Anda di halaman 1dari 12

ANALISIS LIMBAH CAIR TEKSTIL

OLEH :

ANNA APRIANI MANIUK SOLO (166090200111004)


LUQI KHOIRIYAH LATIF (156090200111002

JURUSAN ILMU KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan Industri di Indonesia semakin hari semakin meningkat. Perkembangan ini
memberikan dampak positif dan negatif bagi masyarakat, dampak positif yang timbul dengan
adanya perkembangan industri adalah peningkatan disektor pembangunan dan ekonomi namun
jika perkembangan perindustrian ini tidak dikelola dengan baik maka akan berdampak negatif
bagi kesehatan dan lingkungan di sekitar daerah industri.
Berbagai sektror perindustrian menghasilkan limbah yang jika tidak dikelola dengan baik
akan membawa dampak negatif tersebut. Limbah- limbah ini berasal dari sisa hasil olahan
industri yang sering kali dibuang begitu saja ke lingkungan sehingga dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan.
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, percetakan dan proses
penyempurnaan. Limbah tekstil ini sering di buang ke lingkungan perairan baik limbah yang
telah diolah melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) maupun limbah tanpa pengolahan.
Limbah tekstil dapat menurunkan parameter fisik dan kimia di dalam air. Kualitas limbah
merupakan parameter limbah yang diukur dari jumlah bahan pencemar yang terdapat dalam
limbah. Semakin kecil jumlah dan konsentrasi parameter di dalam limbah maka semakin kecil
peluang terjadinya pencemaran lingkungan (Kristanto, 2002).
Oleh sebab itu pemantauan kualitas air limbah tekstil maupun kualitas daerah perairan di
sekitar industri tekstil perlu dilakukan untuk menjaga baku mutu air tersebut. Pada makalah ini
akan dibahas mengenai analisis limbah cair industri tekstil.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, permasalahan yang dapat di kaji dalam makalah ini adalah
1. Bagaimana baku mutu limbah cair tekstil ?
2. Bagaimana cara menganalisis limbah cair tekstil ?
3. Bagaimana mengetahui beban pencemaran dari limbah cair tekstil ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1. Mengetahui baku mutu air limbah
2. Mengetahui cara menganalisis limbah cair tekstil
3. Mengetahui beban pencemaran dari limbah cair tekstil
BAB II
ISI

A. Limbah Tekstil
Air limbah adalah sisa dari hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah ini
merupakan air dari suatu daerah pemukiman yang telah dipergunakan untuk berbagai keperluan.
Terdapat berbagai sumber air limbah diantaranya, air hasil pengolahan rumah tangga, industri,
pertanian, perikanan dan lainnya. Salah satu air limbah yang sangat berbahaya bagi manusia dan
mahkluk hidup adalah air limbah yang dihasilkan dari industri tekstil.
Limbah tekstil merupakan limbah yang dihasilkan dalam proses pengkanjian, proses
penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, merserisasi, pewarnaan, percetakan dan proses
penyempurnaan. Limbah cair dominan yang dihasilkan industri tekstil adalah hasil dari proses
pemberian warna atau yang dikenal dengan istilah dying. Proses pewarnaan ini menggunakan
bahan kimia dengan media air sebagai pelarut sehingga menghasilkan air limbah yang berwarna
dengan COD tinggi dan bahan lain seperti fenol dan logam. Selain itu, proses penghilang kanji
dapat menghasilkan limbah yang mengandung zat kimia pengkanji dan penghilang kanji pati,
PVA, CMC, enzim dan asam.
Air limbah tekstil memiliki ciri-ciri yang digolongkan menjadi 2 (dua) bagian, yaitu:
a. Ciri-ciri fisik
Ciri fisik utama air limbah adalah kandungan bahan padat, warna, bau dan suhu. Bahan
padat dapat dibedakan menjadi padatan terendap (sedimen), padatan tersuspensi dan koloid,
padatan terlarut serta minyak dan Lemak. Warna adalah ciri kualitatif yang dapat dipakai untuk
mengkaji kondisi umum air limbah sedangkan bau air limbah disebabkan oleh pembusukan air
limbah akibat adanya zat organik terurai secara tidak sempurna dalam air limbah.
Adapun suhu merupakan kondisi penting dari lingkungan, suhu dapat mempengaruhi
kondisi lapisan atas (epilimnion), lapisan transisi (termokline) dan lapisan bawah
(hipolimnion). Suhu air limbah biasanya lebih tinggi daripada air bersih, karena adanya
tambahan air hangat dari sisa hasil usaha ataupun kegiatan yang berwujud cair.
b. Ciri-ciri Kimiawi
Air limbah umumnya mengandung berbagai macam zat kimia. Bahan kimia seperti bahan
organik pada air limbah dapat menghabiskan oksigen serta akan menimbulkan rasa dan bau
yang tidak sedap pada penyediaan air bersih. Pengujian kimia yang utama adalah yang
berkaitan dengan BOD, COD, Amonia, Fenol, pH, dan logam berat
BOD (Biological Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi bahan organik dalam air. BOD mengukur kandungan oksigen total dan
kemampuan sistem untuk menururnkan oksigen di lingkungan.
COD (Chemical Oxygen Demand) merupakan jumlah oksigen yang diperlukan untuk
mengoksidasi senyawa kimia dalam air atau jumlah materi yang terdegradasi oleh makhluk
hidup dan materi yang bersifat racun atau toksik.
Adapun sumber & jenis limbah cair tekstil dapat dilihat pada skema berikut:

