Jartest. yang telah diolah akan jernih, warnanya dan
Flokulasi baunya akan berkurang, sludge yang
Flokulasi merupakan proses dihasilkan setelah melalui proses
pembentukan flok, yang pada dasarnya elektrokoagulasi benar-benar dapat
merupakan pengelompokan / aglomerasi terendapkan dan mudah untuk dilakukan
antara partikel dengan koagulan proses dewatering, flok yang terbentuk dapat
(menggunakan proses pengadukan lambat dipisahkan lebih cepat dengan penyaringan,
atau slow mixing), Proses pengikatan partikel menghasilkan effluen yang mengandung
koloid oleh flokulan dapat dilihat pada sedikit padatan terlarut, partikel koloid
gambar 1. Pada flokulasi terjadi proses terkecil dapat diremove dengan mudah dan
penggabungan beberapa partikel menjadi flok polutan akan naik ke permukaan dan
yang berukuran besar. Partikel yang terendapkan pada dasar. (Emamjomeh,
berukuran besar akan mudah diendapkan. Sivakumar, & Schafer, 2004)
Di dalam proses EC
(Electrocoagulation) dihasilkan metal
hidroksida yang berperan sebagai
koagulan/flokulan bagi padatan tersuspensi
sehingga membentuk flok yang dapat
diendapkan menggunakan gravitasi (Ali &
Yaakob, 2012). Untuk proses di dalam reaktor
elektrokoagulasi dapat dilihat pada Gambar 2
dibawah ini :
Gambar 1. Proses pengikatan partikel koloid
oleh flokulan
Efisiensi Removal COD, TSS, dan Fluoride Pada .........Herdika Afiant Bimantara 141
menggunakaan anoda karena adanya
aliran listrik dc.
2. Pembentukan koagulan : kation logam
bereaksi dengan ion hidroxida ( )
menghasilkan senyawa hidroksil, ion
kompleks terisi dengan pasti. Berbagai
ion kompleks dapat terbentuk bergantung
dengan pH dari koloid, jadi ion kompleks
ini dapat hadir dalam berbagai
kemungkinan berat molekulnya. Ketika
pH dalam keadaan asam kation logam
Gambar 2. Proses Pada Reaktor dan ion komplek dapat mendestabilisasi
Elektrokoagulasi dengan Plat Elektroda partikel kolid dengan menetralisir muatan
Aluminium pada permukaan (netralisir muatan). Pada
Sumber : (Holt et all 2002) pH yang lebih tinggi, ion kompleks akan
benar-benar terhidrolisis untuk
menghasilkan senyawa tak larut yang tak
Berdasarkan gambar diatas, terdapat
berbentuk (oksida, hidroksida dan
sebuah reaktor elektrokoagulasi dengan
oksihidroksida) yang dapat menyebabkan
menggunakan 2 buah plat aluminium sebagai
terjadinya sweep floc.
elektroda yang dialiri dengan tegangan DC.
3. Pengapungan : dikarenakan reaksi pada
Pada anoda akan terjadi reaksi oksidasi yang
katoda yang menghasilkan gelembung
menyebabkan terlepasnya ion ke dalam
hidrogen dan pada beberapa kasus,
air limbah. Reaksi tersebut dapat dilihat gelembung oksigen dihasilkan akibat
sebagai berikut : elektrolisis air pada anoda. Terdapat
kemungkinan bahwa partikel yang telah
terkoagulasi menempel pada gelembung-
Apabila dalam kondisi basa : gelembung yang terbentuk berdasarkan
fenomena pada permukaan dan dengan
Apabila dalam kondisi asam : adanya daya apung. Sehingga akan
menuju pada permukaan bersama dengan
busa yang nantinya dapat disingkirkan.
Sedangkan pada katoda akan terjadi Selain itu, berbagai reaksi fisika kimia
reaksi reduksi yang menyebabkan dapat terjadi : reduksi pada katoda
terbentuknya gas , reaksi kimia tersebut terhadap senyawa seperti nitrat dan nitrit,
adalah : reduksi logam kation, elektrodesposisi
pada kation, dan pembentukan logam
oksida dan hidroksida pada permukaan
Ion yang terlepas dalam air limbah elektroda (passivasi). (Cabrales &
akan berikatan dengan sehingga Martinez, 2014).
membentuk Al( yang berfungsi sebagai
Dalam penggunaan metode
koagulan. Al( yang terbentuk akan elektrokoagulasi dibutuhkan energi listrik
berikatan dengan polutan dalam air limbah agar proses pengolahan dapat tetap
sehingga polutan menjadi flok berukuran berlangsung. Besar energi yang akan
besar. Flok yang akan terbentuk sebagian digunakan dapat ditentukan menggunakan
akan ada yang mengapung dan sebagian ada persamaan 2.4 dibawah ini :
yang akan mengendap.
