NIM : P05160021033
1. Kondisi pencemaran logam berat pada pabrik sawit PT Sinar Mas yang
menyebabkan pencemaran sungai di sekitar lingkungan Masyarakat
Arsen (As) banyak ditemukan di dalam air limbah industri elektronik yang membuat
gallium arsenide wafers dan peralatan elektronik. Ditemukan juga di dalam air limbah
industri pembuatan semikonduktor silikon dimana terdapat proses penanaman arsen dosis
tinggi. Arsen dapat juga disebabkan penggunaan insektisida yang mengandung senyawa
arsen. Standar WHO dan US-EPA untuk konsentrasi Arsen maksimum yang diperbolehkan di
dalam air minum adalah 10 µg/l (ppb). Arsen tidak dapat diolah sampai tingkat konsentrasi
yang diperbolehkan dengan proses pengaturan pH dan pengendapan. Penghilangan arsen di
dalam air limbah yang sering dilakukan adalah dengan proses pengendapan ferri arsenat
(ferric arsenate), Fe(AsO4). Di dalam proses ini senyawa arsen dioksidasi dengan
penambahan ion ferri dan sodium atau natrium hipokhlorit pada pH 2,5 – 3,5. Selanjutnya
pH dinaikkan menjadi 7 – 8, dan ferri arsenat akan mengendap dengan penambahan ekses
ion ferri (Fe3+). Metoda ini telah didemonstrasikan dan dapat menurunkan kandungan Arsen
kurang dari 0,1 µg/l. Yang perlu diperhatikan adalah mempertahankan pH antara 7-8, jika
tidak konsentrasi Arsen di dalam air olahan akan meningkat. Pengaruh penambahan ion ferri
terhadap kelarutan Ferri arsenat, Fe(AsO4) dapat seperti pada Gambar 1. Metoda lain untuk
menghilangkan Arsen adalah pengendapan Arsen dalam bentuk senyawa sulfida. Proses ini
perlu diperhatikan yang seksama karena di dalam proses ini sulfida dapat mereduksi Arsen
menjadi AsH3 dalam bentuk gas arsine yang sangat beracun dan mematikan. Jika proses ini
dilakukan maka memerlukan proses pengendapan ke dua dengan penambahan ion ferro
(Fe2+) untuk menghilangkan residual sulfida dan membantu proses flokulasi dan
pengendapan. Arsen dengan tingkat konsentrasi yang rendah dapat direduksi menjadi logam
Arsen menggunakan senyawa reduktor dengan mengatur harga ORP tertentu (-460 mV),
tetapi hal yang perlu diperhatikan adalah terbentuknua gas arsine yang sangat berbahaya
Arsenat juga dapat diturunkan sampai kurang dari 10 µg/l dengan adsorpsi dengan alumina
aktif (activated alumina) atau dengan proses pertukaran ion menggunakan resin kation
khusus.
Limbah logam berat termasuk golongan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3),
sehingga perlukan penagangan khusus sebelum dibuang ke lingkungan. Limbah yang
mengandung logam berat (heavy metal) mempunyai toksisitas yang tinggi, sehingga dapat
mematikan organisme. Namun dalam kadar rendah, logam berat dapat diakumulasi secara
biologis dalam tubuh organisme (bioakumulatif), sehingga bisa terjadi proses biomagnifikasi.
Biomagnifikasi adalah proses pelipatgandaan kadar logam berat dalam jaringan tubuh
makhluk hidup akibat logam berat terikat dan terakumulasi secara biologis. Logam berat
mudah berikatan dengan unsur sulfur dari beberapa jenis asam amino (protein), sehingga
dapat membentuk ikatan kovalen dan tidak dapat diekskresikan lagi dari tubuh, dan secara
perlahan-lahan akan terus diakumulasi hingga akhirnya menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan tubuh. Berdasarkan sifatnya, unsur logam berat terdiri dari 2 jenis,
yakni logam berat esensial, dan logam berat tidak esensial. Logam berat esensial merupakan
jenis logam berat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah mikro seperti Seng (Zn), Tembaga
(Cu), Besi (Fe), Kobalt (Co) dan Mangan (Mn), sedangkan yang tidak esensial adalah jenis
logam berat yang bersifat racun seperti Air Raksa (Hg), Timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan
Khrom (Cr). Dewasa ini logam berat non esensial banyak digunakan dalam proses industri
seperti pemurnian emas, pembuatan pipa PVC, poduksi aki dan baterai, pembuatan cat,
produksi pestisida, penyamakan kulit, dan lain-lain, sehingga limbah yang dihasilkan
dipastikan mengandung logam berat terlarut dalam bentuk ion yang sangat berbahaya biota
akuatik dan manusia.