Gambar 1. Skema Sumber dan Jenis Pencemaran Limbah Tekstil

B. Baku Mutu Air Limbah Industri Tekstil


Baku mutu air limbah adalah ukuran batas atau kadar unsur pencemar dan atau jumlah
unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam air limbah yang akan dibuang atau
dilepas ke dalam sumber air dari suatu usaha atau kegiatan. Adapun dua sistem baku lingkungan,
untuk menentukan pencemaran dari kegiatan industri khususnya industri tekstil yaitu;
1. Effluent standar yang menyatakan kadar maksimum limbah yang diperbolehkan masuk
ke lingkungan.
2. Stream standar yang menyatakan batas kadar limbah untuk sumberdaya tertentu seperti
sungai, waduk atau danau.
Sehingga berdasarkan dua sistem baku mutu ini maka mutu limbah cair yang dibuang ke
perairan tidak bolehmelampaui baku mutu limbah cair yang telah ditetapkan dan tidak
mengakibatkan turunnya kualitas air pada sumber air penerima limbah.
Berikut tabel baku mutu air limbah industri tekstil yang dikeluarkan oleh Menteri
Lingkungan Hidup no.1 tahun 2010 tentang Kadar dan beban pencemaran maksimum air limbah
tekstil:
Tabel 1. Baku Mutu Air Limbah Tekstil
Beban Pencemaran
No Parameter Satuan Baku Mutu Maksimum
Kg/ton produksi
1. BOD5 mg/L 60 1,2
2. COD mg/L 150 3
3. TSS mg/L 50 1
4. Fenol Total mg/L 0,5 0,01
5. Krom Total (Cr) mg/L 1 0,02
6. Amonium Total (NH3-N) mg/L 8 0,16
7. Sulfida mg/L 0,3 0,006
8. Minyak dan Lemak mg/L 3 0,06
9. pH - 6-9

Untuk memenuhi baku mutu air limbah sebelum dibuang ke lingkungan perairan maka
perlu dilakukan analisis air limbah industri tekstil sehingga tidak mencemari lingkungan di sekitar
tempat industri.

C. Analisis Air Limbah Tekstil


Analisis air limbah tekstil ini meliputi beberapa tahap, diantaranya:
1. Pemilihan Lokasi pengambilan sampel limbah cair tekstil
Lokasi pengambilan sampel limbah cair tekstil mempertimbangkan ada tidaknya
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) ataupun pengambilan sampel mmepertimbangkan
lokasi yang telah mengalami pencampuran limbah tersebut. Lokasi pengambilan sampel
diakukan berdasarkan tujuan pengujiannya. Pengambilan sampel untuk industri yang telah
memiliki IPAL adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Contoh Lokasi pengambilan sampel sebelum dan setelah IPAL
Keterangan:
1. Bak Kontrol saluran air limbah 4. Perairan penerima sebelum air limbah masuk ke badan air
2. Inlet IPAL 5. Perairan penerima setelah air limbah masuk badan air
3. Outlet IPAL