Terdapat beberapa tahap dalam proses
elektrokoagulasi diantaranya adalah
1. Pelarutan Anoda : terbentuknya kation
logam dari hasil pelarutan dengan
I = Kuat arus yang digunakan (Ampere) rasio B/C < 1 : rekomendasi tersebut tidak bisa
T= Waktu kontak (detik) diterima
Mr= Berat molekul elektroda ( )
rasio B/C = 1 : rekomendasi tersebut tidak ada
F=Konstanta Faraday, 96500 ) perbedaan antara diterima atau
n= Valensi logam tidak
Dimana:
Efisiensi Removal COD, TSS, dan Fluoride Pada .........Herdika Afiant Bimantara 147
Efisiensi removal Fluoride
terbesar adalah 93,4% dengan
menggunakan plat elektroda
Dimana aluminium, tegangan 40 Volt, dan
jarak plat sebesar 0,5 cm. Sedangkan
efisiensi removal Fluoride rata-rata
adalah 61,6%.
Dari grafik diatas dapat dilihat
bahwa efisiensi removal TSS
meningkat seiring dengan
bertambahnya nilai tegangan yang
digunakan. Efisiensi removal TSS
terbesar adalah 83,30% dengan
menggunakan plat elektroda
aluminium, tegangan 40 Volt, dan
Jarak antar plat elektroda berbanding jarak plat sebesar 0,5 cm. Sedangkan
lurus dengan ohmic loss. Meningkatnya efisiensi removal TSS rata-rata adalah
ohmic loss dalam elektrokoagulasi 67,16%.
menyebabkan terhambatnya proses Semakin tinggi tegangan yang
oksidasi pada anoda sehingga dengan dioperasikan maka pelarutan anoda
menurunnya tingkat oksidasi pada anoda yang digunakan menjadi meningkat.
maka jumlah dari dan yang Meningkatnya jumlah anoda yang
dihasilkan sebagai koagulan akan larut menyebabkan naiknya
berkurang. Oleh karena itu, pada jarak penyisihan polutan dalam air limbah
plat elektroda yang semakin besar maka sehingga efisiensi removal TSS
tingkat menyatunya partikel tersuspensi meningkat. (Al-Shannag, Bani-
dan adsorpsi kontaminan dalam air Melhem, Lafi, & Gharagheer, 2012)
limbah akan semakin rendah (Ghosh et Berdasarkan persamaan diatas
al,2008). bahwa jumlah logam yang terlarut
b. Analisis Pengaruh Tegangan, Jenis berbanding lurus dengan besarnya
Logam Plat Eelektoda, dan Jarak kuat arus listrik. Pada penelitian ini
Antar Plat Elektroda Terhadap kuat arus listrik berubah sesuai dengan
Efisiensi Removal TSS nilai tegangan listrik. Apabila ditinjau
Pengaruh nilai tegangan, jenis plat dari persamaan diatas dimana arus
elektroda, dan jarak antar plat listrik berbanding lurus dengan nilai
elektroda terhadap efisiensi removal tegangan listrik maka semakin
TSS dapat dilihat pada Gambar 5. meningkatnya nilai tegangan yang
digunakan dalam proses
elektrokoagulasi mempengaruhi
efisiensi removal polutan dalam air
limbah.
Plat elektroda aluminium
memiliki efisiensi lebih tinggi
dibandingkan dengan besi. Hal ini
disebabkan karena logam aluminium
lebih efisien digunakan pada pH asam
dibandingkan dengan elektroda besi
dimana aluminium hanya memiliki
satu bilangan oksidasi. Sehingga
Gambar 5. Pengaruh Tegangan, Jarak reaksi antara senyawa organik dan
Plat Elektroda, dan Jenis Elektroda aluminium membentuk senyawa sukar
terhadap Efisiensi Removal TSS larut akan terjadi hampir sempurna.
Kedua solubility dari Aluminium