30
31
dalam PVC menjadikannya secara ekonomis lebih tahan terhadap krisis minyak
bumi yang akan terjadi di masa datang serta menjadikannya sebagai salah satu
bahan yang paling ramah lingkungan.
Walaupun PVC merupakan bahan plastik dengan volume pemakaian kedua
terbesar di dunia, sampah padat di negara-negara maju yang paling banyak
menggunakan PVC-pun hanya mengandung 0,5% PVC. Hal ini dikarenakan
volume pemakaian terbesar PVC adalah untuk aplikasi-aplikasi berumur panjang,
seperti pipa dan kabel. Sampah PVC juga dapat diolah secara konvensional,
seperti daur-ulang, ditanam dan dibakar dalam insinerator (termasuk pembakaran
untuk menghasilkan energi).
PVC juga dianggap menguntungkan untuk aplikasi sebagai pembungkus
(packaging). Suatu studi pada tahun 1992 tentang pengkajian daur-hidup berbagai
pembungkus/wadah dari gelas, kertas kardus, kertas serta berbagai jenis bahan
plastik termasuk PVC menyimpulkan bahwa PVC ternyata merupakan bahan
yang memerlukan energi produksi terendah, emisi karbon dioksida terendah, serta
konsumsi bahan bakar dan bahan baku terendah diantara bahan plastik lainnya.
Bahkan sebuah kelompok pecinta lingkungan Norwegia, Bellona, menyimpulkan
bahwa pengurangan penggunaan bahan PVC secara umum akan memperburuk
kualitas lingkungan hidup.
Proses produksi PT. Asahimas Chimcal selain menghasilkan bahan baku,
juga dapat menghasilkan limbah. Limbah ini jika tidak diolah dengan baik maka
akan menibulkan dampak terhadap lingkungan. Limbah yang dihasilkan PT.
Asahimas Chemical dibagi menjadi tiga jenis yakni jenis cair, padat dan gas.
Limbah cair PT. Asahimas Chemical mengandung senyawa organik, sedangkan
limbah jenis padat yakni coke yang berasal dari unit cracking EDC ditemukan
mengendap membentuk kerak pada furnance dan limbah tar ditemukan dalam
bentuk lumpur yang mengandung senyawa tembaga. Limbah gas biasanya
mengandung senyawa klorin (Cl2) dan HCl yang harus diolah lebih lanjut dalam
unit inicinerator. Adapun bentuk-bentuk pengolahan yang dapat dilakukan antara
lain adalah sebagai berikut :
32
Senyawa organik yang ada berupa EDC, Tri Chloro Ethylene, VCM, dll dengan
total organik Karena efek tidak begitu besar maka hanya diatur
Proses Pengolahan Limbah: Limbah dari air tanah dan air hujan dikirim ke
kolam buffer, lalu ke kolam aerasi untuk menghilangkan senyawa organik. Setelah
itu dikirim ke selokan untuk dicampur dengan limbah yang sudah diolah lainnya.
Umpan yang masuk ke line 2 memiliki komposisi COD 1800 ppm, Cu 23 ppm,
melewati tahap ini komposisi sludge menjadi 10 ppm senyawa organik, 440 ppm
COD, 45 ppm SS dan 0,9 ppm Cu. (Reff: ASC – WWT Project Mass Balance)
Proses Pengolahan Limbah: Limbah dari VCM-1 dikirim ke kolam aerasi lalu
dikirim ke tangki aerasi untuk mengendapkan SS khususnya kandungan tembaga
melalui proses pengendapan flokulan. Filtrat dialirkan ke PIT untuk mengurangi
COD lagi lalu dicampur dengan lumpur lain kemudian disaring dalam filter untuk
memisahkan cake.
c) Line 3. WD Regenerasi
Sumber: Limbah generasi WD
juga sekitar Tingkat keasaman yang tinggi (pH 6,5 – 8,5) dan
e) Line 5 dan line 6-1 Organic Acid Waste Water dan Old Incine Scrubbing
Sumber: Limbah HCl 19%, SWI (Solid Waste Incinerator), air HCl scrubbing
pembakaran.
Umpan limbah dengan kandungan sejumlah Fe, SS, dan Cu, dengan total
, jumlah senyawa organik kurang dari 5 ppm. Setelah proses dari line
ini kemudian hasilnya tidak lebih dari 50 ppm dengan pH netral. (Reff: ASC -
WWT Project Mass Balance)
Proses Pengolahan Limbah: limbah dari pendinginan HCl 19%, SWI dan limbah
dari line 5 dikirim ke kolam dan dicampur dengan limbah dari line 6-1 untuk
diatur keasamannya. Kemudian limbah dikoagulasikan menggunakan polimer,
dikumpulkan jadi satu dengan idari line 2 untuk diolah sebagai limbah industri
melalui proses dehidrasi. Cairan ini kemudian diatur pH-nya agar sesuai.
Asahimas Chemical tidak dapat terus mengandalkan supply dari PLN. Oleh sebab
itu PT. Asahimas Chemical akan menginvestasikan sekitar US dollar 400 juta
untuk membangun satu pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berkapasitas 250
Megawatt di Indonesia demi memangkas biaya energi untuk operasinya di Asia
Pasifik. PLTU tersebut dijadwalkan beroperasi pada 2017 dan membakar batubara
murah kualitas rendah yang banyak diproduksi di Indonesia. Rencana
pembangunan PLTU ASC tersebut saat ini memasuki tahap penyusunan Dokumen
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh Badan Lingkungan
Hidup (BLH) Kota Cilegon.