a. Keperluan evaluasi efisiensi IPAL


- Sampel diambil pada lokasi sebelum dan setelah IPAL dengan memperhatikan
waktu tinggal atau waktu retensi
- Titik lokasi pengambilan sampel pada inlet (Titik 2)
Pengambilan sampel dilakukan pada aliran bertubulensi tinggi agar terjadi
pencampuran dengan baik, yaitu pada titik dimana limbah mengalir pada akhir
proses produksi menuju ke IPAL.
- Titik lokasi pengambilan contoh pada outlet (Titik 3)
Pengambilan sampel setelah IPAL yang merupakan tempat aliran air limbah
mengalir sebelum masuk ke badan air.
b. Keperluan pengendalian pencemaran air
Sampel diambil pada tiga lokasi, diantaranya:
- Pada titik 4 yang merupakan perairan sebelum tercampur limbah (upstream)
- Pada titik 3 yang merupakan saluran pembuangan air limbah sebelum ke
perairan penerima
- Pada titik 5 yang merupakan perairan penerima setelah bercampur dengan air
limbah (downstream), namun belum tercampur atau menerima limbah cair
lainnya.
Lokasi pengambilan sampel limbah cair untuk industri yang belum memiliki IPAL dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan prosesnya, seperti:
a. Air limbah industri dengan proses kontinyu berasal dari satu saluran pembungan
- Jika terdapat bak ekualisasi maka pengambilan sampel dilakukan pada saluran
sebelum masuk ke perairan penerima air limbah dengan metode pengambilan
sesaat (Grab sampling)
- Jika tidak terdapat bak ekualisasi maka pengambilan sampel dilakukan pada
saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah dengan metode
pengambilan sesaat (Grab sampling) untuk kualitas air limbah tidak
berfluktuasi, atau dapat juga dilakukan pada saluran sebelum masuk ke
perairan penerima limbah dengan metode komposit waktu untuk kualitas air
limbah berflktuasi akibat proses produksi.
b. Air limbah industri dengan proses batch berasal dari satu saluran pembuangan
Sampel diambil pada tiga lokasi, diantaranya:
- Jika terdapat bak equalisasi maka pengambilan sampel dilakukan sebelum
masuk ke perairan penerima air limbah dengan metode pengambilan sesaat
(Grab sampling).
- Jika tidak terdapat bak equalisasi maka pengambilan sampel dilakukan pada
saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah dengan metode
komposit waktu dan proposional pada saat pembuangan dilakukan untuk
kualitas air limbah berfluktuasi akibat proses produksi.
c. Air limbah industri dengan proses kontinyu berasal dari beberapa saluran pembungan
- Jika terdapat bak ekualisasi maka pengambilan sampel dilakukan pada saluran
sebelum masuk ke perairan penerima air limbah untuk semua air limbah dari
masing-masing proses disatukan dan dibuang melalui bak equalisasi dengan
menggunakan metode grab sampling.
- Jika tidak terdapat bak ekualisasi maka pengambilan sampel dilakukan pada
saluran sebelum masuk ke perairan penerima air limbah dengan metode
pengambilan sesaat (Grab sampling) untuk kualitas air limbah tidak
berfluktuasi, atau dapat juga dilakukan pada saluran sebelum masuk ke
perairan penerima limbah dengan metode komposit waktu untuk kualitas air
limbah berfluktuasi akibat proses produksi.
d. Air limbah industri dengan proses batch berasal dari beberapa saluran pembuangan
- Jika terdapat bak equalisasi maka pengambilan sampel dilakukan pada saluran
sebelum masuk ke perairan penerima air limbah dengan metode pengambilan
sesaat (Grab sampling).
- Jika tidak terdapat bak equalisasi maka pengambilan sampel dilakukan pada
saluran sebelum masuk ke penerima air limbah dengan metode komposit
waktu.

2. Pengambilan sampel & pengawetan limbah cair tekstil


Sampel dapat diambil dengan menggunakan alat sederhana berupa ember atau gayung
plastik yang bertangkai panjang yang terbuat dari polietilen. Sedangkan untuk wadah
penyimpan dapat digunakan botol yang terbuat dari bahan gelas atau plastik polietilen yang
sebelumnya telah dicuci dengan menggunakan HNO3 1:1 kemudian dibilas dengan air bebas
analit.
Pengujian parameter dapat dilakukan pada lokasi pengambilan maupun di laboratorium,
untuk pengujian parameter di lokasi pengambilan dapat berupa parameter suhu dan pH (SNI
06-6989.11-2004) sedangkan parameter lain seperti BOD, COD, Logam Cr, Fenol, Minyak
dan lemak serta NH3-N dapat dianalisis di laboratorium dengan menggunakan pengawetan
sampel sebelum dianalisis.
Pengawetan sampel dan tempat penyimpanan sampel menurut SNI 6989.59:2008
tentang metode pengambilan contoh air limbah dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2. Pengawetan dan Tempat Penyimpanan Sampel
Minimum
Lama Lama
jumlah sampel
penyimpanan penyimpanan
No Parameter Wadah Penyimpanan yang Pengawetan
maksimum yang maksimum
diperlukan
dianjurkan menurut EPA
(mL)
1 BOD5 P, G 1000 Pendinginan 6 jam 2 hari
2 COD P, G 100 H2SO4 (pH<2) 7 hari 28 hari
3 TSS
4 Fenol Total P, G 500 Pendinginan - 28 hari
H2SO4 (pH<2)
5 Krom Total P (A), G(A) 300 Saring
(Cr) HNO3 (pH<2)
6 Amonium P, G 500 H2SO4 (pH<2) 7 hari 28 hari
Total pendinginan
(NH3-N)
7 Sulfida P, G 100 4 tetes 2 N
seng asetat/
100mL
sampel;
tambah NaOH
sampai pH>9
8 Minyak dan G, bermulut lebar 1000 H2SO4 (pH<2) 28 hari 28 hari
Lemak dan dikalibrasi