3. Metode penurunan kadar logam berat limbah cair pada industri nikel
Proses pengolahan limbah cair industri yang dilakukan pada salah satu instansi
pengolahan limbah ini terdiri dari beberapa tahapan. Untuk memenuhi standar
pengolahan air bersih yang baik, maka diperlukan instalasi pengolahan air bersih yang
baik pula dalam rangka mendukung setiap proses pengolahan air bersih secara
maksimalr Logam Berat Nikel pada Air Limbah Industri Hasil pengukuran kadar logam
Berat Nikel pada limbah cair industri (disebut dengan air baku di Instalasi Pengolahan
Limbah Industri) sebelum dan sesudah dilakukan proses pengolahan limbah. Proses
pengolahan air baku yang dilakukan oleh instansi pengolahan limbah industri ini terbukti
dapat menurunkan kadar logam berat Nikel terlarut dalam air yang diolah. Nilai ini
merupakan penurunan terbesar selama penelitian dilakukan yaitu penurunan mencapai
94 Limbah cair industri yang dihasilkan dari suatu proses industri berpotensi
mengandung logam berat salah satunya logam nikel. Terpaparnya air oleh nikel yang
melebihi ambang batas akan menyebabkan penyakit bagi manusia salah satunya adalah
gangguan kesehatan kulit. Proses pengolahan limbah cair industri di IPAL salah satu
kawasan industri ini meliputi beberapa tahapan yaitu pengumpulan air, desinfeksi dan
flokulasi juga penyaringan. Pengujian kadar nikel yang terkandung dari limbah cair
industri sebelum diproses adalah rata-rata 0,012 mg/L dan setelah proses pengolahan
air rata-rata nikel yang terlarut sebesar 0,006 mg/L. Hal ini menunjukan bahwa kadar
nikel dalam limbah cair industri maupun air hasil olahan IPAL tersebut memenuhi syarat
baku mutu Permen Lingkungan Hidup yaitu maksimal 0,5 mg/L. Dari hasil data penelitian
yang didapatkan proses pengolahan air ini dapat menurunkan kadar nikel maksimal
mencapai 94%. Dari hasil tersebeut membuktikan bahwa proses pengolahan air di IPAL
tersebut dapat menurunkan kadar nikel terlarut e\secara signifika.
4. Metode Biometilasi logam berat yang disebabkan oleh adanya proses pencemaran
lingkungan
Limbah laboratorium berasal dari buangan hasil reaksi reaksi berbagai larutan
kimia berbahaya dalam suatu eksperimen. Larutan kimia tersebut diantaranya
mengandung bahan bahan kimia toksik dan logam logam berat yang berbahaya bagi
makhluk hidup dan lingkungan. Bahan bahan kimiamerupakan bahan yang berbahaya
dan memiliki resiko tinggi bila tercemar ke lingkungan, karena memiliki zat yang
bersifat racun (toksik). Tidak hanya bahan bahan kimia, akan tetapi dimiliki oleh
logam logam berat misalnya Fe, Hg, Cr, Pb, As, Cu, Se dan lainnya sehingga aliran
buangan limbah laboratorium akan membahayakan lingkungan dan makhluk hidup
disekitarnya bila tidak dilakukan pengolahan limbah terlebih dahulu.Sebelum air
limbah yang sudah diolah dialirkan ke lingkungan, maka perlu adanya suatu standar
tentang mutu air limbah yang diatur oleh Pemerintah Daerah setempat atau
mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05
Tahun 2014 tentang Baku Mutu Air Limbah. Elektrokoagulasi merupakan teknik pengolahan
limbah cair anorganik dengan konsep dasar elektrokimia. Elektrokimia adalah
peristiwa kimia (reaksi kimia) yang berhubungan dengan energi listrik. Prinsip dasar
reaksi pada elektrokimia adalah reaksi reduksi dan oksidasi (redoks), dimana reaksi
tersebut terjadi pada suatu sistem sel elektrokimia. Ada dua jenis sel
elektrokimia yaitu: galvanis dan elektrolisis Sel galvanis dan sel elektrolisis adalah inti
dari suatu proses elektrokimia. Sel galvanis menghasilkan energi yang
disebabkan oleh hasil reaksi kimia, sedangkan sel elektrolisis dibutuhkan energi listrik
untuk melangsungkan reaksi kimia. Pada sel galvanis arus listrik yangdialirkan melalui
katoda mengakibatkan terjadinya proses aliran elektron dari elektroda negatif ke
elektroda positif dangan melewati media elektrolit yang berfungsi sebagai
penghantar arus listrik sehingga reaksi yang terjadi secara spontan.Pada sel elektrolisis
arus listik yang dialirkan melalui anoda mengakibatkan terjadinya suatupelarutan
material pada anoda menghasilkan kation logam (M+).Proses pengolahan limbah
dengan metode elektokoagulasi menggunakan prinsip elektrokimia jenis sel elektolisis.
Pada sel elekrolisis berlaku Hukum Faraday yang menyatakan bahwa: Berat logam
yang terelektrolisis dipermukaan katoda (w) sebanding dengan jumlah muatan yang
dilewatkan (q, Coulomb) yang sebanding dengan kuat arus (I, Ampere) dikali waktu (t,
detik), untuk jumlah muatan (It) berat logam yang terelektrolisis sebanding dengan
ekivalan massa Molar logam tersebut (M/nF).