3. Beban pencemaran maksimum untuk menentukan mutu limbah cair tekstil


Penentuan beban pencemaran bertujuan untuk mengetahui jumlah unsur pencemaran yang
terkandung dalam aliran limbah cair.
a. Beban pencemaran maksimum adalah besarnya beban pencemaran yang memenuhi baku
mutu limbah cair. Besarnya beban pencemaran maksimum (BPM) dapat dihitung dengan
rumus:
BPM = (Cm)j x Dm x A x f

dimana:
BPM = Beban Pencemaran maksimum yang diperbolehkan (Kg parameter / hari)
(Cm)j = Kadar maksimum parameter j (mg/L)
Dm = Debit limbah cair maksimum (L limbah cair/ detik/ hektar
A = Luas lahan kawasan yang terpakai (hektar)
f = Faktor konfersi = 1Kg * 24 x 3600 detik = 0,086
1.000.000 mg hari
b. Beban pencemaran sebenarnya (BPA) dapat dihitung dengan rumus:
BPA = (CA)j x DA x f

dimana:
BPA = Beban Pencemaran sebenarnya (Kg parameter / hari)
(CA)j = Kadar sebenarnya parameter j (mg/L)
DA = Debit limbah cair sebenarnya (L limbah cair/ detik/ hektar
f = Faktor konfersi = 0,086

Berdasarkan nilai BPM dan BPA maka dapat dievaluasi tingkat pencemaran dari limbah
cair tersebut. Jika nilai BPA lebih besar dari nilai BPM maka parameter yang dianalisis
pada kawasan ini tidak memenuhi baku mutu limbah cair, sebaliknya jika nilai BPA lebih
kecil dari BPM maka untuk parameter yang dianalasis pada kawasan tersebut memenuhi
baku mutu limbah cair yang ditentukan.
Untuk baku mutu limbah cair tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Baku Mutu Limbah Cair


Parameter Kadar Maksimum Beban Pencemaran Maksimum
(mg/L) (Kg/hari.Ha)
BOD5 50 4,3
COD 100 8,6
TSS 200 17,2
pH 6,0 – 9,0
Debit limbah cair maksimum
1 L per detik per HA lahan kawasan yang terpakai
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Limbah cair tekstil merupakan limbah hasil olahan industri tekstil yang berasal dari proses
pengkanjian, penghilangan kanji, penggelantangan, pemasakan, meserisasi, pewarnaan,
pewarnaan dan proses penyempurnaan. Proses- proses tersebut menghasilkan limbah berupa
bahan organik dan logam yang dapat menurunkan kualitas perairan disekitar limbah jika dibuang
begitu saja. Berdasarkan baku mutu air limbah maka limbah cair tekstil harus memnuhi baku
mutu sebelum di buang ke lingkungan, baku mutu tersebut meliputi parameter fisika dan kimia.
Parameter tersebut perlu dianalisis guna menjaga kualitas air limbah tekstil sesuai baku mutu.
Analisis limbah cair tekstil dapat dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa aspek yaitu
penentuan lokasi sampling, metode pengambilan sampel, pengawetan, metode analisis dan
interpretasi data.

B. Saran
Perlu dilakukan pengkajian tentang perizinan dan pengolahan limbah cair industri tekstil
sehingga dapat mencegah pencemaran di daerah perairan sekitar lokasi pembuangan limbah cair
tekstil.
DAFTAR PUSTAKA

APHA. 1998. Standard Method for the Examination Of Water and Wastewater 20 th Edition.
Washington.

Badan Standar Nasional. 2008. Metode Pengambilan Contoh air Limbah. SNI 6989.59:2008.

Fatimah, Fita. 2006. Pengaruh Pengolahan Limbah Tekstil PT. APAC Inti Corpora (AIC) terhadap
Kualitas Air Sungai Bade Bawen. Universitas Negeri Semarang.

Habibi, Islam. 2012. Tinjauan Instalasi Pengolahan Air Limbah Industri Tekstil PT. Sukun Tekstil
Kudus. UNY. Yogyakarta.

Kristanto Philip. 2002. Ekologi Industri. Penerbit Andi. Yogyakarta.

Kemenentian Lingkungan Hidup. 2010. Kadar dan beban pencemaran maksimum air limbah tekstil.

Anda mungkin juga menyukai